Sunteți pe pagina 1din 10

TEORI PECKING ORDER DAN TRADE-OFF DALAM ANALISIS

STRUKTUR MODAL DI BURSA EFEK INDONESIA


D. Agus Harjito
Prodi Manajemen Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
e-mail: agus_h@uii.ac.id
Abstract
This study aims to test the pecking order theory and trade-off theory of capital structure in
the analysis of the Indonesia Stock Exchange. Pecking order theory is represented by the variable
profitability and growth, while the variables volatility of earnings, tangibility of assets and the size
represents a trade-off theory. The company's goal is prosperity of shareholder value. To achieve
these objectives the company needs funds from internal sources and external sources. Internal
sources in the form of retained earnings, while the external sources of debt and shareholders'
approval in thepecking order theory. This study uses the data of financial ratios of the firms during
the period 2000-2010. To analyze the data, this study uses a multiple regression with the dependent
variable is the debt ratio, while profitability, growth, volatility of earnings, tangibility of assets and
size as independent variables. The results show that asset structure and company size has a
positive and significant impact on capital structure, while profitability has a negative effect on debt
ratios. But company's growth rate has not relationship with the debt ratio or capital structure.
Simultaneously, the all independent variables affect capital structure significantly.
Keywords: pecking order, trade-off, capital structure, debt rasio

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji teori pecking order dan teori trade-off dalam
analisis struktur modal di Bursa Efek Indonesia. Teori pecking order diwakili oleh variabel
profitability dan growth, sementara variabel-variabel volatility of earnings, tangibility of assets dan
size mewakili teori trade-off. Tujuan perusahaan adalah memakmurkan nilai pemegang saham.
Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan membutuhkan dana yang diperoleh dari sumber
internal dan sumber eksternal. Sumber internal berupa laba ditahan, sedangkan sumber eksternal
berupa hutang dan saham sebagaimana dijelaskan dalam teori pecking order. Data yang digunakan
dalam penelitian ini berupa rasio-rasio keuangan dari perusahaan sampel selama periode tahun
2000-2010. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan variabel terikat adalah
debt ratio; sedangkan profitability, growth, volatility of earnings, tangibility of assets dan size
bertindak sebagai variabel bebas. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur asset dan ukuran
perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap rasio hutang perusahaan. Sementara
variabel proftabilitas memiliki efek negatif terhadap rasio hutang. Sedangkan tingkat pertumbuhan
perusahaan tidak ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan rasio hutang. Secara
simultan, variabel-variabel bebas dapat mempengaruhi rasio hutang secara signifikan.
Kata Kunci: pecking order, trade-off, struktur modal, rasio keuangan
PENDAHULUAN perusahaan yang berupa keuntungan bersih
Teori pecking order (pecking order theory) setelah pajak yang tidak dibagikan kepada para
dalam analisis struktur modal dikembangkan pemilik perusahaan atau pemegang saham (laba
oleh Myers dan Majluf (1984). Berdasarkan ditahan). Laba ditahan ini akan diinvestasikan
teori ini, sumber utama modal perusahaan yang kembali dalam usaha atau proyek perusahaan
pertama kali harus berasal dari hasil usaha yang menguntungkan. Jika laba ditahan tidak
188 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 15 No. 2, Juli 2011 187-196

cukup untuk membiayai proyek investasi yang pengaruh penting terhadap keuntungan dan
menguntungkan tersebut, maka perusahaan stabilitas perusahaan. Proporsi hutang yang
dapat meningkatkan modalnya dengan mencari lebih besar dapat meningkatkan pertumbuhan
dana dari hutang dan kemudian dari modal keuntungan yang tinggi, tetapi disisi lain
sendiri atau ekuitas (Myers dan Majluf, 1984). hutang yang besar akan memperbesar ke-
Urutan struktur modal ini menjelaskan me- mungkinan kebangkrutan bagi perusahaan,
ngapa teori pecking order muncul sebagai salah terutama apabila hutang tersebut menyebabkan
satu teori struktur modal yang menjelaskan pertumbuhan perusahaan tersebut kecil atau
bagaimana perusahaan membiayai kegiatannya. bahkan negatif.
Teori struktur modal menjelaskan Pada model struktur modal, suatu ting-
perimbangan antara hutang jangka panjang dan kat hutang optimal ditetapkan dengan memper-
modal sendiri (ekuitas). Teori struktur modal timbangan biaya dan manfaat (cost and benefit)
tidak relevan dalam kaitannya dengan nilai yang berkaitan dengan leverage perusahaan.
perusahaan telah diusulkan oleh Modigliani dan Dalam analisis struktur kepemilikan hutang,
Miller (1958). Jika hutang dapat meningkatkan secara teori banyak model yang digunakan
nilai perusahaan (Modigliani dan Miller, 1963) untuk membuat ramalan atas pemilihan sumber
karena adanya penghematan dalam model pajak, hutang di dalam suatu struktur modal per-
maka perusahaan harus mempertimbangkan usahaan. Model pemilihan sumber hutang
trade off antara biaya yang ditimbulkan karena dengan asumsi bahwa hutang bank dan hutang
kesulitan keuangan (financial distress), biaya bukan bank adalah sama. Namun demikian,
agensi (Jensen dan Meckling, 1976) dan manfaat terdapat hasil empirikal yang memisahkan
pajak, sehingga tercapai rasio hutang yang hutang bank dan mengkombinasikannya
optimal. Namun, teori pecking order menyata- dengan hutang bukan bank. Johnson (2003)
kan bahwa adanya target rasio hutang yang menemukan bukti adanya perbedaan antara
diinginkan perusahaan untuk mencapai nilai hutang bank dan hutang swasta bukan bank.
perusahaan tertentu (Frank dan Goyal, 2005). Dengan demikian ia membedakan antara
Model pecking order berargumen hutang bank, hutang publik dan hutang bukan
bahwa teori ini muncul karena adanya asimetri bank. Yang menjadi masalah selanjutnya
informasi antara perusahaan dan para pemodal- adalah faktor-faktor apakah yang menentukan
nya. Oleh karena itu munculah hirarki pem- pemilihan sumber penggunaan hutang atau
biayaan perusahaan yang dimulai dengan laba struktur kepemilikan hutang.
ditahan yang memiliki biaya asimetri informasi Struktur modal (capital stucture)
terendah, diikuti oleh hutang, dan akhirnya adalah perbandingan atau imbangan pendanaan
ekuitas atau modal sendiri dari sumber ekster- jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan
nal yang memiliki biaya asimetri informasi ter- oleh perbandingan hutang jangka panjang
tinggi. Asimetri informasi merupakan kekuatan terhadap modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan
yang didorong oleh teori pecking order yang dana perusahaan dari sumber modal sendiri
banyak terjadi di negara-negara berkembang berasal dari modal saham, laba ditahan, dan
termasuk Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia cadangan. Jika dalam pendanaan perusahaan
dengan pasar modal yang sudah relatif maju yang berasal dari modal sendiri masih
akan menjadi tempat yang baik untuk menguji mengalami kekurangan (defisit) maka perlu
secara empiris teori pecking order kaitannya dipertimbangkan pendanaan perusahaan yang
dengan penilaian kinerja perusahaan. berasal dari luar, yaitu dari hutang (debt
Salah satu faktor penting dalam financing). Namun dalam pemenuhan ke-
membuat keputusan pembiayaan (financing) butuhan dana, perusahaan harus mencari
adalah hubungan antara struktur modal riil alternatif-alternatif pendanaan yang efisien.
perusahaan dan struktur modal optimal Pendanaan yang efisien akan terjadi bila
(Brigham dan Ehrhardt, 2005). Telah dijelaskan perusahaan mempunyai struktur modal yang
sebelumnya bahwa struktur modal merupakan optimal. Struktur modal yang optimal dapat
gabungan pembiayaan jangka panjang yang diartikan sebagai struktur modal yang dapat
terdiri dari hutang jangka panjang dan modal meminimalkan biaya penggunaan modal
sendiri yang terdiri dari saham istimewa dan keseluruhan atau biaya modal rata-rata,
saham biasa. Struktur modal mempunyai sehingga memaksimalkan nilai perusahaan.
Teori Pecking Order dan Trade-Off… (D. Agus Harjito) 189

Berkaitan dengan struktur modal ter- pecking order yang dikaji oleh Frank dan
sebut di atas, maka sistem keuangan per- Goyal (2005).
usahaan merupakan salah satu pertimbangan Sesuai dengan kajian sebelumnya,
yang perlu dianalisis. Setiap perusahaan maka tujuan penelitian ini adalah untuk
memiliki kebijakan sendiri untuk memutuskan menganalisis faktor-faktor penentu keputusan
kebijakan apa yang digunakan untuk mem- kebijakan hutang perusahaan yang terdaftar di
biayai bisnisnya dengan tujuan utama untuk BEI (Bursa Efek Indonesia). Penelitian ini
memaksimalkan nilai perusahaan sekaligus merupakan kelanjutan penelitian sebelumnya
mengurangi risiko keuangan perusahaan. yang telah dilakukan oleh Taufik dan Harjito
Dalam literatur keuangan perusahaan, teori (2010). Mereka menemukan hubungan yang
struktur modal merupakan salah satu masalah signifikan antara teori fiskal, trade off dan
yang paling membingungkan. Seperti telah kita pecking order dalam menentukan rasio hutang.
ketahui bahwa strategi perusahaan untuk mem- Hasil penelitian ini diharapkan dapat menam-
biayai aset mereka adalah melalui kombinasi bah bukti empiris mengenai pemahaman teori
dari ekuitas, hutang, dan laba ditahan. Dengan keuangan khususnya teori trade off dan pecking
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi order dalam analisis struktur modal.
struktur modal, perusahaan dapat menentukan Pada dasarnya, penelitian ini ingin
jenis kebijakan keuangan yang dikeluarkan. mengetahui faktor-faktor penentu kebijakan
Bentuk dari teori struktur modal seperti hutang bagi perusahaan di Indonesia berdasar-
dikemukakan oleh Modigliani dan Miller kan teori trade-off dan teori pecking order
(1958) mulai menjadi dasar pemikiran modern dalam teori struktur modal. Kemudian peneliti
pada struktur modal. Karena faktor-faktor akan melakukan investigasi apakah struktur
penting yang dapat menentukan keputusan modal dapat mempengaruhi kinerja keuangan
struktur modal umumnya dipandang sebagai perusahaan-perusahaan di Indonesia.
hasil murni teoritis. Mereka mencetuskan
bahwa struktur modal tidak relevan kecuali KAJIAN PUSTAKA
dalam sebuah pasar sempurna, maka Penelitian mengenai struktur modal perusahaan
ketidaksempurnaan yang ada di dunia nyata cukup banyak didiskusikan oleh para akademisi
harus menjadi penyebab relevansinya. Teori- setelah Miller dan Modligiani (1958) yang
teori struktur modal seperti teori pecking order mmengemukakan tentang teori irrelevansi
dan teori trade-off mencoba untuk menunjuk- dalam struktur modal perusahaan. Mereka
kan beberapa ketidaksempurnaan ini dengan menyatakan bahwa struktur modal tidak mem-
asumsi yang dibuat dalam model Modigliani punyai pengaruh terhadap nilai perusahaan,
dan Miller (1958). akibatnya pembahasan teori keuangan hanya
Menurut teori yang ada, struktur modal bertumpu pada tiga persoalan yaitu teori irre-
secara signifikan mempengaruhi nilai per- lavan, faktor penentu struktur modal dan
usahaan. Misalnya t eori trade off, tujuannya struktur modal optimal. Perkembangan teori
adalah untuk menjelaskan fakta bahwa per- keuangan mengenai struktur modal terutama
usahaan biasanya dibiayai sebagian dengan berkaitan dengan teori irrelevan Miller dan
hutang dan sebagian dengan ekuitas. Hal ini Modligiani mendapat tanggapan beragam
menyatakan bahwa ada keuntungan untuk sehingga melahirkan teori baru yang dikenal
membiayai dengan hutang, yaitu adanya dengan teori trade-off, teori pecking order dan
penghematan pajak yang harus dibandingkan teori agency.
dengan biaya kemungkinan kesulitan keuangan Teori trade-off menyatakan bahwa
termasuk biaya kepailitan hutang. Argumen ini hubungan antara struktur modal dengan nilai
sesuai dengan pendapat Hovakimian, et al. perusahaan terdapat suatu tingkat leverage yang
(2001). Mereka menemukan bahwa lebih optimal. Menurut teori ini agar tercapai struktur
menguntungkan apabila perusahaan meng- modal yang optimal perusahaan perlu menye-
gunakan hutang daripada ekuitas. Di sisi lain, imbangkan agency cost of financial distress
pendapat ini mendukung penerapan teori dan the tax advantage of debt financing.
pecking order. Pendapat tersebut didukung Menurut teori ini struktur modal yang optimal
adanya keuntungan yang diperoleh perusahaan dicapai, apabila nilai sekarang dari tax shield
jika diterapkan teori trade-off dan juga teori
190 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 15 No. 2, Juli 2011 187-196

hutang adalah sama dengan nilai sekarang dari lainnya bahwa ketika perusahaan memerlukan
biaya kesulitan keuangan hutang. Secara umum sumber dana tambahan, mereka cenderung
teori ini menegaskan bahwa apabila perusahaan memilih hutang lebih dulu kemudian sekuritas
ingin meningkatkan nilai perusahaan melalui (Myers dan Majluf, 1984).
indikator earning per share (EPS), maka pem- Teori agensi merupakan teori yang
biayaan investasi tambahan hurus dibiayai oleh berhubungan dengan masalah agensi. Menurut
hutang. Hal ini terjadi karena pembiayaan teori ini potensi konflik antara agen-agen yang
dengan hutang, perusahaan dapat memperoleh terlibat dalam perusahaan baik itu manajer,
penghematan pajak sekaligus mempertahankan bondholder maupun shareholder menentukan
jumlah saham beredar. Keadaan ini mendorong struktur modal optimal yang akan meminimal-
pendapatan per lembar saham (EPS) akan lebih kan biaya agensi (agency costs). Menurut
tinggi. Sebaliknya apabila perusahaan meng- Myers dan Majluf (1984), perusahaan yang
alami kegagalan dalam mengelola investasi memiliki peluang pertumbuhan yang tinggi di
yang berakibat pada ketidakmampuan mem- masa depan harus menggunakan pembiayaan
bayar bunga dan pokok pinjaman, maka posisi ekuitas yang lebih besar, karena penggunaan
perusahaan berada diambang kebangkrutan. leverage yang tinggi berarti membiarkan
Apabila semua biaya akibat kesulitan keuangan peluang investasi yang menguntungkan.
tersebut sama dengan jumlah tambahan Penjelasan di atas menunjukkan bahwa
pendapatan dari penghematan pajak (taxe teori trade-off dan teori pecking order me-
shield of debt), maka struktur modal per- nyatakan adanya tingkat hutang yang optimal
usahaan dianggap sudah optimal. yang menyamakan biaya marjinal atas hutang
Teori pecking order menyatakan terhadap manfaat marjinal dari hutang tersebut.
bahwa perusahaan melakukan keputusan Jika ada penyimpangan dari tingkat hutang
pendanaan secara hierarki dari pendanaan yang optimal, maka perusahaan membuat
internal ke eksternal. Urutan pendanaan mulai upaya untuk menyesuaikan kembali ke tingkat
dari dana yang bersumber dari laba ditahan, hutang yang optimal mereka. Sementara dalam
kemudian hutang dan akhirnya sampai pada teori lain, seperti teori keagenan, menyatakan
penerbitan ekuitas baru, artinya dimulai dari bahwa proporsi peningkatan hutang di satu sisi
sumber dana dengan biaya termurah (Myers dan peningkatkan proporsi ekuitas di sisi lain
dan Majluf, 1984). Teori pecking order ini dapat mencapai struktur modal yang optimal
menganut keputusan pendanaan dengan urutan sehingga akan meminimalkan total biaya
preferensi logis investor terhadap prospek agensi. Oleh karena itu, teori trade-off dan teori
perusahaan dan konsisten pada tujuan, agar pecking order menekankan manfaat dan biaya
manajer mampu memaksimumkan kemak- hutang, sedangkan teori keagenan menekankan
muran pemegang saham. Teori pecking order biaya keagenan ekuitas dan hutang dari suatu
mengasumsikan bahwa perusahaan cenderung struktur modal yang bersangkutan.
memilih pembiayaan internal untuk mendanai Teori trade-off dan teori keagenan
proyek-proyeknya. Perusahaan juga menye- menyatakan bahwa terdapat rasio hutang yang
suaikan target devidend pay-out ratio dengan optimal atau struktur modal yang optimal di
kesempatan melakukan investasi. Di samping dalam keuangan perusahaan. Namun sebalik-
itu perusahaan menerapkan kebijakan deviden nya, perusahaan membuat keputusan struktur
yang kaku, fluktuasi profitabilitas dan modal berdasarkan sumber modal yang paling
kesempatan berinvestasi yang unpredictable. mahal biaya modalnya. Itu adalah sumber
Keadaan ini menyebabkan dana yang dihasil- modal yang kurang sensitif terhadap masalah
kan dari kegiatan internal seringkali tidak asimetri informasi yang mengikuti urutan
digunakan sesuai dengan kebijakan pengeluar- srukturnya, yaitu mulai dari laba ditahan;
an modal (capital expenditure). Apabila dana diikuti oleh hutang dan terakhir ekuitas.
internal lebih besar maka perusahaan akan Teori pecking order dalam rangka
menggunakannya untuk melunasi hutang atau menjabarkan hubungan antara struktur modal,
berinvestasi pada surat berharga. Sebaliknya dividen perusahaan dan kebijakan investasi.
apabila perusahaan mengalami defisit, maka Teori ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih
perusahaan akan menurunkan saldo kas atau suka menggunakan laba ditahan untuk mem-
menjual surat berharga tersebut. Asumsi bayar dividen dan membiayai investasi baru.
Teori Pecking Order dan Trade-Off… (D. Agus Harjito) 191

Hal ini berarti peringkat laba ditahan di bagian diperlukan berdasarkan kriteria tertentu, yaitu:
atas urutan kekuasaan, diikuti oleh hutang dan 1) Perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam
ekuitas terakhir eksternal. Teori pecking order Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2000-2010.
memprediksi adanya hubungan negatif antara 2) Perusahaan-perusahaan yang memiliki
keuntungan dan rasio hutang. Selanjutnya, teori sumber pendanaan dari ekuitas, hutang dan
pecking order juga menunjukkan bahwa struk- juga memperoleh laba bersih selama periode
tur modal perusahaan yang diamati memiliki penelitian.
hubungan yang positif dengan ukuran, pertum-
buhan dan kekayaan atau aset perusahaan. Bagi Variabel Penelitian
perusahaan yang menguntungkan dengan Untuk menganalisis faktor-faktor yang me-
prospek pertumbuhan yang lambat akan nentukan struktur modal perusahaan berdasar-
memiliki rasio hutang yang relatif rendah ter- kan teori trade-off dan pecking order diperlu-
hadap rata-rata industri di mana perusahaan kan variabel penelitian yang berupa rasio-rasio
tersebut beroperasi. Di sisi lain, perusahaan keuangan perusahaan yang bersangkutan.
yang tidak menguntungkan dalam industri yang Secara terinci, variabel penelitiannya adalah
sama akan memiliki rasio hutang yang relatif sebagai berikut: a) Rasio Hutang (Debt Ratio).
tinggi dibandingkan dengan rata-rata industri Ukuran ini menunjukkan tingkat solvabilitas
mereka. Dengan demikian, tingkat keuntungan perusahaan dan risiko potensial yang dihadapi
akan menentukan pilihan perusahaan jika akan perusahaan atas beban hutangnya. Hal ini akan
memerlukan modal eksternal. Alasan utama memberitahukan kepada kita berapa besar
mengapa teori pecking order ditafsirkan jumlah hutang yang digunakan untuk mem-
memiliki hubungan negatif antara rasio hutang biayai aktivanya. Rasio total hutang terhadap
dan keuntungan adalah bahwa pembayaran total aktiva diformulasikan sebagai berikut:
dividen dianggap erat kaitannya dengan ke-
untungan dan besarnya hutang. Oleh karena itu,
perusahaan akan mempunyai pilihan untuk Rasio total hutang (DEBT) =
membayar hutang yang akan menyebabkan
penurunan rasio hutang dengan meningkatnya b) Pertumbuhan Perusahaan (Growth).
keuntungan. Artinya bahwa, apabila keuntung- Perusahaan-perusahaan dengan peluang
an meningkat maka kemampuan perusahaan tumbuh yang lebih tinggi akan menghadapi
untuk membiayai investasinya dari hasil ke- masalah dalam investasi yang lebih berat. Agar
untungan akan meningkat. Di sisi lain, mening- dapat mengatasi masalah tersebut, perusahaan-
katnya keuntungan akan meningkatkan per- perusahaan berupaya untuk menggunakan
tumbuhan perusahaan. hutang jangka pendek.
Mengikuti studi sebelumnya yang Peluang Pertumbuhan (GROWTH) =
dirumuskan oleh Mira (2001) dan berdasarkan
apa yang telah dipaparkan pada kajian pustaka
sebelumnya, hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut: c) Struktur Aktiva (Asset Structure). Teori
H1: Pertumbuhan memiliki hubungan positif trade-off mengemukakan bahwa perusahaan
dengan leverage perusahaan. besar pada umumnya mempunyai kemungkinan
H2: Struktur aset memiliki hubungan positif bangkrut yang relatif kecil dibandingkan
dengan leverage perusahaan. perusahaan kecil sehingga lebih mudah untuk
H3: Ukuran perusahaan memiliki hubungan melakukan pinjaman ke bank. Biasanya, karena
positif dengan leverage perusahaan adanya biaya hutang, kreditur cenderung
H4: Ada hubungan negatif antara profitabilitas memerlukan jaminan untuk meminjamkan uang
dan leverage perusahaan. mereka (dapat diwujudkan dalam aktiva
jaminan). Aktiva jaminan tersebut nilainya
METODE PENELITIAN ditetapkan seperti nilai jika terjadi kasus
Sampel Penelitian likuidasi perusahaan tersebut. Formula struktur
Sampel data penelitian diperoleh dengan aktiva tersebut adalah:
metode purposive sampling di mana data yang
192 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 15 No. 2, Juli 2011 187-196

(ekuitas). Formula untuk mengukur profitabili-


Struktur Aktiva (Asset) = tas adalah sebagai berikut:
d) Ukuran perusahaan (Size). Ukuran perusaha- Profitabilitas (PROFIT): ROA =
an berpengaruh negatif terhadap rasio leverage,
artinya makin besar suatu perusahaan maka
akan makin mudah mendapatkan dana melalui Metode Analisis
penjualan saham baru, sehingga hutang akan Penelitian ini dianalisis menggunakan regresi
makin berkurang. Seperti ditunjukkan dalam berganda untuk menemukan faktor-faktor yang
kajian Mira (2001) bahwa perusahaan-per- menentukan struktur modal yang ditunjukkan
usahaan besar cenderung memiliki kapasitas oleh rasio hutang terhadap total aset (debt
yang besar untuk bertahan dan diversifikasi, ratio). Desain model analisis datanya adalah
sehingga antara ukuran perusahaan dan sebagai berikut:
kemungkinan untuk bangkrut memiliki hu- DEBT = β0 + β1 GROWTH +β1 ASSET
bungan kebalikannya. Ukuran perusahaan (S) + β1 SIZE +β1 PROFIT + e
dihitung dengan mencari Logaritma natural dari di mana:
total aktiva, S = Ln total aktiva. c). Tingkat DEBT = Debt Ratio
Keuntungan (Profitability). Profitabilitas ber- GROWTH = Growth Opportunities
pengaruh negatif terhadap rasio leverage. Hal ASSET = Asset Structure
ini sesuai dengan Teori pecking order yang SIZE = Firmsize
menyatakan bahwa apabila profitabilitas per- PROFIT = Profitability
usahaan makin tinggi maka akan meningkatkan = regression coefficient
sumber dana internal Sehingga penggunaan 1..4
= Constant.
hutang menjadi makin rendah. Myers dan e
0
= Random error
Majluf (1984) menganggap bahwa berdasarkan
pada pembiayaan pecking order, perusahaan- HASIL PENELITIAN
perusahaan mendahulukan untuk menggunakan
sumber modal internal, kemudian baru sumber Bagian ini mendiskusikan hasil analisis data
modal eksternal berupa hutang dan ekuitaas. yang digunakan. Analisis digunakan bantuan
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang program EVIEWS versi 5 untuk melihat adanya
lebih menguntungkan akan cenderung meng- common effect dan fixed effect dari data panel
gunakan pembiayaan dari laba ditahan sebelum yang ada. Tabel 1 menunjukkan hasil analisis
menggunakan hutang atau modal sendiri dengan model common effect sebagai berikut:
Table 1: Hasil Regresi Panel dengan model Common Effect
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.123748 0.076287 -1.652176 0.0871
GROWTH -0.217283 0.032938 -2.167234 0.0426
ASSET -0.023847 0.052162 -0.923641 0.3452
SIZE 0.110938 0.023172 9.239476 0.0021
PROFIT -0.537454 0.076395 -6.362724 0.0000
Weighted Statistics
R-squared 0.832837 Mean dependent var. 0.730231
Adjusted R-squared 0.812472 S.D. dependent var. 0.4113 73
S.E. of regression 0.254127 Sum squared resid. 3.227732
F-statistic 85.230 22 Durbin-Watson stat 0.571201
Prob. (F-statistic) 0.000011
Unweighted Statistics
R-squared 0.33818 2 Mean dependent var. 0.503438
Adjusted R-squared 0.302815 S.D. dependent var. 0.235127
S.E. of regression 0.171542 Sum squared resid. 3.259205
Durbin-Watson stat 0.512910
Teori Pecking Order dan Trade-Off… (D. Agus Harjito) 193

Selanjutnya, peneliti memilih model asumsikan dapat menghasilkan estimator yang


fixed effect untuk memperkuat hasil analisis tidak efisien ketika distribusi datanya diprediksi
menggunakan common effect yang dilakukan tidak sesuai. Gujarati (2003) juga menyarankan
sebelumnya. Hal ini karena datanya adalah data bahwa random effect diasumsikan akan lebih
panel yaitu kombinasi antara time series dan baik ketika jumlah dari N (jumlah data) cross-
cross section, sehingga model fixed effect lebih section yang kecil. Alasan lain di balik pilihan
sesuai. Di samping itu, hasil yang diperoleh model fixed effect adalah dari asumsi peneliti
jauh lebih baik daripada menggunakan model bahwa kondisi perusahaan tidak sama (Widar-
regresi biasa (sederhana atau berganda). Untuk jono, 2007). Hasil model regresi panel dengan
model random effect, model ini tidak dapat fixed effect ditunjukkan dalam Tabel 2. Peng-
digunakan karena jumlah variabelnya harus gunaan model fixed effect sebagai model dalam
lebih besar dari seri data yangada (2000-2010). analisis statistik ini memperkuat keputusan di
Menurut Gujarati (2003), random effect di- atas.
Table 2: Hasil Panel Regression dengan model Fixed Effect
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
GROWTH 0.082673 0.026241 - 0.914382 0.2715
ASSET 0.012618 0.007342 2.875398 0.0076
SIZE 0.474523 0.030012 26.56442 0.0000
PROFIT -0.367251 0.054918 -4. 783452 0.0000
Fixed Effects
BUMI – C -1.125623
BATA - C -1.219827
JPRS – C -1.876382
DAVO- C -1.433266
MRAT – C -1.220196
TLKM – C -1.273894
LTLS– C - 1.182973
UNTR – C -1.328376
ULTJ - C -1.612837
MAID– C - 1.267311
MPPA – C -1.192873
HEXA – C -1.176283
FAFO - C -1.193425
STTP - C -1.317263
CLPI – C -1.372618
LIMW – C -1.126378
ASII – C -1.761127
TURI – C -1.287637
BLTA – C -1.228761
HITS – C -1.228918
ISAT – C -1.762940
HERO – C -1.673681
PBRX - C -1.217624
Weighted Statistics
R-squared 0.981514 Mean dependent var 1.421843
Adjusted R-squared 0.985323 S.D. dependent var 1.651432
S.E. of regression 0.114678 Sum squared resid 1.171589
F-statistic 4123.158 Durbin-Watson stat 1.351977
Prob(F-statistic) 0.000000
194 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 15 No. 2, Juli 2011 187-196

Menurut kedua hasil yang diperoleh menunjukkan hasil probabilitas sebesar 0,0076
dari 2 model (common dan fixed effect), model yang berarti di bawah nilai alfa 0,05 (5%). Hal
panel regresi yang terbaik dapat dilihat dari SE ini menunjukkan bahwa koefisien regresi
(standar error) regresinya. Model yang positif sebesar 0,0126 atas variabel ASSET
memiliki kesalahan regresi terkecil merupakan memiliki dampak positif yang signifikan pada
model yang terbaik dan akurat. Kesalahan rasio leverage (DEBT). Oleh karena itu,
regresi dari model fixed effect 0.114678, hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis H2
sementara model common effect adalah diterima, yang berarti bahwa jika aset
0.171542. Dengan demikian kita simpulkan perusahaan memiliki hubungan positif dengan
bahwa model yang lebih baik adalah model besarnya permintaan pinjaman (hutang).
fixed effect yang ditunjukkan pada Tabel 2. Perusahaan akan memiliki kecenderungan
Untuk menafsirkan hasil analisis yang ditampil- untuk meminjam lebih banyak jika aset
kan pada Tabel 2, maka formulasi dengan perusahaan meningkat. Dengan demikian,
model fixed effect dapat ditulis sebagai berikut: sebuah perusahaan yang memiliki aset yang
besar sebagai jaminan hutang cenderung
DEBT = – 1.1256 – 1.2176 + 0.0827 menggunakan hutang yang lebih besar pula.
GROWTH + 0.0126 ASSET + 0.4745 Berdasarkan teori trade-off, aset
SIZE – 0.3673 PROFIT + e perusahaan akan mempengaruhi secara positif
DEBT = – 2.3432 + 0.0827 GROWTH + yang signifikan mempengaruhi besarnya
0.0126 ASSET + 0.4745 SIZE – leverage perusahaan. Harris dan Raviv (1990)
0.3673 PROFIT + e mengasumsikan bahwa sebuah perusahaan
dengan tingkat aktiva tetap yang rendah akan
Pengujian Hipotesis mendapatkan masalah lebih serius tentang
Hubungan pertumbuhan (GROWTH) dengan informasi asimetris dibandingkan dengan
rasio hutang (DEBT) perusahaan yang memiliki tingkat aktiva tetap
lebih tinggi. Perusahaan yang memiliki tingkat
Berdasarkan hasil analisis yang terlihat pada aset tetap lebih tinggi adalah sebuah per-
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa hasil uji-t usahaan besar. Hal ini juga menunjukkan
untuk variabel pertumbuhan perusahaan bahwa perusahaan akan menjual saham mereka
(GROWTH) memiliki probabilitas 0,2175 yang dengan tingkat harga yang adil dan mereka
berarti di atas nilai alfa 0,05 (5%). Hal ini tidak menggunakan pinjaman untuk membiayai
artinya bahwa Ho diterima atau Ho tidak investasi mereka.
ditolak, yang berarti hipotesis 1 (H1) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan Hubungan ukuran (SIZE) dengan rasio
memiliki hubungan positif dengan leverage hutang (DEBT)
perusahaan adalah tidak signifikan atau ditolak. Hasil uji-t hubungan antara ukuran perusahaan
Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori (SIZE) dengan rasio hutang (DEBT)
trade-off, yang menyatakan sebuah perusahaan menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada
dengan pertumbuhan yang cepat akan ter- Tabel 2 adalah 0,0000 yang kurang dari 0,05 (p
gantung pada dana eksternal, dalam hal ini <0,05), yang berarti Ho ditolak. Hasil ini juga
dana dari hutang. Selain itu, biaya emisi menunjukkan bahwa koefisien regresi bernilai
menjual saham biasa biasanya akan lebih tinggi positif yaitu 0,4745 yang berarti ukuran
daripada biaya untuk menerbitkan obligasi. perusahaan memiliki dampak positif dan
Sebagai akibatnya, perusahaan dengan per- signifikan terhadap rasio utang. Oleh karena itu
tumbuhan yang cepat akan memiliki hutang hipotesis ketiga (H3) diterima, yang berarti
lebih tinggi daripada perusahaan yang per- bahwa ada korelasi atau hubungan positif
tumbuhannya lambat. antara ukuran perusahaan dan rasio utang dapat
Hubungan struktur aset (ASSET) dengan dibuktikan.
rasio hutang (DEBT) Jika kita melihat koefisien regresi yang
positif, hal itu menunjukkan bahwa ukuran
Hasil uji t-test pada variabel struktur aset perusahaan lebih tinggi menyebabkan rasio
(ASSET) yang ditampilkan pada Tabel 2 hutang perusahaan yang lebih tinggi juga.
Teori Pecking Order dan Trade-Off… (D. Agus Harjito) 195

Biasanya, hal ini karena perusahaan besar akan PENUTUP


diikuti oleh sejumlah aset yang besar. Dengan Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh
aset mereka, sebuah perusahaan besar akan kesimpulan bahwa pertumbuhan perusahaan
lebih mudah untuk mengajukan pinjaman (GROWTH) memiliki hubungan positif tetapi
dibanding perusahaan kecil. Sejumlah besar tidak signifikan dengan struktur modal atau
aset akan menjadi jaminan pemegang obligasi rasio hutang (DEBT) sehingga hipotesis
untuk mendapatkan pinjaman yang besar. Oleh pertama tidak terbukti. Namun, struktur aset
karena itu, rasio hutang perusahaan bisa (ASSET) memiliki hubungan positif dan
meningkat. signifikan dengan struktur modal atau rasio
Hubungan profitabilitas (PROFIT) dengan hutang (DEBT), sehingga hipotesis kedua
rasio hutang (DEBT) terbukti. Hipotesis ketika juga menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan (SIZE) memiliki
Hasil uji-t pada variabel profitabilitas hubungan positif dan signifikan dengan rasio
(PROFIT) yang terlihat pada Tabel 2 menun- hutang (DEBT), sehingga hipotesis ketiga
jukkan nilai probabilitas sebesar 0,0000 yang terbuti. Dan profitabilitas (PROFIT) juga
kurang dari nilai α (alfa) sebesar 0,05 (p terbukti memiliki hubungan negatif dan
<0,05). Dengan koefisien regresi negatif yaitu signifikan dengan struktur modal atau rasio
sebesar -0,3673, menunjukkan bahwa pro- hutang (DEBT) sehingga hipotesis keempat
fitabilitas perusahaan akan mempengaruhi rasio terbukti. Secara serentak juga terbukti bahwa
hutang (DEBT) secara negatif dan signifikan. semua variabel independen yaitu pertumbuhan
Hal ini berarti bahwa hubungan negatif antara perusahaan, struktur aset, ukuran perusahaan
profitabilitas dan rasio hutang terbukti ada. dan kemampuan memperoleh keuntungan
Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) ditolak (profitability) berpengaruh secara signifikan
atau hipótesis keempat (H4) diterima. Keadaan terhadap struktur modal.
ini konsisten dengan hasil kajian Mira (2001) Berdasarkan hasil analisis yang
yang meneliti mengenai penggunaan hutang diperoleh, beberapa rekomendasi untuk
pada perusahaan kecil. Beliau menemukan penelitian selanjutnya meliputi: Pertama, untuk
bahwa industri kecil cenderung menggunakan variabel dalam hipotesis pertama ditemukan
hutang yang lebih rendah ketika membiayai bahwa peluang pertumbuhan perusahaan tidak
kegiatan bisnis mereka. Hal ini disebabkan oleh memiliki pengaruh yang signifikan pada rasio
profitabilitas yang lebih besar dari perusahaan, hutang. Oleh karena itu, untuk penelitian
semakin besar pula likuiditas perusahaan. Pro- selanjutnya sebaiknya variabel rasionya diubah.
fitabilitas yang lebih besar akan menghasilkan Jika dalam penelitian ini komposisi rasio
saldo laba yang besar juga. Laba yang besar hutang adalah rasio antara hutang dengan
meningkatkan kemampuan perusahaan untuk perubahan dalam total aset, akan lebih baik jika
menggunakan dana internal yang berasal dari hal ini diubah menjadi variabel lain seperti
laba tersebut yang berupa laba ditahan. penjualan sehingga kita dapat menemukan hasil
Peningkatan sumber internal dari laba ditahan yang lebih baik dalam menganalisa hubungan
ini yang merupakan modal sendiri juga akan peluang pertumbuhan dengan hutang. Kedua,
meningkat dan secara bersamaan akan me- penelitian selanjutnya akan lebih baik jika
nurunkan penggunaan hutang, sehingga rasio periode sampel penelitian ditambahkan lebih
hutang terhadap aktiva juga menurun. Oleh lama dan jumlah sampel lebih banyak sehingga
karena itu, hubungan profitabilitas dengan rasio informasi yang muncul lebih mendukung hasil
hutang adalah negatif. Artinya, semakin besar yang diharapkan dan analisis panel regresi
tingkat profitabilitas semakin kecil rasio hutang dengan model random effect dapat digunakan
perusahaan. Kondisi ini sesuai dengan teori sehingga hasilnya kemungkinan akan lebih
pecking order dan kajian Graham (2006) yang baik. Ketiga, jumlah rasio keuangan yang
menemukan bahwa penggunaan dana internal digunakan dalam penelitian harus diperluas
akan mengurangi kebutuhan hutang per- sehingga hasilnya bisa lebih baik.
usahaan.
196 Jurnal Siasat Bisnis Vol. 15 No. 2, Juli 2011 187-196

DAFTAR PUSTAKA Mira, FS. 2001. On capital structure in the


Brigham, EF. and MC. Ehrhardt. 2005. Small and Medium Enterprises: the
Financial Management: Theory and Spanish case. Universidad Cardenal
Practice. Eleventh Edition, South- Herrera.
Western, Australia: Thomson Learning. Modigliani, F. and MH. Miller. 1958. The cost
Frank, MZ. and VK. Goyal. 2005. Trade-off of capital, corporation finance and the
and Pecking Order Theories of Debt. theory of investment. The American
Hong Kong University of Science & Review 47(3): 261-297.
Technology. Modigliani, F. and MH. Miller. 1963. Taxes
Graham, JR. 2006. Taxes and capital structure. And The Cost Of Capital: A Corretion.
http://www.entrepreneur.com/, The American Economic Review: 433-
retrieved on March 31, 2008. 443.
Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. Fourth Myers. S and Majluf. 1984. Corporate
Edition New York: McGraw Hill. Financing and Investment Decision
When Firms have information
Harris, M. and A. Raviv. 1990. Capital Investors Do not Have. Journal of
Structure and the Informational Role of Finance Economics 13: 187-221.
Debt. The Journal of Finance, Vol. 45, Taufik, N dan Harjito, DA. 2010. Capital
No. 2. pp. 321-349. Structure Analysis in the Application
Hovakimian, A., T. Opler and S. Titman, 2001. of Fiscal Theory, Trade Off Theory and
The debt-equity choice. J. of Financial Peccking Order Theory. Jurnal Eko-
and Quantitative Analysis, 36, 1.25. nomi dan Bisnis EKOBIS, 7 (1): 55-65.
Jensen, MC. and WH. Meckling. 1976. Theory Widarjono, A. 2007. Ekonometrika: Teori dan
of the firm: managerial behavior, agenc Aplikasi. Ekonisia: Yogyakarta.
costs and ownership structure. Journal
of Financial Economics 3: 305-360.

S-ar putea să vă placă și