Sunteți pe pagina 1din 9

TUGAS :

1. Tidak ada suatu proses yang mempunyai efisiensi 100& sebgaimana dijelaskan
dalam hukum Termodinamika kedua. Demikian pula dalam reaksi kimia, jarang
sekali hasil reaksi yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan stoikiometris. Di
dalam industry, terdapat istilah rendemen, yield, selektivitas dan konversi. Coba
jelaskan dan berikan contoh dari masing-masing terminology tersebut.
2. Apa yang saudara ketahui tentang prinsip-prinsip green chemistry. Berikan
penjelasan yang memadai, jika perlu diserta contoh penerapan masing-masing
contoh prinsip tersebut.

A. Dalam Industri (Industri yang berkaitan dengan Kimia/Teknik Kimia) yang melibatkan
reaksi kimia dikenal istilah Rendemen, Yield, selektivitas, dan konversi.
 Yield sering disebut Rendemen adalah Perbandingan reaktan yang berubah
menjadi produk terhadap reaktan mula-mula.

 Selektivitas adalah Perbandingan reaktan yang berubah menjadi produk terhadap


reaktan yang berubah seluruhnya.
Selektivitas merupakan ukuran efisiensi reactor dalam mengkonversi reaktan
menjadi produk yang diinginkan. Jika tidak ada produk samping yang terbentuk,
maka selektivitas adalah 100%. Jika reaksi terjadi dan produk samping terbentuk,
maka selektivitas menurun.
 Konversi adalah Perbandingan reaktan yang berubah terhadap reaktan mula-
mula.
Konversi berkaitan dengan reaktan dan Yield berkaitan dengan produk. Konversi
adalah ukuran dari fraksi reaktan yang bereaksi.

Contoh : Untuk membuat produk (dimisalkan zat B) maka melalui reaksi A → B,


reaksi dianggap semakin berhasil bila B terjadi >>> dan zat A yang tersisa <<<.

 Perbandingan A yang berubah menjadi B terhadap A mula-mula (Yield)


 Perbandingan A yang berubah menjadi B terhadap A yang berubah
seluruhnya (Selektivitas)
 Perbandingan A yang berubah terhadap A mula-mula (Konversi)

Bila dianggap :

Zat A mula-mula = A0, Zat A pada waktu n = An, dan Zat A yang berubah menjadi B =
AB, maka A yang berubah = A0 – An. Dengan demikian :


=

→ =

→ =

Untuk menghitung AB relative lebih sukar dibanding menghitung A0 – An maka


digunakan factor stoikiometri (FSBA) perbandingan koefisien persamaan reaksi mol
A / mol B.

→ ; = 1

→ 2 ; = 1/2
Contoh penerapan Yield/Rendemen, selektivitas, dan konversi dalam perhitungan :

Bezena dapat dibuat dari Toluena berdasar reaksi sebagai berikut :

C6H5CH3 + H2 → C6H6 + CH4. Sebagian benzene yang terjadi bereaksi


menjadi Difenil

2C6H6 → C12H10 + H2. Komposisi umpan dan hasil dari reactor sebagai
berikut:

Reaktor
Komponen Masuk (Kmol.h- Keluar (Kmol.h-
1) 1)

H2 1858 1583

CH4 804 1083

C6H6 13 282

C6H5CH3 372 93

C12H10 0 4

Tentukan Konversi, selektivitas, dan yield/Rendemen berdasar Toluen yang


diumpankan.

Penyelesaian :

= = 0,75

Faktor Stoikiometri Toluen/mol Benzena = 1

282 − 13 1
ℎ = = 0,96
372 − 93
282 − 13 1
ℎ = = 0,72
372

B. Green chemistry atau “kimia hijau” merupakan bidang kimia yang berfokus pada
pencegahan polusi. Green chemistry atau kimia hijau adalah berbagai teknik dan
metodolgi kimia yang berusaha mengurangi atau menghilangkan penggunaan atau
produksi bahan mentah, produk, produk samping, pelarut, reagensia,dan sebagainya
yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungannya dimana mulai
mendapatkan perhatian besar dari berbagai pihak, dimulai dari bahan dan proses
kimia yang dirancang untuk mengurangi atau menghilangkan dampak negatif bagi
lingkungan. Green chemistry merupakan pendekatan yang sangat efektif dengan
solusi ilmiah inovatif untuk situasi dunia nyata untuk pencegahan polusi atau
pencemaran pada lingkungan. Pada awal 1990-an, green chemistry mulai dikenal
secara global setelah Environmental Protection Agency (EPA) mengeluarkan
Pollution Prevention Act yang merupakan kebijakan nasional untuk mencegah atau
mengurangi polusi. Konsep ini menegaskan tentang suatu metode yang didasarkan
pada pengurangan penggunaan dan pembuatan bahan kimia berbahaya baik itu dari
sisi perancangan maupun proses. Bahaya bahan kimia yang dimaksudkan dalam
konsep green chemistry ini meliputi berbagai ancaman terhadap kesehatan manusia
dan lingkungan, termasuk toksisitas, bahaya fisik, perubahan iklim global, dan
penipisan sumber daya alam.
Istilah kimia digunakan dalam “green chemistry” dimaksudkan karena melibatkan
struktur dan perubahan suatu materi.Perubahan tersebut pasti melibatkan energi
sebagai sumbernya. Oleh karena itu konsep green chemistry ini juga erat kaitannya
dengan energi dan penggunaannya baik itu secara langsung maupun yang tidak
langsung seperti penggunaan suatu material dalam hal pembuatan, penyimpanan
dan proses penyalurannya.
Berikut adalah Prinsip – prinsip Green Chemistry, yaitu:

1. MENCEGAH LIMBAH

Yaitu bagaimana kemampuan kimiawan untuk merancang ulang transformasi


kimia untuk meminimalkan produksi limbah berbahaya merupakan langkah
pertama yang penting dalam pencegahan polusi. Lebih baik mencegah daripada
menanggulangi atau membersihkan limbah yang timbul setelah proses sintesis,
karena biaya untuk menanggulangi limbah sangat besar.

Contoh : Mayoritas pabrik tidak menyadari, bahwa limbah yang dihasilkan


termasuk dalam kategori limbah B3, sehingga limbah dibuang begitu saja ke
sistem perairan tanpa adanya proses pengolahan. Pada dasarnya prinsip
pengolahan limbah adalah upaya untuk memisahkan zat pencemar dari cairan
atau padatan. Walaupun volumenya kecil, konsentrasi zat pencemar yang telah
dipisahkan itu sangat tinggi. Selama ini, zat pencemar yang sudah dipisahkan
atau konsentrat belum tertangani dengan baik, sehingga terjadi akumulasi
bahaya yang setiap saat mengancam kesehatan manusia dan keselamatan
lingkungan hidup. Untuk itu limbah B3 perlu dikelola antara lain melalui
pengolahan limbah B3.

Upaya pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam


proses kegiatan atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses,
maupun upaya reduksi lainnya.

2. Kegiatan pengemasan dilakukan dengan penyimbolan dan pelabelan yang


menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3

2. MENDESAIN PRODUK BAHAN KIMIA YANG AMAN.


Pengetahuan mengenai struktur kimia memungkinkan seorang kimiawan untuk
mengkarakterisasi toksisitas dari suatu molekul serta mampu mendesain bahan
kimia yang aman. Target utamanya adalah mencari nilai optimum agar produk
bahan kimia memiliki kemampuan dan fungsi yang baik akan tetapi juga aman
(toksisitas rendah). Caranya adalah dengan mengganti gugus fungsi atau dengan
cara menurunkan nilai bioavailability.
Contoh : green chemistry yang saat ini sudah diterapkan yaitu busa pemadam
kebakaran yang dahulu menggunakan surfaktan terflorinasi yang memiliki efek
toksik yang tinggi sehingga mengakibatkan akumulasi pada pencemaran
lingkungan, hal ini tentunya tanpa disadari akan mengancam kesehatan
seseorang. Saat ini bentuk pengembangan green chemistry yang digunakan
adalah busa pemadam kebakaran yang dibuat dari beberapa komponen
campuran (surfaktan hidrokarbon, gula, air, dan pelarut) yang dapat mengurangi
dampak pencemaran lingkungan dan menghambat korosi.

3. MENDESAIN PROSES SINTESIS YANG AMAN.


Metode sintesis yang digunakan harus didesain dengan menggunakan dan
menghasilkan bahan kimia yang tidak beracun terhadap manusia dan lingkungan.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu meminimalkan paparan atau
meminimalkan bahaya terhadap orang yang menggunakan bahan kimia tersebut.
Tujuannya adalah untuk menggunakan reagen kurang berbahaya bila
memungkinkan dan proses desain yang tidak menghasilkan produk sampingan
berbahaya.
Contoh : Penggunaan pelarut biasanya mengarah ke produksi limbah. Oleh
karena itu, penurunan volume pelarut atau bahkan penghapusan pelarut secara
menyeluruh akan lebih baik. Pada kasus ketika pelarut diperlukan, hendaknya
perlu diperhatikan penggunaan pelarut yang aman.

4. MENGGUNAKAN BAHAN BAKU YANG DAPAT TERBARUKAN.


Penggunaan bahan baku yang dapat diperbarui lebih disarankan daripada
menggunakan bahan baku yang tak terbarukan didasarkan pada alasan ekonomi.

Contoh : Contoh bahan baku terbarukan termasuk produk pertanian atau limbah
dari proses lainnya. Contoh bahan baku depleting termasuk bahan baku yang
ditambang atau dihasilkan dari bahan bakar fosil (minyak bumi, gas alam atau
batubara). Bahan mentah atau bahan baku harus bersifat terbarukan bukan bahan
habis pakai yang akan terus menipis dan mahal secara ekonomis

5. MENGGUNAKAN KATALIS.
Penggunaan katalis memberikan selektifitas yang lebih baik, rendemen hasil
yang meningkat, serta mampu mengurangi produk samping.Peran katalis
sangat penting karena diperlukan untuk mengkonversi menjadi produk yang
diinginkan.Dari sisi green chemistry penggunaan katalis berperan pada
peningkatan selektifitas, mampu mengurangi penggunaan reagen, dan mampu
meminimalkan penggunaan energi dalam suatu reaksi.

6. MENGHINDARI PENGGUNAAN KIMIA DERIVATIF.


Derivatisasi yang tidak diperlukan seperti penggunaan gugus pelindung,
proteksi/deproteksi, dan modifikasi sementara pada proses fisika ataupun kimia
harus diminimalkan atau sebisa mungkin dihindari karena pada setiap tahapan
derivatisasi memerlukan tambahan reagen yang nantinya memperbanyak limbah.

7. MEMAKSIMALKAN EKONOMI ATOM.


“Ekonomi atom” adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Barry Trost dari
Stanford University untuk mengevaluasi efisiensi transformasi kimia. Mirip dengan
perhitungan hasil, ekonomi atom merupakan rasio dari total massa atom dalam
produk yang diinginkan dengan massa total atom pada reaktan. Ekonomi atom
memilih transformasi yang menggabungkan sebagian besar bahan awal ke dalam
produk lebih efisien dan meminimalkan limbah.

8. MENGGUNAKAN PELARUT YANG AMAN.


Penggunaan bahan kimia seperti pelarut, ekstraktan, atau bahan kimia tambahan
yang lain harus dihindari penggunaannya. Apabila terpaksa harus digunakan,
maka harus seminimal mungkin. Penggunaan pelarut memang sangat penting
dalam proses sintesis, misalkan pada proses reaksi, rekristalisasi, sebagai fasa
gerak pada kromatografi, dan lain-lain. Penggunaan yang berlebih akan
mengakibatkan polusi yang akan mencemari lingkungan
Contoh : Alternatif lain adalah dengan menggunakan beberapa tipe pelarut yang
lebih ramah lingkungan seperti ionic liquids, flourous phase chemistry,
supercritical carbon dioxide, dan“biosolvents”.Selain itu ada beberapa metode
sintesis baru yang lebih aman seperti reaksi tanpa menggunakan pelarut ataupun
reaksi dalam media air.

9. MENINGKATKAN EFISIENSI ENERGI


Energi yang digunakan dalam suatu proses kimia harus mempertimbangkan efek
terhadap lingkungan dan aspek ekonomi. Jika dimungkinkan reaksi kimia
dilakukan dalam suhu ruang dan menggunakan tekanan.Penggunaan energi
alternatif dan efisien dalam sintesis dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa metode baru diantaranya adalah dengan menggunakan radiasai
gelombang mikro (microwave), ultrasonik dan fotokimia.

10. MENDESAIN BAHAN KIMIA YANG MUDAH TERDEGRADASI


Bahan kimia harus didesain dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, oleh
karena itu suatu bahan kimia harus mudah terdegradasi dan tidak terakumulasi di
lingkungan.

Contoh : sintesis biodegradable plastik, bioderadable polimer, serta bahan kimia


lainya.

11. PENGGUNAAN METODE ANALISIS SECARA LANGSUNG UNTUK


MENGURANGI POLUSI.
Metode analisis yang dilakukan secara real-time dapat mengurangi pembentukan
produk samping yang tidak diinginkan.Ruang lingkup ini berfokus pada
pengembangan metode dan teknologi analisis yang dapat mengurangi
penggunaan bahan kimia yang berbahaya dalam prosesnya.
12. MEMINIMALISASI POTENSI KECELAKAAN.
Bahan kimia yang digunakan dalam reaksi kimia harus dipilih sedemikian rupa
sehingga potensi kecelakaan yang dapat mengakibatkan masuknya bahan kimia
ke lingkungan, ledakan dan api dapat dihindari.

Contoh : Salah satu cara untuk meminimalkan potensi kecelakaan kimia adalah
memilih pereaksi dan pelarut yang memperkecil potensi ledakan, kebakaran dan
kecelakaan yang tak disengaja. Risiko yang terkait dengan jenis kecelakaan ini
kadang-kadang dapat dikurangi dengan mengubah bentuk (padat, cair atau gas)
atau komposisi dari reagen.

S-ar putea să vă placă și