Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Lily Elwina
Siti Suminarti Fasikhah
Diah Karmiyati
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
E-mail:lily.elwina@gmail.com/fasikhahss@yahoo.co.id
ABSTRACT
The study aimed at investigating the application of Adjuvant Psychological Therapy (APT) on the
decrease of depression level of the patients suffering from cervical cancer.The study employed single-
case experimental design. It applied a therapy and analyzed its effect before and after the treatment.
This study used ABA’ design indicating three phases of treatment. Beck depression Inventory II (BDI
II) was used as an instrument to assess the subject’s depression level. In addition the data were daily
collected by self monitoring Subjective Units of Discomfort Scale (SUDs) was used as an instrument
to asses the subject’s discomfort level everyday on going therapy. Observation and semi-structured
interviews were used as the assessment. The finding showed that the stages of APT significantly
reduced the subject’s depression level. Moreover, Adjuvant Psychological Therapy (APT) washelped
themedicaltreatment ofpatients with cervical cancerwholivedto bemore optimally and decreased the
patient’s chronic sore.
Key words: Adjuvant Psychological Therapy (APT), Depression, Patient Cervical Cancer
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah penerapan Adjuvant Psychological Therapy
(APT) dapat menurunkan tingkat depresi pada penderita kanker serviks. Desain penelitian yang
digunakan single-case experimental designs dan rancangan dalam penelitian ini merupakan desain
A-B-A’ yang mempunyai tiga fase, yaitu A (baseline), B (intervensi) dan fase A’ (follow-up). Metode
pengumpulan data menggunakan instrumen BDI II yang berisi skor tingkat depresi subjek dan Self
Monitoring dengan Subjective Units of Discomfort Scale (SUDs) yang berisi tingkat ketidaknyamanan
subjek yang diisi subjek setiap hari selama proses terapi. Selain itu peneliti juga menggunakan
observasi dan wawancara semi terstruktur. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rangkaian sesi terapi
APT yang diberikan dapat menurunkan tingkat depresi pada penderita kanker serviks. Berdasarkan
hasil pengukuran dengan Beck Depression Inventory II (BDI II) tingkat depresi subjek mengalami
penurunan sebanyak tiga tingkat pada tahap pra terapi 37 (kategori depresi berat), tahap pasca terapi
menjadi 17 (kategori depresi ringan) dan tahap follow-up menjadi 15 (gangguan mood ringan).
Metode pengukuran dengan self monitoring (SUDs) secara bertahap mengalami penurunan sebanyak
empat poin (dari delapan menjadi empat). Selain itu, APT dapat membantu pengobatan medis yang
dijalani penderita kanker serviks menjadi lebih maksimal dan menurunkan intensitas nyeri kronis
yang dialaminya.
Kata kunci: Adjuvant Psychological Therapy (APT), Depresi, Pasien Kanker Serviks
Masalah penyakit kanker dewasa ini penderita kanker serviks yang tertinggi
dirasakan semakin menonjol dibanding- di dunia. Pada tahun 2015 diperkirakan
kan tahun-tahun yang lalu. Hal ini dilihat ada 9 juta orang yang meninggal karena
dari banyaknya laporan bahwa penyakit kanker dan tahun 2030 diperkirakan
kanker cenderung menjadi salah satu 11,4 juta kematian karena kanker. Jumlah
penyebab utama kematian pada usia penderita kanker juga meningkat setiap
produktif. Kanker serviks adalah kanker tahun hingga mencapai 6,25 juta orang
dan dua pertiganya berasal dari negara
(tumor ganas) yang terbentuk pada serviks,
berkembang seperti Indonesia. Penderita
yaitu organ yang menghubungkan uterus
kanker di Indonesia diperkirakan
dengan vagina. Kanker serviks adalah
1:1.000 penduduk per tahun. Kanker
keganasan paling umum kedua bagi
diyakini sebagai penyebab kematian
wanita di seluruh dunia dan merupakan
ke-5 di Indonesia dan terus mengalami
penyebab kematian utama akibat kanker
peningkatan karena penderita kanker sulit
bagi wanita di negara-negara berkembang disembuhkan.
(Pitkin, 2003).
Menurut Menteri Negara Pember-
Menurut WHO (2008), Indonesia dayaan Perempuan dan Perlindungan
merupakan negara dengan jumlah Anak, dalam acara Peringatan 1 Tahun
bangan subjek selama proses terapi yang diberikan kepada subjek dan apakah
berlangsung dan mengidentifikasi peru- ada perubahan tingkat ketidaknyamanan,
bahan-perubahan ataupun hambatan- tingkat keseringan gejala depresi yang
hambatan apa saja yang mungkin muncul pada subjek setelah tidak ada
muncul dalam diri subjek selama intervensi dari peneliti.
proses terapi berlangsung, dan tingkat Metode pengumpulan data dalam
ketidaknyamanan yang diisi setiap harinya penelitian ini menggunakan instrumen
oleh subjek. Wawancara dilakukan per Beck Depression Inventory II (BDI II).
sesi selama proses terapi berjalan. BDI II adalah suatu kuesioner yang selalu
Pada waktu pasca terapi wawancara digunakan dalam studi psikologi klinis
dimaksudkan untuk mengetahui (a) dan psikiatri. BDI II merupakan revisi dari
adakah perubahan yang terjadi setelah BDI-IA yang dikembangkan berdasarkan
terapi diberikan dibandingkan dengan Diagnostic Statistical Manual and Mental
keadaan subjek sebelum terapi dan (b) Disorder IV (DSM-IV). Seperti halnya
faktor-faktor apa saja yang berperan BDI, BDI-II juga mengandung 21 aitem
terhadap terjadinya perubahan tersebut. pernyataan masing-masing jawaban dibuat
Wawancara self monitoring tingkat skor dari 0 ke 3. Cut off yang digunakan
ketidaknyamanan yang diisi pasca berbeda dari yang asli. Pada inventori ini,
perlakuan. Wawancara ini dilakukan satu setiap kategori gejala terdiri atas suatu seri
hari setelah proses perlakuan dihentikan. pertanyaan yang mencerminkan derajat
Follow-up atau tindak lanjut keparahan depresi. Sistem penilaian
wawancara dilakukan setelah satu dilakukan dengan menjumlahkan nilai
minggu proses perlakuan dihentikan. gejala yang dipilih subjek pada setiap
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui aitem. Pada setiap kategori gejala terdapat
perkembangan lebih lanjut dari terapi gradasi nilai dari 0 sampai 3.
Skor total yang didapat subjek tinggi. SUDs diisi subjek setiap hari yang
merupakan cermin dari kombinasi gejala dimulai dari fase baseline, selama proses
yang dimiliki dan tingkat kedalaman terapi sampai follow-up.
depresinya. Inventori ini sudah pula
Intervensi Penelitian
di pergunakan oleh peneliti-peneliti
lainnya, antara lain Rosyidah (1993) dan Peneliti menguraikan prosedur
Adiwijaya (1993) yang sudah meneliti penelitian yang akan dilaksanakan dalam
validitas dan reliabilitas alat ukur ini. penelitian ini meliputi beberapa tahap,
BDI II diisi subjek pada tahap pra-terapi antara lain:
sebagai asesmen awal, tahap pasca terapi, 1. Persiapan. Persiapan yang dilakukan
dan tahap follow-up. berupa: (1) pengambilan subjek pene-
Pengamatan diri merupakan sesuatu litian sesuai karakteristik. Dengan
yang subjektif berdasarkan penilaian adanya kriteria tersebut, peneliti
subjek pada saat itu. Skor ini berbentuk memutuskan meminta persetujuan
angka dengan rentangan 0–10, yang subjek agar kasus yang dialami subjek
disebut dengan Subjective Units of dilakukan intervensi, (2) berkenalan
Discomfort Scale (SUDs), diadaptasi dari dengan penderita kanker serviks dan
Joseph Wolpe seperti yang dijelaskan membangun good rapport (hubungan
(Shapiro, 1969). SUDs ialah suatu cara yang baik antara peneliti dan subjek,
yang mudah untuk mengklasifikasikan (3) menjelaskan maksud, tujuan
berapa banyak ketidaknyamanan yang serta kegunaan untuk mengajak
di alami pada waktu tertentu. Kategori responden bersediamenjadi subjek
SUDs berupa skala rating scale 0–10 penelitian. Memberikan kuesioner
yang mengindikasikan mulai dari nol BDI untuk mengukur tingkat depresi.
(tidak ada tekanan lagi atau rileks) hingga Menentukan subjek penelitian, yaitu
sepuluh (tekanan ekstrim). Ada sebelas individu yang mempunyai nilai BDI
poin pada skala, mulai dari nol (tidak minimal 17 pada skala Beck.
ada tekanan lagi atau rileks) hingga 2. Identifikasi kasus. Peneliti melakukan
sepuluh (tekanan ekstrim). Tingkat wawancara dan observasi selama
ketidaknyamanan dari 0–3 dikategorikan proses penelitian. Pada tahapan ini,
sebagai tingkat ketidaknyamanan yang peneliti menggali beberapa data.
sangat rendah, 4–5 untuk kategori tingkat Peneliti mengklarifikasi permasalahan
ketidaknyamanan yang rendah, dan 6–7 utama subjek, membicarakan perma-
sebagai kategori tingkat ketidaknyamanan salahan yang dirasakan subjek secara
sedang, dan 8–9 sebagai kategori tingkat lebih mendalam.Mengetahui kondisi
ketidaknyamanan yang tinggi, dan 10 subjek dengan mengetahui gejala
tingkat ketidaknyamanan yang sangat depresi yang dirasakan subjek.
untuk mengetahui perubahan subjek tingkat depresi yang dialami subjek. Selain
setelah diberhentikannya terapi selama melakukan pengukuran tingkat depresi
satu minggu. (yang merupakan prosedur behavioral)
penilaian dengan cara menanyakan hal-
Teknik Analisis Data
hal yang sekiranya banyak menolongnya
Dalam penelitian ini penilaian dan terjadinya perubahan selama terapi
pengukuran dilakukan dengan meng- berlangsung hingga setelah terapi
gunakan BDI II untuk mengetahui berakhir adalah lazim digunakan untuk
tingkat depresinya dan self monitoring mengetahui proses perubahan pada
dengan SUDs untuk mengetahui tingkat penelitian yang bersifat non behavioral
ketidaknyamanan subyek. Penilaian dan (Martin & Pears, 2007). Jadi evaluasi
pengukuran dilakukan sebelum perlakuan penerapan terapi kognitif perilaku untuk
(baseline), selama terapi berlangsung, mengatahui adanya perubahan pada
segera setelah keseluruhan terapi selesai diri subyek dalam penelitian ini bersifat
diberikan (pasca terapi), dan tahap Follow behavioral (melakukan pengukuran) dan
Up. Penilaian selama terapi dilakukan non-behavioral (dengan menanyakan
secara terus menerus pada setiap sesi pada subjek).
dengan SUDs yaitu untuk mengetahui
Berdasarkan penjelasan mengenai
tingkat ketidaknyamanan. Pada saat akhir
prosedur penilaian dan pengukuran di
setiap tahapan terapi peneliti mengukur
atas, peneliti menetapkan kriteria seba-
tingkat ketidaknyamanan subyek. Hal ini
gai acuan dasar dalam penilaian dan
dilakukan terus menerus selama proses
pengukuran dalam penelitian ini, yaitu:
terapi hingga follow up. Penilaian dan
perubahan tingkat depresi subyek menjadi
pengukuran dengan BDI II juga dilakukan
pikiran yang lebih adaptif dengan cara
segera setelah keseluruhan terapi selesai
membandingkan hasil tes BDI IIpada fase
diberikan. Hal ini juga dilakukan pada
pra terapi, pasca terapi dan fase follow Up.
fase follow up yang dilakukan satu minggu
pasca terapi. Penilaian dan pengukuran
HASIL PENELITIAN
pada fase follow up dilakukan untuk
mengetahui perubahan tingkat depresi Berdasarkan hasil pengukuran
subyek satu minggu setelah terapi dengan Beck Depression Inventory II
dihentikan. (BDI II) pada tahap pra terapi adalah 37
(kategori depresi berat) setelah diberikan
Penilaian dan pengukuran yang
rangkaian terapi selama enam sesi turun
dilakukan dalam penelitian ini memiliki
menjadi 17 (kategori depresi ringan) dan
tujuan untuk mengetahui apakah teknik
tahap follow-up menjadi 15 (gangguan
Adjuvant Psychological Therapy yang
mood ringan).
telah diterapkan mampu menurunkan
Tingkat Depresi
No Gejala-gejala Depresi Pra terapi Pasca terapi Follow-up
x0 x1 x2 x3 x0 x1 x2 x3 x0 x1 x2 x3
1. Merasa sedih ü ü ü
2. Keyakinan masa depan ü ü ü
3. Merasa gagal ü ü ü
4. Menikmati kesenangan ü ü ü
5. Merasa bersalah ü ü ü
6. Merasa dihukum ü ü ü
7. Kepercayaan diri ü ü ü
8. Mengkritik diri sendiri ü ü ü
9. Bunuh diri ü ü ü
10. Menangis ü ü ü
11. Istirahat ü ü ü
12. Minat sosial/aktivitas ü ü ü
13. Pengambilan keputusan ü ü ü
14. Menganggap diri berarti ü ü ü
15. Energi ü ü ü
16. Pola tidur ü ü ü
17. Tersinggung ü ü ü
18. Selera makan ü ü ü
19. Konsentrasi ü ü ü
20. Capek atau Lelah ü ü ü
21. Minat seks ü ü ü
Total 0 8 8 21 0 12 2 3 0 10 2 3
37 17 15
(depresi berat) (depresi ringan) (gg mood ringan)
40
35
37 (depresi berat)
30
25
20
15
17 (depresi ringan)
10 15 (gg. mood
ringan)
5
0
pra terapi terapi pasca terapi follow up
Grafik 1.Perbandingan
Grafik Tingkat
1.Perbandingan TingkatDepresi BerdasarkanHasil
Depresi Berdasarkan Hasil BDI
BDI II II
Dari grafik di atas, titik dan garis yang tidak putus-putus (warna biru) menunjukkan skor
total Dari
penurunan
grafiktingkat depresi
di atas, titiksubjek
dan diukur
garis dengan menggunakan
energi, pola tidurskala BDIburuk,
yang II pra terapi,
tidak
pasca terapi
yang tidak dan follow-up. menunjukkan
putus-putus Sedangkan garismemiliki
putus-putus (warna
selera pink)merasa
makan, menunjukkan
sangat
skor total penurunan tingkat depresi capek atau lelah, dan tidak
perubahan tingkat depresi selama proses terapi. Selama proses terapi pengukuran yang memiliki
subjek diukur dengan menggunakan minat seks.
digunakan adalah skala SUDs untuk lebih jelas dan rinci dapat dilihat pada penjelasan grafik
skala BDI II pra terapi, pasca terapi dan Saat pasca terapi kemunculan aitem-
2.
follow-up. Sedangkan garis putus-putus aitem gejala depresi berkurang menjadi
menunjukkan
Berdasarkanperubahan tingkat
tabel dan grafik depresi
tingkat depresihanya
dengansatu
menggunakan alat ukur
aitem, yaitu tidakBDI II dari
memiliki
selama proses terapi. Selama proses terapi minat seks dan pada tahap follow-up
21 aitem dapat dilihat pada tahap pra-terapi subjek memperoleh hasil sebesar 37 atau
pengukuran yang digunakan adalah skala aitem ini tetap subjek rasakan. Subjek
termasuk dalam kategori depresi berat. Aitem gejala depresi yang dipilih subjek menunjukkan
SUDs untuk lebih jelas dan rinci dapat mampu menurunkan tingkat depresinya
adanya pada
dilihat gejalapenjelasan
depresi berat. Subjek
grafik 2. memilih sebanyak tujuh aitem yang tergolong depresi
menjadi tingkat depresi ringan.Ia memiliki
Berdasarkan tabel dan grafik tingkat komitmen dan motivasi yang tinggi untuk
depresi dengan menggunakan alat ukur keluar dari permasalahannya.
BDI II dari 21 aitem dapat dilihat pada Pada subjek gejala depresi yang
tahap pra-terapi subjek memperoleh hasil perubahannya paling besar adalah aspek
sebesar 37 atau termasuk dalam kategori perasaan dan fisik. Ia merasa lebih
depresi berat. Aitem gejala depresi yang bisa mengontrol kehidupannya dan
dipilih subjek menunjukkan adanya gejala mengurangi perasaan sedihnya, lebih bisa
depresi berat. Subjek memilih sebanyak menikmati kesenangan, lebih berenergi,
tujuh aitem yang tergolong depresi berat mengatur pola tidur yang baik, lebih
pada gejala depresi yang tergolong gejala berselera makan, merasa tidak mudah
fisik dan psikis. Ia memilih aitem seperti lelah, namun ia tidak memiliki minat
perasaannya yang sangat sedih, tidak bisa seks karena kanker serviks yang ia derita
menikmati kesenangan, tidak memiliki belum sembuh.
Table 3.3.Perbandingan
Table Perbandingan Ketidaknyamanan SelamaProses
Ketidaknyamanan Selama Proses Terapi
Terapi
Pelaksanaan Terapi
Pelaksanaan Terapi
Sesi 11
Sesi Sesi 22
Sesi Sesi 33
Sesi Jeda Sesi 44 Jeda
Jeda Sesi Sesi 55
Jeda Sesi Jeda
Jeda Sesi 66
Sesi Jeda
Jeda
88 88 7.5
7.5 7.5
7.5 77 7 7 5.5
5.5 4 4
10
9
8 8 8
7.5 7.5
7 7 7 7
6
5.5
SUDS
5
4 4 4
3
2
1
0
Terapi Terapi Terapi Jeda Terapi Jeda Terapi Jeda Terapi Jeda
sesi 1 sesi 2 sesi 3 sesi 4 sesi 5 sesi 6
Grafik 2.Perbandingan Tingkat Ketidaknyamanan dengan Self Monitoring (SUDs) Selama Proses Terapi
Berdasarkan tabel dan grafik dengan alat ukur SUDS di atas dapat dilihat perubahan
tingkat ketidaknyamanan subjek setiap tahapnya. Pada awal sesi terapi subjek masih berada
Berdasarkan tabel dan grafik dengan angka secara bertahap dari hari ke hari
dalam rentang
alat ukur SUDS kategori
di atastingkat
dapatketidaknyamanan
dilihatv dalamyang tiaptinggi, tetapi yang
sesi terapi ia menunjukkan
ia jalani.
penurunan angka secara bertahap dari hari ke hari dalam tiap sesi
perubahan tingkat ketidaknyamanan Subjek mengalami penurunan tingkat terapi yang ia jalani. Subjek
mengalami
subjek setiappenurunan tingkat
tahapnya. ketidaknyamanan
Pada yang cukup signifikan,
awal sesi ketidaknyamanan yang dari tahap signifikan,
cukup terapi sesi
terapi subjek masih berada dalam rentang dari
pertama sampai sesi keenam penurunannya mencapai 4 poin. tahap terapi sesi pertama sampai sesi
kategori tingkat ketidaknyamanan yang keenam penurunannya mencapai 4 poin.
Pada saat pra-terapi sesi 1 dan dilanjutkan pada pra-terapi sesi 2, subjek diminta untuk
tinggi, tetapi ia menunjukkan penurunan
mendeskripsikan permasalahannya dan mendapatkan psikoedukasi untuk menumbuhkan
kesadarannya. Tingkat ketidaknyamanan subjek mengalami penurunan sebanyak 1 poin.
Namun ia masih terperangkap dalam
Jurnal perasaan
Intervensi putus asa
Psikologi, Vol. dan
4 No.sakit tak tertahankan
2 Desember 2012 dan
223
kehilangan kendali atas emosi yang ia rasakan. Penyebabnya adalah subjek masih belum
Lily Elwina, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati
subjek tetap pada angka 7 yang artinya RSSA untuk memberikannya penanganan
ia masih berada dalam kategori tingkat yang terbaik. Subjek mencoba untuk
ketidaknyamanan sedang. Ia diminta melakukan rileksasi pernafasan dan
untuk terus membantah dan melakukan distraksi setiap ia merasakan sakit dan
reality testing terhadap setiap pikiran nyeri. Selain itu,ia juga sudah melakukan
otomatis yang muncul, dan terus diajarkan pola hidup sehat dan teratur yang
untuk berlatih mempraktekkan strategi sesuai dengan penjadwalan aktivitas
coping agar ia bisa mempertahankan dan yang disusun untuk membuatnya bisa
mengontrol emosinya. mengontrol kehidupannya dengan baik.
Saat berada pada tahap terapi sesi Komitmen dan motivasi subjek dan suaminya
keenam tingkat ketidaknyamanan subjek berpengaruh terhadap keberhasilan terapi
mengalami penurunan 3 poin menjadi 4 yang diberikan padanya.
yang artinya berada dalam kategori tingkat
ketidaknyamanan rendah. Pada tahap ini PEMBAHASAN
subjek sudah terbiasa membantah setiap
Ketika mengalami sakit yang
kali pikiran otomatisnya muncul dan
semakin parah, subjek mengaku tidak
berlatih melakukan strategi coping pada
mengetahui apa sakit yang ia alami. Hal
saat ia merasakan situasi depresi yang
ini terjadi karena subjek tidak melakukan
menekannya dan faktor lain yang ikut
pengobatan secara medis. Ia hanya
memengaruhi ia sudah dinyatakan dokter
mencoba pengobatan alternatif karena
akan segera dioperasi. Hal ini membuat
berbagai pertimbangan. Sejak sakit subjek
subjek semakin optimis terhadap
tidak mampu melakukan aktivitas sehari-
keadaannya.
hari seperti biasanya dikarenakan sakit
Hal ini dapat membuktikan bahwa yang ia derita yang membuatnya tidak
tiap sesi dalam terapi yang diberikan berdaya. Subjek setiap hari menangis dan
cukup berpengaruh dalam membantu meratapi sakit yang ia rasakan. Ia merasa
subjek mengatasi permasalahan yang
sedih karena beberapa bulan terakhir ia
dihadapinya. Dapat dikatakan bahwa
hanya menjadi beban suami dan tidak
dari hari ke hari kemajuan subjek terlihat.
bisa menjadi istri bagi suaminya dan
Faktor motivasi dan kemauannya untuk
ibu rumah tangga yang baik bagi anak-
sembuh dan dukungan dari suaminya
anaknya .
yang selalu siap untuk membantunya
merupakan faktor yang penting membuat Berdasarkan permasalahan awal
subjek keluar dari masalahnya.Subjek diketahui bahwa terjadinya depresi yang
lebih optimis karena ia mendapatkan dialami subjek adalah tidak adanya keter-
dukungan dari keluarga besar dan ia juga bukaan pada keluarga besarnya mengenai
diberikan motivasi oleh tim medis dari penyakitnya. Sebelum mendapatkan
Di Brazil, Miranda dkk (2002) meneliti pernafasan subjek kurang bisa menikmati
gejala-gejala depresi sebelum dan sesudah kondisi rileksnya. Namun perlahan-
dilakukannya kemoterapi neo-adjuvant lahan ia semakin bisa merasakan sensasi
pada 22 kanker serviks dan 20 kanker perasaan nyaman dan rileks pada bagian-
payudara dengan menggunakan alat ukur bagian tubuhnya.
BDI II. Hasil penelitian menunjukkan Penerapan Adjuvant Psychological
adanya penurunan tingkat depresi setelah Therapy (APT) dengan berbagai
kemoterapi. rangakain terapi yang telah dirancang
Rangkaian terapi APT dengan teknik seperti strategi coping menggunakan
kognitif juga memiliki pengaruh yang penjadwalan aktivitas mengubah pola
besar terhadap penurunan tingkat depresi hidupnya menjadi pola hidup sehat
subjek. Untuk itu, sebelum melaksanakan dapat membantu pengobatan medis yang
proses terapi, peneliti terlebih dahulu dijalani penderita kanker serviks menjadi
memberikan psikoedukasi seputar lebih maksimal. Efek dari pengobatan
penyakit kanker serviks, pengobatan yang medis seperti kemoterapi yang subjek
akan dijalani dan efek-efek pengobatan jalani tidak terlalu membuatnya tersiksa.
serta asupan makanan dan nutrisi yang Subjek tidak mengalami mual dan
baik dan mendukung kesehatannya. muntah seperti yang dialami kebanyakan
Tujuannya adalah untuk mempersiapkan orang, tidak lagi membutuhkan transfusi
subjek pada kemungkinan yang akan darah karena kadar haemoglobin subjek
terjadi pada masa depannya dan sebagai yang normal. Pola strategi coping yang
brainstorming kepada subjek untuk ia lakukan dengan distraksi dan rileksasi
peduli pada kondisi kesehatannya pernafasan membantunya untuk tenang
dan menumbuhkan kesadaran untuk dan rileks sehingga ia tidak terlalu
menjalani pola hidup sehat. merasakan nyeri kronis yang selama ini
Selain itu, rangakaian terapi APT sangat mengganggu kenyamanannya.
dengan teknik perilaku yang diberikan Keadaan rileks dan tenang membuat
pada subjek juga berpengaruh terjadinya subjek tidak lagi memunculkan pikiran
penurunan tingkat depresi pada subjek. otomatis yang membuatnya terjebak
Faktor strategi coping berupa penjadwalan dalam situasi yang membuatnya depresi.
aktivitas, latihan rileksasi pernafasan, Pikiran dan perasaan yang positif dan
distraksi yang subjek terus lakukan pada optimis serta dukungan dari pasangan dan
saat ia merasakan sakit dan nyeri. Latihan keluarganya membuat subjek memiliki
rileksasi pernafasan diajarkan pada subjek semangat terus berusaha dan berjuang
dimaksudkan untuk memberikan subjek menjalani alur pengobatan medis secara
sensasi pengalaman rileks, tenang, dan bertahap dan berkelanjutan sampai ia
nyaman. Pada saat awal latihan rileksasi benar-benar dinyatakan sembuh total.
Ratna. (2004). Apa yang harus anda keta- Trull, T.J. & Phares, J.E. (2001). Clinical
hui tentang kanker. Available From psychology concepts, methods, and
http: www.forums./viewtop- profession.Sixth edition. USA: Wad-
ics.php. Diakses pada 15 Juni 2011 worth Thompson Learning.
Sarafino, E.P. (1994). Clinical health psy- World Health Organization. (2008).
chology. New York: John Wiley & World cancer monitoring 2008.
Sons. WHO Press.