Sunteți pe pagina 1din 7

Simulasi Banjir Pada Sungai Krueng Jambo Aye Kabupaten Aceh Utara

Menggunakan HEC-RAS
Aspian Hutajulu,1 Amir Fauzi2 Yulizar3
1
Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia
2,3
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia.
*corresponding author, email: aspianhutajulu@gmail.com

Abstract
The area around Krueng Jambo Aye River always experiences flooding due to overflowing during rainy
season. This problem occurs from year to year, so flood mitigation is needed to protect the surrounding area due
to overflowing in Krueng Jambo Aye. Average flooding that occurs as high as 50 cm to 1.5 m. Based on this
problem, a study was conducted on flood modeling in Krueng Jambo Aye to predict flood discharge and to conduct
flood control that occurred in the Jambo Aye Krueng River. The purpose of this study is to predict the magnitude
of flood discharge during the rainy season and to assess flood mitigation to provide information on flood mitigation
solutions. The first step of this study was to collect the Krueng Jambo Aye River discharge data for 18 years from
1980 to 1997. To get a discharge of the 25 year period plan based on available data, the Maximum Likelihood
Method approach is used. Hydraulics analysis is carried out by calculating river capacity through cross section
and longitudinal cross section. This modeling uses HEC-RAS 4.1 software. From the calculation results obtained
plan flood discharge with Q5 = 884,720 m3/s, Q10 = 1019,833 m3/s and Q25 = 1198,442 m3/s. The planned flood
discharge used for running the HEC-RAS 4.1 (Hydrological Engineering Center - River Analysis System) software
is discharge of the 25 year period plan. The highest runoff occurred in cross 312 with a flood height of 3.56 m.
The flood prevention solution used is the construction of dikes. The dikes to be built has a height of 1 meter and a
width of 4 meters. The section of the river which has runoff as many as 121 cross from a total of 132 cross on the
river’s observation.

Keywords : River, flood discharge, maximum likehood method, HEC-RAS, dikes.

Abstrak
Daerah di sekitar Sungai Krueng Jambo Aye selalu mengalami banjir akibat air sungai yang meluap pada
saat musim hujan tiba. Permasalahan ini terjadi dari tahun ke tahun sehingga perlu dilakukan penanggulangan
banjir untuk melindungi wilayah sekitar akibat air sungai yang meluap di Krueng Jambo Aye. Rata-rata banjir
yang terjadi setinggi 50 cm sampai 1,5m. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian tentang
pemodelan banjir pada Krueng Jambo Aye untuk memprediksi debit banjir dan melakukan upaya pengendalian
banjir yang terjadi pada Sungai Krueng Jambo Aye. Tujuan penelitian ini adalah memprediksi besarnya debit
banjir selama musim hujan dan untuk mengkaji penanggulangan banjir untuk memberikan informasi terhadap
solusi penanggulangan banjir. Langkah awal dalam studi ini adalah melakukan pengumpulan data debit Sungai
Krueng Jambo Aye selama 18 tahun dari tahun 1980 sampai dengan 1997. Untuk mendapatkan debit periode
ulang selama 25 tahun berdasarkan data yang tersedia, maka digunakan pendekatan Maximum Likelihood
Method. Analisis hidrolika dilakukan dengan menghitung kapasitas sungai melalui penampang melintang dan
penampang memanjang. Pemodelan ini menggunakan software HEC-RAS 4.1. Dari hasil perhitungan diperoleh
debit banjir rencana dengan Q5 = 884,720 m3/s, Q10 = 1019,833 m3/s dan Q25 = 1198,442 m3/s. Debit banjir
rencana yang digunakan untuk running software HEC-RAS 4.1 (Hydrologic Engineering Centre - River Analysis
System) tersebut digunakan debit rencana dengan periode ulang 25 tahun. Limpasan tertinggi terjadi pada cross
312 dengan tinggi banjir sebesar 3,56 m. Solusi penanggulangan banjir yang digunakan adalah pembangunan
tanggul. Tanggul yang akan dibangun memiliki tinggi jagaan 1 meter dan lebar 4 meter. Bagian sungai yang
mengalami limpasan sebanyak 121 cross dari total 132 cross pada sungai tinjauan.

Kata kunci : Sungai, debit banjir, maximum likehood method, HEC-RAS, tanggul.
Q25 = 1198,442 m3/s. Debit banjir rencana yang
1. Pendahuluan digunakan untuk simulasi software HEC-RAS 4.1
(Hydrologic Engineering Centre - River Analysis
Daerah di sekitar Sungai Krueng Jambo Aye System) adalah debit banjir periode ulang 25 tahun.
selalu mengalami banjir akibat air sungai yang meluap Periode ulang 25 tahun dipilih karena sebagai syarat
pada saat musim hujan tiba. Curah hujan yang tinggi untuk pembangunan tanggul.
serta kapasitas sungai yang tidak mampu menampung Hasil simulasi banjir pada sungai kondisi
debit pada saat hujan menjadi permasalahan utama. sebelum dipasang tanggul, banjir tertinggi yang terjadi
Dikutip dari detik.com banjir yang terjadi rata-rata adalah 3,56 m yang terletak pada cross 312 dengan
setinggi 50 cm sampai 1,5m. Permasalahan ini terjadi kondisi lahan perkebunan dan pemukiman. Hasil dari
dari tahun ke tahun sehingga perlu dicari solusi untuk simulasi banjir sungai dengan pembangunan tanggul
melindungi wilayah sekitar akibat air sungai yang membuktikan bahwa tanggul dapat menanggulangi
meluap dan mengurangi resiko terjadinya banjir di semua limpasan (overtopping) yang terjadi pada
Krueng Jambo Aye serta solusi penanggulangannya. Sungai Krueng Jambo Aye. Tanggul yang dibangun
Ruang lingkup pada penelitian ini adalah memiliki tinggi jagaan sebesar 1 m dan lebar mercu
melakukan simulasi banjir pada Sungai Krueng Jambo tanggul sebesar 4 m. Jika banjir yang tertinggi terjadi
Aye Kabupaten Aceh Utara. Debit banjir pada sungai pada cross 312 dengan tinggi 3,56 m, maka tanggul
tersebut dihitung dengan menggunakan pendekatan yang akan dibangun setinggi 4,56 m. Elevasi tanggul
Maximum Likelihood Method. Debit banjir yang telah pada masing-masing cross sungai disesuaikan dengan
didapat selanjutnya digunakan untuk simulasi banjir elevasi cross sungai yang akan dibangun tanggul.
sungai menggunakan software HEC-RAS 4.1 Tanggul yang dibangun berdasarkan debit kala ulang
(Hydrologic Engineering Centre - River Analysis 25 tahun. Bagian sungai tinjauan yang mengalami
System). Penanggulangan banjir menggunakan limpasan sebanyak 121 cross dan yang tidak
tanggul dan tidak sampai menghitung stabilitas mengalami limpasan sebanyak 11 cross yang terletak
tanggul yang akan dibangun. di bagian hilir sungai tinjauan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
dilakukan penelitian tentang simulasi banjir pada 2. Tinjauan Pustaka
Krueng Jambo Aye untuk memprediksi debit banjir
sebagai upaya pengendalian banjir yang terjadi pada 2.1 Banjir
Sungai Krueng Jambo Aye. Tujuan penelitian ini Banjir adalah air yang melimpas dari badan air seperti
adalah memprediksi besarnya debit banjir saat musim selokan, saluran, drainase, sungai, situ atau danau, dan
hujan tiba dan mengkaji penanggulangan banjir pada menggenangi bantaran serta kawasan sekitarnya
sungai tersebut untuk memberikan solusi (Siswoko, 2002). Definisi lain menyebutkan bahwa
penanggulangan banjir. banjir merupakan keadaan aliran air dan atau elevasi
Langkah awal dalam studi ini yaitu muka air dalam sungai atau kali atau kanal yang lebih
melakukan pengumpulan data debit Sungai Krueng besar atau lebih tinggi dari normal. Banjir
Jambo Aye selama 18 tahun dari tahun 1980 sampai menimbulkan masalah dan menjadi bencana akibat
dengan 1997 untuk mencari debit banjir periode ulang banjir dapat terjadi karena faktor alam dan faktor
25 tahun dengan data yang tersedia menggunakan manusia. Faktor alam yang dimaksud adalah hujan dan
pendekatan Maximum Likelihood Method. Analisis pengaruh air pasang (rob), sedangkan faktor manusia
hidrolika dilakukan dengan menghitung kapasitas adalah pengaruh perilaku dan perlakuan masyarakat
sungai melalui penampang melintang dan penampang terhadap alam serta lingkungannya yang antara lain
memanjang. Pemodelan ini menggunakan software mengakibatkan perubahan pada tata guna lahan.
HEC-RAS 4.1 dengan steady flow.
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa 2.2 Morfologi Sungai
memprediksi debit banjir pada Sungai Krueng Jambo Menurut Legono (1992) sistem sungai
Aye dan menemukan solusi untuk mencegah banjir dikelompokan menjadi 3 tipe sungai, yaitu:
pada Sungai Krueng Jambo Aye, dengan metode 1. Sungai lurus (Straight), adalah sungai yang
struktural maupun non struktural. Pemilihan metode aliran nya lurus.
ini didasari setelah hasil dari simulasi dengan 2. Sungai kelok (meandering) adalah sungai
menggunakan HEC-RAS 4.1. yang memiliki aliran berbelok-belok atau
Debit banjir rencana pada Sungai Krueng berkelok-kelok.
Jambo Aye ini didapat dengan menggunakan 3. Sungai teranyam (braided), adalah gabungan
pendekatan MLM (Maximum Likelihood Method). antara sungai lurus dan sungai kelok.
Dari hasil perhitungan diperoleh debit banjir rencana
dengan Q5 = 884,720 m3/s, Q10 = 1019,833 m3/s dan
2.3 Maximum Likelihood Method antara garis sempadan dan tepi luar kaki tanggul untuk
Maximum Likelihood Method atau Maximum sungai bertanggul. Menurut Peraturan Menteri
Likelihood Estimation adalah suatu pendekatan yang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
digunakan untuk mencari nilai X dengan cara Indonesia Nomor 28/PRT/M/2015 tentang Penetapan
memaksimalkan fungsi yang telah ada. Pendekatan ini Garis Sempadan Sungai dan Garis Sempadan Danau
dipakai luas dalam penafsiran suatu parameter menerangkan bahwa, :
distribusi data dan tetap dominan digunakan dalam 1. Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul
pengembangan percobaan-percobaan yang baru. di dalam daerah perkotaan ditentukan paling
Variable random X mempunyai nilai-nilai terbilang sedikit berjarak 10 meter dari tepi kiri dan
𝑥1 , 𝑥2 , … … 𝑥𝑛, dengan 𝑃𝜃 (𝑥) = 𝑃𝜃 (𝑋 = 𝑥) . Untuk kanan palung sungai sepanjang alur sungai,
menaksir nilai yang sebenarnya dari θ tersebut dari dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau
nilai-nilai obeservasi 𝑥1 , 𝑥2 , … … 𝑥𝑛. Sehingga untuk sama dengan 3 meter. Jika kedalaman sungai
setiap nilai θ yang mungkin perlu dipertimbangkan 3 – 20 meter, maka paling sedikit berjarak 15
probabilitas nilai 𝑥 diketahui bahwa nilai θ benar. meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
Semakin tinggi peluangnya, maka akan semakin sepanjang alur sungai. Jika kedalaman sungai
menjelaskan bahwa nilai θ dapat dijelaskan dengan 𝑥, lebih dari 20 meter, maka paling sedikit
dan θ akan semakin sering muncul. berjarak 30 meter dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai.
2.4 Analisa Hidrolika 2. Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul
Hidrolika adalah suatu ilmu yang di luar kawasan perkotaan ditentukan paling
mempelajari tentang sifat-sifat zat cair. Analisis sedikit berjarak 100 meter dari tepi kiri dan
hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
penampang eksisting dalam menampung debit 3. Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul
rencana. Analisis hidrolika ini terdiri dari analisa di luar kawasan perkotaan ditentukan paling
kapasitas sungai dan fisiografi sungai . sedikit 50 meter dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang alur sungai.
2.5 Kapasitas Tampungan Sungai 4. Garis sempadan sungai bertanggul di luar
Kapasitas tampungan sungai adalah kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit
kemampuan sungai untuk mengalirkan dan berjarak 5 meter dari tepi luar kaki tanggul
menampung aliran air pada suatu penampang. Apabila sepanjang alur sungai.
kapasitas tampungan sungai tidak mampu menampung 5. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam
aliran air yang ada, maka yang terjadi adalah air dari kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit
sungai akan meluap dan menggenangi daerah bantaran berjarak 3 meter dari tepi luar kaki tanggul
sungai. Kapasitas tampungan sungai dipengaruhi oleh sepanjang alur sungai.
pengendapan. Pengendapan ini berasal dari erosi
tanggul sungai yang melebihi batas normal dan
peristiwa sedimentasi di sungai tersebut (Kodoatie dan 2.8 Tanggul
Sugiyanto, 2002 : 78). Tanggul adalah suatu struktur yang dibangun
untuk mencegah banjir yang disebabkan oleh air
2.6 HEC-RAS (Hydrologic Engineering Centre- sungai yang meluap karena daya tampung sungai yang
the River Analysis System) sudah tidak mumpuni ke daerah bantaran sungai.
Software HEC-RAS (Hydrologic Engineering Tanggul menampung air sungai pada saat musim
Centre- the River Analysis System) merupakan hujan terjadi, sehingga menghasilkan muka air yang
perangkat lunak yang dikeluarkan oleh US Army lebih tinggi. Tanggul juga dapat ditemukan di
Corps of Engineers, digunakan untuk lakukan analisa sepanjang pantai, dimana gundukan pasir pantainya
data hidraulika pada sebuah sungai. Program dengan tidak cukup kuat, di sepanjang sungai untuk
versi ini dapat menangani jaringan saluran air secara melindungi banjir, di sepanjang danau atau polder.
penuh untuk kalkulasi aliran tunak (steady/ parameter Pembangunan tanggul biasa menggunakan debit banjir
aliran yang tidak berubah terhadap waktu). periode ulang 10 – 25 tahun. Jika sungai yang akan
dibangun tanggul terletak di dalam kota maka
2.7 Sempadan Sungai digunakan periode ulang 10 tahun. Jika sungai terletak
Sempadan sungai adalah daerah di sisi kiri di luar kawasan perkotaan digunakan periode ulang
dan kanan sungai yang bersebelahan dengan palung 25 tahun.
sungai. Sempadan sungai terdiri dari ruang di kiri dan
kanan palung sungai di antara garis sempadan dan tepi
palung sungai untuk sungai tidak bertanggul, atau di
2.9 Rencana Penanggulangan Banjir Analisa kondisi DAS meliputi analisa karakteristik
Pengendalian banjir dapat dilakukan dengan DAS, kerapatan jaringan sungai, dan kemiringan
dua metode, yaitu metode struktural atau metode fisik, sungai.
dan metode non struktural atau metode non fisik.
Masing masing dari metode tersebut memiliki jangka 4.1.1 Karakteristik DAS
waktu penanggulangan. Metode struktural biasa Hasil pengukuran dari peta DAS
memiliki jangka waktu yang relatif pendek. Maka menggunakan software ArcGis 10.1 diperoleh panjang
perlu dibarengi dengan metode non struktural yang sungai utama sungai Krueng Jambo Aye adalah 228
memiliki jangak waktu panjang. km dan luas total DAS Krueng Jambo Aye 4,520 km2.
Metode struktural adalah metode Panjang sungai yang dianalisis dalam pemodelan
pengendalian banjir dengan cara membangun banjir ini adalah 7,2 km. Panjang sungai tinjauan
bangunan atau struktur pengendalian banjir. adalah 172,76 km dan luas DAS tinjauan adalah 4,117
Contohnya adalah tanggul. km2. Dari peta situasi sungai diperoleh informasi
Metode non-struktural adalah metode bahwa pada bagian hulu DAS Krueng Jambo Aye
pengendalian banjir dengan cara tidak menggunakan berupa perkebunan dan hutan sekunder dan pada
bangunan pengendali banjir. Contoh metode non bagian hilir berupa perkebunan, dan permukiman. Peta
struktural ini adalah sosialisasi ke masyrakat tentang DAS tinjauan pemodelan banjir sungai Krueng Jambo
dampak banjir, dan penyuluhan untuk tidak Aye diperlihatkan pada Lampiran A.4.1 halaman 51.
membuang sampah sembarangan dan merawat daerah
sekitar bantaran sungai. 4.1.2 Kerapatan jaringan sungai
Indeks kerapatan sungai dihitung dengan
3. Metode Penelitian menggunakan Persamaan 2.4. Dari hasil perhitungan
Dalam metodologi pengumpulan data pada diperoleh luas DAS sebesar 4,117 km² dan panjang
penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data sungai keseluruhan termasuk anak-anak sungainya
sekunder. Data yang diperlukan adalah data hidrologi, adalah 172,76 km, sehingga indeks kerapatan sungai
peta topografi, peta DAS, dan peta situasi. Peta untuk Sungai Krueng Jambo Aye diperoleh sebesar
topografi Wilayah Cot Girek dengan skala 1 : 50.000 0,042 km/km2. Berdasarkan nilai indeks kerapatan
digunakan untuk menentukan luas DAS pada Sungai sungai, diketahui bahwa Sungai Krueng Jambo Aye
Krueng Jambo Aye. Data hidrologi berupa data debit memiliki kerapatan sungai rendah dan DAS tidak
harian yang tercatat pada stasiun Lhoknibong dari mengalami pengeringan sepanjang tahun. Perhitungan
tahun 1980 sampai dengan tahun 1997. Analisis data indeks kerapatan jaringan sungai dapat dilihat pada
meliputi analisan hidrologi dan analisa hidrolika. Lampiran C Perhitungan C.4.1 halaman 78.
Analisis hidrologi berupa analisis debit banjir rencana,
sedangkan analisis hidrolika berupa analisis kapasitas 4.13 Kemiringan sungai
sungai dengan menggunakan software HEC-RAS. Diketahui elevasi 85% dari outlet DAS
Analisis karateristik DAS meliputi luas DAS, bentuk Jambo Aye adalah 103 m. Sedangkan elevasi 10% dari
DAS, kemiringan DAS yang terdapat pada peta outlet DAS Jambo Aye adalah 22 m. Panjang sungai
topografi. Analisa hidrologi bertujuan untuk keseluruhan tinjauan adalah 172,76 km. Besarnya
mengetahui debit banjir rencana yang terjadi kemiringan sungai utama DAS Krueng Jambo Aye
berdasarkan data debit Sungai Krueng Jambo Aye adalah 0,001. Besar kemiringan sungai dihitung
yang tersedia dari tahun 1980 sampai dengan 1997. dengan menggunakan Persamaan 2.5. Perhitungan
Analisa ini menggunakan pendekatan Maximum kemringan sungai dapat dilihat pada Lampiran C
Likelihood Method, dan distribusi eksponensial. Perhitungan C.4.2 halaman 79.
Analisa hidrolika bertujuan untuk mengetahui
kemampuan penampang dalam menampung debit
rencana. Kapasitas tampungan sungai dianalisis 4.2 Analisis Debit Banjir Rencana
dengan menggunakan software HEC-RAS Debit banjir rencana didapat dari
(Hydrologic Engineering Center – River Analysis perhitungan yang menggunakan pendekatan
System) versi 4.1 tahun 2010 dari US Army Corps of Maximum Likelihood Method. Hasil perhitungan
Engineering pada setiap pias penampang sungai. tersebut menghasilkan debit banjir dengan periode
ulang 5 tahun, 10 tahun dan 25 tahun. Debit banjir
4. Hasil dan Pembahasan rencana merupakan asumsi debit banjir terbesar yang
akan terjadi dengan melihat data atau kejadian
4.1 Analisis Kondisi DAS sebelumnya. Data debit yang didapat biasa ada yang
Analisis kondisi DAS adalah analisa yang lengkap dan tidak lengkap. Untuk penelitian ini data
berdasarkan pada faktor-faktor yang terjadi pada DAS. debit yang digunakan selama 18 tahun. Dari 18 tahun
itu, ada data debit yang lengkap selama setahun. Dan 4.3 Simulasi Banjir dengan HEC-RAS
ada pula data yang tidak lengkap. Data yang lengkap Analisa kapasitas sungai pada Sungai
dan tidak lengkap tersebut dihitung dengan 2 metode Krueng Jambo Aye ini disimulasikan dengan software
yang berbeda. Untuk data debit yang lengkap dihitung HEC-RAS (Hydrolical Engineering Centre - River
dengan metode PDF atau Probability Distribution Analysis System). Data debit yang dipakai pada
Function. Untuk data debit yang tidak lengkap simulasi ini adalah data debit dengan periode ulang 25
dihitung dengan metode CDF atau Cumulative tahun.Alasan debit dengan periode ulang 25 tahun ini
Distribution Function. dipilih adalah sebagai syarat untuk pembangungan
Data debit yang digunakan pada penelitian ini adalah tanggul. Tanggul yang akan dibangun sebagai upaya
data debit sungai Krueng Jambo Aye tahun 1980 pengendalian banjir harus menggunakan data debit
sampai tahun 1997. Data debit yang nilainya lengkap banjir rencana dengan periode ulang 25 tahun.
adalah tahun 1980, 1981, 1982, 1984, 1985, 1986, Panjang sungai yang akan disimulasikan adalah 7,12
1988, 1989, 1991, 1992, 1993, 1994, 1995, dan tahun km. Hasil dari penelitian ini memiliki hanya sebatas
1996. Data debit yang nilainya tidak lengkap terdiri memberikan solusi terhadap banjir yang terjadi pada
dari tahun 1983, 1987, 1990, dan tahun 1997. Nilai sungai Krueng Jambo Aye yaitu dengan membangun
debit yang tidak lengkap dapat ditentukan oleh nilai tanggul tanpa menghitung stabitlitas dari tanggul yang
threshold (nilai asumsi yang lebih besar dari data debit akan dibangun tersebut.
terbesar yang pernah terjadi). Pada perhitungan ini,
nilai threshold yang digunakan adalah 1500 m3/s. 4.3.1 Pemodelan kapasitas sungai kondisi
Nilai ini diambil berdasarkan dari nilai debit terbesar eksisting
yang pernah terjadi pada tahun 1995 dengan nilai 1454 Berdasarkan hasil simulasi dengan HEC-
m3/s. Hasil skenario perhitungan nilai λ dan t0 beserta RAS pada saat kondisi sebelum dibangun tanggul,
hubungan antara nilai λ dan t0 dapat dilihat pada Tabel limpasan (overtopping) terjadi pada 121 cross baik
4.1 berikut ini. pada tepi kanan sungai maupun tepi kiri sungai
Tabel 4.1 Rekapitulasi perbandingan nilai λ sepanjang alur sungai tinjauan. Limpasan ini terjadi
Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 karena kapasitas sungai tidak mampu menampung
debit banjir yang terjadi. Limpasan (overtopping)
λ 0.005 0.005 0.005
tertinggi terjadi pada cross 312 dengan ketinggian
t0 551.9992 570.9989 552 mencapai 3,56 m.
threshold 1500 1500 1500
Semua daerah yang melimpas berdekatan
dengan pemukiman penduduk. Maka perlu dicegah
Q5 871.9254 884.7205 865.514 dengan metode struktural ataupun non struktural.
Q10 1009.71 1019.833 1000.537 Penanggulan banjir yang dipilih adalah dengan cara
membangun tanggul untuk menampung limpasan
Q15 1090.309 1098.869 1079.521 yang melebihi kapasitas tampungan sungai agar tidak
Q25 1191.852 1198.442 1179.028 meluap. Profil memanjang kondisi eksisting dapat
Sum dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini.
-88.23209578 -97.81593736 -88.23781849
Error

Dari hasil rekapitulasi perbandingan antara


nilai λ dan t0 yang telah didapat dari 3 skenario, maka
dipilih nilai Q5, Q10, Q15 dan Q25 yang terbesar dari 3
skenario tersebut. Debit rencana yang digunakan
adalah nilai dari skenario 2 yang bernilai Q5 =
884,7205 m3/s, Q10 = 1019,833 m3/s, Q15 = 1098,869
dan Q25 = 1198,442 m3/s karena memiliki Sum Error
yang terkecil di antara 3 kasus tersebut. Debit ini
berdasarkan cakupan DAS dari pos AWLR Lhok
Nibong yang memiliki luas 4,378 km2. Sedangkan
untuk cakupan DAS tinjauan yang memiliki luas 4,117 Gambar 4.3 Profil memanjang sebelum tanggul
km2 maka digunakan metode perbandingan luas DAS
untuk mengetahui debit untuk cakupan DAS tinjauan.
Dari hasil perhitungan didapat debit untuk cakupan
DAS tinjauan yaitu, untuk Q10 = 953,053 m3/s, Q15 =
1033,358 m3/s dan Q25 = 1126,995 m3/s.
Simulasi kapasitas sungai kondisi eksisting sawah, dan permukiman dilakukan dengan cara
pada bagian hulu mengalami limpasan (overtopping) pembangunan tanggul.
setinggi 2,33m. Bagian hulu sungai tinjauan terletak Daerah permukiman pada tinjauan
pada Cross 383 dan memiliki tinggi dari elevasi dasar sepanjang 1,72 km dari muara sungai Krueng Jambo
sungai setinggi 9,26 m. Pada bagian bantaran kiri Aye terdapat pada cross 334 sampai cross 369 dan dari
maupun kanan sungai merupakan hutan kebun. Profil cross 251 sampai cross 275 sepanjang 1,22 km. Dari
melintang kondisi eksisting sungai bagian hulu dapat hasil running, limpasan (overtopping) yang terjadi di
dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini. kawasan daerah permukiman adalah setinggi 3,56 m
pada cross 312.
Tanggul akan dibangun pada daerah bantaran
sungai dan lokasi penempatan tanggul disesuaikan
dengan trase tanggul. Berdasarkan aturan
pembangunan tanggul, tinggi jagaan tanggul untuk
debit rencanca sebesar 1198,442 m3/s adalah 1,0 m.
Sedangkan lebar mercu tanggul ditentukan
berdasarkan aturan pembangunan tanggul yaitu
sebesar 4,0 m. Berikut adalah hasil running setelah
dipasang tanggul disisi kiri sungai. Pemilihan sisi kiri
karena overtopping terbesar terjadi di sisi kiri sungai.
Gambar 4.4 Profil melintang kondisi eksisting Sedangkan di sisi kanan overtopping tidak terlalu
Cross 383 (hulu) tinggi. Berikut profil memanjang sungai setelah
dipasang tanggul.
Peruntukan lahan disepanjang sungai
merupakan areal hutan kebun. Adanya limpasan
(overtopping) pada sungai menyebabkan perlu
dilakukannya penanggulangan banjir pada bagian ini.
Tabel 4.2 menunjukkan tinggi limpasan kondisi
eksisting pada tepi sungai dan tata guna lahan di
sebelah kiri dan kanan sungai.

Tabel 4.2 Tinggi limpasan pada kondisi eksisting dan


peruntukan lahan
Tinggi Tinggi Gambar 4.7 Profil memanjang dengan tanggul
Cross Overtopping Overtopping Lahan Kiri Lahan Kanan
Kiri Kanan Simulasi kapasitas sungai dengan tanggul
364 2.31 2.49 Hutan Kebun Pemukiman dapat mengatasi limpasan (overtopping). Bagian hulu
354 1.18 2.22 Hutan Kebun Pemukiman
344 1.17 2.07 Hutan Kebun Pemukiman
sungai tinjauan terletak pada cross 383 dan memiliki
334 2.18 1 Hutan Kebun Pemukiman tinggi dari elevasi dasar sungai setinggi 9,26 m. Profil
324 0.96 1.57 Hutan Kebun Hutan Kebun melintang sungai dengan pembangunan tanggul
314 1.47 1.66 Hutan Kebun Hutan Kebun bagian hulu dapat dilihat pada Gambar 4.8
304 1.48 1.5 Hutan Kebun Hutan Kebun
294 1.4 0.29 Hutan Kebun Hutan Kebun
284 0.7 1.66 Hutan Kebun Hutan Kebun
274 0.44 0.44 Hutan Kebun Pemukiman
264 0.47 1.01 Hutan Kebun Pemukiman
254 0.37 0 Hutan Kebun Pemukiman
251 1.78 0 Hutan Kebun Pemukiman

4.4 Rencana Penanggulangan Banjir


Secara umum, kawasan DAS Krueng Gambar 4.8 Profil melintang dengan tanggul cross
Jambo Aye terdiri dari kawasan hutan kebun, sawah, 383 (hulu)
dan pemukiman. Adanya limpasan (overtopping) pada
sungai menyebabkan perlu dilakukan perlindungan Dengan adanya tanggul maka air hasil
terhadap kawasan ini, terlebih untuk kawasan limpasan dapat tidak melewati daerah bantaran banjir
permukiman yang terletak di kawasan sekitar sungai. sehingga tidak menyebabkan banjir. Tinggi tanggul
Penanggulangan banjir pada kawasan hutan kebun, yang dibangun disesuaikan dengan elevasi masing
masing cross sungai yang mengalami limpasan.
Bagian sungai tinjauan yang mengalami limpasan 6. Daftar Pustaka
sebanyak 121 cross dan yang tidak mengalami 1. Basri, K., 2014, Pengendalian Banjir Sungai
limpasan sebanyak 11 cross yang terletak di bagian Mandar Kabupaten Polewali Mandar, Tesis,
hilir sungai tinjauan. Tanggul yang direncanakan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin,
berdasarkan debit kala ulang 25 tahun. Pemilihan debit Makassar.
kala ulang 25 tahun karena merupakan syarat untuk 2. Gupta dan Kundu, 1999, Theory & Methods:
pembangunan tanggul. Tinggi tanggul dipengaruhi Generalized exponential distributions,
oleh muka air banjir dan debit banjir yang akan Australia
memperngaruhi tinggi jagaan tanggul tersebut. 3. Hasballah, I., 2011, Studi Kapasitas
Limpasan tertinggi adalah 3,56 m. Maka dengan Tampungan dan Penanggulangan BAnjir
menambahkan tinggi jagaan setinggi 1 m, maka tinggi Krueng Meureudu Kabupaten Pidie Jaya,
tanggul yang akan dibangun pada cross yang Skripsi, Fakultas Teknik Universitas Syiah
mengalami limpasan setinggi 3,56 m adalah 4,56m. Kuala, Banda Aceh.
Begitu juga dengan cross lainnya. 4. HEC, 2010, HEC-RAS Hydraulic Reference
Manual Version 4.1, US Army Corps of
5. Kesimpulan dan Saran Engineers, Davis, California.
5.1 Kesimpulan 5. Hogg, R.V. and Craig, A.T, 1995, Introduction
Kesimpulan yang diambil dari studi to Mathematical Statistics, 5th Edition,
penanggulangan banjir yang telah dilakukan ini adalah Prentice-Hall, New York.
: 6. Kodoatie, R.J., dan Sugiyanto, 2002, Banjir,
1. Debit banjir rencana didapat dari perhitungan Beberapa Penyebab dan Metode
menggunakan pendekatan Maximum Likelihood Pengendaliannya dalam Perspektif
Method. Debit banjir rencana yang digunakan Lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
adalah debit banjir rencana dengan periode ulang 7. Legono, D., 1992, Teknik Sungai, Universitas
25 tahun, dengan nilai debit sebesar 1198,442 Lampung.
m3/s. 8. Nuzar, F., 2016, Pemodelan Banjir Sungai
2. Hasil simulasi dengan debit banjir rencana Krueng Jeulanga Gampong Alue Keutapang
periode ulang 25 tahun menunjukkan bahwa Kabupaten Pidie Jaya, Skripsi, Fakultas
limpasan (overtopping) terjadi di 121 cross dari Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
total 132 cross sungai tinjauan. 9. Rahayu, 2009, Banjir dan Upaya
3. Limpasan (overtopping) tertinggi adalah 3,56 m Penanggulangannya. Bandung : Pusat
yang terletak pada cross 312 dengan lahan hutan Mitigasi Bencana (PMB-ITB).
dan perkebunan sekunder. 10. Ross, Sheldon M, 2009, Introduction to
4. Penanggulangan banjir Sungai Krueng Jambo probability and statistics for engineers and
Aye dilakukan dengan cara pembangunan scientists (4th ed.). Associated Press.
tanggul. Tinggi jagaan tanggul setinggi 1 m dan 11. Siswoko, 2002, Banjir, Masalah Banjir dan
lebar tanggul selebar 4 m. Upaya Mengatasinya, Jakarta.
12. Slideshare.net,2018,Metode Maximum
5.2 Saran Likelihood,
Saran yang dapat diberikan berdasarkan studi https://www.slideshare.net/ririn12/metode-
penanggulangan banjir yang telah dilakukan ini yaitu maximum-likelihood (diakses 19 Maret 2018
penanggulangan banjir dengan cara pembuatan Pukul 00:20 WIB).
tanggul hanya bersifat solusi jangka pendek. Upaya 13. Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan
struktural ini sebaiknya disertai degan upaya non yang Berkelanjutan, Andi Offset, Yogyakarta.
struktural yang bersifat jangka panjang, seperti 14. Triatmodjo, B., 2009, Hidrologi Terapan, Beta
pengaturan tata guna lahan di bagian bantaran sungai, Offset, Yogyakarta
penyuluhan masyrakat tentang bahaya banjir, dan
sebagainya. 15. Yulizar, M., 2011, Studi Kapasitas Tampungan
dan Penanggulangan Banjir Sungai Krueng
Trumon, Skripsi, Fakultas Teknik Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh.

S-ar putea să vă placă și