Sunteți pe pagina 1din 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertiroidisme dan tirotoksikosis sering dipertukarkan. Tirotoksikosis berhubungan


dengan suatu kompleks fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan
memberikan hormon tiroid berlebihan.
Sedangkan hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat produksi tiroid itu sendiri.
Tirotoksikosis terbagi atas kelainan yang berhubungan dengan hipertiroidisme dan yang tidak
berhubungan dengan hipertiroidisme.
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada
gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek
umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang
disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone
(TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating
hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas
hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-
kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan,
dengan demikian berakibat pada hipertiroid.Pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi
produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang menyebabkan penyakit Hipertiroid ?
2. Bagaimana gejala dan pengobatan penyakit Hipertiroid ?

C. TUJUAN
Tujuan Umum
1. Mampu menjelaskan apa yang dimaksud dengan Hipertiroid
Tujuan Khusus
1) Mampu menjelaskan Anatomi dan definisi Hipertiroid
2) Mampu menjelaskan penyebab penyakit Hipertiroid
3) Mampu menjelaskan gejala dan pemeriksaan penyakit Hipertiroid
4) Mampu menjelaskan pengobatan penyakit Hipertiriod

D. MANFAAT
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1) Mendapatkan pengetahuan tentang definisi Hipertiroid
2) Mendapatkan pemahaman tentang penyebab penyakit Hipertiroid
3) Mendapatkan pemahaman tentang gejala dan pemeriksaan penyakit Hipertiroid
4) Mendapatkan pemahaman tentang pengobatan Hipertiroid

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI

Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat produksi
hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid memproduksi
hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat digunakan untuk
mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif menghasilkan
suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang beredar dalam darah.
Thyrotoxicosis adalah suatu kondisi keracunan yang disebabkan oleh suatu kelebihan hormon-
hormon tiroid dari penyebab mana saja. Thyrotoxicosis dapat disebabkan oleh suatu pemasukan
yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid atau oleh produksi hormon-hormon tiroid yang
berlebihan oleh kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid adalah subtansi kimia yang diproduksi oleh kelenjar tiroid dan dilepaskan
kedalam aliran darah. Hormon tiroid saling berinteraksi dengan hampir seluruh sel tubuh, yang
menyebabkan sel tubuh untuk meningkatkan aktivitas metabolisme mereka. Kelainan banyaknya
hormon tiroid ini yang secara khas mempercepat metabolisme tubuh. Metabolisme adalah proses
kimia dan fisika yang menciptakan unsur dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk fungsi
sel, pertumbuhan dan divisi.

3
Hipertiroid atau Hipertiroidisme biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan. Pilihan lainnya
adalah pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid atau pemberian yodium radiaktif. Setiap
pengobatan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Agar bekerja sebagaimana mestinya, kelenjar tiroid memerlukan sejumlah kecil yodium :
Jumlah yodium yang berlebihan bisa menurunkan jumlah hormon yang dibuat dan mencegah
pelepasan hormon tiroid. Karena itu untuk menghentikan pelepasan hormon tiroid yang
berlebihan, bisa diberikan yodium dosis tinggi. Pemberian yodium terutama bermanfaat jika
hipertirodisme harus segera dikendalikan (misalnya jika terjadi badai tiroid atau sebelum
dilakukan tindakan pembedahan).
Yodium tidak digunakan pada pengobatan rutin atau pengobatan jangka
panjang.Propiltiourasil atau metimatol merupakan obat yang paling sering digunakan untuk
mengobati hipertiroidisme. Obat ini memperlambat fungsi tiroid dengan cara mengurangi
pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar. Kedua obat tersebut diberikan per-oral (ditelan),
dimulai dengan dosis tinggi. Selanjutnya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan darah terhadap
hormon tiroid.
Tiroiditis adalah radang kelenjar tiroid yang biasanya diikuti dengan gejala hipertiroid.
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita setelah melahirkan, yang beberapa bulan
kemudian timbul gejala hipotiroid. Sebagian besar akan pulih kembali menjadi normatiroid.
Setelah pengobatan dengan radiasi yodium radiaktif, atau setelah tindakan beda, jaringan tiroid
menjadi tidak berdungsi atau terambil semua oleh operasi mata akan timbul gejala hipotiroid.
Hormon-hormon tiroid menstimulasi metabolisme dari sel-sel. Mereka diproduksi oleh
kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah leher, dibawah Adam's apple.
Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara (trachea) dan mempunyai suatu bentuk yang
menyerupai kupu-kupu yang dibentuk oleh dua sayap (lobes) dan dilekatkan oleh suatu bagian
tengah (isthmus).
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari makanan-
makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan menggunakannya untuk memproduksi hormon-
hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling penting adalah thyroxine (T4)
triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-masing hormon-hormon tiroid.
Hormon yang paling aktif secara biologi (contohnya, efek yang paling besar pada tubuh)

4
sebenarnya adalah T3. Sekali dilepas dari kelenjar tiroid kedalam darah, suatu jumlah yang besar
dari T4 dirubah ke T3 - hormon yang lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel.
Dan Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada
gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek
umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang
disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH),
yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating hormone (TSH).
Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas hormon-hormon tiroid.
Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu
jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan, dengan demikian berakibat pada
hipertiroid.
Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari. Jika tidak ada
cukup jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh untuk mengizinkan fungsi yang normal,
pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari dalam suatu usahanya untuk menstimulasi tiroid untuk
memproduksi lebih banyak hormon tiroid. Sebaliknya, ketika ada suatu jumlah berlebihan dari
hormon tiroid yang beredar, pelepasan TSH dikurangi ketika pituitari mencoba untuk
mengurangi produksi hormon tiroid.

B. ETIOLOGI
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :

a. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering
daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang
ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor
antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit,
penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol

5
keluar hingga double vision.Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada
tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa
sakit, serta berkeringat banyak.

b. Toxic Nodular Goiter


Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak.
Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga
memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.

c. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan


Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter
yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon
tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.

d. Produksi TSH yang Abnormal


Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang
tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
e. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan,
dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.

f. Konsumsi Yoidum Berlebihan


Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila
sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.

6
C. MANIFESTASI KLINIS

1) Gangguan kardiopulmoner seperti:


a. Berdebar-debar
b. Tekanan nadi meningkat
c. Kadang-kadang disertai sesak nafas
2) Gangguan gastrointestinal
a. Selera makan semakin bertambah
b. Berat badan mulai menurun
c. Kerap buang air besar/diare
d. Sering berpeluh/berkeringat karena metabolisme meningkat
3) Gangguan saraf dan neuromuskular oleh kelebihan tiroksin
a. Emosi labil
b. Rasa gelisah
c. Susah tidur
d. Penglihatan terjejas karena saraf mata tertekan
e. Mata melotot/bola mata menonjol terjadi akibat pembengkakan otot dan jaringan
lemak di sekitar mata.
4) Kelainan kulit
a. Biasanya kulit menjadi hangat, lembab dan terdapat hiperpigmentasi
b. Gangguan tulang, sering ditemukan fraktur terutama pada pasien lansia oleh karena
reabsorpsi kalsium usus menurun dan resorpsi tulang meningkat.

7
D. PATOFISIOLOGI

Hipertiroid dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang telah dijelaskan pada
etiologi, akan tetapi Hipertiroid pada penyakit graves adalah akibat antibodi reseptor TSH yang
merangsang aktivitas tiroid sedang. Pada goiter multimodular toksik berhubungan dengan
autonomi tirad itu sendiri. Ada pula hipertiroid sebagai akibat peningkatan sekresi TSH dari
hipofisis, namun jarang ditemukan. Hipertiroid pada T3 tiroto sikosis mungkin diakibatkan oleh
delodinasi T4 pada tiroid atau meningkatnya T3 pada jaringan di luar tiroid. Pada tirotoksikosis
yang tidak disertai hipertiroid seperti tiroiditis terjadi kebocoran hormon-hormon. Masukan
hormon tiroid dari luar yang berlebihan dan terdapatnya jaringan tiroid ektopik dapat
mengakibatkan tirotoksikosis tanpa hipertiroid.

E. PATHWAY

8
F. KOMPLIKASI
Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid, yang
terjadi secara tiba-tiba. Badai tiroid bisa menyebabkan :
1. Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan
2. Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa
3. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
4. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan
Badai tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan memerlukan
tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama
jantung yang bisa berakibat fatal. (aritmia) dan syok. Badal tiroid biasanya terjadi karena
hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan yang tidak adekuat, dan bisa dipicu oleh :
1. Infeksi
2. Pembedahan
3. Stress
4. Diabetes yang kurang terkendali
5. Ketakutan
6. Kehamilan atau persalinan

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC HIPERTIROID


1. T 4 Serum
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan teknik radio immune
assay atau peningkatan kompetitif. Kisaran T4 dalam serum yang normal berada diantara 4,5 dan
11,5 mg/dl (58,5 hingga 150 nmol/L). T4 Terikat terutama dengan TBG dan prealbumin : T3
terikat lebih longgar. T4 normalnya terikat dengan protein. Setiap factor yang mengubah protein
pangikat ini juga akan mengubah kadar T4

2. T 3 Serum
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 total, dalam serum.
Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T4 . Meskipun kadar T3 dan T4

9
serum umumnya meningkat atau menurun secara bersama-sama, namun kadar T4 tampaknya
merupakan tanda yang akurat untuk menunjukan adanya hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan
kadar T4 lebih besar daripada kadar T3. Batas-batas normal untuk T3 serum adalah 70 hingga 220
mg/dl (1,15 hingga 3,10nmol/L)

3. Tes T3 Ambilan Resin


Tes T3 ambilan resin merupakan pemeriksaan untuk mengukur secara tidak langsung kaar
TBG tidak-jenuh. Tujuannya adalah untuk menentukan jumlah hormone tiroid yang terikat
dengan TBG dan jumlah tempat pengikatan yang ada.Pemeriksaan ini, menghasilkan indeks
jumlah hormone tiroid yang sudah ada dalam sirkulasi darah pasien. Normalnya, TBG tidak
sepenuhnya jenuh dengan hormone tiroid dan masih terdapat tempat-tempat kosong untuk
mengikat T3 berlabel-radioiodium, yang ditambahkan ke dalam specimen darah pasien. Nilai
ambilan T3 yang normal adalah 25% hingga 35% yang menunjukan bahwa kurang lebih seper
tiga dari tempat yang ada paa TBG sudah ditempati oleh hormone tiroid.
Jika jumlah tempat kosong rendah, seperti pada hipertiroidisme, maka ambilan T3 lebih besar
dari 35%

4. Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormone)


Sekresi T3 dan T4 oleh kelenjar tiroid dikendalikan hormone stimulasi tiroid (TSH atau
tirotropin) dari kelenjar hipofisis anterior. Pengukuran konsentrasi TSH serum sangat penting
artinya dalam menegakkan diagnosis serta penatalaksanaan kelainan tiroid dan untuk
membedakan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada kelenjar tiroid sendiri dengan
kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada hipofisis atau hipotalamus. Kadar TSH dapat
diukur dengan assay radio imunometrik, nilai normal dengan assay generasi ketiga, berkisar dari
0,02 hingga 5,0 μU/ml.

Kadar TSH sensitif dan dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar akan berada dibawah
normal pada pasien dengan peningkatan autonom pada fungsi tiroid (penyakit graves, hiperfungsi nodul
tiroid).

5. Tes Thyrotropin Releasing Hormone


Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan TSH di hipofisis
dan akan sangat berguna apabila hasil tes T3 dan T4 tidak dapat dianalisa. Pasien diminta

10
berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh menit sebelum dan sesudah penyuntikan TRH secara
intravena, sampel darah diambil untuk mengukur kadar TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada
pasien harus diingatka bahwa penyuntikan TRH secara intravena dapat menyebabkan kemerahan
pada wajah yang bersifat temporer, mual, atau keinginan untuk buang air kecil.

6. Tiroglobulin
Tiroglobulin merupakan precursor untuk T3 dan T4 dapat diukur kadarnya dalam serum dengan hasil
yang bisa diandalkan melalui pemeriksaaan radioimmuno assay. Faktor-faktor yang meningkatkan atau
menurunkan aktivitas kelenjar tiroid dan sekresi T3 serta T4 memiliki efek yang serupa terhadap
sintesis dan sekresi tiroglobulin. Kadar tiroglobulin meningkat pada karsinoma tiroid,
hipertiroidisme dan tiroiditis subakut. Kadar tiroglobulin juga dapat akan meningkat pada
keadaan fisiologik normal seperti kehamilan.

7. Ambilan Iodium Radioaktif


Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur kecepatan pengambilan iodium
oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan atau radionuklida lainnya dengan dosis tracer, dan
pengukuran pada tiroid dilakukan dengan alat pencacah skintilas (scintillation counter) yang
akan mendeteksi serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil penguraian dalam
kelenjar tiroid.

Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang terdapat dalam kelenjar
tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes ambilan iodium-radioaktif merupakan
pemeriksaan sederhana dan memberikanhasil yang dapat diandalkan.Penderita hipertiroidisme
akan mengalami penumpukan dalam proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada sebagian pasien).

8. Pemindai Radio atau Pemindai Skintilasi Tiroid


Serupa dengan tes ambilan iodium radioaktif dalam pemindaian tiroid digunakan alat
detector skintilasi dengan focus kuat yang digerakkan maju mundur dalam suatu rangkaian jalur
parallel dan secara progresif kemudian digerakkan kebawah. Pada saat yang bersamaan, alat
pencetak merekam suatu tanda ketika telah tercapai suatu jumlah hitungan yang ditentukan
sebelumnya.

11
Teknik ini akan menghasilkan gambar visual yang menentukan lokasi radioaktivitas di daerah
yang dipindai. Meskipun I 131 merupakan isotop yang paling sering digunakan, beberapa isotop
iodium lainnya yang mencakup Tc9m
(sodium pertechnetate) dan isotop radioaktif lainnya (thalium serta americum) digunakan
dibeberapa laboratorium karena sifat-sifat fisik dan biokimianya memungkinkan
untuk pemberian radiasi dengan dosis rendah.
Pemindaian sangat membantu dalam menemukan lokasi, ukuran, bentuk dan fungsi anatomic
kelenjar tiroid. Khususnya jaringan tiroid tersebut terletak substernal atau berukuran besar.
Identifikasi daerah yang mengalami peningkatan fungsi (hot area) atau penurunan fungsi
(cold area) dapat membantu dalam menegakkan diagnosis. Meskipun sebagian besar daerah yang
mengalami penurunan fungsi tidak menunjukkan kelainan malignitas, defisiensi fungsi akan
meningkatnya kemungkinan terjadinya keganasan terutama jika hanya terdapat satu daerah yang
tidak berfungsi. Pemindaian terhadap keseluruhan tubuh (whole body CT scan) yang diperlukan
untuk memperoleh profil seluruh tubuh dapat dilakukan untuk mencari metastasis malignitas
pada kelenjar tiroid yang masih berfungsi.

9. Ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan kelainan kistik atau solid padatiroid.
Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan dibanding dengan kelainankistik. Tetapi
kelainan kistik pun dapat disebabkan keganasan meskipun kemungkinannya lebih kecil.
Pemeriksaan radiologik di daerah leher Karsinoma tiroid kadang-kadang disertai perkapuran. Ini
sebagai tanda yangboleh dipegang.

H. PENATALAKSANAAN

1. Konservatif
a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih, pasien
mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai berikut :
1) Thioamide
2) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
3) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000 mg/hari

12
4) Potassium Iodide
5) Sodium Ipodate
6) Anion Inhibitor

b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejalagejala


hipotiroidisme.
Contoh: Propanolol
Indikasi :
1) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda dengan
struma ringan –sedang dan tiroktosikosis
2) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah
pengobatan yodium radioaktif
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pasien hamil, usia lanjut
5) Krisis tiroid

2. Surgical
a. Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif

b. Tiroidektomi
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar

13
I. TERAPI

1. Obat antitiroid, biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya: propil tio urasil
(PTU), karbimazol.
2. Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien berumur 35 tahun/lebih atau pasien
yang hipertiroid-nya kambuh setelah operasi.
3. Operasi tiroidektomi subtotal.
4. Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak bisa disembuhkan
hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil (trimester kedua), dan untuk
pasien yang alergi terhadap obat/yodium radioaktif. Sekitar 25% dari semua kasus terjadi
penyembuhan spontan dalam waktu 1 tahun.

J. Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan merupakan asuhan yang diberikan oleh seorang perawat kepada
seorang klien menggunakan proses keperawatan. Menurut Hidayat (2004), proses keperawatan
merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menetukan diagnosis,
merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil
asuhan yang telah diberikan.
1. Pengkajian
Menurut Hidayat (2004), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, validasi data dan
identifikasi masalah.
Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid meliputi (Carpenito, 2007) :
a. Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan koordinasi, kelelahan
berat
Tanda : Atrofi otot
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)

14
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah
dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis
tirotoksikosis)
c. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine
encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi
hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare).
d. Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
e. Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa
hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan kebutuhan
metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis, bau buah (napas
aseton).
f. Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot parasetia,
gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut), gangguan
memori baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun;koma),
aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA).
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan
palpitasi, tampak sangat berhati-hati.

15
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi
pernapasan meningkat
i. Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan
umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam)
j. Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma positif secara
mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol meningkat.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Carpenito dan Moyet (2007) diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan klinik yang
menjelaskan tentang respons individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan baik aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan merupakan dasar
pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perawat yang
bertanggung jawab.
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan hipertiroid adalah sebagai
berikut (Carpenito, 2007):
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan
berat badan).
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
e. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.

16
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
3. Perencanaan
Menurut Hidayat (2004), perencanaan keperawatan merukan suatu proses penyususnan
bebrabagia intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau
mengurangi masalah-masalah klien.
Adapun proses perencanaan keperawatan pada klien dengan hipertiroid adalah:
a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
Tujuan : Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai
dengankebutuhan tubuh.
Kriteria hasil:
1) Nadi perifer dapat teraba normal
2) Vital sign dalam batas normal.
3) Pengisian kapiler normal
4) Status mental baik
5) Tidak ada disritmia
Intervensi:
1) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan.
2) Perhatikan besarnya tekanan nadi
3) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan
pasien.
4) Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti krekels)
5) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat,mukosa membran kering, nadi lemah,
penurunan produksi urine dan hipotensi
b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
Tujuan : Kelelahan tidak terjadi
Kriteria hasil : menetapkan secara verbal tentang tingkat energi peka rangsang dari saraf
sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Intervensi:

17
1) Pantau tanda-tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat melakukan
aktivitas.
2) Catat berkembangnya takipnea, dipsnea, pucat saat sianosis
3) Berikan/ciptakan lingkungan yang terang
4) Sarankan pasien pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan aktivitas dan
meningkatkan istirahat ditempat tidur sebanyak-banyaknya jika memungkinkan
5) Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti sentuhan/ massase, bedak
sejuk.
6) Berikan obat sesuai indikasi : sedatif (fenobarbital/luminal),transquilizer misal
klordiazepoxsida (librium).
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat
badan).
Tujuan : Penurunan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menunjukan berat badan yang stabil, disertai nilai laboratorium normal
dan terbebas dari tanda-tanda malutrisi.
Intervensi:
1) Auskultasi bising usus
2) Catat dan laporkan adnya anoreksia kelemahan umum/ nyeri abdomen mual muntah.
3) Pantau masukan makanan setiap hari. Timbang berat badan setiap hari serta laporkan
adanya penurunan berat badan
4) Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diit tinggi kalori, tinggi protein,
karbohidrat dan vitamin
5) Berikan obat sesuai indikasi : glukosa, vitamin B kompleks.
d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
Tujuan : kerusakan integritas jaringa tidak terjadi
Kriteria hasil : mempertahankan kelembaban membran mukosa terbebas dari ulkus dan
mampu mengidentufikasi tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata
Intervensi:

18
1) Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, gangguan
penutupan kelopak mata, lapang pandang penglihatan sempit, air mata yang berlebihan.
2) Catatadanya fotophobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata
3) Evalusi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan mata kabur atau pandangan
ganda (diplopia).
4) Bagian kepala tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada
indikasi
5) Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika memungkinkan.
6) Kolabrasi berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata metilselulosa, ACTH,
prednison, obat anti tiroid, diuretik.
7) Siapkan pembedahan sesuai indikasi
e. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
Tujuan : Ansietas tidak terjadi.
Kriteria hasil : Melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi. Klien mampu
mengidentifikasi cara hidup sehat
Intervensi:
1) Observasi tingkah laku yang menunjukan tingkat ansietas.
2) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi,
insomnia.
3) Kurangi stimulasi dari luar : tempatkan pada ruangan yang tenang
4) Terangkan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai dengan
perkembangan terapi obat.
5) Berikan obat ansietas (transquilizer,sedatif) dan pantau efeknya.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria :
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
1) Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depanberdasarkan informasi
2) Berikan informasi yang tepat
3) Identifikasi sumber stress

19
4) Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
5) Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
A. BIODATA
Nama : Ny. T

Umur : 28 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status : -

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Pekerjaan : -

Alamat : -

DX Medis : Hipertyroid

21
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama Saat Didata
Klien mengeluh Tremor seluruh badan sejak 2 bulan yang lalu, pasien merasa
cepat lelah, jantung berdebar – bedar dan cepat berkeringat, pasien juga
mengeluh demam, nyeri ulu hati, nafsu makan meningkat namun BB menurun,
BAB dengan konsistensi encer dan BAK normal, pasien merasa gelisah dan
cepat marah

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Klien pernah berobat ke dokter untuk mengobati penyakitnya namun tidak
control kembali, riwayat batuk, riwayat penyakit DM disangkal

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mempunyai riwayat keluarga menderita DM dan tidak ada riwayat
penyakit gondok pada keluarganya

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
 Kesadaran : Compos mentis (CM)
 Tanda-tanda vital :
TD :-
R :-
N :-
S :-
2. Sistem pencernaan

Ada nyeri tekan pada ulu hati

3. Sistem endokrin

Ada pembekakan di leher, pemeriksaan endokrinologi T4 meningkat dan TSH

menurun

22
D. Analisa Data

NO Symptom Etiologi Problem


1 DS : Klien mengatakan Jantung Beban kerja Resiko
berdebar – debar dan cepat berkeringat jantung Penurunan Curah
DO: - meningkat Jantung

2 DS : Klien mengatakan cepat lelah Ketidak Kelelahan


DO: - seimbang
energi dengan
kebutuhan
tubuh
3 DS: Klien mengatakan nafsu makan Penurunan Perubahan nutrisi
meningkat namun BB menurun berat badan kurang dari
DO: - kebutuhan tubuh

III. Diagnosa Keperawatan


1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan
berat badan).

23
IV. Intervensi Keperawatan

No Dx Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
1. Risiko tinggi Setelah di lakukan 1.Pantau tekanan 1. Hipotensi umum
terhadap tindakan darah pada posisi atau ortostatik
penurunan keperawatan selama baring, duduk dan dapat terjadi
curah jantung 3x24 jam di berdiri jika sebagai akibat
berhubungan harapkan curah memungkinkan. dari vasodilatasi
dengan jantung yang 2.Periksa perifer yang
hipertiroid adekuat sesuai kemungkinan berlebihan dan
tidak dengan kebutuhan adanya nyeri dada penurunan
terkontrol, tubuh dengan atau angina yang volume sirkulasi
keadaan Kriteria hasil: dikeluhkan 2. Merupakan tanda
hipermetabolis - Nadi perifer dapat pasien. adanya
me, teraba normal 3.Auskultasi suara peningkatan
peningkatan - Vital sign dalam nafas, perhatikan kebutuhan
beban kerja batas normal. adanya suara yang oksigen
jantung. - Pengisian kapiler tidak normal oleh otot
normal (seperti krekels) jantung atau
4.Observasi tanda iskemia
- Status mental baik dan gejala haus
3. Murmur yang
- Tidak ada yang menonjol
disritmia hebat,mukosa berhubungan
membran kering, dengan curah
nadi lemah, jantung
penurunan meningkat pada
produksi urine dan keadaan
hipotensi hipermetabolik
4. Dehidrasi yang
cepat dapat
terjadi yang akan
menurunkan
volume sirkulasi
dan menurunkan
curah jantung
2 Kelelahan Setelah dilakukan 1. Pantau tanda 1. Nadi secara luas
berhubungan tindakan vital dan catat meningkat dan
dengan keperawatan selama nadi baik bahkan istirahat,
hipermetaboli 3x24 jam di istirahat maupun takikardia
k dengan harapkan Kelelahan saat aktivitas. mungkin
peningkatan tidak terjadi dengan 2. Ciptakan ditemukan
kebutuhan KH: lingkungan yang 2. Menurunkan
energi. -Klien mengatakan tenang stimulasi yang
tidak lelah dan 3. Sarankan pasien kemungkinan

24
merasa tenang. untuk besar dapat
mengurangi menimbulkan
aktivitas agitasi, hiperaktif
4. Berikan tindakan dan insomnia
yang membuat 3. Membantu
pasien merasa melawan
nyaman seperti pengaruh dari
massase peningkatan
metabolism
4. Meningkatkan
relaksasi

3. Risiko tinggi Setelah di lakukan 1. Awasi 1. Untuk


terhadap tindakan pemasukan diet menghindari
perubahan keperawatan selama 2. Anjurkan klien mual muntah
nutrisi kurang 3x24 jam di makan sedikit 2. Meningkatkan
dari harapkan nutrisi tapi sering nafsu makan
kebutuhan klien tercukupi 3. Kolaborasi 3. Memberikan
berhubungan dengan KH: dengan tim medis terapi yang tepat
dengan - Porsi makan dalam pemberian bagi klien
peningkatan kembali normal obat
metabolisme - Bb normal
(peningkatan - Tidak
nafsu menunjukkan tanda
makan/pemas – tanda malnutrisi
ukan dengan
penurunan
berat badan).

25
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah membaca teori yang ada diagnosa keperawatan yang mungkin timbul yaitu :
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat
badan).
4. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
5. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Namun berdasarkan kasus yang di berikan, diagnose keperawatan yang timbul pada Ny T
terdapat 3 diagnosa keperawatan yaitu :
1. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak
terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
2. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi.
3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan
berat badan).

26
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan

Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi
hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708)
Terdapat dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodular toksik. Penyakit
Graves adalah suatu gangguan autoimun di mana terdapat suatu defek genatik dalam limfosit Ts
dan sel Th merangsang sel B untuk sintesis antibody terhadap antigen tiroid (Dorland, 2005).
Sedangkan goiter nodular toksik yaitu Peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan
kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama periode
pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pubertas atau kehamilan. (
Elizabeth J. Corwin, 2009 )

Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap agar kita senantiasa memiliki gaya hidup
yang sehat. Dan juga bagi perawat yang kelak bekerja di rumah sakit agar dapat mengetahui
seluk beluk dari penyakit hipertiroidisme yang pada akhirnya dapat memberikan pelayanan yang
terbaik apabila menemukan pasien yang menderita penyakit ini pada khususnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

 Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta


Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
 Barbara, C. Long.1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan
Proses Keperawatan ),Yayasan Ikatan Allumni Pendidikan Keperawatan
Padjajaran: Bandung
 Corwin, E,J, 2000, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta
 Greenspan S. Francis,2000. Endokrinologi dasar dan klinik
 http://www.scribd.com/doc/64809543/ASKEP-HIPERTIROID
 Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC

28

S-ar putea să vă placă și