Sunteți pe pagina 1din 4

KEPERCAYAAN DALAM ISLAM

A. DEFINISI KEPERCAYAAN

Menurut Mayer, Davis dan Schoorman (1995) kepercayaan adalah kesediaan seseorang untuk menjadi
rentan terhadap tindakan pihak lain berdasarkan harapan bahwa yang lain akan melakukan tindakan
tertentu yang penting untuk trustor, terlepas dari kemampuan untuk memantau atau mengontrol pihak
lain. Kepercayaan refleksi sebuah harapan, asumsi atau keyakinan seseorang tentang kemungkinan
bahwa tindakan seseorang dimasa mendatang akan bermanfaat, baik, dan tidak merusak
kepentingannya.

Lewicky dan Wiethoff (2000) mendeskripsikan kepercayaan sebagai keyakinan individu dan kemauan
untuk bertindak atas dasar kata- kata, tindakan, dan keputusan orang lain. Hal-hal yang dapat
menyebabkan seseorang mempercayai orang lain yaitu berkembangnya sistem kepercayaan melalui
pengalaman hidup seseorang, aturan atau norma yang ada pada lembaga atau masyarakat dan adanya
pengalaman saat menjalin hubungan.

Kepercayaan dasar Islam dapat ditemukan pada dua kalimah shahādatāin (“dua kalimat persaksian”),
yaitu “Laa ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah” — yang berarti “Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad
adalah utusan Allah”. Kepercayaan utama Islam itu menyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah; yang
esa dan sejati, dan Muhammad merupakan rasul Allah.

Dalam islam, ada 6 hal yang harus dipercayai atau diimani oleh seorang Muslim yang biasa disebut
dengan rukun iman. Rukun iman tersebut adalah sebagai berikut :

1. Iman kepada Allah Tidaklah ada seseorang mengatakan beriman kepada Allah sampai dia
mengimani 4 perkara yakni:
a.Mengimani bahwa adanya Allah Swt
b.Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada lagi yang menguasai, mengatur dan mencipta
alam semesta terkecuali Allah
c.Mengimani pada uluhiah Allah bahwa tak ada sesembahan yang berhak untuk disembah
kecuali Allah dan meniadakan segala sesembahan selain Allah Swt.
d.Mengimani untuk semua dan segala sifat Allah yang Allah sudah tetapkan untuk diriNya dan
yang Nabi Muhammad Saw yang telah tetapkan untuk Allah, serta selalu menjauhi Tahrif, takyif,
tamtsil dan tathil.
1. Iman kepada Para Malaikat Adapun maksud kita wajib untuk membenarkan bahwa para malaikat
tersebut memiliki wujudnya dimana Allah Swt telah menciptakan mereka dari cahayaNya.
Mereka ialah makhluk dan hamba Allah yang senantiasa patuh dan beribadah selalu kepadaNya.
Allah Swt berfirman:
Artinya: “Dan malaikkat-malaikat yang di sisiNya, merekka tiada memiliki rasa anggkuh untuk
menyyembahNya dan tiada (pula) merassa letih. mereka sellalu bertasbih malam dan sianng
tiada henti-henttinya” (QS. Al-Anbiya: 19-20)
Kita mesti wajib untuk mengimani secara rinci pada setiap malaikat yang kita sudah ketahui
namanya semisal Jibril, Mikail dan Israil. Adapun yang kita tak ketahui namanya maka kita
mengimani hal tersebut secara universal. Diantara bentuk beriman kepada mereka ialah
mengimani pada setiap tugas dan amalan mereka yang tersebut didalam Al-Quran dan hadits
yang sahih, semisal mengantar wahyu, mencabut nyawa, menurunkan hujan dan seterusnya.
1. Iman kepada kitab-kitab Allah Kita mengimani bahwa untuk seluruh kitab Allah ialah kalamNya,
dan kalamullah itu bukanlah makhluk karena kalam merupakan sebuah sifat Allah dan sifat Allah
itu bukanlah makhluk Kita juga mesti wajib dalam mengimani secara merinci untuk semua kitab
yang namanya telah disebutkan didalam Al-Quran semisal taurat, injil, zabur, suhhuf ibrahim dan
suhhuf musa. Sementara yang tak kita ketahui tentang namanya maka kita hanya bisa
mengimaninya secara universal bahwa Allaw Swt memiliki kitab lain selain daripada apa yang
telah diterangkan untuk kita. Secara khusus mengenai Al-Quran bahwa kita hanya wajib
mengimani bahwa dia adalah penghapus hukum dari semua kitab suci yang telah turun
sebelumnya. Sesuai dengan firman Allah Swt: Artinya: “Dan kami telah turunkan kepadamu Al-
Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab
(yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.”(QS Al-
Maidah:48)
1. Iman kepada para nabi dan rasul Allah Penjelasan tentang rukun iman yang keempat yakni
mengajak kita untuk mengimani bahwa terdapat diantara laki-laki yang ada dikalangan manusia
yang telah dipilih oleh Allah Swt menjadi perantara untuk diri-Nya bersama dengan para
makhluknya. Namun, mereka semua tetaplah menjadi manusia biasa yang sama sekali tidak
memiliki sifat-sifat dan hak-hak persoalan ketuhanan, karenanya dengan menyembah para nabi
dan rasul ialah kebatilan yang nyata. Wajib mengimani berarti semua wahyu nabi dan rasul
tersebut itu benar dan memiliki sumber dari Allah Swt. Karena itu siapa saja yang telah
mendustakan kenabian dari salah seorang diantara mereka maka itu sama saja bahwa dia telah
mendustakan semua nabi yang lainnya. Karena itu Allah Swt mengafirkan nasrani dan yahudi
tatkala tidak mengimani kepada Nabi Muhammad aw dan Allah telah mendustakan untuk
keimanan mereka kepada Isa dan Musa As, karena itu mereka tak beriman kepada Nabi
Muhammad Saw. Juga wajib untuk mengimani secara merinci pada setiap nabi dan rasul yang
telah kita ketahui namanya. Sementara yang tak kita ketahui mengenai namanya maka kita mesti
wajib untuk mengimaninya secara menyeluruh. Seperti Firman Allah Swt: “Sesungguhnya Kami
telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh
dan Nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim,
Ismail, Ishak, Ya’qub dan anak cucunya, ‘Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami
berikan Zabur kepada Daud” (QS. An Nisa:163).
“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada
yang kami ceritakan kepadamu dan diantara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan
kepadamu” (QS. Mu’min:78).
1. Iman kepada Hari Akhir Disebut sebagai hari akhir sebab dia merupakan hari terakhir untuk
dunia ini, tak ada lagi untuk hari esok. Hari akhir merupakan hari dimana Allah Swt telah
mewakafkan untuk seluruh makhluk yang masih hidup pada saat itu kecuali yang Allah
perkecuallikan, lalu mereka semua akan dibangkitkan untuk bisa mempertanggungjawabkan
amalan yang telah mereka lakukan. Allah Swt berfirman:” sebagaimanan Kami telah memulai
penciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya, janji dari Kami, sesungguhnya Kami
pasti akan melakukannya.” (QS. Al-Anbiya: 104)
“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An Nisa:65) Inilah makna dari rukun iman Hari Akhir secara
khusus, meskipun pada dasarnya bahwa beriman kepada hari akhir itu meliputi 3 perkara,
dimana siapa saja yang akan mengingkari salah satunya maka pada hakikatnya dia tak beriman
untuk hari akhir. Ketiga perkara tersebut adalah:
a) Mengimani untuk semua yang akan terjadi di Alam Barzakh yakni alam diantara akhirat dan
dunia berupa fitnah kubur oleh 2 malaikat, nikmat kubur untuk yang lulus dari fittnah, dan
siksa kubur untuk mereka yang tidak selamat darinya.
b) Mengimani untuk tanda-tanda hari kiamat, baik itu tanda-tanda kecil yang jumlahnya
puluhan, maupun tanda-tanda besar yang para ulama sebutkan jumlahnya ada 10 yang
diantaranya: munculnya seorang imam Mahdi, keluarnya Dajjal, turunnya nabi Isa As,
keluarnya Ya’juj dan Ma’jun dan seterusnya sampai terbitnya matahari dari sebelah barat.
c) Mengimani untuk semua yang akan terjadi sesudah kebangkitan. Dan kejadian tersebut jika
mau disistematiskan yakni: kebangkitan lalu berdiri di area padang mahsyar, kemudian
telaga, lalu di hisab atau (tanya jawab dan pembagian kitab), mizan atau (penimbangan
amalan), sirath, neraka, qintharah atau (titian kedua sesudah shirath), dan yang terakhir
ialah surga.
1. iman kepada takdir yang baik dan yang buruk. Maksudnya disini bahwa kita wajib untuk
mengimani bahwa semua yang telah Allah Takdirkan, apakah itu kejadiannya baik dan buruk
maka itu semua bersumber dari Allah Swt. Beriman kepada takdir Allah tersebut tidak terangap
sempurna sampai mengimani 4 perkara.
a) Mengimani bahwa memang Allah Swt mengimani segala sesuatu tentang kejadian, yang
buruk maupun baik. Bahwa Allah telah mengetahui segala kejadian yang sudah berlalu, yang
sedang terjadi, dan yang belum terjadi, serta semua kejadian yang tak terjadi seandainya
terjjadi maka Allah mengetahuinya bagaimana itu terjadi. Allah Swt berfirman: “Agar kamu
mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas seggala sesuatu, dan sesungguhnnya Allah
ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu” (QS Ath-Thalaq:12)
b) Mengimani bahwa Allah Swt sudah menuliskan segala takdir dari makhluk yang ada di lauh
al-Mahfuzh, 50 ribu tahun sebelumnya dia mencipptakan bumi dan langit. Dari Abdullah bin
‘Amr bin Al-‘Ash Ra dia telah berkata: Sayya pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Allah tellah menuliskan takkdir bagi semua makhluk 50.000 tahun sebelum Allah
menciptakan langit dan bumi” (HR. Muslim No.4797).
c) Mengimani bahwa tak ada satupun gerakkan dan diammnya makhluk dilangit, dibumi dan
diseluruh allam semesta kecuali semuanya baru terjadi sesudah Allah menghendaki.
Tidakklah makhhluk bergerrak kecualli dengan kehenndak dan izinNya, sebagaimana tidaklah
merreka diam dan tidakk bergerak kecuali sesudah ada kehendak dan izin dari-Nya. Allah
Swt berfirman yang berarti “Dan Kamu tidak dapat menghendaki (mengerjakan sesuatu)
keccuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam” (QS. At-Takwir:29)
d) Mengimani bahwa untuk seluruh makhluk itu tanpa terkecuali, zat mereka beserta untuk
seluruh sifat dan perbuatan mereka ialah makhluk ciptaan Allah Swt.
Daftar Pustaka
Agustian, A.G. 2008. The ESQ Way 165, 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta:
ARGA Publishing.

S-ar putea să vă placă și