Sunteți pe pagina 1din 3

Laporan dari Xinjiang

Ambisi China Merajut Kembali Jalur Sutra


Is Mujiarso - detikFinance
Kamis 27 Apr 2017, 12:13 WIB

Foto: Ismujiarso/detikcom

Xinjiang - Jane Liu, Project Manager perusahaan Rival Tech di Urumqi, hari itu lebih
sibuk dari biasanya. Seusai makan siang, ia sudah bersiap di depan pintu pabrik besar
tempatnya bekerja yang berlokasi di Jinteng Street di kawasan industri bagian
utara ibu kota provinsi Xinjiang, China tersebut. Sore itu, ia akan menerima
kunjungan 22 wartawan dari 15 negara yang telah dijadwalkan.

Begitu rombongan datang, Liu tersenyum ramah menyambut, dan mengajak untuk
melihat-lihat perusahaan operator mesin-mesin berteknologi tinggi itu. Memasuki
area pertama, rombongan langsung diperlihatkan pada seperangkat rangkaian mesin
produksi yang menjulang tinggi dan memenuhi ruangan super luas. Mesin-mesin itu
memproduksi plastik film berkualitas tinggi yang kemudian didesain menjadi aneka
kebutuhan melayani pasar luar negeri, antara lain tas belanja brand ternama.

"Yang ada di hadapan Anda ini mesin dari teknologi terbaru yang kami datangkan dari
Jerman, baru kami yang punya, jadi mohon untuk tidak memotretnya," pesan Liu
seraya mengajak rombongan beranjak ke ruangan lain.

Kunjungan 22 wartawan tersebut merupakan bagian dari agenda pertemuan pimpinan


dan awak media dari negara-negara yang di masa lalu dilewati oleh Jalur Sutra, yang
diprakarsai oleh Kantor Informasi Pemerintah Wilayah Otonomi Xinjiang Uygur,
China.

Agenda pertemuan meliputi seminar selama tiga hari dan berbagai kunjungan yang

1
bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai strategi ekonomi China terhadap
negara-negara tetangga di sepanjang Jalur Sutra, politik pemerintah pusat China
terhadap etnik minoritas, hingga kebebasan beragama di wilayah otonomi
berpenduduk mayoritas Islam.

Total selama 10 hari, para wartawan dibawa keliling ke 4 kota yakni Urumqi, Hami dan
Balikun di Propinsi Xinjiang dan diakhiri dengan kunjungan ke Beijing. Sebelum
rangkaian acara diawali dengan Seminar for Media Heads from Countries along The
Silk Road Economic Belt, wartawan diajak menonton pertunjukan di gedung opera
Urumqi yang menceritakan tentang sejarah Jalur Sutra.

Foto: Ismujiarso/detikcom

Jalur Sutra memang menjadi kata kunci dari agenda seluruh acara yang berlangsung
sepanjang pekan lalu itu. The Silk Road Economic Belt yang menjadi tema utama seminar
merujuk pada strategi dan kerangka pembangunan yang digagas pemerintah Republik
Rakyat China, dan mulai diluncurkan pada 2013 oleh Pemimpin China, Xi Jinping.

Program ini punya nama resmi The Silk Road Economic Belt and the 21st-century
Maritime Silk Road, dan sering disingkat menjadi 'The Belt and Road', atau
kadang-kadang disebut juga dengan istilah 'One Belt, One Road', atau juga 'The Belt and
Road Initiative'.

Ini merupkan ambisi China untuk menghubungkan kembali negaranya dengan wilayah
Eurasia yang terdiri dari dua komponen utama yakni daratan (Silk Road Economic Belt)
dan lautan (Maritim Silk Road).

"Inisiatif ini untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama, menciptakan koridor dan
jembatan perdagangan, dan pertukaran komoditas di mana negara-negara di Jalur Sutra
akan mendapatkan keuntungan darinya," ujar Ghayrat Salief dari Kantor Informasi
Pemerintah Otonomi Xinjiang selaku pihak pengundang dan penggagas forum 'Media
Heads' tersebut.

2
Jalur Sutra sendiri merupakan istilah yang populer, yang secara historis merujuk pada
jalur perdagangan kuno yang menghubungkan China (Asia) dengan Eropa (Kerajaan
Romawi) pada abad ke-3 sebelum masehi hingga abad ke-16 Masehi. Terbentang
sepanjang 7.000 ribu kilometer lebih, dan dinamakan Jalur Sutra, karena barang utama
yang diperdagangkan lewat jalur ini awalnya adalah sutra China.

Selain pedagang, para pengelana, biarawan, prajurit, dan kaum nomaden melintasi jalur
ini dengan menggunakan karavan dan kereta kuda. Mereka diyakini memberikan pengaruh
penting bagi perkembangan kehidupan modern Asia dan Eropa di segala bidang.

Jalur ini begitu penting sebagai urat nadi ekonomi, budaya bahkan politik pada Abad
Pertengahan. Kawasan yang dilalui jalur ini merupakan bagian dari kerajaan Rusia dan
China sampai menjelang abad 20.

Sejak diluncurkan pada 2013, China telah menginvestasikan lebih dari 50 miliar dollar
AS untuk inisiatif Belt and Road. Program ini juga telah menciptakan 56 zona kerja sama
ekonomi dan perdagangan yang diklaim melahirkan berbagai bisnis serta ratusan ribu
lapangan kerja baru di tingkat lokal.

Provinsi Xinjiang menjadi zona utama penopang The Silk Road Economic Belt yang
diinisiasi oleh pemerintah China. Sebab, selain sebagai pusat perekonomian yang maju
pesat, dan memiliki sumber daya besar, propinsi yang merupakan wilayah otonom ini
dikenal memiliki keragaman etnik dan agama yang sesuai dengan semangat yang hendak
dicapai inisiatif Beijing One Belt One Road.

"Xinjiang adalah wilayah otonomi multi-etnis, dengan populasi lebih dari 23 juta
penduduk dan 47 kelompok etnik," ujar Ma Yingsheng, Deputi Direktur pada Departemen
Kebudayaan Xinjiang, yang juga Deputi Direktur pada Komiter Ahli Perlindungan Warisan
Budaya Xinjiang.

Sebagai zona utama The Silk Road Economic Belt, demikian Ma Piyan, Peneliti pada
Institute of Religious Studies Xinjiang Academy of Social Science menambahkan,
Xinjiang diharapkan akan terus melanjutkan kerja sama dan pertukaran internasional
yang berbasis pada kesetaraan, persahabatan dan saling menghormati, serta mendorong
dialog dan antar agama-agama dan peradaban yang berbeda-beda, menjunjung tinggi
sikap saling percaya dan memahami, dan memberikan kontribusi pada usaha perdamaian
dan pembangunan dunia dan kemanusiaan secara menyeluruh. (mmu/hns)

S-ar putea să vă placă și