Sunteți pe pagina 1din 6

PENGARUH WAKTU PENYIMPANAN SAMPEL URIN SELAMA 2 JAM DAN 4 JAM PADA

SUHU 2-8OC TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN KIMIA URIN


(The effect of storage time urine sample is for 2 hours and 4 hours at a temperature
of 2-8°C of the results of chemical examination of urine)

Kamil 1, Sendy Indah P 2, Trisnawati3

1
Dosen Program Studi Analis Kesehatan, Stikes Wiyata Husada Samarinda
2
Dosen Program Analis Kesehatan, Stikes Wiyata Husada Samarinda
3
Mahasiswa, Program Studi Analis Kesehatan, Stikes Wiyata Husada Samarinda

E-Mail : sendyindah@stiekswhs.ac.id.

ABSTRACT

Background: Urinalysis is one of the effective methods of supporting examination and comprehensive. The urine
examination late can cause the changing of the results of a urinalysis, so it can change the patient’s diagnosis and
governance.
Methods: The sampling technique that is used was quota sampling with many 50 samples of patients in health
laboratory UPTD province of East Kalimantan. Examination is conducted at May 2016 in health laboratory UPTD
province of East Kalimantan. Data were analyzed with statistical correlation coefficients (spearman) test.
Results: Research results based on the correlation coefficient test statistics (Spearman rank) of chemical urine
parameters that influence at a time when is delayed 2 hours and 4 hours of glucose, protein, pH, specific gravity,
ketones, leukocytes and erythrocytes. While the urine chemical parameters have no affect on the time when is
delayed 2 hours and 4 hours of bilirubin, urobilinogen, and nitrite.
Conclusion: There is the influence of time of sample storage urine for 2 hours and 4 hours at a temperature of 2-
8oC against the examination result of glucose, protein, pH, specific gravity, ketones, leukocytes, erythrocytes and
have no effect against the examination results of bilirubin, urobilinogen, and nitrite.

Keywords: Urine Chemistry, Storage Time, Temperature.

PENDAHULUAN Pemeriksaan kimia urin digunakan menilai


Urinalisa merupakan salah satu berat jenis, pH, eritrosit, leukosit, nitrit,
pemeriksaan tertua dalam sejarah protein, glukosa, keton, bilirubin,
laboratorium klinik. Dengan adanya carik urobilinogen, dan mikroalbumin.
celup urin, urinalisis telah berkembang Pemeriksaan mikroskopis digunakan
demikian rupa sehingga sering dianggap menilai unsur-unsur sedimen yang terdiri
sebagai pemeriksaan rutin sederhana dari unsur organik yaitu epitel, eritrosit,
yang dapat dilakukan oleh siapa saja leukosit, dan silinder dan unsur anorganik
(Simon, 2008). kristal, fosfat, karbonat, sistin dan leusin
Urinalisa meliputi pemeriksaan (Wirawan, 2001). Urin yang diperiksa
makroskopis, mikroskopis, dan kimia urin. haruslah segar dikumpulkan paling tidak 4
Pemeriksaan makroskopis digunakan jam dari berkemih terakhir. Hanya lebih baik
untuk menilai warna, kejernihan, dan bau. dipilih urin pagi, diperiksa harus dalam 1
jam dan 4 jam bila disimpan di dalam analisa data pemeriksaan kimia urin dengan
0
lemari es pada suhu 2-4 C (Henry, 2000). menggunakan statistik paired t-test
Fakta bahwa spesimen urine begitu didapatkan perubahan parameter berat
mudah diperoleh atau dikumpulkan sering jenis urin.
menyebabkan kelemahan dalam Jika urin didiamkan lama maka bakteri
penanganan spesimen setelah akan berkembang biak dan banyak,
pengumpulan. Perubahan komposisi urine sehingga dapat menguraikan NH3
terjadi tidak hanya invivo tetapi juga (ammonium). Kemudian NH3 bereaksi
invitro, sehingga membutuhkan prosedur dengan H2O menghasilkan NH4OH yang
penanganan yang benar. Penanganan bersifat basa. Apabila basa maka pH dalam
yang tidak tepat dapat membuat spesimen urin akan meningkat, hal ini dapat
yang diperoleh tidak berguna dan mempengaruhi komponen eritrosit, leukosit
menyebabkan hasil pemeriksaan yang dan silinder menjadi cepat lisis sehingga
keliru. Pemeriksaan urinalisis yang baik jumlahnya akan berkurang (Merdekawati,
harus dilakukan pada saat urine masih 2011).
segar (kurang dari 1 jam), atau selambat-
METODE PENELITIAN
lambatnya dalam waktu 2 jam setelah
dikemihkan. Penundaan antara berkemih Berdasarkan jeinis eksperimen
dan pemeriksaan urinalisis dapat rancangan penelitian yang dilakukan adalah
mempengaruhi stabilitas spesimen dan peneltian “true experiment” dimana dalam
validitas hasil pemeriksaan (Riswanto, penelitian ini variabel diberi perlakuan
2015). (Notoatmojo, 2010). Variabel pada
Berdasarkan penelitian yang telah penelitian ini ialah urin lengkap yang
dilakukan oleh (Anugrahatul, 2014) diperiksa segera dan ditunda selama 2 jam,
tentang perbandingan hasil pemeriksaan 4 jam pada suhu 2-8oC. Penelitian ini
urin lengkap yang diperiksa segera dan dilakukan pada bulan Mei 2016. Sampel
ditunda selama 2 jam pada suhu 25-270C dari penelitian ini adalah 50 sampel urin dari
didapatkan hasil pada pemeriksaan jumlah populasi 100 urin per bulan
mikroskopi urin tidak mengalami
HASIL DAN PEMBAHASAN
perubahan pada pemeriksaan epitel,
silinder, kristal dan jamur. Perubahan hasil Pada penelitian ini, sampel yang
pemeriksaan terjadi pada pemeriksaan digunakan adalah urin dari rawat jalan di
leukosit, eritrosit dan bakteri. Pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Provinsi
makroskopis didapatkan perubahan Kalimantan Timur sebanyak 50 sampel,
kerjernihan dengan parameter 77,5%, bau kemudian sampel tersebut dilakukan
dengan persentase hasil 100%, dan hasil perlakuan pemeriksaan yaitu pertama
diperiksa segera (urin segera), kemudian urin adalah sebesar 0%. Pengaruh waktu
di tunda 2 jam dan 4 jam. Kemudian pada pemeriksaan leukosit urin adalah
sampel dianalisis di Laboratorium sebesar 91%, sedangkan sisanya 9%
Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur dipengaruhi oleh faktor lain.
untuk mengetahui hasil pemeriksaan kimia Dalam penelitian ini, perubahan yang
urin dengan menggunakan urine diinginkan seperti yang terjadi pada glukosa
automatic “Aution Eleven (AE-4020)”. urin yang mengalami peningkatan hasil, ini
Data-data hasil pemeriksaan di terjadi akibat ketidaktelitian peneliti karena
tabulasikan dalam bentuk tabel dan di terlalu cepat untuk pembacaan strip urin
analisis secara statistik dengan uji pada alat sehingga alat yang masih
koefisien korelasi (Spearman rank), dilihat memproses pembacaan sampel
dari tabel hasil analisis data statistik sebelumnya akan terbaca pada hasil
pengaruh waktu pada pemeriksaan pemeriksaan selanjutnya. Alat urin
glukosa urin adalah sebesar 76%, automatik memang masih tergantung pada
sedangkan sisanya 24% dipengaruhi oleh operator unutk masalah mencapur
faktor lain. Pengaruh waktu pada spesimen, maupun mencelupkan strip
pemeriksaan protein urin adalah sebesar reagen apabila salah satu ini mengalami
90%, sedangkan sisanya 10% dipengaruhi kesalahan akan menyebabkan hasil yang
oleh faktor lain.Pengaruh waktu pada tidak diinginkan seperti pemeriksaan
pemeriksaan bilirubin urin adalah sebesar glukosa urin. Selain glukosa urin perubahan
0%. Pengaruh waktu pada pemeriksaan terjadi pada pH, Berat Jenis setelah lama
urobilinogen urin adalah sebesar penyimpanan lebih dari 2 jam, hal ini terjadi
0%.Pengaruh waktu ditunda 2 jam pada karena mulai berlangsung aktifitas
pemeriksaan pH urin adalah sebesar 91%, mikroorganisme, adanya reaksi oksidasi
sedangkan sisanya 9% dipengaruhi oleh oleh udara dan foto oksidasi cahaya mulai
faktor lain.Pengaruh waktu pada berlangsung. Hal ini juga terjadi karena
pemeriksaan berat jenis urin adalah pada waktu penundaan pemeriksaan Berat
sebesar 54%, sedangkan sisanya 46% jenis urin menjadi tinggi karena terjadi
dipengaruhi oleh faktor lain. Pengaruh pengenceran dengan ditandai pada warna
waktu pada pemeriksaan eritrosit urin urin menjadi kuning pucat. Penundaan
adalah sebesar 69%, sedangkan sisanya pemeriksaan juga menyebabkan bakteri
31% dipengaruhi oleh faktor lain. berkembang biak sehingga menyebabkan
Pengaruh waktu pada pemeriksaan keton bakteri tersebut menguraikan urea menjadi
urin adalah sebesar 65%, sedangkan ammonia yang akhirnya menyebabkan pH
sisanya 35% dipengaruhi oleh faktor lain. urin menjadi alkali (Hardjoeno, 2003).Pada
Pengaruh waktu pada pemeriksaan nitrit eritrosit mengalami penurunan dan
peningkatan hasil akibat kurangnya referensi tentang penyimpanan sampel urin
homogen saat sampel akan diperiksa. pada suhu 2-8oC.
Pada penelitian terdahulu oleh Froom. Pemantapan mutu merupakan
Et al (2000), menilai stabilitas urin saat serangkaian proses tahap pemeriksaan,
penundaan waktu 24 jam yang disimpan melibatkan banyak faktor dan saling
pada lemari pendingin memberikan hasil mempengaruhi. Pemantapan mutu intra
positif palsu pada beberapa laboratorium terdiri dari 3 tahap yaitu pra
parameterkimiawi urinalisis yaitu protein, analitik, analitik dan pasca analitik. Tahap
hasil negatif palsu pada leukosit dan pra analitik meliputi persiapan pasien,
eritrosit. penampung urin, cara pengambilan dan
Beberapa keadaan kenapa pengiriman urin, serta penundaan
penundaan pemeriksaan terhadap sampel pemeriksaan urin. Tahap analitik
sering terjadi di laboratorium yang merupakan tahap pemeriksaan di
seharusnya tidak boleh terjadi antara lain laboratorium. Tahap pasca analitik adalah
adalah 1) pemeriksaan dilakukan secara tahap pencatatan dan pelaporan hasil
berseri atau berurutan sehingga sampel pemeriksaan sampai hasil tersebut diterima
pertama tertunda untuk menunggu banyak oleh dokter yang mengirim (Wirawan,
atau terkumpulnya sampel (pemeriksaan 2001).
seri), 2) kurangnya tenaga teknik, Pada penelitian ini tahap pra analitik
sehingga beberapa parameter yang diperhatikan adalah strip urin yang
pemeriksaan harus tertunda, 3) distribusi disimpan dengan baik dengan memastikan
sampel dari station pengumpul, seperti penyimpanan strip urin di dalam kemasan
pasien rawat inap mengalami dimana terdapat pengering di dalam
keterlambatan sampai di laboratorium kemasan tersebut dan strip urin disimpan
yang menyebabkan terjadinya penundaan dalam suhu ruang 22-26oC karena carik
pemeriksaan. Untuk pemeriksaan urine celup tidak tahan terhadap faktor
sebaiknya diperiksa kurang dari satu jam lingkungan seperti kelembapan, panas dan
setelah pengeluaran karena akan cahaya. Bila botol kemasan strip urin dibuka
berpengaruh pada kompisisi saat mengambil strip urin segera ditutup
(dekomposisi) dan penurunan beberapa kembali.
konsentrasi analit Kulkas yang digunakan peneliti adalah
pemeriksaan.Kelemahan dari penelitian ini kulkas dengan pengukur suhu automatik
adalah kurangnya ketidaktelitian peneliti yang berkisar antara 2-8oC dan dipastikan
sehingga beberapa sampel dari parameter tidak mengalami kebocoran dan stabil
kimi aurin mengalami hasil yang tidak dalam suhu tersebut serta terhindar dari
diinginkan dan kurangnya referensi- kontaminasi-kontaminasi seperti bakteri
ataupun zat-zat pereduksi yang dapat terjadi penurunan hasil dan parameter
merubah hasil pemeriksaan dan leukosit terjadi penurunan hasil
memastikan tutup wadah yang dipakai pemeriksaan.
tertutup rapat pada saat waktu 2. Berdasarkan hasil analisa data secara
pendiaman. statistik dengan uji koefisien korelasi
Tahap analitik yang diperhatikan (Spearman rank), dilihat dari tabel hasil
adalah ketepatan waktu dalam penundaan analisis data statistik pengaruh waktu
urin menggunakan stopwatch agar pada pemeriksaan glukosa urin adalah
didapatkan waktu penundaan yang tepat. sebesar 76%, protein urin sebesar 90%,
Penundaan urin ini dilakukan pada saat bilirubin urin sebesar 0%, urobilinogen
sampel datang diperiksa segera dalam urin sebesar 0%, pH urin sebesar 91%,
waktu 1 jam, setelah urin diperiksa, urin berat jenis urin sebesar 54%, eritrosit
disimpan di dalam kulkas selama 2 jam urin sebesar 69%, keton urin sebesar
o
dengan suhu 2-8 C, setelah urin yang 65%, nitrit urin sebesar 0%, leukosit urin
ditunda 2 jam diperiksa, urin kembali di sebesar 91%. Dengan hasil diatas dapat
simpan di dalam kulkas selama 4 jam disimpulkan bahwa ada pengaruh waktu
o
dengan suhu 2-8 C. penyimpanan sampel urin selama 2 jam
dan 4 jam pada suhu 2-8oC terhadap
SIMPULAN DAN SARAN
hasil pemeriksaan glukosa, protein, pH,
SIMPULAN berat jenis, eritrosit, keton, leukosit. Dan
tidak berpengaruh terhadap hasil
1. Berdasarkan hasil penelitian
pemeriksaan bilirubin, urobilinogen dan
pemeriksaan kimia urin yang diperiksa
nitrit.
segera, ditunda 2 jam dan 4 jam pada
SARAN
suhu 2-8oC terjadi perubahan pada
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat melanjutkan
beberapa parameter yakni pada
dengan jumlah sampel yang lebih besar
parameter glukosa urin terjadi
dan menggunakan metode mikroskopik
perubahan peningkatan hasil
untuk memonitor perubahan leukosit dan
pemeriksaan, parameter protein uirn
eritrosit selama penyimpanan.
terjadi perubahan peningkatan dan
2. Bagi akademik sebaiknya penelitian ini
penurunan hasil, parameter berat jenis
publikasikan dan dijadikan referensi untuk
urin terjadi perubahan peningkatan
peneliti selanjutnya dalam bidang kimia
hasil, parameter pH terjadi perubahan
klinik.
peningkatan hasil, parameter eritrosit
3. Bagi instansi laboratorium sebaiknya pada
terjadi perubahan penurunan dan
pemeriksaan kimia urin diperiksa segera
peningkatan hasil, parameter keton
dalam waktu 1 jam agar tidak mengalami
perubahan pada pemeriksaan. Untuk WHO. (2011). Pedoman Teknik Dasar untuk
Laboratorium Kesehatan. EGC: Jakarta.
mengecilkan kemungkinan perubahan itu,
simpanlah urin pada suhu 2-8oC dalam Wirawan R, Immanuel S, Dharma R. (2011).
Penilaian Hasil Pemeriksaan Urine
lemari es, dengan wadah yang bersih dan
(Cermin Dunia Kedokteran) No. 30.
tertutup. Jakarta. Tersedia dalam:
http://www.smallcrab.com/kesehatan/795-
penilaian-hasil-pemeriksaan urine
DAFTAR PUSTAKA [Diakses 10 Juni 2016].
Brunzel NA. (2004). Fundamentals of Urine &
Body Fluid Analysis. Saunders:
Philadelphia.

Gandasoebrata, R. (2006). Penuntun


Laboratorium Klinik. Edisi ke-12. Dian
Rakyat: Jakarta

Hardjoeno. (2003). Interpretasi Hasil Tes


Laboratorium Diagnostik Bagian dari
Standar Pelayanan Medik, Makassar.
UNHAS: Makassar.

Lwandrowski, K. (2002). Clinical Chemistry


Laboratory Management & Clinical
Correlations. Philadelphia.

Mayes PA, Granner DK, Rodwell VW, Martin


DW. (1990). Biokimia Harper, edisi 20,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Mc Pherson, A. R., & Sacher, a. R. (2004).


Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium. EGC: Jakarta.

Notoatmojo S. (2000). Metodelogi Penelitian


Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta :
Jakarta.

Riswanto. (2015). URINALISIS:


Menerjemahkan Pesan Klinis Urine.
Pustaka Rasmedia: Yogyakarta.

Simon Kusnandar. (2008). Pitfalls and Pearls


in Urinalysis, Pendidikan
berkesinambungan Patologi Klinik.
Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.

Vandepitte dkk. (2010). Prosedur Laboratorium


Dasar untuk Bakteriologi Klinis. EGC:
Jakarta.

S-ar putea să vă placă și