Sunteți pe pagina 1din 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO DI INSTALASI


FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG
TAHUN 2018

Khansa Maghfira Djatnika, Septo Pawelas Arso, Sutopo Patria Jati


Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: khansa_djatnika@hotmail.com

Abstract : Risk management is an activity to identify, assess, and formulate risk


priorities proactively with the aim of eliminating or minimizing the impact of risk,
as well as an effort to improve the quality and patient safety purposes. Secondary
data shows that the Pharmacy Installation of Tugurejo Hospital Semarang
consists of high-risk services. The study aims to analyze the implementation of
risk management at Pharmacy Installation of Tugurejo Hospital Semarang.
Research variables are context establishment, risk assessment, risk treatment,
monitoring and review, and communication and consultation. This research is a
qualitative descriptive study using in-depth interviews and document review. The
results of the study show that risk management in the Pharmacy Installation of
the Tugurejo Regional General Hospital is still ineffective based on ISO 31000:
2009 standard anylisis. Researcher found incongruity in the studied variables
which are generally caused by weak communication and consultation and also
weak monitoring and review which only focused on the risk treatment stage when
it is supposed to be done at all stages of risk management. Recommended that
Pharmacy Installation should improve internal communication and hospital
management should be to be more committed in providing feedback and
monitoring the risk management sustainability in the work unit.

Keywords : risk, risk management, pharmacy installation

PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan industri lainnya sehingga
institusi pelayanan kesehatan yang meningkatkan potensi terjadinya
menyelenggarakan pelayanan kesalahan dan juga meningkatkan
kesehatan perorangan secara kerumitan organisasi untuk
paripurna yang menyediakan menghindarinya.3 Dalam Pasal 43,
pelayanan rawat inap, rawat jalan, UU RI Nomor 44 Tahun 2009,
dan gawat darurat.1 pemerintah mewajibkan rumah sakit
World Health Organization untuk menerapkan standar
(WHO) memperkirakan 1 dari 10 keselamatan pasien. Hal ini
pasien rumah sakit di negara diwujudkan dengan
berpendapatan tinggi dirugikan diselenggarakannya program
selama mendapat pelayanan rumah manajemen risiko. Selain
sakit. Kerugian dapat diakibatkan berkontribusi pada keselamatan
oleh berbagai macam insiden atau pasien, manajemen risiko juga
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).2 merupakan wujud penerapan prinsip
Hal ini salah satunya dipengaruhi good corporate governance.4
oleh kompleksitas organisasi The Joint Commission on
pelayanan kesehatan yang melebihi Accreditation of Healthcare

84
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Organizations (JCAHO) keselamatan pasien. Manajemen


mendefinisikan manajemen risiko risiko ini salah satunya dilaksanakan
sebagai pengidentifikasian, di unit kerja terkecil seperti Instalasi
penilaian, dan penyusunan prioritas Farmasi.
risiko secara proaktif dengan tujuan Berdasarkan hasil studi
untuk meniadakan atau pendahuluan didapat bahwa
meminimalkan dampaknya. Adapun Instalasi Farmasi RSUD Tugurejo
tujuan dari pelaksanaan manajemen Semarang memiliki total risiko
risiko oleh lembaga akreditasi rumah ekstrim terbanyak dibandingkan
sakit seperti Komite Akreditasi dengan unit kerja lainnya di rumah
Rumah Sakit (KARS) dan juga Joint sakit, risiko yang ada juga tiap
Commission International (JCI) tahunnya cenderung mengalami
dituangkan ke dalam standar peningkatan dimana pada tahun
akreditasi yang mereka terbitkan 2016 teridentifikasi sebanyak 11
yaitu dalam standar Peningkatan jenis risiko, lalu pada tahun 2017
Mutu dan Keselamatan Pasien teridentifikasi sebanyak 18 risiko dan
(PMKP) dan Quality Improvement pada tahun 2018 meningkat menjadi
and Patient Safety (QPS) yang 35 risiko. Selain itu, setelah
menyatakan bahwa program dilakukan perlakuan risiko terhadap
manajemen risiko digunakan untuk 35 risiko yang ada di Instalasi
mengidentifikasi risiko dalam rangka Farmasi, sebanyak 17 risiko tidak
mengurangi KTD serta risiko lain mengalami perubahan grade risiko.
yang mengancam keselamatan Pada 17 risiko yang tidak mengalami
pasien dan staf.6,7 perubahan, terdapat risiko yang
Permenkes No.72 Tahun tergolong grade ekstrim, artinya
2016 menyebutkan bahwa setiap perlakuan yang diberikan masih
pemangku kepentingan di rumah belum cukup efektif untuk
sakit harus mendukung penerapan menurunkan grade risiko yang ada.
Standar Pelayanan Kefarmasian di Selain itu, 1 risiko justru mengalami
Rumah Sakit. Berdasarkan standar peningkatan grade pada risiko yang
ini, apoteker dalam melaksanakan awalnya memiliki grade rendah,
kegiatan Pelayanan Kefarmasian setelah mendapatkan perlakuan
harus mempertimbangkan faktor justru digolongkan pada risiko grade
risiko yang terjadi yang disebut sedang. Oleh karena itu, penting
dengan manajemen risiko. Adapun untuk dilakukan peninjauan tata
manajemen risiko di Instalasi laksana manajemen risiko di
Farmasi dilakukan pada kegiatan Instalasi Farmasi berdasarkan
yang bersifat manajerial berupa dengan panduan standar ISO 31000
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat berkaitan dengan proses
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis manajemen risiko.
Pakai dan kegiatan pelayanan
farmasi klinik.10 METODE PENELITIAN
Rumah Sakit Umum Daerah Jenis penelitian yang
Tugurejo Semarang merupakan digunakan dalam penelitian ini
rumah sakit kelas B pendidikan milik adalah penelitian yang bersifat
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah kualitatif dengan pendekatan
dan sudah terakreditasi KARS deskriptif analitik.
paripurna sehingga sudah Objek penelitian ini adalah
menjalankan manajemen risiko pelaksanaan manajemen risiko di
dalam rangka pencapaian sasaran Instalasi Farmasi RSUD Tugurejo

85
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Semarang yang meliputi penentuan KARS mengenai Peningkatan Mutu


konteks, asesmen risiko, perlakuan dan Keselamatan Pasien, terkhusus
risiko, monitoring dan review, serta Instalasi Farmasi hal ini sudah diatur
komunikasi dan konsultasi. dalam Permenkes No.72 Tahun
Subjek penelitian adalah 5 2016 tentang Standar Pelayanan
orang informan yang ditentukan Kefarmasian.
dengan teknik purposive sampling. Stakeholder yang terlibat dalam
Informan utama dalam penelitian ini pelayanan farmasi cukup beragam
adalah Kepala Instalasi Farmasi dan dan luas, tergantung pada
Penanggung Jawab Manajemen pelayanan yang diberikan. Farmasi
Risiko dari Komite Mutu, Rawat Jalan contohnya,
Keselamatan dan Kinerja. mengkoordinasikan pelayanan
Keabsahan data dilakukan dengan kefarmasian di rawat jalan, IGD dan
teknik triangulasi yaitu dengan IBS sedangkan Farmasi Rawat Inap
adanya triangulasi sumber. Informan mengkoordinasikan pelayanan
triangulasi dalam penelitian ini farmasi di bangsal. Farmasi Logistik
adalah 3 koordinator yang bekerja di merupakan tim yang berkoordinasi
Instalasi Farmasi yaitu Koordinator dengan stakeholder yang lebih luas
Rawat Jalan, Koordinator Rawat seperti Unit Layanan Pengadaan
Inap dan Koordinator Logistik (ULP), distributor, dll. Ragam dan
Farmasi. Informan utama pada kompleksitas pelayanan farmasi ini
penelitian ini juga memiliki peran menyebabkan Instalasi Farmasi
sebagai informan triangulasi. pada dasarnya merupakan
Pengumpulan data penelitian pelayanan yang berisiko tinggi.
dilakukan dengan wawancara
mendalam dan observasi lapangan b. Konteks Internal
serta telaah dokumen berdasarkan Berdasarkan hasil wawancara
data sekunder yang didapat selama dengan informan, didapatkan bahwa
penelitian berlangsung. penunjukan penanggung jawab
Pada penelitian ini peneliti manajemen risiko di unit kerja
merupakan instrumen penelitian itu merupakan bentuk perpanjangan
tersendiri. Peneliti bertindak sebagai tangan PJ Manajemen Risiko rumah
perencana, pelaksana, pengumpul sakit untuk melaksanakan kegiatan
data, analisis, penafsir data dan manajemen risiko di unit-unit terkecil
pelapor hasil penelitian.23 Peneliti dalam lingkup rumah sakit.
menggunakan pedoman wawancara Berdasarkan hasil wawancara,
terbuka dan menggunakan alat Kepala Instalasi Farmasi merupakan
bantu berupa lembar observasi, pemegang risiko di instalasinya.
buku catatan, alat perekam suara Kepala Instalasi Farmasi dalam
dan kamera untuk menjalankan tugasnya berkoordinasi
pendokumentasian. dengan 3 orang koordinator yaitu
Koordinator Rawat Jalan,
HASIL DAN PEMBAHASAN Koordinator Rawat Inap dan
Koordinator Logistik. Hambatan
1. Penentuan Konteks yang ada saat ini adalah penunjukan
a. Konteks Eksternal Kepala Instalasi Farmasi masih
Manajemen risiko di Instalasi belum disertai dengan penerbitan
Farmasi sudah berjalan berdasarkan SK Direktur resmi terkait manajemen
regulasi seperti UU No.44 Tahun risiko. Apabila dikaitkan dengan
2009 dan elemen standar akreditasi temuan penelitian ini, maka belum

86
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

adanya Surat Keputusan resmi mengidentifikasi risiko-risiko yang


dalam pemberian mandat Kepala ada.
Instalasi Farmasi sebagai pemegang Berdasarkan pemaparan hasil pada
risiko di instalasinya dapat variabel penentuan konteks, didapat
menimbulkan ketidakjelasan peran bahwa masalah pada umumnya
dan tanggung jawab seorang disebabkan oleh kurang berjalannya
pemegang risiko unit kerja. Selain komunikasi yang efektif antara pihak
itu, pelatihan manajemen risiko yang manajemen dan staf Instalasi
diadakan pihak manajemen rumah Farmasi terkait manajemen risiko.
sakit untuk seluruh staf rumah sakit Sebagai contoh, pada konteks
hanya berjalan sekali diawal 2014 manajemen risiko, daftar risiko yang
saat rumah sakit akan menghadapi sudah direvisi tidak dikomunikasikan
akreditasi. Dalam kembali kepada unit kerja sehingga
keberlangsungannya, Koordinator saat tidak terjadi kesalahan,
tidak pernah mendapat refresh masalah tidak dapat dideteksi
materi kembali terkait manajemen karena tidak ada cross check ulang.
risiko dan tidak mendapat sosialisasi Selain itu, pada tahapan ini tidak
dari staf yang mengikuti pelatihan dijalankan fungsi monitoring yang
yang jumlahnya dibatasi. berarti.

c. Konteks Manajemen 2. Asesmen Risiko


Risiko Pada akhir tahapan asesmen
Manajemen risiko di Instalasi risiko, Instalasi Farmasi berhasil
Farmasi diawali dengan kegiatan menyusun daftar risiko Instalasi
penyusunan daftar risiko. Dalam Farmasi Tahun 2018. Adapun
menyusun daftar risiko ini, terdapat tahapan dalam asesmen risiko
Panduan Manajemen Risiko yang adalah :
diterbitkan pihak rumah sakit agar
seluruh unit kerja menyusun daftar a. Identifikasi Risiko
risiko berdasarkan panduan yang Berdasarkan hasil
diberikan. Namun terdapat wawancara dengan informan,
hambatan dimana pada tahun ini didapatkan bahwa identifikasi risiko
terdapat revisi panduan yang di Instalasi Farmasi dilakukan
berakibat pada perevisian daftar dengan melakukan pemetaan risiko
risiko yang telah terkumpul dari unit di seluruh alur proses pelayanan
kerja ke KMKK. Adapun daftar risiko Farmasi yang mengacu pada jenis
yang mengalami perevisian pelayanan Farmasi yang ada dalam
mengalami salah pewarnaan band Permenkes No.72 Tahun 2016
yang mengakibatkan misinterpretasi tentang Pelayanan Kefarmasian.
data karena adanya tingkat Dalam mengidentifikasi risiko,
kegawatan risiko yang tidak sesuai. Instalasi Farmasi memanfaatkan
laporan internal seperti laporan
d. Konteks Kriteria Risiko indikator mutu, catatan kesehatan,
Kriteria risiko yang digunakan laporan Insiden Keselamatan Pasien
Instalasi Farmasi sudah mengacu dan juga memerhatikan masukan
pada Panduan Manajemen Risiko yang datang dari stakeholder di
yang diterbitkan rumah sakit dan Instalasi Farmasi seperti dokter,
sejauh ini kriteria risiko yang ada pasien dan pimpinan rumah sakit.
sudah dapat menggambarkan dan Adapun teknik yang diterapkan
Instalasi Farmasi sejauh ini sudah

87
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

berhasil mengidentifikasi seluruh yang akan dipantau dan dilaporkan


risiko yang ada di Instalasi Farmasi. secara rutin. Adapun hal ini
dilakukan karena ada keterbatasan
b. Analisis Risiko sumberdaya.
Analisis Risiko di Instalasi
Farmasi menggunakan bantuan 3. Perlakuan Risiko
tools matriks grading risiko dimana Pada umumnya, perlakuan
dilakukan skoring terhadap dampak risiko yang dicantumkan pada
dan probabilitas risiko sehingga daftar risiko instalasi dibagi
didapatkan besar kegawatan dari menjadi penganalisisan risiko
suatu risiko. Dalam melakukan berdasarkan SOP sebagai
analisa besar dampak dan perlakuan awal dan dilakukan
probabilitas, Instalasi Farmasi supervisi dan sosialisasi sebagai
menggunakan penelaahan laporan bentuk rencana perlakuan lanjutan.
tahun lalu seperti laporan Insiden Berdasarkan Standar ISO 31000,
Keselamatan Pasien. Namun, dalam melakukan pilihan opsi
selama ini pada tahapan skoring, perlakuan risiko, penting untuk
koordinator kurang dilibatkan oleh memerhatikan persepsi dan nilai-
Kepala Instalasi Farmasi. nilai yang dianut oleh pemangku
Penyusunan daftar risiko pada kepentingan, untuk itu harus
tahapan ini pada umumnya hanya dilakukan komunikasi yang
dilakukan oleh satu orang. Padahal, memadai. Sedangkan dalam
matriks grading risiko merupakan analisis perlakuan risiko ini,
tools yang bersifat subjektif sehingga terdapat koordinator yang merasa
apabila kurang melibatkan bahwa rencana perlakuan yang
pemangku kepentingan yang dicantumkan kurang tepat
sebetulnya mengetahui kondisi risiko dikarenakan kurang sesuai dengan
di lapangan, dapat menyebabkan kondisi aktual lapangan.
hasil analisis yang menjadi bias. Perbedaan pendapat ini timbul
dikarenakan kurangnya komunikasi
c. Evaluasi Risiko antara Kepala Instalasi Farmasi
Evaluasi risiko dilakukan dengan para koordinator terutama
untuk memprioritaskan risiko yang dalam penyusunan daftar risiko
akan diberi perlakuan. Di Instalasi Instalasi Farmasi yang
Farmasi, pemilihan risiko didasari memengaruhi pelaksanaan
oleh hasil analisis di tahap perlakuan risiko.
sebelumnya. Pada risiko yang Selain itu, rencana perlakuan
memiliki tingkat kegawatan tertinggi yang ada saat ini kurang ada
dan mampu kendali maka risiko kejelasan rincian mengenai waktu
akan diangkat kedalam indikator dan jadwal dalam rencana
mutu instalasi dan dilaporkan serta perlakuannya dimana hal ini akan
dipantau secara rutin setiap bulan berkaitan dengan pelaksanaan
sedangkan risiko lainnya dianggap kegiatan monitoring. Monitoring
dapat ditoleransi dan hanya pada perlakuan risiko yang
dicantumkan pada review akhir berjalan sejauh ini sudah berhasil
tahun setelah mengalami perlakuan melihat progress dari perlakuan
untuk dievaluasi oleh manajemen. risiko terutama pada risiko-risiko
Contohnya pada risiko yang memiliki yang tergolong dalam indikator
tingkat kegawatan rendah dan mutu instalasi dikarenakan sudah
sedang tidak termasuk dalam risiko memiliki rencana monitoring yang

88
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

jelas yaitu setiap bulan diawasi dan


dilaporkan, namun tidak terbatas 5. Komunikasi dan Konsultasi
hanya pada risiko-risiko tersebut. a. Komunikasi
Komunikasi internal seperti
4. Monitoring dan Review yang telah berjalan dalam
a. Monitoring keseluruhan proses manajemen
Berdasarkan hasil risiko sebelumnya dilakukan antara
wawancara, monitoring yang Kepala Instalasi Farmasi dan ketiga
dilakukan oleh Instalasi Farmasi koordinator. Adapun bentuk
sudah menghasilkan proses komunikasi ini formal yaitu dengan
pembelajaran dan masukan untuk mengadakan rapat bulanan yang
keberlangsungan manajemen risiko, terkadang tidak dilakukan rutin.
serta ditemukannya risiko baru untuk Berdasarkan hasil wawancara,
dicantumkan pada daftar risiko komunikasi internal di Instalasi
selanjutnya. Monitoring dilakukan Farmasi masih kurang dikarenakan
oleh Kepala Instalasi dengan Koordinator kurang ikut dilibatkan
menggelar rapat dan juga dengan dalam tahap asesmen risiko seperti
observasi lapangan. Namun, dalam penentuan skoring dan
monitoring yang dilakukan PJ grading, lalu pada tahap perlakuan
manajemen risiko rumah sakit risiko. Kurang baiknya komunikasi
terhadap keberjalanan manajemen juga dapat menimbulkan
risiko di Instalasi masih dalam mispersepsi antar pihak bahwa
bentuk penelaahan laporan, tidak manajemen risiko hanyalah
dengan melakukan pengecekan tanggung jawab satu pihak, padahal
lapangan dikarenakan ada faktor manajemen risiko merupakan
beban kerja. Selain itu monitoring urusan semua pihak dalam
masih terfokus pada tahapan organisasi.
perlakuan risiko, dan tidak dilakukan
pada thapan-tahapan lain dalam Sedangkan komunikasi
proses manajemen risiko. Padahal eksternal yang dilkuakan antara
hal ini penting untuk dilakukan agar pihak Instalasi Farmasi dengan PJ
dapat mendeteksi permasalahan manajemen risiko rumah sakit
yang mungkin muncul pada tiap dilakukan berdasarkan bentuk rapat
tahapan dan melihat perubahan evaluasi dan laporan rutin. Namun,
status risiko. hal ini juga masih belum berjalan
lancar dan berakhir pada
b. Review komunikasi satu arah yaitu dengan
Instalasi Farmasi melakukan melakukan pengumpulan dan telaah
review tahunan pada risiko-risiko laporan tanpa feedback.
yang sudah dicantumkan di daftar b. Konsultasi
risiko di awal tahun. Adapun Dalam menjalankan
kelemahan dari kegiatan review manajemen risiko, konsultasi yang
yang ada adalah tidak terdapatnya dilakukan oleh Instalasi Farmasi
feedback dari KMKK terkait laporan- sejauh ini dilakukan saat adanya
laporan yang telah dibuat Instalasi rapat evaluasi akhir tahun.
Farmasi belum pernah mendapat Konsultasi yang dilakukan berkaitan
feedback dari KMKK sehingga pada dengan permasalahan yang
tahapan review, komunikasi hanya dihadapi oleh Instalasi Farmasi
berjalan satu arah, yaitu dari Kepala dalam menjalankan manajemen
Instalasi kepada KMKK. risiko. Dalam forum rapat tersebut,

89
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Kepala Instalasi menyatakan sudah 5. Monitoring dan review hanya


mendapat solusi yang diharapkan berjalan pada perlakuan risiko
dari konsultasi yang dilakukan, dan masih belum efektif
seperti pengambilan keputusan dikarenakan monitoring hanya
mengenai perlakuan pada risiko berdasarkan laporan rutin dan
yang sifatnya kompleks dan lintas rapat akhir tahun serta belum
bidang. pernah diterimanya feedback
oleh Instalasi Farmasi.
KESIMPULAN 6. Komunikasi masih tergolong
1. Pelaksanaan manajemen risiko kurang berjalan baik, bagi
di Instalasi Farmasi RSUD internal Instalasi Farmasi
Tugurejo Semarang masih maupun dari unit kerja terhaap
belum efektif dikarenakan masih KMKK, namun konsultasi sudah
mengalami hambatan dalam berjalan dan menghasilkan
tiap tahapan proses manajemen solusi.
risiko yang pada umumnya
disebabkan oleh kurang SARAN
berjalannya komunikasi dan 1. Meningkatkan komunikasi
monitoring yang baik. internal antara Kepala Instalasi
2. Penentuan konteks sudah dapat Farmasi dengan Koordinator.
menggambarkan kondisi dimana 2. Menyusun rencana perlakuan
Instalasi Farmasi sudah risiko yang lebih rinci dengan
didukung regulasi dan juga menyertakan jadwal dan waktu
mendapat dukungan perlakuan risiko sehingga
manajemen rumah sakit dalam perlakuan risiko pada seluruh
melaksanakan manajemen risiko di Instalasi Farmasi dapat
risiko, namun sifat diselesaikan secara sistematis
pelayanannya yang beragam dalam kurun waktu setahun.
dan melibatkan banyak 3. Meningkatkan komunikasi
stakeholder menyebabkan antara Komite Mutu,
instalasi selalu memiliki banyak Keselamatan dan Kinerja
risiko yang kompleks ditangani. dengan unit kerja.
3. Asesmen risiko sudah berhasil 4. Peningkatan fungsi monitoring
menghasilkan daftar risiko agar tidak hanya pada tahap
dengan menjalankan perlakuan risiko, tetapi juga
identifikasi, analisis dan evaluasi memantau apabila Instalasi
risiko sudah berjalan baik, Farmasi sudah tepat dalam
namun penyusunan daftar risiko melakukan asesmen risiko di
masih didominasi satu pihak instalasinya.
dan koordinator kurang 5. KMKK melakukan feedback
dilibatkan untuk berdiskusi. pada setiap laporan yang
Padahal tools yang digunakan diberikan Instalasi Farmasi
memiliki subjektivitas yang sehingga instalasi dapat
tinggi. melakukan perbaikan dan
4. Perlakuan risiko masih belum mengetahui mutu unit kerjanya.
berhasil menurunkan tingkat 6. KMKK melakukan advokasi
kegawatan beberapa risiko terhadap Direksi untuk
dikarenakan kompleksitas dari menerbitkan Surat Keputusan
rencana perlakuan tersebut. terkait penunjukan penanggung
jawab manajemen risiko yang

90
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

berada di tingkat unit/instalasi 12. Terry, George.R; Rue, Leslie.W.


untuk melaksanakan 2000. Dasar-Dasar Manajemen.
manajemen risiko di unitnya Jakarta : PT.Bumi Aksara
masing-masing. 13. Siahaan, Hinsa. 2007. Manajemen
Risiko : Konsep, Kasus dan
Implementasi. Jakarta : PT.Elex
DAFTAR PUSTAKA Media Komputindo
1. Republik Indonesia. Undang-Undang 14. International Standard for
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Organization. 2009. Risk
Rumah Sakit Management – Principles and
2. World Health Organization. 10 facts Guidelines.
on patient safety.[diupdate pada 15. Wijono, Djoko. 2000. Manajemen
Maret 2018; disitasi 28 April 2018]. Mutu Pelayanan Kesehatan Vol I.
Diakses melalui: http://www. Surabaya : Airlangga University
who.int/features/factfiles/patient_safe Press
ty/en/. 16. Usman, Syarif. 2015. Pengelolaan
3. Reason J. 2004. Beyond the Risiko dalam Industri. Bandung :
organisational accident: the need for Penerbit CV.Mandar Maju
“error wisdom” on the frontline. Qual 17. Kohn, L., Corrigan, J., Donaldson, M.
Saf Health Care. p.28‐33. (Eds.), 1999. To Err is Human:
4. Susiol, Leo.J ; Kaho, Victor Riwu. Building a Safer Health System.
2011. Manajemen Risiko berbasis National Academy Press,
ISO 31000 untuk Industri Washington, DC
Nonperbankan. Jakarta : Penerbit 18. Yahya AA. 2013 Mengelola Risiko
PPM. Rumah Sakit
5. Sanbar, S.S. et all. 1998. Legal 19. Komite Keselamatan Pasien Rumah
Medicine, fourth edition, St Louis Sakit. 2015. Pedoman Pelaporan
American College of Legal Medicare. Insiden Keselamatan Pasien (IKP).
6. Komite Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: Komite Keselamatan Pasien
2012. Instrumen Akreditasi Rumah Rumah Sakit
Sakit Standar Akreditasi Versi 2012 20. Kementrian Kesehatan Republik
Edisi – 1. Indonesia. Peraturan Menteri
7. Joint Commission International. Kesehatan Republik Indonesia
2017. Joint Commission International Nomor 1691 Tahun 2011 tentang
Accreditation Standards for Hospitals Keselamatan Pasien Rumah Sakit
6th Edition. 21. Peraturan Pemerintah Republik
8. Anacleto TA, Perini E, Rosa MB, Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
Cesar CC. 2007. Drug dispensing tentang Pekerjaan Kefarmasian
error in the hospital pharmacy. J Clin 22. Ramli, Soehatman. 2011. Pedoman
Sci. 62(3):243-50 Praktis Manajemen Risiko dalam
9. Departemen Kesehatan RI. 2008. Perspektif K3 OHS Risk
Tanggung Jawab Apoteker terhadap Management. Jakarta: Penerbit Dian
Keselamatan Pasien. Rakyat.
Jakarta:Departemen Kesehatan RI. 23. Moleong Lexy J. 2010. Metodologi
Diakses melalui: Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
http://binfar.depkes.go.id/bmsimages Bandung : PT.Remaja Rosda Karya.
/1361517912.pdf pada 28 April 2018. 24. Astroasmoro, Sudigdo. 2012. Dasar-
10. Republik Indonesia. Peraturan dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun Jakarta : CV.Sagung Seto
2016 tentang Standar Pelayanan 25. Saryono, Anggraeni MD. 2010.
Kefarmasian di Rumah Sakit. Metodologi Penelitian Kualitatif
11. Herlambang, Susatyo; Murwani, dalam Bidang Kesehatan.
Arita. 2012. Cara Mudah Memahami Yogyakarta : Muha Medika.
Manajemen Kesehatan dan Rumah
Sakit. Yogyakarta : Gosyen
Publishing. p.3-28.

91
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 7, Nomor 1, Januari 2019 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

26. Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian :


Suatu Pendekatan Praktik. Revisi.
Rineka Cipta
27. Rudhaliawan, Very Mahmudhitya.
2013. Pengaruh Pelatihan terhadap
Kemampuan Kerja dan Kinerja
Karyawan (Studi pada Karyawan PT.
Telkom Indonesia, Tbk Kandatel
Malang). Diakses melalui
http://administrasibisnis.studentjourn
al.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/
180/277 pada 16 September 2018
28. Hanafi, Mamduh M. 2012.
Manajemen Risiko. Yogyakarta :
Penerbit UPP STIM YKPN
29. Ristić, Dejan. 2013. A Tool for Risk
Assessment. Safety Engineering.
Diakses melalui
http://www.znrfak.ni.ac.rs/SE-
Journal/Archive/SE-
WEB%20Journal%20-%20Vol3-
3/pdf/3.pdf pada 16 September 2018
30. Doucette D, Millen B. 2011. Should
Key Performance Indicators for
Clinical Pharmacy Services Be
Mandatory, Can J Hosp Pharm;
64(1):55-57
31. Trisna, Yuliana. Pemilihan dan
Pengukuran Indikator Mutu
Pelayanan Farmasi. Diakses melalui
http://www.pdpersi.co.id/kanalpersi/fa
rmasi/content/indikator_mutu.pdf
Pada 16 September 2018.

92

S-ar putea să vă placă și