Sunteți pe pagina 1din 7

PAPER KEPERAWATAN HIV-AIDS

TENTANG “ Diare Kriptosporidial “

DISUSUN OLEH :

1. DYKY SERDIAN F ( 201702011 )


2. ENDAH SRI ( 201702011 )
3. EVA BERLINA ( 201702013 )
4. FILA UNTARI ( 201702015 )
5. GADING RAMANESA ( 20170207 )
6. GIGIH PRASETYO ( 201702018 )
7. ILHAM ANDHIKA P ( 201702019 )
8. IRA RAHMWATI D (201702020 )

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA

MADIUN

TAHUN AJARAN 2019


Kriptosporidiosis
adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Cryptosporidium parvum.
Parasit ini hidup di sistem pencernaan manusia dan hewan, serta menyebar melalui
feses (tinja).
Cryptosporidium adalah parasit yang dapat menyebabkan diare.Parasit ini kebal
terhadap disinfektan, dan bisa bertahan selama berbulan-bulan dalam berbagai
kondisi lingkungan. Meskipun demikian, parasit ini dapat dihilangkan dengan cara
dibekukan atau dipanaskan.
Gejala Kriptosporidiosis
Gejala pada penderita kriptosporidiosis umumnya muncul seminggu setelah
terinfeksi, meliputi diare, nafsu makan berkurang, kram perut, mual dan muntah,
serta demam.Bila gejala tersebut berlangsung dalam jangka panjang, penderita
dapat mengalami dehidrasi, kekurangan nutrisi, dan penurunan berat badan.
Kondisi ini berbahaya bagi penderita usia balita, serta penderita dengan kekebalan
tubuh rendah seperti penderita HIV dan pasien yang sedang menjalani kemoterapi.
Gejala di atas bisa hilang timbul, dan berlangsung hingga 2 minggu.Bahkan ada
yang mengalami gejala hingga 3 tahun. Namun pada sejumlah kasus,
kriptosporidiosis tidak menampakkan gejala apa pun.

Penyebab Kriptosporidiosis
Kriptosporidiosis disebabkan oleh parasit Cryptosporidium yang masuk ke dalam
sistem pencernaan dan menginfeksi usus. Di dalam usus, parasit akan berkembang
dan keluar bersama feses. Parasit ini dapat menulari manusia maupun hewan, tapi
lebih mudah terjadi pada seseorang dengan kekebalan tubuh lemah, misalnya
penderita HIV/AIDS.
Beberapa kondisi yang dapat membuat seseorang tertular
parasit Cryptosporidium adalah:

 Meminum air yang terkontaminasi, termasuk tidak sengaja menelan air saat
berenang di air yang mengandung parasit Cryptosporidium.
 Mengonsumsi makanan tidak matang yang terkontaminasi.
 Kontak dengan penderita atau hewan yang terinfeksi kriptosporidiosis.
 Menyentuh mulut dengan tangan yang terkontaminasi, misalnya karena tidak
mencuci tangan setelah dari toilet atau mengganti popok.

Diagnosis Kriptosporidiosis
Untuk memperoleh diagnosis kriptosporidiosis, dokter akan mengambil sampel
tinja, lalu diperiksa di bawah mikroskop. Sampel tinja mungkin akan diambil
beberapa kali, karena parasit Cryptosporidium sulit dilihat. Pada kasus yang jarang,
dokter juga bisa melakukan pengambilan sampel jaringan (biopsi) dari usus pasien.
Bila pasien sudah dipastikan mengalami kriptosporidiosis, dokter akan melakukan
sejumlah pemeriksaan untuk mendeteksi kemungkinan komplikasi. Di antaranya
adalah memeriksa hati dan kantung empedu, untuk melihat kemungkinan
penyebaran infeksi.
Pada penderita kriptosporidiosis yang juga menderita AIDS, dokter akan
melakukan pemeriksaan CD4, yaitu menghitung kandungan sel kekebalan tubuh
dalam darah. Dengan mengetahui jumlah CD4, dokter dapat memperkirakan
berapa lama kriptosporidiosis akan berlangsung, serta kemungkinan munculnya
komplikasi.

Pengobatan Kriptosporidiosis
Penderita kriptosporidiosis dengan sistem kekebalan tubuh yang baik umumnya
dapat sembuh dengan sendirinya dalam 2 minggu. Tapi pada penderita
kriptosporidiosis dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, perlu dilakukan
penanganan untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan meringankan gejala yang
dialami, meliputi:

 Pemberian azithromycin dan loperamide, untuk membantu menghilangkan


infeksi dan meningkatkan penyerapan cairan.
 Pemberian cairan pengganti, untuk mengembalikan keseimbangan cairan
tubuh dan elektrolit yang hilang akibat diare.
 Terapi antiretroviral, seperti nevirapine, untuk menghambat perkembangan
virus dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh penderita HIV/AIDS.

Komplikasi Kriptosporidiosis
Meski kriptosporidiosis tidak mengancam nyawa, komplikasi yang dapat timbul
dari penyakit ini dapat sangat berbahaya, terutama pada pasien dengan kekebalan
tubuh lemah. Komplikasi yang dapat terjadi akibat kriptosporidiosis adalah:

 Berat badan turun secara signifikan.


 Dehidrasi berat.
 Malnutrisi akibat buruknya penyerapan nutrisi oleh usus.
 Radang pada saluran empedu, hati, atau pankreas.
Pencegahan Kriptosporidiosis
Hingga saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah kriptosporidiosis. Tetapi infeksi
ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan, antara lain:

 Menjaga kebersihan tangan dengan selalu mencuci tangan menggunakan air


dan sabun, setiap sebelum dan sesudah makan, setelah mengganti popok,
setelah dari toilet, dan setelah menyentuh hewan.
 Mencuci bahan makanan, seperti sayur dan buah, serta hindari makanan
yang diduga terkontaminasi.
 Hindari makanan setengah matang, dan masak air minum hingga matang,
terutama bila sedang bepergian ke daerah yang rentan terjadi infeksi.

Cara Penularan

 Infeksi penyakit ini dari bahan yang terkontaminasi seperti tanah, air,
makanan yang tidak dimasak atau kontak dengan kotoran manusia atau
hewan yang terinfeksi.Cara penularan melalui rute orofekal, yaitu penularan
dari orang ke orang, dari binatang ke orang, melalui air dan penularan
melalui makanan. Hal ini terutama terjadi diantara mereka yang biasa kontak
dengan air tawar saat berenang. Tingginya resistensi oocysts
Cryptosporidium terhadap disinfektan seperti khlor memungkinkan mereka
untuk bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama dan masih dalam
kondisi siap menginfeksi Parasit menginfeksi sel epitel saluran pencernaan
dan parasit memperbanyak diri mula-mula dengan cara schizogony, diikuti
dengan siklus seksual dengan membentuk ookista dan dapat ditemukan pada
tinja. Ookista dapat hidup di lingkungan yang jelek dalam waktu yang lama.
Ookista sangat resisten terhadap desinfektan kimia yang digunakan untuk
menjernihkan dan disinfeksi air minum. Sekali waktu siklus autoinfeksi bisa
terjadi pada manusia.

 Pada usus :
Mekanisme cryptosporidiosis menyebabkan diare pada manusia belum
spenuhnya dapat dimengerti.Namun danya kegagalan absorbsi dan
meningkatkan sekresi usus halus banyak dijumpai pada kasusu-kasus
tersebut.
Adhesi/invasi dari merozoit/sporozoit Cryptosporidium parvum kemembran
apical dari sel epitel usus meransang sel epitel usus untuk
memproduksiprostaglandin shyntase, IL-8, dan TNF-ά .Adanya sel
polymerase (oleh IL-8), aktifasi makrofag (oleh TNF-ά),diproduksinya
prostaglandin (olehprostaglandin shyntasei) dan perubahan fungsi ion
diperkirakan merangsang sekresi usus untuk merespon infeksi seluler
terhadap Cryptosporidium parvum.Infeksi seluler juga pendataran dan juga
bersatunya villi usus, merupakan kemungkinan kedua yang terjadi pada
infeksi sel dan atau dalam respon imunologi seluler. Gambaran ini
berhubungan dengan malabsorpsi, dan akan memperberat diare. Sebagai
tambahan, adanya proses-proses apoptosis sel-sel yang mati dan enteric
nervous system juga member peranan terhadap patofisiologi diare ini.
Pada gambaran histopatologi menunjukan adanya atropi villi, hyperplasia
krypta, dan infiltrasi ringan sampai sedang ( biasanya sel plasma atau
netrofil tetapi dapat juga makrofag dan liphosit) pada lamina propria.

 Pada Saluran Empedu


Walaupun gambaran klinis dan radiologi dari billiary cryptosporidiosi telah
dapt diketahui, namun patogenitas sepenuhnya belum dapat sepenuhnya
dimengerti.Gambaran histopatologi yang diperoleh dari biopsy ampulla
vateri menunjukan menunjukan infiltrasi submukosa, inflamasi periductus
dengan oedema interstisial, infiltrasi neutrofil dan hyperplasia/dilatasi
kelenjar periduktus.

 Pada Saluran Pernafasan


Patogenitas dari respiratory cryptosporidiosis juga masih belum
dimengerti.respiratory cryptosporidiosis melibatkan trakea, bronkus, dan
jarang melibatkan parenkim paru, dapat ditemukan pada penderita
immunosuppressed dengan gagal nafas. Dari tahun 1983 sampai 1996
diperkirakan ada 13 kasusrespiratory cryptosporidiosis yang hanya
melibatkan region tracheobroncial atas. Cryptosporidium sp yang dideteksi
secara mikroskop diparenkim paru hanya dua kasus, satu kasus yang diderita
oleh penderita AIDS dan penderita lain dengan acute nonlymphatic
leukemia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudarto. 2007. Kedokteran Tropis.Surabaya: Airlangga Univercity Press


2. Sinambela, adelina Haryani. 2008 . Criptosporidiosis.USU-e repository

3. Hartono A. Penyakit Bawaan Makanan: FokusPendidikan Kesehatan. I.


(Palupi Widyastuti,ed.).
Jakarta: EGC; 2006:196.

4. Pusat Data dan Informasi Kesehatan, Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi
Saluran Pencernaan SS dan RK. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela
Data dan InformasiKesehatan. 2011;2(2):3.

5. Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi,Penularan, Pencegahan &


Pemberantasannya.Edisi kedua. (Astikawati R, ed.). Jakarta: Erlangga;
2011:53–56.

6. Wahdini S, Kurniawan A, Yunihastuti E. Deteksi Koproantigen


Cryptosporidium sp pada Pasien HIV/AIDS dengan Diare Kronis. eJournal
Kedokteran Indonesia. 2016;4(1) :49–53.

S-ar putea să vă placă și