Sunteți pe pagina 1din 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK HIDUP


BERSIH DAN SEHAT SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN DEMAM TIFOID
PADA SISWA DI SDN GENUKSARI 02 SEMARANG

Tutut Dwi Adi Cahyani, Syamsulhuda Budi Musthofa,


Bagoes Widjanarko
Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro
Email : tututdwicahyani@gmail.com

ABSTRACT
Typhoid fever is an acute infection of the digestive tract caused by Salmonella typhi.
Riskesdas Report in 2007, stated that prevalence of typhoid fever in Central Java
province was 1.61%. In Semarang, densely population areas with high potential for
typhoid fever for children 4-15 years old are Genuk district with number of
percentage 9.8% and noticed as top three in Semarang in 2016. Recent studies in
Southeast Asia showed the highest incidence occurring in children due to hygiene
factors where it is closely related to the Practice of Clean and Healthy Life. This
research aimed to determine the factors that correlated with the practice of clean and
healthy life as prevention of typhoid fever for students in primary school of
Genuksari 02 Semarang.
The type of this research is descriptive analytic with quantitative approach. The
sample in this research using total sampling for all students of 5th grade in Primary
School of Genuksari 02 who had never suffered typhoid fever with amount 60. The
data was collected by interview using questionnaire. This research use univariate
and bivariate analysis.
The research showed that most of respondents are 11 years old 53.3%, female
genders are 51.7%. 61.7% of respondents have good practice of clean and healthy
life. Variables that related with practice of clean and healthy life are Knowledge (p =
0,006) and facility of infrastructure (p = 0,005).While the unrelated variables are age
of respondent (p=0,907), gender (p=0,876), Attitude (p=0,114), and environmental
support (p=0,936).
This research is expected to be an input to improve learning about CHLB in order to
prevent typhoid fever in school-age children, especially primary school.

Keywords : Primary School Children, Practice, Typhoid Fever

PENDAHULUAN
Demam tifoidmerupakan tifoid cenderung meningkat tiap
penyakit infeksi akut pada saluran tahunnya dengan rata-rata 800 per
(1)
pencernaan yang disebabkan oleh 100.000 penduduk. Prevalensi
Salmonella typhi.Menurut data dari kasus tergantung tempat, perilaku
WHO tahun 2007, penderita Demam masyarakat, dan lingkungan. Setiap

826
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

tahun, di seluruh Indonesia terdapat klinis tifoid yang tinggi pada umur 5 –
sekitar 17 juta kasus dengan 600.000 14 tahun di kota semarang. Di
kematian. WHO memperkirakan 70% antaranya adalah puskesmas
kematian karena demam tifoid terjadi Tlogosari Kulon dengan jumlah klinis
di Asia. (2) Di Indonesia, diperkirakan tifoid 145 dan persentase 24,7%,
angka kejadian demam tifoid adalah puskesmas Ngaliyan dengan jumlah
300 – 810 kasus per 100.000 klinis tifoid 58 dan persentasi 9,8%,
penduduk per tahun. (3) dan puskesmas Genuk dengan jumlah
Laporan Riskesdas Tahun klinis tifoid 57 dengan persentase
2007, menyatakan bahwa prevalensi 9,7%.
demam tifoid di Provinsi Jawa tengah Di kota Semarang,
sebesar 1,61%. Prevalensi klinis tifoid persebaran kasus demam tifoid
banyak di temukan pada kelompok tersebar secara merata di daerah
umur sekolah (5-14 tahun) yaitu yang padat penduduk. Curah hujan
sebesar 1,9%. Terendah pada bayi yang tinggi juga dapat memicu
yakni 0,8%.(4) persebaran bakteri Salomella typhi
Demam tifoid erat kaitannya lebih cepat. Berdasarkan waktu,
dengan hygiene pribadi dan keadaan peningkatan kasus demam tifoid
lingkungan, seperti lingkungan yang terjadi pada buan November 2009
kumuh, sanitasi yang tidak baik, yakni sebanyak 74 kasus (43,8%).
kurangnya kebersihan makanan, dan Kasus demam tifoid baru memiliki
kebersihan tempat-tempat umum yang kecenderungan terjadi pada populasi
kurang.(5) di sekitar penderita demam tifoid yang
Data yang diperoleh dari dipengaruhi oleh beberapa faktor
Dinas Kesehatan Kota Semarang diantaranya yaitu adanya vektor
menunjukkan bahwa kasus Demam mekanik berupa lalat. (6) Di kota
Tifoid selalu terjadi setiap bulannya Semarang, daerah dengan penduduk
dan merupakan penyakit yang sering padat dan memiliki potensi besar
terjadi dalam jumlah yang besar. untuk terjangkit demam tifoid pada
Rekapitulasi bulanandata kesakitan anak 4-15 tahun adalah Genuk
Demam Tifoid tingkat puskesmas se- dengan persentasi klinis tifoid 9,8%
Kota Semarang kasus Demam Tifoid dan tertinggi ketiga di Semarang
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun 2016.
tahun, yaitu pada tahun 2008 sebesar Perilaku hidup bersih dan
2141 kasus, kemudian mengalami sehat (PHBS) di Sekolah adalah
peningkatan kasus pada tahun 2009 sekumpulan perilaku yang
yaitu sebanyak 5091 kasus, dan pada dipraktikkan oleh siswa-siswi, guru
tahun 2010 mengalami peningkatan dan masyarakat di lingkungan sekolah
sebanyak 6578 kasus. Sedangkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pada tahun 2011 sedikit mengalami pembelajaran, sehingga secara
penurunan yaitu sebanyak 5030 mandiri mampu mencegah penyakit,
penderita. meningkatkan kesehatan, serta
Berdasarkan rekapitulasi berperan aktif dalam mewujudkan
laporan tifoid kota Semarang dari lingkungan sehat.(7) Kurangnya PHBS
bulan Januari – Desember 2016. pada anak usia sekolah sangat
Terdapat tiga puskesmas dengan berpengaruh terhadap terjangkitnya

827
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

demam tifoid, karena dengan tidak siswa dari jumlah siswa kelas V
diterapkannya PHBS akan memicu berjumlah 83. Hal tersebut
mudahnya bakteri Salmonella typhi menunjukkan bahwa 27,7% siswa
untuk masuk kedalam tubuh merek kelas V pernah mengalami demam
sehingga anak-anak akan terjangkit tifoid. Selain itu tidak adanya kantin
demam tifoid. sehat di sekolah, melainkan hanya
Hasil studi terakhir di Asia pedagang jajanan yang berjajar
Tenggara menunjukkan insiden dengan minimnya tingkat higienitas di
tertinggi terjadi pada anak-anak. area berjualan sehingga hal tersebut
Adanya faktor higienitas dimana hal berpotensi terdapat salmonella Typhi
tersebut erat kaitannya dengan PHBS, yang dapat mengakibatkan demam
daya tahan tubuh dan kontaminasi tifoid.
susu atau produk susu oleh carrier Kelas V merupakan program
menyebabakan anak-anak lebih pembinaan untuk UKS dan sudah
banyak terinfeksi bakteri Salmonella lumayan matang untuk berfikir dan
typhi. (8) menganalisa masalah kesehatan yang
Anak sekolah merupakan ada disekitar mereka beserta upaya
kelompok yang rentan terhadap pencegahannya. Oleh karena itu
penularan bakteri dan virus yang peneliti ingin mengetahui faktor- faktor
disebarkan melalui makanan atau di yang berhubungan dengan praktik
kenal dengan food borne diseases. hidup bersih dan sehat sebagai upaya
Food borne disease adalah suatu pencegahan demam tifoid di SDN
penyakit karena adanya agen yang Genuksari 02.
masuk ke dalam tubuh manusia
melalui proses pencernaan makanan. METODE PENELITIAN
Hasil Riset Kesehatan Dasar Jenis penelitian ini adalah deskriptif
(Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan analitik dengan pendekatan
Typhoid pada kelompok anak usia kuantitatifdan menggunakan
sekolah menempati prevalensi rancangan penelitian cross sectional.
tertinggi dibandingkan semua Penelitian ini dilaksanakan di SDN
kelompok usia yang ada, yaitu Genuksari 02. Pengumpulan data
sebesar 1,9%. dilakukan melalui wawancara dengan
Data terbaru dari Dinas menggunakan kuesioner. Sampel
Kesehatan Kota Semarang tahun penlitian menggunakan total sampling
2016, Wilayah Puskesmas Genuk yag didapatkan dari jumlah siswa
merupakan wilayah dengan kasus kelas V SDN Genuksari 02 yang
demam tifoid yang cukup tinggi, belum pernah menderita demam tifoid
tercatat 193 kasus ditemukan pada berjumlah 60 siswa. Analisis data
tahun 2016, dengan data klinis tifoid yang dilakukan yaitu analisis univariat
pada anak berumur 5-14 tahun dan bivariat dengan menggunakan uji
tertinggi ketiga di Semarang yaitu chi square (taraf siginifikansi 5%).
dengan jumlah 57. Penelitian ini menggunakan teori
Melalui studi pendahuluan Lawrence Green yang melibatkan 5
diperoleh informasi mengenai siswa variable yakni usia, jenis kelamin,
kelas V yang pernah menderita pengetahuan, sikap, dukungan
demam tifoid adalah sebanyak 23

828
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

lingkungan sekolah, dan sarana Jumlah


prasarana. variabel Bebas
N %
HASIL PENELITIAN Usia Responden
Praktik hidup bersih dan sehat 10 Tahun 27 45
sebagai upaya pencegahan demam 11 Tahun 33 55
tifoid adalah sebagian besar kurang
baik (73,3%). Hal ini dikarenakan Umur Responden
sebanyak 58 responden (96,7%)
Perempuan 31 51,7
sering mengkonsumsi jajanan yang
dijual di sekitar sekolah. Sebanyak 56 Laki-Laki 29 48,3
responden (93,3%) sering
Pengetahuan Responden
mengkonsumsi es yang dijual di
sekitar sekolah, dan sebanyak 44 Baik 35 58,3
responden (73,3%) mengaku tidak Kurang Baik 25 41,7
selalu menggunakan sabun saat
mencuci tangan yang dimana hal-hal Sikap Responden
tersebut dapat memicu masuknya
Baik 34 56,7
Salmonella typhi kedalam tubuh.
Distribusi frekuensi variabel Kurang Baik 26 43,3
terikat dan bebas adalah sebagai
Dukungan Lingkungan
berikut:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Mendukung 38 63,3
Variabel Terikat Kurang Mendukung 22 36,7
Jumlah
Variabel Terikat Sarana Prasarana
N %
Praktik Hidup Bersih dan Baik 39 65
Sehat Kurang Baik 21 35
Baik 16 26,7
Kurang baik 44 73,3
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Uji
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hipotesis Chi Square
Variabel Bebas

829
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

kantin yang sehat di sekitar sekolah


Terdapat dua variabel bebas melainkan hanya pedagang-pedagang
yang memiliki hubungan dengan yang berjajar dengan minimnya
praktik hidup bersih dan sehat sebagai fasilitas untuk menunjang kebersihan
di area tempat dagang. Selain itu,
Variabel Bebas P-Value Keterangan sebanyak 56 responden (93,3%)
sering mengkonsumsi es yang dijual
Usia Tidak Ada di sekitar sekolah dimana es batu
0,907
Responden Hubungan yang dijual bebas di lingkungan
sekolah dapat berpotensi sebagai
Tidak Ada tempat bersarangnya Salmonella
Jenis Kelamin 0,876
Hubungan typhi.
Pengetahuan Ada A. Variabel yang Berhubungan
0,006 dengan Praktik Hidup Bersih
Responden Hubungan
dan Sehat Sebagai Upaya
Sikap Tidak Ada Pencegahan Demam Tifoid
0,114
Responden Hubungan 1. Pengetahuan
Dukungan Tidak Ada Hasil distribusi frekuensi
0,936 pengetahuan mengenai PHBS
Lingkungan Hubungan
pada anak Sekolah Dasar
Sarana dan Ada menunjukkan bahwa
0,005
Prasarana Hubungan sebanyak 35 responen
upaya pencegahan demam tifoid (58,3%) memiliki pengetahuan
siswa SDN Genuksari 02 yaitu yang baik mengenai PHBS,
pengetahuan responden dengan p- sedangkan 25 responden
value = 0,006 dan sarana prasarana (41,7%) memiliki pengetahuan
dengan p-value = 0,005. Sedangkan yang kurang baik mengenai
variabel yang tidak berhubungan yaitu PHBS namun rata-rata siswa
usia responden dengan p-value = tidak mengetahui singkatan
0,907, jenis kelamin responden dari PHBS dengan mereka
dengan p-value = 0,876, sikap menjawab salah dengan
responden dengan p-value = 0,114, persentase 58,3%.
dan dukungan lingkungan dengan p- Hasil uji hipotesis
value = 0,005. menggunakan chi-square
menunjukkan nilai p-value
PEMBAHASAN 0,006< 0,05 yang berarti H0
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditolak dan Ha diterima yang
praktik hidup bersih dan sehat berarti ada hubungan antara
terhadap upaya pencegahan demam pengetahuan dengan praktik
tifoid di SDN Genuksari 02 Semarang hidup bersih dan sehat.
adalah tergolong kurang baik (73,3%). Penelitian ini sejalan
Sebanyak 58 responden (96,7%) dengan penelitian Mulyadi
masih sering mengkonsumsi jajanan (2014) dengan judul “Tingkat
disekitar sekolah di mana hal tersebut Pengetahuan Siswa Terhadap
berpotensi sebagai perantara bakteri Penerapan Perilaku Hidup
Salmonella typhi untuk masuk Bersih dan Sehat di SDN 197
kedalam tubuh, terlebih tidak terdapat

830
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Palembang Tahun 2014” (PHBS) Pada Siswa di SMP


menyebutkan bahwa ada Negeri 2 Tompaso” yang
hubungan antara menyatakan adanya
pengetahuan dengan perilaku hubungan sarana prasarana
hidup bersih dan sehat. dengan perilaku hidup bersih
2. Sarana dan Prasarana dan sehat dengan nilai p
Hasil distribusi 0,021<0,05 yang berarti H0
menunjukkan bahwa sarana ditolak dan Ha diterima.
prasarana yang baik lebih B. Variabel yang Tidak
besar yaitu 65% dan kurang Berhubungan dengan Praktik
baik sebanyak 35%. Hidup Bersih dan Sehat
Sebanyak 55 responden Sebagai Upaya Pencegahan
(91,7%) mengaku jika tidak Demam Tifoid
terdapat sabun di sekolah 1. Usia Responden
untuk mencuci tangan. dalam penelitian ini
Sebanyak 44 responden responden persentase
73,3% mengaku tidak terdapat responden yang berusia 11
kantin bersih disekolah, tahun lebih banyak yakni 55%,
bahkan tidak layak disebut dibandingkan dengan
kantin karena hanya terdapat responden yang berusia 10
orang-orang pedagang yang tahun yakni 45%.
bejajar dengan minimnya Hasil uji hipotesis
tingkat higienitas di area menggunakan chi square di
tersebut. Dan sebanyak 59 dapatkan p value 0,907 > 0,05
responden 98,3% mengaku yang artinya Ha ditolak dan H0
tidak terdapat tissue bagi diterima. Maka tidak ada
pembeli di area berjualan hubungan antara usia dengan
makanan, padahal disana praktik hidup bersih dan sehat
terdapat makanan basah yang responden.
membutuhkan tissue untuk Hal ini didukung oleh
mencegah kuman menempel penelitian Maulana (2009)
ke tangan. dimana menjelaskan bahwa
Hasil uji hipotesis umur merupakan variabel
menggunakan chi square yang kurang berkorelasi
menunjukkan p value 0,005 > karena di perantarai oleh
0,05 maka H0 diterima dan Ha sikap.(9)
ditolak yang berarti ada 2. Jenis Kelamin Responden
hubungan antara sarana Berdasarkan distribusi
prasarana dan praktik hidup frekuensi dalam penelitian ini
bersih dan sehat. menunjukkan bahwa jumlah
Hasil penelitian ini perempuan lebih banyak yakni
sejalan dengan penelitian 31 siswa (51,7%), sedangkan
Helty dkk yang berjudul jumlah laki-laki 29 siswa
“Faktor-Faktor yang (48,3%).
Berhubungan dengan Perilaku Hasil uji hipotesis
Hidup Bersih dan Sehat menunjukkan p value yakni

831
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

0,876 > 0,05 yang artinya Ha demam tifoid pada waktu yang
ditolak dan H0 diterima. Maka akan datang.
dapat disimpulkan bahwa Hasil uji hipotesis
tidak ada hubungan antara menggunakan chi square
jenis kelamin dengan praktik didapatkan p-value = 0,007
hidup bersih dan sehat sehingga 0,007<0,05 maka H0
sebagai upaya pencegahan ditolak dan Ha diterima yang
demam tifoid. berarti ada hubungan antara
Hal ini sejalan dengan sikap dengan praktik hidup
penelitian yang dilakukan oleh bersih dan sehat.
Lisafatur tahun 2012 dengan Penelitian ini sejalan
judul “Hubungan Karakteristik dengan penelitian Syafni dkk
dan Pengetahuan Tentang yang berjudul “Hubungan
Kebersihan Perorangan Pengetahuan dan Sikap
dengan Perilaku Hidup Bersih Keluarga Tentang PHBS
dan Sehat (PHBS) di MI dengan Penerapan PHBS di
Matholiul Ulum II Menco Tatanan Rumah tangga”
Wedug Demak” dengan nilai Berdasarkan hasil uji statistic
p-value = 0,270 > 0,05 yang Chi-square didapatkan p value
berarti tidak ada hubungan = 0.434 >α (0,05), berarti Ho
bermakna antara jenis gagal ditolak sehingga dapat
kelamin dengan PHBS di MI disimpulkan bahwa tidak ada
Matholiul Ulum II Menco hubungan antara sikap
Wedung Demak. keluarga tentang PHBS
3. Sikap dengan penerapan PHBS di
Hasil distribusi tatanan rumah tangga.
frekuensi mengenai sikap 4. Dukungan Lingkungan
terhadap PHBS menunjukkan Sekolah
sikap yang baik lebih besar Dari hasil distribusi
persentasenya yaitu 56,7% frekuensi mengenai dukungan
dibandingkan dengan sikap lingkungan sekolah di
yang kurang baik yaitu 43,3%. dapatkan 63,3% mendukung
Sebagian besar responden dan 36,7% tidak mendukung.
tidak setuju bahwa jajan Rata-rata dukungan dari
sembarangan menyebabkan teman sebaya untuk
masalah Typhus 80% hal ini melakukan PHBS adalah
dikarenakan mereka merasa kurang. Sebanyak 85%
tidak pernah menderita responden menyatakan tidak
Typhus setelah pernah diingatkan untuk tidak
mengkonsumsi jajanan yang jajan sembarangan oleh
ada di sekolah, padahal teman. Sebanyak 78,3%
salmonella typhi sangat rentan teman tidak pernah
berada pada jajanan yang mengingatkan untuk buang air
tidak higienis dan dapat besar di jamban, dan
masuk kedalam tubuh siswa sebanyak 73,3% teman tidak
sehingga akan mengakibatkan pernag mengingatkan untuk

832
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

mencuci tangan. Sedangkan sehat sebagai upaya


peran guru yang paling tidak pencegahan demam tifoid :
banyak dilakukan yakni dalam a. Pengetahuan mengenai
memberikan informasi PHBS (p-value=0,006)
mengenai demam tifoid b. Sarana prasarana (p-
kepada siswanya, sebanyak value=0,005)
65% responden manjawab 3. Variabel yang tidak berhubungan
tidak pernah diberikan dengan dengan praktik hidup
informasi mengenai demam bersih dan sehat sebagai upaya
tifoid oleh guru mereka. pencegahan demam tifoid :
Hasil uji hipotesis a. Usia Responden (p-
menggunakan chi-square value=0,907)
menunjukkan p-value = 0,936 b. Jenis Kelamin (p-
> 0,05 yang berarti Ha ditolak value=0,876)
dan H0 diterima, maka tidak c. Sikap mengenai PHBS (p-
ada hubungan antara value=0,114)
dukungan lingkungan sekolah d. Dukungan lingkungan
dengan praktik hidup bersih sekolah (p-value=0,936)
dan sehat.
Pada penelitian Mia dkk SARAN
tahun 2016 pula dengan judul 1. Bagi SDN Genuksari 02
“Faktor-Faktor yang Semarang :
Berhubungan dengan Perilaku a. Diharapkan dari pihak sekolah
Mencuci Tangan Pakai Sabun terutama guru dapat berperan
pada siswa Sekolah Dasar aktif memberikan informasi
Negeri Sambiroto 01 Kota mengenai PHBS seperti
Semarang” Pada analisis singkatan PHBS, penyakit
hubungan peran teman yang timbul akibat kurangnya
sebaya terhadap perilaku PHBS, dan langkah-langkah
mencuci tangan memakai mencuci tangan pakai sabun
sabun diperoleh 57,5% sehingga dapat meningkatkan
mayoritas responden kesehatan siswa siswi di SDN
mengatakan bahwa teman Genuksari 02.
sebaya mendukung perilaku b. Diharapkan pihak sekolah
mencuci tangan pakai sabun. dapat meningkatkan sarana
(10)
prasarana untuk menunjang
kesehatan siswa siswi agar
KESIMPULAN terhindar dari berbagai
1. Sebagian besar responden penyakit seperti demam tifoid.
memiliki praktik yang kurang baik c. Diharapkan untuk selanjutnya
terhadap praktik hidup bersih dan guru dapat berperan aktif
sehat sebagai upaya menyampaikan informasi
pencegahan demam tifoid demam tifoid dan penyakit
(73,3%). lainnya agar siswa senantiasa
2. Variabel yang berhubungan waspada dan lebih menjaga
dengan praktik hidup bersih dan kesehatan mereka.

833
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 6, Nomor 1, Januari 2018 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

2. Bagi Peneliti selanjutnya : penatalaksanaannya. Edisi


Diharapkan bagi peneliti Pertama. Jakarta: Salemba
selanjutnya dapat meneliti secara Medika. 2002.
mendalam mengenai variabel- 9. Maulana, Heri. Promosi
variabel yang tidak berhubungan Kesehatan. Jakarta: EGC. 2009
kaitanya dengan demam tifoid di 10. Kartika, Mia, Dkk. Faktor-Faktor
sekolah dasar yang Berhubungan dengan
Perilaku Cuci Tangan Pakai
DAFTAR PUSTAKA Sabun pada Siswa Sekolah
1. Departemen Kesehatan RI. Dasar Negeri Sambiroto 01 Kota
Panduan Promosi Kesehatan di Semarang. Jurnal Kesehatan
Sekolah. Jakarta : Depkes RI. Masyarakat. Volume 4, Nomor 5,
2007 Oktober 2016
2. World Health Organization.Drug
resistant
salmonella.http://www.who.int/me
diacenter/factsheets/fs139/html.D
iakses Tanggal 28 Maret 2017
3. Yuni, Sri. Typhus, Penyakit
Akibat Kurangnya Kebersihan
Makanan.
http://pengetahuanbunda.
blogspot.com. Diakses tanggal
28 Maret 2017
4. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Riset Kesehatan Dasar 2007.
Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2008
5. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Profil Kesehatan
2005. Jakarta: Depkes RI. 2006
6. Rahmawati, Agustin Dwi. Analisis
Spasiotemporal Kasus Demam
Tifoid di Kota Semarang. Artikel
Ilmiah. Program Pendidikan
Sarjana Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas
Diponegoro. 2010.
7. Departemen Kesehatan RI.
Panduan Promosi Kesehatan di
Sekolah. Jakarta: Depkes RI,.
2007.
8. Soegijant, Soegeng.Demam
tifoid, ilmu penyakit anak
diagnosa dan edisi

834

S-ar putea să vă placă și