Sunteți pe pagina 1din 44

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Atritis reumatoid (reumatoid atritis, RA) merupakan penyakit autoimun


sistemik kronik yang menyebabkan inflamasi jaringan ikat, terutama di sendi.
Rangkaian dan keparahan beragam, dan rentang manifestasi luas. Manifestasi RA
mungkin minimal, dengan inflamasi ringan hanya beberapa sendi dan sedikit
kerusakan struktur, atau sedikit progresif, dengan sendi multipel yang mengalami
inflamasi dan deformitas nyata. Sebagian besar pasien menunjukkan pola
keterlibatan simetrik sendi perifer multipel dan periode remisi dan eksaserbasi.

Penyakit reumatoid atritis meliputi gangguan autoimun dan inflamasi yang


disebut “penyakit kelumpuhan primer” pada Negara Maju. Istilsh artritis
merupakan radang sendi namun sebenarnya atritis adalah kumpulan dari lebih dari
100 kondisi yang saling berhubungan. Sekitar 49% lansia berusia lebih dari 65
tahun di AS menderita artritis:ini berarti satu dari setiap 7 orang Amerika dan satu
dari 3 keluarga.Center for Disease Control and Prevention(CDC)melaporkan
bahwa 70 juta orang Amerika menderita artritis dan pada tahun 2035 akan
terdapat lebih dari 20% populasi lansia berusia 65 tahun atau lebih di Amerika
Serikat yang menderita artritis. Artritis berkaitan dengan ketidakmampuan kerja
dan penyebab kelumpuhan pada lansia 65 tahun keatas.

Reumatoid artritis ditandai dengan sakit kronis dan dan gangguan progresif
pada sendi dan jaringan lunak. Mencakup lebih dari 100 gangguan dan kondisi
termasuk osteoarthritis (OA),artritis rheumatoid (rheumatoid arthtritis)[RA],
artritis psoriasis (psoriatic arthritis [PsA], lupus eritematosus sistemik [LES],
sindrom fibromyalgia (fibromyalgia syndrome [FMS],sklerosis sistemik (systemic
sclerosis [SSc], spondylitis ankilosis (ankylosing spondylitis [AS], artritis
reaktif,polimiositis (PM), dermatomiositis (DM), vaskulitis,bursitis,polimialgia
reumatik,dan penyakit lyme.

1
Penyebab RA tidak diketahui. Faktor genetik diyakini memainkan peran dalam
perkembangannya, kemungkinan kombinasi dengan faktor lingkungan.
Diperkirakan bahwa agen infeksius, seperti mikoplasma, virus Epstein-Barr, atau
virus dapat memainkan peran dalam memulai respons imun abnormal yang
tampak di RA. Tujuan utama perawatan artritis adalah untuk mengurangi nyeri
dan gejala klinis, mengurangi tekanan psikologis,meningkatkan fungsi fisik,serta
tujuan umumnya adalah kesejahteraan hidup klien. Namun,tujuan lain yang sama
pentingnya adalah untuk mencegah dan memperbaiki masalah sosioekonomi.
Sebagian besar beban ekonomi dan sosial adalah berkaitan dengan hilangnya
fungsi,bukan karena biaya pengobatan. Sebelum ditemukannya cara pengobatan
reumatik dan kecacatan fisik,orang terus mengalami kerugian ekonomi dan sosial
yang sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Seiring pertambahan usia,
masyarakat dapat menduga dampak ini akan berkembang.

Beberapa penelitian menemukan bahwa perokok berat meningkatkan


risiko untuk terjadinya RA. Diketahui bahwa insidens RA menurun selama 40
tahun terakhir, mendukung teori bahwa faktor lingkungan dapat berubah dan
dapat meningkat atau melindungi terhadap RA (CDC, 2007 ; Flynn & Johnson,
2005). Rangkaian RA beragam dan berfluktuasi. Remisi paling mungkin terjadi
pada tahun pertama penyakit. Sekitar 10% orang yang mengalami RA ke remisi
jangka panjang dalam 1 tahun; dan 50 % hingga 60% lainnya ke termisi dalam 2
tahun (Flynn & Johnson, 2005). Angka terjadinya defirmitas sendi tidak konstan.
RA berkontribusi terhadap disabilitas; sekitar 50% pasien mengalami disabilitas
kerja dalam 19 tahun. Harapan hidup lebih singkat pada orang yang mengalami
RA, lebih besar akibat peningkatan risiko infleksi, perdarahan GI, dan penyakit
kardivaskular (Fauci et al., 2008).

Tingginya prevelensi reumatik berdampak pada


ekonomi,fungsional,sosial,daan psikologis,sehingga penyakit ini harus
mendapatkan perhatian dari kita semua. WHO dan 37 negara mencanangkan
bahwa tahun 2000-2010 sebagai decade tulang dan sendi. Inisiatif negara-negara
ini bertujuan untuk meningkatkan kehidupan orang dengan gangguan
musculoskeletal seperti artritis dan untuk meningkatkan pemahaman serta

2
perawatan mengenai gangguan musculoskeletal melalui pencegahan,edukasi,dan
penelitian. Konsorsium organisasi-organisasi nasional menghasilkan National
Artritis Action Plan; A Public Health Strategis, sebuah rencana komprehensif dan
ambisius untuk tata laksana artritis. Selain itu,autoimunitas merupakan isu
prioritas dalam kesehatan wanita oleh Office of Research on Woman
Health,sebuah unit institute kesehatan nasional,karena gangguan ini mengincar
75% wanita sepanjang waktu. Seiring meningkatnya insiden autoimun dan
gangguan inflamasi usaha penelitian menitikberatkan pada cedera,obesitas cacat
genetic,infeksi,immunosupresi,asam amino,interleukin,dan agen lingkungan untuk
pengembangan serta perawatan penyakit pengubah hidup ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari RA?
2. Apa saja etiologi pada RA?
3. Bagaimanakah klasifikasi dari RA?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari RA?
5. Apa saja manifestasi klinis dari RA?
6. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita RA apa
saja?
7. Apa saja penatalaksanaan dari RA?
8. Komplikasi dari RA itu apa?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penderita RA?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep
asuhan keperawatan dengan RA.
2. Tujuan khusus
b. Memahami definisi dari RA
c. Mengetahui etiologi RA
d. Memahami klasifikasi RA
e. Memahami patofisiologi dari RA

3
f. Mengetahui manifestasi klinis dari RA.
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
penderita RA.
h. Mengetahui penatalaksanaan dari RA.
i. Mengetahui komplikasi dari RA.
j. Menguasai konsep asuhan keperawatan pada RA

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep teori Reumathoid Atritis.


A. DEFINISI
Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat
progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendiserta jaringan
lunak. Karakteristik artritis rheumatoid adalah radangcairan sendi (sinovitis
inflamatoir) yang persisten, biasanya menyerang sendi-sendi perifer dengan
penyebaran yang simetris (Junaidi, 2013).
Atritis reumathoid merupakan gangguan autoimun sistemik kronis dengan
tanda inflamasi erosif, kronis, dan simetris pada jaringan sendi synovial sendi.
Tingkat keparahan penyakit sendi dapat berfluktuasi sepanjang waktu, namun
pertambahan derajat kerusakan sendi, deformitas, dan kecacatan merupakan hasil
akhir umum dari penyakit yang menetap. Gejala nonartikuler dapat terjadi antara
lain nodus subkutan, vaskulitis,nodulus paru, atau fibrosis usus dan perikarditis.

Artritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi kronik dan sistemik yang


menyebabkan destruksi sendi dan deformitas serta menyebabkan disability.
Penyakit ini sering terjadi dalam 3-4 dekade ini pada lansia. Penyebab artritis
rheumatoid tidak diketahui, tetapi mungkin akibat penyakit autoimun dimulai dari
interfalank proksimal, metakarpofalankeal, pergelangan tangan dan pada tahap
lanjut dapat mengenai lutut dan paha (Fatimah, 2010).

Artritis reumatoid (reumatoid artritis, RA) merupakan penyakit autoimun


sistemik kronik yang menyebabkan inflamasi jaringan ikat, terutama di sendi.
Rangkaian dan keparahan beragam, dan rentang manifestasi luas. Manifestasi RA
mungkin minimal, dengan inflamasi ringan hanya beberapa sendi dan sedikit
kerusakan struktur, atau sedikit progresif, dengan sendi multipel yang mengalami
inflamasi dan deformitas nyata. Sebagian besar pasien menunjukkan pola
keterlibatan simetrik sendi perifer multipel dan periode remisi dan eksaserbasi.

5
Rheumathoid arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non-bakterial
yang bersifat sistemik, progresif, cendrung kronik dan mengenal sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris. (Chairudin, 2003)

Sendi yang terlibat pada reumathoid arthritis :

Sendi yang terlibat Frekuensi keterlibatan (%)


Metacarpophalangeal (MCP) 85
Pergelangan tangan 80
Proximal Interphalangeal (PIP) 75
Lutut 75
Metatarssophalangeal (MTP) 75
Pergelangan kaki (tibiotalar + subtalar) 75
Bahu 60
Midfoot (tarsus) 60
Panggul (Hip) 50
Siku 50
Acromioclavikular 50
Vertebra servikal 40
Temporomandibular 30
Sternoclavikular 30
Sumber. IPD hal. 2499

B. ETIOLOGI
RA ditandai dengan keberadaan faktor rheumatoid (RF), sebuah
autoantibodi a IgG, pada lebih dari 80% penyakit. Selain RF, antibodi terhadap
kolagen, EBV, antigen inti, dan beberapa antigen lain telah diidentifikasikan.
Namun, peran autoantibodi pada RA masih kurang jelas, penelitian berkutat pada
status imunologis sebelum kesakitan. Antibodi antikeratin (AKA) dan factor anti-
perinuklear (APF) nampaknya merupakan penanda perkembangan RA pada klien
RF positif. Namun nampaknya RA muncul sebagai bagian dari kasus. Penanda

6
immunogenetik lain akan membantu identifikasi klien dengan RA awal yang
sudah parah.

Faktor genetik penting dalam epidemiologi penyakit. Predisposisi genetik


RA terlihat pada indeks yang lebih tinggi pada 32% untuk kembar identik
dibandingkan 9% pada kembar fraternal. Penelitian menunjukkan laporan
konsisten mengenai hilangnya nyeri sendi dan bengkak ketika kehamilan pada
klien wanita dengan RA, yang mungkin disebabkan perbedaan genetik antara ibu
dan anak. Ini merupakan area yang menarik untuk diteliti. Bukti genetik terkait
terlihat pada hubungan antara RA dan HLA-DR4, yang merupakan alel di MHC
pada lengan pendek kromosom.

Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori


yangdikemukakan mengenai penyebab rheumatoid atritis, yaitu :

1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hrmolitikus


2. Endoktrin
3. Autimun
4. Metabolic
5. Factor genetic serta factor pemicu lingkungan

Pada saat ini, rheumatoid atritis diduga disebabkan oleh factor autoimun dan
infeksi. Autoimunini bereaksi terhadap kolagen tipe II, factor infeksi mungkin
disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau grup difteroid yang
menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi penderita.

Kelainan yang dapat terjadi pada suatu artritis rheumatoid yaitu:

1. Kelainan pada daerah artikuler


a. Stadium I (stadium synovitis)
b. Stadium II (stadium destruksi)
c. Stadium III (Stadium Deformitas)
2. Kelainan pada jaringan Ekstra-artikuler

7
Perubahan adalah patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-
artikuler adalah :
- Otot : Terjadi miopati
- Nodul subkutan
- Pembuluh darah perifer: terjadi proliferasi tunika ontoma, lesi pada
pembuluh darah arteriol dan venosa
- Kelenjar limfe: terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aloiran limfe
sendi, hiperplasi folikuler, peningkatan aktivitas system
retikuloendotelial dan pro liferasi yang mengakibatkan splenomegaly
- Saraf: terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta infiltrasi leukosit
- Visera

C. KLASIFIKASI
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. rheumatoid arthtritis klasik
pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. rheumatoid arthritis defisit
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. probable rheumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. possible rheumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

D. PATOFISIOLOGI
Dipercaya bahwa pajanan terhadap antigen yang tidak teridentifikasi (mis.,
virus) memnyebabkan respons imun menyimpang pada pejamu yang rentan secara

8
genetik. Sebagai akibatnya, antibodi normal (imunoglobulin) menjadi
autoantibodi dan menyerang jaringan pejamu. Antibodi yang berubah ini,
biasanya terdapat pada orang yang mengalami RA, disebut fakttor reumatoid
(reumatoid faktor, RF). Antibodi yang dihasilkan sendiri berikatan dengan antigen
target mereka dalam darah dan membran sinovial, membentuk kompleks imun.
Komplemen diaktivasi oleh kompleks imun, memicu respons inflamasi pada
jaringan sinovial.

Leukosit tertarik ke membran sinovial dari sirkulasi, tempat neutrofil dan


makrofag mengingesti kompleks imun dan melepaskan enzim yang mendegradasi
jaringan sinovial dan kartilago artikular. Aktivasi limfosit B dan T menyebabkan
peningkatan produksi faktor reumatoid dan enzim yang meningkatkan dan
melanjutkan proses inflamasi.

Membran sinovial rusak akibat proses inflamasi dan imun. Membran sinovial
membengkak akibat infiltrasi leukosit dan menebal karena sel berproliferasi dan
membesar secara abnormal. Prostaglandin memicu vasodilatasi, dan sel sinovial
dan jaringan menjadi hiperaktif. Pembuluh darah baru tumbuh untuk menyokong
hiperplasia sinovial, membentuk jaringan granulasi vaskular disebut pannus.

Kerusakan sendi yang terjadi pada RA merupakan hasil dari minimal tiga proses :

a. Pannus inflamasi menyebar untuk menutupi kartilago sendi dan


menghasilkan enzim seperti kolagen dan protease lain yang memicu
kerusakan jaringan
b. Sitokin, khususnya interleukin 1(IL-1) dan faktor nekrosis tumor alfa
(TNF-alpha), mengaktivasi kondrosit untuk menyerang kartilago sendi
c. Sitokin ini, bersama dengan IL-6, juga mengaktivasi osteoklas,
menyebabkan resorpsi dan demineralisasi tulang yang menyertai.
d. Kompleks imun yang bersirkulasi dan sitokin IL-1, TNF, dan IL-6
terhitung untuk gambaran sistemik RA, termasuk malaise, keletihan, dan
vaskulitis.

9
Pathway:

Reaksi factor R dengan Kekuatan sendi Kerusakan mobilitas


antibody, factor fisik
metabolic, infeksi
dengan kecendrungan Reaksi peradangan nyeri
virus

Synovial menebal pannus Kurangnya informasi


tentang proses penyakit

Nodul Infitrasi dalam os


Defisiensi pengetahuan
subcondria
ansietas
Deformitas sendi subcondria
Hambatan nutrisi pada Kartilago nekrosis
kartilago artikularis

Gangguan body image Kerusakan kartilago dan Erosi kartilago


tulang

Mudah lokasi dan Tendon dan ligament Adhesi pada permukaan


sublukasi melemah sendi

Resiko Cidera Hilangnya kekatan otot Antikilosis fibrosa

Keterbatasan gerakan Kekuatan sendi Antikilosis tulang


sendi

Hambatan mobilitas
Deficit perawatan diri
fisik

10
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda dan gejala setempat
a. Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness)
dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan
dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda
dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.
b. Lambat laun membengkak, panas merah, lemah.
c. Poli artritis simetris sendi perifer
Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku,
rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki,
pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena
juga.
d. Artritis erosif
sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan
erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X.
e. Deformitas
f. pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea,
deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin
juga terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun
ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan
kemampuan bergerak yang total.
g. Rematoid nodul
merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini
sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang
permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.
h. Kronik
Ciri khas rematoid artritis.
2. Tanda dan gejala sistemik
Lemah, demam, takhikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia. Bila
ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium sinovitis

11
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat
maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.
b. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi
juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk pada
tangan yaitu bentuk jari swan-neck.
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi
diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis
fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang.

Kriteria Definisi
Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
sekitarnya sekurang-kurangnya selama 1 jam
sebelum perbaikan maksimal
Arthritis pada 3 daerah Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau
persendian atau lebih lebih efusi (bukan pertumbuhan lunak) pada
sekurang –kurangnya pada 3 sendi secara bersamaan
yang diobservasi oleh seorang dokter.
Arthritis pada persendian Sekurang-kurangnya terjadi pada pembengkakan
tangan suatu persendian yang tertera diatas
Arthritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti) Kriteria yang
tertera 2 pada kedua belah sisi (keterlibatan
PIP,MCP, atau MTP bilateral
Nodul rematoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta artikuler
yang diobservasi oleh seorang dokter
Faktor rematoid serum Terdapatnya titer abnormal faktor rheumatoid serum
positif yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil

12
positif kurang dari 5% kelompok control yang
diperksa. Pemeriksaan hasilnya negatife tidak
menyingkirkan adanya AR
Perubahan gambaran Perubahan gambaran radiologis yang khas bagi
radiologis arthritis rheumatoid pada pemeriksaan sinar x
tangan posterior atau pergelangan tangan yang harus
menunjukan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang
yang berlokasi pada sendi, atau daerah yang
berdekatan dengan sendi

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Faktor rheumatoid, fiksasi lateks. Reaksi-reaksi aglutinasi.
2. Laju endap darah: umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin
kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkat.
3. Protein c-reaktif : Positif selama masa eksaserbasi.
4. Sel darah putih : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.
5. Haemoglobin : umumnya menunjukan anemia sedang.
6. Ig (ig M dan Ig G) : peningkatan besar merupakan proses autoimun sebagai
penyebab AR.
7. Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukan pembengkakan pada jaringan
lunak. Erosi dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( peruahan awal)
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi sdan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
8. Scan radionuklida : identifikasi peradangan synovium
9. Artroskopi langsung. Aspirasi cairan synovial
10. Biopsi membrane synovial : menunjukan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
11. Prosedur Lain

Analisis cairan sinovial menunjukkan warna normal hingga keruh, atau


kuning gelap. Pemeriksaan artroskopi biasanya menunjukkan warna pucat, tebal
vili sinovil bengkak, destruksi kartilago, dan pembentukan jaringan parut

13
(pannus). Pindai tulang dan sendi dapat digunakan untuk deteksi awal perubahan
sendi dan lebih siap untuk menegakkan diagnosis.

G. PENATALAKSANAAN
1. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan (reeves,
2001) yang akan di lakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin
ketaatan pasien.
2. OAINS diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi
yang sering dijumpai . OAINS yang dapat diberikan :
a. Aspirin : pasien dibawah 50 tahun dapat mulai dengan dosis 3-4 x 1
g/hari, kemudian dinaikan 0,3-0,6 g/minggu sampai terjadi perbaikan
atau gejala toksik, dosis terapi 20-30 mg/dl
b. Ibuprofen, napkrosen, doroksikam, diklofenak, dan sebagainya.

3. DMARD (disease-modifiying antirheumatic drugs) digunakan untuk


melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis
rheumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan kemudian,
setelah 2-5 tahun, makan efektivitasnya dalam menekan proses rheumatoid
akan berkurang. Jenis jenis yang digunakan adalah :
a. Klorokuin : paling banyak digunakan Karena harganya terjangkau,
namun efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan yang lain.
Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari, hidrosiklorokuin 400
mg/hari.
b. Sulfasalazine dalam bentuk tablet bersalut enteric digunakan dalam
dosis 1 x 500 mg/hari, ditingkatkan 500 mg/minggu, sampai
mencapai dosis 4 x 500 mg. setelah diremisi tercapai, dosis dapat
diturunkn sehingga 1 g/hari untuk dipakai dalam jangka panjang
sampai tercapai remisi sempurna. Jika dalam waktu 3 bulan tidak
terlihat khasiatnya, obat ini dihentikan dan diganti dengan yang lain,
atau dikombinasi.

14
c. D-pensilamin,kurang disukai karena bekerja sangat lambat.
Digunakan dalam dosis 250-300 mg/hari, kemudian dosis ditingkatkan
setiap 2-4 minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total
4 x 250 – 300 mg/hari
d. Garam emas adalah gold standard bagi DMARD. Khasiatnya tidak
diragukan lagi meski sering timbul efek samping. Auro sodium
tiomalat (AST) diberikan intramuscular, dimulai dengan dosis kedua
20 mg. seminggu kemudian diberikan dosis penuh 50 mg/minggu
selama 20 minggu. Dapat dilanjutkan sengan dosis tambahan sebesar
50 mg tiap 2 minggu sampai 3 bulan jika diperlukan, dapat diberikan
dosis 50 mg setiap 3 minggu sampai keadaan remisi tercapai.
e. Obat imunosupresif atau imonuregulator, metotreksat sangat mudah
gigunakan dalam waktu mula kerjanya relatif pendek. Dosis dimulai
5-7,5 mg setiap miggu. Bila dalam 4 bulan tidak menunjukan
perbaikan, dosis harus ditingkatkan. Dosis jarang melebihi 20
mg/minggu. Penggunaan siklosporin untuk artritis rheumatoid masih
dalam penelitian.
f. Kortikosteroid hanya dipakai untuk pengobatan artritis rheumatoid
dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa, seperti vasculitis,
karena obat ini memiliki efek samping yang sangat berat. Dalam dosis
rendah (seperti prednisone 5-7,5 mg satu kali sehari) sangat
bermanfaat sebagai bridging therapy dalam mengatasi synovitis
sebelum DMARD mulai bekerja, yang kemudian dihentikan secara
bertahap. Dapat diberikan suntikan kortikosteroid intraarticular jika
terdapat peradangan yang berat. Sebelumnya, infeksi harus
disingkirkan terlebih dahulu.

4. Riwayat penyakit ilmiah

Pada umumnya 25% pasien akan mengalami manfestasi penyakit yang


bersifat monosiklik (hanya mengalami satu episode AR dan selanjutnya akan
mengalami remisi sempurna). Pada pihak lain sebagian besar pasien akan
menderita penyakit ini sepanjang hidupnya dengan diselingi oleh beberapa masa

15
remisi yang singkat (jenis polisiklik). Sebagian kecil lainnya akan menderita AR
yang progresif yang disertai dengan penurunan kapasitas fungsional yang menetap
pada setiap eksaserbasi. Sampai saat ini belumberhasil dijumpai obat yang bersifat
sebagai disease controlling antirheumatic therapy (DC-ART).

5. Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tngkat kemampuan


pasien AR dengan tujuan:

a. Mengurangi rasa nyeri


b. Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
c. Mencegah terjadinya artofi dan kelemahan otot
d. Mencegah terjadinya deformitas
e. Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
f. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada
orang lain

Rehabilitasi dilaksanakan dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat,


latihan dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemanasan,
pendinginan, peninkatan ambang rasa nyeri dengan arus listrik.

4. Istirahat Dan Latihan

Program istirahat dan latihan yang seimbang adalah komponen penting dalam
menajemen pasien yang mengalami RA. Priode singkat tirah baring dapat
diprogramkan selama eksaserbasi akut penyakit. Bagi sebagian besar pasien,
priode istirahat teratur selama sehari berguna untuk mengurangi manifestasi
penyakit. Selain iu membelat sendi yang mengalami inflamasi mengurangi
gerakan yang tidak diinginkan dan memberi istirahat sendi total. Berbagai alat
ortotik tersedia untuk meredakan ketegangan sendi lokal. Berbagai alat ortotik
tersedia untuk meredakan keteganagn sendi dan membantu mempertahankan
fungsi.

Program terapi fisik dan latihan yang seimbang dilakukan untuk


mempertahankan kekuatan otot dan mobilitas sendi. Latihan ROM diprogramkan

16
untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah kontraktur. Latihan isometik
digunakan untuk memperbaiki kekuatan otot dan memelihara fungsi. Latihan
aerobik low impact, seperti berenang dan berjalan, terbukti berguna untuk pasien
yang mengalami RA tanpa mengenai sendi yang mengalami inflamasia atau
memicu episode akut.

5. Panas Dan Dingin

Panas dan dingin digunakan untuk efek analgesik dan efek merelaksasikan
otot. Moist heart umumnya paling efektif, dan dapat diberikan dengan tub bath
atau shower. Nyeri sendi mereda pada beberapa pasien melalui pemberian dingin.

6. Alat Bantu Dan Belat

Alat bantu seperti tongkat, walker, atau peninggi dudukan toilet, adalah yang
paling berguna bagi pasien yang mengalami arritis pinggul atau lutut yang hebat.
Belat memberi istirahat sendi dan mencegah kontraktur. Belat malam untuk
tangan atau pergelangan tangan harus mempertahankan ekstermitas pada
posisifungsi maksimal. ‘belat’ terbaik untuk pinggul adalah berbaring pada
posisiprone selama beberapa jam sehari pada tempat tidur yang keras. Secara
umum, belat harus dilakukan untuk priode terpendek yang dilakukan, yang harus
dibuat dari bahan dengan berat ringan, dan harus mudah dipindahkan untuk
melakukan latihan ROM satu kali atau dua kali sehari.

7. Nutrisi

Bagi sebaian besar pasien yang mengalami RA biasanya diet seimbang


direkomendasikan. Beberapa pasien dapat memperoleh manfaat dari penggantian
diet lemak biasa dengan asam lemak omega 3 yang ditemukan pada minyak ikan
tertentu.

8. Pembedahan

Intervensi beda dapat dilakukan untuk pasien yang mengalami RA pada


berbagai tahap penyakit. Diawal rangkaian penyakit, sinovektomi
(eksisimembransinovial) dapat memberi perbedaan sementara inflamasi,

17
meredakan nyeri dan memperlambat proses kerusakan, membantu untuk
memelihara fungsi sendi. Artrodesis (fusi sendi), dapat digunakan untuk
menstabilkan sendi, seperti vertebra servikal, pergelangan tangan, dan
pergelanagan kaki. Artroplasti, atau pergantian sendi total dan asuhan
keperawatan pasien yang menjalani pembedahan ini didiskusikan pada bagian
OA.

9. Terapi lain

Beberapa terapi terbaru yang belum digunakan secara luas mungkin


digunakan pada pasien yang mengalami RA progresif. Plasmaferesis telah
digunakan untuk mengeluarkan antibodi yang bersirkulasi, mempersedang
respons imun. Iradiasi limfoid total menurunkan ladar limfosit total,
meskipunefek samping serius akibat terapi ini, dan efektivitas yang kontinu
belum ditetapkan.

H. KOMPLIKASI
1. Cervical myelopathy
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi tulang leher
dan mengganggu saraf tulang belakang.
2. Carpal tunnel syindrom
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi pergelangan
tangan, sehingga menekan saraf di sekitarnya.
3. Sindrom sjogren
Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air mata
dan ludah, sehingga menimbulkan keluhan mata kering dan mulut kering.
4. Limfoma
Limfoma merupakan sejenis kanker darah yang tumbuh pada sistem getah
bening.
5. Penyakit jantung.
Kondisi ini dapat terjadi bila sistem kekebalan tubuh menimbulkan
peradangan di pembuluh darah jantung.

18
Selain komplikasi akibat penyakitnya sendiri, pengobatan rheumatoid arthritis
juga dapat menimbulkan efek samping berupa osteoporosis, yang membuat tulang
menjadi rapuh dan rentan patah.

2.1 KONSEP TEORI AUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Data tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya,
(mis., mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan (mis., eksaserbasi akut atau
remisi) dan keberadaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress
pada sendi: kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara
bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh
terhadap gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan. Keletihan.
Tanda :Malaise, Keterbatasan rentang gerak: atrofi otot, kulit;
kontraktur/kelainan pada sendi dan otot.
2. Kardiovaskuler
Gejala :Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (mis., pucat intermiten,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal).
3. Integritas Ego
Gejala :Faktor-faktor stress akut/kronis; mis., finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusasaan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan). Ancaman pada
konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi, (mis., ketergantungan
pada diri orang lain).
4. Makanan/Cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat; mual. Anoreksia. Kesulitan untuk mengunyah
(keterlibatan TMJ).
Tanda :Penurunan berat badan. Kekeringan pada membran mukosa.

19
5. Higiene
Gejala :Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi. Ketergantungan pada diri orang lain.
6. Neurosensori
Gejala :Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki., hilangnya sensasi pada
jaringan. Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Fase akut dari nyeri mungkin/mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan
kekakuan (terutama pada pagi hari).
8. Keamanan
Gejala :Kulit mengkilat, tegang; nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus
kaki. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah
tangga. Demam ringan menetap. Kekeringan pada mata dan
membran mukosa.
9. Interaksi Sosial
Gejala :Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain; perubahan
peran; isolasi.
10. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala :Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja). Penggunaan
makanan kesehatan, vitamin, “penyembuhan” arthritis tanpa
pengujian. Riwayat perikarditis, lesi katup; fibrosis pulmonal,
pleuritis. DRG menunjukan rata-rata lama dirawat: 4,8 hari
rencana pengulangan mungkin membutuhkan bantuan pada
transportasi akitivitas perawatan diri dan tugas pemeliharaan
rumahtangga.

20
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut/kronis
2. Ketidakefektifan Performa Peran
3. Defisit perawatan diri
4. Hambatan pemeliharaan rumah
5. Ketidakefektifan manajemen nyeri

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosisi, Hasil, dan Intervensi Keperawatan

Diagnosis Hasil yang Dicapai Intervensi


Keperawatan (NOC) (NIC)
NANDA
Nyeri akut/kronis Kontrol nyeri Manajemen Nyeri :
Yang berhubungan 1. Melaporkan nyeri Independen
dengan Agens fisik- mereda atau 1. Selidiki laporan nyeri,
penumpukan cairan/ terkendali dengan mencatat lokasi
proses peradangan, 2. Mengikuti regimen dan intensitas
kerusakan sendi farmakologis yang menggunakan skala 0-10
diresepkan atau skala isyarat serupa.
Definisi 3. Memasukkan Catat faktor pemicu dan
Pengalaman sensori keterampilan petunjuk nyeri
dan emosi tidak relaksasi dan nonverbal
menyenangkan yang aktivitas 2. Anjurkan klien
muncul akibat pengalihan ke mengambil posisi yang
kerusakana jaringan dalam program nyaman sementara di
aktual atau potensial kendali nyeri tempat tidur atau duduk
atau yang di kursi. Tingkatkan

21
digambarkan sebagai Nyeri : Perilaku tirah baring saat
kerusakan Mengganggu diindikasikan, tetapi
(International  Tampak santai dan kembali bergerak segera
Association for the dapat tidur atau mungkin
Study of Pain); istirahat dengan 3. Dorong perubahan
awitan yang tiba-tiba tepat posisi sering
atau lambat fari  Mengikuti aktivitas 4. Anjurkan bahwa klien
intensitas ringan harian pada tingkat mandi siram atau mandi
hingga berat, dengan kemampuan pancur air hangat pada
akhir yang dapat saat bangun dari/atau
dilantisipasi (nyeri saat mau tidur, beri
akut) atau terjadi kompres hangat lembap
konstan atau berulang ke sendi yang sakit
tanpa akhir yang beberapa kali sehari.
dapat diantisipasi atau Patau suhu air
diprediksi dan 5. Beri pijatan lembut
berlangsung lebih dari 6. Dorong pemakaian
3 bulan (nyeri kronis) teknik manajemen stres,
mis : relaksasi progresif,
umpan balik biologis,
visualisasi, imajinasi
terbimbing, hipnosis-
diri, dan pernapasan
terkendali. Beri sentuhan
terapi jika
memungkinkan.
7. Dorong klien untuk
mempertahankan postur
tegak dan lurus saat
duduk, berdiri dan
berjalan
8. Diskusikan dan berikan

22
kebutuhan keamanan,
misalnya meninggalkan
kursi dan dudukan toilet,
penggunaan pagar
pengaman dan bak
mandi atau pancuran dan
toilet, pemakaian alat
bantu mobilitas yang
semestinya atau
keamanan kursi roda

Pemberian Posisi :
Independen
1. Pemberian posisi ulang
dengan sering
menggunakan personel
yang memadai.
Menunjukkan dan
membantu teknik
pemindahan dan
pemakaian alat bantu
mobilitas, mis : walker,
tongkat, atau trapeze
2. Posisikan dengan bantal,
kantong pasir, atau
gulungan trokhanter.
Berikan dukungan sendi
dengan bidai
3. Anjurkan menggunakan
bantal kecil atau tipis di
bawah leher.

23
Kolaboratif
1. Sediakan kasur busa
atau kasur tekanan
alternatif
2. Konsultasi dengan terapi
fisik dan okupasi dan
spesialis vekasional

Bantuan Perawatan Diri:


Aktivitas Hidup Sehari-
hari dengan Instrumen
Independen :
1. Tentukan ketepatan dan
kemampuan untuk
menggunakan skuler
atau penguatan khusus
untuk automobil mis:
kendali tangan dan
cermin besar

Ketidakefektifan Performa Peran : Pengembangan Peran :
Performa Peran 1. Berbicara dengan Independen
Yang berhubungan keluarga/ atasan 1. Dorong verbalisasi
dengan : tentang perubahan tentang keprihatinan
1. Keletihan, depresi atau keterbatasan terhadap proses penyakit
2. Kurang sumber, yang disebabkan dan harapan di masa
tidak oleh kondisi mendatang
mencukupinya 2. Mengungkapkan 2. Diskusikan arti
sistem dukungan penerimaan diri kehilangan atau
3. Nyeri pada perubahan perubahan pada klien
4. Tuntutan jadwal peran dan orang terdekat
kerja 3. Merumuskan sesuai

24
rencana yang kebutuhan.pastikan
Definisi realistis untuk bagaimana klien
Suatu pola perilaku mengadaptasi memandang diri dalam
dan ekspresi diri yang perubahan peran fungsi gaya hidup
tidak sesuai dengan biasanya, termasuk
harapan, norma, dan aspek rumah, pekerjaan,
konteks lingkungan dan seksual
3. Diskusikan persepsi
klien terhadap
bagaimana orang
terdekat
mempersepsikan
keterbatasan
4. Akui dan terima
perasaan duka cita,
kemarahan, dan
ketergantungan
5. Catat perilaku menarik
diri, pemakaian
penyangkalan, atau
keprihatinan berlebihan
dengan perubahan
6. Tetapkan batasan pada
perilaku tidak adaptif.
Bantu klien untuk
mengenali perilaku
positif yang akan
membantu koping
7. Libatkan klien pada
perencanaan asuhan dan
penjadwalan aktivitas
8. Beri penguatan positif

25
untuk pencapaian

Kolaboratif
1. Kenali sumber
komunikasi, kelompok
dukungan lokal dan
nasional, advokat
ketunadayaan sesuai
kebutuhan
2. Anjurkan konselor
vokasional/pekerjaan
sesuai indikasi
3. Rujuk ke konseling
psikiatri, mis : perawat
spesialis psikiatri,
psikiatri/psikolog, atau
pekerja sosial
4. Beri medikasi sesuai
indikasi, mis : anti-
ansintas dan obat-obatan
yang memodulasi alam
perasaan
Defisit Perawatan Perawatan Diri : Bantuan Perawatan Diri
diri (mandi, Status Independen
berpakaian, makan, 1. Melakukan 1. Tentukan tingkat fungsi
eliminasi) aktivitas perawatan biasanya menggunakan
Yang berhubungan diri pada tingkat klasifikasi tingkat
dengan : konsisten dengan fungsional 0-4 untuk
1. Gangguan kemampuan status karena awitan atau
muskuluskeletal ; individu eksarsebsi penyakit dan
kelemahan 2. Menunjukkan kemungkinan perubahan
2. Keletihan teknik dan yang saat ini

26
3. Nyeri, perubahan gaya diperkirakan
ketidaknyamanan hidup untuk 2. Pertahankan mobilitas,
4. Penghambat memenuhi kendali nyeri, dan
lingkungan kebutuhan program olahraga
perawatan diri 3. Beri waktu yang cukup
Definisi : 3. Mengenali sumber bagi klien untuk
Hambatan pribadi dan menyelesaikan tugas
kemampuan untuk komunitas yang hingga tingkat
melakukan atau dapat memberikan kemampuan tertinggi.
menyelesaikan bantuan yang Tinggikan kekuatan
aktivitas mandi, dibutuhkan individu
berpakaian, makan, 4. Kaji hambatan
dan eliminasi secara keikutsertaan dalam
mandiri perawatan diri. Kenali
dan rencanakan untuk
modifikasi lingkungan
5. Kenali sumber untuk
alat yang dibutuhkan,
mis : pengangkut,
dudukan toilet yang
ditinggalkan, kursi roda,
atau skuter

Kolaboratif :
1. Konsul dengan spesialis
rehabilitasi, mis : terapi
okupasi
2. Atur untuk konsultasi
dengan lembaga lain,
mis : layanan perawatan
di rumah atau nutrisi
Hambatan Lingkungan Rumah Bantuan Pemeliharaan

27
Pemeliharaan Aman : Rumah :
rumah 1. Mempertahankan Independen
Yang berhubungan lingkungan aman 1. Tentukan tingkat fungsi
dengan : yang fisik menggunakan
1. Penyakit : meningkatkan klasifikasi tingkat
gangguan kesehatan fungsional 0 sampai 4
fungsional 2. Menunjukkan 2. Diskusikan persepsi
2. Pengaturan atau pemakaian sumber klien terhadap
perencanaan yang tepat san kebutuhan lingkungan
keluarga tidak efektif saat ini dan kemampuan
memadai untuk mempertahankan
3. Keuangan tidak lingkungan yang aman
mencukupi 3. Tentukan sumber
4. Tidak familiar keuangan untuk
dengan sumber memenuhi situasi
tetangga individu. Kenali sistem
dukungan yang ada bagi
Definisi : klien, mis : keluarga
Ketidakmampuan besar, teman, dan
untuk secara mandiri tetangga
mempertahankan 4. Susun rencana untuk
lingkungan yang memulihkan/memelihara
meningkatkan lingkungan bersih
pertumbuhan yang menyehatkan, mis :
aman berbagi perbaikan tugas
rumah tangga dan tugas
lain di antara anggota
keluarga atau dengan
layanan kontrak

Kolaboratif :
1. Koordinasi evaluasi

28
rumah oleh terapis
okupasi dan tim
rehabilitasi sesuai
indikasi
2. Kenali sumber untuk
perbaikan rumah yang
dibutuhkan atau
modifikasi
3. Kenali dan penuhi
sumber komunikasi, mis
: perawat kunjungan,
layanan tugas rumah
tangga, layanan sosial,
dan kelompok warga
lansia
Ketidakefektifan Manajemen Diri : Penyuluhan : Proses
manajemen Penyakit Kronis Penyakit
Kesehatan 1. Mengungkapkan Independen
Yang berhubungan pemahaman 1. Kaji proses penyakit,
dengan : terhadap kondisi, prognosis, dan harapan
1. Kerumitan prognosa, dan di masa mendatang
regimen terapi; kemungkinan 2. Diskusikan peran klien
persepsi komplikasi dalam penatalaksanaan
hambatan/manfaat 2. Mengungkapkan proses penyakit, lewat
2. Kesulitan ekonomi pemahaman nutrisi, medikasi, dan
3. Penurunan terhadap program orahraga dan
dukungan sosial kebutuhan terapi istirahat yang seimbang
4. Tuntutan 3. Menyusun rencana 3. Bantu dalam
berlebihan (mis, perawatan diri merencanakan jadwal
keluarga, termasuk aktivitas yang realistis
pekerjaan) modifikasi gaya dan terintegrasi antara
hidup yang aktivitas, istirahat,

29
Definisi konsisten dengan perawatan diri,
Pola pengaturan dan mobilitas dan/atau pemberian obat, terapi
pengintegrasian ke keterbatasan fisik, dan manajemen
dalam kebiasaan aktivitas stres
teraupetikhidup 4. Kenali komponen
sehari-hari untuk program olahraga yang
pengobatan penyakit tepat bagi individu, mis :
dan sekuelanya yang berenang, sepeda statis,
tidak memuaskan atau aerobik ringan
untuk memenuhi 5. Tekankan pentingnya
tujuan kesehatan manajemen
spesifik farmakoterapi
berkelanjutan
6. Anjurkan pemakaian
aspirin bersalut anterik
atau aspirin dapat atau
salisilat bukan
terasetilasi, mis :
salisilat kolin atau
magnesium trisalisilat
kolin
7. Anjurkan minum
medikasi, mis : NSAID,
dengan makanan,
produk susu, atau
antasid pada saat mau
tidur
8. Kenali efek obat yang
merugikan, mis: tinitis,
intoleransi lambung,
perdarahan
gastrointestinal (GI),

30
atau ruam purpurik.
9. Tekankan pentingnya
membaca label produk
dan tidak memakai obat-
obatan yang dijual bebas
tanpa persetujuan medis
sebelumnya
10. Kaji pentingnya diet
seimbang dengan
makanan tinggi vitamin,
protein,, dan besi
11. Dorong klien
kegemukan untuk
menurunkan berat badan
dan pasok dengan
informasi penurunan
berat badan, sesuai
kebutuhan
12. Beri informasi tentang
dan sumber untuk alat
bantu, mis: alat untuk
memindahkan benda,
tongkat pengambil,
pring dan panci berberat
ringan, dudukan toilet
dinaikkan, dan pegangan
tangan yang aman
13. Diskusikan teknik hemat
energi, mis:duduk
ketimbang berdiri untuk
mempersiapkan makan,
amndi pancur, bercukur,

31
atau memakai tata rias
14. Dorong pemeliharaan
posisi dan postur tubuh
yang benar baik pada
saat istirahat maupun
selama aktivitas-dengan
mempertahankan sendi
ekstensi, bukan fleksi,
memakai bidai untuk
periode tertentu,
memnghindari tetap
berada pada satu posisi
untuk periode lama,
memosisikan tangan
dekat dengan pusat
tubuh selama pemakaian
dan menggeser
ketimbang mengangkat
benda bila mungkin
15. Kaji masalah keamanan
yang terkait dengan alaat
mobilitas
16. Kaji pentingnya infeksi
kulit dengan sering dan
perawatan kulit yang
seksama di bawah bidai,
gips, dan alat
pendukung. Tunjukkan
pemberian bantalan
yang benar
17. Diskusikan pentingnya
pemeriksaan

32
laboratorium dan tindak
lanjut medis
18. Beri konseling seksual
dan kelahiran anak
sesuai kebutuhan
19. Kenali sumber
komunitas

E. implementasi
Melakukan semua tindakan yang sudah di rencanakan.
f. evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya.

33
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Contoh kasus Artritis reumatoid


1. Identitas klien
Nama :Ny.s
Umur :67 tahun
Agama :islam
Alamat :petisah
Status perkawinan :janda
Tanggal MRS :20 februari 2019
Pengkajian :20 februari 2019
Diagnosa masuk :rematik (artritis reumatoid)

Ny.s berusia 67 tahun datang ke RS dengan keluhan kaki kanan dan kirinya
sering sakit dan dahulu pernah bengkak dari lutut ke bawah, klien mengatakan
bahwa pernah di bawa ke praktek dokter dan sakitnya itu asam urat klien
mengatakan bisa sembuh dengan berobat kedokter dan juga memakai ramuan
yaitu daun ubi, pala, jahe, kemudian di tumbuk. Dengan cara itu bisa membuat
bengkak di kakinya kempes tetapi tidak mengurangi nyeri. Klien mengatakan
sakitnya sejak 4 tahun yang lalu dan pernah kedua kakinya bengkak sehingga bisa
membuat tidak bisa berjalan selama 5 bulan pada tahun 2017 .
Pada saat pengkajian klien masih mengeluh nyeri pada kaki kanan dan kiri
apalagi di bawa untuk berjalan, dan nyeri menyebar ke paha dengan skala nyeri 4-
6. Kondisi baik namun terlihat kodisi kaki lemah sehingga perlu bantuan tongkat
untuk berjalan. Dengan TD: 150/90 mmHg, Hr :80 x/i , R: 24 x/i, TB : 159 cm.

Jawab pertanyaan dari case scenario berikut?


1. Buat patoflowdiagram pada kasus di atas.
2. Sebutkan mekanisme terjadinya tanda dan gejala yang di alami pada kasus.
3. Apa penatalaksanaan yang harusnya di lakukan.
4. Apa komplikasi yang dapat muncul dan jelaskan.

34
5. Apa pengkajian yang perlu di lengkapi dan alasannya.
6. Sebutkan diagnosa keperawatan prioritas
7. Buatlah intervensi dan discharge planning

Jawab:
1. Patoflow diagram

Reaksib.factor R dengan Kekuatan sendi Kerusakan mobilitas fisik


antibody, factor
metabolic, infeksi dengan
kecendrungan virus Reaksi peradangan nyeri

Synovial menebal pannus Kurangnya informasi


tentang proses penyakit

Nodul Infitrasi dalam os


Defisiensi pengetahuan
subcondria
ansietas
Deformitas sendi subcondria
Hambatan nutrisi pada Kartilago nekrosis
kartilago artikularis

Gangguan body image Kerusakan kartilago dan Erosi kartilago


tulang

Mudah lokasi dan Tendon dan ligament Adhesi pada permukaan


sublukasi melemah sendi

Resiko Cidera Hilangnya kekatan otot Antikilosis fibrosa

Keterbatasan gerakan Kekuatan sendi Antikilosis tulang


sendi

Hambatan mobilitas fisik


Deficit perawatan diri

35
2. mekanisme terjadinya tanda dan gejala yang di alami pada kasus.

Data Etiologi Masalah


Data Subjektif : Penaikan metabolisme Nyeri
Klien mengatakan bahwa tulang
kaki kanan dan kirinya
sakit apalagi dibantu
berjalan Penaikan enzim yang
merusak tulang rawan
Data Objektif : sandi
- Klien memijat-
mijat kakinya saat
pengkajian Penurunan kadar
- Wajahnya terlihat proteologlikan
meringis
- Skala nyeri 4-6,
sedang Berkurangnya kadar air
tulang rawan sendi

Penurunan fungsi tulang


nyeri

Data Subjektif : Usia yang lanjut Intoleransi aktivitas


Klien mengatakan tidak
sanggup berjalan jauh
Penurunan fungsi tulang
Data Objektif:
- Klien berjalan
menggunakan alat Kekuatan otot melemah
bantu tongkat
- Klien lebih banyak

36
duduk Meningkatnya nyeri saat
- Klien berjalan berjalan
lambat
Intoleransi aktivitas

Data Subjektif : Lansia Resti cedera fisik


Klien mengatakan takut
untuk berjalan jauh
Penurunan fungsi Tulang
Data Objektif :
- Klien tampak
berhati-hati saat Resiko tinggi cedera
berjalan

3.Penatalaksanaan.

1. Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tngkat kemampuan


pasien AR dengan tujuan:

1. Mengurangi rasa nyeri


2. Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
3. Mencegah terjadinya artofi dan kelemahan otot
4. Mencegah terjadinya deformitas
5. Meningkatkan rasa nyaman dan kepercayaan diri
6. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung kepada
orang lain

Rehabilitasi dilaksanakan dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat,


latihan dengan menggunakan modalitas terapi fisis seperti pemanasan,
pendinginan, peninkatan ambang rasa nyeri dengan arus listrik.

37
2. Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang
akan di lakukan sehingga terjalin hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien.

3. Istirahat Dan Latihan

Latihan ROM diprogramkan untuk mempertahankan fungsi sendi dan


mencegah kontraktur. Latihan isometik digunakan untuk memperbaiki kekuatan
otot dan memelihara fungsi. Latihan aerobik low impact, seperti berenang dan
berjalan, terbukti berguna untuk pasien

4. Panas Dan Dingin

Panas dan dingin digunakan untuk efek analgesik dan efek merelaksasikan
otot. Moist heart umumnya paling efektif, dan dapat diberikan dengan tub bath
atau shower. Nyeri sendi mereda pada beberapa pasien melalui pemberian dingin.

5. Nutrisi

Bagi sebaian besar pasien yang mengalami RA biasanya diet seimbang


direkomendasikan. Beberapa pasien dapat memperoleh manfaat dari penggantian
diet lemak biasa dengan asam lemak omega 3 yang ditemukan pada minyak ikan
tertentu.

6. DMARD (disease-modifiying antirheumatic drugs) digunakan untuk


melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis
rheumatoid. Mula khasiatnya baru terlihat setelah 3-12 bulan kemudian,
setelah 2-5 tahun, makan efektivitasnya dalam menekan proses rheumatoid
akan berkurang

4 komplikasi

a. Cervical myelopathy
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi tulang leher
dan mengganggu saraf tulang belakang.
b. Carpal tunnel syindrom

38
Kondisi ini terjadi ketika rheumatoid arthritis menyerang sendi pergelangan
tangan, sehingga menekan saraf di sekitarnya.
c. Sindrom sjogren
Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar air mata
dan ludah, sehingga menimbulkan keluhan mata kering dan mulut kering.
d. Limfoma
Limfoma merupakan sejenis kanker darah yang tumbuh pada sistem getah
bening.
e. Penyakit jantung.
Kondisi ini dapat terjadi bila sistem kekebalan tubuh menimbulkan
peradangan di pembuluh darah jantung.

5 . Pengkajian yang harus di lengkapi.


2. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Orang tua
2. Genogram
3. Riwayat / Keadaan Psikososial
a. Persepsi klien tentang penyakitnya
b. Konsep diri
 Body image
 Ideal diri
c. Keadaan emosi
4. Pemeriksaan head to toe
5. Pemeriksaan neurologis
6. Pola kebiasaan sehari-hari
7. Pola makan dan minum

6 Diagnosa prioritas
A. nyeri

8. Intervensi dan discharge planning

39
N Diagnose Tujuan atau Rencana perawatan
o keperawata kriteria hasil Intervensi Rasional
n
1 Nyeri sendi Nyeri 1.Kaji nyeri, catat - membantu dalam
b/d hilang/terkont lokasi, karakteristik menentukan
penurunan rol derajat (skala 0-10) manajemen nyeri
fungsi 2. anjurkan klien - panas meningkatkan
tulang d/d Kriteri hasil : untuk mandi air letak sisi otak dan
myeri sendi Pasien dapat panas/ hangat mobilitas, menurunkan
(skala istirahat/ tidur 3. berikan klien rasa sakit
nyeri=6), dengan posisi yang nyaman - tirah baring mungkin
kaki sakit tenang, pasien pada waktu tidur/ diperlukan untuk
jika tampak rileks duduk dikursi membatasi nyeri/cedera
berjalan 4. berikan masase sendi
yang lembut5. - menaikkan relaksasi
Berikan obat sesuai atau regangan otot
indikasi - menaikkan relaksasi
dan sebagai terapi
pengobatan
2 Intoleran Klien mampu - Pertahankan - Untuk
aktivitas berpartisipasi istirahat mencegah
b/d usia pada aktivitas tirah baring/ kelelahan dan
lanjut dan yang duduk jika mempertahanka
perubahan diinginkan diperlukan n kekuatan
otot d/d - Bantu - Menaikkan
tidak bergerak fungsi sendi,
sanggup dengan kekuatan otot
berjalan bantuan dan stamina
jauh, lebih seminimal umum
banyak mungkin - Memaksimalka
duduk - Dorong n fungsi sendi
klien dan

40
mempertaha mempertahanka
nkan postur n mobilitas
tegak, - Menghindari
duduk tinggi cedera akibat
dan berjalan kecelakaan
- Berilakan - Untuk menekan
lingkungan implamasi
yang sistemik akut
nyaman dan
menganjurk
an untuk
menggunak
an alat
bantu
- Berikan
obat sesuai
indikasi
3 Resti Klien dapat - Kendalikan - Lingkaran yang
cedera fisik mempertahan lingkungan bebas bahaya
b/d kan dengan akan
penurunan keselamatan menyingkir mengurangi
fungsi fisik kan bahaya resiko cedera
tulang yang - Mengetahui
lansia d/d tampak jelas tahapan
hati-hati seperti pengobatan
saat pencahayaa - Mengurangi
berjalan, n pada resiko cedera
menggunak malam hari
an alat - Membantu
bantu regimen
tongkat medikasi
- Anjurkan

41
untuk
berjalan
atau bangkit
dari duduk
dan tidur
dengan
berlahan-
lahan

Discharge planning

1. Olah raga teratur, istirahat cukup dan diketahui penyebab dan tanda gejala
penyakit
2. Kompres panas dapat mengatasi kekakuan kompres dingin dapat
membantu meredakan nyeri
3. Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bit dan minuman
beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan kacang-kacangan,
ekstrak daging, jamu, bayam, asparagus, dan kembang kol Karen dapat
menyebabkan penimbuhan asam urat dipersendian
4. Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan
buah beri untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi inflamasi.
Juga asam lemak tertentu seperti minyak ikan salmon, minyak zaitun
5. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang
terdapat dalam darah sehingga tidak bertimbun disendi
6. Mengkonsumsi makanan yang bergizi dan pertahankan BB yang normal

42
BAB IIV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan individualisasi
perawatan yang perawat berikan. Proses-proses keperawatan yang dilakukan
menunjukan pentingnya peranan perawat dalam proses pengobatan dan
penyembuhan pasien. Intervensi yang diberikan haruslah sesuai dengan masalah
pasien dan diagnosa keperawatan yang ada. Akhirnya, dengan penyusunan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Artritis Reumatoid yang telah dibuat
menunjukan dan menjelaskan cara pembuatan asuhan keperawatan yang benar
dalam bentuk teori dan penangganan langsung kepada pasien. Penanganan
langung dan kerjasama yang baik dengan keluarga pasien dan pasien itu sendiri
dapat mempermudah intervensi yang akan dilakukan. Pemahaman yang benar
tentang penyakit ini dapat mempermudah dalam pembuatan Askep. Dengan
mengetahui cara yang benar dalam pembuatan Askep dapat meningkat
keterampilan dan kualitas dari perawat itu sendiri. Askep yang akurat juga dapat
membantu dalam memenuhi syarat akreditasi asuhan keperawatan

4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses
keperawatan/asuhan keperawatan khusunya tentang asuhan keperawatan pada
pasien bronkitis, dapat menunjang kita dalam proses pembelajaran pada mata
kuliah PKKDM II serta menjadi pedoman dan bahan pembelajaran dalam
melaksanakan profesi kita sebagai perawat nantinya. Oleh karena itu dengan
adanya bahan materi ini diharapakan kita sebagai mahasiswa mampu mengetahui
definisi penyakit artritis reumatoid, etiologinya, anatomi dan fisiologi,
patofisiologi dan patoflow artritis reumatoid, manifestasi klinik, pemeriksaan
diagnosis, terapi penyakit, komplikasi dari penyakit artritis reumatoid, prognosis
dan pencegahan yang dapat dilakukan dalam proses keperawatan, dapat
mengidentifikasi 70 tujuan dalam proses keperawatan, serta dapat mengetahui
contoh bentuk asuhan keperawatan sebelum kita turun ke lapangan/masyarakat

43
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Fluda Amin,Kusuma Hardhi.2016. Asuhan Keperawatan Praktis


Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda,Nic,Noc Dalam Berbagai Kasus. Edisi
Revis Jilid 2.Jogjakarta;Mediaction

Lemone Priscilla,Burkem Karen,Bauldoff Gerene.2015. Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah.Edisi 5.Jakarta;EGC

Yasmara,D,dkk.2016. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal


Bedah.Jakarta;EGC

Black M.Joyce,Hawks Hokanson Jane,2014.Keperawatan Medikal Bedah


Manajemen Klinis untuk hasil yang Diharapkan.Singapura;Elsevier

44

S-ar putea să vă placă și