Sunteți pe pagina 1din 20

Diplomasi Regional Asia Tenggara

Hayati Harahap

NIM.1810246274

Dosen Pembimbing: Prof. Yanyan Mochammad Yani

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

KONSENTRASI HUBUNGAN INTERNASIONAL

PASCASARJANA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS RIAU

2019
PERAN ASEANAPOL DALAM PEMBERANTASAN HUMAN TRAFFICKING DI
INDONESIA

Hayati Harahap

Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau

Dosen Pembimbing: Prof. Yanyan Mochamad Yani

ABSTRACT

The member states of ASEAN create regional cooperation “ASEANAPOL” to


overcome transnational crime as well as human trafficking in Indonesia. This research aim to
describe the role of “ASEANAPOL” particularly to combat human trafficking in Indonesia
and Southeast Asia region on 2017 until 2019. By using descriptive and qualitative method,
this research incorporates the framework of liberalism theory; role theory and international
cooperation theory to observe the role of ASEANAPOL in human trafficking cases.
ASEANAPOL become a place of each chief national police in Southeast Asia nations to make
efforts against transnational crime, do information exchange, and training exchange between
ASEAN states police.

Keywords: role, ASEANAPOL, human trafficking, regional cooperation.

LATAR BELAKANG

Penyelundupan dan Perdagangan orang termasuk salah satu ancaman keamanan di


ASEAN selain aksi terror, penggunaan peralatan alutsista canggih dan modern, menipisnya
energy dan pangan, kejahatan cyber juga polusi asap yang disebabkan kebakaran hutan.
Istilah Trafficking menurut Black’s Law Dictionary disebutkan sebagai the act of
transporting, trading, or dealing, esp. in people or illegal goods. Sedangkan human
trafficking yaitu the illegal recruitment, transportation, transfer, harboring, or receipt of a
person, one from another country, with the intent to hold the person captive or exploit the
person for labour, services, or body parts. Human trafficking offenses include forced
prostitution, force marriages, sweat-shop labour, slavery, and harvesting organs froms
unwilling donor-also termed trafficking in persons. Istilah ini digunakan pada perdagangan
illegal mengenai perdagangan manusia yang sering berhubungan dengan perbudakan atau
serupa perbudakan1.

1 Bryan A. Garner. Blacks Law Dictionary ninth edition. USA: West Group St Paul Minn. 2009. Hlm 1634

1|Page
Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang. Tindak Pidana Perdagangan Orang terjadi karena memenuhi unsur
proses, cara, dan tujuan2:
1. Proses: tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan,
atau penerimaan seseorang.
2. Cara: dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan,
pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan
utang atau memberi bayaran atau manfaat.
3. Tujuan: eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

ASEANAPOL merupakan konferensi untuk membahas masalah penegakan hukum dan


pengendalian kejahatan di ASEAN. Pertemuan formal pertama kepala Kepolisian ASEAN
diadakan di Manila pada 21-23 Oktober 1981. Pertemuan tahunan ini disebut konferensi
ASEANAPOL. Para anggota ASEANAPOL awalnya adalah Malaysia, Singapura, Thailand,
Indonesia dan Filipina. Polisi Kerajaan Brunei bergabung tahun 1984, Polisi Nasional
Republik Vietnam tahun 1996, Departemen Umum Kepolisian Laos dan Kepolisian Myanmar
bergabung tahun 1998 dan Polisi Nasional Kamboja bergabung tahun 2000 dalam konferensi
tersebut. Visi: "Together We Keep This Region Safe". Misi: "Preventing And Combating
Transnational Crime Through A Greater Nexus And Creative Policing Collaboration".3

Tujuan ASEANAPOL ialah meningkatkan profesionalisme polisi; menempa kerja sama


regional yang lebih kuat dalam kebijakan; mempromosikan persahabatan yang langgeng di
antara petugas polisi negara anggota. Tujuan Sekretariat ASEANAPOL ialah memastikan
pelaksanaan yang efektif dari semua resolusi yang diadopsi di konferensi ASEANAPOL;
berfungsi sebagai mekanisme koordinasi dan komunikasi untuk memungkinkan para pihak
membangun dan mempertahankan semua saluran interaksi antara para pihak; memupuk
saling bantuan dan kerja sama di antara anggota; dan berupaya meningkatkan upaya kerja
sama Regional melawan kejahatan transnasional.

Fungsi Sekretariat ASEANAPOL: Mempersiapkan dan melaksanakan rencana kerja


untuk pelaksanaan yang efektif dari semua resolusi yang diadopsi dalam Communiqués Joint
tahunan ditandatangani pada konferensi ASEANAPOL; Memfasilitasi dan
mengkoordinasikan kerjasama lintas batas pada intelijen dan berbagi informasi dan
pertukaran; Memfasilitasi dan mengkoordinasikan operasi bersama dan kegiatan yang

2 Kemendikbud. 2016. Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Jakarta: Sahabat Keluarga
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
3 ASEANAPOL, https://www.aseanapol.org/about-aseanapol

2|Page
melibatkan Investigasi Kriminal, pembangunan dan pemeliharaan database ASEANAPOL,
pelatihan, peningkatan kapasitas, pengembangan alat investigasi ilmiah, dukungan teknis dan
ilmu forensik; Memberikan dukungan dan bantuan yang diperlukan dalam mengorganisir
konferensi ASEANAPOL; Serahkan secara triwulanan kepada para kepala usulan pasukan
kepolisian ASEAN mengenai semua program yang diprogram dan telah direncanakan untuk
dilaksanakan; Siapkan laporan tahunan kegiatan dan pengeluaran untuk disajikan kepada
Komite Eksekutif ASEANAPOL segera sebelum konferensi ASEANAPOL, dan
didistribusikan kepada semua anggota dan konferensi ASEANAPOL; dan Bertindak sebagai
Kustodian dari semua dokumen dan catatan dari ASEANAPOL.

Wakil Ketua Komisi I Bidang Pertahanan dan Luar Negeri, Tubagus Hasanudin
menyatakan, “Seluruh negara kawasan ASEAN merupakan negara asal, transit atau tujuan
dari tindak pidana Perdagangan orang, oleh karena itu pemerintah Indonesia memandang
perlu meningkatkan juga kerjasama dengan negara yang tergabung dalam ASEAN dalam
mencegah dan memberantas tindak pidana perdagangan orang dengan menandatangani
ASEAN Convention Against Trafficking in Persons, Especially Women and Children”.4

PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENELITIAN

Perdagangan manusia adalah serangan terhadap martabat manusia dan harus dihukum
sepatutnya. Tidak ada pemerintah yang dapat meminta pertanggungjawaban penyelundup
manusia atau menangani kebutuhan para korban tanpa hukum perdagangan manusia yang
tegas dan komprehensif, kapasitas penegakan hukum dan kapasitas penuntutan yang didanai
dengan sumber daya yang memadai, dan pengadilan yang memiliki informasi. Korban
perdagangan manusia layak mendapatkan akses yang tepat waktu dan sangat berarti ke
pengadilan melalui sistem yang menghormati aturan hukum dan karena hak proses. Dalam
mengambil langkah-langkah ini, pemerintah memberikan keadilan bagi para korban,
menciptakan masyarakat yang lebih stabil untuk menjaga kerentanan aman dan bekerja
menuju dunia dan kawasan yang bebas perbudakan modern. Dari latar belakang masalah
diatas dapat ditarik pertanyaan penelitian yaitu “bagaimana peran ASEANAPOL dalam
pemberantasan human trafficking di Indonesia?”

Tujuan penelitian tidak lain ialah agar lebih mengetahui dan memahami lebih dalam
tentang kondisi masalah perdagangan manusia di Indonesia serta mengetahui sejauh mana

4 Fathiah Wardah, https://www.voaindonesia.com/pemerintah-dan-dpr-setujui-ratifikasi-konvensi-asean-


tentang-perdagangan-orang/

3|Page
peran yang dilakukan ASEANAPOL (ASEAN Chiefs National of Police) dalam
pemberantasan human trafficking di Indonesia.

PENDEKATAN TEORITIS DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Peneliti menggunakan pendekatan traditional terhadap peran ASEANAPOL (ASEAN


Chiefs of National Police) dalam memberantas human trafficking di Indonesia. ASEAN
sering dikritik sebagai ajang basa basi belaka. Namun jika kita percaya bahwa negara, seperti
juga manusia, merupakan makhluk sosial (social beings, dan bukannya individu yang
atomistic dengan sifat-sifat yang tidak berubah), basa basi merupakan kegiatan penting yang
membentuk interaksi dan cara pandang.

Approach Security Referent Security Threat Policy Focus


Traditional States Traffickers, undocumented Border security, migration controls,
migrants. international law enforcement
cooperation.
Feminist People Traffickers, border patrol and Social services, human rights, safe
law enforcement officials, migration, worker protections,
abusive employers and clients. attention to status of prostitution.
Table 1. Traditional and Feminist Security Approaches to International Human Trafficking

Factor-faktor penyebab perdagangan orang tidak dapat dipisahkan dari masalah


ketertinggalan atau kemiskinan. Kaum miskin adalah alasan pertama bagaimana resiko dan
kerentanan terhadap Perdagangan manusia terjadi.5 United Nations Global Initiative to Fight
Human Trafficking mengungkapkan sebab-sebab umum terjadinya trafficking yaitu:
kekerasan berbasis gender; praktek ketenagakerjaan yang diskriminatif; struktur sosial yang
patriarkal; memudarnya jaringan ikatan keluarga; marjinalisasi etnik, ras dan agama;
pemetintahan yang korup dan gagal; persoalan status (sebagai warga negara atau penetap
legal yang berkaitan dengan kerja); peran dan posisi perempuan dalam keluarga; hirarki
kekuasaan dan tertib sosial; tanggungjawab dan peran anak-anak; menikah dini; tingginya
laju perceraian dan stigma sosial yang menyertainya; rusaknya perkembangan kepribadian;
terbatasnya prestasi atau pencapaian pendidikan, dan terbatasnya kesempatan ekonomi 6.
Berdasarkan daftar penyebab tersebut, dapat disadari bahwa masalah trafficking sangat rumit
dan berbagai kebijakan pemerintah maupun organisasi internasional maupun regional

5 Amiruddin, Mariana. “Wilayah Tertinggal, Migrasi dan Perdagangan Manusia”. Jurnal Perempuan, Nomor 59.
2008. Hlm.11
6 Sullivan, Barbara. Trafficking in human beings. In Laura J. Shepherd (Ed.), Gender Matters in Global
Politics: A feminist introduction to international relations. Abingdon, Oxen, U.K.: Routledge. 2010. Hlm. 94-
95.

4|Page
kesulitan untuk menangani masalah trafficking. Jan Jindy Pettman dalam Global Society
Journal dengan judul “Women in the Move: Globalization and Labour Migration from South
and Southeast Asia” mengatakan bahwa buruh gender adalah aspek penting dan praktik
globalisasi, perdagangan ini memberikan wawasan yang mengungkapkan globalisasi di
persimpangan budaya, identitas, jenis kelamin dan pekerjaan.

Konsep hubungan internasional: Menurut Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani
dalam bukunya “Pengantar Hubungan Internasional”, “hubungan internasional didefinisikan
sebagai studi tentang interaksi antar beberapa actor yang berpartisipasi dalam politik
internasional, organisasi non-pemerintah, kesatuan subnasional seperti birokrasi dan
pemerintah domestik serta individu-individu”7

Teori liberalisme: teori ini lahir sebagai bentuk kritik terhadap teori Neo Realisme,
menyusul berakhirnya perang Dunia II, hubungan internasional diarahkan pada kerjasama
internasional fokus menciptakan tatanan dunia yang damai dan mewujudkan stabilitas
internasional. Proporsi teoritik paham ini adalah bahwa kalkulasi ekonomi maupun politik,
yakni kemakmuran dan keamanan bersama adalah lebih penting daripada kalkulasi “power”.
Dalam dunia internasional, liberalisme menghendaki terpeliharanya perdamaian yang dapat
diwujudkan melalui kerjasama internasional dan collective security. Dalam teori liberalisme
ada teori aliansi, teori integrasi, teori kerjasama dan teori peranan. Teori peranan (role
theory): fokus analisis pada peranan yang dimainkan oleh aktor dalam hubungan
internasional. Peranan adalah tindakan suatu aktor yang melakukan suatu kegiatan yang
didorong oleh peranannya dalam organisasi tersebut. Peranan yang dilakukan oleh aktor
tersebut dapat diwujudkan dengan perannya sebagai pelindung, patron, penjamin, dan
penyelamat dari persoalan/masalah yang dihadapi oleh aktor lainnya. Peranan dari suatu aktor
bisa bersifat mediator, fasilitator, komunikator maupun sebagai akselerator. Teori kerjasama:
menurut Michael Haas kerjasama adalah upaya saling membantu, bekerjasama dan bersatu
padu dalam melaksanakan suatu kegiatan/aktivitas/event tertentu, misalnya kerjasama dalam
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Kerjasama yang
dilihat dari sifatnya adalah kerjasama yang bersifat bilateral, trilateral, multilateral.
Sedangkan wujud kerjasama yang sering dikembangkan oleh setiap negara adalah dituangkan
dalam bentuk letter of intent, memorandum of understanding, traktat, dll. Kerjasama bisa

7 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung:
Rosdakarya. 2005. Hlm. 4

5|Page
bertahan lama dan juga justru menimbulkan konflik dikarenakan adanya
ketidakcocokan/perselisihan/ketidaksepahaman dalam perjalanannya.8

Konsep kerjasama internasional: Menurut Koesnadi Kartasasmita dalam bukunya


“Organisasi dan Administrasi Internasional”, pengertian kerjasama internasional adalah
kerjasama dalam masyarakat internasional merupakan sebuah keharusan sebagai akibat
terdapatnya hubungan interdependensia dan bertambah kompleknya kehidupan manusia
dalam bermasyarakat internasional. Kerjasama internasional terjadi karena national
understanding dimana mempunyai; corak dan tujuan yang sama: keinginan yang didukung
untuk kondisi internasional yang saling membutuhkan, kerjasama itu didasari oleh
kepentingan bersama diantara negara-negara namun kepentingan itu tidak identik” 9.
Kerjasama internasional terbagi atas empat bentuk antara lain: kerjasama global yaitu
kerjasama yang memadukan semua bangsa di dunia dan mempersatukan seluruh cita-cita
bersama serta untuk menghindarkan disintegrasi internasional; kerjasama regional yaitu
kerjasama antara negara-negara yang secara geografis berdekatan dan memiliki kesamaan
pandangan ekonomi, politik, sosial, budaya dari negara-negara yang hendak bekerjasama;
kerjasama fungsional yaitu kerjasama yang didasarkan pada fungsinya masing-masing;
kerjasama ideologis yaitu kerjasama yang dilakukan negara-negara yang menganut paham
ideologi yang sama.10

Skema kerangka pemikiran kerjasama regional yakni peran ASEANAPOL dalam


memberantas human trafficking di Indonesia:

8 Andi Yusran. Bahan Presentasi Teori-teori Hubungan Internasional. Pekanbaru: Universitas Riau. 2018. Hlm.
13
9 Koesnadi Kartasasmita. Organisasi dan Administrasi Internasional. Bandung: FISIP UNPAD Press. 1983.
Hlm.83
10 Teuku May Rudi. Organisasi dan Administrasi Internasional. Bandung: PT. Eresco. 1993. Hlm. 6

6|Page
TEORI LIBERALISME

Teori Peranan dan Teori Kerjasama

Kerjasama Regional

Anti Human Peran


Indonesia
Trafficking ASEANAPOL

human trafficking dapat pertukaran informasi, personel, training, dll


dicegah kepolisian negara-negara anggota ASEAN

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara mengetahui sesuatu yang memiliki langkah-langkah
sistematis. Jenis penelitian yang digunakan deskriptif, yaitu mendesripsikan peran regional
ASEANAPOL dalam pemberantasan human trafficking. Jenis data yang digunakan dokumen
resmi ASEAN dan data sekunder seperti buku, jurnal, berita, laporan dll. Data sekunder
melalui berbagai kajian literature yang meliputi sumber bacaan akademik baik cetak maupun
elektronik. Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan informasi melalui
telah pustaka dari berbagai literature. Teknik analisis data yang digunakan adalah kualitatif,
yaitu menggambarkan dan menganalisa implementasi peran ASEANAPOL dalam
memberantas human trafficking di Indonesia.

PEMBAHASAN

Human trafficking global, Asia Tenggara dan Indonesia:

Bentuk human trafficking di dunia termasuk Asia tenggara 2017-2019 dalam perbudakan
modern: perdagangan sex (sex trafficking) seperti prostitusi; perdagangan sex anak dibawah
umur (child sex trafficking) yang menyebabkan trauma fisik dan psikis, penyakit HIV/AIDS
dan kematian; pekerja kasar (forced labor) korban wanita sangat banyak dieksploitasi dan
mengalami pelecehan seksual; pekerja terikat atau terjerat hutang (bonded labor or debt
bondage) dengan cara penyelundup/agensi memungut biaya perekrutan dengan bunga sangat
tinggi dan dipersulit untuk melunasi; pembantu rumah tangga (domestic servitude)
menghadapi berbagai bentuk pelecehan dan eksploitasi; pekerja anak-anak (forced child

7|Page
labor); perekrutan militer anak-anak (unlawful recruitment and use of child soldiers) ditipu,
dipaksa oleh angkatan bersenjata sebagai kombatan atau bentuk kerja lainnya seperti di
Burma dll.

Sedikitnya 40 juta orang di seluruh dunia terjebak dalam perbudakan modern, lebih dari
sebelumnya. Kemiskinan, konflik dan krisis memicu perdagangan perbudakan global.
Hampir 25 juta terjebak dalam kerja paksa dan 15 juta pada perdagangan sex. Tiga perempat
korban adalah perempuan. Satu dari empat anak korban perbudakan modern terjadi di Afrika,
lalu Asia dan Pasifik. Tingkat perbudakan tertinggi dunia terjadi di Korea Utara. Diperkirakan
satu dari 10 orang diperbudak. Lalu disusul Eritrea 9,3 persen, Burundi empat persen,
Republik Afrika Tengah 2,2, persen, Afghanistan 2,2 persen, Mauritani 2,1 persen, Sudan
Selatan 2 persen, Pakistan 1,7 persen, Kamboja 1,7 persen dan Iran 1,6 persen. Adapun
jumlah budak terbesar terdapat di India yakni delapan juta orang, diikuti China 3,86 juta,
Pakistan 3,19 juta, Korea Utara 2,64 juta, Nigeria 1,39 juta, Iran 1,29 juta, Indonesia 1,22
juta, Republik Demokratik Kongo satu juta, Rusia 794 ribu dan Filipina 784 ribu.
Perdagangan manusia diperkirakan menghasilkan keuntungan bagi para penyelundup dan
pedagang manusia sebesar US$150 miliar setiap tahunnya. 11 Indonesia berada pada tingkat 2
di dunia seperti terlihat pada grafik dan gambar dibawah ini:

(Sumber: USA, Trafficking in Person Report 2018)

11 CNN Indonesia, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20180730140812-113-318077/perbudakan-di-


korea-utara-tertinggi-di -dunia

8|Page
(Sumber: USA, Laporan Perdagangan Orang Juni 2018)

Indonesia seharusnya lebih meningkatkan program penyelidikan, menuntut, dan


menghukum para pejabat publik yang korup yang dengan sengaja mengabaikan,
memfasilitasi, atau terlibat dalam kejahatan perdagangan manusia; mengamandemen undang-
undang 2007 untuk menghapus demonstrasi kekuatan, penipuan, atau paksaan dalam
perdagangan seks anak; meningkatkan upaya efektif memantau agen dan calo perekrutan
tenaga kerja dan menginvestigasi, menuntut, dan menghukum pelaku perdagangan manusia;
memperbaiki prosedur untuk mengidentifikasi calon korban di antara kelompok-kelompok
rentan, termasuk pekerja migran yang kembali, orang-orang yang berada dalam pelacuran,
dan anggota awak kapal penangkap ikan; melatih staf kementerian kelautan dan pengawas
ketenagakerjaan tentang identifikasi korban dan prosedur rujukan; menyediakan pelatihan
anti-perdagangan manusia untuk hakim, jaksa, polisi, dan pekerja sosial; mengambil langkah-
langkah untuk menghilangkan biaya rekrutmen yang dibebankan kepada pekerja oleh
perekrut tenaga kerja; secara proaktif menawarkan layanan reintegrasi korban yang
teridentifikasi; mempromosikan migrasi yang aman dan legal; meningkatkan sumber daya
untuk gugus tugas anti-perdagangan manusia dan meningkatkan koordinasinya di seluruh
kementerian; membangun sistem pengumpulan data untuk melacak upaya anti-perdagangan
manusia di semua tingkat penegakan hukum; melatih staf rumah sakit dan penyedia layanan
kesehatan lainnya tentang ketentuan yang menjamin layanan yang didanai pemerintah untuk
korban perdagangan; dan membuat protokol nasional yang mengklarifikasi peran untuk
menuntut kasus perdagangan orang di luar provinsi asal korban.12
12 USA, Laporan Perdagangan Orang Juni 2018. Hlm 226-227.

9|Page
Pemerintah meningkatkan upaya penegakan hukum. Undang-undang anti-perdagangan
orang tahun 2007 mengkriminalkan semua bentuk perdagangan tenaga kerja dan perdagangan
seks orang dewasa dan menetapkan hukuman tiga sampai 15 tahun penjara, yang cukup ketat
dan, sehubungan dengan perdagangan seks, sepadan dengan yang ditentukan untuk kejahatan
berat lainnya, seperti memperkosa. Tidak konsisten dengan hukum internasional, undang-
undang tersebut menuntut demonstrasi kekuatan, penipuan, atau paksaan untuk menjadi
pelanggaran perdagangan seks anak, dan karenanya tidak mengkriminalkan semua bentuk
perdagangan seks anak. Pemerintah Indonesia menghukum seorang pejabat imigrasi di bawah
undang-undang anti-perdagangan manusia 2007 dan menjatuhkan hukuman enam tahun
penjara pada Juni 2017.13
Pemerintah meratifikasi Konvensi ASEAN Menentang Perdagangan Orang, Khususnya
Perempuan dan Anak-anak, melalui pengesahan UU No.12/2017. Undang-undang ini
memperluas kewenangan pemerintah untuk menuntut tersangka untuk perekrutan ilegal dan
memberikan dasar hukum bagi lembaga penegak hukum Indonesia untuk berkolaborasi
dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Koordinasi yang tidak efektif antara polisi, saksi, jaksa, dan hakim terus menghambat
kemampuan pemerintah untuk menyelidiki, menuntut, dan menghukum pelaku perdagangan
manusia, terutama ketika kasus melibatkan banyak yurisdiksi atau negara lain. Polisi
melaporkan 123 investigasi perdagangan orang baru pada 2017, naik dari 110 pada 2016.
Polisi nasional juga melaporkan merujuk 51 investigasi ke kantor jaksa agung pada 2017.
Mahkamah Agung menerapkan mekanisme pencatatan yang komprehensif mengenai
penuntutan, tetapi perbedaan statistik berlanjut karena kurangnya koordinasi dengan badan-
badan penegak hukum, praktik-praktik swa-monitornya sendiri yang informal tetap tidak
berkembang. Mahkamah Agung melaporkan 407 penuntutan trafficking baru selama 2017,
meningkat dibandingkan dengan 263 yang dilaporkan tahun sebelumnya dan hasil dari
pengumpulan data yang meningkat. Mahkamah Agung juga melaporkan 324 hukuman,
dibandingkan dengan 190 pada tahun sebelumnya, hukumannya berkisar dari dua setengah
tahun hingga tujuh tahun.
Kantor Kejaksaan Agung menyelenggarakan pelatihan untuk 580 calon jaksa penuntut
dan berkoordinasi dengan sebuah LSM untuk membuat buku panduan perdagangan manusia
bagi para petugas penegak hukum. Kementerian lain memberikan pelatihan untuk penegakan
hukum dari sembilan provinsi, termasuk 22 kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT), serta
71 anggota gugus tugas penangkapan ikan ilegal.
13 Ibid.

10 | P a g e
Indonesia adalah sumber utama, dan sebagian besar, negara tujuan dan transit bagi
perempuan, laki-laki, dan anak-anak yang menjadi sasaran kerja paksa dan perdagangan seks.
Masing-masing dari 34 provinsi merupakan sumber dan tujuan perdagangan. Pemerintah
memperkirakan 1,9 juta dari 4,5 juta orang Indonesia yang bekerja di luar negeri, banyak dari
mereka adalah perempuan, tidak memiliki dokumen atau telah memperpanjang masa tinggal
visa mereka, meningkatkan kerentanan mereka terhadap perdagangan orang. Angka aktual
kemungkinan lebih tinggi, karena sejumlah besar pekerja migran secara tradisional
menghindari persyaratan penempatan dan perizinan pemerintah di luar negeri, sering kali atas
anjuran para pedagang manusia. Sejumlah besar orang Indonesia dieksploitasi dalam kerja
paksa dan perbudakan utang di Asia dan Timur Tengah, terutama dalam layanan domestik,
pabrik, konstruksi, dan manufaktur, di perkebunan kelapa sawit Malaysia, dan di kapal
penangkap ikan di seluruh Samudra Hindia dan Pasifik. Malaysia tetap menjadi tujuan utama
bagi pekerja migran Indonesia; pemerintah memperkirakan lebih dari satu juta dari 1,9 juta
pekerja Indonesia dalam status tidak teratur berada di Malaysia.
Perempuan dan anak perempuan Indonesia menjadi sasaran perdagangan seks, terutama
di Malaysia, Taiwan, dan Timur Tengah. Pekerja rumah tangga merupakan kelompok terbesar
perempuan Indonesia yang bekerja di Indonesia serta Singapura, Malaysia, Hong Kong dan
Timur Tengah, tetapi mereka tidak dianggap sebagai pekerja formal dan tidak dilindungi oleh
undang-undang perburuhan setempat. Jam kerja yang berlebihan, tidak adanya kontrak
formal, dan upah yang tidak dibayar adalah beberapa pelanggaran yang paling umum yang
dihadapi pekerja rumah tangga Indonesia.
LSM memperkirakan bahwa perekrut tenaga kerja bertanggung jawab atas lebih dari
setengah kasus perdagangan perempuan Indonesia di luar negeri. Pekerja migran sering
menumpuk hutang yang signifikan baik dari rekrutmen tenaga kerja Indonesia maupun luar
negeri, membuat mereka rentan terhadap jeratan hutang. Beberapa perusahaan menggunakan
jeratan hutang, pemotongan dokumen, dan ancaman kekerasan untuk menjaga migran dalam
kerja paksa. Korupsi endemik di kalangan pejabat pemerintah memfasilitasi praktik-praktik
yang berkontribusi terhadap kerentanan perdagangan manusia dalam industri perjalanan,
keramahtamahan, dan perekrutan tenaga kerja.
Di Indonesia, perempuan, laki-laki, dan anak-anak dieksploitasi dalam kerja paksa dalam
penangkapan ikan, pemrosesan ikan, dan konstruksi; di perkebunan, termasuk minyak kelapa
sawit; dan di bidang pertambangan dan manufaktur. Banyak perempuan dan anak perempuan
dieksploitasi dalam perbudakan rumah tangga dan perdagangan seks. Korban sering direkrut
dengan tawaran pekerjaan di restoran, pabrik, atau layanan rumah tangga, tetapi menjadi
11 | P a g e
sasaran perdagangan seks. Ikatan utang sangat lazim di kalangan korban perdagangan seks.
Perempuan dan anak perempuan menjadi korban perdagangan seks di dekat operasi
pertambangan di provinsi Maluku, Papua, dan Jambi. Wisata seks anak lazim di Kepulauan
Riau yang berbatasan dengan Singapura, dan Bali adalah tujuan bagi orang Indonesia yang
bepergian untuk terlibat dalam pariwisata seks anak.
Nelayan Indonesia yang bekerja di kapal berbendera asing melaporkan pelecehan yang
meluas, kerja paksa, gaji yang tidak dibayar, dan, dalam beberapa kasus, tuduhan
pembunuhan. Mereka bekerja di kapal-kapal nelayan berbendera Taiwan, Thailand, Malaysia,
dan Filipina yang beroperasi di Indonesia dan di perairan Thailand, Sri Lanka, Mauritius, dan
India. Lusinan agen perekrutan di Burma, Indonesia, dan Thailand merekrut nelayan,
menugaskan mereka dengan identitas palsu dan dokumen izin kerja, dan memaksa mereka
untuk menangkap ikan berjam-jam di perairan dengan gaji rendah atau tidak dibayar sambil
mengalami penganiayaan fisik yang parah. Para nelayan dilarang meninggalkan kapal mereka
dan melaporkan pelanggaran ini dengan ancaman mengungkapkan identitas palsu mereka
kepada pihak berwenang atau dengan menahan mereka di tanah di penjara sementara. Lebih
dari 7.000 nelayan Indonesia per tahun masuk dan keluar dari kapal asing di pelabuhan di
Cape Town, Afrika Selatan, dilaporkan menghadapi kondisi kerja yang mengerikan, terutama
pada kapal yang dimiliki oleh Taiwan, Korea, dan Jepang.14
Kerjasama Regional ASEANAPOL dalam memberantas perdagangan manusia:

Tujuan dari instrumen hukum ASEANAPOL secara efektif:15

a. mencegah dan memberantas perdagangan orang, terutama perempuan dan anak-anak dan
untuk memastikan hukuman yang adil dan efektif bagi para trafficker;
b. melindungi dan membantu para korban perdagangan orang dengan rasa hormat penuh
terhadap hak asasi mereka dan
c. mempromosikan kerja sama di antara para pihak untuk memenuhi tujuan-tujuan ini
Salah satu pelaksanaan program yang telah dilakukan ASEANAPOL Training
Cooperation Meeting (ATCM) ke-9 dari 22-23 Januari 2019 di Brunei Darussalam
diselenggarakan oleh The Royal Brunei Police Force (RBPF) dengan tema “Dynamic
Capacity Bulding”. Pertemuan dihadiri oleh delegasi negara-negara anggota ASEANAPOL
juga mitra dialog dan pengamat. Komisaris Dato Paduka Seri Haji Mohd Jammy bin Haji
Muhd Shah Al- Islam meresmikan pertemuan tersebut dan menyoroti ASEANAPOL sebagai

14 Ibid.
15 ACTIP, http://www.aseanapol.org/

12 | P a g e
lembaga penegak hukum utama di kawasan dan terus meningkatkan upaya untuk
memperkuat kapasitasnya dalam memerangi dan menyelesaikan kejahatan dengan cara
strategi dan operasi kepolisian yang efektif. Komisioner lebih lanjut menegaskan kembali
bahwa keterlibatan dan kontribusi terutama dari mitra dialog dan pengamat ASEANAPOL
selalu menjadi dorongan utama bagi pengembangan pasukan polisi di wilayah tersebut.
Pertemuan tersebut dipimpin oleh pengawas senior kepolisian, Masni binti Haji Jamil,
Komandan Pusat Pelatihan Polisi, Angkatan Kepolisian Kerajaan Brunei. Perwakilan dari
negara-negara anggota ASEANAPOL memberikan informasi terbaru tentang pelaksanaan
kursus dan program peningkatan kapasitas sehubungan dengan prioritas ASEANAPOL dari
kebutuhan pelatihan. Pertemuan ditutup dengan dengan diskusi yang bermanfaat dan
partisipasi aktif dari semua delegasi. 16

(sumber: www.aseanapol.org)

Perlindungan terhadap Perdagangan dan Penyelundupan Manusia (Trafficking in


Persons/TIP): Trafficking in persons (TIP) merupakan salah satu bentuk kejahatan lintas
negara yang mendapat perhatian dan penanganan serius oleh ASEAN. Pembahasan isu TIP
dilakukan melalui forum ASEAN Senior Officials Meeting on Transnational Crime
(SOMTC),Working Group on TIP (WG on TIP)dan Experts Working Group (EWG) on
ASEAN Convention on Trafficking in Persons (ACTIP) and Regional Plan of Action (RPA)
dengan Filipina bertindak sebagai lead shepherd.

Indonesia didukung oleh Filipina, Kamboja dan Brunei Darussalam menyampaikan agar
Working Group (WG) memfokuskan pada upaya pembentukan ACTIP atau instrumen hukum
lainnya, sebagaimana dimandatkan oleh para Pemimpin ASEAN melalui ASEAN Leaders’

16 Muhammad Faris, http://www.aseanapol.org/display/2019/02/11/9th-aseanapol-training-cooperation-


meeting-(atcm)-on-22-23-january-2019-negara-brunei-darussalam

13 | P a g e
Joint Statement on Trafficking in Persons (Jakarta, Mei 2011) dan ditegaskan lagi dalam
Joint Statement of 8th AMMTC (Bali, Oktober 2011) dan Joint Statement of 9th AMMTC
(Vientiane, September 2013). Pertemuan WG menyepakati usulan Indonesia untuk
membentuk 2 (dua) expert working group guna menyusun draft ACTIP dan RPoA. Kedua
inisiatif tersebut berjalan secara paralel tanpa ada prioritas, dan bersifat saling melengkapi
(complementary).

Pembahasan rancangan ACTIP telah selesai pada Pertemuan ke-9 Experts Working
Group di Manila, bulan Desember 2014. Pembahasan rancangan RPA juga selesai dalam
waktu yang sama. Berdasarkan rencana, rancangan ACTIP diserahkan ke SOMTC dan
AMMTC, untuk selanjutnya diserahkan pada KTT ke-27 ASEAN bulan November 2015.
Pembentukan ASEAN ACTIP sebagai sebuah instrumen yang mengikat sangat penting untuk
menjadilandasan ASEAN dalam menangani kejahatan perdagangan orang, dan meningkatkan
kerja sama, baik dalam konteks ASEAN maupun dengan mitra wicara.

Pencegahan human trafficking oleh ASEANAPOL:

1. Para pihak harus menetapkan kebijakan, program dan tindakan yang komprehensif
lainnya:
a. Mencegah dan memberantas perdagangan orang dan
b. Melindungi korban perdagangan orang, khususnya wanita dan anak-anak
2. Para pihak harus berusaha untuk melakukan tindakan seperti penelitian, informasi,
kampanye media massa, dan inisiatif sosial dan ekonomi untuk mencegah dan
memberantas perdagangan orang.
3. Kebijakan, program, dan tindakan lain sesuai dengan pasal tersebut, sebagaimana
layaknya, termasuk kerjasama dengan organisasi non pemerintah, juga organisasi terkait
lainnya dan elemen masyarakat sipil lainnya.
4. Para pihak harus memperkuat tindakan, termasuk kerjasama bilateral atau multilateral,
untuk meringankan faktor yang membuat orang, khususnya wanita dan anak-anak, rentan
pada perdagangan seperti kemiskinan, keterbelakangan dan kurangnya kesempatan yang
sama.
5. Para pihak harus mengadopsi atau memperkuat legislasi atau tindakan, seperti kebijakan
pendidikan, sosial atau budaya, termasuk kerjasama bilateral dan multilareal, untuk
mencegah permintaan yang mendorong segala bentuk eksploitasi orang, khususnya
wanita dan anak-anak yang mengarah pada trafficking.

Kasus human trafficking di Indonesia yang telah berhasil diungkap Kepolisian Republik
Indonesia yang merupakan bagian dari ASEANAPOL, Kepala Badan Reserse dan Kriminal
14 | P a g e
(Bareskrim) Mabes Polri, Komjen Pol Ari Dono Sukmanto menyatakan bahwa pengungkapan
kasus Human Trafficking di Pulau Rote pada 2017 tidak terlepas dari peran kerjasama
ASEANAPOL.

Keberhasilan Indonesia mengungkap kasus kejahatan kemanusiaan akhir-akhir ini,


memberikan dampak tegas dan jelas. Salah satunya terungkapnya kejahatan perdagangan
manusia di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Seluruh delegasi yang saat ini tengah
berkumpul dalam konferensi ASEANAPOL ke-37 di Singapura pun meminta Indonesia
memaparkan keberhasilan pengungkapan kasus itu seperti terlihat pada gambar di bawah ini:

(sumber: www.jpnn.com)

Berdasarkan data, kasus itu bermula pada Minggu 31 Mei 2017. Saat itu, dua kapal
mengangkut imigran di Pulau Lanu, Rote, NTT terdampar. Kedua kapal itu ternyata
mengangkut imigran sebanyak 65 orang yang terdiri dari sepuluh Warga Negara (WN)
Bangladesh, satu orang WN Myanmar dan 54 WN Srilangka. Para WN asing itu berangkat
dari Tegal, Jawa Tengah, dengan tujuan ke Selandia Baru. Saat memasuki perairan Australia,
dicegat oleh petugas perbatasan dan didorong sampai ke perbatasan Indonesia lalu terdampar
di Pulau Rote, NTT. Pengakuan para korban mereka diselundupkan untuk mencari kehidupan
yang lebih baik di negara baru karena di negara asalnya, mereka merasa terancam
kehidupannya. Polri akhirnya berhasil mengungkap sekaligus menangkap sindikat yang
mengorganisir penyelundupan manusia tersebut yang dikendalikan oleh Thines Khumar dan
Abrham Louhenapessy alias Kapten Bram. Pengadilan akhirnya memvonis mereka karena
telah melanggar undang-undang keimigrasian dengan kurungan masing-masing lima tahunan.

Para korban membayar sindikat sebesar USD 4 ribu sampai USD 8 ribu. Para pelaku,
mendapat keuntungan haram mereka sekitar USD 325 ribu atau setara Rp 4 miliar. Pihak

15 | P a g e
kepolisian juga menemukan fakta lain yang berangkat dari penelusuran rekening dari
koordinator sindikat yaitu Thines Khumar yang dikenakan TPPU mengerucut pada seorang
WN Srilangka. Polri sendiri, telah bekerjasama dengan berbagai pihak baik di dalam dan luar
negeri. Salah satunya dengan Interpol agar menerbitkan red notice dan dengan Australian
Federal Police (AFP) agar menerbitkan blue notice terhadap terduga asal Srilangka itu.

Kabareskrim Polri Komjen Ari Dono Sukmanto mengatakan, “pengungkapan tersebut


pun diminta untuk dijelaskan dalam forum konferensi ASEANAPOL. Keberhasilan Polri
mendapat apresiasi dari seluruh delegasi dalam ASEANAPOL sekaligus sama-sama belajar
agar bersama berhasil mengungkap salah satu jenis kejahatan transnasional ini. Meski
mendapat apresiasi besar, tapi ini merupakan kerja tim. Kerja sama lintas instansi bahkan
negara. Polri meyakini, satu demi satu, para pelaku perdagangan manusia itu pasti bakal
tertangkap. Dunia, khususnya ASEAN tak memberi ruang bagi kejahatan HAM berat ini.”17

ASEANAPOL juga berpartisipasi pada Bali Process 2018 lalu. Perwakilan dari
Sekretariat ASEANAPOL DSP Saralathan Duraisamy dengan 16 peserta lainnya dari
sembilan negara, termasuk beberapa Negara Anggota ASEANAPOL telah menghadiri
"Pelatihan Manajemen Perbatasan Bali Process tentang Penanggulangan Penyelundupan
Manusia, Perdagangan Orang dan Kejahatan Transnasional Terkait di Bandara" di JCLEC di
Semarang, Indonesia antara 23 - 27 April 2018.
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan kerangka kerja bersama bagi badan-badan
manajemen perbatasan di Negara-negara Anggota Proses Bali untuk pelatihan induksi standar
bagi para pejabat perbatasan garis depan dan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan, baik di tingkat nasional maupun regional. Lebih lanjut, ia berupaya
mempromosikan pengembangan pendekatan bersama untuk melaksanakan tugas-tugas
kontrol perbatasan garis depan, sehingga memperkuat kemampuan manajemen perbatasan
dan kerja sama di antara Negara-negara Anggota. Topik yang dibahas selama
lokakarya/pelatihan adalah penyelundupan dan perdagangan orang di lingkungan bandara.
Penilaian wisatawan atau penumpang dan identifikasi penipu termasuk topik yang disorot.
Semua peserta memainkan peran aktif, mempresentasikan laporan negara mereka dan
membahas beberapa studi kasus. Presentasi, diskusi, berbagi pengalaman dan pendekatan
praktis termasuk di antara jadwal program di lokakarya tersebut. Sekretariat menilai bahwa

17 JPNN, https://www.jpnn.com/ungkap-perdagangan-manusia-polri-dipuji-negara-asean/

16 | P a g e
pelatihan ini relevan dengan ASEANAPOL karena Perdagangan Manusia, Terorisme, dan
Penipuan Dokumen Perjalanan adalah salah satu fokus utama ASEANAPOL.18

KESIMPULAN

Peran ASEANAPOL sejauh ini memfasilitasi kerjasama kepolisian antar negara-negara


ASEAN dalam upaya memberantas perdagangan manusia di kawasan ASEAN. Walaupun
hanya sekali ASEANAPOL melakukan fungsinya seperti bertukar informasi, personil,
pelatihan dll dengan tetap memantau aktivitas negara anggotanya yang dilakukan dan
melibatkan seluruh kepolisian negara anggota termasuk institusi POLRI di dalamnya itu
sudah menjadi bukti eksistensi peran ASEANAPOL apalagi sudah dilakukan berkali-kali
setiap tahun bergiliran di tiap negara anggotanya sesuai permintaan abjad (alphabetical
order) guna menyusun serta mengevaluasi kerjasama yang sedang berlangsung. Program
peningkatan kapasitas aparat penegak hukum dalam bidang tipologi dan modus operandi
pelanggaran HAM di Asia Tenggara termasuk Indonesia dibutuhkan. Pemahaman ini
diperlukan untuk mengatasi kasus perdagangan orang secara efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Albanese, J.S. 2005. Transnational Crime. Whitby: de Sitter Publications.

Amiruddin, Mariana. 2008. “Wilayah Tertinggal, Migrasi dan Perdagangan Manusia”. Jurnal
Perempuan, Nomor 59. Hlm.7-20.
ASEANAPOL Bulletin, http://www.aseanapol.org/docs/default-source/bulletin/aseanapol-
bulletin-2018.pdf?sfvrsn=2
ASEANAPOL, http://www.aseanapol.org/about-aseanapol/objectives-and-functions
ASEAN Political-Security Community Blueprint, https://asean.org/asean-political-security-
community/

ASEAN Convention Against Trafficking in Persons Especially Women and Children dan
ASEAN Plan of Action to Combat Transnational Crime,https://Asean.org/asean-
convention-against-trafficking-in-persons-especially-women-and-children/

Choiruzzad, Shofwan Al Banna. 2015. ASEAN di persimpangan sejarah. Politik Global,


Demokrasi & Integrasi Ekonomi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
18 Aseanapol Secreariat. Aseanapol Bulletin 8th Edition. KL: Superior Press. 2018. Hlm.31

17 | P a g e
Dunne, Tim and Marianne Hanson. 2008. Human Rights in International Relations. Oxford:
OUP

Wardah, Fathiah. KPAI: Magang ke Luar Negeri Jadi Modus Baru Perdagangan Anak,
www.voaindonesia.com/a/kpai-magang-ke-luar-negeri-modus-baru-perdagangan-
anak-/4331568.html

Francis T. Miko. 2001. Perdagangan wanita dan anak-anak. Jakarta: Progressia.

Garner, Bryan A. 2009. Blacks Law Dictionary ninth edition. USA: West Group St Paul
Minn.

Husni, Lalu. 2014. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Kartasasmita, Koesnadi. 1983. Organisasi dan Administrasi Internasional. Bandung: FISIP


UNPAD Press.
Kementerian Luar Negeri RI. 2019. Masyarakat Politik-Keamanan ASEAN,
https://kemlu.go.id/portal/id

Keohane, R., & Martin, L.L. 1995. The Promise of Institutionalist Theory. International
Security Journal.

Lapian, L.M. Gandhi dan Hetty A.G. 2006. Trafficking Perempuan dan Anak. Jakarta:
Kerjasama Yayasan Obor, Convention Watch, Pusat Kajian Perempuan Universitas
Indonesia dan NZAID.

Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional; Disiplin dan Metodologi. Jakarta:
LP3ES.

Nuraeny, Henny. 2016. Tindak Pidana Perdagangan Orang dalam Perspektif Hak Asasi
Manusia. Depok: PT. Raja Grafindo Persada.

Laporan TIP. 2017. Trafficking in Person Report June 2017. USA: Department of State.

Laporan TIP. 2018. Trafficking in Person Report June 2018. USA: Department of State.

Perwita, Banyu dan Yani, Yanyan M. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.
Bandung: Rosdakarya.

18 | P a g e
Rudi, Teuku May. 1993. Organisasi dan Administrasi Internasional. Bandung: PT. Eresco.

Sullivan, Barbara. 2010. Trafficking in human beings. In Laura J. Shepherd (Ed.), Gender
Matters in Global Politics: A feminist introduction to international relations. Abingdon,
Oxen, U.K.: Routledge.

Pettman, Jindy. 2010. “Migration”, dalam Laura J. Shepherd (ed). Gender Matters in Global
Politics: A Feminist Introduction in International Relations. London and New York:
Routledge, 2010. Hlm. 251-264

19 | P a g e

S-ar putea să vă placă și