Sunteți pe pagina 1din 41

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, Rabb semesta alam.
Karena berkat rahmat serta kehendak-Nya saya dapat menyelesaikan Makalah
Manajemen Keuangan Islam yang berjudul”Asuransi Syariah” tepat pada
waktunya.

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen


Keuangan Islam. Harapan Kami dengan dibuatnya makalah ini bukan hanya
mampu memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Islam,
namun mampu memberi dan menambah wawasan mengenai Bab beserta
peranannya dalam dunia kerja, dan bisa memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh dosen.

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah dan teman-
teman yang telah memberikan bimbingan, serta kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam penyelesaian tugas makalah ini. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan terdapat
kekurangan dan kelemahan. Untuk itu kepada dosen Kami minta masukkannya
demi perbaikan pembuatan makalah kami ke depannya.

Terima kasih

Bandung, November 2018

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Sejarah Asuransi Syariah di Dunia
1.3 Sejarah Asuransi Syariah di Indonesia

BAB 2
KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Asuransi Syariah


2.2 Konsep Asuransi Syariah
2.3 Pandangan para Ulama terkait Asuransi Syariah
2.4 Dasar Hukum Islam terkait Asuransi Syariah
2.5 Prinsip Asuransi Syariah
2.6 Sumber Hukum Asuransi Syariah
2.7 Keunggulan Asuransi Syariah
2.8 Mekanisme Kerja Asuransi Syariah
2.9 Pengelolaan dana Asuransi (Premi)
2.10 Jenis Produk Asuransi Syariah
2.11 Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional

BAB 3
PERSPEKTIF DAN PERMASALAHAN
3.1 Perspektif
3.2 Permasalahan

3
BAB 4
ANALISIS PEMBAHASAN
4.1 Perspektif
4.2 Pembahasan
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

4
ABSTRAK

Lapangan ekonomi termasuk perasuransian, digolongkan dalam hukum-hukum


yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya yang disebut muamalah.
Dalam menerjemahkan istilah asuransi ke dalam konteks asuransi Islam terdapat
beberapa Istilah yaitu (takaful, ta’min dan Islamic Insurance). Istilah tersebut pada
dasarnya tidak berbeda satu sama lain yang mengandung makna pertanggungan
atau saling menanggung. Namun istilah yang sering digunakan dalam asuransi
Islam adalah “takaful”. Takaful mengandung pengertian saling menanggung resiko
di antara sesama manusia, sehingga di antara satu dengan yang lain menjadi
penanggung atas resiko masing-masing.

Sejarah Asuransi Syariah

Lembaga asuransi Islam yang dikenal sekarang, sesungguhnya tidak dikenal pada
masa awal Islam. Walaupun secara jelas mengenai lembaga asuransi ini tidak
dikenal pada masa Islam, tetapi terdapat beberapa aktivitas dari kehidupan Nabi
Muhammad SAW yang mengarah pada prinsip asuransi. Misalnya : konsep
tanggung jawab bersama yang disebut dengan sistem aqilah.

Sistem aqilah adalah sistem menghimpun dana anggota untuk menyumbang dalam
suatu tabungan bersama yang dikenal dengan “kunz”. Tabungan ini bertujuan untuk
memberikan pertolongan kepada keluarga korban yang terbunuh secara tidak
sengaja dan untuk membebaskan hamba sahaya.

Tidak dapat disangkal bahwa keberadaan asuransi syariah tidak dapat dilepaskan
dari keberadaan asuransi konvesional yang telah ada sejak lama. Jika ditinjau dari
segi hukum perikatan Islam, asuransi konvensional hukumnya adalah haram. Hal
ini dikarenakan asuransi konvesional mengandung unsur gharar, maisir dan riba.
Hal ini disepakati oleh para ahli hukum Islam seperti Yusuf Qardhawi, Sayid Sabiq
dan lain-lain.

Pada dekade 1970 an, di beberapa negara Islam atau negara yang mayoritas
penduduk Islam, bermunculan asuransi yang prinsip operasional mengacu kepada

5
nilai-nilai Islam. Pada tahun 1979 Faisal Islamic Bank of Sudan memprakarsai
berdirinya perusahaan Asuransi Syariah Islamic Insurance Co. Ltd di Sudan
dan Islamic Insurance Co. Ltd di Arab Saudi. Keberhasilan asuransi syariah ini
kemudian diikuti dengan berdirinya Dar al Mal al Islami di Geneva, Swiss daal
TakafulIslami diLuxemburg, Takaful Islam Bahamas di Bahamas dan Takaful al
Islami di Bahrain pada tahun 1983. Sedangkan di Indonesia Asuransi Takaful baru
muncul pada tahun 1994 seiring dengan diresmikan PT Syarikat Takaful Indonesia
yang kemudian mendirikan 2 anak perusahaan yaitu PT Asuransi Takaful Keluarga
pada tahun 1994 dan PT Asuransi Takaful Umum pada tahun 1995.

Gagasan dan pemikiran didirikannya asuransi berlandaskan syariah sudah muncul


3 tahun sebelum berdirinya Takaful dan makin kuat setelah diresmikan Bank
Muamalat Indonesia pada tahun 1991. Pada tanggal 25 Agustus 1994 Asuransi
Takaful Indonesia berdiri secara resmi. Pendiriannya dilakukan secara resmi di Puri
Agung Room Hotel Syahid Jakarta. Izin operasional diperoleh oleh Departemen
Keuangan melalui Surat Keputusan Nomor : Kep-385/KMK.017/1994 tanggal 4
Agustus 1994.

Landasan Hukum Asuransi Syariah

Adapun yang menjadi dasar hukum asuransi syariah di Indonesia adalah :

1.UU Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha perasuransian

2.Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor :


21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah.

3.Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003


tentang perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan asuransi dan perusahan
reasurani

4.Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003


tentang kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.

6
5.Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000
tentang jenis, penilaian dan pembatasan investasi perusahaan asuransi dan
perusahaan re-asuransi dengan sistem Syariah. Berdasarkan peraturan ini jenis
investasi bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip
syariah terdiri dari :

a.Deposito dan sertifikat deposito syariah

b.Sertifikat Wadiah bank Indonesia

c.Saham syariah yang tercatat di bursa efek

d.Obligasi syariah yang tercatat di bursa efek

e.Surat berharga syariah yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah

f.Unit penyertaan reksadana syariah

g.Penyertaan langsung syariah

h.Bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi

i.Pembiayaan kepemilikan tanah dan atau bangunan, kendaraan bermotor, dan


barang modal dengan skema murabahah

j.Pembiayaan modal kerja dengan skema mudharabah

k.Pinjaman polis

Menurut Muhammad Syakir Sula, beberapa hal yang masih menjadi kendala atau
tantangan bagi perkembangan asuransi syariah antara lain :

1.Kurangnya sosialiasi

2.Dukungan dari umat Islam

3.Dukungan pemerintah

7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latarberlakang

Kegiatan bisnis asuransi kini makin berkembang, yang membawa konsekuensi


berkembang pula hukum bisnis asuransi. Salah satu kegiatan bisnis asuransi yang
muncul dalam masyarakat adalah bisnis asuransi syariah. Dalam undang-undang
yang mengatur tentang bisnis perasuransian, belum diatur tentang asuransi syariah.
Namun, dalam praktik perasuransian ternyata bisnis asuransi syari’ah sudah banyak
dikenal masyarakat.
Asuransi syariah merupakan bidang bisnis asuransi yang cukup memperoleh
perhatian besar di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai bisnis asuransi
alternatif, asuransi syriah boleh dikatakan relatif baru dibandingkan dengan bidang
bisnis asuransi konvensional. Kebaruan bisnis asuransi syariah adalah
pengoperasian kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang
bersumber dari alquran dan hadis serta fatwa para ulama terutama yang terhimpun
dalam majelis ulama Indonesia (MUI).
Pada prinsipnya, yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi
konvensional adalah asuransi syariah menghapuskan unsur ketidakpastian (gharar),
unsur spekulasi alias perjudian (maisir), dan unsur bunga uang (riba) dalam
kegiatan bisnisnya sehingga peserta asuransi (tertanggung) merasa terbebas dari
praktik kezaliman yang merugikan nya. Agar masyarakat dapat memahami konsep
asuransi syariah secara wajar, perlu dilakukan penyuluhan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan melaui publikasi yang lebih luas.

1.2. Sejarah Asuransi Syariah di Dunia

Sejarah terbentuknya asuransi syariah di dunia dimulai pada tahun 1979


ketika sebuah perusahaan asuransi jiwa di sudan, yaitu Sudanese Islamic
Insurance pertama kali memperkenalkan asuransi syariah. Kemudian pada
tahun yang sama sebuah perusahaan asuransi jiwa di uni emirat arab juga
memperkenalkan asuransi syariah di wilayah arab.

8
Setelah itu pada tahun 1981 sebuah perusahaan asuransi jiwa Swiss,
bernama Dar Al-Maal Al-Islami memperkenalkan asuransi syariah di Jenewa.
Diiringi oelh penerbitan asruansi syariah kedua di Eropa yang diperkenalkan
oleh Islamic Takafol Company (ITC) di Luksemburg pada tahun 1983.

Bersamaan dengan itu, sebuah perusahaan asuransi syariah bernama Islamic


takafol dan Re-Rakafol Company juga mendirikan di Kepulauan Bahamas pada
tahun 1983. Demikian juga halnya dengan Bahrain, sebuah perusahaan asuransi
jiwa bebasis syariah, yaitu Syarikat Al-Takafol Al-Islamiah Bahrain didirikan
tahun 1983.

Di asia sendiri, asuransi syariah pertama kali diperkenalkan oleh Malaysia


pada tahun 1985 melalui sebuah perusahaan asuransi jiwa bernama takaful
Malaysia. Sedangkan di Indonesia perusahaan asuransi yang mempelopori
bisnis asuransi syariah adalah PT Asuransi Takaful Keluarga (Asuransi jiwa)
dan Asuransi Takaful Umum yang didirikan pada tahun 1993.

Kedua perusahaan ini, merupakan anak perusahaan PT Sarikat Takaful


Indonesia yang pendirinya diprakarsai oleh Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia melalui Yayasan Abadi Bangsa bersama Bank Muamalat dan
perusahaan Asuransi Tugu Mandiri.

Menilik dari sejarah yang ada, Indoensia sebagai negara dengan penduduk
mayoritas muslim telah tertinggal jauh dibandingkan negara tetangga Malaysia
ataupun negara – negara non muslim di Eropa dalam hal pengembangan
asuransi syariah. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya edukasi
kepada masyarakat khususnya muslim tentang pentingnya asuransi untuk
memperkecil dampak risiko di masa yang akan datang.

Namun sejak berdirinya di tahun 1993 hingga saat ini, perusahaan asuransi
yang membuka unit usaha syariah (UUS) mulai berjamur. Perusahaan asuransi

9
konvensional melihat pengsa pasar yang saat potensial di Indonesia dengan
jumlah penduduk muslim terbesar di dunia dan jumlah pemegang polis yang
masih sedikit. Semoga dengan terus berkembangnya regulasi dan edukasi
mengenai asuransi syariah akan membuat asuransi syariah memiliki posisi yang
kuat di Indonesia.

1.3. Sejarah Asuransi Syariah di Indonesia

Tanggal 24 Februrari 1994 merupakan tonggak sejarah kepeloporan industri


asuransi berbasis syariah di lndonesia. Pada tanggal itulah didirikan PT Syarikat
Takaful lndonesia (Takaful lndonesia) sebagai bukti perwujudan nyata dari
sebuah komitmen dan kepedulian yang tulus terhadap perkembangan
perekonomian berbasis syariah di lndonesia yang ditujukan untuk kemakmuran
yang adil bagi masyarakat lndonesia secara keseluruhan.
Kelahiran Takaful Indonesia sebagai holding company PT Asuransi Takaful
keluarga dan PT Asuransi Takaful Umum Asuransi Jiwa dan Umum Syariah
pertama di Indonesia merupakan hasil dari komitmen dan kepedulian berbagai
elemen bangsa yang tergabung dalam TIM Pembentukan Asuransi Takaful
lndonesia (TEPATI) untuk mewujudkan tercapainya kemajuan pembangunan
ekonomi syariah di bumi Nusantara. Kelahiran Takaful lndonesia merupakan
buah dari prakarsa berbagai elemen yaitu lkatan Cendikiawan Muslim lndonesia
(lCMl) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat lndonesia Tbk, PT
Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan Republik Indonesial, para
pengusaha Muslim lndonesia, dengan bantuan teknis dari Syarikat Takaful
Malaysia Bhd. (STMB).
We are the First, So we have to Became the Best, Adalah Hutang sejarah yang
harus kita Bayar
Hanifah Husein, Komisaris Utama
Pada 5 Mei 1994, Takaful lndonesia mendirikan PT Asuransi Takaful Keluarga
(Takaful Keluarga) bergerak di bidang asuransi jiwa syariah dan PT Asuransi
Takaful Umum (Takaful Umum) yang bergerak di bidang asuransi umum

10
syariah. Takaful Keluarga kemudian diresmikan oleh Menteri Keuangan saat
itu, Mar’ie Muhammad dan mulai beroperasi sejak 25 Agustus 1994.
Sedangkan Takaful Umum diresmikan oleh Menristek/ Ketua BPPT Prof. Dr.
B.J. Habibie selaku ketua sekaligus pendiri lCMl dan mulai beroperasi pada 2
Juni 1995. Sejak saat itu Takaful Keluarga dan Takaful Umum mengembangkan
kepeloporan dalam industri asuransi syariah dan menjadi yang terdepan di
bidangnya.
Kiprah Takaful lndonesia dalam perekonomian bangsa melalui asuransi
berbasis syariah, telah menarik minat investor dalam dan luar negeri. Pada tahun
1997, Syarikat Takaful Malaysia, Bhd. (STMB) menempatkan modalnya di
perusahaan untuk menjadi salah satu pemegang saham. STMB kemudian
meningkatkan jumlah penyertaan modalnya sehingga mencapai jumlah yang
cukup signifikan pada tahun 2004. Minat Syarikat Takaful Malaysia Bhd.
(STMB) sebagai investor terus berlanjut melalui penyertaan modal langsung di
Takaful Keluarga pada tahun 2009. Islamic Development Bank (IDB) juga
memperkuat struktur modal perusahaan pada tahun 2004. Investor dalam negeri
juga menunjukan minat yang kuat untuk ikut menumbuh kembangkan Takaful
Indonesia. Pada tahun 2000 Permodalan Nasional Madani Persero (PNM) turut
memperkuat struktur modal perusahaan.
Di internal organisasi, PT. Asuransi Takaful Umum melakukan standarisasi
untuk meningkatkan dan menjaga konsistensi mutu layanan dan kinerja
perusahaan melalui penerapan ISO 9001 : 2008, yang merupakan standar
internasional terbaru untuk sistem manajemen mutu (Quality Management
System). Kemajuan PT. Asuransi Takaful Umum lainnya pada bidang asuransi
syariah terbukti dengan didapatnya penghargaan dari Lembaga-Lembaga
terpercaya.

11
BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1. Pengertian Asuransi Syariah

Pengertian asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan at-


ta’min, takaful,atau tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui inventasi dalam bentuk asset
atau tabarru’ memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syariah .
Prinsip dasar asuransi syariah adalah mengajak kepada setiap peserta untuk
saling menjalin kerjasam peserta terhadap ssesuatu yang meringankan terhadap
bencana yang menimpa.

Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi ta’awun yang artinya tolong
menolong atau saling membantu, atas dasar prinsip syariat yang saling toleran
terhadap sesame manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan
bencana yang dialami peserta.

Menurut fatwa DSN.No.21/DSN-MUI-X/2001.


Asurani syariah (ta’min,takafur atau tadhangun) adalah usaha saling melindungi
dan tolong menolong diantara sejumlah orang / pihak melalui investasi dalam
bentuk asset dan/tabarru’ yang memberikan pola pengambilan untuk menghadapi
resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariat.

Berikut beberapa definisi dalam asuransi syariah sebagai berikut :

1. Akad adalah perjanjian tertulis yang memuat kesepakatan tertentu, beserta


hak dan kewajiban para pihak sesuai prinsip syariah.

2. Akad Tabarru’ adalah akad hibah dalam bentuk pemberian dana dari satu
Peserta kepada Dana Tabarru’ untuk tujuan tolong-menolong diantara para
Peserta, yang tidak bersifat dan bukan untuk tujuan komersial.

3. Akad Wakalah bil Ujrah adalah Akad Tijarah yang memberikan kuasa
kepada Perusahaan sebagai wakil Peserta untuk mengelola Dana Tabarru’

12
dan/atau Dana Investasi Peserta, sesuai kuasa atau wewenang
yang diberikan, dengan imbalan berupa ujrah (fee).

4. Akad Mudharabah adalah akad untuk memberikan bagi hasil atas investasi
Dana Tabarru’.

5. Kontribusi adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh Peserta kepada


Perusahaan yang sebagian akan dialokasikan sebagai iuran Tabarru’ dan
sebagian lainnya sebagai fee (ujrah) untuk Perusahaan.

6. Iuran Dana Tabarru’ adalah sebagian dari kontribusi yang dibayarkan oleh
Peserta yang kemudian dimasukkan kedalam Kumpulan Dana Tabarru’
dengan Akad Tabarru’.

7. Dana Tabarru’ adalah kumpulan dana yang berasal dari kontribusi para
Peserta, yang mekanisme penggunaannya sesuai dengan Akad Tabarru’
yang disepakati.

8. Surplus/Defisit Underwriting adalah selisih lebih/kurang dari total


kontribusi Peserta ke dalam Dana Tabarru’ setelah dikurangi pembayaran
santunan/klaim, kontribusi reasuransi, dan cadangan teknis, dalam satu
periode tertentu.

2.2. konsep Asuransi Syariah

Konsep asuransi syariah didasarkan pada Alquran surat Almaa’idah


ayat 2 yang artinya: “ tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran”. Berdasarkan konsep tersebut ,kemudian dewan syariah nasional
majelis ulama indonesia (MUI) memberikan pengertian tentang asuransi
syariah pasal 1 ayat 1 Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.21/DSN-
MUI/X/2001,menetapkan bahwa:”Asuransi syariah adalah usaha saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui

13
investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang
sesuai dengan syariah.”

M.Syakir Sula menegaskan bahwa konsep asuransi syariah


adalah suatu konsep di mana terjadi saling memikul risiko diantara sesama
peserta sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas
resiko yang muncul. Saling pukul risiko ini dilakukan atas dasar saling
menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana
tabarru’ atau dana kebajikan (derma) yang tujuannya untuk menanggung
risiko. Dalam sistem operasional, asuransi syari’ah telah terhindar dari hal-hal
yang diharamkan oleh para ulama, yaitu gharar,maisir, dan riba.

A. Menghindari ketidakjelasan (gharar)

Hadis nabi Muhammad SAW, yang dapat dijadikan acuan mengenai


gharar adalah: “Rasurullah SAW, melarang jual beli dengan lemparan batu
(hasab) dan jual beli gharar (diriwayatkan oleh Imam muslim).Definisi gharar
menurut Imam syafii adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam
pandangan kita dan akibat yang paling mungkin muncul adalah yang paling
kita takuti. Menurut Ibnu qayyim,gharar adalah yang tidak bisa diukur
penerimaannya, baik barang itu ada maupun tidak ada, seperti menjual hamba
yang melarikan diri dan unta yang liar meskipun ada.

H.M.Syafei Antonio seorang pakar ekonomi syari’ah menjelaskan


bahwa ketidakjelasan (gharar) terjadi dalam dua bentuk,yaitu:

a) Akad syariah yang melandasi penutupan polis

Kontrak dalam asuransi jiwa konvensional dikategorikan sebagai akad


pertukaran (tabaduli), yaitu pertukaran pembayaran premi dengan uang
pertanggungan. Secara harfiah dalam akad pertukaran harus jelas berapa
banyak yang dibayarkan dan berapa yang diterima. Keadaan ini menjadi tidak
jelas (gharar) karena kita tahu berapa yang akan diterima (sejumlah uang

14
pertanggungan), tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan (sejumlah
seluruh premi) karena hanya allah yang tahu kapan seseorang akan meninggal.
Dalam konsep takaful (saling menolong), keadaan ini akan lain karena akad
yang digunakan adalah akad tolong menolong (takafuli) dan saling menjamin
di mana semua peserta asuransi menjadi penolong dan penjamin satu sama
lainnya.

b) Sumber dana pembayaran klaim

Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’ie penerima uang


klaim itu sendiri. Dalam konsep asuransi konvensional, tertanggung tidak
mengetahui darimana dana pertanggungan yang diberikan dana asuransi
berasal. Tertangguung hanya tahu jumlah pembayaran klaim yang diterimanya.
Dalam konsep asuransi takaful (saling menolong), setiap pembayaran premi
sejak awal akan dibagi dua, rekening pemegang polis dan rekening khusus
peserta yang harus diniatkan sebagai dana kebajikan/derma (tabarru’) untuk
membantu saudaranya yang lain. Jadi, klaim dalam konsep asuransi takaful
diambil dari dana tabarru’ yang merupakan kumpulan dana shadaqah yang
diberikan oleh peserta suransi. yang diberikan oleh peserta asuransi.

B. Menghindari perjudian(Maisir)

Islam telah malarang perjudian (maisir), sebagaimana firman Allah


dalam surat Almaidah ayat 90, yang artinya:”Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,(berkoban) untuk berhala,
mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji yang termasuk perbuatan
syetan.maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Kata maisir berasal dari bahasa arab, yang secara harfiah berarti
memperoleh sesuatu dengan sangat mudahtanpa kerja keras atau mendapat
keuntungan tanpa bekerja. Hal ini biasa juga disebut perjudian, yang dalam
terminologi agama diartikan sebagai suatu transaksi yang dilakukan oleh dua
pihak untuk memperoleh kepemilikan suatu benda atau jasa yang

15
menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan
transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau kejadian tertentu.

Gemala Dewi juga mengartikan bahwa dalam konsep maisir disuatu


pihak memperoleh keuntungan, tetapi dilain pihak justru mengalami kerugian.
Unsur maisir dalam asuransi konvensional terlihat apabila selama masa
perjanjian, tertanggung tidak mengalami musibah atau kecelakaan, maka
tertanggung tidak berhak mendapatkan apa-apa termasuk premi yang
disetornya. Sedangkan keuntungan diperoleh tertanggung ketika tertanggung
yang belum lama menjadi anggota asuransi ( jumlah premi yang disetor
sedikit), menerima dana pembayaran klaim yang jauh leih besar. Dalam
konseptakaful ( saling menolong), apabila peserta asuransi tidak mengalami
musibah atau kecelakaan selama menjadi peserta, dia masih tetap berhak
mendapatkan premi yang disetor, kecuali dana yang dimasukkan kedalam dana
tabarru’.

C. Menghindari bunga (Riba)

Riba menurut pengertian bahasa berarti tambahan ( azziyadah),


berkembang (annumuw), meningkat (al-irtifa’), dan membesar (al-uluw). Jadi,
riba adalah penambahan ,perkembangan, peningkatan dan pembesaran atas
pinjaman pokok yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam sebagai
imbalan karena menagguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama
periode waktu tertentu

2.3. Pandangan Para Ulama terkait Asuransi Syariah

Didalam al-Qur’an dan al-Hadis tidak ada satupun ketentuan ketentuan yang
mengatur secara eksplisit tentang asuransi. Oleh karena itu masalah asuransi dalam
islam termasuk “ijtihadiah” artinya untuk menentukan hukumnya asuransi ini halal
atau haram masih diperlukan peranan akal pikiran para ulamaahli fiqh melalui
ijtihad.

16
Ada beberapa macam pendapat para ulama tentang asuransi diantaranya:
Bahwa asuransi termasuk segala macam bentuk dan cara operasinya
hukumnya haram. Pandangan ini didukung oleh beberapa ulama antara lain, Yusuf
al_Qardhawi, Sayid sabiq, Abdullah al-Qalqili dan Muhammad Bakhit al-Muth’i

a) Asuransi mengandung unsur perjudian yang dilarang didalam Islam.


b) Asuransi mengandung unsur ketidakpastian.
c) Asuransi mengandung unsur “ Riba” yang dilarang dalam Islam.
d) Asuransi mengandung unsur eksploitasi yang bersifat menekan.
e) Asuransi termasuk jual beli atau tukar – menukar mata uang yang tidak secara tunai
( Akad Sharf).
f) Asuransi obyek bisnisnya digantungkan pada hidup dan matinya seseorang, yang
berarti mendahului takdir Tuhan.

Bahwa asuransi hukumnya halal atau diperbolehkan dalam islam.


Pandangan ini didukung oleh beberapa ulama antara lain, Abdul Wahab Khallaf,
Muh. Yusuf Musa, Abdurrahman Isa, Mustafa Ahmad Zarqa dan Muhammad
Nejatullah Siddiqi.

a) Tidak ada ketetapan nas, al – Qur’an maupun al – Hadis yang melarang asuransi.
b) Terdapat kesepakatan kerelaan dari keuntungan bagi kedua belah pihak baik
penanggung maupun tertanggung.
c) Kemaslahatan dari usaha asuransi lebih besar daripada mudharatnya.
d) Asuransi termasuk akad mudharatnya roboh atas dasar profit and loss sharing.
e) Asuransi termasuk kategori koparasi (Syirkah Ta’awuniyah) yang diperbolehkan
dalam islam.

Bahwa asuransi yang tidak diperbolehkan adalah asuransi yang bersifat


komersial dilarang dalam islam. Pandangan ini didukung oleh beberapa ulama
antara lain, Muhammad Abu Zahro dengan alasan bahwa asuransi yang bersifat
sosial diperbolehkan karena jenis asuransi sosial tidak mengandung unsur-unsur
yang dilarang didalam islam. Sedangkan asuransi yang bersifat komersial tidak
diperbolehkan karena mengandung unsur-unsur yang dilarang didalam islam.
Bahwa hukum asuransi termasuk subhat, karena tidak ada dalil syar’I yang
secara jelas mengharamkan atau yang menghalalkan asuransi oleh karena itu kita
harus berhati-hati didalam berhubungan dengan asuransi.

17
2.4. Dasar Hukum Islam terkait Asuransi Syariah
a) Surat Yusuf :43-49 “Allah menggambarkan contoh usaha manusia membentuk
sistem proteksi menghadapi kemungkinan yang buruk di masa depan.
b) Surat Al-Baqarah :188 Firman Allah “...dan janganlah kalian memakan harta di
antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian bawa urusan
harta itu kepada hakim yang dengan maksud kalian hendak memakan sebagian
harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu tahu (al:Baqarah:188)
c) Al Hasyr:18 Artinya :”Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Alloh
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok
(masa depan) dan bertaqwalah kamu kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha
Mengetahui apa yang engkau kerjakan”.

2.5. Prinsip Asuransi Syariah


 Dibangun atas dasar kerjasama (ta’awun)
 Asuransi syariat rtidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabrru’ atau mudhorobah.
 Sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu haram
hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peristiwa, maka diselesaikan menurut
syariat.
 Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan
harus disertai dengan niat membantu demi menegakkan prinsip ukhuwah
 Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan tujuan
supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akantetapi
ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas kerugian itu menurut izin yang diberikan
oelh jamaah.
 Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut aturan syar’i
 Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong menolong). Dimana nasabah
yang satu menolong nasabah yang lain yang tengan mengalami kesulitan.
 Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syari’ah (premi)
diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah).
 Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan
hanya sebagai pemegangamana untuk mengelolanya.
 Bila ada peserta yang terkena musibah untuk pembayaran klaim nasabah dana
diambilkan dari rekening tabarru’ (dana sosial) seluruh peserta yang sudah
diiklaskan untuk keperluan tolong menolong.
 Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah salaku pemilik dana dengan
perusahaan selaku pengelola dengan prinsip bagi hasil.
 Adanya dewan pengawas syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang
merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemenn
produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat islam.
(Abdul aziz 2010.hlm 192).

18
2.6. Sumber Hukum Asuransi Syariah
Sumber hukum material asuransi syariah adalah syariah islam, sedangkan
sumber syariah islam adalah alquran, Hadis, Ijma (ijtihad), Fatwa sahabat
rasul,Qiyas, Istihsan, dan Urf (tradisi). Alquran dan hadis merupakan sumber utama
hukum islam, namun dalam menetapkan prinsip-prinsip maupun praktik dan
operasional asuransi syariah, parameter yang senantiasa menjadi rujukan adalah
syariah islam (Muhammad Syakir Sula, 2004,hlm,296).
Oleh karena itu pengaturan tentang asuransi syariah boleh didasarkan pada Ijma
(ijtihad). Penetapan hukum dengan metode Ijma (ijtihad) dapat menggunakan
beberapa cara, antara lain”
a. Melalukan interpretasi atau penafsiran hukum secara analogi (qiyas), yaitu dengan
cara mencari perbandingannya atau pengibaratannya.
b. Untuk kemaslahatan umum (maslahah mursalah), yang bertumu pada
pertimbangan menarik manfaat dan menghindarkan mudharat.
c. Meninggalkan dalil-dalil khusus dan menggunakan dalil-dalil umum yang
dipandang lebih kuat )Istihsan).
d. Dengan cara melestarikan berlakuknya ketentuan asal yang ada, kecuali terdapat
dalil yang menetukan lain( Istish-ab)
e. Mengukuhkan berlakunya adat kebiasaan yang tidak berlawanan dengan ketentuan
syariah.
Keberadaan asuransi syariah saat ini tidak dilarang undang-undang yang
berlaku, yaitu undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tentang perasuransian.
Malahan, pemerintah telah mengeluarkan keputusan- keputusan yang berkenaan
dengan asuransi, termasuk asuransi syariah yaitu sebagai berikut:
a. Keputusan menteri keuangan republik indonesia No.424/KMK.06/2003 tentang
kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.
b. Keputusan menteri keuangan republik indonesia No.426/KMK.06/2003 tentang
perizinan usaha dan kelembagaan perusahaan reasuransi.
c. Keputusan dirjen Lembaga keuangan No.Kep. 4499/LK/2000 tentang jenis,
penilaian, dan pembatasan Investasi perusahaan Asuransi dan perusahaan
Reasuransi dengan sistem syariah.
Kehadiran asuransi syariah diawali dengan beroperasinya bank syariah. Hal ini
sesuai dengan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan
ketentuan pelaksanaan bank syariah. Pada saat ini bank syariah membutuhkan jasa
asuransi syariah guna mendukung permodalan dan investasi dana. Pada tanggal 27
juli 1993, ICMI melalui yayasan abdi bangsa bersama Bank Muamalat Indonesia
(BMI), dan perusahaan asuransi tugu mandiri sepakat memprakarsai pendirian
asuransi takaful dengan menyusun tim pembentukan asuransi takaful Indonesia
(tepat).

19
Sebagai realisasi kesepakatan tersebut, didirikanlah PT Syarikat Takaful
Indonesia sebagai Holding Company dan dua anak perusahaan yaitu PT asuransi
Takafulkeluarga (asuransi jiwa) dan PT asuransi Takaful umum (asuransi
kerugian). Pembentukan dua anak perusahaan tersebut, dimaksudkan untuk
memenuhi ketentuan pasal 3 undang-undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha
perasuransian, yang mana perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan asuransi
kerugian harus berdiri terpisah.

2.7. Keunggulan Asuransi Syariah

1) Transparansi Pengelolaan Dana Peserta Asuransi syariah dengan perjanjian di


awal yang jelas dan transparan serta aqad yang sesuai syariah, dana tabarru’ akan
dikelola secara profesional oleh perusahaan asuransi syariah melalui investasi
syar’i dengan berlandaskan prinsip syariah.

2) Pengelolaan Dana Peserta secara Islami dengan menghindarkan Riba (Bunga),


Maisir (Judi) dan Gharar (Ketidakjelasan).

Asuransi Syariah menghindarkan dari fungsi asuransi konvensional yang


mengandung Riba (Bunga) Maisir (Judi) dan Gharar (Ketidakjelasan). Dana
Tabarru’ akan dipergunakan untuk menghadapi dan mengantisipasi
terjadinya musibah/bencana/klaim yang terjadi diantara peserta asuransi. Melalui
asuransi syariah, dapat mempersiapkan diri secara finansial dengan
tetap mempertahankan prinsip – prinsip transaksi yang sesuai dengan fiqh Islam.
Jadi tidak ada keraguan untuk berasuransi syari’ah.

3) Adanya Alokasi dan Distribusi Surplus Underwriting

a. Apabila terjadi Surplus Underwriting, maka Peserta sepakat untuk


mengalokasikan Surplus Underwriting sebagai berikut:

• 50 % untuk Kumpulan Dana Tabarru’;

• 20 % untuk Peserta yang memenuhi kriteria;

• 30 % untuk Perusahaan sebagai operator.

b. Surplus Underwriting akan didistribusikan kepada Peserta paling lambat 90 hari


kalender setelah perhitungan selesai dilakukan.

20
c. Pembagian dari hasil Surplus Underwriting hanya diberikan kepada Peserta
yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:

• Peserta tidak pernah mengajukan klaim pada tahun perhitungan


surplus/defisit underwriting.

• Tidak sedang mengajukan klaim pada tanggal perhitungan


surplus/defisit underwriting.

d. Apabila jumlah Surplus Underwriting yang akan didistribusikan kepada setiap


Peserta lebih kecil dari Rp50.000,- maka Surplus Underwriting tersebut
dimasukkan kedalam kumpulan Dana Tabarru’.

2.8. Mekanisme Kerja Asuransi Syari’ah

Di dalam operasional asuransi syari’ah yang sebenarnya terjadi adalah saling


bertanggung jawab, membantu dan melindungi diantara para peserta sendiri.
Perusahaan asuransi diberi kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk
mengelola premi, mengembangkan dengan jalan yang halal, memberikan santunan
kepada yang mengalami musibah sesuai isi fakta perjanjian tersebut.
Adapun proses yang dilalui seputar mekanisme kerja asuransi syariah dapat
diuraikan:

A. Underwriting

Underwriting adalah proses penafsiran jangka hidup seorang calon peserta


yang dikaitkan dengan besarnya resiko untuk menentukan besarnya premi.
Underwriting asuransi syariah bertujuan memberikan skema pembagian resiko
yang proposional dan adil diantara para peserta yang secara relatif homogen.

Dalam melakukan proses underwriting terdapat tiga konsep penting yang


menjadi dasar bagi perusahaan asuransi untuk menerima dan menolak suatu
penutupan resiko. Pertama, kemungkinan menderita kerugian, kondisi ini
diramalkan berdasarkan apa yang terjadi pada masa lalu. Kedua, tingkat resiko,
yaitu ketidakpastian akan kerugian pada masa yang akan datang. Ketiga, hukum
bilangan dimana makin banyak obyek yang mempunyai resiko yang sama atau
hampir sama, akan makin bertambah baik bagi perusahaan karena penyebaran
risiko akan lebih luas dan kemungkinan menderita kerugian dapat secara sistematis
diramalkan.

21
Pada asuransi syariah underwriting berperan:

a) Mempertimbangkan risiko yang diajukan. Proses seleksi yang


dilakukan oleh underwriting dipengaruhi oleh faktor usia, kondisi fisik
atau kesehatan, jenis pekerjaan, moral dan kebiasaan, besarnya nilai
pertanggungan, dan jenis kelamin.
b) Memutuskan meneriama atau tidak risiko-risiko tersebut.
c) Menentukan syarat, ketentuan dan lingkup ganti rugi termasuk
memastikan peserta membayar premi sesuai dengan tingkat risiko,
menetapkan besarnya jumlah pertanggungan, lamanya waktu asuransi,
dan plan sesuai dengan tingkat risiko peserta.
d) Mengenakan biaya upah (ijarah/fee) pada dana kontribusi peserta.
e) Mengamankan profit morgin dan menjaga agar perusahaan asuransi
tidak rugi.
f) Menjaga kestabilan dana yang terhimpun agar perusahaan dapat
berkembang.
g) Menghindari anti seleksi.
h) Underwriting juga harus memperhatikan pasar kompetetif yang ada
dalam ketentuan tarif, penyebaran resiko dan volume, dan hasil survei.

Beberapa hal yang patut menjadi perhatian para underwriter pada asuransi
umum, sebelum mengambil keputusan untuk mengaksep atau tidak suatu prospek
adalah sebagai berikut:

 Kompetisi, Disisni dituntut kematangan seorang underwriter. Underwriter


yang baik adalah yang adil.
 Penyebaran resiko dan volume.
 Survei, Survei akan memungkinkan underwriter memperoleh setiap detail
kemungkinan mengenai resiko kondisi fisik dan juga kesempatan
mengamankan informasi mengenai keadaan moral pemohon. Laporan
survei meliputi sejumlah ciri-ciri berikut :
i. Deskripsi utuh terhadap resiko.
ii. Penilaian tingkat resiko
iii. Pengukuran kemungkinan kerugian maksimal.

Calon peserta harus mengisi formulir permohonan secara lengkap yang


intinya antara lain sebagai berikut:
a) Uraian bisnis secara rinci.

22
b) Perubahan bisnis yang dilakukan belakangan ini dan kemungkinan
pengembangannya selama masa keikutsertaannya asuransi syariah.
c) Catatan perkara yang telah dialami

B. Polis

Polis asuransi adalah surat perjanjian antara pihak yang menjadi peserta
asuransi dengan perusahaan asuransi. Polis asuransi merupakan bukti auntetik
berupa akta mengenai adanya perjanjian asuransi. Unsur-unsur yang harus ada
dalam polis adalah:

a). Deklarasi, memuat data yang berkaitan dengan peserta seperti nama, alamat,
jenis dan lokasi objek asuransi, tanggal dan jangka waktu penutupan,
perhitungan dan besarnya premi serta informasi lain yang diperlukan.
b). Perjanjian asuransi, memuat pernyataan perusahaan asuransi menyatakan
kesanggupannya mengganti kerugian atas objek asuransi apabila terjadi
kerusakan.
c). Pernyataan polis, memuat kondisi objek, batas waktu pembayaran premi,
permintaan pembatalan polis, prosedur pengajuan klaim, asuransi ganda,
subrogasi.
d). Pengecualian, memuat penyebutan dengan jelas musibah apa saja yang tidak
ditutup atau diluar penutupan asuransi.
e). Kondisi pertanggungan, memuat kondisi objek yang diasuransikan.
f). Polis ditandatangani oleh perusahaan asuransi.

Dalam asuransi Islam, untuk menghindari unsur-unsur yang diharamkan di


atas kontrak asuransi, maka diberikan beberapa pilihan kontrak alternatif dalam
polis asuransi tersebut. Sebagai ilustrasi:

 Polis dengan akad Mudhorobah atau mudhobbah musyarakah. Pada


akad Mudhorobah peserta asuransi menyediakan modal untuk
dikelola oleh operator asuransi. Sedangkan Mudhorobah musyarakah
perusahaan asuransi sebagai Mudhorib menyertkan modal atau
dananya dalam investasi bersama dana peserta. Dalam kontrak
tercantum persetujuan kontribusi yang dijadikan dana asuransi
syariah dan pihak operator berhak mengelola dan mengivestasikan
dana asuransi untuk kepentingan perusahaan sesuai dengan prinsip
Mudhorobah. Peserta menyetujui kontribusinya dijadikan tabarru’
dan digunakan untuk membantu peserta lain yan tertimpa musibah
dalam bentuk hibah.

23
 Wakalah bil ujrah, yaitu pemberian kuasa dari peserta kepada
perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dengan
pemberian ujrah (fee). Persetujuan kontribusi yang dimasukkan
dapat dinvestasikan dan dikelola sesuai dengan prinsip syariah,
persetujuan pembayaran klaim/manfaat asuransi, provisi dan
cadangan sesuai pedoman dan kebijakan otoritas. Persetujuan
membayar biaya wakalah bil ujrah.

C. Premi (Kontribusi)

Premi asuransi bagi peserta secara umum bermanfaat untuk menentukan


besar tabungan peserta asuransi, mendapatkan santunan kebajikan atau dana klaim
terhadap suatu kejadian yang mengakibatkan terjadinya klaim, menambahkan
investasi pada masa yang akan datang. Sedangkan bagi perusahaan premi berguna
untuk menambah investasi pada suatu usaha untuk dikelola. Premi yang
dikumpulkan dari peserta paling tidak harus cukup untuk menutupi tiga hal, yaitu
klaim resiko yang dijamin, biaya akuisisi, dan biaya pengelolaan operasional
perusahaan.
Premi dalam asuransi syariah umumnya dibagi beberapa bagian, yaitu:

1). Premi tabungan, yaitu bagian premi yang merupakan dana tabungan pemegang
polis yang dikelola oleh perusahaan dimana pemiliknya akan mendapatkan hak
sesuai dengan kesepakatan dari pendapatan investasi bersih. Premi tabungan dan
hak bagi hasil investasi akan diberikan kepada peserta bila yang bersangkutan
dinyatakan berhenti sebagai peserta.
2). Premi tabarru’, yaitu sejumlah dana yang dihibahkan oleh pemegang polis dan
digunakan untuk tolong menolong dan menaggulangi musibah kematian yang
akan disantunkan kepada ahli waris bila peserta meninggal dunia sebelum masa
asuransi berakhir.
3). Premi biaya adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh peserta kepada
perusahaan yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan dalam
rangka pengelolaan dana asuransi.

Penetapan besarnya tarif premi tidak ditentukan oleh pemerintah, karena


diserahkan pada mekanisme pasar yang berlaku. Namun pada dasarnya tarif premi
menurut aturan pemerintah harus memenuhi unsur berikut:
Penetapan tarif premi asuransi kerugian, perhitungan jumlah premi yang
akan mempengaruhi dana klaim tergantung pada beberapa hal, antara lain:

24
1) Penetapan tarif premi harus dilakukan dengan memperhitungkan:
 Premi murni dihitung berdasarkan profil kerugian untuk jenis
asuransi yang bersangkutan sekurang-kurangnya 5 tahun terakhir.
 Biaya perolehan, termasuk komisi agen.
 Biaya administrasi dan biaya umum lainnya.

2) Tarif premi harus ditetapkan pada tingkat yang mencukupi, tidak


melebihi dan tidak ditetapkan secara diskriminatif. Demikian pula
tidak boleh terlalu berlebihan sehingga tidak sebanding dengan
manfaat yang dijanjikan.

2.9. Pengeolaan dana asuransi (Premi)

Pengelolaan dana asuransi (premi) dapat dilakukan dengan akad


mudharabah, mudharabah musyarakah, atau wakalah bil ujrah. Pada akad
mudhorobah, keuntungan perusahaan asuransi syariah diperoleh dari bagian
keuntungan dana dari investasi (sistem bagi hasil). Para peserta asuransi syariah
berkedudukan sebagai pemilik modal dan perusahaan asuransi syariah berfungsi
sebagai pihak yang menjalankan modal. Keuntungan yang diperoleh dari
pengembangan dana itu dibagi antara peserta dan perusahaan sesuai ketentuan yang
telah disepakati.
Pada akad mudharobah musyarakah, perusahaan asuransi bertindak sebagai
mudharib yang menyertakan modal atau dananya dalam investai bersama dana para
peserta. Perusahaan dan peserta berhak memperoleh bagi hasil dari keuntungan
yang diperoleh dari investasi. Sedangkan pada akad wakalah bil ujrah, perusahaan
berhak mendapatkan fee sesuai dengan kesepakatan. Para peserta memberikan
kuasa kepada perusahaan untuk mengelola dananya dalam hal: kegiatan
administrasi, pengelolaan dana, pembayaran klaim, underwriting, pemasaran, dan
investasi
Dalam mendeskripsikan tentang cara atau mekanisme kerja asuransi syariah
ini, akan dibagi kepada dua pembahasan pokok sesuai dengan pembagian asuransi
syariah itu sendiri, yakni asuransi syariah keluarga dan asuransi umum. Pembagian
ini sangat penting dilakukan mengingat mekanisme kerja dari kedua syariah itu
memiliki sedikit perbedaan, yakni dalam pengelolaan premi yang disetor kepada
perusahaan asuransi syariah. Perbedaan itu muncul disebabkan sesuatu yang
diasuransikannya berbeda; kalau asuransi umum (kerugian) yang diasuransikan itu
harta atau hak milik peserta asuransi, sedangkan diasuransi keluarga (jiwa) yang
diasuransikan adalah diri peserta asuransi itu sendiri.

25
Selain kedua topik diatas, dalam bagian ini akan dibahas pula tentang
pembayaran klaim oleh perusahaan asuransi kepada peserta asuransi yang tertimpa
musibah atau bencana.
1. Mekanisme kerja asuransi keluarga
Mekanisme asuransi keluarga ini diawali oleh terjadinya akad atau transaksi
antara perusahaan asuransi dengan peserta asuransi. Akad tersebut dilakukan sesuai
dengan produk asuransi yang akan dimanfaatkan oleh peserta asuransi. Untuk satu
produk asuransi akan dilakukan satu akad. Pada saat akad berlangsung peserta
asuransi harus sudah menentukan produk asuransi yang akan diambil, seperti
Asuransi Berjangka (10, 15, atau 20 tahun), Asuransi dana Investasi, Asuransi
Kesehatan, Asuransi Kecelakaan Diri. Setelah akad berlangsung, maka dalam
asuransi keluarga diatur menurut sebagai berikut:
a) Peserta asuransi syariah bebas memilih salah satu jenis syariah keluarga
yang ada dengan ketentuan umur peserta antara 18 sampai dengan 50
tahun dengan masa pembayaran klaim berakhir sebelum mencapai
umur 60 tahun.
b) Perusahaan asuransi syariah dan peserta asuransi syariah mengadakan
perjanjian mudhorobah (bagi hasil), yang sekaligus dinyatakan pula hak
dan kewajiban diantara kedua belah pihak.
c) Setiap peserta asuransi syariah menyerahkan premi asuransi yang dapat
dilakukan secara bulanan, kuartalan, setengah tahunan, atau tahunan.
Premi yang diserahkan dengan kemampuan peserta, tetapi tidak boleh
kurang dari jumlah minimal yang ditetapkan perusahaan asuransi
sebagai berikut:

 Setiap premi yang dibayarkan peserta dibagi kedalam dua rekening, yaitu
rekening peserta dan rekening derma atau tabarru’. Presentase kedua
rekening itu ditentukan sesuai kelompok umur peserta dan jangka waktu
pertanggung.
 Uang angsuran (premi) oleh perusahaan asuransi akan akan disatukan ke
dalam “Kumpulan Dana Peserta”, yang selanjutnya diinvestasikan dalam
pembiayaan-pembiayaan proyek yang dibenarkan syariah.
 Keuntungan yang diperoleh dari investasi itu akan dibagi dengan peserta
sesuai dengan perjanjian mudhorobah yang telah disepakati sebelumnya.
 Keuntungan bagian peserta akan dikreditkan ke dalam rekening peserta dan
rekening derma atau tabarru’ secara proposional.

26
2.10. Jenis produk Asurasi Syariah

1) Asuransi Harta Benda Syariah

Asuransi yang memberikan ganti rugi kepada Tertanggung atas kerusakan atau
kerugian harta benda yang dipertanggungkan yang disebabkan oleh kebakaran,
sambaran petir, ledakan, kejatuhan pesawat terbang, serta asap yang berasal
dari kebakaran harta yang dipertanggungkan. Asuransi Property meliputi Asuransi
Kebakaran dan perluasan jaminannya (gempa bumi, badai, banjir, topan, dan lain –
lain) dan juga jaminan atas kerugian sebagai akibat terganggunya usaha (business
interruption) yang disebabkan kebakaran.

Jenis-jenis asuransi harta benda:


• Polis Standar Asuransi Kebakaran Indonesia (PSAKI)
• Polis Standar Gempa Bumi Indonesia (PSGBI)
• Property All Risks (PAR) atau Industrial All Risks (IAR)

2) Asuransi Rekayasa Syariah

Asuransi Rekayasa adalah salah satu bentuk asuransi yang memberikan


pertanggungan atas risiko kehilangan atau kerusakan terhadap obyek yang
dipertanggungkan (biasanya terkait dengan konstruksi; material; peralatan atau
mesinmesin) selama masa konstruksi atau pemasangan mesin terhadap setiap risiko
kehilangan atau kerusakan yang tidak terduga; bersifat tiba-tiba dan merupakan
suatu kecelakaan.

Perluasan pertanggungan dapat diberikan terhadap risiko-risiko kehilangan atau


kerusakan barang milik dan kecelakaan fisik dari Pihak Ketiga dengan
nilai maksimum yang disepakati sebelumnya.

3) Asuransi Pengangkutan Barang Syariah

Asuransi yang menjamin kerusakan atau kerugian barang yang diangkut dari satu
tempat ke tempat lain baik dengan alat angkut darat (truk, kereta, trailer), laut
(kapal) atau udara (pesawat udara) terhadap risiko-risiko yang terjadi
selama pengangkutan barang.

4) Asuransi Rangka Kapal Syariah

27
Memberikan jaminan atas kerusakan atau kerugian terhadap kapal, mesin dan
perlengkapannya dari bahaya laut (perils of the sea) dan risiko
pelayaran (navigational perils).

5) Asuransi Aneka Syariah

Asuransi Tanggung Gugat (Liability Insurance): menjamin tanggung jawab


hukum kepada pihak ketiga baik berupa cidera badan (bodily injury) dan/atau
kerusakan harta benda (property damage) sehubungan dengan aktifitas pekerjaan
atau bisnis yang dijalankan oleh Tertanggung.

6) Asuransi Uang Syariah

Memberikan jaminan atas kehilangan uang, emas dan/atau yang disetarakan


dengan uang (Cek, Bank Notes, Wesel) milik Tertanggung selama disimpan di
dalam brankas, lemari besi atau tempat penyimpanan uang lainnya; selama
dalam pengiriman dari satu tempat ke tempat lain; saat disimpan di kasir atau
loket-loket dimana transaksi dilakukan; dan menjamin hilangnya
uang tertanggung akibat ketidakjujuran karyawan yang dipercaya dalam
mengelola uang.

7) Asuransi Kecelakaan Diri Syariah

Memberikan jaminan terhadap risiko kematian, cacat tetap, dan biaya perawatan
atau pengobatan yang disebabkan oleh kecelakaan.

8) Asuransi Kebongkaran Syariah

Menanggung kerugian akibat dari pencurian yang pencurinya memasuki ruangan


yang ditempati Tertanggung, dengan jalan kekerasan/pembongkaran dan juga
kerusakan kepada barangbarang Tertanggung sebagai akibat dari perbuatan
tersebut.

9) Asuransi Kecelakaan Diri Plus Syariah

Memberikan jaminan terhadap risiko kematian yang disebabkan oleh kecelakaan


dan sakit serta risiko pemutusan hubungan kerja.

28
2.11. Perbedaan Asuransi Syariah dan Konvensional

Dalam perkembangannya, asuransi syariah memiliki banyak keunggulan dan


kelebihan jika dibandingkan dengan asuransi konvensional. Hal ini tentu saja
membuat adanya perbedaan mendasar di antara kedua jenis asuransi tersebut.
Sebagai contoh bila Anda ingin mengajukan asuransi kesehatan syariah dari
Prudential, Allianz, Sinarmas, atau AIA, tentu saja ada beberapa keuntungan yang
diberikan dibandingkan dengan asuransi kesehatan biasa.Berikut ini adalah
perbedaan yang terdapat di antara asuransi syariah dan asuransi konvensional
secara umum:
 Pengelolaan Risiko
Pada dasarnya, dalam asuransi syariah sekumpulan orang akan saling
membantu dan tolong menolong, saling menjamin dan bekerja sama
dengan cara mengumpulkan dana hibah (tabarru). Dengan begitu bisa
dikatakan bahwa pengelolaan risiko yang dilakukan di dalam asuransi
syariah adalah menggunakan prinsip sharing of risk, di mana resiko
dibebankan/dibagi kepada perusahaan dan peserta asuransi itu sendiri.

Sedangkan di dalam asuransi konvensional berlaku sistem transfer of risk,


di mana resiko dipindahkan/dibebankan oleh tertanggung (peserta
asuransi) kepada pihak perusahaan asuransi yang bertindak sebagi
penanggung di dalam perjanjian asuransi tersebut seperti pada asuransi
kesehatan, asuransi mobil, atau asuransi perjalanan.

 Pengelolaan Dana
Pengelolaan dana yang dilakukan di dalam asuransi syariah bersifat
transparan dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk mendatangkan
keuntungan bagi para pemegang polis asuransi itu sendiri.

Di dalam asuransi konvensional, perusahaan asuransi akan menentukan


jumlah besaran premi dan berbagai biaya lainnya yang ditujukan untuk
menghasilkan pendapatan dan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi
perusahaan itu sendiri.

 Sistem Perjanjian
Di dalam asuransi syariah hanya digunakan akad hibah (tabarru) yang
didasarkan pada sistem syariah dan dipastikan halal. Sedangkan di dalam
asuransi konvensional akad yang dilakukan cenderung sama dengan
perjanjian jual beli.

29
 Kepemilikan Dana
Sesuai dengan akad yang digunakan, maka di dalam asuransi syariah dana
asuransi tersebut adalah milik bersama (semua peserta asuransi), di mana
perusahaan asuransi hanya bertindak sebagai pengelola dana saja. Hal ini
tidak berlaku di dalam asuransi konvensional, karena premi yang
dibayarkan kepada perusahaan asuransi adalah milik perusahaan asuransi
tersebut, yang mana dalam hal ini perusahaan asuransi akan memiliki
kewenangan penuh terhadap pengelolaan dan pengalokasian dana asuransi.

 Pembagian Keuntungan
Di dalam asuransi syariah, semua keuntungan yang didapatkan oleh
perusahaan terkait dengan dana asuransi, akan dibagikan kepada semua
peserta asuransi tersebut. Namun akan berbeda dengan perusahaan
asuransi konvensional, di mana seluruh keuntungan yang didapatkan akan
menjadi hak milik perusahaan asuransi tersebut.
 Kewajiban Zakat
Perusahaan asuransi syariah mewajibkan pesertanya untuk membayar
zakat yang jumlahnya akan disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang
didapatkan oleh perusahaan. Hal ini tidak berlaku di dalam asuransi
konvensional.
 Klaim dan Layanan
Di dalam asuransi syariah, peserta bisa memanfaatkan perlindungan biaya
rawat inap di rumah sakit untuk semua anggota keluarga. Di sini
diterapkan sistem penggunaan kartu (cashless) dan membayar semua
tagihan yang timbul.

Satu polis asuransi digunakan untuk semua anggota keluarga, sehingga


premi yang dikenakan oleh asuransi syariah juga akan lebih ringan. Hal ini
tidak berlaku dalam asuransi konvensional, di mana setiap orang akan
memiliki polis sendiri dan premi yang dikenakan tentu akan lebih tinggi.

Asuransi syariah juga memungkinkan kita untuk bisa melakukan double


claim, sehingga kita akan tetap mendapatkan klaim yang kita ajukan
meskipun kita telah mendapatkannya melalui asuransi kita yang lain.

 Pengawasan
Di dalam asuransi syariah, pengawasan dilakukan secara ketat dan
dilaksanakan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) yang dibentuk
langsung oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan diberi tugas untuk
mengawasi segala bentuk pelaksanaan prinsip ekonomi syariah di
Indonesia, termasuk mengeluarkan fatwa atau hukum yang mengaturnya.

30
Di setiap lembaga keuangan syariah, wajib ada Dewan Pengawas Syariah
(DPS) yang bertugas sebagai pengawas. DPS ini merupakan perwakilan
dari DSN yang bertugas memastikan lembaga tersebut telah menerapkan
prinsip syariah secara benar.

DSN inilah yang kemudian bertugas untuk melakukan pengawasan


terhadap segala bentuk operasional yang dijalankan di dalam asuransi
syariah, termasuk menimbang segala sesuatu bentuk harta yang
diasuransikan oleh peserta asuransi, di mana hal tersebut haruslah bersifat
halal dan lepas dari unsur haram. Hal ini akan dilihat dari asal dan sumber
harta tersebut serta manfaat yang dihasilkan olehnya.

Berbeda halnya dengan asuransi konvensional, di mana asal dari objek


yang diasuransikan tidaklah menjadi sebuah masalah, karena yang dilihat
oleh perusahaan adalah nilai dan premi yang akan ditetapkan dalam
perjanjian asuransi tersebut.

 Instrumen Investasi
Hal ini juga menjadi sebuah perbedaan yang besar dalam asuransi syariah
dan konvensional. Di dalam asuransi syariah, investasi tidak bisa
dilakukan pada berbagai kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip
syariah dan mengandung unsur haram dalam kegiatannya. Yang termasuk
dalam kegiatan ini adalah:
1. Perjudian dan permainan yang tergolong ke dalam judi.
Perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain:
perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa,
dan perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu. Jasa
keuangan ribawi, antara lain: bank berbasis bunga, dan perusahaan
pembiayaan berbasis bunga. Jual beli risiko yang mengandung
unsur ketidakpastian (gharar) dan / atau judi (maisir).
2. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau
menyediakan berbagai barang, seperti: barang atau jasa haram
zatnya (haram li-dzatihi), barang atau jasa haram bukan karena
zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI.
Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah).
Ketentuan seperti ini tentu saja tidak berlaku di dalam asuransi konvensional,
karena pada dasarnya di dalam asuransi konvensional perusahaan akan melakukan
berbagai macam investasi dalam berbagai instrumen yang ditujukan untuk
mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan.

31
Hal ini bisa dilakukan tanpa menggunakan/mempertimbangkan haram atau
tidaknya instrumen investasi yang dipilih, karena pada dasarnya di dalam asuransi
konvensional dana yang dilekola adalah benar-benar dana milik perusahaan dan
bukan milik pemegang polis asuransi, dengan begitu perusahaan memiliki
kewenangan penuh dalam penggunaan dana tersebut, termasuk dalam memilih
jenis investasi yang akan digunakan.
 Dana Hangus
Di dalam beberapa jenis asuransi yang dikeluarkan oleh perusahaan
asuransi konvensional, kita mengenal istilah “dana hangus” yang mana hal
ini terjadi pada asuransi yang tidak diklaim (misalnya asuransi jiwa yang
pemegang polisnya tidak meninggal dunia hingga masa pertanggungan
berakhir). Namun hal seperti ini tidak berlaku di dalam asuransi syariah,
karena dana tetap bisa diambil meskipun ada sebagian kecil yang
diikhlaskan sebagai dana tabarru.

32
BAB III
PERSEPEKTIF DAN PERMASALAHAN

3.1. persepektif

Dunia asuransi atau perencanaan keuangan sudah sangat menggurita di


negara-negara maju, kini di Indonesia bisnis asuransi juga terus berkembang
pesat. Hal ini disebabkan kepiawaian para agen asuransi dalam
mempresentasikan keunggulan asuransi dibandingkan pola menabung
konservatif. Pada bisnis asuransi, bisnis dilakukan dengan prinsip jual beli
risiko, bila tertanggung menutup transaksi dengan membeli sebuah polis
lalu membayarkan sejumlah premi, maka ahli warisnya akan menerima
uang pertanggungan bila tertanggung meninggal dunia atau menderita sakit
kritis atau cacat tetap, sebaliknya bila tertanggung sampai perioda asuransi
selesai tidak mengalami musibah, maka perusahaan asuransi akan
mendapatkan keuntungan. Jadi, dalam transaksi ini, ahli waris si
tertanggung mendapatkan payung perlindungan bila ada musibah yang
datang sewaktu-waktu.
Sejak tahun 1994 di Indonesia mulai muncul asuransi syariah dengan
berdirinya Asuransi Takaful Keluarga, kini terus berkembang hingga
mencapai 45 perusahaan yang telah memasarkan produk asuransi syariah
(data per Q1 2014). Namun, sebagian besar masyarakat masih bingung,
khususnya yang ber agama Islam, mana yang lebih tepat, memilih asuransi
konvensional atau harus memilih asuransi berbasis syariah.

3.2. Permasalahan
Kondisi Asuransi Syariah di Indonesia
Data Departemen Keuangan menunjukkan market share asuransi syariah baru
mencapai 0.3% dari total premi asuransi nasional. Dibidang aturan hukum saat ini

33
sedang digodog aturan khusus mengenai asuransi syariah yang diharapkan dapat
memberi dampak yang signifikan sebagaimana dampak dari UU Perbankan tahun
1998.
Tanggal 24 Februari 1994 merupakan awal berdirinya industri asuransi berbasis
syariah di Indonesia. Pada tanggal itu didirikan PT Syarikat Takaful Indonesia
(Takaful Indonesia) sebagai asuransi syariah pertama di Indonesia, kemudian pada
tanggal 5 Mei 1994 Takaful Indonesia mendirikan PT Asuransi Takaful Keluarga
(Takaful Keluarga) yang bergerak dibidang asuransi jiwa syariah dan PT Asuransi
Takaful Umum (Takaful Umum) yang bergerak dibidang asuransi umum syariah.

Jika dihitung-hitung ternyata asuransi syariah sudah berdiri selama kurang lebih 24
tahun hingga sekarang dan terus mengalami pertumbuhan dari tahun ketahun.
Meskipun sudah mengalami banyak perkembangan, namun masih banyak
masyarakat yang enggan untuk menggunakan jasa asuransi syariah. Hal ini bisa
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu masyarakat muslim Indonesia
tidak semuanya memahami asuransi. Belum lagi sebagian besar masyarakat muslim
masih anti dengan produk asuransi.

Tidak sedikit dari mereka yang beranggapan bahwasanya asuransi itu seperti
mendahului kehendak Tuhan. Selain itu kurangnya sosialisai kepada masyarakat
mengenai adanya lembaga asuransi syariah juga berdampak pada minat masyarakat
untuk menggunakan produk asuransi syariah. Akibatnya, informasi yang berkaitan
dengan asuransi syariah tidak tersampaikan kepada masyarakat. Mungkin kalau di
kota besar masyarakat banyak yang sudah tahu adanya lembaga asuransi syariah,
tapi masyarakat yang hidup dipedesaan belum tentu mengetahuinya.

Permasalahan lainya yaitu apabila masyarakat pedesaan sudah mengetahui adanya


asuransi syariah belum tentu mereka mau menggunakan jasa tersebut, karena
keadaan ekonomi masyarakat pedesaan cenderung menengah kebawah, sedangkan
dalam jasa asuransi, setiap orang yang mengikuti asuransi diwajibkan membayar
premi sesuai dengan kesepakatan yang dibuat, bisa satu bulan sekali atau dua bulan

34
sekali tergantung kesepakatan diawal. Dengan adanya pembayaran premi
masyarakat desa yang ekonominya menengah ke bawah akan merasa keberatan,
jangankan membayar premi, untuk kebutuhan hidup sehari-hari saja mereka masih
kesulitan.

Selanjutnya yaitu tingkat kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat rendah


mengenai risiko yang akan datang dikemudian hari. Hal ini dikarenakan asuransi
dianggap bukan sebagai kebutuhan yang utama tapi sebagai kebutuhan pelengkap.
Yang selanjutnya yaitu faktor kekhawatiran masyarakat terhadap asuransi.
Kekhawatiran ini bisa berupa takut kalau semisal sudah mengikuti asuransi tetapi
ketika mendapatkan kemalangan tidak mendapatkan klaim dari perusahaan hal ini
biasanya di sebabkan oleh omongan orang lain yang tidak mendapatkan klaim dari
perusahaan asuransi tertetu dan disebar-sebarkan kepada masyarakat umum
sehingga berdampak pada pihak asuransi lain, selain itu masyarakat yang sudah ikut
asuransi khawatir tidak bisa meneruskan pembayaran premi.

35
BAB IV
ANALISIS PEMBAHASAN

4.1.Persepektif
1. Penjelasan Mengenai Asuransi Syariah
Asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan at-ta’min, takaful,atau
tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang/ pihak melalui inventasi dalam bentuk asset atau tabarru’
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui
akad yang sesuai dengan syariah .
Prinsip dasar asuransi syariah adalah mengajak kepada setiap peserta
untuk saling menjalin kerjasama peserta terhadap ssesuatu yang
meringankan terhadap bencana yang menimpa.
Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi ta’awun yang artinya
tolong menolong atau saling membantu, atas dasar prinsip syariat yang
saling toleran terhadap sesame manusia untuk menjalin kebersamaan dalam
meringankan bencana yang dialami peserta.

Asuransi syariah pertama kali berdiri pada tahun 1979 di Sudan,


perkembangan berikutnya pada tahun 1984 di Malaysia disahkan UU
tentang asuransi syariah (Takaful Act) yang disusul dengan berdirinya
Syarikat Takaful Malaysia pada tahun 1985. Bahrain menyusul membuka
Takaful International pada tahun 1986 dan diikuti dengan pengesahan
regulasi asuransi syariah pada tahun 2005.
Dasar syariah mengacu pada sumber hukum umat Islam yaitu Al Quran,
Sunnah / Hadist, Ijma dan Qiyas. Hal ini sesuai dengan ajaran agama Islam
yang mengakui Aquidah, Syariah dan Ahlak.

Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia


No. 21/DSN-MUI/IX/2011 asuransi syariah didefinisikan sebagai usaha

36
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui
investasi dalam bentuk asset dan / atau tabarru’ yang memberikan pola
pengembalian untuk melindungi risiko tertentu melalui akad yang sesuai
dengan syariah.

Atau secara sederhana dapat digambarkan asuransi syariah sebagai


suatu kegiatan dengan kualtias, kuantitas, harga dan waktu penyerahan atas
obyek yang ditransaksikan secara pasti dan jelas.

Hal ini dikarenakan asuransi syariah menganut konsep Al-Aqilah, yaitu


saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarga. Di era kehidupan
nabi Muhammad SAW, bila ada salah seorang dari anggota suatu suku
terbunuh oleh anggota satu suku lain, maka saudara terdekat si pembunuh
harus membayar sejumlah uang (diyat / uang darah) kepada pewaris korban,
saudara terdekat dari pembunuh disebut aqilah. Mereka mengumpulkan
dana (al-kanzu) untuk membantu keluarga yang terlibat dalam pembunuhan
tersebut.

Asuransi syariah menggunakan prinsip non profit oriented yang diatur


dengan akad Tabarru’ yaitu akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan
atau tolong menolong, bukan semata-mata untuk tujuan komersial.

Jadi, nilai-nilai (values) syariah yang harus diwujudkan pada setiap


produk asuransi syariah harus bersifat universal, beramal melalui dana
hibah, menggunakan prinsip berbagi risiko dengan saling menanggung,
tolong menolong sesama peserta, dengan menggunakan akad yang jelas,
menggunakan asas Adil, Jujur, Transparan dan Ikhlas, tidak mengandung
riba, gharar (ketidak pastian), maysir (perjudian) dan transaksi sesuai dasar
syariah yaitu perencanaan keuangan yang barokah, ada pembagian surplus
underwriting dan menjadi investasi yang menguntungkan.

37
4.2.Pembahasan
1. Analisis Masalah Asuransi Syariah

kendala yang membuat industri asuransi syariah, masih dianggap tertinggal


dibandingkan industri syariah konvensional, yakni masalah permodalan dan
sumber daya manusia. Satu kendala lain adalah masih adanya anggapan bahwa
asuransi itu haram.
Konsep Asuransi syariah adalah bisnis, tolong menolong dan berbagi kebaikan.
Banyak fatwa ulama terdahulu yang bisa menjadi referensi membolehkan asuransi
syariah. Malaysia termasuk negara yang pertumbuhan Asuransi Syariahnya bisa
kita contoh.
Diperlukan sinergi berbagai pihak untuk meningkatkan sosialisasi mengenai
prospek bisnis industri asuransi jiwa syariah di Indonesia.
Terutama sinergi antara industri dan stakeholders.
Di era baru, dengan dukungan dari pemerintah industry asuransi akan tumbuh. Ini
peluang besar untuk asuransi syariah.
Namun masih saja terdapat Hambatan Pengembangan Asuransi Syariah dapat
dikaitkan berbagai permasalahan berupa :
 Instrumen terkait asuransi syariah tidak dikenal masyarakat luas,
 Anggapan masyarakat Indonesia pengurusan klaim asuransi sangat
menyulitkan,
 Instrumen Asuransi kalah bersaing dengan isntrumen investasi seperti surat
berharga
 Asuransi syariah belum tersosialisasikanluas seperti perbankan syariah

Asuransi syariah juga masih mempunyai peluang untuk bisa berkembang berupa :
 Alternatif pilihan proteksi bagi pemeluk agama Islam yang menginginkan
produk yang sesuai dengan hukum Islam
 Perkembangan Perbankan Islam menuntut peranan asuransi syariah untuk
pengamanan aset dan transaksi perbankan

38
 Beberapa kebijakan pemerintah yang mendukung perkembangan Asuransi
Syariah adalah ditetapkannnya kewajiban agar asuransi haji dikelola oleh
perusahaan asuransi syariah.

39
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan at-


ta’min, takaful,atau tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong
menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui inventasi dalam bentuk asset
atau tabarru’memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
melalui akad yang sesuai dengan syariah .

Kehadiran asuransi syariah diawali dengan beroperasinya bank syariah. Hal ini
sesuai dengan Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan
ketentuan pelaksanaan bank syariah. Pada saat ini bank syariah membutuhkan jasa
asuransi syariah guna mendukung permodalan dan investasi dana.

Alquran dan hadis merupakan sumber utama hukum islam, namun dalam
menetapkan prinsip-prinsip maupun praktik dan operasional asuransi syariah,
parameter yang senantiasa menjadi rujukan adalah syariah islam.

konsep asuransi syariah adalah suatu konsep di mana terjadi saling memikul
risiko diantara sesama peserta sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi
penanggung atas resiko yang muncul. Saling pukul risiko ini dilakukan atas dasar
saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan
dana tabarru’ atau dana kebajikan (derma) yang tujuannya untuk menanggung
risiko. Dalam sistem operasional, asuransi syari’ah telah terhindar dari hal-hal yang
diharamkan oleh para ulama, yaitu gharar,maisir, dan riba.
Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh Asuransi syariah seperti kendala
yang membuat industri asuransi syariah, masih dianggap tertinggal dibandingkan
industri syariah konvensional, yakni masalah permodalan dan sumber daya
manusia. Satu kendala lain adalah masih adanya anggapan bahwa asuransi itu
haram.
5.2.SARAN
Untuk meningkatkan kembali daya tarik masyarakat dalam berasuransi yaitu
dengan merubah pemahaman-pehamanan negatif terkait berasuransi, memberikan
pemahaman penting dari pemerintah terkait asuransi dan meningkatkan kembali
kesadaran masyarakat Indonesia mengenai risiko yang akan datang dikemudian hari

40
DAFTAR PUSTAKA
Amrin,Abdullah.2011.Meraih berkah melalui asuransi syariah.Jakarta:PT Alex
Media Komputindo.
Aziz, Abdul,2010.Manajemen investasi syariah.Bandung:CV Alfabeta.
Dewi,Gemala.2004.Aspek-aspek hukum dalam perbankan dan perasuransian
Syariah di Indonesia.Jakarta:Prenada media.
Muhammad,Abdulkadir.2002.Hukum asuransi Indonesia.Bandar Lampung: PT
Citra Aditya Bakti
Sula, Syakir M. 2004. Asuransi Syariah konsep dan sistem Operasional penerbit
Gem aInsan.Jakarta:Gema Insan

41

S-ar putea să vă placă și