Sunteți pe pagina 1din 18

ASKEP TEORITIS DISTRES SPIRITUAL

OLEH

KELOMPOK 5 :

1. ALMA AMILIYA INNAYATI


2. DIO FIRMANA SUHERMAN
3. KURNIAWATI
4. MELSHA ELVIRA CANDRA
5. MESI LUCIANA CINDY
6. NADA KUMALA SARI
7. NORA AGUSTINA
8. VIOLA AGUSTA

Dosen Pembimbing : Ns.RIZKA AUSTRIANTI,M.Kep

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Keperawatan Jiwa I”
dengan judul “Asuhan Keperawatan Teoritis Distres Spiritual”.
Dalam penulisan makalah ini didukung oleh berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Ns. RIZKA AUSTRIANTI,M.Kep. selaku dosen Keperawatan Jiwa I.

Harapan kami makalah ini dapat dipergunakan dan dimanfaatkan untuk menambah
ilmu pengetahuan mengenaiAsuhan Keperawatan Teoritis Distress Spiritual.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembelajaran ilmu
keperawatan Jiwa.

Padang,10 April 2019

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang .....................................................................................................


1.2.Rumusan Masalah ................................................................................................
1.3.Tujuan .................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Distress Spiritual ................................................................................


2.2.Karakteristik Distress Spiritual ............................................................................
2.3.Etiologi Distress Spiritual ....................................................................................
2.4.Patofisiologi Distress Spiritual ............................................................................
2.5.Strategi Pelaksanaan Distress Spiritual ................................................................
2.6.Terapi Aktivitas pada Distress Spiritual ..............................................................
2.7.Mekanisme Koping Distress Spiritual .................................................................

BAB III ASKEP

3.1.Pengkajian ............................................................................................................
3.2.Diagnosa ..............................................................................................................
3.3.Intervensi..............................................................................................................
3.4.Implementasi ........................................................................................................
3.5.Evaluasi ................................................................................................................

BAB IV PENUTUP

4.1.Kesimpulan ..........................................................................................................
4.2.Saran ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Spiritualitas adalah suatu aktivitas individu untuk mencari arti dan tujuan hidupyang
berkaitan dengan kegiatan spiritual atau keagamaan. Distress spiritualmerubuan suatu respons
akibat dari suatu kejadian yang traumatis baik fisik maupun emosional yang tidak sesuai
dengan keyakinan atau kepercayaan pasiendalam menerima kenyataan yang terjadi.Bagi
individu yang mengalami masalah bencana, seperti tsunami dan gempa di propinsi NAD dn
Nias, ketidaknyamanan akibat permasalahan – permasalahandari kejadian tersebut akan
menimbulkan pertanyaan bagi pasien tentang apa yangtelah dilakukan atau apa yang akan
terjadi selanjutnya terhadap dirinya. Pasienterkadang ragu, bimbang atau antipati dengan
spiritual atau agama yangdianutnya. Menurut Rousseau (2003) distress spiritual harus pula
diperhatikanatau dipertimbangkan bila pasien mengeluhkan gejala – gejala fisik dan tidak
berespons terhadap intervensi yang efektif.

1.2Rumusan masalah
1.Apa yang di maksud dengan Distress spiritual?
2.Bagaimana karakteristik Distress spiritual?
3.Apa saja etiologi dari Distress spiritual
4.Bagaimana patofisiologi Distress spiritual?
5.Bagaimana strategi pelaksanaan Distress spiritual?
6.Apa saja Terapi Aktivitas pada Distress spiritual?
7.Bagaimana Mekanisme Koping Distress Spiritual
1.3Tujuan
1.Untuk mengetahui tentang Distress spiritual.
2.Untuk mengetahui karakteristik Distress spiritual.
3.Untuk mengetahui etiologi dari Distress spiritual.
4.Untuk memahami patofisiologi Distress spiritual.
5.Untuk memahami strategi pelaksanaan Distress spiritual.
6.Untuk mengetahui Terapi Aktivitas Distress Spiritual
7.Untuk mengetahui Mekanisme Koping Distress Spiritual
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Definisi Distress Spiritual

Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip- prinsip kehidupan,
keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkangangguan pada aktivitas spiritual,
yang merubuan akibat dari masalah -masalah fisik atau psikososial yang dialami.
(Dochterman, 2004: 120).Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami
danmengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni,musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya (Nanda,2005).Distress spiritual
adalah gangguan pada prinsip hidup yang meliputi aspek dari seseorang yang
menggabungkan aspek psikososial dan biologis seseorang.(Wilkinson, Judith M., 2007:
490).Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalahkegagalan individu
dalam menemukan arti kehidupannya.

2.2Karakteristik

Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar yaitu :

1.Hubungan dengan diri

a.Ungkapan kekurangan

 Harapan
 Arti dan tujuan hidup
 Perdamaian/ketenangan

b.Penerimaanc.Cinta

d.Memaafkan diri sendiri

e.Keberanian

 Marah
 Kesalahan
 Koping yang buruk

2.Hubungan dengan orang lain


a.Menolak berhubungan dengan tokoh agama

b.Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga

c.Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung

d.Mengungkapkan pengasingan diri

3.Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam

a.Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi,mendengarkan


musik, menulis)

b.Tidak tertarik dengan alam

c.Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan

4.Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya

a.Ketidakmampuan untuk berdo’a

b.Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan

c.Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan

d.Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama

e.Tiba-tiba berubah praktik agama

f.Ketidakmampuan untuk introspeksi

g.Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita

2.3Etiologi

Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :

a.Pengkajian Fisik →Abuse


b.Pengkajian Psikologis→Status mental, mungkin adanya depresi, marah,kecemasan,
ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah,dan pemikiran yang
bertentangan (Otis Green, 2002).

c.Pengkajian Sosial Budaya→dukungan sosial dalam memahamikeyakinan klien


(Spencer,1998).

1.Faktor Predisposisi

Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga
akan mengganggu proses interaksi dimana dalam prosesinteraksi ini akan terjadi transfer
pengalaman yang penting bagi perkembanganspiritual seseorang.Faktor predisposisi
sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan, okupasi, posisi sosial, latar
belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.

2.Faktor Presipitasi

a.Kejadian StresfullMempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena


perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang terdekatkarena kematian,
kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan dirisendiri, orang lain, lingkungan dan zat
yang maha tinggi.

b.Ketegangan HidupBeberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap


terjadinyadistres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan
keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok
maupun komunitas.

2.4.Patofisiologi

Berhubungan dengan tantangan pada sistem keyakinan atau perpisahandari ikatan spiritual
sekunder akibat : kehilangan bagian atau fungsi tubuh, penyakit terminal, penyakit yang
membuat kondisi lemah, nyeri, trauma,keguguran, kelahiran, dan mati.

Patofisiologi Distres Spiritual tidak bisa dilepaskan dari stres dan struktur serta fungsi otak.

Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari.Setiap orang tidak dapat menghindari
stres,namun setiap orang diharapkan melakukan penyesuaian terhadap perubahan akibat
stress.Ketika kita mengalami stres,otak kita akan berespon untuk terjadi.Konsep ini sesuai
dengan yang disampaikan oleh cannon,W.B dalam Davis M,dan kawan-kawan(1988)yang
menguraikan respon”melawan atau melarikan diri”sebagai suatu rangkaian perubahan
biokimia didalam otak yang menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stres.

Stres akan menyebabkan konteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke


hipotalamus.Hipotalamus kemudian akan menstimulasi saraf simpatis untuk melakukan
perubahan.Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah
satu bagian pentingnya adalah amigdala yang bertanggung jawab terhadap status emosional
sesseorang.Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan emosional,perilaku dan
kepribadian.Gejalanya adalah perubahan status mental,masalah ingatan,kecemasan dan
perubahan kepribadian termasuk alusinasi(Kaplan et all 1996),depresi nyeri dan lama
gangguan(Blesch et all,1991).

Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan menyebabkan
seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan munculnya
gangguan jiwa.Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan
pada perilaku sehari-hari baik secara fisik,psikologis,sosial termasuk spiritual.

Gangguan pada dimensi spiritual atau Distres spiritual dapat dihubungkan dengan timbulnya
depresi

Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadi depresi.Namun ada
beberapa faktor yang berperan terhadap terjadiya depresi antara lain faktor
genetik,lingkungan dan neorobiologi.

Perilaku ini yang dipekirankan dapat dipengaruhi kemampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan spritualnya sehingga terjadi distress spritual karna pada kasus depresi seseorang
telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spiritual
karakteristik distress spiritual menurut nanda (2005 )meliputi 4 hubungan dasar yaitu:

A. Hubungan dengan diri


1. Ungkapan kekurangan
a. Harapan
b. Arti dan tujuan hidup
c. Perdamaiaan atau ketenangan
d. Penerimaaan
e. Cinta
f. Memaafkan diri sendiri
g. Keberanian
2. Marah
3. Kesalahan
4. Koping yang buruk
B. Hubungan dengan orang lain.
1. Menolak berhubungan dengan tokoh agama
2. Menolak interasi hubungan dengan keluarga
3. Menggungkapkan terpisah dari sistem pendukung
4. Mengunggkapkan pengasingan diri
C. Hubungan dengan seni,literatur dan alam.
1. Ketidakmampuan untuk menggungkapkan
kreatifitas(bernyanyi,mendengarkan musik,menulis)
2. Tidak tertarik dengan alam.
3. Tidak tertarik dengan bacaan ke agaman
D. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
1. Ketidakmampuan untuk berdo’a.
2. Ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagaman
3. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan tuhan
4. Memintak untuk bertemu dengan tokoh agama.
5. Tiba-tiba berubah praktik agama.
6. Ketidakmampuan untuk introspeksi.
7. Menggungkapkan hidup tanpa harapan,menderita.

2.5.Strategi Pelaksanaan Distress Spiritual

Tindakan Psikoterapeutik

1.Tindakan Keperawatan untuk PasienTujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk


pasien adalah agar pasien:

a.Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.

b.Mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.


c.Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.

d.Mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakitatau


perubahan spiritual dalam kehidupan.

e.Aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan.

f. Ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

2.Tindakan Keperawatan

a.Bina hubungan saling percaya dengan pasien.

b.Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien.

c.Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran akan terhadapspiritual yang


diyakininya.

d.Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritualdalam


kehidupan.

e.Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau agamayang dianut
oleh pasien.

f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain

g.Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

h.Bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadahatau


kegiatan spiritual lainnya.

2.6Terapi aktifitas

A.Psikofarmako

1.Memberikan obat - obatan sesuai program pengobatan pasien.

Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri.Berdasarkan dengan


Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa(PPDGJ) di Indonesia III aspek
spiritual tidak digolongkan secara jelasabuah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau
lima

2.Memantau keefektifan dan efek samping obat yang diminum.

3.Mengukur vital sign secara periodik.

B.Manipulasi Lingkungan

1.Memodifikasi ruangan dengan menyediakan tempat ibadah.

2.Menyediakan sarana dan prasarana untuk melakukan kegiatan spiritual.

3.Melibatkan pasien dalam kegiatan spiritual secara berkelompok.

2.7.SUMBER KOPING

Menurut safarino(2002)terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi Distress Spiritual :

1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati,caring memfokuskan pada kepentingan
orang lain
2. Tipe yang kedua adalah dukungan sistem yang terdiri atas ekspresi positiv
thinking,mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain
3. Dukungan yang ke tiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan
langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasihat,petunjuk dan
umpan balik bagaimana seseorang harus berprilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya
5. Tipe kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk
berbagai tentang aktivitas spiritual.Tailor,dkk(2003)menambahkan dukungan aprasial
yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual
dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.
BAB III

ASKEP TEORITIS

3.1.PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan kesehatan mental emosional (psikososial)

I. Identitas : berisi nama, umur, alamat lengkap


II. Alasan masuk /keluhan utama

Biasanya yang dirasakan adalah pusing,klien tampak kesepian, klien


mengekspresikanrasa takut dan cemas,klien mengekspresika keraguan terhadap
sistem kepercayaan /agama .klien mengeskpresikan rasa takut terhadap kematian.

III. Penampilan Umum Dan Psikomotor


Tanda tanda vital : TD, suhu,nadi dan pernapasan
Ukuran : TB, BB
Keluhan fisik :
Riwayat pengobatan fisik :
Riwayat pemeriksaan labor penunjang :
Masalah keperawatan :
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Kerusakan intergritas kulit
c. Perubahan eliminasi feses, dll
d. Perubahan volume cairan
Tingkat ansietas : ringan, sedang, berat, panic.
Perilaku : gelisah, bingung, ketakutan, gangguan perhatian, sulit konsentrasi
dll

IV. Keluarga
1. Genogram
2. Tipe keluarga
3. Pengambilan keputusan
4. Hubungan klien dengan keluarga
5. Kebiasaan dilakuakan bersama keluarga
6. Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat
Masalah keperawatan
 Ketidakefektifan koping keluarga : ketidakmampuan
 Ketifakefektifan koping keluarga : penurunan
 Koping keluarga : potensial pertumbuhan

Konsep diri
a. Citra tubuh :
b. Identitas diri
c. Peran diri
d. Ideal diri
e. Harga diri
Masalah keperawatan
 Gangguan citra tubuh
 Gangguan identitas diri
 Gangguan harga diri
 Harga diri rendah horn
 Harga diri rendah situasional

8.riwayat social
a. orang terdekat
b. peran serta dalam kegiatan kelompok /masyarakat
c. hambatan dalam hubungan denan orang lain
masalah keperawatan
 Hambatan komunikasi verbal
 hambatan komunikasi
 hambatan interaksi social
 isolasi social

9. spiritual

a. nilai dan keyakinan

b. kegiatan ibadah
masalah keperawatan

 distress spiritual

10.mekanisme koping
Koping adaptif
 bicara dengan orag lain
 mampu menyelesaikan masalah
 teknik reaksasi
 aktivitas konstruktif
 olahraga
 dll
koping maladaptive
 minum alcohol
 reaksi lambat / berlebih
 bekerja berlebihan
 menghindar
 menciderai diri, dll
masalah keperawatan
 ketidakefektifan koping
 gangguan penyesuain diri

11. masalah psikososial dan lingkungan

 masalah dengan dukungan kelompok


 masalah berhubungan dengan lingkungan
 masalah dengan pendidikan
 masalah dengan pekerjaan
 masalah dengan perumahan
 masalah ekonomi
 masalah dengan pelayanan kesehatan
 masalah lainnya

Masalah keperawatan :
 Isolasi social
 Hambatan interaksu social
 Gangguan konsep diri
 Ketidakmampuan / ketidakberdayaan
 Gangguan pemeliharaan kesehatan
 Perilaku sehat
 Konflik orang tua

12. kurang pengetahuan

 Penyakit jiwa
 Faktpr predidposis
 Koping
 Sistem pendukung
 Penyakit fisik
 Obat –obatan
 Lainnya
Masalah keperawatan
 Kurang pengetahuan
 Ketidakefektifan penatalaksaan program terapeutik
 Ketidak patuhan

13. aspek medic

Diagnose medic

Terapi medic

DAFTAR MASALAH

POHON MASALAH : Terlampir

3.2. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko terhadap distress spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari sistem
pendukung keagamaan, kurang privasi, atau ketidakmampuan dir dalam menghadapi
ancaman kematian.gangguan harga diri berhubungan dengan kegagaalan untuk hidup sesuain
dengan ajaran agama.Gangguan pola tidur yang berhubungn dengan distress
spiritual.Keputusasaan yang berhubungan dengan keyakinan bahwa tidak ada yang peduli,
termasuk tuhan.

3.3.Intervensi

Setelah diagnosis keperawatan dan factor yang berhubungan teridentifikasi, selanjutnya


perawat dank lien menyusun kriteria hasil dan rencana intervensi.tujuan asuhan keperawatan
pada klien mengalami distress spiritual harus di fokuskan pada menciptakan lingkungan yang
mendukung praktik keagamaan dan keyakinana yang biasa di lakukan.Tujuan ditetapkan
secara individual dengan mempertimbangkan riwayat ,area beresiko, serta data objektif yang
relevan.pada dasarnya perencanaan pada klien distress spiritual dirancang untuk memunuhi
kebutuhan spiritual klien dengan sebagai berikut :

 Membantu klien untuk memnuhi ewajiaba keagamaannya


 Membantu klien menggunakan sumber dari dalam dirinya dengan cara lebih efektif
Untuk mengatasi situasi yang sedang dialaminya
 Membantu klien mempertahankan atau membina hubungan personal yang dinamik
dengan maha pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang kurang
menyenangkan
 Membantu klien mencari arti keberadaanya dan situasi yang dihadapinya
 Meningkatkan perasaan penuh harapan
 Memberi sumber spritual atau cara yang relevan

3.4.IMPLEMENTASI

Pada tahap implementasi,perawat menerapkan rencana intervensi dengan melakukan


prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai berikut:

1. Periksa keyakianan spiritual pribadi perawat.


2. Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan spritualnya.
3. Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual.
4. Mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual pasien.
5. Mendengarkan secara aktif dan menunjukan empati yang berarti menghayati masalah
6. Menerapkan teknik komunikasi teraupetik dengan teknik
mendukung,menerima,bertanya,memberi informasi,serta menggali perasaan dan
kekuatan yang dimiliki klien.

3.5.EVALUASI

Perawat perlu mengumpukana dta terkait dengan pencapaian asuahan keperawatan


untuk mengevaluasi apakah klien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan pada fase
perencanaan .tujuan asuhan keperawatan tercapai apabila secara umum klien :
1. Mampu beristirahat dengan tenang
2. Menyatakan penerimaan keputusan moral /etika
3. Mengekspresikan rasa damai berhubungan denga tuhan
4. Menunjukan hubungan yang hangat dan terbuka denga pemuka agama
5. Menunjukan efek positif, tanpa perasaan marah, rasa bersalah dan ansietas
6. Menunjukan perilaku lebih pisitif
7. Mengekspresikan arti positif terhadap ssituasi dan keberadaannya.
BAB IV

PENUTUP

4.1Kesimpulan

Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip- prinsip kehidupan,
keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkangangguan pada aktivitas spiritual,
yang merubuan akibat dari masalah -masalah fisik atau psikososial yang dialami.Kita sebagai
perawat meminta orang-orang terdekat seperti keluarga,teman dan tokoh masyarakat (ustadz)
untuk membantu dalam mendukung proses penyembuhan klien yang mengalami distress
spiritual selain obat yangdi berikan di rumah sakit.

4.2Saran

a.Melakukan pengkajian pada pasien distress spiritual. b.Menetapkan diagnosa keperawatan


pasien distress spiritual.c.Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan distress
spiritual.d.Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan
distressspiritual.e.Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat
pasiendengan distress spiritual.f.Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien
dengan distressspiritual.

S-ar putea să vă placă și