Sunteți pe pagina 1din 15

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK

Oleh :
Golongan D/Kelompok A3
Aulia Ratri (171510501032)
Vega Danar Adityo (171510501059)
Nurriyadi Hadid M. (171510501134)

LABORATORIUM AGROTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITASJEMBER
2019
1 Danar et al., Pengolahan Limbah Ternak

PERTANIAN

PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK


Processing of Livestock Waste

Vega Danar1, Aulia Ratri2, Nurriyadi Hadid Mustaqim3


Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegalboto, Sumbersari, Krajan Timur, Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68121
Email: vegadanar45@gmail.com

ABSTRACT
Ranch is one of sub-sectors exist in agriculture, with livestock raising activities to take advantage, the benefits of livestock can be in the form of meat, eggs
and milk. In addition to producing benefits used by humans, livestock farming activities will also produce waste. Processing of livestock waste can be in
the form of making liquid fertilizer, as an ingredient in making MOL, as preserving animal feed in the form of silage, and much more. MOL (Local Micro
Organisms) is one way to use local materials for livestock waste which is used as the beginning of making animal feed or silage, it is very easy to make and
very environmentally friendly. Making of MOL is carried out by means of fermentation where the most important microorganisms will work without
oxygen or anaerobes. MOL (Micro Local Organisms) made in this lab came from several materials including cow urine, goat urine, cattle rumen, chicken
feces, goat feces, and cow feces. The results obtained in the practice of livestock waste processing by making MOL in the practicum that has been done are
differences in color and aroma, because the materials used also vary so that the color and aroma produced are also different. The MOL solution itself will be
used as a starter in making silage for animal feed because in MOL solutions it contains a lot of bacteria that play a role in fermentation activities for
preserving animal feed.

Keywords: Ranch; Livestock Waste; MOL

ABSTRAK
Peternakan merupakan salah satu subsektor yang ada di pertanian, dengan kegiatan memelihara hewan ternak guna diambil manfaatnya, manfaat dari
hewan ternak sendiri dapat berupa daging, telur, dan susu. Selain menghasilkan manfaat yang digunakan oleh manusia, kegiatan budidaya hewan ternak
juga akan menghasilkan limbah. Pengolahan limbah peternakan dapat berupa pembuatan pupuk cair, sebagai bahan pembuatan MOL, sebagai
pengawetan pakan ternak berupa silase, dan masih banyak lagi. MOL (Mikro Organisme Lokal) merupakan salah satu cara pemanfaatan bahan-bahan
lokal limbah peternakan yang dimanfaatkan menjadi awal mula pembuatan pupuk atau silase pakan ternak, sangat mudah untuk pembuatan dan sangat
ramah lingkungan. Pembuatan MOL dilakukan dengan cara fermentasi dimana mikroorganisme yang menjadi bahan paling penting akan bekerja dalam
keadaan tanpa oksigen atau anaerob. MOL (Mikro Organisme Lokal) yang dibuat pada praktikum kali ini berasal dari beberapa bahan diantaranya yaitu
urin sapi, urin kambing, rumen sapi, feses ayam, feses kambing, dan feses sapi. Hasil yang didapat dalam praktikum pengolahan limbah ternak dengan
pembuatan MOL pada praktikum yang telah dilakukan adalah perbedaan warna dan aroma, karena bahan yang digunakan juga berbeda-beda sehingga
warna dan aroma yang dihasilkan juga berbeda. Hasil menunjukkan bahwa larutan MOL terbaik ada pada kelompok 1 dengan bahan urine sapi, karena
memiliki warna dan aroma yang sesuai dengan apa yang ada pada literatur penelitian Larutan MOL sendiri nantinya akan digunakan sebagai starter dalam
pembuatan silase pakan ternak karena di dalam larutan MOL mengandung banyak sekali bakteri yang berperan dalam kegiatan fermentasi untuk
pengawetan pakan ternak.

Keywords: Peternakan; Limbah Ternak; MOL

How to citate: Vega Danar, Aulia Ratri, Nurriyadi Hadid Mustaqim. 2019. Pengolahan Limbah Ternak. Manajemen Produksi Ternak. 1(1):1-4

PENDAHULUAN Permasalahan yang terjadi pada subsektor peternakan tersebut dapat


diatasi dengan mengolah limbah hasil budidaya seperti urine, feses,
Peternakan merupakan salah satu subsektor yang ada di pertanian, maupun isi rumen sapi menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan tidak
dengan kegiatan memelihara hewan ternak guna diambil manfaatnya, berbahaya bagi lingkungan sekitar. Bahan pembuatan MOL mudah
manfaat dari hewan ternak sendiri dapat berupa daging, telur, dan susu. didapatkan di pasar-pasar tradisional dan memiliki harga yang relatif murah
Selain menghasilkan manfaat yang digunakan oleh manusia, kegiatan (Astuti dan Hariyono, 2018). Dampak negatif dari limbah hasil budidaya
budidaya hewan ternak juga akan menghasilkan limbah. Faktor yang hewan ternak dapat diminimalisir dengan cara pengolahan limbah tersebut
mempengaruhi keberhasilan produksi teknak sapi adalah skala usaha, sebaik mungkin, dan bermanfaat di bidang pertanian. Pengolahan limbah
pakan, konsentrat, kesehatan dari sapi dan lain-lain (Ekowati et al., 2018). peternakan dapat berupa pembuatan pupuk cair, sebagai bahan pembuatan
Limbah pada sektor peternakan ini dapat berupa urine dan feses, serta MOL, sebagai pengawetan pakan ternak berupa silase, dan masih banyak
limbah yang terdapat pada Rumah Potong Hewan (RPH) adalah isi rumen lagi. Salah satu tujuan dari pemanfaatan limbah ternak untuk bidang
sapi. Limbah hasil dari budidaya hewan ternak ini apabila tidak ditangani pertanian adalah untuk menjaga keramahan lingkungan dan juga dapat
dengan baik maka akan menyebabkan permasalahan. Menurut Olusoji dan menciptakan kegiatan pertanian yang berkelanjutan. MOL memiliki
O. S. Charles (2016), limbah ternak yang tidak ditangani dengan baik manfaat lain dalam kegiatan pertanian, yakni dapat digunakan sebagai
dapat mengganggu lingkungan. Limbah-limbah yang gagal ditangani dapat pupuk yang dapat membantu menyuburkan tanah, mempercepat proses
mengganggu dan mencemari lingkungan seperti mencemari tanah, air, pengomposan, dan mudah sekali diaplikasan untuk memupuk tanaman
serta udara, sehingga akibatnya akan muncul permasalahan lagi, dapat yang ada di rumah (Nisa dkk., 2016).
berupa dampak sosial di masyarakat.

Manajemen Produksi Ternak. – Pengolahan Limbah Ternak


2 Danar et al., Pengolahan Limbah Ternak

MOL atau mikroorganisme lokal merupakan salah satu pemanfaatan HASIL


limbah peternakan yang sangat mudah untuk dilakukan dan sangat ramah
lingkungan. Bahan dasar pembuatan MOL adalah bahan-bahan tersebut
harus mengandung komponen-komponen utama yang dibutuhkan, yaitu Tabel. Pengamatan Pengolahan Limbah Ternak
berupa karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme yang sangat
penting. Bahan-bahan pendukung yang mengandung karbihidrat dan Kel Pengamatan Jenis Warna Aroma Gelembung Jamur pH
Limbah
glukosa nantinya akan menjadi bahan makanan dari mikroorganisme yang
terdapat pada limbah ternak. Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur H+1 Oranye Pesing, Tidak ada Tidak
dan kemudian diperam beberapa hari dalam keadaan anaerob tidak ada
(Sulistyaningsih dan C. S. Purwati, 2018). menyengat
Limbah ternak yang dapat digunakan dalam pembuatan MOL yaitu H+3 Oranye Kecut, Ada Tidak
urine sapi. Urin sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat tidak ada
digunakan sebagai pengatur tumbuh diantaranya IAA. Lebih lanjut menyengat
dijelaskan bahwa urin sapi juga memberikan pengaruh positif terhadap
H+7 Oranye Kecut, Ada Ada
pertumbuhan vegetatif tananaman. Karena baunya yang khas, urin sapi
1 Urine kecokla tidak
juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman, sehingga urin Sapi tan menyengat
sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman serangga
dan juga anti-jamur (Jandaik et al, 2015). Kandungan hara pada urin sapi H+10 Oranye Kecut, Tidak ada Tidak
yaitu N = 1,00%, P = 0,50% dan K = 1,50%. Kandungan dan kinerja kecokla tidak ada
pupuk organik yang relatif rendah menjadikan pupukorganik kurang cocok tan menyengat
digunakan jika petani menginkan hasil yang tinggi. MOL bisa berasal dari H+14 Oranye Kecut, Tidak ada Tidak
limbah peternakan, seperti urine, feses, dan isi rumen hewan ruminansia. tidak ada
Pembuatan MOL dapat diterapkan pada usaha peternakan untuk menyengat
memanfaatkan limbah ternaknya (Prasetyo dan U. Suryadi, 2017). H+21 Oranye Kecut Tidak ada Tidak 4
Pembuatan MOL dilakukan dengan cara fermentasi dimana cerah tidak ada
mikroorganisme yang menjadi bahan paling penting akan bekerja dalam menyengat
keadaan tanpa oksigen atau anaerob. Menurut Rohani (2014), pupuk cair
dari urin sapi harus melalui proses fermentasi terlebih dahulu, kurang lebih H+1 Kuning Tidak Tidak ada Tidak
kecokla menyengat ada
7 hari pupuk cair urin sapi dapat digunakan dengan indikator pupuk cair
tan
terlihat bewarna kehitaman dan bau yang tidak terlalu menyengat. Dalam
proses fermentasi urin sapi menggunakan 1% dekomposer yang bertujuan H+3 Kuning Menyengat Tidak ada Ada
untuk mempercepat proses fermentasi. Larutan MOL sendiri nantinya akan kecokla
digunakan sebagai starter dalam pembuatan silase pakan ternak karena di tan
dalam larutan MOL mengandung banyak sekali bakteri yang berperan H+7 Kuning Menyengat Ada Ada
dalam kegiatan fermentasi untuk pengawetan pakan ternak. Bahan utama kecokla
2 Urine
dalam pembuatan tan
Kambing
H+10 Kuning Tidak Ada Ada
BAHAN DAN METODE kecokla menyengat
tan
Waktu dan tempat, praktikum Manajemen Produksi Ternak
Acara 2 “Pengolahan Limbah Ternak” dilaksanakan pada hari H+14 Kuning Tidak Tidak ada Ada
Jumat, 12 April 2019, pukul 13.00-selesai yang dilakukan di kecokla menyengat sedikit
tan
Lapangan Voli sebelah Laboratorium Agroteknologi, Fakultas
Pertanian Universitas Jember. H+21 Kuning Tidak Tidak ada Ada 4-5
Alat dan Bahan, praktikum acara 2 ini menggunakan alat dan bahan kecokla menyengat sedikit
sebagai berikut yaitu Urin Sapi (100 ml), Gula Merah (250 gr yang telah tan
dilarutkan dalam 250 ml air), Botol 1,5 ml dan 600 ml, air kelapa 200 ml, H+1 Coklat Menyengat Tidak ada Tidak
paku besar 1, timba dan masker serta sarung tangan. cerah ada
Cara kerja, pada praktikum acara 2 yang dilakukan adalah pertama-
tama kita mencampur semua bahan pada timba. Memasukkan 100 ml urin H+3 Coklat Menyengat Ada Ada
sapi yang dibawa ke dalam timba, kemudian memasukkan 250 ml gula H+7 Coklat Menyengat Ada Ada
yang telah dilarutkan dalam 250 ml air dalam timbah, dan selanjutnya
memasukkan air kelapa sebanyak 200ml ke dalam timba kemudian 3 H+10 Rumen Coklat Tidak Ada Tidak
mencampurkan semuanya dengan cara diaduk menggunakan pengaduk. Sapi menyengat ada
Setelah di aduk rata semua mol sudah tercampur merata, kemudian
H+14 Coklat Tidak Tidak ada Tidak
memasukkannya kedalam botol 1,5 ml, tutup botol di beri lubang untuk cerah menyengat ada
udara lubang diberi selang, setelah itu dibeli lapisan lilin untuk menutup
udara yang ada di tutup botol tersebut. Selanjutnya memberikan lubang H+21 Coklat Tidak Tidak ada Tidak 4
pada botol yang berukuran 600ml dan diisi dengan air bersih untuk cerah menyengat ada
mengatasi kontaminasi denganbbakteri yang tidak dibutuhkan dalam H+1 Coklat Tidak Tidak ada Tidak
mendokomposer limbah. Setelah itu meletakkan hasil pembuatan mol dari menyengat ada
limbah ini di tempat yang aman dan terjaga.
H+3 Coklat Tidak Ada Tidak
Analisis data, data yang diperoleh dari hasil pengamatan ini akan
cerah menyengat ada
dianalisis menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif.
H+7 Cokla Menyengat Ada Ada
4 Feses cerah
Ayam
H+10 Coklat Menyengat Ada Ada

Manajemen Produksi Ternak. – Pengolahan Limbah Ternak


3 Danar et al., Pengolahan Limbah Ternak

cerah PEMBAHASAN
H+14 Coklat Tidak Tidak ada Tidak
cerah menyengat ada MOL (Mikro Organisme Lokal) merupakan salah satu cara
pemanfaatan bahan-bahan lokal limbah peternakan yang
H+21 Coklat Tidak Tidak ada Tidak 3-4 dimanfaatkan menjadi awal mula pembuatan pupuk atau silase
cerah menyengat ada pakan ternak, sangat mudah untuk pembuatan dan sangat ramah
H+1 Coklat Menyengat Tidak ada Tidak lingkungan. Menurut Astuti et al., (2014), MOL merupakan hasil
ada fermentasi cairan dari berbagai bahan yang mengandung
mikroorganisme yang berasal berdasarkan limbah yang dipakai
H+3 Coklat Tidak Tidak ada Tidak
seperti jamur, bakteri. MOL merupakan salah satu produk limbah
menyengat ada
ternak yang baik bagi lingkungan karena MOL mengandung unsur
H+7 Coklat Tidak Tidak ada Tidak hara makro dan mikro dan juga mengandung mikroba yang
menyengat ada berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang
5 Feses pertumbuhan dan sebagai agen pengendali hama penyakit tanaman
H+10 Coklat Tidak Tidak ada Tidak
Kambing (Salamah, 2016).
menyengat ada
MOL (Mikro Organisme Lokal) yang dibuat pada praktikum
H+14 Coklat Tidak Tidak ada Tidak kali ini berasal dari beberapa bahan diantaranya yaitu urin sapi,
menyengat ada
urin kambing, rumen sapi, feses ayam, feses kambing, dan feses
H+21 Coklat Tidak Tidak ada Tidak 4 sapi. Penggunaan bahan-bahan tersebut diharapkan mampu
menyengat ada mengurangi limbah peternakan (Olusaji, 2016). Hasil yang didapat
dalam praktikum pengolahan limbah ternak dengan pembuatan
H+1 Hijau Menyengat Tidak ada Tidak
kecokla ada MOL pada praktikum yang telah dilakukan adalah perbedaan
tan warna dan aroma, karena bahan yang digunakan juga berbeda-beda
sehingga warna dan aroma yang dihasilkan juga berbeda. Aroma
H+3 Hijau Tidak Tidak ada Tidak pada MOL yang telah dibuat ini ada yang seperti aroma tape
kecokla menyengat ada
(kecut), ada yang seperti aroma cuka, bermacam-macam aroma
tan
yang dihasilkan dari pembuatan mol ini. Aroma tersebut berasal
H+7 Hijau Tidak Ada Tidak dari pencampuran bahan-bahan yang telah dijadikan satu. Menurut
kecokla menyengat ada Widjajanto (2017), pencampuran bahan harus diaduk agar
6 Feses
tan homogen dan kemudian di inkubasi. Warna yang dihasilkan pun
Sapi
H+10 Hijau Tidak Ada Tidak juga berbeda-beda ada yang kuning kecoklatan, coklat, coklat
kecokla menyengat ada cerah, orange hingga ada juga yang berwarna hijau kecoklatan.
tan Warna yang berbeda ini dihasilkan dari limbah ternak yang
digunakan. Misal menggunakan urin sapi, urin sapi yang
H+14 Hijau Tidak Tidak ada Tidak
dihasilkan dari ternak tersebut berwarna seperti apa, makanan sapi
kecokla menyengat ada
tan tersebut juga dapat mempengaruhi warna yang didapat dari urin
yang dikeluarkan dari sapi tersebut, juga yang menggunakna feses
H+21 Hijau Tidak Tidak ada Tidak 4 sapi, feses yang dihasilkan dari sapi itu juga berpengaruh terhadap
kecokla menyengat ada warna yang dihasilkan dari MOL yang telah dibuat.
tan
Menurut Nisa, (2016), cairan MOL yang baik untuk digunakan
adalah cairan MOL yang mempunyai ciri-ciri mempunyai bau
Hasil dari pembuatan MOL oleh kelompok 1 dengan seperti tape. Berdasarkan pada pernyataan tersebut cairan MOL
menggunakan urine sapi sebagai jenis limbah, didapatkan hasil yang baik berdasarkan indikator bau dan warna terdapat pada
rata-rata yaitu warnanya adalah oranye dengan bau kecut tidak kelompok 1 dengan urine sapi. Menurut Marsiningsih dkk.,
meyengat, serta tidak ada gelembung dan jamur, dan memiliki pH (2015), warna larutan MOL sebelum difermentasi akan mempunyai
4. Kelompok 2 dengan menggunakan urine kambing sebagai jenis warna coklat, kemudian setelah difermentasi warna larutan MOL
limbah, didapatkan hasil rata-rata yaitu warnanya adalah kuning akan berubah menjadi kuning. Berdasarkan pernyataan tersebut,
kecoklatan dengan bau tidak menyengat, serta tidak ada gelembung hasil yang diperoleh yang sesuai dengan pernyataan diatas adalah
dan ada jamur, dan pH 4-5. Kelompok 3 dengan menggunakan hasil dari kelompok 1 dengan hasil larutan MOL milik kelompok 1
rumen sapi sebagai jenis limbah, didapatkan hasil rata-rata yaitu pada H+21 adalah berwarna orange cerah sedangkan untuk hasil
warnanya adalah coklat dengan bau menyengat, serta terdapat MOL kelompok lain kurang bagus atau bisa dikatakan gagal.
gelembung dan tidak ada jamur, dan pH 4. Kelompok 4 dengan Penyebab dari kegagalan pembuatan MOL adalah kurang rapatnya
menggunakan feses ayam sebagai jenis limbah, didapatkan hasil tutup botol sehingga akan terjadi kontaminasi oleh bakteri yang
rata-rata yaitu warnanya adalah coklat cerah dengan bau tidak tidak diinginkan yang masuk melalui tutup botol yang tidak rapat
menyengat, serta terdapat gelembung dan tidak ada jamur, dan pH sehingga kandungan MOL akan berbahaya jika diaplikasikan
3-4. Kelompok 5 dengan menggunakan feses kambing sebagai sebagai pembuatan silase untuk pakan ternak. Sedangkan untuk
jenis limbah, didapatkan hasil rata-rata yaitu warnanya adalah yang mempengaruhi keberhasilan dari pembuatan MOL adalah
coklat dengan bau tidak menyengat, serta tidak ada gelembung dan pengaruh konsentrasi dan lamanya fermentasi yang menunjukkan
tidak ada jamur, dan pH 4. Kelompok 6 dengan menggunakan hasil banyaknya populasi bakteri kualitas larutan MOL (Budiyani
feses sapi sebagai jenis limbah, didapatkan hasil rata-rata yaitu dkk., 2016).
warnanya adalah hijau kecoklatan dengan baunya tidak menyengat, Pembuatan MOL dalam indikator pH dapat diketahui diakhir
serta tidak ada gelembung dan tidak ada jamur, dan pH 4. untuk pH yang dihasilkan dimulai dari kelompok 1 pH dari MOL
yang dibuat adalah 4, kelompok 2 pH dari MOL yang dibuat
adalah 4-5, kelompok 3 pH dari MOL yang telah dibuat adalah 4,
kelompok 4 pH dari MOL yang telah dibuat adalah 3-4, kelompok
5 pH dari MOL yang telah dibuat adalah 4 dan yang terakhir
kelompok 6 pH dari MOL yang telah dibuat adalah 4. Rata-rata pH

Manajemen Produksi Ternak. – Pengolahan Limbah Ternak


4 Danar et al., Pengolahan Limbah Ternak

yang dihasilkan pada pembuatan MOL dari limbah ternak pada Rohani, St., S. N. Sirajuddin., M. I. Said., M. Z. Mide, dan Nurhapsa. 2016. Model
praktikum kali ini adalah 4. Perlu diketahui bahwa tingkat Pemanfaatan Urine Sapi sebagai Pupuk Organik Cair Kecamatan Liburen
keberhasilan pembuatan MOL sendiri adalah pada pH 6-7, namun Kabupaten Bone. Panrita Abdi, 1(1): 11-15.
rata-rata pH dari pembuatan MOL ini sendiri adalah 4 atau bisa Salamah Z. 2016. Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal (MOL) Maja Untuk
dikatakan bahwa pHnya di bawah batas maksimul tingkat Meningkatkan Kualitas Pertumbuhan Tanaman Sawi Cv. Tosakan.
keasaman. Menurut Huebsch (2017), bakteri atau mikrooraganisme Prosiding Symbion, 695-710.
pada umumnya mampu tumbuh dan berkembang dengan baik pada
pH yang seimbang dan rentan terhadap kenaikan atau penurunan Sulistyaningsih, C. R. dan C. S. Purwati. 2018. Ibm Pemanfaatan Limbah Rumah
Pemotongan Hewan (Rph) Karanganyar Sebagai Bahan Pembuatan Starter
pH yang signifikan sehingga menyebabkan mikroorganisme
Mol (Biofertilizer) Di Kelompok Tani Rukun Makaryo Mojogedang,
tersebut tidak dapat berkembang biak dan mati. Menurut kami pH Karanganyar. Terapan Abdimas, 3(1): 9-13.
yang masih berada di bawah tingkat keasamaan masih tergolong
baik untuk digunakan sebagai tambahan dalam pembuatan silase Widjajanto Didik, W., Endang D.P., Sumarsono, Cahya Utama S. 2017.
atau sebagai pupuk organik karena tingkat keasamannya tidak The Role of Local Microorganisms Generated from Rotten Fruits and
terlalu asam, melainkan pada tingkat kebasahan dan itu tidak akan Vegetables in Producing Liquid Organic Fertilizer. Journal of Applied
berpengaruh lebih jika MOL yang dihasilkan tersebut Chemical Science. 4(1):325-329.
dimanfaatkan sebagai pupuk organik ataupun sebagia tambahan
bahan dalam pembuatan silase.

KESIMPULAN
Limbah pemotongan ternak (sapi) yang dapat dimanfaatkan untuk
pembuatan mikroorganisme lokal (MOL) diantaranya yaitu isi rumen sapi
segar, feses sapi, dan urine sapi.Indikator keberhasilan pembuatan MOL
adalah adanya perubahan warna menjadi warna kuning, mempunyai bau
asam seperti tape, dan adanya gelembung. Kegagalan dalam pembuatan
MOL terjadi karena kurang rapatnya tutup botol sehingga akan
terjadi kontaminasi atau human error lainnya. Nilai pH pada MOL
juga menjadi indikator keberhasilan MOL dimana pH yang
dikehendaki seharusnya 4,6-7. Larutan MOL yang paling bagus
ada pada kelompok 1 dengan bahan urin sapi, karena menunjukkan
perubahan warna dan adanya aroma yang tidak menyengat sesuai
dengan literatur yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, A. dan Hariyono. 2018. Pelatihan dan Pendampingan Kelompok Wanita Tani
untuk Pembuatan Kompos dengan Bioaktivator Mol dan Dikelola Melalui
Bank Kompos. Bakti Saintek, 2(1): 37-42.

Astuti, T., Amir, Y. S., G. Yelni, and Isyaturriyadhah. 2014. The Result of
Biotechnology by Local Microorganisms to Banana Peel on Rumen Fluid
Characteristics as Ruminant Feed. Advanced Agricultural Technologies,
1(1): 28-31.

Budiyani, Ni K., Soniari, Ni N., dan Sutari, Ni W. S. 2016. Analisis Kualitas Larutan
Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang. Agroekoteknologi Tropika,
5(1): 63-72.

Ekowati, T., E. Prasetyo, and Handayani. 2018. The Factors Influencing Production
and Economic Efficiency of Beef Cattle Farm in Grobogan Region, Central
Java. The Indonesian Tropical Animal Agriculture, 43(1): 76-84.

Huebsch Russell. 2017. The effects of pH on Bacterial Growth. Journal of Science.


1(3): 30-34.

Jandaik S., Preeti T., and Vikas K. 2015. Eficacy of Cow Urine as Plant Growth
Enhancer and Antifungal Agent. Hindawi Publishing Coporation. 1(1):1-7.

Marsiningsih, N. W., A. A. N. G. Suwastika dan N. W. S. Sutari. 2015. Analisis


Kualitas Larutan Mol (Mikroorganisme Lokal) Berbasis Ampas
Tahu.Agroteknologi, 4(3): 180-190.

Nisa, K. 2016. Memproduksi Kompos Mikro Organisme Lokal (MOL). Jakarta


Timur: Bibit Publisher.

Olusoji, A. J. dan O. S. Charles. 2016. Livestock Waste Management Practices in oyo


State, Nigeria. Journal of Environment and Waste Management, 3(2): 139-
141.

Prasetyo, A. dan U. Suryadi. 2017. Pemanfaatan Mikro Organisme Lokal Sebagai


Starter Pembuatan Pupuk Organik Limbah Ternak Domba. Pengabdian
Masyarakat Peternakan, 2(2): 76-83.

Manajemen Produksi Ternak. – Pengolahan Limbah Ternak


DOKUMENTASI

Alat dan Bahan praktikum pembuatan MOL

Dokumentasi pembuatan MOL

Mencampur semua bahan yang telah di bawa kedalam ember dan diaduk secara
merata, kemudian dimasukkan kedalam botol 1,5 liter.

Membuat selang untuk menhubungkan botol yang berisi campuran bahan tadi
dengan botol 500 ml yang berisi air bersih.
Sebelum menyatukan botol 1 dan 2, melubangi tutup botol untuk dimasukkan
selang, lalu pada bagian atas tutup botol diberi malam agar tidak ada udara yang
masuk. Seletah itu membuka tutup botol yang berisi air agar gelembung dari MoL
keluar.

Dokumentasi selama pengamatan MOL

H+1 H+3 H+7

H+10 H+14 H+21


LAMPIRAN

Astuti, T., Amir, Y. S., G. Yelni, and Isyaturriyadhah. 2014. The Result of
Biotechnology by Local Microorganisms to Banana Peel on Rumen
Fluid Characteristics as Ruminant Feed. Advanced Agricultural
Technologies, 1(1): 28-31.
Budiyani, Ni K., Soniari, Ni N., dan Sutari, Ni W. S. 2016. Analisis Kualitas
Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang.
Agroekoteknologi Tropika, 5(1): 63- 72.
Salamah Z. 2016. Pemanfaatan Mikroorganisme Lokal (MOL) Maja Untuk
Meningkatkan Kualitas Pertumbuhan Tanaman Sawi Cv. Tosakan. Prosiding
Symbion,695-710.
Huebsch Russell. 2017. The effects of pH on Bacterial Growth. Journal of Science.
1(3): 30-34.
Ekowati, T., E. Prasetyo, and Handayani. 2018. The Factors Influencing
Production and Economic Efficiency of Beef Cattle Farm in Grobogan
Region, Central Java. The Indonesian Tropical Animal Agriculture, 43(1):
76-84.
Marsiningsih, N. W., A. A. N. G. Suwastika dan N. W. S. Sutari. 2015. Analisis Kualitas
Larutan Mol (Mikroorganisme Lokal) Berbasis Ampas Tahu.Agroteknologi, 4(3):
180-
190.

Nisa, K. 2016. Memproduksi Kompos Mikro Organisme Lokal (MOL). Jakarta


Timur: Bibit Publisher.

S-ar putea să vă placă și