Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA
The Portrayal Knowledge Level of Female Student on The Use of Contact Lenses
in SMK Nusantara 1 Ciputat South Tangerang City 2015.
ABSTRACT
Background. Contact lenses are lenses mounted against the anterior corneal and
sclera tissuesto improve visual acuity and cosmetics. Today, the use of contact
lenses is very popular with people of all ages, work and educational background.
The presence of the contact lens is a lot to help those who are less comfortable
with the glasses, but a lack of understanding on the use of contact lenses can cause
a negative impact on its user.
References: 59 ( 2001-2015)
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ABSTRAK
Latar Belakang. Lensa kontak adalah lensa yang dipasang menempel pada
jaringan anterior kornea dan sklera untuk memperbaiki ketajaman penglihatan dan
kosmetik. Saat ini penggunaan lensa kontak sangat digemari masyarakat dari
berbagai kalangan usia, latar belakang pekerjaan maupun pendidikan. Kehadiran
lensa kontak memang banyak membantu mereka yang kurang nyaman dengan
kacamata namun kurangnya pengetahuan pemakaian lensa kontak bisa
menimbulkan dampak negatif pada pemakinya.
iv
RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mentok komplek SMK 1 Desa Puding Besar, Kec. Puding
Besar Propinsi Bangka Belitung
Hp : 089605080182
Email : sinkopkece@yahoo.com
PENDIDIKAN :
ORGANISASI :
1. OSIS : 2008-2010
2. Rohis : 2008-2010
3. PSM UIN : 2011-Sekarang
vii
“Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS.Ar-Rahman:!3)
Menjadi kekuatan dan keyakinan untuk mengarungi hidupku wahai orang tuua ku
Setiap canda dan tawa yang kalian berikan menjadi energy baru untukku
Setiap suka duka yang kita lewati bersama menjadiken angan tak terlupakan
aamiin
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaniirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb...
Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam yang hanya kepada-
Nyalah kita meminta pertolongan dan memohon ampunan. Salawat serta salam
tak lupa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Nabi Muhammad SAW
TAHUN 2015”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar
penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat kesulitan yang disebabkan
memecahkan masalah yang ada. Namun, berkat dukungan, bantuan, semangat dan
doa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga
ini, penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terimakasih serta penghargaan
ix
1) Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor Universitas Islam
3) Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Ketua Program Studi Ilmu
penelitian ini.
6) Ibu Ns. Gusrina Komara Putri, S.kep, M.S.N selaku pembimbing II yang
7) Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
8) Ibunda saya tercinta, Ibu Mariyatul Kiptiah yang telah menjadi semangat
dan motivasi terbesar dalam hidup saya, ibu yang selalu sabar, tegar dan
x
selalu mendukung saya baik moral maupun material serta doanya yang
9) Bapak saya tercinta, Bapak Aminuddin S.pdi yang telah menjadi sumber
energi dan kekuatan batin saya, bapak yang tidak pernah lelah
moral maupun material serta doa nya yang selalu mengiringi perjalanan
hidup saya.
10) kakak saya tersayang , Ahmad Rifqy Fuadi S.KM yang selalu menjadi
kakak terbaik untuk saya, menjadi kakak yang selalu memberikan contoh
11) Adik saya tersayang, Hiya Wirda Tussiva yang sudah menjadi adik terbaik
untuk saya.
12) Moodboster saya, Dicky Alvisca , yang selalu ada untuk saya, menjadi
kekuatan dan penyemangat saya disaat saya mulai merasa putus asa.
13) sahabat terbaik saya, Silvia Rahmawati, Nur Triningtyas Putri dan Diza
Liane Saputri, yang selalu membuat hari-hari saya lebih berwarna dan
bermakna.
14) Teman-teman PSIK 2011 yang selalu kompak dan menyenangkan selama
kebaikan untuk semua pihak yang telah membantu, semoga tulisan ini
xi
kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua
Wassalamua’laikum Wr.Wb
Rizka Nazhriyah
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Abstrak ............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
E. Manfaat Penelitian.............................................................................. 9
xiii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan ...................................................................................... 11
1. Pengertian Pengetahuan ............................................................... 11
2. Tahapan Pengetahuan .................................................................. 11
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ....................... 13
4. Pengukuran Pengetahuan ............................................................. 17
xiv
BAB V HASIL PENELITIAN
BAB VI PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 70
B. Saran................................................................................................... 71
Daftar Pustaka
Lampiran
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR BAGAN
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2. Kuesioner A
Lampiran 3. Kuesioner B
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(Sloane,2004). Mata adalah organ penglihatan yang tidak sama seperti organ
tubuh manusia pada umumnya karena secara anatomis mata memiliki struktur
yang khusus dan kompleks, berperan dalam penerimaan dan pengiriman data
suatu aspek yang penting dan harus dijaga demi memperoleh informasi yang
Salah satu dari jalur informasi utama dari panca indera adalah mata.
Kelainan refraksi ini merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga
pembiasan sinar tidak dapat difokuskan pada retina atau bintik kuning.
Kekuatan pembiasan dari kornea atau lensa yang tidak sesuai akan
menyebabkan sinar difokuskan lebih ke depan retina pada rabun jauh yaitu
miopi dan di belakang retina pada rabun dekat yaitu hipermetropi ataupun
pembiasan sinar terjadi di lebih dari satu titik pada astigmat (Ilyas, 2006).
1
2
anterior kornea dan sklera untuk memperbaiki tajam penglihatan dan kosmetik
alternatif selain kaca mata. Terdapat kira- kira lebih dari 125 million
Narainasamy, 2009).
kacamata untuk mengatasi kelainan refraksi mata yang merupakan suatu hasil
pada tahun 1508. Perkembangan dan penggunaan lensa kontak semakin pesat,
baik di negara maju maupun negara berkembang. Saat ini, telah tersedia
Perkembangan ini ditunjang gaya hidup kita, sebagai konsumen, yang semakin
kontak paling digemari oleh kalangan wanita karena selain bisa menggantikan
fungsi kaca mata lensa kontak juga mampu mempercantik penampilan karena
3
Academy of Opththalmology,2003).
rekaan terbaru dari bahan yang digunakan dan disesuaian mengikut setiap
memilih untuk memakai lensa kontak kerana selesa dan mudah. Antara sebab
lensa kontak bisa berhubungan dengan jenis lensa yang digunakan (soft, rigid,
karena lensa kontak mengikuti pergerakan bola mata dan tidak sedikitpun
berkabut, tidak mudah terkena air hujan, dan tidak menghalangi aktivitas.
tahun 2004, diperkirakan bahwa 125 juta orang (2%) menggunakan lensa
kontak seluruh dunia. Pada 2010, usia rata-rata pemakai lensa kontak secara
global adalah 31 tahun dan dua pertiga dari pemakai adalah perempuan.
Selain itu, pada tahun 2009 suatu penelitian dijalankan dari 18 perguruan
4
tinggi yang berbeda dari coastal Karnataka dengan total mahasiswa adalah
pengguna saat lensa kontak. Dari total disurvei 79,5% yaitu 295 adalah
yang berlaku dapat membawa dampak positif bagi penggunanya, salah satunya
penglihatan yang jauh lebih baik, terhindar dari kaca mata yang cendrung
mengganggu aktifitas dan lensa tidak berpengaruh pada perubahan suhu (Ilyas,
2004).
kacamata, tapi dari beberapa dampak positif penggunaan lensa kontak belum
banyak yang tahu ternyata hal tersebut juga dapat memicu beberapa efek
samping yang buruk pada mata seperti keratitis. Pemakaian lensa kontak
adalah salah satu penyebab yang paling tinggi terjadinya keratitis di seluruh
memakai lensa, keratitis Acanthamoeba adalah sangat jarang. Pada tahun 2000,
menunjukkan sampe wanita (24 sampel) lebih banyak dari sampel laki-laki (6
pengguna lensa kontak sangat penting sebagai prepalensi untuk tidak terjadinya
komplikasi akibat penggunaan lensa kontak yang salah. Dari hasi penelitian
negatif penggunaannya pada angkatan 2007, 2008, dan 2009 berada pada
kategori sedang.
mata secara rutin ke dr mata sepanjang pemakaian lensa kontak. Hal ini
mandi atau cuci muka, mencuci tangan sebelum menyentuh lensa kontak,
April 2015, dari 676 orang mahasiswi didapatkan 60 orang yang menggunakan
lensa kontak, yang didapat dari beberapa jurusan yaitu : jurusan pemasaran
jurusan RPL (rekayasa perangkat lunak) sebanyak 6 orang. Dari sini maka
kesehatan bagi masyarakat yang belum mengerti makna dari penggunaan lensa
kontak seperti indikasi, kontraindikasi, cara perawatan dan hal-hal yang harus
B. Rumusan Masalah
masyarakat yang belum mengerti makna dari penggunaan lensa kontak seperti
indikasi, kontraindikasi, teknik penggunaan lensa kontak yang aman, dan hal-
hal yang harus diperhatikan saat menggunakan lensa kontak, sehingga tidak
2015”
8
C. Pertanyaan Penelitian
penelitian adalah:
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tahun 2015 ?
E. Manfaat Penelitian
1) Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain baik
Kota Tangerang Selatan tahun 2015 . Populasi penelitian ini adalah Siswi yang
menggunakan lensa kontak diambil dari beberapa jurusan yang ada di Smk
dijawab oleh Siswi dan lembar observasi yang diisi oleh peneliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
(Natoatmodjo, 2007).
2. Tahapan Pengetahuan
1. Tahu (know).
Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat
11
12
2. Memahami (comprehension).
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
Riyanto, 2013).
3. Aplikasi (application).
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
4. Analisis (analysis).
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
5. Sintesis (synthesis).
Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan
6. Evaluasi (evaluation).
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
1. Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
4. Lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena
2013).
5. Pengalaman.
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
Riyanto, 2013).
6. Usia.
Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
17
Selain itu, orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak
menambah pengetahuannya.
4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan menurut Arikunto (2006), dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dengan objek penelitian atau responden. Data yang bersifat
B. Lensa Kontak
Lensa kontak adalah lensa kaca atu plastik yang dipakai dibawah
mata) untuk tujuan traupetik atau kosmetik (Brooker, 2008). Lensa kontak
kornea mata. Pada sistem kacamata, mata berada pada jarak beberapa cm
pertama kali memakai kacamata anda akan melihat dunia tampak lebih
kecil atau lebih besar namun hal ini tidakberlangsung lama karena otak
anda segera dapat menyesuaikan diri). Untuk lensa kontak tidak demikian.
pada sistem lensa ini, bayangan tidak bertambah kecil (Surya, 2009) .
pengobatan. Lensa tipis ini mempunyai diameter 8-10 mm, yang dengan
nyaman dapat dipakai akibat ia terapung pada selaput bening seperti kertas
Newton, 2003)
2. Kosmetik
mengubah warna dan penmpilan mata. Lensa jenis ini sebenarnya bisa
desain maupun warna dari lensa kontak jenis ini bisa saja membuat
masuk ke mata lebih sedikit daripada lensa kontak korektif. Hal tersebut
3. Terapetik
Lensa kontak sering digunakan untuk pengobatan dan
melindungi kornea yang sakit atau cedera dari gesekan akibat kedipan
dari kelopak mata terus menerus. Lensa kontak juga berguna pada
setiap malam. Kini pemakaian lensa kontak mempunyai dua macam pola
1. Pemakaian harian
Pemakaian harian artinya lensa kontak tidak diperbolehkan
dipakai lebih dari 24 jam sehari tanpa lepas. Lensa harus di lepas setiap
satu malam tanpa dilepas dan dicuci walaupun saat tidur. Namun, meski
serta direndam dalam larutan beberapa jam. Setelah itu dapat dipakai
sebagai berikut :
Setelah itu lensa kontak tersebut harus diganti dengan lensa kontak
tersebut harus diganti dengan lensa kontak yang baru (Mannis, karla,
kornea rekuen.
oklusi.
perforasi.
forniks pada penderita luka bakar akibat zat kimia, keratitis, dan
trichiasis.
23
mata (lensa kontak warna), ptosis, lensa sklera kosmetik pada phthisis
bulbi.
lensa kontak jika sudah berusia lanjut dimana gerakan sudah kaku, pada
mata, seseorang yang tidak mengerti arti steril, seseorang yang memiliki
reumatik pada tangan karena sulit saat menggunakan lensa kontak dan
Menurut (Eva & whitcher, 2009) Lensa kontak terdiri dari berbagai
bentuk antara lain lensa kontak keras (Hard contact lens), lensa kontak
lunak (Soft contact lens) dan Rigid gas permeable (RGP) lens. Lensa
kontak pertama merupakan lensa sklera kaca berisi cairan. Lensa ini sulit
dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea dan rasa
tidak enak pada mata. Lensa kornea keras yang terbuat dari
terbuat dari asetat butiran selulosa, silikon, atau berbagai polimer plastik
dan silikon, dan lensa kontak luna, yang terbuat dari beragam plastik
belakang. Hanya yang kedua yang bergantung pada indeks refraksi bahan
kecuali bia disertai koreksi silindris untuk membuat suatu lensa torus.
mengontrol gejala dan bukan untuk alasan refraktif. Semua bentuk lensa
adalah untuk koreksi kosmetik kelainan refrasi ringan. Hal ini mempunyai
dibagi dalam tiga jenis , yaitu lensa keras, lensa setengah lembut dan lensa
lembut. Sekarang ini hanya dikenal lensa keras yang berbentuk stabil dan
a. lensa keras dahulu terbuat dari sejenis zat sintetis perspeks , yang tidak
dapat di tembus oksigen, tetapi kini tidak digunakan lagi karena lambat
dan kerusakan mata yang permanen. Lensa keras canggih dibuat dari
b. Lensa lembut lebih besar dan lebih lentur. Juga lebih tipis dari pada
lensa keras dan digunakan langsung pada selaput bening, jadi tanpa
dibaliknya. Di buat dari suatu polimer (rantaian zat kimia), yang dapat
menyerap banyak air dan lebih melekat banyak air dan lebih melekat
pada mata. Tetapi juga lebih cepat menjadi kotor karena zat-zat dari
lebih cepat sehingga harus diganti setiap 1-2 minggu. Lagi pula
lembut. Lensa canggih ini lebih mudah lagi ditembus oksigen dan
layak untuk digunakan kontinu untuk waktu yang lama. Bisa sampai
2010).
27
Menurut (Sugani & Priandarini, 2010) ada beberapa hal yang harus
1. Temui dokter ahli mata untuk mendapatkan lensa kontak yang sesuai
dan layak.
4. Cuci dan keringkan tempat lensa kontak setiap hari, cuci dengan air
5. Simpan wadah lensa kontak ditempat yang lembab dan terlindung dari
karena, ada obat tetes mata (termasuk yang dijual bebas) yang dapat
10. Segera hentikan pemakaian jika mata merah atau tidak nyaman saat
11. Konsultasikan juga dengan dokter atau apoteker setiap kali hendak
memakai obat tetes mata. Tidak semua obat tetes mata cocok dengan
menjadi dua jenis, yaitu internal risk dan external risk. Internal risk
Sedangkan external risk berasal dari faktor luar misalnya fasilitas informasi
tentang lensa kontak dan kondisi sosial budaya dari pengguna lensa kontak
1. Kelopak mata
timbul akibat penggunaan soft lens. Ini timbul akibat salah satu dari 3
Jika tidak dapat dideteksi, maka lensa akan mengikis forniks melewati
b. Ptosis, ini timbul akibat adanya massa pada lensa, skar, jaringan
mata juga akan membentuk skar dan kontraksi pada jaringan kelopak
mata yang mengakibatkan retraksi pada kelopa mata. Ptosis juga dapat
2010).
2. Konjungtiva
akibat dari zat-zat kimia host yang didapati dari larutan lensa kontak.
mukoid, gatal, debris pada tear film, lapisan lensa, pandangan kabur,
Akibatnya akan terasa seperti ada benda asing, fotofobia, berair, rasa
3. Epitelium kornea
Jika tidak dikenali dan diobati akan mengakibatkan stres pada epitel
akan hilang dalam 1-2 hari. Jika hidroksi peroksida diteteskan ke mata,
desinfeksi kimia dapat merusak epitel yang tidak terlihat dan bersifat
intermiten.
(Ventocilla, 2010).
4. Stroma kornea
keratitis steril, dengan onset adanya infiltrat pada stroma anterior atau
berkelompok, dengan bentuk bulat, oval, dan menempel pada sel epitel
sel epitel. Gejala awal tidak begitu kelihatan, tetapi gejala yang
mungkin ada seperti berair dan sedikit sulit mengedipkan mata. Bakteri
Sumber infeksi ini berasal dari larutan lensa kontak, dimana tempat
penglihatan kabur yang ringan, dan merah. Kemudian diikuti rasa nyeri
menebalkan mata dan sebagai tanda adanya inflamasi stroma difus dan
menggunakan kacamata.
C. Kerangka Teori
SelatanTahun 2015’’
Pengetahuan :
1. Pengetahuan Baik
2. Pengetahuan Cukup
3. Pengetahuan Kurang
Confounding Factor :
Usia
Riwayat Penggunaan
Alasan Pengunaan
35
36
B. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat ukur Skala ukur Hasil
Variabel Univariat
Pengetahuan Sesuatu yang dikethui oleh Meminta responden Kuesioner Ordinal Dinyatakan dalam tingkatan :
pelajar putri yang menjadi menjawab 25 item
responden peneliti, Meliputi : pertanyaan dalam a) pengetahuan baik (skor
kuesioner B tentang jawaban respondn 76-
Definisi lensa kontak
lensa kontak.
Indikasi penggunaan 100 %)
lensa kontak b) pengetahuan cukup (skor
kontraindikasi jawaban responden 56-75
penggunaan lensa %)
kontak c) pengetahuan kurang
klasifikasi lensa (skor jawaban responden
kontak
≤ 55%)
Teknik penggunaan
lensa kontak yang (Arikunto,2006)
aman
bentuk-bentuk resiko
gangguan kesehatan
mata akibat lensa
kontak
37
Analisa Demografi
Usia Usia responden berdasarkanMeminta responden Kuesioner interval Dalam data numerik
ulang tahun terakhir saat untuk mengisi
mengisi kuesioner penelitian
pertanyaan dalam
kuesioner A mengenai
data demografi : Usia
Riwayat Penggunaan Menjelaskan tentang seberapa Meminta responden Kuesioner interval Dalam data numerik
lensa kontak lama responden telah untuk mengisi
menggunakan lensa kontak pertanyaan dalam
(jangka waktu pendek atau kuesiner A mengenai
jangka waktu panjang) data demografi :
riwayat penggunaan
lensa kontak
Alasan penggunaan Menjelaskan alasan yang Meminta responden Kuesioner Nominal 1 = Optik (kelainan refraksi
lensa kontak menyebabkan responden untuk mengisi mata)
menggunakan lensa kontak pertaanyaan dalam
kuesioner A mengenai 0 = kosmetik
data demografi :
alasan menggunaan
lensa kontak
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pada satu titik waktu (at one point in time): fenomena yang diteliti adalah
fix pada satu titik waktu (Polit and Beck, 2003 dalam Swarjana, 2012).
Definisi lain dari study Cross-sectional adalah studi lapangan yang meneliti
dan data pada penelitian ini diperoleh melalui pemberian kuesioner pada
kuantitatif.
38
39
1. Lokasi Penelitian
lokasi tersebut karena belum pernah ada penelitian terkait kesehatan mata
yaitu lensa kontak. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk melakukan
2. Waktu penelitian
1. Populasi
2. Sampel
sebagai sampel. Hal ini dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil
(Setiadi, 2007).
dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Sedangkan
D. Besar Sampling
februari 2015 yang didapat dari SMK Nusantara 1 ciputat , yaitu 60 jumlah
1. Instrumen Penelitian
kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. Teknik angket (kuesioner)
bagian yaitu :
Bagian pertama (A) berisi data demografi seperti usia, jangka waktu
memberi tanda (√) pada pilihan yang tersedia. Penggunaan skala Guttman,
betujuan untuk mengukur satu dimensi dari variabel yang miliki beberapa
dimensi, selain itu skala ini merupakan bentuk skala kumulatif (Umar,
2005).
acak.
diberikan nilai 0, dengan skor tertinggi adalah 25 dan skor terendah adalah
0.
43
yang terdiri dari Definisi lensa kontak, Indikasi penggunaan lensa kontak
kesehatan mata akibat lensa kontak. Setelah selesai diisi oleh responden,
kuesioner.
kuesioner tersebut.
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
Dimana :
dikatomi
1-p = Proporsi dari orang yang menjawab salah pada item ke-i
data karena cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan
Sama halnya seperti pengujian validitas data pengetahuan diberi skor yang
KR-20 = 1 p.q
k
k 1 S 2
Dimana :
reliabel (konsisten) dan jika KR-20 < 0,70 maka dimensi kuesioner tidak
reliabel.
46
yang ada. Disarankan agar jumlah responden untuk uji validitas dan
reabilitas kuesioner, minimal 20 orang ini, distribusi skor (nilai) akan lebih
H. Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan
ditempuh, diantaranya:
1. Editing
(Hidayat, 2007).
47
2. Coding
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan
melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variable (Hidayat, 2007).
3. Entry data
4. Processing data
Setelah semua isian kuesioner tersisi penuh dan benar, dan juga
5. Cleaning data
2007).
48
I. Analisis Data
Analisa data beertujuan untuk menyusun data dalam cara yang bermakna
kontak. Analisis data hasil penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu
Analisis) yaitu Microsoft Exel dan Statistical package for social science
(SPSS). Pada analisis ini data demografi dan tingkat pengetahuan pelajar putri
sampel dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi
tingkat pengetahuan pelajar putri tentang penggunaan lensa kontak dan akan
J. Etika Penelitian
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut
(Hidayat, 2008):
harus ada dalam informed consent tersebut antara lain yakni Partisipasi
(Hidayat, 2008):
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada
HASIL PENELITIAN
Alimudin Al- Murtala, MM. M.Pd. yang kini menjabat Direktur Perguruan
YAN. Di awal berdiri YAN membuka kursus paket A, B dan C serta kursus
Bahasa Inggris dan Program Perhotelan Diploma 1 (D1) dan D2. Seiring
Nusantara Plus, SMA Nusantara Plus, SMK Nusantara 2 dan bersama pihak
SMK Nusantara 1 sendiri telah berdiri sejak tahun 2001 Dengan tujuan
tenaga kerja yang siap pakai dan berkompeten dapat terwujud. SMK
sarana antara lain, masjid, Perpustakaan, Lapangan Futsal, Lapangan Olahraga, Lab.
Front Office, Lab Mini Hotel, Lab Restoran, Lab Kitchen, Lab Swalayan/Pemasaran,
51
52
Lab Cash register, Lab MYOB, Lab Komputer Jaringan, Lab Komputer
Multimedia, Lab Komputer Perangkat Lunak, Lab Komputer Office, Lab Mini
Tujuan
Nusantara, selain bekerja sama secara aktif dengan industri dalam negeri
Visi
berakhlak mulia.
Misi
religius.
Hal ini dilakukan jika jumlah populasi relatif kecil (Setiadi, 2007).
B. Analisa Univariat
Selatan Tahun 2015” . data ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengtahuan
Pelajar Putri Tentang Penggunaan Lensa Kontak di SMK
Nusantara 1 Cipuatat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
C. Analisa Demografi
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pelajar Putri yang
menggunakan lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat Kota
Tangerang Selatan Tahun 2015
Tabel 5.3
Tahun 2015
Tabel 5.4
Tahun 2015
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gambaran Tingkat Pengetahuan
Tentang Lensa Kontak di Lihat dari Usia Responden di SMK
Nusantara 1 Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2015
Tingkat Pengetahuan
Usia Baik Cukup Kurang Jumlah
(Tahun) f % f % f % F %
Pada tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa sebagian besan pelajar putri yang
BAB VI
PEMBAHASAN
penggunaan lensa kontak pada pelajar putri di SMK Nusantar 1 Ciputat. Hasil
dalam kategori baik yaitu sebanyak 56 orang (93,3 %). Lensa kontak yang
penggunaannya secara tepat. Cara perawatan yang tidak benar dan dampak
negatif yang mungkin dapat terjadi pada penggunaan lensa kontak. Oleh karena
itu pengetahuan merupakan indikator yang penting bagi pengguna lensa kontak,
sehingga dampak negatif dan efek samping yang mungkin terjadi dapat di
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
58
59
percaya diri maupun sikap dan prilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan
kegiatan berfikir, yakni apa objek yang difikirkan (ontologi), bagaimana cara
atau metode memikirkan objek yang ada (epistemologi), dan untuk apa objek
menggunakan lensa kontak adalah pelajar seperti siswa maupun mahasiswa yang
dengan mengakses informasi maelalui internet yang sudah dikenal oleh pelajar
sekarang ini. Hal itu sudah memberikan informasi yang cukup banyak terkait
lensa kontak. Hal tersebut juga di dukung oleh kesadaran mereka tentang
pentingnya perawatan lensa kontak yang baik bagi dirinya sendiri agar terhindar
dari dampak-dampak penggunaan lensa kontak seperti iritasi pada mata yang
bisa disebut mata merah. Pengetahuan yang dimiliki responden berada pada
bahwa cara memperoleh pengetahuan yaitu dengan cara tradisional atau non
60
ilmiah, yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah,
yakni melalui proses penelitian. Ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
penggunaan lensa kontak akan cendrung berhati-hati pada saat memakai lensa
kontak, sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya iritasi mata atau gangguan
mata lainnya. Ini sejalan dengan penelitian musallina (2014), yang didapatkan
perawatan lensa kontak berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 25 responden
(59,5%).
negatif yang timbul dari penggunaan lensa kontak karena penggunaan lensa
kontak yang tidak benar. Sebagaimana diketahui sebagian besar responden telah
mempunyai pengetahuan yang baik tentang cara memakai lensa kontak yang
benar tetapi masih ada beberapa hal yang sangat penting masih kurang
hingga 18 tahun bertujuan untuk mengetahui pada usia berapa pelajar putri
sebanyak 28 orang (46,7 %). Hal ini disebabkan karena pelajar putri di SMK
Nusantara 1 Ciputat yang menggunakan lensa kontak berusia > 17 tahun . hanya
sebagian kecil saja yang berusia < 17 tahun yaitu pelajar putri yang duduk di
kelas 1, sedangkan untuk kelas 2 dan 3 sebagian besar sudah berada pada
kategori > 17 tahun. Seperti yang di ungkapkan oleh (Depkes RI, 2009) bahwa
usia merupakan satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda
atau makhluk baik yang hidup maupun yang mati. Usia remaja adalah dimana
proses kematangan mental, emosional, sosial dan fisik sedang berlangsung. Usia
anak dan dewasa ditandai dengan berubahan fisik, prilaku, kognitif, biologis,
dan emosi (Efendi dan Makhfudli, 2009). Kemampuan intelektual dan emosional
pada anak usia sekolah dan remaja akan berkembang sehingga anak-anak lebih
menyadari kekurangan mereka dan bisa sangat keras kepada diri sendiri, Anak
usia remaja juga akan menjadi lebih peduli terhadap penampilan serta anak
perempuan sering terlihat perfeksionis dalam hal citra tubuh mereka oleh karena
itu stres akan menjadi meningkat secara dramatis (Borba, 2009). Hal ini sejalan
penggunaan lensa kontak dari 100 responden lebih banyak pada usia > 18 tahun
(80%), dibandingkan usia < 18 tahun (20%). Hal ini disebabkan karena
menjadi responden memang lebih banyak yang sudah berusia > 18 tahun. Hanya
sebagian kecil dari mahasiswa tingkat pertama saja yang berusia < 18 tahun
sedangkan untuk mahasiswa tingkat kedua, ketiga dan keempat sudah berusia
>18 tahun.
lensa kontak di SMK Nusantara 1 Ciputat dalam kategori usia remaja yaitu usia
15 hingga 18 tahun, dimana pada usia tersebut Anak usia remaja akan menjadi
perfeksionis dalam hal citra tubuh mereka salah satunya dengan menggunakan
lensa kontak.
menggunakan lensa kontak. Dari hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa
pelajar putri yang menggunakan lensa kontak dengan riwayat 7 bulan sebanyak
penggunaan yang panjang yaitu digunakan dalam beberapa dan lebih dari
setahun.
oleh Mannis, Kerla, Ceusa dan Newton (2003) bahwa lensa kontak didesain
untuk penggunaan jangka pendek maupun jngka pendek. Lensa kontak pendek
ataupun yang biasa disebut lensa kontak sekali pakai artinya penggunaan lensa
kontak hanya diperbolehkan selama satu hari, seminggu, atau beberapa minggu
saja sedangkan lensa kontak panjang dapat digunakan selama sebulan, setahuan
64
lensa kontak. Setelah itu lensa kontak tersebut harus diganti dengan lensa kontak
hasil bahwa dari 100 responden yang menggunakan lensa kontak, terdapat
responden yang menggunakan lensa kontak dengan jangka waktu 1-6 bulanan
(62%) yaitu marupakan jenis yang paling banyak dipakai, selanjutnya lensa
(15%), dan yang paling sedikit adalah lensa kontak dengan jangka waktu
penggunaan 1-3 mingguan (2%). Ini disebabkan karena menurut sebagian besar
waktu penggunaan 1-6 bulanan adalah karena lebih mudah didapat dan lebih
praktis dari pada lensa kontak dengan jangka waktu harian maupun 1-3
mingguan karena tidak perlu terlalu sering membeli lensa kontak baru. Lensa
kontak dengan jangka waktu penggunaan 1-6 bulanan juga lebih aman
digunakan dari pada lensa kontak dengan jangka waktu penggunaan lensa
kontak 6 bulan- tahunan karena semakin lama jangka waktu penggunaan lensa
kontak tingkat kebersihan dan kenyamanan lensa kontak juga akan semakin
rendah.
bahwa lensa kontak dengan pola penggunaan harian (90%) lebih banyak
dibandingkan dengan pola penggunaan tidak terbatas (1%). Hal ini disebabkan
pola penggunaan tidak terbatas bisa tetap digunakan saat tidur, karena sebagian
responden merasa khawatir jika lensa kontak digunakan pada saat tidur maka
akan melukai mata mereka. Selain itu lensa kontak dengan pola penggunaan
harian juga lebih mudah didapat dibandingkan dengan lensa kontak dengan pola
penggunaan tidak terbatas. Iritasi mata dapat terjadi pada penggunaan lensa
kontak yang terlalu lama atau lensa kontak yang sudah melewati batas
intolerasi pada cairan pembersih, atapun infeksi sekunder pada akibat pemakaian
Dari penjelasan dan data di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaan lensa
kontak oleh pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat perlu evaluasi dan
pemahaman yang lebih mendalam tentang pola penggunaan dan jangka waktu
waktu penggunaan lensa kontak yang tergolong dalam jangka waktu panjang.
Hal ini dilakukan agar tidak terjadi efek atau dampak negatif dari penggunaan
lensa kontak tersebut yang disebabkan dari jangka waktu penggunaan lensa
menggunakan lensa kontak adalah karena alasan optik yaitu sebanyak 33 orang
(45,0%). Hal ini diketahui dari data yang didapatkan saat pengambilan data
66
kebanyakan dari mereka menggunakan lensa kontak karena ada kelainan refraksi
mata seperti myopia dan hiperopia. lensa kontak mereka pilih sebagai alat bantu
dibandingkan saat menggunakan kata mata, selain itu mereka juga mendapat
dukungan dan anggapan yang baik dari teman sebaya untuk menggunakan lensa
kontak pada saat ini selain sebagai alat bantu penglihatan pengganti kacamata,
dapat juga sebagai alat kosmetik untuk memperindah mata karena berbagai
macam warna dari lensa kontak. Lensa kontak yang diletakkan lansung di atas
yang langsung pada kornea yang sebenar nya barang asing tersebut untuk tubuh
tepat, karena tidak jarang cara perawatan yang salah dapat menyebabkan resiko
Menurut wong dan Donna (2008) Lensa kontak adalah pilihan yang
populer, terutama bagi remaja. Beberapa Tipe tersedia, seperti hard lenses,
termauk gas permeabel dan sift lenses yang dapat dirancang untuk permakaian
responden lagi (19,0%) menggunakan lensa kontak karena faktor lain seperti
sebayanya secara tidak langsung memiliki ikatan batin yang cukup kuat
halnya dalam penggunaan lensa kontak. Remaja sering kali merasa tidak senang
dan benci saat diperintah apa yang harus dilakukan sehinga mempertimbangkan
2009).
muda yang tidak diresepkan untuk mengubah warna mata mereka, tetapi
individu ini tidak selalu diberi bantuan dan saran tentang bagaimana perawatan
lensa kontak tersebut, tidak jarang hal ini menyebabkan timbulnya dampak
tersebut.
68
kontak oleh pelajar putri di SMK Nusantara 1 Ciputat adalah selain untuk
dukungan dari teman sebaya yang sebagian besar mengungkapkan bahwa lensa
Pengetahuan dilihat dari usia ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
penggunaan lensa kontak atau tidak. Dari hasil penelitian diatas bahwa pelajar
putri dengan tingkat pengetahuan baik yaitu , usia 15 tahun sebanyak 17 orang
orang (48,2%), dan usia 18 tahun sebanyak 5 orang (8,9%). Sedangkan pelajar
putri dengan tingkat pengetahuan cukup yaitu, usia 15 tahun sebanyk 2 orang
(50%) , usia 17 tahun sebanyak 1 orang (25%), dan 18 tahun sebanyak 1 orang
(25%) dari total 4 orang yang berpengetahuan cukup . hal ini menunjukan bahwa
baik yaitu sebanyak 27 orang (48,2%). Hal ini menunjukan bahwa usia
kontak. hal ini sejalan dengan teori yang di ungkapkan oleh Budiman & Riyanto
(2013) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah
usia. Usia turut menentukan daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta
menuju usia tua. Selain itu, orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini
dilihat dari distribusi tingkat pengetahuan tentang lensa kontak dalam kategori
E. Keterbatasan penelitian
penelitian ini.
4. Terapetik adalah salah satu fungsi dari lensa kontak, namun pada penelitian
A. Kesimpulan
baik yaitu sebanyak 56 orang (93,3 %). Distribusi usia pelajar putri
kontak adalah pada usia 17 tahun yaitu sebanyak 28 orang (46,7 %).
70
71
B. Saran
yaitu :
baru.
DAFTAR PUSTAKA
Borba Michele. The Big Book Of Parenting solutions,101 Answers to Your, 2009.
Chrismer, M. Love Your Eye, Use Contact Lens to Protect Them, 2010.
Hidayat, Alimun. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data .Ed
1.Jakarta: Salemba Medika, 2007.
Hidayat, AA. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika, 2008.
Ilyas, Sidharta. Ilmu Penyakit Mata, Ed ke-3, Jakarta : Balai Penerbit FKUI,
2006.
Kharuna, A.K. Comprehensive Ophtomology. 4th ed. New Dehli: New Age
International limited, 2007.
2012.
Supartini Yupi. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta :EGC, 2004.
Setyoso A Thomas. Bukan Arek Mbling. Yogyakarta : Indie Book Corner, 2013.
Santoso, Singgih. Kupas Tuntas Riset Eksperimen Dengan Exel 2007 dan Menitab
15. Jakarta: PT Exel Media Komputindo, 2010.
Umar Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Ed.1-11. Jakarta :
Rajawali Pers, 2011.
Wong. L,. Donna. Buku Ajar Keperawtan Pediatric. Ed 6. Jakarta : EGC, 2008.
Kuesioner
Tanggal Pengisian :
Kuesioner A
Jawablah pertanyaan yang ada di bawah ini dengan mengisi dan melingkari
pilihan yang merupakan jawaban anda .
Kuesioner B
Pilihlah salah satu jawaban dengan memberi tanda check list (√) pada pilihan
yang tersedia.
Dari hasil analisis uji validitas diatas dapat dinyatakan bahwa semua item
valid, maka 25 item tersebut dapat digunakan dalam kuisioner. Dan untuk uji
raliebilitas didapatkan hasil KR-20 nya sebesar 0.860569 > 0,7 artinya bahwa
kuisioner tersebut reliabel (konsisten) sehingga dapat digunakan untuk proses
analisis selanjutnya.
Lampiran 8
Statistics
pengethuan
N Valid 60
Missing 0
Mean 2.93
Median 3.00
Mode 3
pengethuan
Count
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
usia
N Valid 60
Missing 0
Mean 16.35
Median 17.00
Mode 17
usia
Count
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Riwayat
N Valid 60
Missing 0
Mean 16.30
Median 13.50
Mode 12
Riwayat
Count
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
alasan
N Valid 60
Missing 0
Mean .55
Median 1.00
Mode 1
alasan
Count
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pengetahuan
Count
Cukup Baik Total
usia 15 2 17 19
16 0 7 7
17 1 27 28
18 1 5 6
Total 4 56 60
Cases
Count Pengetahuan
Riwayat 7 0 1 1
8 0 1 1
9 0 2 2
10 0 1 1
12 1 19 20
13 1 4 5
14 1 1 2
15 0 2 2
16 0 1 1
17 0 9 9
19 0 1 1
24 1 12 13
36 0 2 2
Total 4 56 60
Count Pengetahuan
Alasan kosmetik 3 24 27
optik 1 32 33
Total 4 56 60