Sunteți pe pagina 1din 21

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penyakit inflamasi pada sistem pencernaan sangat banyak, diantaranya appendisitis
dan divertikular disease. Appendisitis adalah suatu penyakit inflamasi pada apendiks
diakibanya terbuntunya lumen apendiks. Divertikular disease merupakan penyakit
inflamasi pada saluran cerna terutama kolon. Keduanya merupakan penyakit inflamasi
tetapi penyebabnya berbeda. Appendisitis disebabkan terbuntunya lumen apendiks.
dengan fecalit, benda asing atau karena terjepitnya apendiks, sedang diverticular
disebabkan karena massa feces yang terlalu keras dan membuat tekanan dalam lumen
usus besar sehingga membentuk tonjolan-tonjolan divertikula dan divertikula ini yang
kemudian bila sampai terjepit atau terbuntu akan mengakibatkan diverticulitis.
Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara berkembang,
namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara bermakna, yaitu 100
kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi. Kejadian ini mungkin
disebabkan perubahan pola makan, yaitu Negara berkembang berubah menjadi makanan
kurang serat. Menurut data epidemiologi apendisitis akut jarang terjadi pada balita,
meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an,
sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa. Sedangkan insiden diverticulitis
lebih umum terjadi pada sebagian besar Negara barat dengan diet rendah serat. Lazimnya
di Amerika Serikat sekitar 10%. Dan lebih dari 50% pada pemeriksaan fisik orang
dewasa pada umur lebih dari 60 tahun menderita penyakit ini.
Apendisitis dan divertikulitis termasuk penyakit yang dapat dicegah apabila kita
mengetahui dan mengerti ilmu tentang penyakit ini. Seorang perawat memiliki peran
tidak hanya sebagai care giver yang nantinya hanya akan bisa memberikan perawatan
pada pasien yang sedang sakit saja. Tetapi, perawat harus mampu menjadi promotor,
promosi kesehatan yang tepat akan menurunkan tingkat kejadian penyakit ini.

2. Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan ini adalah untuk dapat memahami asuhan keperawatan
appendicitis yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan ini adalah :
1. Dapat melakuka pengkajian pada pasien dengan appendicitis
2. Dapat melakukan rumusan diagnosa keperawatan appendicitis
3. Dapat merencanakan tindakan keperawatan appendicitis
4. Dapat melakukan implementasi keperawatan appendicitis
5. Dapat melakukan evaluasi tindakan keperawatan appendicitis

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Definisi

Appendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada
sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ).

Appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan


penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 ).

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Smeltzer, 2001).

2. Etiologi
Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun
terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi
yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya
disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia jaringan
limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan
striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah
fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007).

3. Manifestasi Klinis

a. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya demam ringan


b. Mual, muntah
c. Anoreksia, malaise
d. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney
e. Spasme otot
f. Konstipasi, diare

(Brunner & Suddart, 1997)

3
4. Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau


tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing.
Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen
atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam
kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.

Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat


disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak
adanya fekalit dalam lumen appendik. Adanya benda asing seperti : cacing,striktur
karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya.Sebab lain misalnya :
keganasan ( Karsinoma Karsinoid )

Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa


terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding
appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena
itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu
dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian
timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang
timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan
rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah,
dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal,
keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak karena omentum
masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang
lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua
karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat.Bila
appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul
dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis.

4
5. Penatalaksanaan

Pada appendiksitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks.
Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi
fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang tidak merangsang
persitaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain di perut kanan bawah.
a. Tindakan pre operatif, meilputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan
kompres untuk menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirabaring dan
dipuasakan.
b. Tindakan operatif ; appendiktomi.
c. Tindakan post operatif, satu laporatomi pasca bedah klien dianjurkan untuk
duduk tegak di tempat tidur seama 2 x 30 menit, han berikutnya makanan lunak
dan berdiri tegak di luar kamar, han ketujuh luka jahitan diangkat, klien pulang.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Identitas Klien

Inisial : Tn ”P”

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : SMA

Pekerjaan :-

Agama : Islam

Alamat : Jl.Ketapang No.36

Tanggal MRS : 28 Oktober 2018

Operasi Tanggal : 28 Oktober 2018

Tanggal Pengkajian : 29 Oktober 2018

No. Med. Rec : 114251

Diagnosa Medis : Appendicitis Akut

5
Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny”U”

Umur : 45 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wirausaha

Alamat : Jl.Ketapang No.36

Hubungan dengan klien : Ibu

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Pada saat pengkajian pada tanggal 26 Desember 2012 klien mengatakan nyeri

di daerah perut 1/3 bawah sebelah kanan. Yang sudah di operasi dan semakin

nyeri bila bergerak.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

P :  3 jam yang lalu, klien post operasi appendiktomi

Q : Klien merasakan nyeri dengan skala 7-8

R : Klien merasakan nyeri pada daerah luka bekas operasi yaitu di daerah

1/3bawah abdomen bagian dexstra (kanan).

S : Nyeri yang dirasakan seperti menusuk-nusuk dan menganggu aktivitas

terutama pada waktu klien bergerak seperti duduk, berdiri

T : Nyeri pada daerah luka bekas operasi dirasakan klien semakin lama

nyeri semakin meningkat teruama pada waktu berangkat

3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien tidak pernah menderita penyakit seperti ISPA, TB Paru dan Hepatitis

6
4) Riwayat Kesehatan dalam Keluarga

Dalam keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti ISPA, TB Paru

dan Hepatitis.

c. Riwayat Psikososial

1) Riwayat Sosial

Hubungan klien dengan lingkungan di sekitar rumah sakit, hubungan klien

dengan perawat baik (mampu berkomunikasi)

2) Riwayat Psikologis

Klien merasa cemas dengan tindakan yang telah dilakukan

3) Riwayat Spirital

Klien beragama islam, di rumah klien rajin beribadah tetapi dirumah sakit

klien tidak dapat beribadah karena keadaan masih sakit

d. Pola Aktivitas Sehari-hari

No Aktivitas Aktivitas Masuk Rumah Sakit Setelah Masuk Rumah

Sakit

1 Pola nutrisi pola

Makan Makan 3 x sehari dengan porsi  3 jam post operasi klien

sedang, dihabiskan, jenis diet belum dapat makan dan

sayur-sayuran, tahu, tempe, ikan, klien belum platus

daging dan lain-lain

Masalah Tidak ada masalah Ada masalah

Minum 7-8 gelas/hari 1 gelas susu setiap Minum air putih 1-2 gelas

pagi dibatasi karena belum

platus

Masalah Tidak ada masalah

7
Ada masalah

2 Pola Eliminasi 3 x sehari, konsistensi padat warna

BAB kuning Belum BAB

Tidak ada masalah

Masalah 4-5 sehari, warna kuning jernih Ada masalah

BAK 3x sehari, warna kuning

Tidak ada masalah pekat

Masalah Ada masalah

3 Pola stirahat Klien jarang tidur siang

Tidur siang Tidak ada masalah 1-3 jam/hari

Masalah 7-8 jam/hari Ada masalah

Tidur malam Tidak ada masalah 7-8 jam/hari

Masalah Ada masalah

Bekerja dan istirahat

4 Pola aktivitas Tidak ada masalah Setelah di rawat dan di

Masalah operasi klien tidak dapat

melakukan aktivitas sendiri

arena ada nyeri dan sangat

membutuhkan perhatian

sehingga setiap kebutuhan

ADL nya selalu dibantu

oleh keluarga

Klien tampak lebih banyak

5. Personal Hygiene 2 x sehari istirahat di rumah sakit

8
Mandi Selama dirawat hanya dilap

1 x sehari saja

Keramas 3 x sehari Tida keramas

Gosok gigi 2 x sehari 2 x sehari

Ganti baju Tidak ada masalah 1 x sehari

Masalah Tidak ada masalah

e. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

K/U : Lemah tampak gelisah

Kesadaran umum : Composmentis

Ekspresi wajah : Meringis menahan sakit

Suhu : 37,10 C

RR : 20 x/menit

Nadi : 76 x/menit

T/D : 110/80 mmHg

2) Kulit

Turgor : Elastis

Warna kulit : Putih

Oedema : Tidak ada

3) Kepala

Bentuk : Simetris

Warna rambut : Hitam

Kebersihan : Cukup

9
4) Mata

Bentuk : Simetris

Penglihatan : Baik (dapat melihat tanpa menggunakan alat Bantu)

Konjugtiva : Ananemis

Pupil : Isokor

Sklera : Tidak ikterik

5) Telinga

Bentuk : Simetris

Pendengaran : Baik (dapat mendengar tanpa alat Bantu)

Kebersihan : Bersih (tidak ada serumen atau darah)

6) Hidung

Bentuk : Simetris

Penciuman : Baik (dapat membedakan bau-bauan)

Kebersihan : Bersih (tidak perdarahan atau sekret)

7) Mulut

Gigi : Lengkap

Bibir : Kering pecah-pecah

Kebersihan : (Tidak ada caries)

8) Leher

Bentuk : Simetris

Gerakan : Baik (dapat geropasi, flexi dan ekstensi)

Kebersihan : Bersih (tidak ada kaki/kotoran)

9) Dada

Bentuk : Simetris

Pada insfeksi : Frekuensi 20 x/menit

10
Pada palpasi : Adanya getaran dinding dada

Pada perkusi : Resonansi (apru normal)

Aukkultasi : Tidak terdapat ronchi dan whizzing

10) Abdomen

Bentuk : Datar, ada bekas luka operasi kondisi luka

8 cm x 3 cm, 6 jahitan

Hati : Tidak ditemukan adanya pembesaran hati

Nyeri : Ada nyeri pada perut kanan bawah karena bekas luka

operasi, skala nyeri 7-8

11) Genetalia

Bentuk : Normal (tidak ada pembengkakan)

Kelainan : Tidak ada pembengkakan

12) Sistem syaraf

Aktivitas motorik : Normal – ekstremitas atas dapat melakukan flexi dan

ekstensi

– ekstremitas bawah dapat melakukan flexi dan

ekstensi

Sensori : Baik (ada respons terhadap rangsangan)

f. Pemeriksaan Penunjang

Jenis Periksa Metode Hasil Normal

Matologi Automated cell L 13,2-1/3g/dL


136
Hemoglobin Counted P 11,1-15,5g/dL

Automated cell L:40-54%


Hematocrit 41
Counted P:35-47%

Lekosit Automated cell 17;900 4000-11000/CMM

11
Counted

Automated cell
Trombosit 326,000 200,000-400,000/UL
Counted

Golongan darah A B O system O A/B/O/AB

Clooting Time Leae white 7’ <15 menit

Bleading Time Duke 2’ 1-6 menit

g. Pengobatan

1) Infus (IVFD) RL gtt 20 x/menit

2) Inj. Ceftizoxime 2 x 500 mg/iv

3) Inj. Sagestan 2 x 80 mg/iv

4) Neuralgad tablet 3 x 500 m/oral

2. Analisa Data

No Data Kemungkinan Penyebab Masalah

1 Data Subjektif : Nyeri


Peradangan pada
- Klien mengatakan daerah
appendiks
bekas luka operasi terasa nyeri

Data Objektif :
Tindakan operatif
- Keadaan umum lemah

- Klien tampak gelisah

- Ekspresi wajah tampak Luka operasi

meringis

- Suhu 37,10C Terputusnya jaringan

- Nadi 76 x/menit syaraf

- RR 20 x/menit
(diskontinuitas jaringan)

12
- TD : 110/80 mmHg

- Skala nyeri post operasi 3 Reseptor nyeri

7-8 (1-10)

P x L : 8 cm x 2 cm, 6

Afferent

Medulla spinalis

Efferent

Nyeri

No Data Kemungkinan Penyebab Masalah

2 Data Subjektif : Resiko tinggi


Appendiks
- Klien mengeluh belum platus terjadinya

lebih kurang 3 jam post operasi ketidak


Tindakan operasi
nyeri pada luka post operasi seimbangan
(appendiktomi)
Data Objektif : cairan

- Keadaan umum lemah


General anastesi
- Klien masih puasa dan belum

flatus

- Mukosa bibir kering


Relaksasi otot abdomen
Suhu : 37,10C

Nadi : 76 x/menit

13
TD : 110/80 mmHg

Respirasi : 20 x/menit Penurunan peristaltic usus

Klien dapat therapy IVFD : RL,

D5, NaCL + gtt 20 x/menit

- Klien post operasi dengan GA Belum flatus

(Genera anastesi)

Dapat puasa

(perubahan intake)

Resiko terjadinya

Ketidak seimbangan cairan

No Data Kemungkinan Penyebab Masalah

3 Data Subjektif : Tindakan operatif Resiko tinggi

- Klien mengeluh nyeri pada terhadap


(appendiktomi)
luka post operasi infeksi

Data Objektif :
Luka operasi
- Adanya luka post operasi yang

masih basah
Diskontinuitas jaringan
K / U : Lemah

P x L : 8 cm x 2 cm, 6 jahitan

Suhu 37,10C
Factor usia (lansia)
Respirasi : 20 x/menit

T / D : 110/80 mmHg

14
Skala nyeri : 7-8

Proses aging

Penurunan imunitas

tubuh

Invasi kuman

Resiko infeksi

3. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka operasi

b. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan pembatasan

intake post operasi

c. Resiko tinggi terjadinya infkesi berhubungan dengan diskontinuitas jaringan post

operasi

15
4. Intervensi Keperawatan

Nama Pasien : Tn “p” Hari/Tanggal : Senin 29 Oktober 2018


Jenis Kelamin : Laki-laki No.Register : 11 42 51

Nama
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasionalisasi &
Keperawatan
Paraf
1. Gangguan Setelah di 1. Kaji sekala 1.Untuk
rasa nyaman lakukan nyeri mengetahui rasa
nyeri b.d asuhan 2. Anjurkan nyeri
proses keperawatan pasien 2.Dengan
inflamasi Dalam waktu menggunakan diberikan kopres
2x24 jm buli-buli panas diharapkan
1.Nyeri yg untuk adanya
dirasakan menghangatka vasodilatasi
pasien hilang. n abdomen sehingga nyeri
3. Gunakan berkurang
2.Pasien tidak teknik 3.dengan
meringis distraksi pemberian anti
(tidak nyeri 4. Kolaborasi emitik bisa

2. Ancietas b.d pada saat dgn tim dokter mengurangi


tindakan ditekan bagian dalam mual dan
pembedahan abdomen) pemberian muntah.
yang obat analgesic
dilakukan Setelah di
lakukan
asuhan
keperawatan 1. Untuk
1. Kaji tingkat mengetahui
Dalam waktu
pengetahuan klien sejauh mana
2x24 jm terhadap penyakitnya pengetahuan
2. Beri penjelasan klien tentang
Cemas teratasi
tentang penyakit klien penyakitnya
3. Motivasi klien bahwa2. Dapat
klien dapat sembuh mengurangi
kecemasan yang

16
dirasakan klien
3. Dapat
meningkatkan
semangat klien
dalam
menghadapi
tindakan
pembedahan.

Nama Pasien : Tn “P” Hari/Tanggal : Senin, 29 Oktober 2018


Jenis Kelamin : Laki-laki No.Register : 11 42 51

No. DK Jam Tindakan Hasil Nama


&
Paraf
1 09:00 1. Berikan makanan 1. Dapat
dengan porsi kecil mempertahankan
sedikit tapi sering nutrisi
2

1. Mengkaji tingkat 1. Hasil skala nyeri 6


nyeri dengan dari (0-10)
menggunakan
skala nyeri 0-10

- Skala 0 : Tidak ada


nyeri
- Skala 1-3 : Nyeri ringan
- Skala 4-6 : Nyeri sedang
- Skala 7-9 : Nyeri berat
2. Pasien merasa
- Skala 10 : Nyeri yang tak
nyaman
tertahankan

2. Mengistirahatkan
pasien pada saat
3. Pasien tenang dan
nyeri muncul

17
3. Mengajarkan nyaman
tehnik distraksi 4. Dapat memberikan
pada saat nyeri ruang gerak terhadap
4. Mengajarkan nyeri
tehnik relaksasi 5. Pemberian ranitidine
napas dalam, saat
nyeri muncul

5. Berkolaborasi
dengan tim medis
lainnya dalam
pemberian
analgesic

5. Evaluasi

No Diagnosa Jam Evaluasi Nama & TT


Keperawatan Perawat
1 Gangguan rasa 11:00 S:Klien mengatakan nyeri berkurang
nyaman nyeri b.d O : Klien tampak tenang dengan
proses inflamasi skala 1-3
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

2
Ancietas b.d 13:00 S : Klien mengatakan sudah tidak
tindakan terlalu cemas lagi terhadap tindakan
pembedahan yang pembedahan yang akan dilakukan
dilakukan O : Klien tidak bertanya-tanya lagi
tentang penyakitnya
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

18
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Appendicitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab

abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-

laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai

30 tahun (Mansjoer:2000).

Appendicitis merupakan unflamasi apendiks, suatu bagian seperti kantung yang non

fungsional dan terletak dibagian inferior sekum. Penyebab paling umum dari appendicitis

adalah abstruksi lumen oleh feses, yang akhirnya merusak suplai darah dan merobek

mukosa yang menyebabkan inflamasi (Ester:2000)

2. Saran
a) Bagi Pendidikan Akper Sapta Karya Palembang

Pada pendidikan diharapkan dapat menggunakan makalah ini sebagai bahan untuk

dapat meningkatkan kualitas bagi mahasiswa.

b) Bagi Petugas Kesehatan RS Islam Malahayati

Diharapkan dapat meningkatkan lagi penyuluhan tentang Appendicitis di Poliklinik

kepada masyarakat yang berobat agar pengetahuan masyarakat tentang Appendicitis

lebih baik dan masyarakat dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat

menyebabkan terjadinya Appendicitis.

19
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC

Catzel, Pincus.1995. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta: EGC.

Dongoes. Marilyn. E.dkk 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencana

Pendokumentasian Perawatan Klien.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media

Aesculapius.

Sabiston, D.C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC.

Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawtan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta: EGC

Burner and suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.volume 2. Jakarta

: EGC.

Engram, Barbara, 1994. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta : EGC.

Perry & Potter, 2006, Fundamental Keperawatan volume 2.Jakarta : EGC.

Marylin E. Doenges.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC

Mansjoer. A.dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media

Aesculapius

Johnson, Marion,dkk.2000. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri:

Mosby Yearbook,Inc.

Mc. Closkey, Joanne. 1996. Nursing Intervention Classsification (NIC). St. Louis, Missouri:

Mosby Yearbook,Inc.

http://ilmukeperawatananakapridoni.blogspot.com

https://kumpulanaskep.wordpress.com

20
21

S-ar putea să vă placă și