Sunteți pe pagina 1din 20

PENERAPAN ADJUVANT PSYCHOLOGICAL THERAPY

(APT) TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESIPADA


PENDERITA KANKER SERVIKS

THE APPLICATION OF ADJUVANT PSYCHOLOGICAL


THERAPY (APT)TOWARD THE DECREASED LEVEL
DEPRESSION OF CERVICAL CANCER PATIENT

Lily Elwina
Siti Suminarti Fasikhah
Diah Karmiyati
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
E-mail:lily.elwina@gmail.com/fasikhahss@yahoo.co.id

ABSTRACT
The study aimed at investigating the application of Adjuvant Psychological Therapy (APT) on the
decrease of depression level of the patients suffering from cervical cancer.The study employed single-
case experimental design. It applied a therapy and analyzed its effect before and after the treatment.
This study used ABA’ design indicating three phases of treatment. Beck depression Inventory II (BDI
II) was used as an instrument to assess the subject’s depression level. In addition the data were daily
collected by self monitoring Subjective Units of Discomfort Scale (SUDs) was used as an instrument
to asses the subject’s discomfort level everyday on going therapy. Observation and semi-structured
interviews were used as the assessment. The finding showed that the stages of APT significantly
reduced the subject’s depression level. Moreover, Adjuvant Psychological Therapy (APT) washelped
themedicaltreatment ofpatients with cervical cancerwholivedto bemore optimally and decreased the
patient’s chronic sore.

Key words: Adjuvant Psychological Therapy (APT), Depression, Patient Cervical Cancer

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 211


Lily Elwina, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah penerapan Adjuvant Psychological Therapy
(APT) dapat menurunkan tingkat depresi pada penderita kanker serviks. Desain penelitian yang
digunakan single-case experimental designs dan rancangan dalam penelitian ini merupakan desain
A-B-A’ yang mempunyai tiga fase, yaitu A (baseline), B (intervensi) dan fase A’ (follow-up). Metode
pengumpulan data menggunakan instrumen BDI II yang berisi skor tingkat depresi subjek dan Self
Monitoring dengan Subjective Units of Discomfort Scale (SUDs) yang berisi tingkat ketidaknyamanan
subjek yang diisi subjek setiap hari selama proses terapi. Selain itu peneliti juga menggunakan
observasi dan wawancara semi terstruktur. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa rangkaian sesi terapi
APT yang diberikan dapat menurunkan tingkat depresi pada penderita kanker serviks. Berdasarkan
hasil pengukuran dengan Beck Depression Inventory II (BDI II) tingkat depresi subjek mengalami
penurunan sebanyak tiga tingkat pada tahap pra terapi 37 (kategori depresi berat), tahap pasca terapi
menjadi 17 (kategori depresi ringan) dan tahap follow-up menjadi 15 (gangguan mood ringan).
Metode pengukuran dengan self monitoring (SUDs) secara bertahap mengalami penurunan sebanyak
empat poin (dari delapan menjadi empat). Selain itu, APT dapat membantu pengobatan medis yang
dijalani penderita kanker serviks menjadi lebih maksimal dan menurunkan intensitas nyeri kronis
yang dialaminya.

Kata kunci: Adjuvant Psychological Therapy (APT), Depresi, Pasien Kanker Serviks

Masalah penyakit kanker dewasa ini penderita kanker serviks yang tertinggi
dirasakan semakin menonjol dibanding- di dunia. Pada tahun 2015 diperkirakan
kan tahun-tahun yang lalu. Hal ini dilihat ada 9 juta orang yang meninggal karena
dari banyaknya laporan bahwa penyakit kanker dan tahun 2030 diperkirakan
kanker cenderung menjadi salah satu 11,4 juta kematian karena kanker. Jumlah
penyebab utama kematian pada usia penderita kanker juga meningkat setiap
produktif. Kanker serviks adalah kanker tahun hingga mencapai 6,25 juta orang
dan dua pertiganya berasal dari negara
(tumor ganas) yang terbentuk pada serviks,
berkembang seperti Indonesia. Penderita
yaitu organ yang menghubungkan uterus
kanker di Indonesia diperkirakan
dengan vagina. Kanker serviks adalah
1:1.000 penduduk per tahun. Kanker
keganasan paling umum kedua bagi
diyakini sebagai penyebab kematian
wanita di seluruh dunia dan merupakan
ke-5 di Indonesia dan terus mengalami
penyebab kematian utama akibat kanker
peningkatan karena penderita kanker sulit
bagi wanita di negara-negara berkembang disembuhkan.
(Pitkin, 2003).
Menurut Menteri Negara Pember-
Menurut WHO (2008), Indonesia dayaan Perempuan dan Perlindungan
merupakan negara dengan jumlah Anak, dalam acara Peringatan 1 Tahun

212 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Terapi Musik Kognitif Perilaku untuk Menurunkan Kecemasan ......

Perempuan Peduli Kanker Serviks oleh virus HPV (Human Papilloma Virus).


menyatakan bahwa jumlah kasus kanker Virus ini memiliki lebih dari 100 tipe,
serviks di Indonesia masih tinggi. Setiap di mana sebagian besar di antaranya
hari diperkirakan muncul 40-45 kasus tidak berbahaya dan akan lenyap
baru dan sekitar 20-25 perempuan dengan sendirinya. Jenis virus HPV yang
meninggal karena kanker ini (Hadi, menyebabkan kanker serviks dan paling
2011). Kanker serviks adalah kanker pada fatal akibatnya adalah virus HPV tipe 16
sistem reproduksi dan merupakan kanker dan 18. Namun, selain disebabkan oleh
yang menyebabkan gangguan emosional virus HPV, sel-sel abnormal pada leher
karena sistem reproduksi berhubungan rahim juga bisa tumbuh akibat paparan
dengan kemampuan seseorang untuk radiasi atau pencemaran bahan kimia
menghasilkan keturunan. Penderita yang terjadi dalam jangka waktu cukup
kanker serviks seringkalii menghadapi lama.
tekanan psikologis karena kanker serviks Ketika dokter mendiagnosis bahwa
menimbulkan berbagai implikasi, seperti seseorang menderita penyakit berbahaya
rasa sakit, ketergantungan pada orang lain, (kronis) seperti kanker, ada enam reaksi
ketidakmampuan dan ketidakberdayaan, psikologis yang utama muncul (Prokop,
hilangnya fungsi-fungsi tubuh, dan 1991), yaitu kecemasan, depresi,
sebagainya. Penderita kanker serviks perasaan kehilangan kontrol, gangguan
mengalami rasa takut, cemas, shock, kognitif atau status mental (impairment),
putus asa, marah, serta depresi. Perasaan gangguan seksual serta penolakan
timbul pada diri penderita kanker serviks terhadap kenyataan (denial).
akan berdampak negatif (Dalton, 2002). Beberapa penelitian yang telah
Menurut data Departemen Kesehatan dilakukan (Berek dkk, 2005) melaporkan
RI, di Indonesia ada 400 kasus perempuan adanya reaksi emosional spesifik seperti
yang positif terinfeksi HPV (Virus Human depresi dan kecemasan terhadap
Papiloma), 70 persen lebih ternyata kanker ginekologi. Derogatis (1983)
sudah stadium lanjut. Kebanyakan dari memperkirakan sekitar 50% pasien
mereka sudah pada grade II dan III. kanker mempunyai gejala psikiatris,
Tingginya angka kematian pada wanita 85% mempunyai gejala depresi dan
di Indonesia disebabkan penderita kanker kecemasan. Depresi pada penderita
serviks sebagian besar (sekitar 70%) kanker dapat disebabkan oleh berbagai
datang berobat setelah stadium lanjut. alasan termasuk reaksi psikologis yang
Hal ini karena kurangnya kesadaran disebabkan oleh diagnosis kanker, efek
wanita Indonesia dalam mencegah dan samping pengobatan, usia, pendidikan,
mendeteksi secara dini kanker serviks sosial ekonomi (Jadoon, dkk, 2010).
(Ratna, 2004). Kanker serviks disebabkan Selain itu stadium kanker, lama menderita

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 213


Lily Elwina, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

kanker juga meningkatkan resiko depresi Kanker Kedokteran Psikologi Kelompok,


pada pasien kanker, dan dukungan sosial Royal Marsden Hospital, Sutton, Surrey.
(Herschbach, dkk, 2004). Ketakutan akan Mereka melakukan studi dan mengevaluasi
kematian, tidak bisa meneruskan rencana- fase I/II APT dalam praktek klinis rutin.
rencana hidupnya, perubahan citra diri Sebanyak 44 subjek rawat jalan dengan
dan percaya diri, perubahan peran sosial berbagai macam jenis kanker dirujuk
dan gaya hidup, serta masalah–masalah untuk konsultasi kejiwaan dan menerima
terkait finansial, merupakan hal-hal yang APT di Rumah Sakit studi Marsden
memengaruhi kehidupan penderita Royal. Standardisasi kuesioner self
kanker sehingga bisa menyebabkan monitoring digunakan untuk mengukur
depresi. Orang yang menderita kanker kecemasan, depresi, dan penyesuaian
sekaligus juga mengalami depresi. mental terhadap kanker.Perbandingan
Prevalensi terjadinya depresi pada pasien statistik antara skor pra-perawatan dan
kanker ginekologi mencapai 23% (Massie, skor rata-rata setelah lima sesi APT yang
2004). menunjukkan adanya perbaikan yang
APT (Adjuvant Psychological signifikan dalam kecemasan, depresi,
Therapy) merupakan terapi yang baru dan penyesuaian mental. Hasil ini
dikembangkan dan dirancang khusus menunjukkan peningkatan baik dalam
untuk meningkatkan kualitas hidup gejala kejiwaan terhadap kanker yang
subjek kanker dengan mengurangi berhubungan dengan APT.
gangguan emosi dan mempromosikan Dalam penelitian ini hipotesis
fighting spirit (Greer, S. Moorey, S. yang dirumuskan bahwa penerapan
dkk, 1992). Komponen dari terapi APT Adjuvant Psychological Therapy (APT)
dirancang secara konstruktif untuk dapat menurunkan tingkat depresi pada
memfasilitasi subjek dalam meng- penderita kanker serviks.
ekspresikan emosi, memodifikasi perilaku
menjadi lebih cocok dan sesuai melalui
METODE PENELITIAN
relearning, memodifikasi pikiran, premis,
asumsi, dan sikap yang yang salah atau Subjek Penelitian
negatif serta bersifat interaktif dalam Subjek dalam penelitian ini adalah
menghadapi subjek kanker adalah satu orang penderita kanker serviks
melibatkan orang-orang penting dalam dengan karakteristik sebagai berikut:
kehidupan subjek (Moorey dkk, 1992).
1. Menderita kanker serviks stadium
Sebuah penelitian dilakukan Greer IIa yang mengalami masalah tingkat
dkk (1992) dalam Kampanye Penelitian depresi berat sebagai akibat dari

214 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Terapi Musik Kognitif Perilaku untuk Menurunkan Kecemasan ......

kanker yang dideritanya (dideteksi Menurut Rosnow dan Rosenthal


dengan menggunakan tes BDI II). (Sunanto, 2005), desain subjek tunggal
Menderita penyakit kanker serviks (single subject design) memfokuskan
tanpa penyakit penyerta yang diten- pada data individu sebagai sampel
tukan berdasarkan catatan medis penelitian. Perbandingan tidak dilakukan
dan cacat fisik, karena hal tersebut antar individual atau kelompok, tetapi
merupakan usaha peneliti untuk dibandingkan pada subjek yang sama
memperkecil peranan penyakit lain dalam kondisi yang berbeda, dan yang
atau peranan cacat fisik yang di dimaksud kondisi di sini adalah kondisi
miliki penderita dalam memuncul- baseline dan kondisi intervensi. Baseline
kan gejala depresi. Dengan demikian adalah kondisi saat pengukuran target
peneliti dapat memperkecil bias dari behavior dilakukan pada keadaan natural
hasil penelitian ini. sebelum diberikan intervensi apapun.
2. Menikah dan berada pada usia Kondisi eksperimen adalah kondisi saat
produktif berusia antara rentang suatu intervensi telah diberikan dan
30-50 tahun, yaitu berusia 45 tahun. target behavior diukur di bawah kondisi
Pengambilan kriteria ini untuk meli- tersebut. Selanjutnya pada desain subjek
hat dampak dukungan pasangannya tunggal selalu dilakukan perbandingan
dan tanggung jawab pekerjaan seb- antara fase baseline dengan sekurang-
agai istri dan ibu rumah tangga. kurangnya satu fase intervensi.
Berdasarkan pendapat di atas dapat
Desain Penelitian
disimpulkan bahwa penelitian subjek
Desain penelitian yang digunakan tunggal merupakan penelitian eksperimen
single-case experimental designs.Single- yang dilakukan terhadap subjek secara
case experimental designs atau desain individual yang bertujuan untuk melihat
kasus tunggal adalah penelitian yang perubahan perilaku. Perbandingan dila-
menerapkan sebuah terapi dengan kukan pada subjek yang sama dalam
melihat pengaruh terapi tersebut pada kondisi yang berbeda, yakni kondisi
beberapa individu yang diawali dengan baseline dibandingkan dengan kondisi
melihat keadaan awal perilaku individu setelah eksperimen diberikan. Dalam hal
selama beberapa hari sebelum terapi ini meneliti perubahan tingkat depresi
dimulai. Kemudian dilanjutkan dengan penderita kanker serviks. Penelitian ini
pemberian terapi (Kazdin, 2001).Ran- menggunakan satu orang subjek (N=1)
cangan penelitian studi kasus tunggal ini sehingga untuk mengetahui penerapan
biasa diterapkan pada penelitian yang dari terapi APT pada penderita kanker
bersifat behavioral analysis (Goodwin, dengan cara membandingkan keadaan
2005). subjek dari waktu ke waktu.

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 215


Lily Elwina, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

Desain yang digunakan dalam cara menggali informasi guna mengetahui


penelitian ini adalah desain A-B-A’. faktor-faktor penyebab munculnya sebuah
Desain A-B-A’ merupakan penelitian yang permasalahan (Trull & Phares, 2001).
pengolahan datanya dipergunakan untuk
Daftar Riwayat Hidup berisi tentang
penyelidikan perubahan perilaku, dalam
data demografi mengenai identitas
hal ini adalah terapi APT untuk mengurangi
subjek, meliputi tempat tinggal, status
tingkat depresi pada penderita kanker
perkawinan, agama dan latar belakang
serviks. Desain A-B-A’ mempunyai 3 fase,
keluarga, kesehatan, riwayat pendidikan,
yaitu fase A menunjukkan keadaan awal
dan sebagainya.Metode ini diberikan
subjek (baseline 1) dan B menunjukkan
kepada subjek pada saat asesmen awal.
fase perlakuan (intervensi) dan fase A’
kedua adalah keadaan subjek setelah Penelitian ini menggunakan salah
perlakuan (baseline 2) atau dalam hal ini satu teknik wawancara yang disebut
termasuk dalam tahap follow-up (Kazdin, focussed semi-structured interview atau
2001). Menurut Latipun (2002), desain wawancara bebas terpimpin. Teknik
ini dilakukan dengan mengukur keadaan wawancara ini menggunakan interview
awal subjek kemudian memberikan guide yang berupa pertanyaan-pertanyaan
perlakuan dan mengamati peningkatan namun tidak permanen (mengikat).
selama perlakuan diberikan. Huruf A Dalam penelitian ini wawancara dilakuan
digunakan untuk menunjukkan kondisi dalam 4 tahap, yaitu pada tahap asesmen
baseline saat data dicatat beberapa kali awal penegakan diagnosis, asesmen
dalam kondisi yang natural (sebelum pra terapi, terapi, dan asesmen pasca
mendapat intervensi). Kondisi baseline terapi. Adapun penggunaan wawancara
(A) inilah yang sering ada di fase pertama dilakukan pada saat pra terapi sebagai
dalam desain single subject dengan asesmen awal berfokus dari wawancara
tujuan utama untuk membandingkan data pada tahap ini adalah untuk mengetahui
setelah diberikan intervensi. Huruf (B) tentang penyakit kanker serviks yang
menujukkan pengukuran target behavior diderita subjek serta mengetahui faktor-
saat intervensi (pengajaran) telah diberikan.
faktor yang melatarbelakangi munculnya
Metode Pengumpulan Data depresi pada diri subjek dan gejala-gejala
apa yang muncul, dan usaha apa saja
Dalam penelitian klinis asesmen
yang sudah dilakukan untuk menurunkan
merupakan salah satu langkah utama
perasaan depresinya. Selain itu wawancara
dan penting untuk mendapatkan data
juga untuk mengungkap mengenai self
yang dijadikan landasan utama dalam
monitoring tingkat ketidaknyamanan.
penelitian tersebut. Asesmen klinis
termasuk dalam sebuah proses evaluasi Proses selama terapi dilakukan
individu yang secara mendalam dengan wawancara untuk mengetahui perkem-

216 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Terapi Musik Kognitif Perilaku untuk Menurunkan Kecemasan ......

bangan subjek selama proses terapi yang diberikan kepada subjek dan apakah
berlangsung dan mengidentifikasi peru- ada perubahan tingkat ketidaknyamanan,
bahan-perubahan ataupun hambatan- tingkat keseringan gejala depresi yang
hambatan apa saja yang mungkin muncul pada subjek setelah tidak ada
muncul dalam diri subjek selama intervensi dari peneliti.
proses terapi berlangsung, dan tingkat Metode pengumpulan data dalam
ketidaknyamanan yang diisi setiap harinya penelitian ini menggunakan instrumen
oleh subjek. Wawancara dilakukan per Beck Depression Inventory II (BDI II).
sesi selama proses terapi berjalan. BDI II adalah suatu kuesioner yang selalu
Pada waktu pasca terapi wawancara digunakan dalam studi psikologi klinis
dimaksudkan untuk mengetahui (a) dan psikiatri. BDI II merupakan revisi dari
adakah perubahan yang terjadi setelah BDI-IA yang dikembangkan berdasarkan
terapi diberikan dibandingkan dengan Diagnostic Statistical Manual and Mental
keadaan subjek sebelum terapi dan (b) Disorder IV (DSM-IV). Seperti halnya
faktor-faktor apa saja yang berperan BDI, BDI-II juga mengandung 21 aitem
terhadap terjadinya perubahan tersebut. pernyataan masing-masing jawaban dibuat
Wawancara self monitoring tingkat skor dari 0 ke 3. Cut off yang digunakan
ketidaknyamanan yang diisi pasca berbeda dari yang asli. Pada inventori ini,
perlakuan. Wawancara ini dilakukan satu setiap kategori gejala terdiri atas suatu seri
hari setelah proses perlakuan dihentikan. pertanyaan yang mencerminkan derajat
Follow-up atau tindak lanjut keparahan depresi. Sistem penilaian
wawancara dilakukan setelah satu dilakukan dengan menjumlahkan nilai
minggu proses perlakuan dihentikan. gejala yang dipilih subjek pada setiap
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui aitem. Pada setiap kategori gejala terdapat
perkembangan lebih lanjut dari terapi gradasi nilai dari 0 sampai 3.

Table 1. Klasifikasi tingkat depresi menurut Aaron T. Beck (2000)

Rentang Skor Total Tingkat depresi


1 – 10 Naik turunnya perasaan tergolong wajar
11 – 16 Gangguan mood yang ringan
17 – 20 Gangguan batas depresi klinis/ depresi ringan
21 – 30 Depresi sedang
31 – 40 Depresi berat atau parah
>41 Depresi ekstrim

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 217


Lily Elwina, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

Skor total yang didapat subjek tinggi. SUDs diisi subjek setiap hari yang
merupakan cermin dari kombinasi gejala dimulai dari fase baseline, selama proses
yang dimiliki dan tingkat kedalaman terapi sampai follow-up.
depresinya. Inventori ini sudah pula
Intervensi Penelitian
di pergunakan oleh peneliti-peneliti
lainnya, antara lain Rosyidah (1993) dan Peneliti menguraikan prosedur
Adiwijaya (1993) yang sudah meneliti penelitian yang akan dilaksanakan dalam
validitas dan reliabilitas alat ukur ini. penelitian ini meliputi beberapa tahap,
BDI II diisi subjek pada tahap pra-terapi antara lain:
sebagai asesmen awal, tahap pasca terapi, 1. Persiapan. Persiapan yang dilakukan
dan tahap follow-up. berupa: (1) pengambilan subjek pene-
Pengamatan diri merupakan sesuatu litian sesuai karakteristik. Dengan
yang subjektif berdasarkan penilaian adanya kriteria tersebut, peneliti
subjek pada saat itu. Skor ini berbentuk memutuskan meminta persetujuan
angka dengan rentangan 0–10, yang subjek agar kasus yang dialami subjek
disebut dengan Subjective Units of dilakukan intervensi, (2) berkenalan
Discomfort Scale (SUDs), diadaptasi dari dengan penderita kanker serviks dan
Joseph Wolpe seperti yang dijelaskan membangun good rapport (hubungan
(Shapiro, 1969). SUDs ialah suatu cara yang baik antara peneliti dan subjek,
yang mudah untuk mengklasifikasikan (3) menjelaskan maksud, tujuan
berapa banyak ketidaknyamanan yang serta kegunaan untuk mengajak
di alami pada waktu tertentu. Kategori responden bersediamenjadi subjek
SUDs berupa skala rating scale 0–10 penelitian. Memberikan kuesioner
yang mengindikasikan mulai dari nol BDI untuk mengukur tingkat depresi.
(tidak ada tekanan lagi atau rileks) hingga Menentukan subjek penelitian, yaitu
sepuluh (tekanan ekstrim). Ada sebelas individu yang mempunyai nilai BDI
poin pada skala, mulai dari nol (tidak minimal 17 pada skala Beck.
ada tekanan lagi atau rileks) hingga 2. Identifikasi kasus. Peneliti melakukan
sepuluh (tekanan ekstrim). Tingkat wawancara dan observasi selama
ketidaknyamanan dari 0–3 dikategorikan proses penelitian. Pada tahapan ini,
sebagai tingkat ketidaknyamanan yang peneliti menggali beberapa data.
sangat rendah, 4–5 untuk kategori tingkat Peneliti mengklarifikasi permasalahan
ketidaknyamanan yang rendah, dan 6–7 utama subjek, membicarakan perma-
sebagai kategori tingkat ketidaknyamanan salahan yang dirasakan subjek secara
sedang, dan 8–9 sebagai kategori tingkat lebih mendalam.Mengetahui kondisi
ketidaknyamanan yang tinggi, dan 10 subjek dengan mengetahui gejala
tingkat ketidaknyamanan yang sangat depresi yang dirasakan subjek.

218 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Terapi Musik Kognitif Perilaku untuk Menurunkan Kecemasan ......

3. Melakukan kontrak penelitian. dirancang untuk menyerang salah


Mengingat pentingnya permasalahan satu masalah yang dirasakan subjek.
yang dihadapi subjek, maka peneliti Hal ini biasanya akan menjadi
menawarkan agar subjek bersedia tugas perilaku, tapi kadang-kadang
mengikuti proses intervensi serta dapat tugas-tugas kognitif seperti
menjadi subjek yang sangat men- pemantauan pikiran negatif. Subjek
dukung dalam penelitian yang akan dapat diajarkan rileksasi dan
dilakukan. Peneliti menawarkan distraksi kemudian diminta untuk
teknik terapi sebagai solusi atas mempraktekkannya selama minggu
permasalahan yang subjek alami. Di berikutnya.Subjek depresi sering
sini peneliti menjelaskan prosedur mendapat manfaat dari tugas-tugas
dan jenis terapi yang akan diberikan terstruktur seperti penjadwalan
kepada subjek, menjelaskan manfaat beberapa kegiatan menyenangkan,
terapi, kemudian menetapkan target atau kegiatan yang mendorong
perubahan yang diharapkan. Tidak kontrol pribadi perasaan.
lupa peneliti memberi motivasi 6. Proses Penghentian Terapi. Dasar
bahwa subjek bisa mengelola penghentian terapi adalah (1)
masalah yang dialaminya. menurunnya tingkat depresi, (2)
4. Merancang Pelaksanaan. Pelaksanaan tujuan atau terget terapi relatif sudah
terapi yang disepakati antara subjek tercapai, (3) subjek merasa sudah
dengan peneliti adalah perilaku apa terbiasa menghadapi situasinya,
saja yang akan diubah dan gejala cukup yakin pada dirinya sendiri
depresi apa saja yang dialami oleh untuk dapat menghadapi simtomnya
subjek. Peneliti juga merancang sendiri tanpa bantuan dari peneliti
teknik terapi yang akan digunakan lagi.
untuk mengurangi masalah depresi- 7. Pemberian Tugas Rumah. Pemberian
nya. Kemudian peneliti juga merancang tugas rumah dilakukan mulai dari
jadwal pelaksanaan terapi begitu juga fase baseline sampai pada follow-up.
dengan tempat penelitian. Tugas rumah yang diberikan berupa
5. Pelaksanaan Terapi. Dalam pene- self monitoring yang fungsinya
litian ini intervensi yang digunakan untuk mengetahui perkembangan
adalah terapi Adjuvant Psychological subjek jika tidak melakukan terapi.
Therapy (APT) dengan menggunakan Kemudian perkerjaan rumah tersebut
teknik terapi perilaku kognitif yang akan dibahas pada sesi selanjutnya.
spesifik sesuai dengan kebutuhan 8. Follow-up. Tahap tindak lanjut
pasien kanker. Peneliti mengatur ini dilakukan satu minggu pasca
tugas pekerjaan rumah yang dihentikannya terapi. Hal ini bertujuan

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 219


Lily Elwina, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

untuk mengetahui perubahan subjek tingkat depresi yang dialami subjek. Selain
setelah diberhentikannya terapi selama melakukan pengukuran tingkat depresi
satu minggu. (yang merupakan prosedur behavioral)
penilaian dengan cara menanyakan hal-
Teknik Analisis Data
hal yang sekiranya banyak menolongnya
Dalam penelitian ini penilaian dan terjadinya perubahan selama terapi
pengukuran dilakukan dengan meng- berlangsung hingga setelah terapi
gunakan BDI II untuk mengetahui berakhir adalah lazim digunakan untuk
tingkat depresinya dan self monitoring mengetahui proses perubahan pada
dengan SUDs untuk mengetahui tingkat penelitian yang bersifat non behavioral
ketidaknyamanan subyek. Penilaian dan (Martin & Pears, 2007). Jadi evaluasi
pengukuran dilakukan sebelum perlakuan penerapan terapi kognitif perilaku untuk
(baseline), selama terapi berlangsung, mengatahui adanya perubahan pada
segera setelah keseluruhan terapi selesai diri subyek dalam penelitian ini bersifat
diberikan (pasca terapi), dan tahap Follow behavioral (melakukan pengukuran) dan
Up. Penilaian selama terapi dilakukan non-behavioral (dengan menanyakan
secara terus menerus pada setiap sesi pada subjek).
dengan SUDs yaitu untuk mengetahui
Berdasarkan penjelasan mengenai
tingkat ketidaknyamanan. Pada saat akhir
prosedur penilaian dan pengukuran di
setiap tahapan terapi peneliti mengukur
atas, peneliti menetapkan kriteria seba-
tingkat ketidaknyamanan subyek. Hal ini
gai acuan dasar dalam penilaian dan
dilakukan terus menerus selama proses
pengukuran dalam penelitian ini, yaitu:
terapi hingga follow up. Penilaian dan
perubahan tingkat depresi subyek menjadi
pengukuran dengan BDI II juga dilakukan
pikiran yang lebih adaptif dengan cara
segera setelah keseluruhan terapi selesai
membandingkan hasil tes BDI IIpada fase
diberikan. Hal ini juga dilakukan pada
pra terapi, pasca terapi dan fase follow Up.
fase follow up yang dilakukan satu minggu
pasca terapi. Penilaian dan pengukuran
HASIL PENELITIAN
pada fase follow up dilakukan untuk
mengetahui perubahan tingkat depresi Berdasarkan hasil pengukuran
subyek satu minggu setelah terapi dengan Beck Depression Inventory II
dihentikan. (BDI II) pada tahap pra terapi adalah 37
(kategori depresi berat) setelah diberikan
Penilaian dan pengukuran yang
rangkaian terapi selama enam sesi turun
dilakukan dalam penelitian ini memiliki
menjadi 17 (kategori depresi ringan) dan
tujuan untuk mengetahui apakah teknik
tahap follow-up menjadi 15 (gangguan
Adjuvant Psychological Therapy yang
mood ringan).
telah diterapkan mampu menurunkan

220 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Terapi Musik Kognitif Perilaku untuk Menurunkan Kecemasan ......

Tabel 2. Perbandingan Tingkat Depresi Berdasarkan Hasil BDI II

Tingkat Depresi
No Gejala-gejala Depresi Pra terapi Pasca terapi Follow-up
x0 x1 x2 x3 x0 x1 x2 x3 x0 x1 x2 x3
1. Merasa sedih ü ü ü
2. Keyakinan masa depan ü ü ü
3. Merasa gagal ü ü ü
4. Menikmati kesenangan ü ü ü
5. Merasa bersalah ü ü ü
6. Merasa dihukum ü ü ü
7. Kepercayaan diri ü ü ü
8. Mengkritik diri sendiri ü ü ü
9. Bunuh diri ü ü ü
10. Menangis ü ü ü
11. Istirahat ü ü ü
12. Minat sosial/aktivitas ü ü ü
13. Pengambilan keputusan ü ü ü
14. Menganggap diri berarti ü ü ü
15. Energi ü ü ü
16. Pola tidur ü ü ü
17. Tersinggung ü ü ü
18. Selera makan ü ü ü
19. Konsentrasi ü ü ü
20. Capek atau Lelah ü ü ü
21. Minat seks ü ü ü
Total 0 8 8 21 0 12 2 3 0 10 2 3
37 17 15
(depresi berat) (depresi ringan) (gg mood ringan)

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 221


berat ringan ringan

Lily Elwina, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

40
35
37 (depresi berat)
30
25
20
15
17 (depresi ringan)
10 15 (gg. mood
ringan)
5
0
pra terapi terapi pasca terapi follow up

Grafik 1.Perbandingan
Grafik Tingkat
1.Perbandingan TingkatDepresi BerdasarkanHasil
Depresi Berdasarkan Hasil BDI
BDI II II

Dari grafik di atas, titik dan garis yang tidak putus-putus (warna biru) menunjukkan skor
total Dari
penurunan
grafiktingkat depresi
di atas, titiksubjek
dan diukur
garis dengan menggunakan
energi, pola tidurskala BDIburuk,
yang II pra terapi,
tidak
pasca terapi
yang tidak dan follow-up. menunjukkan
putus-putus Sedangkan garismemiliki
putus-putus (warna
selera pink)merasa
makan, menunjukkan
sangat
skor total penurunan tingkat depresi capek atau lelah, dan tidak
perubahan tingkat depresi selama proses terapi. Selama proses terapi pengukuran yang memiliki
subjek diukur dengan menggunakan minat seks.
digunakan adalah skala SUDs untuk lebih jelas dan rinci dapat dilihat pada penjelasan grafik
skala BDI II pra terapi, pasca terapi dan Saat pasca terapi kemunculan aitem-
2.
follow-up. Sedangkan garis putus-putus aitem gejala depresi berkurang menjadi
menunjukkan
Berdasarkanperubahan tingkat
tabel dan grafik depresi
tingkat depresihanya
dengansatu
menggunakan alat ukur
aitem, yaitu tidakBDI II dari
memiliki
selama proses terapi. Selama proses terapi minat seks dan pada tahap follow-up
21 aitem dapat dilihat pada tahap pra-terapi subjek memperoleh hasil sebesar 37 atau
pengukuran yang digunakan adalah skala aitem ini tetap subjek rasakan. Subjek
termasuk dalam kategori depresi berat. Aitem gejala depresi yang dipilih subjek menunjukkan
SUDs untuk lebih jelas dan rinci dapat mampu menurunkan tingkat depresinya
adanya pada
dilihat gejalapenjelasan
depresi berat. Subjek
grafik 2. memilih sebanyak tujuh aitem yang tergolong depresi
menjadi tingkat depresi ringan.Ia memiliki
Berdasarkan tabel dan grafik tingkat komitmen dan motivasi yang tinggi untuk
depresi dengan menggunakan alat ukur keluar dari permasalahannya.
BDI II dari 21 aitem dapat dilihat pada Pada subjek gejala depresi yang
tahap pra-terapi subjek memperoleh hasil perubahannya paling besar adalah aspek
sebesar 37 atau termasuk dalam kategori perasaan dan fisik. Ia merasa lebih
depresi berat. Aitem gejala depresi yang bisa mengontrol kehidupannya dan
dipilih subjek menunjukkan adanya gejala mengurangi perasaan sedihnya, lebih bisa
depresi berat. Subjek memilih sebanyak menikmati kesenangan, lebih berenergi,
tujuh aitem yang tergolong depresi berat mengatur pola tidur yang baik, lebih
pada gejala depresi yang tergolong gejala berselera makan, merasa tidak mudah
fisik dan psikis. Ia memilih aitem seperti lelah, namun ia tidak memiliki minat
perasaannya yang sangat sedih, tidak bisa seks karena kanker serviks yang ia derita
menikmati kesenangan, tidak memiliki belum sembuh.

222 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Terapi Musik Kognitif Perilaku untuk Menurunkan Kecemasan ......

Perubahan tingkat depresi yang derita turut memengaruhi situasi depresi


terjadi pada subjek setelah diberikannya pada subjek.
rangkaian terapi tentunya dapat mencapai Hasil pengukuran Self Monitoring
hasil yang lebih baik dan membutuhkan selama proses terapi dengan menggunakan
waktu. Komitmen dan motivasi subjek Subjective Units of Discomfort Scale
memengaruhi perubahan menjadi lebih (SUDs) subjek secara bertahap mengalami
baik serta kondisi penanganan medis penurunan sebanyak 4 poin (dari 8
terhadap penyakit kanker serviks yang ia menjadi 4). 15

Table 3.3.Perbandingan
Table Perbandingan Ketidaknyamanan SelamaProses
Ketidaknyamanan Selama Proses Terapi
Terapi
Pelaksanaan Terapi
Pelaksanaan Terapi
Sesi 11
Sesi Sesi 22
Sesi Sesi 33
Sesi Jeda Sesi 44 Jeda
Jeda Sesi Sesi 55
Jeda Sesi Jeda
Jeda Sesi 66
Sesi Jeda
Jeda

88 88 7.5
7.5 7.5
7.5 77 7 7 5.5
5.5 4 4

10
9
8 8 8
7.5 7.5
7 7 7 7
6
5.5
SUDS

5
4 4 4
3
2
1
0
Terapi Terapi Terapi Jeda Terapi Jeda Terapi Jeda Terapi Jeda
sesi 1 sesi 2 sesi 3 sesi 4 sesi 5 sesi 6

Grafik 2.Perbandingan Tingkat Ketidaknyamanan dengan Self Monitoring (SUDs) Selama Proses Terapi
Berdasarkan tabel dan grafik dengan alat ukur SUDS di atas dapat dilihat perubahan
tingkat ketidaknyamanan subjek setiap tahapnya. Pada awal sesi terapi subjek masih berada
Berdasarkan tabel dan grafik dengan angka secara bertahap dari hari ke hari
dalam rentang
alat ukur SUDS kategori
di atastingkat
dapatketidaknyamanan
dilihatv dalamyang tiaptinggi, tetapi yang
sesi terapi ia menunjukkan
ia jalani.
penurunan angka secara bertahap dari hari ke hari dalam tiap sesi
perubahan tingkat ketidaknyamanan Subjek mengalami penurunan tingkat terapi yang ia jalani. Subjek
mengalami
subjek setiappenurunan tingkat
tahapnya. ketidaknyamanan
Pada yang cukup signifikan,
awal sesi ketidaknyamanan yang dari tahap signifikan,
cukup terapi sesi
terapi subjek masih berada dalam rentang dari
pertama sampai sesi keenam penurunannya mencapai 4 poin. tahap terapi sesi pertama sampai sesi
kategori tingkat ketidaknyamanan yang keenam penurunannya mencapai 4 poin.
Pada saat pra-terapi sesi 1 dan dilanjutkan pada pra-terapi sesi 2, subjek diminta untuk
tinggi, tetapi ia menunjukkan penurunan
mendeskripsikan permasalahannya dan mendapatkan psikoedukasi untuk menumbuhkan
kesadarannya. Tingkat ketidaknyamanan subjek mengalami penurunan sebanyak 1 poin.
Namun ia masih terperangkap dalam
Jurnal perasaan
Intervensi putus asa
Psikologi, Vol. dan
4 No.sakit tak tertahankan
2 Desember 2012 dan
223
kehilangan kendali atas emosi yang ia rasakan. Penyebabnya adalah subjek masih belum
Lily Elwina, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

Pada saat pra-terapi sesi 1 dan Ia masih merasakan ketidaknyamanan


dilanjutkan pada pra-terapi sesi 2, dan putus asa. Sesi ini subjek diminta
subjek diminta untuk mendeskripsikan mendeskripsikan pikiran otomatis dan
permasalahannya dan mendapatkan menguji reality testing serta subjek
psikoedukasi untuk menumbuhkan diajarkan strategi coping yang baru
kesadarannya. Tingkat ketidaknyamanan untuk membuatnya dapat mengontrol
subjek mengalami penurunan sebanyak kehidupannya kapanpun ia merasa tidak
1 poin. Namun ia masih terperangkap nyaman.
dalam perasaan putus asa dan sakit tak
Saat berada pada tahap terapi sesi
tertahankan dan kehilangan kendali atas
ketiga tingkat ketidaknyamanan subjek
emosi yang ia rasakan. Penyebabnya
mengalami penurunan menjadi 7.5 yang
adalah subjek masih belum mendapatkan
masih dalam kategori tingkat ketidak-
penanganan medis yang bisa mengurangi
nyamanan yang tinggi. Meskipun ia
sakit dan nyeri yang ia rasakan.
sudah diminta untuk melakukan reality
Saat menjalani terapi sesi pertama, testing terhadap pikiran otomatisnya,
subjek diminta untuk mengekspresikan dan diajarkan strategi coping untuk
emosi. Tingkat ketidaknyamanan subjek membantu mengontrol kehidupannya
turun menjadi 1 poin lagi sehingga kapanpun ia merasa tidak nyaman. Ia
menjadi 8 yang masih dalam kategori
masih membutuhkan penyesuaian dan
tingkat ketidaknyamanan yang tinggi
berlatih. Ia masih belum bisa sepenuhnya
yang artinya ia masih merasakan gejala
keluar dari perasaan depresi dan masih
depresi berupa perasaan keterasingan dan
merasakan ketidaknyamanan dan putus
putus asa. Hal ini karena ia masih berada
asa.
dalam situasi yang tidak nyaman dan ia
masih merasakan sakit dan nyeri. Namun Saat berada pada tahap terapi sesi
penurunan poin dipengaruhi karena keempat tingkat ketidaknyamanan subjek
subjek sudah menginap di rumah sakit mengalami penurunan 0.5 poin menjadi 7
selama 3 hari dan mendapatkan dukungan yang artinya berada dalam kategori tingkat
dari tim medis dan mendapatkan transfusi ketidaknyamanan sedang. Ia diminta
darah sehingga menimbulkan perasaan untuk terus membantah dan melakukan
optimis untuk terus berjuang melawan reality testing terhadap setiap pikiran
penyakitnya. otomatis yang muncul, dan terus diajarkan
untuk berlatih mempraktekkan strategi
Saat berada pada tahap terapi sesi
kedua tingkat ketidaknyamanan subjek coping agar ia bisa mempertahankan dan
masih belum mengalami penurunan yaitu mengontrol emosinya.
masih 8 yang artinya masih dalam kategori Saat berada pada tahap terapi
tingkat ketidaknyamananyang tinggi. sesi kelima tingkat ketidaknyamanan

224 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Terapi Musik Kognitif Perilaku untuk Menurunkan Kecemasan ......

subjek tetap pada angka 7 yang artinya RSSA untuk memberikannya penanganan
ia masih berada dalam kategori tingkat yang terbaik. Subjek mencoba untuk
ketidaknyamanan sedang. Ia diminta melakukan rileksasi pernafasan dan
untuk terus membantah dan melakukan distraksi setiap ia merasakan sakit dan
reality testing terhadap setiap pikiran nyeri. Selain itu,ia juga sudah melakukan
otomatis yang muncul, dan terus diajarkan pola hidup sehat dan teratur yang
untuk berlatih mempraktekkan strategi sesuai dengan penjadwalan aktivitas
coping agar ia bisa mempertahankan dan yang disusun untuk membuatnya bisa
mengontrol emosinya. mengontrol kehidupannya dengan baik.
Saat berada pada tahap terapi sesi Komitmen dan motivasi subjek dan suaminya
keenam tingkat ketidaknyamanan subjek berpengaruh terhadap keberhasilan terapi
mengalami penurunan 3 poin menjadi 4 yang diberikan padanya.
yang artinya berada dalam kategori tingkat
ketidaknyamanan rendah. Pada tahap ini PEMBAHASAN
subjek sudah terbiasa membantah setiap
Ketika mengalami sakit yang
kali pikiran otomatisnya muncul dan
semakin parah, subjek mengaku tidak
berlatih melakukan strategi coping pada
mengetahui apa sakit yang ia alami. Hal
saat ia merasakan situasi depresi yang
ini terjadi karena subjek tidak melakukan
menekannya dan faktor lain yang ikut
pengobatan secara medis. Ia hanya
memengaruhi ia sudah dinyatakan dokter
mencoba pengobatan alternatif karena
akan segera dioperasi. Hal ini membuat
berbagai pertimbangan. Sejak sakit subjek
subjek semakin optimis terhadap
tidak mampu melakukan aktivitas sehari-
keadaannya.
hari seperti biasanya dikarenakan sakit
Hal ini dapat membuktikan bahwa yang ia derita yang membuatnya tidak
tiap sesi dalam terapi yang diberikan berdaya. Subjek setiap hari menangis dan
cukup berpengaruh dalam membantu meratapi sakit yang ia rasakan. Ia merasa
subjek mengatasi permasalahan yang
sedih karena beberapa bulan terakhir ia
dihadapinya. Dapat dikatakan bahwa
hanya menjadi beban suami dan tidak
dari hari ke hari kemajuan subjek terlihat.
bisa menjadi istri bagi suaminya dan
Faktor motivasi dan kemauannya untuk
ibu rumah tangga yang baik bagi anak-
sembuh dan dukungan dari suaminya
anaknya .
yang selalu siap untuk membantunya
merupakan faktor yang penting membuat Berdasarkan permasalahan awal
subjek keluar dari masalahnya.Subjek diketahui bahwa terjadinya depresi yang
lebih optimis karena ia mendapatkan dialami subjek adalah tidak adanya keter-
dukungan dari keluarga besar dan ia juga bukaan pada keluarga besarnya mengenai
diberikan motivasi oleh tim medis dari penyakitnya. Sebelum mendapatkan

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 225


Lily Elwina, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

terapi, subjek menunjukkan banyak ketidaknyamanan subjek, seperti adanya


gejala depresi yang mengarahkannya perubahan diagnosis yang sebelumnya
pada keadaan depresi berat. Peneliti stadium IIa menjadi stadium IIb. Kondisi
mencoba menguraikan permasalahan ini menyebabkan subjek dinyatakan
subjek sampai ke akar permasalahan. tidak jadi menjalani operasi dan ternyata
Berdasarkan hasil wawancara dan hanya mendapatkan kemoterapi. Hal
observasi pada tahap awal dengan ini menyebabkan subjek sedikit merasa
baseline diketahui ada beberapa faktor terancam dan sedih. Namun, dukungan
yang menyebabkan munculnya gejala dari pasangan dan keluarganya membuat
depresi pada subjek. Salah satunya adalah subjek tegar dan kuat menghadapi
kurangnya perhatian dan dukungan sosial kondisi tersebut. Subjek tampak siap
pada subjek. Padahal semestinya pasien menerima apapun kemungkinan yang
kanker memperoleh kepedulian dan terjadi pada dirinya. Hal ini sesuai dengan
kasih sayang dari keluarga dan teman- yang diungkapkan oleh Sarafino (1994)
temannya. Orang yang memperoleh bahwa dukungan sosial dan emosional
dukungan sosial akan mendapatkan rasa merupakan faktor di luar individu
aman, damai, dan sikap yang tenang yang berperan penting dalam proses
dalam menerima keadaannya. penyembuhan dan membantu individu
Hal ini sesuai dengan penelitian menyesuaikan diri terhadap keadaan
yang dilakukan oleh Olanrewaju dkk dirinya yang kadangkala tidak sesuai
(2008). Mereka meneliti pola depresi dan dengan yang diharapkan. Dukungan ini
dukungan sosial pada 250 subjek yang memberikan individu perasaan dicintai
menderita kanker dengan menggunakan dan diperhatikan.
alat ukur Zung’s Depression Scale dan Faktor lain yang membuat subjek
Perceive Social Support Family Scale. mengalami penurunan tingkat depresi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adalah karena ia mendapatkan dukungan
subjek yang tidak mendapatkan dukungan secara psikis dari rumah sakit tempat
keluarga mempunyai kemungkinan dua perawatan medis. Setelah didiagnosis
kali lipat terjadinya gejala-gejala depresi dokter, ia langsung dirujuk ke rumah sakit
dibandingkan dengan subjek yang sehingga status kesehatannya menjadi
mendapatkan dukungan keluarga secara jelas dan selanjutnya ia mendapatkan
baik. penanganan secara intensif dan berkelan-
Setelah diberikan rangakaian terapi APT jutan dari pihak medis. Subjek masuk
berupa dukungan sosial dan emosional dari rumah sakit sebanyak dua kali. Ia pernah
suami dan saudara-saudara terdekatnya, menginap karena transfusi darah selama 3
kondisi subjek tampaknya berubah. hari dan menginap selama tiga hari untuk
Kondisi eksternal memengaruhi situasi dilakukan kemoterapi.

226 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Terapi Musik Kognitif Perilaku untuk Menurunkan Kecemasan ......

Di Brazil, Miranda dkk (2002) meneliti pernafasan subjek kurang bisa menikmati
gejala-gejala depresi sebelum dan sesudah kondisi rileksnya. Namun perlahan-
dilakukannya kemoterapi neo-adjuvant lahan ia semakin bisa merasakan sensasi
pada 22 kanker serviks dan 20 kanker perasaan nyaman dan rileks pada bagian-
payudara dengan menggunakan alat ukur bagian tubuhnya.
BDI II. Hasil penelitian menunjukkan Penerapan Adjuvant Psychological
adanya penurunan tingkat depresi setelah Therapy (APT) dengan berbagai
kemoterapi. rangakain terapi yang telah dirancang
Rangkaian terapi APT dengan teknik seperti strategi coping menggunakan
kognitif juga memiliki pengaruh yang penjadwalan aktivitas mengubah pola
besar terhadap penurunan tingkat depresi hidupnya menjadi pola hidup sehat
subjek. Untuk itu, sebelum melaksanakan dapat membantu pengobatan medis yang
proses terapi, peneliti terlebih dahulu dijalani penderita kanker serviks menjadi
memberikan psikoedukasi seputar lebih maksimal. Efek dari pengobatan
penyakit kanker serviks, pengobatan yang medis seperti kemoterapi yang subjek
akan dijalani dan efek-efek pengobatan jalani tidak terlalu membuatnya tersiksa.
serta asupan makanan dan nutrisi yang Subjek tidak mengalami mual dan
baik dan mendukung kesehatannya. muntah seperti yang dialami kebanyakan
Tujuannya adalah untuk mempersiapkan orang, tidak lagi membutuhkan transfusi
subjek pada kemungkinan yang akan darah karena kadar haemoglobin subjek
terjadi pada masa depannya dan sebagai yang normal. Pola strategi coping yang
brainstorming kepada subjek untuk ia lakukan dengan distraksi dan rileksasi
peduli pada kondisi kesehatannya pernafasan membantunya untuk tenang
dan menumbuhkan kesadaran untuk dan rileks sehingga ia tidak terlalu
menjalani pola hidup sehat. merasakan nyeri kronis yang selama ini
Selain itu, rangakaian terapi APT sangat mengganggu kenyamanannya.
dengan teknik perilaku yang diberikan Keadaan rileks dan tenang membuat
pada subjek juga berpengaruh terjadinya subjek tidak lagi memunculkan pikiran
penurunan tingkat depresi pada subjek. otomatis yang membuatnya terjebak
Faktor strategi coping berupa penjadwalan dalam situasi yang membuatnya depresi.
aktivitas, latihan rileksasi pernafasan, Pikiran dan perasaan yang positif dan
distraksi yang subjek terus lakukan pada optimis serta dukungan dari pasangan dan
saat ia merasakan sakit dan nyeri. Latihan keluarganya membuat subjek memiliki
rileksasi pernafasan diajarkan pada subjek semangat terus berusaha dan berjuang
dimaksudkan untuk memberikan subjek menjalani alur pengobatan medis secara
sensasi pengalaman rileks, tenang, dan bertahap dan berkelanjutan sampai ia
nyaman. Pada saat awal latihan rileksasi benar-benar dinyatakan sembuh total.

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 227


Lily Elwina, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

SIMPULAN DAN SARAN Beck, A.T. (2000). Beck Depression Inven-


tory, Handbook of Psychiatric Mea-
Simpulan
surement, 1st ed. Washington DC:
Berdasarkan hasil penelitian, dapat American Psychiatric Association.
ditarik simpulan bahwa secara umum
Berek​, J.S. (2005). Epithelial ovarian can-
Adjuvant Psychological Therapy (APT)
cer. In J.S. Berek & N.F. Hacker
dapat menurunkan tingkat depresi dan
(eds.). Practical Gynecologic Oncol-
memperbaiki kualitas hidup subjek.
ogy. Philadelphia: Lippincott Wil-
Adapun manfaat yang dirasakan subjek
liam & Wilkins.
dengan melakukan terapi ialah kualitas
hidupnya meningkat dan memiliki Dalton, S.O., Mellemkjaer, L., Olsen,
semangat juang untuk sembuh. Subjek J.H., Mortensen, P.B., & Johansen,
menjadi lebih memiliki coping yang baik C. (2002). Depression and cancer
dalam mengatasi permasalahan yang risk : A registered-based study of
ia hadapi, menjadi lebih peduli pada patients hospitalized with affective
kesehatannya dan memiliki pola pikir disorder, Denmark, 1969-1993,
yang lebih positif. American Journal of Epidemiology,
155 (12), avalable at axe.oxford-
Saran
journals.org.
Keterbatasan dalam penelitian ini
adalah kurangnya waktu sesi terapi dan Derogatis, L.R. (1993). Brief symptom
subjek pembanding dalam penelitian. inventory: Administration, scoring,
Apabila waktu terapi diperpanjang and procedure manual (4th Ed.).
kemungkinan tingkat depresi subjek Minneapolis, MN: National Com-
dapat menurun secara optimal. puter Systems
Walaupun demikian dari penelitian yang
Goodwin, C.J. (2005). Research in psy-
dilakukan dapat disimpulkan Adjuvant
chology method and design. Fourth
Psychological Therapy (APT) dapat
edition.USA: John Wiley & Sons Inc
menurunkan tingkat depresi pada subjek
yang merupakan penderita kanker serviks. Greer, S., Moorey, S., Barukh, J.D., Wat-
son, M., Robertson, B.M., Mav son,
DAFTAR PUSTAKA A.,  Rowden, L.,  UU MG , & Bliss,
J.M. (1992). Adjuvant psychological
Anonim, (2008), Bahaya kanker serviks therapy for cancer patient. Random
bagi wanita. www.kesrepro.info. tryout prospective randomised trial.
[Accessed 30 November 2011]. Bmj, 304, 675-680.

228 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012


Terapi Musik Kognitif Perilaku untuk Menurunkan Kecemasan ......

Hadi, T. (2011). http: www.tentang- Miranda, C.R.R. de Resende, C.N., Melo,


kanker.com. Accesed 30 Nopember C.F.E., Costa Jr., A.L., & Friedman,
2011 H. (2002). Depression before and
after uterine cervix and breast cancer
Herschbach, P., Keller, M., Knight, L.,
neoadjuvant chemotherapy, Interna-
Brandl, T., Huber, B., Henrich, G. &
tional Journal of Gynecological Can-
Marten-Mittag, B.. (2004). P s y c h o -
cer, 12 (6), 773-776.
logical problem of cancer patient: A
cancer distress screening with a can- Moorey S, Greer S. (2002). Cognitive
cer. British Journal of Cancer, 91 (3), behavior therapy for people with
504-511. cancer. New York: Oxford
University Press.
Jadoon, N.A., Munir, W., Shahzad, M.
A., & Choudhry, Z.S. (2010). Assess- Olanrewaju, A.M., Akintunde, A.E., Femi,
ment of depresion and a n x i e t y F.,Ibrahim, B., & Olugbenga, A.A.
in adult cancer outpatients: A cross- (2008). Pattern Of Depression And
sectional study (1-23). Diakses 29 Family Support In A Nigerian Fam-
Desember 2011.available at www. ily Practice Population. The Internet
biomedcentral.com Journal of Family Practice. 2008 Vol-
ume 6 Number 1. DOI: 10.5580/a7
Kazdin, A. E. (2001). Research design in
clinical psychology. Washington Pitkin, J., Peattie, A.B., & Margowan, B.A.
DC: APA. (2003). Cervikal carsinoma. USA:
Churchill Livingstone.
Latipun.(2002). Psikologi eksperimen.
Malang: UMM Press Prokop, C. K., Bradley, L. A., Burish, T. G.,
Anderson, K. O., & Fox, J. E. (1991).
Massie, M. J. (2004). Prevalence of depre-
Health psychology: Clinical
sion in patient with cancer. Jnci-
methods and research. New York:
Monograph (32), 57-71. D i a k s e s
MacMillan Publishing Company
13 Desember 2011. Available at
jncimono.oxforjournals.org

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012 229


Lily Elwina, Siti Suminarti Fasikhah & Diah Karmiyati

Ratna. (2004). Apa yang harus anda keta- Trull, T.J. & Phares, J.E. (2001). Clinical
hui tentang kanker. Available From psychology concepts, methods, and
http: www.forums./viewtop- profession.Sixth edition. USA: Wad-
ics.php. Diakses pada 15 Juni 2011 worth Thompson Learning.

Sarafino, E.P. (1994). Clinical health psy- World Health Organization. (2008).
chology. New York: John Wiley & World cancer monitoring 2008.
Sons. WHO Press.

Sunanto, J. (2005). Pengantar penelitian


dengan subjek tunggal. Universitas
Tsukuba: Criced

230 Jurnal Intervensi Psikologi, Vol. 4 No. 2 Desember 2012

S-ar putea să vă placă și