Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya saya masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini, yang
berjudul “ASKEP KEJANG DEMAM”. Makalah ini ditulis guna memenuhi tugas mata
kuliah ASKEP Kegawatdaruratan I . Tidak lupa saya ucapkan kepada teman yang sudah
bekerja sama sehingga selesailah makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini kami masih banyak kekurangannya oleh
karena itu mohon kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan selesainya makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan teman-teman yang membutuhkan.
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
B. Tujuan .................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian .......................................................................................... 4
B. Etiologi ................................................................................................ 4
C. Patofisiologi ......................................................................................... 5
D. Manifestasi Klinik................................................................................... 6
E. Klasifikasi .............................................................................................. 7
F. Komplikasi ............................................................................................. 7
G. Pencegahan .............................................................................................. 8
H. Diagnosa.................................................................................................. 9
J. Penatalaksanaan .................................................................................... 11
A. Kesimpulan .......................................................................................... 23
B. Saran .................................................................................................... 23
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktifitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral yang berlebihan.
Aktivitas ini bersifat dapat parsial atau vokal, berasal dari daerah spesifik korteks serebri,
atau umum, melibatkan kedua hemisfer otak. Manifestasi jenis ini bervariasi, tergantung
bagian otak yang terkena.
Penyebab kejang mencakup factor-faktor perinatal, malformasi otak congenital, factor
genetic, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit demam, gangguan metabilisme,
trauma, neoplasma, toksin, gangguan sirkulasi, dan penyakit degeneratif susunan saraf.
Kejang disebut idiopatik bila tidak dapat ditemukan penyebabnya.
Epilepsi adalah gangguan yang ditandai dengan kejang yang kronik, kejang yang
terutama berasal dari serebri menunjukkan disfungsi otak yang mendasarinya. Epilepsy
sendiri bukan suatu penyakit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat sistem
persarafan pada pasien dengan kejang.
2. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini diharapkan :
a. Memahami seperti apa asuhan keperawatan gawat darurat sistem persarafan pada pasien
dengan kejang.
b. Mampu membuat pengkajian pada pasien dengan kejang
c. Mampu membuat diagnosa pada pasien dengan kejang
d. Mampu membuat perencanaan pada pasien dengan kejang
e. Mampu melaksanakan implementasi pada pasien dengan kejang
f. Mampu menilai evaluasi pada pasien dengan kejang.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN.
1. Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal di
atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997: 229)
2. Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh
rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Mansjoer,
A.dkk. 2000: 434)
3. Kejang demam : kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh
kelainan ekstrakranium (Lumban tobing, 1995: 1)
4. Kejang demam : gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang ditandai
dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182)
5. Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat
sementara (Hudak and Gallo,1996).
6. Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan
demam (Walley and Wong’s edisi III,1996).
7. Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering
juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia
di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang
timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson,
1995).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi karena peningkatan suhu tubuh yaitu 38o C yang sering di jumpai pada usia anak
dibawah lima tahun.
B. ETIOLOGI.
4
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan Whaley and Wong
(1995: 1929)
Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi kejang
demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demam
mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh
virus daripada bakterial.
C. PATOFISIOLOGI.
Dari uraian di atas, diketahui bahwa sumber energi otak adalah glukosa yang melalui
proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel yang dikelilingi oleh membran yang terdiri
dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit oleh
natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konentrasi K+ dalam
sel neuron tinggi dan ion Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena keadaan tersebut, maka terjadi perbedaan potensial membran yang disebut potesial
membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi
dan bantuan enzim Na – K Atp – ase yang terdapat pada permukaan sel.
5
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan konsentrasi ion di
ruang ekstraseluler. Rangsangan yang datangnya mendadak seperti mekanis, kimiawi atau
aliran listrik dari sekitarnya dan perubahan patofisiologi dan membran sendiri karena penyakit
atau keturunan.
Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38o C
dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40o C atau lebih, kejang
yang berlangsung lama (>15 menit) biasanya disertai apnea. Meningkatnya kebutuhan O2 dan
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, denyut jantung yang
tidak teratur dan makin meningkatnya suhu tubuh karena tingginya aktifitas otot dan
selanjutnya menyebabkan metabolisme otek meningkat. Faktor terpenting adalah gangguan
peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga meningkatkan permeabilitas kapiler
dan timbul oedema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak (Hasan dan Alatas,
1985: 847 dan Ngastiyah, 1997: 229).
D. MANIFESTASI KLINIS.
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral, serangan berupa klonik atau
tonik-klonik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar
kembali tanpa adanya kelainan saraf. Kejang demam dapat berlangsung lama dan atau parsial.
Pada kejang yang unilateral kadang-kadang diikuti oleh hemiplegi sementara (Todd’s
hemiplegia) yang berlangsung beberapa jam atau bebarapa hari. Kejang unilateral yang lama
dapat diikuti oleh hemiplegi yang menetap. (Lumbantobing,SM.1989:43)
6
Menurut Behman (2000: 843) kejang demam terkait dengan kenaikan suhu yang tinggi
dan biasanya berkembang bila suhu tubuh mencapai 39o C atau lebih ditandai dengan adanya
kejang khas menyeluruh tionik klonik lama beberapa detik sampai 10 menit. Kejang demam
yang menetap > 15 menit menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau toksik
selain itu juga dapat terjadi mata terbalik ke atas dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta
gerakan sentakan terulang.
E. KLASIFIKASI.
yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum. Adapun pedoman untuk
mendiagnosa kejang demam sederhana dapat diketahui melalui criteria Livingstone, yaitu :
2. Kejang kompleks
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh criteria Livingstone.
Menurut Mansyur ( 2000: 434) biasanya dari kejang kompleks diandai dengan kejang yang
berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini
anak sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang dalam atau tanpa
kejang dalam riwayat keluarga.
F. KOMPLIKASI.
7
Menurut Lumbantobing ( 1995: 31) Dan Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI
(1985: 849-850). Komplikasi kejang demam umumnya berlangsung lebih dari 15 menit yaitu
:
1. Kerusakan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu kejang
melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D Asparate ) yang
mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang merusak sel neuoran secara
irreversible.
2. Retardasi mental
G. PENCEGAHAN.
1. Pencegahan berulang
2) Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan termometer, cara pengukuran suhu
tubuh anak, serta keterangan batas-batas suhu normal pada anak ( 36-37ºC)
3) Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya pada saat mulai demam dan
jangan menunggu sampai meningkat
4) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang demam
bila anak akan diimunisasi.
8
1. Baringkan pasien pada tempat yang rata
2. Kepala dimiringkan unutk menghindari aspirasi cairan tubuh
3. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
4. Lepaskan pakaian yang ketat
5. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cedera
H. DIAGNOSA.
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat prognosisnya baik dan tidak perlu
menyebabkan kematian, resiko seorang anak sesudah menderita kejang demam tergantung
faktor :
2. Kelainan dalam perkembangan atau kelainan saraf sebelum anak menderita kejang
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, di kemudian hari akan
mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 %, dibanding bila hanya terdapat satu atau
tidak sama sekali faktor tersebut, serangan kejang tanpa demam 2%-3% saja (“Consensus
Statement on Febrile Seizures 1981”).
I. PENATALAKSANAAN.
Menurut Ngastiyah (1997: 232-235) dan Hassan & Alatas (195: 850-854) ada 4 faktor yang
perlu dikerjakan :
≥ 10 kg = 10 mg
9
atau diazepam rektal dosis ≤ 10 kg = 5mg/kg
Kejang berhenti
neonatus =30 mg IM
1 bln-1 thn=50 mg IM
>1 thn=75 mg IM
Pengobatan rumat
4 jam kemudian
Bia diazepam tidak tersedia langsung memakai fenobarbital dengan dosis awal
selanjutnya diteruskan dengan dosis rumat.
3. Meurunkan panas bila demam atau hipereaksi, dengan kompres seluruh tubuh dan bila telah
memungkinkan dapat diberikan parasetamol 10 mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3
mg/kgBB
4. memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama (> 10 menit) dengan IV
: D5 1/4, D5 1/5, RL.
a. Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera dilakukan. Bila
terdapat hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 – 4 ml/kg BB secara intravena
dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa 10 % sebanyak 60 – 80 ml/kg
10
secara intravena. Pemberian Ca – glukosa hendaknya disertai dengan monitoring jantung
karena dapat menyebabkan bradikardi. Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai
kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan larutan Ca glukosa 10 % sebanyak 10
ml per oral setiap sebelum minum susu.
b. Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50%
Mg SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 – 6 ml.
Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant
dapat muncul.
Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk memberantas kejang
pada BBL dengan alasan efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang
berikutnya. Disamping itu pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi
pusat pernafasan karena zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat
menghalangi peningkatan bilirubin dalam darah
J. PEMERIKSAAN PENUNJANG.
Menurut Komite Medik RSUP Dr. sardjito ( 2000:193) dan LUmbantobing dan Ismail
(1989 :43), pemeriksaannya adalah :
1. EEG
Pemeriksaan EEG dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak menunjukan kelainan
likuor. Gelombang EEG lambat didaerah belakang dan unilateral menunjukan kejang demam
kompleks.
2. Lumbal Pungsi
11
Tes ini untuk memperoleh cairan cerebrospinalis dan untuk mengetahui keadaan lintas likuor.
Tes ini dapaat mendeteksi penyebab kejang demam atau kejang karena infeksi pada otak.
1. Pada kejang demam tidak terdapat gambaran patologhis dan pemeriksaan lumbal
pungsi
2. Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal (normal bayi 40-60ml, anak
muda 60-100ml, anak lebih tua 80-120ml dan dewasa 130-150ml)
3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa 3.5-5.0 mEq/L, bayi 3.6-
5.8mEq/L).
12
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data subjektif
a. Biodata/Identitas
2) Biodata orang tua perlu dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama,
umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
2) Lama serangan
3) Pola serangan
4) Frekuensi serangan
6) Riwayat penyakit sekarang yang menyertai (Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap
bicara (khususnya pada penderita epilepsi), gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA,
Morbili dan lain-lain.)
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah
mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali?
13
Kedaan ibu sewaktu hamil per trimester, apakah ibu pernah mengalami infeksi atau
sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma, perdarahan per vaginam sewaktu hamil,
penggunaan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah
sukar, spontan atau dengan tindakan ( forcep/vakum), perdarahan ante partum, asfiksi dan lain-
lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau menetek, dan
kejang-kejang.
e. Riwayat Imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur
mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi
DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.
f. Riwayat Perkembangan
2) Gerakan motorik halus : berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot
kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu
benda, dan lain-lain.
4) Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara
spontan.
14
h. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji siapakah yang
mengasuh anak. Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya.
b) Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan
dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis.
c) Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan,
tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan
pertama.
2) Pola nutrisi
3) Pola Eliminasi
1. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal : 36). Pertama kali perhatikan keadaan
umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada
kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran
setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan
neurologi.
2. Pemeriksaan Fisik
Sedangkan menurut Greenberg (1980 : 122 – 128), hal-hal yang perlu dikaji pada pasien
dengan kejang demam:
1. Riwayat Keperawatan
15
a. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
b. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia, gastroenteriks,
Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.
2. Pengkajian fisik
a. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
d. Adanya kejang
e. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium, jumlah cairan
cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
c. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada waktu sakit.
4. Pengetahuan keluarga
16
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Menurut Doengoes, dkk (1999 : 876), Angram (1999 : 629 – 630) dan carpenito (2000
: 132), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam.
4. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan kebutuhan
pengobatan bd kurangnya informasi
C. INTERVENSI KEPERAWATAN.
Indikator skala :
1 = tidak adekuat
2 = sedikit adekuat
3 = kadang-kadan adekuat
17
4 = adekuat
5 = sangat adekuat
1. Identifikasi faktor kognitif atau psikis dari pasien yang dapat menjadiakn potensial
jatuh dalam setiap keadaan
2. Identifikasi mkarakteristik dari lingkungan yang dapat menjadikan potensial jatuh
3. Monitor cara berjalan, keseimbangan dan tingkat kelelahan dengan ambulasi
4. Instruskan pada pasien untuk memanggil asisten kalau mau bergerak
NOC : Themoregulation
Indikator skala
1. : ekstrem
2 : berat
3 : sedang
4 : ringan
18
3. Monitor tanda –tanda hipertensi
4. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
5. Monitor nadi dan RR
DX 3 : Perfusi jaringan cerebral tidakefektif berhubungan dengan reduksi aliran darah ke otak
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suplai
darah ke otak dapat kembali normal , dengan kriteria hasil :
1. TD sistolik dbn
2. TD diastole dbn
3. Kekuatan nadi dbn
4. Tekanan vena sentral dbn
5. Rata- rata TD dbn
Indikator skala :
1 = Ekstrem
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = tidak terganggu
19
1. monitor tingkat kesadaran
2. monitor tingkat orientasi
3. monitor status TTV
4. monitor GCS
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mengerti tentang kondisi pasien
Indikator skala :
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
1. Berikan penilaian tentang penyakit pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan
anatomi fisiologi dengan cara yang tepat
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
20
4. Identifikasikan kemungkinan dengan cara yang tepat
D. EVALUASI.
2 = sedikit adekuat
3 = kadang-kadan adekuat
4 = adekuat
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak warna kulit dan tidak pusing1. : ekstrem
2 : berat
3 : sedang
4 : ringan
b. TD diastole dbn
21
d. Tekanan vena sentral dbn
2 = Berat
3 = Sedang
4 = Ringan
c. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan
lainya1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Kejang adalah perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat dari
aktifitas neuronal yang abnormal dan sebagai pelepasan listrik serebral yang berlebihan.
Aktivitas ini bersifat dapat parsial atau vokal, berasal dari daerah spesifik korteks serebri,
atau umum, melibatkan kedua hemisfer otak. Manifestasi jenis ini bervariasi, tergantung
bagian otak yang terkena.
Penyebab kejang mencakup factor-faktor perinatal, malformasi otak congenital, factor
genetic, penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis), penyakit demam, gangguan metabilisme,
trauma, neoplasma, toksin, gangguan sirkulasi, dan penyakit degeneratif susunan saraf.
Kejang disebut idiopatik bila tidak dapat ditemukan penyebabnya.
Epilepsi adalah gangguan yang ditandai dengan kejang yang kronik, kejang yang
terutama berasal dari serebri menunjukkan disfungsi otak yang mendasarinya. Epilepsy
sendiri bukan suatu penyakit.
B. Saran.
23
DAFTAR PUSTAKA
https://thefuturisticlovers.wordpress.com/2011/04/23/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
kejang-demam/
24