Sunteți pe pagina 1din 13

Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVII, No.

87, Desember 2015 ISSN : 0854-901X

HOG CHOLERA DI KABUPATEN SABU RAIJUA,


NUSA TENGGARA TIMUR, LAPORAN KASUS

(Hog Cholera in Sabu Raijua Regency, East Nusa Tenggara; Case Report)

I.K.E. Supartika., I.G.A.J. Uliantara dan C. R. K. Ananda

Balai Besar Veteriner Denpasar.

ABSTRAK

Kasus Hog Cholera telah terjadi di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur. Kejadian
penyakit diperkirakan mulai pada bulan Maret 2015 dengan tingkat morbiditas dan
mortalitas masing-masing sebesar 25% dan 80%. Babi yang sakit menunjukkan gejala
klinis: tidak mau makan, demam, diare, ada gejala saraf (berputar-putar), perdarahan ptekie
multifokal pada kulit di daerah punggung, dan abdomen.

Pada pengamatan patologi anatomi: otak besar mengalami kongesti, paru-paru mengalami
edema disertai perdarahan, ginjal, limpa dan hati mengalami kongesti, jantung tidak
mengalami perubahan, usus halus dan usus besar mengalami ulserasi serta diselimuli
eksudat kataralis. Hasil pemeriksaan histopatologi, pada otak besar maupun otak kecil
terlihat adanya infiltrasi sel-sel limfosit dan edema perivaskuler, bronkopneumonia hebat
pada paru-paru disertai infiltrasi sel-sel limfosit dan neutrofil. Multi fokal nekrosis terjadi
pada limpa, atrofi folikuler pada limfoglandula. Nekrosis ulseratif disertai radang katarrhalis
ditemukan pada usus halus dan usus besar. Hasil pengujian sampel di laboratorium dengan
metode ELISA dan PCR semuanya positif Hog Cholera.

Kata kunci: Hog Cholera, Kasus, Sabu Raijua

ABSTRACT

Hog Cholera cases have occurred in Sabu Raijua regency, East Nusa Tenggara. The
incidence of the disease is estimated to begin on June 2015 with a morbidity and mortality
rate of 25% and 80% respectively. Sick pigs showed symptoms such as; lossing appetite,
fever, diarrhea, nervous signs (circling), multifocal ptechial hemorrhage of skin in areal of
back and abdominal.

Grossly, there was congestion of cerebrum, edema and hemorrhage of lung. Kidney, spleen
and liver look congestion. There were no changes of heart. Ulceration and exudates
catarrhal found in the small and large intestine. Histopathologically, there were infiltrations of
small lymphocytes around venula and edema perivascular found in cerebrum and
cerebellum. Severe bronchopneumonia in the lung accompanied by infiltration of
lymphocytes and neutrophil cells. Multifocal necrosis of the spleen, follicular atrophy of
lymph node. There were necrotizing ulcerative accompanied catarrhal inflammation were
found in the small and large intestine.The test results in the laboratory by ELISA and PCR,
all of the samples were positive Hog Cholera.

Key words: cases, Hog Cholera, pathological changes, Sabu Raijua


Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVII, No. 87, Desember 2015 ISSN : 0854-901X

PENDAHULUAN Kehutanan Kabupaten Sabu


Raijua.
Hog Cholera (HC) merupakan
Metode
penyakit viral sangat menular
Metode pengujian yang dilakukan
pada babi disebabkan oleh
adalah uji serologis ELISA Hog
Pestivirus dari keluarga
Cholera yang dilakukan di
Flaviviridae, menimbulkan
Laboratorium Virologi, isolasi dan
kerugian ekonomi yang sangat
identifikasi bakteri di Laboratorium
nyata bagi peternak babi.
Bakteriologi, serta pemeriksaan
Keganasan penyakit tergantung
histopatologi di Laboratorium
pada umur babi dan tingkat
Patologi, Balai Besar Veteriner
kekebalan kelompok babi. Kasus
Denpasar.
akut disebabkan oleh virus HC
HASIL
yang ganas, menimbulkan
Kronologis kejadian; pada tanggal
mortalitas yang sangat tinggi
23 Juni 2015 Bapak Kepala Balai
sehingga dengan mudah
Besar Veteriner Denpasar
didiagnosa, sedangkan infeksi
mendapatkan pesan singkat dari
yang disebabkan oleh virus HC
Direktur Kesehatan Hewan,
yang kurang ganas gejala
Direktorat Jendral Peternakan dan
klinisnya tidak jelas. Umumnya
Kesehatan Hewan, Jakarta bahwa
terjadi pada babi dewasa dengan
ada kasus kematian babi di
penampilan reproduksinya yang
Kabupaten Sabu Raijua
kurang baik. Kasus HC muncul
berdasarkan laporan melalui
pertama kali di Provinsi Nusa
program iSIKHNAS [Syndrom
Tenggara Timur pada tahun 1997
prioritas; 2119444] Zelia Maria Da
dan dikonfirmasi secara laboratoris
Cruz (081328390245) melaporkan
pada tahun 1998. Hog cholera
4 ekor yang dicurigai Classical
dilaporkan pertama kali di
Swine Fever pada babi di Mebba,
Kabupaten Sabu Raijua pada
Sabu Barat, Sabu Raijua, Nusa
tahun 1999. Vaksinasi HC secara
Tenggara Timur. DDx: Classical
rutin dilakukan pada ternak babi,
Swine Fever. Selanjutnya Kepala
namum kasus HC tetap muncul
Balai Besar Veteriner Denpasar
dan cendrung bersifat endemis.
memberikan tugas tambahan
kepada Drh. I Ketut Eli Supartika,
MATERI DAN METODE
MSc dan Cokorde Raka Kresna
Materi
Ananda untuk melakukan
Investigasi dilakukan dengan
investigasi yang kebetulan pada
melakukan pengamatan langsung
tanggal 25-28 Juni 2015 mendapat
ke lokasi kejadian, pengumpulan
tugas melakukan surveilans
data jumlah kasus kematian,
Anthrax, SE, Brucellosis, IBR,
populasi ternak babi, cakupan
Surra, parasit gastrointestinal di
vaksinasi, perlakuan terhadap
Kabupaten Sabu Raijua,
ternak babi yang sakit atau mati,
berdasarkan SPT Nomor:
informasi tentang lalu lintas ternak
15059/TU.040/F5.F/06/2015.
dari dan ke Kabupaten Sabu
Raijua serta tindakan yang telah
Hasil investigasi dilapangan:
dilakukan oleh Dinas Pertanian,
Investigasi yang dilakukan di
Perkebunan Peternakan dan
Dusun Tulaika, RT 10, RW 5,
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVII, No. 87, Desember 2015 ISSN : 0854-901X

Desa Meba, Kecamatan Sabu sp), Balai Besar Veteriner


Barat, Kabupaten Sabu Raijua Denpasar.
pada peternakan babi milik Bapak
Musa Lede, Babi dipelihara dalam Di Kelurahan Leba, Kecamatan
kandang. Jenis babi yang Sabu Barat, Kabupaten Sabu
dipelihara jenis persilangan. Raijua pada peternakan babi milik
Jumlah babi yang dipelihara: 8 Bapak Yunius Kore (Kelompok
ekor, mati 2 ekor (Mortalitas 25%), Maranata). Kejadian penyakit
sakit 2 ekor Morbiditas 25%), dimulai pada bulan Maret 2015.
masih sehat sebanyak 4 ekor. Jumlah babi yang dipelihara: 50
Belum pernah divaksin Hog ekor, sakit 40 ekor (Morbiditas
Cholera. Babi yang mati dan sakit 80%), mati 40 ekor (Mortalitas
berumur 2 bulan, jenis kelamin 80%) . Ternak babi yang
jantan. Babi yang sakit dipelihara jenis persilangan.
menunjukkan gejala klinis: tidak Selama terjadinya kasus, babi
mau makan, demam, diare, ada yang mati adalah kebanyakan
gejala saraf (berputar-putar), anak babi, namum demikian babi
perdarahan ptekie multifokal pada dewasa, pejantan dan induk juga
kulit didaerah punggung, abdomen ada yang mati. Babi dipelihara
(Gambar 1). Tidak bisa berdiri. dalam kandang. Informasi dari
Lama sakit selama 3 minggu Atas peternak menyebutkan bahwa
seijin pemilik ternak pada 2 ekor gejala klinis babi yang sakit antara
babi yang sakit diambil serum dan lain: tidak mau makan, demam,
darah dalam heparin. Selanjutnya mencret, ada gejala saraf
satu ekor babi yang sakit (berputar-putar) perdarahan ptekie
dinekropsi.Pada pengamatan multifokal pada kulit. Pada induk
patologi anatomi: otak besar terjadi keguguran. Tidak bisa
mengalami kongesti, paru-paru berdiri. Lama sakit selama 1-3
mengalami edema disertai minggu.. Pada babi yang masih
perdarahan, ginjal, limpa dan hati sehat di ambil sampel: serum
mengalami kongesti, jantung tidak (kode B3, B4), darah (kode 4),
mengalami perubahan, usus halus
Investigasi di Dusun Pedami,
dan usus besar mengalami
Desa Railoro, Kecamatan Sabu
ulserasi serta diselimuli eksudat
Barat, Kabupaten Sabu Raijua
kataralis (Gambar 2 s/d 8). Sampel
pada peternakan babi milik Bapak
organ terdiri dari paru-paru, hati,
Markus Hunggurehe. Jumlah babi
ginjal, limpa, otak besar, otak kecil,
yang dipelihara: 18 ekor, sakit 12
jantung,. usus halus, usus besar,
ekor (Morbiditas 66,67%), mati 12
trakea, limfoglandula mesenterika
ekor (Mortalitas 66,67%) . Babi
diambil selanjutnya dimasukkan
jenis persilangan. Ternak babi
dalam formalin buffer 10% untuk
yang mati adalah babi induk, babi
pemeriksaan histopatologi dan
dewasa serta anaknya. Babi
sebagian diambil segar untuk
dipelihara dengan cara mengikat
pengujian lebih lanjut di
salah satu kaki babi selanjutnnya
Laboratorium Virologi dan
diikatkan pada batang pohon, atau
Bakteriologi (Isolasi dan
tonggak. Kejadian penyakit dimulai
identifikasi bakteri (Streptococcus
pada bulan Maret 2015
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVII, No. 87, Desember 2015 ISSN : 0854-901X

Data populasi ternak babi dan Tabel 2.


realisasi vaksinasi Hog Cholera Realisasi vaksinasi Hog Cholera di
di Kabupaten Sabu Raijua. Kabupaten Sabu Raijua Tahun 2012
– 2014.
Data jumlah populasi ternak babi
di Kabupaten Sabu Raijua tahun No Tahun Realisasi
2011 ada sebanyak 25.987 ekor Vaksinasi
(Sumber: Website Kabupaten Hog Cholera
Sabu Raijua; http/:www.sabura
ijuakab.go.id) disajikan pada 1 2012 6.335 ekor
(Tabel 1). Untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit HC 2 2013 7.881 ekor
pemerintah Kabupaten Sabu 3 2014 6.772 ekor
Raijua telah mengalokasikan dan
merealisasikan vaksin HC
sebagaimana disajikan pada
Tabel 2. Informasi dari mantan petugas
Tabel 1. Karantina Hewan dan
Tumbuhan di Kabupaten Sabu
Populasi Ternak Babi di Masing-Masing Raijua, setiap dua minggu
Kecamatan di Kabupaten Sabu Raijua
rata-rata ada 50 ekor babi
Tahun 2011.
masuk melalui pelabuhan
No Kecamatan Populasi Seba, di Kecamatan Sabu
Babi Barat yang berasal dari
Kabupaten Ende, Kupang dan
1 Raijua 3.352 Rote Ndao.

2 Sabu Barat 8.987 Hasil pengujian

3 Hawu Mehara 3.263 laboratorium.

Pada investigasi kasus


4 Sabu Timur 3.010 kematian babi di Kabupaten
Sabu Raijua diambil 5 sampel
5 Sabu Liae 3.842 serum, 2 sampel darah dalam
heparin, serta organ segar
6 Sabu Tengah 3.533
dengan hasil sebagaimana
disajikan pada Tabel 3.
Jumlah 25.987
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVII, No. 87, Desember 2015 ISSN : 0854-901X

Tabel 3.
Hasil pengujian sampel yang di ambil pada investigasi HC di Kabupaten Sabu Raijua.
No Jenis Sampel Metode pengujian Hasil Keterangan

Deteksi antibody Hog Semua sampel


Serum kode B1-
1 Cholera dengan positif antibodi Lab. Virologi
B5
ELISA Hog Cholera

PBMC kode 1 Kode 1 positif


2 PCR Lab. Virologi
dan 4 Hog Cholera

Deteksi antigen virus


Positif Hog
3 Organ segar Hog cholera dengan Lab. Virologi
Cholera
ELISA

Klebsiella sp
Isolasi dan
4 Organ segar Bacillus sp Lab. Bakteriologi
identifikasi kuman
E. coli

dinekropsi di Kabupaten Sabu


Hasil pemeriksaan perubahan
Raijua disajikan pada Tabel 4
histopatologi kasus dugaan
dan Gambar 9 s/d 16.
penyakit Hog Cholera yang

Tabel 4.
Gambaran Histopatologi Kasus HC di Kabupaten Sabu Raijua.

No Organ Gambaran perubahan Histopatologi

Terlihat adanya ensefalitis ditandai dengan


Otak besar/otak
1 adanya edema perivaskuler serta infiltrasi sel-
kecil
sel limfosit perivascular cuffing

Terlihat adanya bronkopneumonia hebat,


2 Paru-pru lumen bronkus berisi eksudat disertai sel-sel
limfosit dan neutrofil, edema, perdarahan

Mengalami kongesti, infiltrasi sel-sel linfosit


3 Hati
pada daerah segitiga Kiernan dan sinusoid.

Mengalami atrofi folikel, nekrosis multifocal


4 Limpa
pada para folikel.

5 Limfoglandula Mengalami atrofi folikel

Terlihat adanya infiltrasi sel-sel limfosit pada


6 Ginjal
glomerulus dan jaringan interstisial ginjal

7 Lambung Epitel lamina mukosa lambung mengalami


nekrosis disertai perdarahan dan ditutupi oleh
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVII, No. 87, Desember 2015 ISSN : 0854-901X

eksudat katarrhal.

Nekrosis disertai ulserasi pada lamina propria


8 Usus halus mukosa disertai infiltrasi sel-sel limfosit dan
ditutupi oleh eksudat katarrhalis

Nekrosis disertai ulserasi pada lamina propria


9 Usus besar mukosa disertai infiltrasi sel-sel limfosit dan
ditutupi oleh eksudat katarrhalis

1 2

Gambar 1.
Gejala klinis babi kasus HC di kabupaten Sabu Raijua: terlihat adanya perdarahan ptekie
pada bagian punggung, abdomen serta ekstrimitas. 2. Pada pengamatan patologi
anatomi, organ otak terlihat mengalami kongesti, perdarahan.
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVII, No. 87, Desember 2015 ISSN : 0854-901X

3 4

5 6

7 8

Gambar 3

Paru-paru mengalami edema, perdarahan pada lobus diafragmatikus. 4. Limpa


membengkak disertai nekrosis multi fokal, 5. Hati terlihat membengkak. 6. Gastrium
diselimuti eksudat katarrhal. 7&8. Usus terlihat adanya kongesti, lumen usus diselimuti
eksudat katarrhal
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVII, No. 87, Desember 2015 ISSN : 0854-901X

9 10

11 12

13 14
Gambar 9

Otak besar mengalami ensefalitis disertai infiltrasi sel-sel limfosit peri vaskuler. 10.
Multi fokal nekrosis pada parafolikel limpa. 11. Infiltrasi sel-sel limfosit pada jatingan
interstitial ginjal. 12. Atrofi folikel pada limfoglandula. 13. Paru-paru mengalami
bronkopneumonia. 14. Infiltrasi sel-sel limfosit pada sinusoid dan segitiga Kiernan
organ hati.
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVII, No. 87, Desember 2015 ISSN : 0854-901X

15 16
Gambar 15 dan 16
usus halus dan usus besar mengalami perdarahan, nekrosis epitel
mukosa disertai infiltrasi sel-sel limfosit. Mukosa diselimuti oleh radang eksudat
katarrhalis.

95% disusul dengan babi


PEMBAHASAN dewasa dengan tingkat
mortalitas 10% dan babi induk
Berdasarkan hasil investigasi di dan pejantan dewasa dengan
lapangan dan konfirmasi tingkat mortalitas 5%.
pengujian laboratorium bahwa Keganasan penyakit berkaitan
kasus kematian babi yang erat dengan strain virus, umur
terjadi di Kabupaten Sabu babi dan status kekebalan
Raijua disebabkan oleh kelompok babi. Penyakit
penyakit Hog Cholera. Kasus bersifat akut sering terjadi pada
mulai muncul pada bulan Maret babi-babi muda sedangkan
2015. Lokasi awal kasus tidak penyakit subakut dan kronis
diketahui dengan pasti. Babi lebih banyak terjadi pada babi
tiba-tiba sakit, menular dengan dewasa (Fernandez and With,
cepat dan menimbulkan 2010).
kematian yang cukup banyak
dengan morbiditas dan
Hasil penyidikan dilapangan
mortalitas penyakit berkisar
dan informasi dari peternak,
antara 25%-80%. Hog Cholera
babi yang sakit menunjukkan
merupakan penyakit viral
gejala klinis seperti: demam,
menular yang sangat ganas
tidak mau makan, muncul
pada ternak babi, menyerang
bercak-bercak kemerahan
babi dari segala umur. Hasil
(perdarahan ptekie) pada
penelitian yang dilakukan oleh
bagian kulit telinga, punggung,
Supar tahun 1997 menyebutkan
perut dan kaki.Babi berjalan
bahwa penyakit Hog Cholera
sempoyongan, tidak bisa berdiri
lebih banyak menimbulkan
serta diare berwarna
kematian pada anak babi
kekuningan. Gejala klinis
dengan tingkat mortalitas 80-
seperti ini mirip dengan
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVII, No. 87, Desember 2015 ISSN : 0854-901X

penyakit Streptococcosis pada atrofi folikel disertai adanya


babi, namun hasil pengujian nekrosis.
sampel organ segar di
Laboratorium Bakteriologi
Dari lima sampel serum yang
berhasil diisolasi kuman:
diperiksa semuanya positif
Klebsilla sp, Bacillus sp dan E.
mengandung antibodi HC. Babi
coli, tidak ada tumbuh kuman
penderita HC biasanya mampu
Streptococcus zooepidemicus
membentuk respon antibodi,
sebagai penyebab penyakit
namun titernya rendah dan
Streptococcosis pada babi.
biasanya tidak mampu
Streptococcosis merupakan
menahan serangan virus HC.
diagnosa banding penyakit HC.

Kasus Hog Cholera di Provinsi


Hasil pengamatan patologi
NTT dilaporkan pertama kali
anatomi dari satu ekor babi
tahun 1997 di desa Tarus,
yang menunjukkan gejala klinis
Kabupaten Kupang (Santhia
pada otak besar ditemukan
dkk, 2008) dan tahun 1999
adanya perdarahan, paru-paru
dilaporkan terjadi di Sabu
mengalami edema serta
Raijua (Leslie, 2012) dan terus
perdarahan terutama pada
menyebar ke kabupaten lainnya
lobus diafragmatikus. Hasil
akibat tingginya lalu lintas
pemeriksaan histopatologi,
perdagangan babi antar pulau
pada otak besar maupun otak
di NTT. Hog cholera cendrung
kecil terlihat adanya infiltrasi
bersifat endemis di kabupaten
sel-sel limfosit dan edema
Sabu Raijua. Dinas Peternakan
perivaskuler, bronkopneumonia
Provinsi Nusa Tenggara Timur
hebat pada paru-paru disertai
pada tahun 2012 dan 2013
infiltrasi sel-sel limfosit dan
melaporkan adanya kasus Hog
neutrofil, multi fokal nekrosis
Cholera di Kabupaten Sabu
pada limpa, atrofi folikuler pada
Raijua masing-masing 19 dan 3
limfoglandula, nekrosis ulseratif
kasus. Sementara pada tahun
disertai radang katarrhalis pada
2014 tidak ada laporan adanya
usus halus dan usus besar.
kasus kematian ternak babi
Penularan virus HC umumnya
akibat HC. Munculnya kasus
terjadi melalui kontak langsung.
Hog Cholera di kabupaten Sabu
Virus HC masuk melalui
Raijua tahun 2015 tidak lepas
membrana mukosa tonsil,
dari beberapa faktor antara lain:
menyebar secara sistemik,
kebanyakan ternak babi
mempengaruhi sistem sirkulasi
dipelihara dalam keadaan
sehingga menimbulkan lesi
bebas berkeliaran, hanya
seperti: kongesti, edema,
sedikit ternak babi dipelihara
perdarahan pada berbagai
dalam kandang. Banyaknya
organ serta infark terutama
babi yang diantarpulaukan
pada organ limpa. Virus HC
melalui pelabuhan Seba, Sabu
bereplikasi pada sistem
Barat yang berasal dari
retikuloendotelial terutama
Kupang, Ende, dan Rote Endao
pada limpa, limfoglandula dan
yang merupakan daerah
lempeng payer mengakibatkan
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVII, No. 87, Desember 2015 ISSN : 0854-901X

endemis Hog Cholera. Kurang b. Saran-saran.


lebih ada sebanyak 50 ekor
Untuk mencegah berulangnya
babi ke luar/masuk pelabuhan
kasus Hog Cholera di
Seba setiap dua minggu yang
Kabupaten Sabu Raijua maka
lebih banyak untuk kepentingan
perlu dilakukan langkah-
adat (Drh. Wayan Rudi, mantan
langkah sebagai berikut.
petugas Karantina Hewan dan
1. Lakukan vaksinasi pada
Tumbuhan kabupaten Sabu
ternak babi secara berkala
Raijua). Disamping itu realisasi
sehingga cakupan vaksinasi
vaksinasi Hog Cholera di
Hog Cholera lebih dari 90%
kabupaten Sabu Raijua masih
dan seroprevalensi lebih
rendah. Rata-rata realisasi
dari 70%. .
vaksinasi Hog Cholera setiap
2. Sosialisasi secara berkala
tahunnya berkisar 6.996 dosis
oleh petugas Puskeswan/
sedangkan populasi ternak babi
Peternakan tentang
di Kabupaten Sabu Raijua
penyebab dan bahaya
berkisar 25.987 ekor. Kalau
penyakit Hog Cholera serta
pelaksanaan vaksinasi Hog
kerugian ekonomi yang
Cholera sesuai dengan
ditimbulkan
rencana, ini berarti bahwa
3. Sitem kewaspadaan dini
cakupan vaksinasi Hog Cholera
terhadap penyakit Hog
di kabupaten Sabu Raijua baru
Cholera perlu ditingkatkan
mencapai 26,92%. Hal ini
melalui kegiatan
menunjukkan bahwa masih
surveilans/monitoring
banyak ternak babi yang belum
sehingga bila ada
memperoleh vaksinasi Hog
peningkatan kasus
Cholera. Untuk melindungi
kematian ternak babi bisa
peternakan babi dari penyakit
segera ditangani.
Hog Cholera cakupan vaksinasi
di daerah tersebut minimal 90%
dengan seroprevalensi minimal
70%
KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan:

Berdasarkan data hasil


investigasi, anamnesa, gejala
klinis, gambaran perubahan
patologi anatomi dan
histopatologi serta hasil
pengujian laboratorium
disimpulkan penyebab
kematian babi di Kabupaten
Sabu Raijua adalah akibat
penyakit Hog Cholera.
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVII, No. 87, Desember 2015 ISSN : 0854-901X

DAFTAR PUSTAKA

Fernandez, PJ and White, WR.


(2010). Atlas of Transboundary
Animal Diseases.OIE. pp.49-60

Leslie, E.E.C. (2012). Pig Movement


Across Eastern Indonesia and
Associated Risk of Classical Swine
Fever Transmission. PhD Thesis.
Faculty of Veterinary Science. The
University of Sydney.

Santhia, K.A.P., Dibia, N., Purnatha,


N dan Sutami, N (2008). Surveilans
Dalam Rangka Pemberantasan Hog
Cholera di Kabupaten Alor, Nusa
Tenggara Timur. Buletin Veteriner,
BBVet Denpasar, Vol. XX. No. 72
pp.14-25.

Supar (1997). Pengendalian


Penyakit Hog Cholera dengan
Vaksin Aktif Galur China (Pestiffa)
yang Dimodifikasi: Suatu Studi
Lapang pada Peternakan Babi di
Tangerang, Jawa Barat. Seminar
Nasional Peternakan dan Veteriner.
Pp. 1003-1008

Luo, Y., Li, S., Sun, Y and Qiu, HJ


(2014). Classical Swine Fever in
China: A Minireview. Veterinary
Microbiology

.
Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVII, No. 87, Desember 2015 ISSN : 0854-901X

S-ar putea să vă placă și