Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Puji dan syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Rabb semesta alam.
Karena berkat rahmat serta kehendak-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah
Manajemen Keuangan Islam yang berjudul”Asuransi Syariah” tepat pada
waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah dan teman-
teman yang telah memberikan bimbingan, serta kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam penyelesaian tugas makalah ini. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan terdapat
kekurangan dan kelemahan. Untuk itu kepada dosen Kami minta masukkannya
demi perbaikan pembuatan makalah kami ke depannya.
Terima kasih
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Sejarah Asuransi Syariah di Dunia
1.3 Sejarah Asuransi Syariah di Indonesia
BAB 2
KAJIAN TEORITIS
BAB 3
PERSPEKTIF DAN PERMASALAHAN
3.1 Perspektif
3.2 Permasalahan
3
BAB 4
ANALISIS PEMBAHASAN
4.1 Perspektif
4.2 Pembahasan
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
4
ABSTRAK
Lembaga asuransi Islam yang dikenal sekarang, sesungguhnya tidak dikenal pada
masa awal Islam. Walaupun secara jelas mengenai lembaga asuransi ini tidak
dikenal pada masa Islam, tetapi terdapat beberapa aktivitas dari kehidupan Nabi
Muhammad SAW yang mengarah pada prinsip asuransi. Misalnya : konsep
tanggung jawab bersama yang disebut dengan sistem aqilah.
Sistem aqilah adalah sistem menghimpun dana anggota untuk menyumbang dalam
suatu tabungan bersama yang dikenal dengan “kunz”. Tabungan ini bertujuan untuk
memberikan pertolongan kepada keluarga korban yang terbunuh secara tidak
sengaja dan untuk membebaskan hamba sahaya.
Tidak dapat disangkal bahwa keberadaan asuransi syariah tidak dapat dilepaskan
dari keberadaan asuransi konvesional yang telah ada sejak lama. Jika ditinjau dari
segi hukum perikatan Islam, asuransi konvensional hukumnya adalah haram. Hal
ini dikarenakan asuransi konvesional mengandung unsur gharar, maisir dan riba.
Hal ini disepakati oleh para ahli hukum Islam seperti Yusuf Qardhawi, Sayid Sabiq
dan lain-lain.
Pada dekade 1970 an, di beberapa negara Islam atau negara yang mayoritas
penduduk Islam, bermunculan asuransi yang prinsip operasional mengacu kepada
5
nilai-nilai Islam. Pada tahun 1979 Faisal Islamic Bank of Sudan memprakarsai
berdirinya perusahaan Asuransi Syariah Islamic Insurance Co. Ltd di Sudan
dan Islamic Insurance Co. Ltd di Arab Saudi. Keberhasilan asuransi syariah ini
kemudian diikuti dengan berdirinya Dar al Mal al Islami di Geneva, Swiss daal
TakafulIslami diLuxemburg, Takaful Islam Bahamas di Bahamas dan Takaful al
Islami di Bahrain pada tahun 1983. Sedangkan di Indonesia Asuransi Takaful baru
muncul pada tahun 1994 seiring dengan diresmikan PT Syarikat Takaful Indonesia
yang kemudian mendirikan 2 anak perusahaan yaitu PT Asuransi Takaful Keluarga
pada tahun 1994 dan PT Asuransi Takaful Umum pada tahun 1995.
6
5.Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000
tentang jenis, penilaian dan pembatasan investasi perusahaan asuransi dan
perusahaan re-asuransi dengan sistem Syariah. Berdasarkan peraturan ini jenis
investasi bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip
syariah terdiri dari :
k.Pinjaman polis
Menurut Muhammad Syakir Sula, beberapa hal yang masih menjadi kendala atau
tantangan bagi perkembangan asuransi syariah antara lain :
1.Kurangnya sosialiasi
3.Dukungan pemerintah
7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latarberlakang
8
Setelah itu pada tahun 1981 sebuah perusahaan asuransi jiwa Swiss,
bernama Dar Al-Maal Al-Islami memperkenalkan asuransi syariah di Jenewa.
Diiringi oelh penerbitan asruansi syariah kedua di Eropa yang diperkenalkan
oleh Islamic Takafol Company (ITC) di Luksemburg pada tahun 1983.
Menilik dari sejarah yang ada, Indoensia sebagai negara dengan penduduk
mayoritas muslim telah tertinggal jauh dibandingkan negara tetangga Malaysia
ataupun negara – negara non muslim di Eropa dalam hal pengembangan
asuransi syariah. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya edukasi
kepada masyarakat khususnya muslim tentang pentingnya asuransi untuk
memperkecil dampak risiko di masa yang akan datang.
Namun sejak berdirinya di tahun 1993 hingga saat ini, perusahaan asuransi
yang membuka unit usaha syariah (UUS) mulai berjamur. Perusahaan asuransi
9
konvensional melihat pengsa pasar yang saat potensial di Indonesia dengan
jumlah penduduk muslim terbesar di dunia dan jumlah pemegang polis yang
masih sedikit. Semoga dengan terus berkembangnya regulasi dan edukasi
mengenai asuransi syariah akan membuat asuransi syariah memiliki posisi yang
kuat di Indonesia.
10
syariah. Takaful Keluarga kemudian diresmikan oleh Menteri Keuangan saat
itu, Mar’ie Muhammad dan mulai beroperasi sejak 25 Agustus 1994.
Sedangkan Takaful Umum diresmikan oleh Menristek/ Ketua BPPT Prof. Dr.
B.J. Habibie selaku ketua sekaligus pendiri lCMl dan mulai beroperasi pada 2
Juni 1995. Sejak saat itu Takaful Keluarga dan Takaful Umum mengembangkan
kepeloporan dalam industri asuransi syariah dan menjadi yang terdepan di
bidangnya.
Kiprah Takaful lndonesia dalam perekonomian bangsa melalui asuransi
berbasis syariah, telah menarik minat investor dalam dan luar negeri. Pada tahun
1997, Syarikat Takaful Malaysia, Bhd. (STMB) menempatkan modalnya di
perusahaan untuk menjadi salah satu pemegang saham. STMB kemudian
meningkatkan jumlah penyertaan modalnya sehingga mencapai jumlah yang
cukup signifikan pada tahun 2004. Minat Syarikat Takaful Malaysia Bhd.
(STMB) sebagai investor terus berlanjut melalui penyertaan modal langsung di
Takaful Keluarga pada tahun 2009. Islamic Development Bank (IDB) juga
memperkuat struktur modal perusahaan pada tahun 2004. Investor dalam negeri
juga menunjukan minat yang kuat untuk ikut menumbuh kembangkan Takaful
Indonesia. Pada tahun 2000 Permodalan Nasional Madani Persero (PNM) turut
memperkuat struktur modal perusahaan.
Di internal organisasi, PT. Asuransi Takaful Umum melakukan standarisasi
untuk meningkatkan dan menjaga konsistensi mutu layanan dan kinerja
perusahaan melalui penerapan ISO 9001 : 2008, yang merupakan standar
internasional terbaru untuk sistem manajemen mutu (Quality Management
System). Kemajuan PT. Asuransi Takaful Umum lainnya pada bidang asuransi
syariah terbukti dengan didapatnya penghargaan dari Lembaga-Lembaga
terpercaya.
11
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi ta’awun yang artinya tolong
menolong atau saling membantu, atas dasar prinsip syariat yang saling toleran
terhadap sesame manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan
bencana yang dialami peserta.
2. Akad Tabarru’ adalah akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu
Peserta kepada Dana Tabarru’ untuk tujuan tolong-menolong diantara para
Peserta, yang tidak bersifat dan bukan untuk tujuan komersial.
3. Akad Wakalah bil Ujrah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa
kepada Perusahaan sebagai wakil Peserta untuk mengelola Dana Tabarru’
12
dan/atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang
yang diberikan, dengan imbalan berupa ujrah (fee).
4. Akad Mudharabah adalah akad untuk memberikan bagi hasil atas investasi
Dana Tabarru’.
6. Iuran Dana Tabarru’ adalah sebagian dari kontribusi yang dibayarkan oleh
Peserta yang kemudian dimasukkan kedalam Kumpulan Dana Tabarru’
dengan Akad Tabarru’.
7. Dana Tabarru’ adalah kumpulan dana yang berasal dari kontribusi para
Peserta, yang mekanisme penggunaannya sesuai dengan Akad Tabarru’
yang disepakati.
13
investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang
sesuai dengan syariah.”
14
pertanggungan), tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan (sejumlah
seluruh premi) karena hanya allah yang tahu kapan seseorang akan meninggal.
Dalam konsep takaful (saling menolong), keadaan ini akan lain karena akad
yang digunakan adalah akad tolong menolong (takafuli) dan saling menjamin
di mana semua peserta asuransi menjadi penolong dan penjamin satu sama
lainnya.
B. Menghindari perjudian(Maisir)
Kata maisir berasal dari bahasa arab, yang secara harfiah berarti
memperoleh sesuatu dengan sangat mudahtanpa kerja keras atau mendapat
keuntungan tanpa bekerja. Hal ini biasa juga disebut perjudian, yang dalam
terminologi agama diartikan sebagai suatu transaksi yang dilakukan oleh dua
pihak untuk memperoleh kepemilikan suatu benda atau jasa yang
15
menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan
transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau kejadian tertentu.
Didalam al-Qur’an dan al-Hadis tidak ada satupun ketentuan ketentuan yang
mengatur secara eksplisit tentang asuransi. Oleh karena itu masalah asuransi dalam
islam termasuk “ijtihadiah” artinya untuk menentukan hukumnya asuransi ini halal
atau haram masih diperlukan peranan akal pikiran para ulamaahli fiqh melalui
ijtihad.
16
Ada beberapa macam pendapat para ulama tentang asuransi diantaranya:
Bahwa asuransi termasuk segala macam bentuk dan cara operasinya
hukumnya haram. Pandangan ini didukung oleh beberapa ulama antara lain, Yusuf
al_Qardhawi, Sayid sabiq, Abdullah al-Qalqili dan Muhammad Bakhit al-Muth’i
a) Tidak ada ketetapan nas, al – Qur’an maupun al – Hadis yang melarang asuransi.
b) Terdapat kesepakatan kerelaan dari keuntungan bagi kedua belah pihak baik
penanggung maupun tertanggung.
c) Kemaslahatan dari usaha asuransi lebih besar daripada mudharatnya.
d) Asuransi termasuk akad mudharatnya roboh atas dasar profit and loss sharing.
e) Asuransi termasuk kategori koparasi (Syirkah Ta’awuniyah) yang diperbolehkan
dalam islam.
17
2.4. Dasar Hukum Islam terkait Asuransi Syariah
a) Surat Yusuf :43-49 “Allah menggambarkan contoh usaha manusia membentuk
sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan.
b) Surat Al-Baqarah :188 Firman Allah “...dan janganlah kalian memakan harta di
antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian bawa urusan
harta itu kepada hakim yang dengan maksud kalian hendak memakan sebagian
harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu tahu (al:Baqarah:188)
c) Al Hasyr:18 Artinya :”Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Alloh
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok
(masa depan) dan bertaqwalah kamu kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha
Mengetahui apa yang engkau kerjakan”.
18
2.6. Sumber Hukum Asuransi Syariah
Sumber hukum material asuransi syariah adalah syariah islam, sedangkan
sumber syariah islam adalah alquran, Hadis, Ijma (ijtihad), Fatwa sahabat
rasul,Qiyas, Istihsan, dan Urf (tradisi). Alquran dan hadis merupakan sumber utama
hukum islam, namun dalam menetapkan prinsip-prinsip maupun praktik dan
operasional asuransi syariah, parameter yang senantiasa menjadi rujukan adalah
syariah islam (Muhammad Syakir Sula, 2004,hlm,296).
Oleh karena itu pengaturan tentang asuransi syariah boleh didasarkan pada Ijma
(ijtihad). Penetapan hukum dengan metode Ijma (ijtihad) dapat menggunakan
beberapa cara, antara lain”
a. Melalukan interpretasi atau penafsiran hukum secara analogi (qiyas), yaitu dengan
cara mencari perbandingannya atau pengibaratannya.
b. Untuk kemaslahatan umum (maslahah mursalah), yang bertumu pada
pertimbangan menarik manfaat dan menghindarkan mudharat.
c. Meninggalkan dalil-dalil khusus dan menggunakan dalil-dalil umum yang
dipandang lebih kuat )Istihsan).
d. Dengan cara melestarikan berlakuknya ketentuan asal yang ada, kecuali terdapat
dalil yang menetukan lain( Istish-ab)
e. Mengukuhkan berlakunya adat kebiasaan yang tidak berlawanan dengan ketentuan
syariah.
Keberadaan asuransi syariah saat ini tidak dilarang undang-undang yang
berlaku, yaitu undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tentang perasuransian.
Malahan, pemerintah telah mengeluarkan keputusan- keputusan yang berkenaan
dengan asuransi, termasuk asuransi syariah yaitu sebagai berikut:
a. Keputusan menteri keuangan republik indonesia No.424/KMK.06/2003 tentang
kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.
b. Keputusan menteri keuangan republik indonesia No.426/KMK.06/2003 tentang
perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan reasuransi.
c. Keputusan dirjen Lembaga keuangan No.Kep. 4499/LK/2000 tentang jenis,
penilaian, dan pembatasan Investasi perusahaan Asuransi dan perusahaan
Reasuransi dengan sistem syariah.
Kehadiran asuransi syariah diawali dengan beroperasinya bank syariah. Hal ini
sesuai dengan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan
ketentuan pelaksanaan bank syariah. Pada saat ini bank syariah membutuhkan jasa
asuransi syariah guna mendukung permodalan dan investasi dana. Pada tanggal 27
juli 1993, ICMI melalui yayasan abdi bangsa bersama Bank Muamalat Indonesia
(BMI), dan perusahaan asuransi tugu mandiri sepakat memprakarsai pendirian
asuransi takaful dengan menyusun tim pembentukan asuransi takaful Indonesia
(tepat).
19
Sebagai realisasi kesepakatan tersebut, didirikanlah PT Syarikat Takaful
Indonesia sebagai Holding Company dan dua anak perusahaan yaitu PT asuransi
Takafulkeluarga (asuransi jiwa) dan PT asuransi Takaful umum (asuransi
kerugian). Pembentukan dua anak perusahaan tersebut, dimaksudkan untuk
memenuhi ketentuan pasal 3 undang-undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha
perasuransian, yang mana perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan asuransi
kerugian harus berdiri terpisah.
20
c. Pembagian dari hasil Surplus Underwriting hanya diberikan kepada Peserta
yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
A. Underwriting
21
Pada asuransi syariah underwriting berperan:
Beberapa hal yang patut menjadi perhatian para underwriter pada asuransi
umum, sebelum mengambil keputusan untuk mengaksep atau tidak suatu prospek
adalah sebagai berikut:
22
b) Perubahan bisnis yang dilakukan belakangan ini dan kemungkinan
pengembangannya selama masa keikutsertaannya asuransi syariah.
c) Catatan perkara yang telah dialami
B. Polis
Polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta
asuransi dengan perusahaan asuransi. Polis asuransi merupakan bukti auntetik
berupa akta mengenai adanya perjanjian asuransi. Unsur-unsur yang harus ada
dalam polis adalah:
a). Deklarasi, memuat data yang berkaitan dengan peserta seperti nama, alamat,
jenis dan lokasi objek asuransi, tanggal dan jangka waktu penutupan,
perhitungan dan besarnya premi serta informasi lain yang diperlukan.
b). Perjanjian asuransi, memuat pernyataan perusahaan asuransi menyatakan
kesanggupannya mengganti kerugian atas objek asuransi apabila terjadi
kerusakan.
c). Pernyataan polis, memuat kondisi objek, batas waktu pembayaran premi,
permintaan pembatalan polis, prosedur pengajuan klaim, asuransi ganda,
subrogasi.
d). Pengecualian, memuat penyebutan dengan jelas musibah apa saja yang tidak
ditutup atau diluar penutupan asuransi.
e). Kondisi pertanggungan, memuat kondisi objek yang diasuransikan.
f). Polis ditandatangani oleh perusahaan asuransi.
23
Wakalah bil ujrah, yaitu pemberian kuasa dari peserta kepada
perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan
pemberian ujrah (fee). Persetujuan kontribusi yang dimasukkan
dapat dinvestasikan dan dikelola sesuai dengan prinsip syariah,
persetujuan pembayaran klaim/manfaat asuransi, provisi dan
cadangan sesuai pedoman dan kebijakan otoritas. Persetujuan
membayar biaya wakalah bil ujrah.
C. Premi (Kontribusi)
1). Premi tabungan, yaitu bagian premi yang merupakan dana tabungan pemegang
polis yang dikelola oleh perusahaan dimana pemiliknya akan mendapatkan hak
sesuai dengan kesepakatan dari pendapatan investasi bersih. Premi tabungan dan
hak bagi hasil investasi akan diberikan kepada peserta bila yang bersangkutan
dinyatakan berhenti sebagai peserta.
2). Premi tabarru’, yaitu sejumlah dana yang dihibahkan oleh pemegang polis dan
digunakan untuk tolong menolong dan menaggulangi musibah kematian yang
akan disantunkan kepada ahli waris bila peserta meninggal dunia sebelum masa
asuransi berakhir.
3). Premi biaya adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta kepada
perusahaan yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan dalam
rangka pengelolaan dana asuransi.
24
1) Penetapan tarif premi harus dilakukan dengan memperhitungkan:
Premi murni dihitung berdasarkan profil kerugian untuk jenis
asuransi yang bersangkutan sekurang-kurangnya 5 tahun terakhir.
Biaya perolehan, termasuk komisi agen.
Biaya administrasi dan biaya umum lainnya.
25
Selain kedua topik diatas, dalam bagian ini akan dibahas pula tentang
pembayaran klaim oleh perusahaan asuransi kepada peserta asuransi yang tertimpa
musibah atau bencana.
1. Mekanisme kerja asuransi keluarga
Mekanisme asuransi keluarga ini diawali oleh terjadinya akad atau transaksi
antara perusahaan asuransi dengan peserta asuransi. Akad tersebut dilakukan sesuai
dengan produk asuransi yang akan dimanfaatkan oleh peserta asuransi. Untuk satu
produk asuransi akan dilakukan satu akad. Pada saat akad berlangsung peserta
asuransi harus sudah menentukan produk asuransi yang akan diambil, seperti
Asuransi Berjangka (10, 15, atau 20 tahun), Asuransi dana Investasi, Asuransi
Kesehatan, Asuransi Kecelakaan Diri. Setelah akad berlangsung, maka dalam
asuransi keluarga diatur menurut sebagai berikut:
a) Peserta asuransi syariah bebas memilih salah satu jenis syariah keluarga
yang ada dengan ketentuan umur peserta antara 18 sampai dengan 50
tahun dengan masa pembayaran klaim berakhir sebelum mencapai
umur 60 tahun.
b) Perusahaan asuransi syariah dan peserta asuransi syariah mengadakan
perjanjian mudhorobah (bagi hasil), yang sekaligus dinyatakan pula hak
dan kewajiban diantara kedua belah pihak.
c) Setiap peserta asuransi syariah menyerahkan premi asuransi yang dapat
dilakukan secara bulanan, kuartalan, setengah tahunan, atau tahunan.
Premi yang diserahkan dengan kemampuan peserta, tetapi tidak boleh
kurang dari jumlah minimal yang ditetapkan perusahaan asuransi
sebagai berikut:
Setiap premi yang dibayarkan peserta dibagi kedalam dua rekening, yaitu
rekening peserta dan rekening derma atau tabarru’. Presentase kedua
rekening itu ditentukan sesuai kelompok umur peserta dan jangka waktu
pertanggung.
Uang angsuran (premi) oleh perusahaan asuransi akan akan disatukan ke
dalam “Kumpulan Dana Peserta”, yang selanjutnya diinvestasikan dalam
pembiayaan-pembiayaan proyek yang dibenarkan syariah.
Keuntungan yang diperoleh dari investasi itu akan dibagi dengan peserta
sesuai dengan perjanjian mudhorobah yang telah disepakati sebelumnya.
Keuntungan bagian peserta akan dikreditkan ke dalam rekening peserta dan
rekening derma atau tabarru’ secara proposional.
26
2.10. Jenis produk Asurasi Syariah
Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada Tertanggung atas kerusakan atau
kerugian harta benda yang dipertanggungkan yang disebabkan oleh kebakaran,
sambaran petir, ledakan, kejatuhan pesawat terbang, serta asap yang berasal
dari kebakaran harta yang dipertanggungkan. Asuransi Property meliputi Asuransi
Kebakaran dan perluasan jaminannya (gempa bumi, badai, banjir, topan, dan lain –
lain) dan juga jaminan atas kerugian sebagai akibat terganggunya usaha (business
interruption) yang disebabkan kebakaran.
Asuransi yang menjamin kerusakan atau kerugian barang yang diangkut dari satu
tempat ke tempat lain baik dengan alat angkut darat (truk, kereta, trailer), laut
(kapal) atau udara (pesawat udara) terhadap risiko-risiko yang terjadi
selama pengangkutan barang.
27
Memberikan jaminan atas kerusakan atau kerugian terhadap kapal, mesin dan
perlengkapannya dari bahaya laut (perils of the sea) dan risiko
pelayaran (navigational perils).
Memberikan jaminan terhadap risiko kematian, cacat tetap, dan biaya perawatan
atau pengobatan yang disebabkan oleh kecelakaan.
28
2.11. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional
Pengelolaan Dana
Pengelolaan dana yang dilakukan di dalam asuransi syariah bersifat
transparan dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk mendatangkan
keuntungan bagi para pemegang polis asuransi itu sendiri.
Sistem Perjanjian
Di dalam asuransi syariah hanya digunakan akad hibah (tabarru) yang
didasarkan pada sistem syariah dan dipastikan halal. Sedangkan di dalam
asuransi konvensional akad yang dilakukan cenderung sama dengan
perjanjian jual beli.
29
Kepemilikan Dana
Sesuai dengan akad yang digunakan, maka di dalam asuransi syariah dana
asuransi tersebut adalah milik bersama (semua peserta asuransi), di mana
perusahaan asuransi hanya bertindak sebagai pengelola dana saja. Hal ini
tidak berlaku di dalam asuransi konvensional, karena premi yang
dibayarkan kepada perusahaan asuransi adalah milik perusahaan asuransi
tersebut, yang mana dalam hal ini perusahaan asuransi akan memiliki
kewenangan penuh terhadap pengelolaan dan pengalokasian dana asuransi.
Pembagian Keuntungan
Di dalam asuransi syariah, semua keuntungan yang didapatkan oleh
perusahaan terkait dengan dana asuransi, akan dibagikan kepada semua
peserta asuransi tersebut. Namun akan berbeda dengan perusahaan
asuransi konvensional, di mana seluruh keuntungan yang didapatkan akan
menjadi hak milik perusahaan asuransi tersebut.
Kewajiban Zakat
Perusahaan asuransi syariah mewajibkan pesertanya untuk membayar
zakat yang jumlahnya akan disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang
didapatkan oleh perusahaan. Hal ini tidak berlaku di dalam asuransi
konvensional.
Klaim dan Layanan
Di dalam asuransi syariah, peserta bisa memanfaatkan perlindungan biaya
rawat inap di rumah sakit untuk semua anggota keluarga. Di sini
diterapkan sistem penggunaan kartu (cashless) dan membayar semua
tagihan yang timbul.
Pengawasan
Di dalam asuransi syariah, pengawasan dilakukan secara ketat dan
dilaksanakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) yang dibentuk
langsung oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan diberi tugas untuk
mengawasi segala bentuk pelaksanaan prinsip ekonomi syariah di
Indonesia, termasuk mengeluarkan fatwa atau hukum yang mengaturnya.
30
Di setiap lembaga keuangan syariah, wajib ada Dewan Pengawas Syariah
(DPS) yang bertugas sebagai pengawas. DPS ini merupakan perwakilan
dari DSN yang bertugas memastikan lembaga tersebut telah menerapkan
prinsip syariah secara benar.
Instrumen Investasi
Hal ini juga menjadi sebuah perbedaan yang besar dalam asuransi syariah
dan konvensional. Di dalam asuransi syariah, investasi tidak bisa
dilakukan pada berbagai kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip
syariah dan mengandung unsur haram dalam kegiatannya. Yang termasuk
dalam kegiatan ini adalah:
1. Perjudian dan permainan yang tergolong ke dalam judi.
Perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain:
perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa,
dan perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu. Jasa
keuangan ribawi, antara lain: bank berbasis bunga, dan perusahaan
pembiayaan berbasis bunga. Jual beli risiko yang mengandung
unsur ketidakpastian (gharar) dan / atau judi (maisir).
2. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau
menyediakan berbagai barang, seperti: barang atau jasa haram
zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena
zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI.
Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah).
Ketentuan seperti ini tentu saja tidak berlaku di dalam asuransi konvensional,
karena pada dasarnya di dalam asuransi konvensional perusahaan akan melakukan
berbagai macam investasi dalam berbagai instrumen yang ditujukan untuk
mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan.
31
Hal ini bisa dilakukan tanpa menggunakan/mempertimbangkan haram atau
tidaknya instrumen investasi yang dipilih, karena pada dasarnya di dalam asuransi
konvensional dana yang dilekola adalah benar-benar dana milik perusahaan dan
bukan milik pemegang polis asuransi, dengan begitu perusahaan memiliki
kewenangan penuh dalam penggunaan dana tersebut, termasuk dalam memilih
jenis investasi yang akan digunakan.
Dana Hangus
Di dalam beberapa jenis asuransi yang dikeluarkan oleh perusahaan
asuransi konvensional, kita mengenal istilah “dana hangus” yang mana hal
ini terjadi pada asuransi yang tidak diklaim (misalnya asuransi jiwa yang
pemegang polisnya tidak meninggal dunia hingga masa pertanggungan
berakhir). Namun hal seperti ini tidak berlaku di dalam asuransi syariah,
karena dana tetap bisa diambil meskipun ada sebagian kecil yang
diikhlaskan sebagai dana tabarru.
32
BAB III
PERSEPEKTIF DAN PERMASALAHAN
3.1. persepektif
3.2. Permasalahan
Kondisi Asuransi Syariah di Indonesia
Data Departemen Keuangan menunjukkan market share asuransi syariah baru
mencapai 0.3% dari total premi asuransi nasional. Dibidang aturan hukum saat ini
33
sedang digodog aturan khusus mengenai asuransi syariah yang diharapkan dapat
memberi dampak yang signifikan sebagaimana dampak dari UU Perbankan tahun
1998.
Tanggal 24 Februari 1994 merupakan awal berdirinya industri asuransi berbasis
syariah di Indonesia. Pada tanggal itu didirikan PT Syarikat Takaful Indonesia
(Takaful Indonesia) sebagai asuransi syariah pertama di Indonesia, kemudian pada
tanggal 5 Mei 1994 Takaful Indonesia mendirikan PT Asuransi Takaful Keluarga
(Takaful Keluarga) yang bergerak dibidang asuransi jiwa syariah dan PT Asuransi
Takaful Umum (Takaful Umum) yang bergerak dibidang asuransi umum syariah.
Jika dihitung-hitung ternyata asuransi syariah sudah berdiri selama kurang lebih 24
tahun hingga sekarang dan terus mengalami pertumbuhan dari tahun ketahun.
Meskipun sudah mengalami banyak perkembangan, namun masih banyak
masyarakat yang enggan untuk menggunakan jasa asuransi syariah. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu masyarakat muslim Indonesia
tidak semuanya memahami asuransi. Belum lagi sebagian besar masyarakat muslim
masih anti dengan produk asuransi.
Tidak sedikit dari mereka yang beranggapan bahwasanya asuransi itu seperti
mendahului kehendak Tuhan. Selain itu kurangnya sosialisai kepada masyarakat
mengenai adanya lembaga asuransi syariah juga berdampak pada minat masyarakat
untuk menggunakan produk asuransi syariah. Akibatnya, informasi yang berkaitan
dengan asuransi syariah tidak tersampaikan kepada masyarakat. Mungkin kalau di
kota besar masyarakat banyak yang sudah tahu adanya lembaga asuransi syariah,
tapi masyarakat yang hidup dipedesaan belum tentu mengetahuinya.
34
sekali tergantung kesepakatan diawal. Dengan adanya pembayaran premi
masyarakat desa yang ekonominya menengah ke bawah akan merasa keberatan,
jangankan membayar premi, untuk kebutuhan hidup sehari-hari saja mereka masih
kesulitan.
35
BAB IV
ANALISIS PEMBAHASAN
4.1.Persepektif
1. Penjelasan Mengenai Asuransi Syariah
Asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan at-ta’min, takaful,atau
tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang/ pihak melalui inventasi dalam bentuk asset atau tabarru’
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui
akad yang sesuai dengan syariah .
Prinsip dasar asuransi syariah adalah mengajak kepada setiap peserta
untuk saling menjalin kerjasama peserta terhadap ssesuatu yang
meringankan terhadap bencana yang menimpa.
Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi ta’awun yang artinya
tolong menolong atau saling membantu, atas dasar prinsip syariat yang
saling toleran terhadap sesame manusia untuk menjalin kebersamaan dalam
meringankan bencana yang dialami peserta.
36
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui
investasi dalam bentuk asset dan / atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk melindungi risiko tertentu melalui akad yang sesuai
dengan syariah.
37
4.2.Pembahasan
1. Analisis Masalah Asuransi Syariah
Asuransi syariah juga masih mempunyai peluang untuk bisa berkembang berupa :
Alternatif pilihan proteksi bagi pemeluk agama Islam yang menginginkan
produk yang sesuai dengan hukum Islam
Perkembangan Perbankan Islam menuntut peranan asuransi syariah untuk
pengamanan aset dan transaksi perbankan
38
Beberapa kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan Asuransi
Syariah adalah ditetapkannnya kewajiban agar asuransi haji dikelola oleh
perusahaan asuransi syariah.
39
BAB V
5.1. Kesimpulan
Kehadiran asuransi syariah diawali dengan beroperasinya bank syariah. Hal ini
sesuai dengan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan
ketentuan pelaksanaan bank syariah. Pada saat ini bank syariah membutuhkan jasa
asuransi syariah guna mendukung permodalan dan investasi dana.
Alquran dan hadis merupakan sumber utama hukum islam, namun dalam
menetapkan prinsip-prinsip maupun praktik dan operasional asuransi syariah,
parameter yang senantiasa menjadi rujukan adalah syariah islam.
konsep asuransi syariah adalah suatu konsep di mana terjadi saling memikul
risiko diantara sesama peserta sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi
penanggung atas resiko yang muncul. Saling pukul risiko ini dilakukan atas dasar
saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan
dana tabarru’ atau dana kebajikan (derma) yang tujuannya untuk menanggung
risiko. Dalam sistem operasional, asuransi syari’ah telah terhindar dari hal-hal yang
diharamkan oleh para ulama, yaitu gharar,maisir, dan riba.
Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh Asuransi syariah seperti kendala
yang membuat industri asuransi syariah, masih dianggap tertinggal dibandingkan
industri syariah konvensional, yakni masalah permodalan dan sumber daya
manusia. Satu kendala lain adalah masih adanya anggapan bahwa asuransi itu
haram.
5.2.SARAN
Untuk meningkatkan kembali daya tarik masyarakat dalam berasuransi yaitu
dengan merubah pemahaman-pehamanan negatif terkait berasuransi, memberikan
pemahaman penting dari pemerintah terkait asuransi dan meningkatkan kembali
kesadaran masyarakat Indonesia mengenai risiko yang akan datang dikemudian hari
40
DAFTAR PUSTAKA
Amrin,Abdullah.2011.Meraih berkah melalui asuransi syariah.Jakarta:PT Alex
Media Komputindo.
Aziz, Abdul,2010.Manajemen investasi syariah.Bandung:CV Alfabeta.
Dewi,Gemala.2004.Aspek-aspek hukum dalam perbankan dan perasuransian
Syariah di Indonesia.Jakarta:Prenada media.
Muhammad,Abdulkadir.2002.Hukum asuransi Indonesia.Bandar Lampung: PT
Citra Aditya Bakti
Sula, Syakir M. 2004. Asuransi Syariah konsep dan sistem Operasional penerbit
Gem aInsan.Jakarta:Gema Insan
41