Sunteți pe pagina 1din 25

Nuzulul Official Site

A Hybrid Nurse & Blogger Universitas Airlangga

 Home
 About
 Topik
 Buku Tamu
 Download
 More
Kategori
 01 My Blog Log (16)
 02 My Laptop (16)
 03 Ngawur (15)
 04 Universitas Airlangga (9)
 05 My Gallery (8)
 06 My Mind (9)
 07 My Activity (16)
 08 Blog Modification (6)
 09 My Project (6)
 10 My Note (2)
 Kep Endokrin (4)
 Kep Integumen (0)
 Kep Kardiovaskuler (15)
 Kep Neurobehaviour (9)
 Kep Pencernaan (10)
 Kep Respirasi (16)
 Kep Sensori dan Persepsi (11)
 Kep Umum (3)
 Materi Kuliah Keperawatan (3)
 Materi Profesi Ners (1)

Artikel Terbaru
 Video Gaza Tonight - Binroh RSUA
 Kumpulan Bank Soal Manajemen Keperawatan
 Persiapan UKNI dan Evaluasi TryOut UKNI
 Pasang Disqus Comment di Blog Unair
 SAP Perawatan Pre Operasi
Artikel Populer
 Buku Tamu
 UNAIR hari ini membuka pendaftaran SNMPTN Jalur Undangan
 Onefreeze Software SMS Masal Gratis Karya Anak Bangsa
 Sahabat
 Pasang widget Blogger Unair

Statistik

My Project
Sabtu 3 Oktober 2015

Download Nuzulul Software


Pengumuman


Blogroll
 FKP Unair
 Google Plus
 UNAIR
 Visitor

Komentar Terbaru
 Lowongan Kerja di Buku Tamu
 Prionggo Hendradi di Askep Konstipasi Lansia
 eni di Askep TB Paru
 Aditya di Askep IMA STEMI
 MISYE MARCELINE TUMIATY di Askep IBS

Arsip
 January 2012
 February 2012
 February 2013
 March 2012
 March 2013
 March 2014
 April 2012
 April 2013
 May 2012
 May 2015
 June 2012
 July 2012
 August 2015
 September 2011
 September 2013
 September 2015
 October 2011
 October 2012
 October 2014
 November 2011
 November 2012
 November 2013
 December 2011

Pengunjung
1.941.428

Askep Apendisitis

diposting oleh Nuzulul Zulkarnain Haq pada 19 October 2011


di Kep Pencernaan - Copyright (c) 2015 Nuzulul Zulkarnain Haq. All rights reserved.
Lihat komentar

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) APENDISITIS


NUZULUL ZULKARNAIN HAQ

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit inflamasi pada system pencernaan sangat banyak, diantaranya appendisitis dan
divertikular disease. Appendisitis adalah suatu penyakit inflamasi pada apendiks diakibanya
terbuntunya lumen apendiks. Divertikular disease merupakan penyakit inflamasi pada saluran
cerna terutama kolon. Keduanya merupakan penyakit inflamasi tetapi penyebabnya berbeda.
Appendisitis disebabkan terbuntunya lumen apendiks. dengan fecalit, benda asing atau karena
terjepitnya apendiks, sedang diverticular disebabkan karena massa feces yang terlalu keras dan
membuat tekanan dalam lumen usus besar sehingga membentuk tonjolan-tonjolan divertikula
dan divertikula ini yang kemudian bila sampai terjepit atau terbuntu akan mengakibatkan
diverticulitis

Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang, namun
dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100 kasus tiap
100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan
pola makan, yaitu Negara berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data
epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai
puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang
dewasa. Sedangkan insiden diverticulitis lebih umum terjadi pada sebagian besar Negara barat
dengan diet rendah serat. Lazimnya di Amerika Serikat sekitar 10%. Dan lebih dari 50% pada
pemeriksaan fisik orang dewasa pada umur lebih dari 60 tahun menderita penyakit ini

Apendisitis dan divertikulitis termasuk penyakit yang dapat dicegah apabila kita mengetahui dan
mengerti ilmu tentang penyakit ini. Seorang perawat memiliki peran tidak hanya sebagai care
giver yang nantinya hanya akan bisa memberikan perawatan pada pasien yang sedang sakit saja.
Tetapi, perawat harus mampu menjadi promotor, promosi kesehatan yang tepat akan
menurunkan tingkat kejadian penyakit ini.

Sehingga makalah ini di susun agar memberi pengetahuan tentang penyakit apendisitis dan
diverticulitis sehingga mahasiswa calon perawat dapat lebih mudah memahami tentang
pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, asuhan keperawatan, penatalaksanaan medis
pada pasien dengan apendisitis dan diverticulitis.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah konsep apendisitis ?

1.2.2 Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada apendisitis ?


1.3 Tujuan

1.3.2 Tujuan umum

Menjelaskan konsep dan proses asuhan keperawatan pada apendisitis.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi definisi dari apendisitis


2. Mengidentifikasi anatomi dan fisiologi apendisitis
3. Mengidentifikasi etiologi dari apendisitis
4. Mengidentifikasi patofisiologi dari apendisitis
5. Mengidentifikasi manifestasi klinis dari apendisitis
6. Mengidentifikasi proses keperawatan dari apendisitis

1.4 Manfaat

1.4.1 Mahasiswa mengetahui dasar konsep dasar apendisitis

1.4.2 Mahasiswa mampu melakukan proses asuhan keperawatan pada apendisitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah
kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat
sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran
umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh
peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).
Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa
pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal
usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di
perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks ( Anonim, Apendisitis, 2007)

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Usus buntu dalam bahasa latin disebut sebagai Appendix vermiformis Appendiks terletak di
ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan
medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior.
Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang
menghubungkan sias kanan dengan pusat. Posisi apendiks berada pada Laterosekal yaitu di
lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen
(Harnawatiaj,2008). Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa
berbed bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.

Ukuran panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa
mengandung amilase dan musin. Pada kasus apendisitis, apendiks dapat terletak intraperitoneal
atau retroperitoneal. Apendiks disarafi oleh saraf parasimpatis (berasal dari cabang nervus vagus)
dan simpatis (berasal dari nervus thorakalis X). Hal ini mengakibatkan nyeri pada apendisitis
berawal dari sekitar umbilicus (Nasution,2010).

Saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif
berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi
kelenjar limfoid. Apendiks menghasilkan suatu imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh
GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue), yaitu Ig A. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai
perlindungan terhadap infeksi, tetapi jumlah Ig A yang dihasilkan oleh apendiks sangat sedikit
bila dibandingkan dengan jumlah Ig A yang dihasilkan oleh organ saluran cerna yang lain. Jadi
pengangkatan apendiks tidak akan mempengaruhi sistem imun tubuh, khususnya saluran cerna
(Nasution,2010).

2.3 Etiologi

Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetus apendisitis. Sumbatan pada lumen apendiks
merupakan faktor penyebab dari apendisitis akut, di samping hiperplasia (pembesaran) jaringan
limfoid, timbuan tinja/feces yang keras (fekalit), tumor apendiks, cacing ascaris, benda asing
dalam tubuh (biji cabai, biji jambu, dll) juga dapat menyebabkan sumbatan.
Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya
sebagai penyebab appendisitis adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia
jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk
berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah
tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi
yang berakibat pada peradangan usus buntu.(Anonim,2008)

Klasifikas pendisitis

Apendisitis akut

Apendisitis akut adalah : radang pada jaringan apendiks. Apendisitis akut pada dasarnya
adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan diikuti oleh proses infeksi dari apendiks.

Penyebab obstruksi dapat berupa :

1. Hiperplasi limfonodi sub mukosa dinding apendiks.

2. Fekalit

3. Benda asing

4. Tumor.

Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang diproduksi tidak dapat keluar dari
apendiks, hal ini semakin meningkatkan tekanan intra luminer sehingga menyebabkan tekanan
intra mukosa juga semakin tinggi.

Tekanan yang tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks sehingga terjadi
peradangan supuratif yang menghasilkan pus / nanah pada dinding apendiks.

Selain obstruksi, apendisitis juga dapat disebabkan oleh penyebaran infeksi dari organ lain yang
kemudian menyebar secara hematogen ke apendiks.

Appendicitis Purulenta (Supurative Appendicitis)

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan terbendungnya aliran
vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia
dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding
appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat
dan fibrin. Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen
terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri
tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif.
Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda
peritonitis umum.

Apendisitis kronik

Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika dipenuhi semua syarat : riwayat nyeri
perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopikdan
mikroskopik, dan keluhan menghilang satelah apendektomi.

Kriteria mikroskopik apendiksitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks,


sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa, dan
infiltrasi sel inflamasi kronik. Insidens apendisitis kronik antara 1-5 persen.

Apendissitis rekurens

Diagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan
bawah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil patologi menunjukan peradangan akut.
Kelainan ini terjadi bila serangn apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun,
apendisitis tidak perna kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut.
Resiko untuk terjadinya serangn lagi sekitar 50 persen. Insidens apendisitis rekurens biasanya
dilakukan apendektomi yang diperiksa secara patologik.

Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering penderita datang
dalam serangan akut.

Mukokel Apendiks

Mukokel apendiks adalah dilatasi kistik dari apendiks yang berisi musin akibat adanya obstruksi
kronik pangkal apendiks, yang biasanya berupa jaringan fibrosa. Jika isi lumen steril, musin akan
tertimbun tanpa infeksi. Walaupun jarang,mukokel dapat disebabkan oleh suatu kistadenoma
yang dicurigai bisa menjadi ganas.

Penderita sering datang dengan eluhan ringan berupa rasa tidak enak di perut kanan bawah.
Kadang teraba massa memanjang di regio iliaka kanan. Suatu saat bila terjadi infeksi, akan
timbul tanda apendisitis akut. Pengobatannya adalah apendiktomi.

Tumor Apendiks
Adenokarsinoma apendiks

Penyakit ini jarang ditemukan, biasa ditemukan kebetulan sewaktu apendektomi atas indikasi
apendisitis akut. Karena bisa metastasis ke limfonodi regional, dianjurkan hemikolektomi kanan
yang akan memberi harapan hidup yang jauh lebih baik dibanding hanya apendektomi.

Karsinoid Apendiks

Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang didiagnosis prabedah,tetapi
ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan patologi atas spesimen apendiks dengan diagnosis
prabedah apendisitis akut. Sindrom karsinoid berupa rangsangan kemerahan (flushing) pada
muka, sesak napas karena spasme bronkus, dan diare ynag hanya ditemukan pada sekitar 6%
kasus tumor karsinoid perut. Sel tumor memproduksi serotonin yang menyebabkan gejala
tersebut di atas.

Meskipun diragukan sebagai keganasan, karsinoid ternyata bisa memberikan residif dan adanya
metastasis sehingga diperlukan opersai radikal. Bila spesimen patologik apendiks menunjukkan
karsinoid dan pangkal tidak bebas tumor, dilakukan operasi ulang reseksi ileosekal atau
hemikolektomi kanan

2.4 Patofisiologi

Pada umumnya obstruksi pada appendiks ini terjadi karena :


a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya

e. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus

f. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.

g. Tergantung pada bentuk appendiks


h. Appendik yang terlalu panjang.
i, Messo appendiks yang pendek.
j. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
k. Kelainan katup di pangkal appendiks.

Akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feces) atau benda
asing, apendiks terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi tersebut menyebabkan
aliran cairan limfe dan darah tidak sempurna, meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan
nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi
dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
Appendiks mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan (gangren) karena sudah tak
mendapatkan makanan lagi. Pembusukan usus buntu ini menghasilkan cairan bernanah, apabila
tidak segera ditangani maka akibatnya usus buntu akan pecah (perforasi/robek) dan nanah
tersebut yang berisi bakteri menyebar ke rongga perut. Dampaknya adalah infeksi yang semakin
meluas, yaitu infeksi dinding rongga perut (Peritonitis).

WOC (Web of Cause)

DOWNLOAD : WOC APENDISITIS

2.5 Maninfestasi klinis

Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. 3 anamnesa penting yakni:

1. Anoreksia biasanya tanda pertama.


2. Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian menjalar
ketempat appendics yang meradang (parietal). Retrosekal/nyeri punggung/pinggang.
Postekal/nyeri terbuka.
3. Diare, Muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.

Gejala usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya;

1. Penyakit Radang Usus Buntu akut (mendadak)

Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi Demam bisa mencapai 37,8-
38,8° Celsius, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak
terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya
bersifat meriang, atau mual-muntah saja

1. Penyakit Radang Usus Buntu kronik

Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar
(tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai
dengan rasa mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan
bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pd titik Mc Burney (titik
tengah antara umbilicus dan Krista iliaka kanan).

Penyebaran rasa nyeri akan bergantung pada arah posisi/letak usus buntu itu sendiri terhadap
usus besar, Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama
dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus
buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada
posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik. (Anonim, 2008)

Pemeriksaan Diagnosa Penyakit

Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan dan mendiagnosa
adanya penyakit radang usus buntu (Appendicitis). Diantaranya adalah pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiology:

1. Pemeriksaan fisik.

1. Inspeksi: akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding
perut tampak mengencang (distensi).
2. Palpasi: didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan
dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari
diagnosis apendisitis akut.
3. Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi,
maka rasa nyeri di perut semakin parah (psoas sign)
4. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur
dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
5. Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi
adanya radang usus buntu.
6. Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji Psoas akan positif dan tanda
perangsangan peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan bila apendiks terletak di rongga
pelvis maka Obturator sign akan positif dan tanda perangsangan peritoneum akan lebih
menonjol

Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah
putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu,
maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

Pemeriksaan radiologi

Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu
dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam
penegakkan diagnosis apendisitis, terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat
keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan CT scan
dapat terlihat jelas gambaran apendiks. Pada kasus yang kronik dapat dilakukan rontgen foto
abdomen, USG abdomen dan apendikogram.

2.6 Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di lakukan. Cairan intra
vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi pengangkatan appendics dalam 24 jam
sampai 48 jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop.
Bila operasi dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu
menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda namun karena
dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi
klien memerlukan antibiotik dan drainase.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat apendisitis yang taktertangani yakni:


1. Perforasi dengan pembentukan abses.
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

STUDY KASUS

Tn. RJ berusia 28th datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perutnya, nyeri
terus bertambah hingga menjalar sampai ke perut sebelah kanan bawah. Nyeri dirasakan Tn.RJ
terus menerus dan dirasakan 3 hari sebelum ke rumah sakit. Selain nyeri Tn.RJ juga mengeluh
rasa mual dan muntah. Disertai demam tinggi ketika nyeri dirasakan.

3.2 PENGKAJIAN

3.1.1 Anamnesa

Data demografi

Nama : Tn. RJ

Umur : 27 th

Jenis kelamin : Laki-Laki

Status : Kawin

Agama : islam
Suku bangsa : jawa

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : swasta

Alamat : kenjeran baru 2A

Dx medis : apendisitis

Keluhan utama.

Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah.
Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di
pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus.
Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.

Riwayat penyakit dahulu.

Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang.

Riwayat penyakit sekarang

3.1.2 Pemeriksaan Fisik.

B1 (Breathing) : Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Respirasi : Takipnoe,


pernapasan dangkal.

B2 (Blood) : Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.

B3 (Brain) : Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Data psikologis Klien
nampak gelisah.

B4 (Bladder) : konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang

B5 (Bowel) : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau


tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus,
yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai indikator
untuk menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada
awitan awal dan kadang-kadang terjadi diare
B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi
duduk tegak.

3.1.2 Pemeriksaan diagnostic

leukosit diatas 12.000/mm3. Neurofil meningkat sampai 75%. Foto abdomen dapat
menyatakan adanya pengerasan material pada apendiks (fekalit), ileus terlokalisir

3.2 PERAWATAN PERIOPERATIF

1.Persiapan operasi (inform consent)

2.kecemasan menjelang operasi

3.Memberikan informasi tentang prosedur tentang pembedahan/prognosis, kebutuhan


pengobatan, dan potensial komplikasi

3.3 PERAWATAN POSTOPERATIF

Diagnosa keperawatan : infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama


pada apendisitis, pembentukan abses.

kriteria hasil : meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda

infeksi/inflamasi, drainase purulen, eritema dan demam

Intervensi Rasional
Mandiri

Awasi tanda vital. Perhatikan demam, Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses,
menggigil, berkeringat, perubahan mental, peritonitis
meningkatkan nyeri abdomen.

Lakukan pencucian tangan yang baik dan


perawatan luka aseptic. Berikan perawatan Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
paripurna.

Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik


drainase luka/drein (bisa dimasukkan), adanya
eritema.
Memberikan deteksi dini terjadi proses infeksi,
Berikan informasi yang tepat, jujur pada dan/atau pengawasan penyembuhan peritonitis
pasien/orang terdekat. yang telah ada sebelumnya.

Pengetahuan tentang kemajuan situasi


memberikan dukungn emosi, membantu
Kolaborasi menurunkan ansietas.

Ambil contoh drainase bila diindikasikan.

Kultur pewarnaan Gram dan sensitivities


berguna untuk mengidentifikasikan organism
penyebab dan pilihan terapi.

Berikan antibiotic sesuai indikasi. Mungkin diberikan secara profilaktik atau


menurunkan jumlah organism (pada infeksi
yang telah ada pertumbuhannya pada rongga
abdomen.

Dapat diperlukan untuk mengalirkan isi abses


terlokalisir.

Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan

Diagnose keperawatan : kekurangan volume berhubungan dengan muntah


preoperasi kriteria hasil : mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh .

kelembaban membrane mukosa, tugor kulit baik, tanda-tanda vital dan secara individual
haluaran.

Intervensi Rasional
Mandiri

Awasi tekanan darah nadi. Tanda yang membantu mengidentifikasikan


fluktuasi volume intravaskuler.

Indicator keadekuatan sirkulasi perifer dan


Lihat membrane mukosa, kaji tugor kulit dan hidrasi seluler.
pengisian kapiler.
Penurunan haluaran urin pekat dengan
Awasi masukan dan haluaran, catat warna peningkatan berat jenis diduga
urine/konsentrasi, berat jenis. dehidrasi/kebutuhan peningkatan cairan.

Indicator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk


pemasukan per oral.
Auskultasi bising usus, catat kelancaran
flatus, gerakan usus. Dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering
dan pecah-pecah
Berikan perawatan mulut sering dengan
perhatian khusus pada perlindungan bibir.

Kolaborasi Selang NG biasanya dimasukkan pada


praoperasi dan dipertahankan pada fase segera
Pertahankan penghisapan gaster/usus. pascaoperasi untuk dekompresi usus,
meningkatkan istirahat usus, mencegah mentah.

Peritoneum bereaksi terhadap iritasi/infeksi


dengan menghasilkan sejumlah besar cairan
yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah,
mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi dapat
terjadi ketidakseimbangan elektrolit

Berikan cairan IV dan elektrolit

Diagnose keperawatan : nyeri berhubungan dengan adanya insisi bedah

kriteria hasil : nyeri menghilang atau terkontrol

Intervensi Rasional
Mandiri

Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, berat Berguna dalam pengawasan keefektifan obat,
(skala 0-10). Sakit dan laporkan perubahan kemajuan penyembuhan. Perubahan pada
nyeri dengan tepat. kerakteristik nyeri menunjukkan terjadinya
abses/peritonitis, memerlukan upaya evaluasi
medic dan intervensi.

Pertahankan istirahat dengan posisi semi- Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam
abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan
fowler. tegangan abdomen yang bertambah dengan
posisi terlentang.

Meningkatkan normalitas fungsi organ, contoh


merangsang peristaltic dan kelancaran flatus,
menurunkan ketidak nyamanan abdomen.
Dorong ambulasi dini.
Focus perhatian kembali, meningkatkan
relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan
koping.
Berikan aktivitas hiburan.

Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltic


Kolaborasi usus dini dan iritasi gaster/muntah.

Pertahankan puasa/penghisapan NG pada Menghilangkan nyeri mempermudah kerja sama


awal intervensi terapi lain contoh ambulasi, batuk.

Berikan analgesic sesuai indikasi Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui


penghilangan rasa ujung saraf.

Berikan kantong es pada abdomen.

Diagnose keperawatan : kurang pengetahuan tentang pengobatan berhubungan dengan

kurang mengenal sumber informasi

kriteria hasil : menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan dan

berpartisipasi dalam program

Intervensi Rasional
Mandiri

Kaji ulang pembatasan aktivitas pascaoperasi Memberikan informasi pada pasien untuk
merencanakan kembali rutinitas biasa tanpa
menimbulkan masalah.

Membantu kembali ke fungsi usus semula


Anjuran menggunakan laksatif/pelembek feses mencegah ngejan saat defekasi
ringan bila perlu dan hindari enema
Pemahaman meningkatkan kerja sama dengan
Diskusikan perawatan insisi, termasuk terapi, meningkatkan penyembuhan
mengamati balutan, pembatasan mandi, dan
kembali ke dokter untuk mengangkat
jahitan/pengikat

Identifikasi gejala yang memerlukan evaluasi


medic, contoh peningkatan nyeri Upaya intervensi menurunkan resiko
edema/eritema luka, adanya drainase, demam komplikasi lambatnya penyembuhan
peritonitis.

Implementasi

Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan
sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Pada tahap ini perawat
menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan
terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien post apendektomi. Pada
pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen dan dependen.

Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua kegiatan yang diprakarsai oleh perawat itu
sendiri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya Pada fungsi interdependen
adalah dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang
lain dalam keperawatan maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi
yang dilaksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain.

Evaluasi.

Untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada klien
perlu dilakukan evaluasi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut : Apakah klien dapat
mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh?. Apakah klien dapat terhidar dari bahaya
infeksi?. Apakah rasa nyeri akan dapat teratasi?. Apakah klien sudah mendapat informasi tentang
perawatan dan pengobatannya. (Harnawatiaj,2008)

Perlu dipahami juga hal-hal yang penting dalam evaluasi dan harus dicatat dalam dokumentasi
yakni:

1. Jam: WIB
2. Prilaku verbal pasien
3. Prilaku non verbal
4. Kebutuhan untuk dibantu
5. Tindakan keperawatan(Abubakar,2010)
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).
Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa
pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal
usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di
perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain:

1 Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual dan muntah.

2 Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh.

3 Nyeri berhubungan dengan distensi jaringan intestinal.

4 Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan informasi


kurang.

5 Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake menurun.

6 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan yang dirasakan

Divertikula dalam bahasa latinnya (diverticulum) adalah Penonjolan keluar abnormal berbentuk
katong yang terbentuk dari lapisan usus yang meluas sepanjang defek di lapisan otot, merupakan
penonjolan dari mukosa serta submukosa. Divertikulitis terjadi bila makanan dan bakteri tertahan
di suatu divertikulum yang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat membentuk drainase
dan akhirnya menimbulkan perforasi atau pembentukan abses.

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan yakni:

1. Nyeri berhubungan dengan diverticulitis


2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan komplikasi sekunder terhadap
penyakit divertikuler
1.2 Saran

Mahasiswa keperawatan harus benar-benar memahami konsep dasar penyakit apendisitis dan
diverkulitis ini sebelum benar-benar mempraktekkannya di rumah sakit.

Daftar Pustaka

L. Ludeman.2002.The pathology of diverticular disease


(online)(linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1521691802902970 diakses pada 28 Nov 2010
pukul 19.30)

_____,2009. Colonic Diverticular Disease.


(online)(www.clevelandclinicmeded.com/.../diseasemanagement/.../colonic-diverticular-disease/
diakses pada 28 Nov 2010 pukul 19.35)

Mahdi,2010. ASKEP DIVERTIKULUM PADA COLON . (online)(http://askep-


mahdi.blogspot.com/2010/01/askep-divertikulum-pada-colon.html diakses pada 28 Nov 2010
pukul 19.46)

Burner and suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,-edisi 8,-volume 2, Jakarta :
EGC.

Engram, Barbara, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2, Jakarta : EGC.

RadenFahmi,2010. Divertikulosis. (online) (http://community.um.ac.id/showthread.php?55616-


diakses pada 29 Nov 2010 pukul 20.03)

Harnawatiaj,2008. Askep Apendisitis.


(online) (http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/27/askep-apendisitis/ diakses pada 28 Nov
2010 pukul 20.07)

Putri,2010.Askep Apendisitis (online)(http://putrisayangbunda.blog.com/2010/02/10/askep-


apendisitis-usus-buntu/ diakses pada 28 Nov 2010 pukul 13.50)

Perry & Potter, 2006, Fundamental Keperawatan volume 2, Jakarta : EGC.

Copyright (c) 2011-2015 Nuzulul Zulkarnain Haq. All rights reserved.


Seluruh artikel di nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id dapat anda perbanyak, cetak, modifikasi dan
distribusikan secara bebas asal tetap mencantumkan nama penulis dan URL lengkap artikel.
Powered by Universitas Airlangga

S-ar putea să vă placă și