Sunteți pe pagina 1din 26

RIVIEW LITERATUR

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


HEPATITIS
DOSEN : Eva Agustina, S.Kep.Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. Mike Oktavyana NIM 1711B0047
2. Nadia Yolanda NIM 1711B0051
3. Nita Kris Ariana NIM 1711B0055
4. Ratna Juwita NIM 1711B0062
5. Wolfardus Nome NIM 1711B0070
6. Yuyun Erviana NIM 1711B0074
7. Resi Citra Dewi Mahmudi NIM 1711B0078
8. Yetri Mastri Yani Seo NIM 1811B0086
9. Sesi F.W Smanaob NIM 1811B0091
10. Feni Helfida Tobe NIM 1811B0095
11. George Imanuel Bolu NIM 1811B0098

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan review literatur
“Hepatitis” tepat pada waktunya. Review literatur ini disusun untuk memenuhi
tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.
Dalam review literatur ini kami mengakui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang kami miliki masih kurang. Oleh karena itu, kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan review literatur ini. Akhir kata, kami
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoisegala usaha kita. Amin
Wassalamualaikum Wr. Wb

Kediri, 25 Mei 2019

Kelompok Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ...................................................................................................... i


Kata pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I Pendahuluan .................................................................................................1
1.1.Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3.Tujuan ................................................................................................................3
BAB II Tinjauan Pustaka ........................................................................................4
2.1. Hepatitis ............................................................................................................4
2.2. Faktor Risiko .....................................................................................................9
BAB III Rumusan Masalah ....................................................................................11
BAB IV Isi Jurnal Dan Analisis Pembahasan .......................................................12
BAB V Implementasi Keperwatan.........................................................................18
BAB VI Kesimpulan danSaran ..............................................................................20
Daftar Pustaka ........................................................................................................21
Lampiran Jurnal .........................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.LATAR BELAKANG
Hepatitis didefinisikan sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan
adanya peradangan pada hati. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya
inflamasi atau nekrosis pada jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi,
obat-obatan, toksin, gangguan metabolik, maupun kelainan sistem antibodi.
Infeksi yang disebabkan virus merupakan penyebab paling banyak dari
Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus
Hepatitis A, B, C, D, dan E. Penyakit Hepatitis yang disebabkan oleh virus,
Hepatitis B menduduki tempat pertama dalam hal jumlah dan penyebarannya
yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).Hepatitis A dan E sering muncul
sebagai kejadian luar biasa, ditularkan secara fecal oral dan biasanya
berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, bersifat akut dan dapat
sembuh dengan baik. Sedangkan hepatitis B, C dan D (jarang) ditularkan
secara parenteral. Dapat menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis dan lalu
kanker hati. Hepatitis telah menjadi masalah global, dimana di pengaruhi oleh
pola makan, kebiasaan merokok, gaya hidup tidak sehat, penggunaan obat-
obatan, bahkan tingkat ekonomi dan pendidikan menjadi penyebab penyakit
ini. Penyakit hepatitis merupakan suatu kelainan berupa peradangan organ
hati yang dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain infeksi virus,
gangguan metabolisme, obat-obatan, alkohol maupun parasit. Hepatitis juga
salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian serius di Indonesia, terlebih
dengan jumlah penduduk yang besar serta kompleksitas yang terkait. Selain
itu meningkatnya kasus obesitas, diabetes melitus, dan hiperlipidemia,
membawa konsekuensi bagi komplikasi hati, salah satunya hepatitis (Wening
Sari, 2008).
World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk dunia
terinfeksi virus Hepatitis A, B, C, D dan E. Hasil data untuk Hepatitis A
secara global didapatkan sekitar 1,4 juta kasus pertahun. Hepatitis B
berjumlah lebih dari 2 miliar penduduk dunia terinfeksi virus Hepatitis B dan

1
400 juta orang diantaranya menjadi pengidap kronik pada tahun 2000 (IDAI,
2012). Hepatitis C berjumlah sekitar 3% atau 170 juta orang (Depkes RI,
2006). Hepatitis E dengan jumlah kasus 146 orang (Kemenkes RI, 2014).
Dari semua data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah terbanyak
adalah penderita Hepatitis B. Sedangkan prevalensi infeksi Hepatitis B di
Asia Pasifik cukup tinggi yaitu melebihi 8% dan penularannya pada
umumnya terjadi secara vertikal (pada periode perinatal) dan horizontal (pada
masa anak-anak). Diperkirakan lebih dari 350 juta diantaranya menjadi
kronik dan sekitar 75% karier Hepatitis B kronik berada di Asia Pasifik. Pada
daerah tertentu seperti Amerika bagian utara, Eropa bagian utara dan barat,
Amerika Selatan, Australia dan Selandia Baru, memiliki prevalensi HBsAg
yang relatif rendah (< 2%). Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat
endemisitas tinggi (WHO, 2014). Data Kemenkes RI tahun 2014
menunjukkan bahwa prevalensi Hepatitis pada seluruh provinsi di Indonesia
adalah Bengkulu terdapat 19 kasus, Sumatera Barat terdapat 159 kasus,
Kalimantan Timur terdapat 282 kasus. Selain pasien ternyata perawat adalah
kedua yang paling sering terinfeksi yaitu sekitar 41%, diikuti oleh dokter
sekitar 31% (Askarian, et al., 2011).
Virus Hepatitis B merupakan virus yang dapat menyebabkan kematian
pada pasien. Penderita Hepatitis B juga merupakan sumber utama penularan
virus Hepatitis B kepada orang-orang sehat disekitar dan pada lingkungannya.
Orang- orang sehat yang dimaksud adalah keluarga berada disekitar penderita
dan tenaga kesehatan yang merawat di rumah sakit, khususnya tenaga
kesehatan lebih rentan tertular. Fenomena ini didukung dengan temuan
dilapangan mengenai bentuk Kewaspadaan Universal yang tidak tepat, antara
lain: cuci tangan yang kurang benar, penggunaan sarung tangan yang kurang
tepat, penutupan jarum suntik yang kurang benar dan pembuangan peralatan
yang terkontaminasi tidak pada tempatnya. Risiko perawat tertusuk jarum
cukup tinggi karena kerap berhubungan dengan jarum infus atau jarum suntik
menyebabkan perawat menjadi rentan terlular virus Hepatitis, dan juga pada
pasien yang terinfeksi hepatitis agar menjaga kebersihan dalam tubuhnya.

2
Maka dari itu sangat perlu adanya penyebaran informasi kepada
masyarakat yang lebih luas dan perlu mengikuti seminar mengenai cara
pencegahan penyakit Hepatitis dikalangan masyarakat khususnya tentang cuci
tangan yang benar, menjaga kebersihan tubuh, dll. Langkah ini dapat
dijadikan pedoman bagi tenaga kesehatan untuk memperhatikan penerapan
kewaspadaan universal masyarakat selama melakukan aktivitas adalah
kewaspadaan umum yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap tenaga
kesehatan dan kontak dengan spesimen tubuh yang dapat menularkan
penyakit Hepatitis B bagi masyarakat tersebut.

1.2.RUMUSAN MASALAH
Dalam review literatur ini penulis ingin mengetahui apakah ada
perbedaan faktor resiko yang terjadi pada penderita hepatitis.

1.3.TUJUAN
Tujuan penulisan review literatur ini adalah :
1. Mengidentifikasi masalah hepatitis A, B, C, D dan E
2. Mengidentifikasi faktor resiko yang terjadi pada hepatitis

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HEPATITIS
2.1.1 Pengertian
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang
dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap
obat'-obatan serta bahan-bahan kimia. (Hadi, 1999). Hepatitis
adalah keadaanradang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap
virus, obat atau alkohol (Tambayong, 2000;145). Penyakit hepatitis
akut merupakan penyakit infeksi akut dengan gejalautama
berhubungan erat dengan adanya nekrosis pada sel-sel hati (Kapita
Selekta Kedokteran,2005).Hepatitis virus merupakan infeksi
sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta
seluler yang khas (Smeltzer, 2001). Hepatitis adalahSuatu
peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti: kimia atau
obat atau agen penyakit infeksi (Royyan, 2002) Hepatitis
merupakan proses penyakit hepar yang mengenai parenkim, sel-sel
kuffer, duktus empedu dan pembuluh darah. Hepatitis merupakan
suatu penyakit infeksi atau peradangan yang terjadi pada sel-sel
hati atau hepatosit yang disebabkan oleh virus hepatitis.
2.1.2 Klasifikasi Hepatitis
2.1.2.1 Hepatitis A
Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah
melalui kontaminasi oral-fekal, HVA terdapat dalam
makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi penularan
infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya
terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi : 2-
6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi
paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.
2.1.2.2 Hepatitis B
Penularan virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah,
jarum suntik, atau hubungan seks. Golongan yang beresiko

4
tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah, pengguna
obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan
masyrakat yang terpajan terhadap darah; klien dan staf
institusi untuk kecatatan perkembangan, pria homoseksual,
pria dan wanita dengan pasangan heteroseksual, anak kecil
yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan
pasien hemodialisa. Masa inkubasi mulai 6 minggu sampai
dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis.
2.1.2.3 Hepatitis C
Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan
penyebab tersering infeksi hepatitis yang ditularkan melalui
suplai darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang
sama seperti HBV, tetapi terutama melalui tranfusi darah.
Populasi yang paling sering terinfeksi adalah pengguna
obat injeksi, individu yang menerima produk darah,
potensial risiko terhadap pekerja perawatan kesehatan dan
keamanan masyarakat yang terpajan pada darah. Masa
inkubasinya adalah selama 18-180 hari.
2.1.2.4 Hepatitis D
Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga
infeksi HBV bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga
dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap
infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya
bila individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius
melalui infeksi HDV. Populasi yang sering terinfeksi
adalah pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi
darah multipel (infeksi hanya individu yang telah
mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui
secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya
hepatitis fulminan, kegagalan hati, dan kematian.

5
2.1.2.5 Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan
melalui ingeti air yan tercemar. populasi yang paling sering
terinfeksi adalah orang yang hidup pada atau perjalanan
pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi
buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga
pertengahan.
2.1.3 Penyebab dan Cara Penularan Hepatitis
2.1.3.1 Hepatitis A
Hepatitis A pada umumnya dapat di tulari melalui mulut,
misalnya melalaui gelas atau sendok bekas yang di pakai
penderita hepatitis A. Kadang-kadang dapat juga melalui
keringat penderita atau melalui jarum suntik bekas yang di
pakai pada penderita pengdapa hepatitis A.
2.1.3.2 Hepatitis B
Hampir semua jenis virus hepatitis dapat menyerang
manusia. Pada ibu hamil bila terserang virus ini dapat
menularkan pada bayinya yang ada dalam kandungan atau
waktu menyusui bayi itu. Bentuk penularan seperti inilah
yang banyak di jumpai pada penyakit hepatitis B. Pada saat
ini jenis hepatitis yang paling banyak di pelajari ialah
hepatitis B dan telah dapat pula di cegah melalui vaksinasi.
Walaupun infeksi virus ini jarang terjadi pada populasi
orang dewasa, kelompok tertentu dan orang yang memiliki
cara hidup tertentu berisiko tinggi. Kelompok ini
mencakup:
 Imigran dari daerah endemis hepatitis
 Pengguna obat IV yang sering bertukar jarum dan
alat suntik - pelaku hubungan seksual dengan banyak
orang atau dengan orang yang terinfeksi
 Pria homoseksual yaang secara seksual aktif
 Pasien rumah sakit jiwa

6
 Kontak serumah denag karier hepatitis
 Pekerja sossial di bidang kesehatan, terutama yang
banyak kontak dengan darah.
2.1.3.3 Hepatitis C
Penularan hepatitis C dan Delta pada orang dewasa bisa
terjadi melalui kontak seksual dan bisa pula melalui
makanan dan minuman, suntikan ataupun transfusi darah.
Virus hepatitis C juga berbahaya karena sebagian besar
penyakit Hepatitis C dapat berkembang menjadi
kronis/menahun dan menjadi pengidap yang selanjutnya
akan menjadi sumber infeksi bagi orang sekitarnya.
2.1.3.4 Hepatitis D dan Hepatitis E
Hepatitis D dan hepatitis E didduga penularannya melalui
mulut, tetapi belum ada penelitian yang lebih mendalam.
2.1.4 Manifestasi Klinis Hepatitis
Semua hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama,
sehingga secara klinis hampir tidak mungkin dibedakan satu sama
lain. Dokter hanya dapat memperkirakan saja jenis hepatitis apa
yang di derita pasiennya dan untuk membedakannya secara pasyi
masih diperlukan bantuan melalui pemeriksaan darah penderita.
Gejala penderita hepatitis virus mula mula badanya terasa panas,
mual dan kadang-kadang muntah, setelah beberapa hari air seninya
berwarna seperti teh tua, kemudian matanya terlihat kuning, dan
akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis virus
biasnya dapat sembuh setelah satu bulan. Hampir semua penderita
hepatitis A dapat sembuh dengan sempurna, sedangkan penderita
hepatitis C dapat menjadi kronis. Mengenai hepatitis delta dan E
belum dapat di ketahui sevara pasti bagaimana perjalanan
penyakitnya. Sebagian besar penderita hepatitis B akan sembuh
sempurna, tetapi sebagian kecil (kira-kira 10%) akan mengalami
kronis (menahun) atau meninggal. Penderita hepatitis B yang

7
menahun setelah 20-40 tahun kemudian ada kemungkinan hatinya
mengeras(sirosis), dan ada pula yang berubah menjadi kanker hati.
Gambaran klinis hepatitis virus dapat berkisar dari asimtomatik
sampai penyakit yang mencolok, kegagalan hati, dan kematian.
2.1.5 Stadium Hepatitis
Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis yaitu :
2.1.5.1 Stadium prodromal, disebut periode praikterus, dimulai
setelah periode masa tunas virus selesai dan pasien mulai
memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini disebut
praikterus karena ikterus belu muncul. Antibodi terhadap
virus biasanya belum dijumpai, stdium ini berlangsung 1-2
minggu dan ditandai oleh :
 Malese umum
 Anoreksia
 Sakit kepala
 Rasa malas
 Rasa lelah
 Gejala-gejala infeksi saluran nafas atas
2.1.5.2 Mialgia (nyeri otot) b. Stadium ikterus. Dapat berlangsung
2-3 minggu atau lebih, pada sebagia besar orang stadium ini
ditandai oleh timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah:
 Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium
prodromal
 Pembesaran dan nyeri hati
 Splenomegali
 Mungkin gatal ( pruritus ) dikulit
2.1.5.3 Stadium pemulihan. Biasanya timbul dalam 2-4 bulan,
selama periode ini :
 Gejala-gejala mereda termasuk ikterus
 Nafsu makan pulih
 Apabila tedapat splenomegali, akan segera mengecil

8
2.2 FAKTOR RESIKO
2.2.1 Perilaku yang berisiko
Sejumlah perilaku tertentu dapat menjadi faktor risiko hepatitis,
meliputi:
 Berbagi jarum suntik (medis/narkoba) dengan orang lain
bisa membuat terpapar darah yang terinfeksi.
 Menderita HIV. Jika terinfeksi HIV lewat berbagi jarum
suntik (medis/narkoba), menerima transfusi darah yang
terkontaminasi, atau berhubungan seks tanpa kondom, risiko
untuk terkena hepatitis juga meningkat. Namun, paparan
terhadap cairan tubuhlah yang membuat berisiko, dan
bukannya status HIV.
 Tato, tindik tubuh, dan paparan jarum lainnya. Jika berniat
membuat tato, tindik tubuh, atau bahkan akupuntur yang
tidak menggunakan jarum baru untuk setiap klien, risiko
untuk terkena hepatitis dan infeksi lainnya yang ditularkan
melalui darah seperti HIV akan meningkat secara signifikan.
 Seks tanpa kondom (baik vaginal, anal dan oral). Meskipun
hepatitis A dan E paling sering ditularkan melalui konsumsi
makanan dan air yang terkontaminasi, kontak seksual oral-
anal juga bisa menularkan virus hepatitis.
2.2.2 Penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol
Obat tertentu bisa menyebabkan kerusakan hati parah jika
menggunakannya tak sesuai aturan, contohnya paracetamol
(acetaminophen). Obat-obatan lainnya juga bisa memicu hepatitis,
seperti methotrexate (Trexall, Rheumatrex), yang digunakan untuk
mengobati rheumatoid arthritis dan psoriasis.Selain obat-obatan,
konsumsi alkohol jangka panjang juga dapat menyebabkan
hepatitis. Orang yang paling berisiko adalah mereka yang minum
sampai 100 gram alkohol setiap hari, dan rutin mengonsumsi
sekitar 10 minuman beralkohol atau lebih dalam sehari,selama
beberapa tahun.

9
2.2.3 Kondisi tempat tinggal dan tempat kerja
Kondisi tempat tinggal dan lingkungan kerja bisa menjadi faktor
risiko hepatitis, jika:
 Bekerja dengan anak-anak. Ini karena setelah mengganti
popok, bisa lupa untuk mencuci tangan, dan bisa terpapar
barang-barang yang terkontaminasi yang telah disentuh
anak sebelumnya, seperti camilan, mainan, dan permukaan
lainnya jika mereka lupa cuci tangan setelah buang air.
 Merawat dan tinggal bersama seseorang yang menderita
hepatitis. Virus hepatitis bisa menular dari barang-barang
pribadi yang digunakan bersama, seperti sikat gigi, alat
cukur, atau bahkan pemotong kuku yang mungkin telah
terinfeksi darah dalam jumlah kecil.
 Jika kalian merupakan petugas layanan kesehatan (dokter,
suster, perawat, atau bidan). Maka berisiko tinggi terhadap
paparan darah pasien dan peralatan kesehatan yang
terkontaminasi, misalnya jarum.
2.2.4 Kontaminasi air dan makanan
Kebanyakan kasus hepatitis A dan E ditularkan lewat konsumsi air
atau makanan yang terkontaminasi feses terinfeksi virus. Termasuk
juga mengonsumsi buah dan sayuran segar yang mungkin dicuci
dengan air yang terkontaminasi, dan makanan atau minuman yang
mungkin diolah dengan air tersebut.
2.2.5 Faktor risiko hepatitis lainnya
Cara lain untuk terkena hepatitis meliputi:
 Transfusi darah
 Terapi penekanan sistem kekebalan tubuh (hepatitis
autoimun) atau kemoterapi
 Penularan dari ibu ke anak saat persalinan

10
BAB III
RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini tema yang ditentukan untuk tugas Keperawatan Medikal
Beda II adalah Hepatitis. PICO yang kami rumuskan adalah dibawah ini :
P : Faktor risiko yang berhubungan dengan Hepatitis B
I :
C :
O : Mengetahui factor risiko kejadian hepatitis dan bisa menanganinya.
Keyword untuk jurnal adalah :
- Hepatitis B
- Jenis Pekerjaan
- Pondok pesantren putrid
- Riwayat keluarga
- Vaksinasi
- Transfuse darah
Di temukan dua jurnal antara rentang tahun 2008 – 2013, yaitu:
1. Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Hepatitis B pada
Pondok Pesantren Putri Ibnul Qoyyim Yogyakarta
2. Faktor Risiko Kejadian Hepatitis B pada Pasien di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makasar
Selanjutnya kami memilih membahas jurnal pertama

11
BAB IV
ISI JURNAL DAN ANALISIS PEMBAHASAN
4.1 ISI JURNAL
Pada review jurnal berikut, kami mengangkat jurnal yang berjudul “Faktor
Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Hepatitis B pada Pondok
Pesantren Putri Ibnul Qoyyim Yogyakarta” sebagai jurnal utama.
Dengan ulasan jurnal sebagai berikut :
4.1.1 Pendahuluan
Hepatitis adalah peradangan atau infeksi pada sel-sel hati. Penyebab
hepatitis yang paling sering virus, yang dapat menyebabkan
pembengkakan dan pelunakan hati. Penyakit Hepatitis B disebabkan
oleh virus Hepatitis B yang bersifat akut atau kronik dan termasuk
penyakit hati yang paling berbahaya dibanding dengan penyakit hati
yang lain karena penyakit Hepatitis B ini tidak menunjukkan gejala
yang jelas, hanya sedikit warna kuning pada mata dan kulit disertai
lesu. Penderita sering tidak sadar bahwa sudah terinfeksi virus
Hepatitis B dan tanpa sadar pula menularkan kepada orang lain
(Misnadiarly, 2007).
Penyebaran penyakit Hepatitis B sangat mengerikan. World Health
Organization (WHO) tahun 2002 memperkirakan bahwa satu biliun
individu yang hidup telah terinfeksi Hepatitis B, sehingga lebih dari
200 juta orang di seluruh dunia terinfeksi, dan 1-2 juta kematian setiap
tahun dikaitkan dengan VHB. Pada Tahun 2008 jumlah orang
terinfeksi VHB sebanyak 2 miliar, dan 350 juta orangberlanjut
menjadi pasien dengan infeksi Hepatitis B kronik (Sufianto, 2002).
4.1.2 Metode
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan
penelitian studi cross sectional pada siswi yang tinggal di Pondok
Pesantren Ibnul Qoyyim Putri Yogyakarta selama Maret-Oktober
2013. Populasi adalah semua siswi yang tinggal di pondok pesantren
tersebut.Siswi yang bersedia mengikuti penelitian (menandatngi

12
informed consent) dan merupakan calon mahasiswa yang lulus dalan
ujian tulis dan uji kesehatan dijadika sebagai sampel penelitian.
Variabel bebas yang diamati antara lain: (1) Lama tinggal, (2) riwayat
transfuse darah, (3) Riwayat penggunaan jarum suntik yaitu pernah
menerima/ melakukan suntikan dengan alat suntik, (3) Riwayat
pembuatan tato permanen, (4) Riwayat pembuatan tindik meliputi
pernah melakukan pembuatan tindik telinga, bibir atau lokasi lain
pada tubuh, (5) Riwayat akupuntur, (6) Riwayat perawatan dokter
gigi, (6) Ada anggota keluarga yang menderita hepatitis yaitu adanya
orang yang pernah tinggal dalam satu rumah yang menurut pengakuan
siswi pernah didiagnosa oleh dokter menderita hepatitis, (7) Riwayat
menggunakan sikat gigibergantian, (8) Riwayat menggunakan alat
cukur bergantian.
Alat penelitian berupa kuesioner dan alat uji saring darah untuk
pemeriksaan hepatitis B denganmetode Entebe. Kuesioner digunakan
untuk memperoleh data tentang faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan kejadian hepatitis B.
Sampel penelitian diminta untuk mengisi kuesioner yang telah
disediakan, kemudian darah diambil, untuk pemeriksaan status infeksi
Hepatitis B. Penentuan status infeksi hepatitis B dilakukan oleh
petugas laboratorium yang ada di Poltekkes BSI Yogyakarta. Analisis
yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis multivariat
dengan multiple logistik regression untuk menentukan odds rasio
(OR) dari masing-masing faktor.
4.1.3 Hasil
Berdasarkan penelitian ini faktor-faktor risiko hepatitis B pada pondok
pesantren Ibnul Qoyyim. Prevalensi HBsAg positif (risiko hepatitis
B0 pada penelitian ini sebesar 2,2% yang telah dilakukan pemeriksaan
pada 97 siswi pondok pesantren Ibnul Qoyyim pada tanggal 25
Oktober 2013.
Hasil analisis univariat terhadap factor yang berhubungan dengan
kejadian hepatitis B di dapatkan 1 variabel yang bermakna secara

13
statistic yaitu riwayat keluarga yang menderita Hepatitis B dengan OR
7,636. Hal ini menunjukkan bahwa riwayat keluarga yang menderita
Hepatitis B memiliki risiko 7 kali lebih besar dari pada keluarga yang
tidak mempunyai riwayat penyakit Hepatitis B. Menurut pengurus
pondok pesantren Ibnul Qoyyim selama ini para santrinya tidak
pernah melakukan pemeriksaan Hepatitis B dan tidak pernah
mendapatkan penyuluhan maupun promosi kesehatan tentang
Hepatitis B. Padahal pondok pesantren tersebut mempunyai poliklinik
yang hanya melayani pengobatan.
Hasil analisa univariat dan multivariat hanya menunjukkan 1 faktor
risiko yang berhubungan dengan kejadian Hepatits B yaitu riwayat
kesehatan keluarga yang menderita Hepatitis B. Tindakan preventif
yang dapat dilakukan pada siswi pondok pesantren Ibnul Qoyyim
meliputi :
1. Promosi Kesehatan dan Spesifik Protection,
2. Upaya pencegahan yaitu imuninasi aktif dan pasif
4.1.4 Kesimpulan
Prevalensi hepatitis B pada Pondok Pesantren Putri Ibnul Qoyyim
Yogyakarta adalah 2,06 %. Hal ini tidak jauh berbeda dengan
prevalensi Hepatitis B di Kota Yogyakarta. Faktor yang berhubungan
dengan kejadian hepatitis B pada siswi Pondok Pesantren Ibnul
Qoyyim adalah riwayat keluarga ada yang menderita Hepatitis B.

4.2 ANALISIS
Berdasarkan jurnal yang didapatkan, diketahui bahwa ada beberapa variabel
yang menjadi sasaran penelitian dan pada hasil penelitian didapatkan
variabel riwayat keluarga merupakan factor terbesar kejadian Hepatitis B
pada siswi pondok pesantren Ibnul Qoyyim Yogyakarta. Selain itu factor
penyertanya ialah tidak pernah diadakan penyuluhan maupun promosi
kesehatan di pondok pesatren Ibnul Qoyyim dan pengurus mengatakan
bahwa para santrinya tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan

14
meskipun di pondok pesantren tersebut terdapat poliklinik. Tindakan yang
dapat dilakukan untuk upaya pencegahan penyakit Hepatitis B ialah :
1. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan,
perubahan perilaku, keterampilan, dan komitmen dalam
penyelenggaraan penanggulangan Hepatitis Virus, sehingga masyarakat
memahami Hepatitis Virus secara baik dan benar dan mampu untuk
mengakses terhadap upaya perlindungan khusus, pemberian imunisasi,
mengetahui dan perlindungan khusus, pemberian imunisasi, mengetahui
dan memahami cara pencegahan untuk dirinya, orang lain, dan
masyarakat luas, serta mencegah terjadinya stigma dan diskriminasi
terhadap orang dengan Hepatitis Virus. Selain itu, peningkatan
komitmen bagi para pemimpin diperlukan dalam mendukung upaya
penanggulangan Hepatitis Virus ini. Upaya promosi kesehatan yang
dapat dilakukan antara lain :
a. Advokasi dan Sosialisasi
Advokasi dan sosialisasi tentang Hepatitis B, Hepatitis C, dan
Hepatitis D, yaitu upaya untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan komitmen bagi masyarakat, petugas kesehatan,
pengambil keputusan dan tokoh masyarakat; tentang cara penularan,
cara pencegahan termasuk perlindungan khusus dan pengurangan
dampak buruk, deteksi dini, akses layanan, dan dukungan terhadap
penanggulangannya, sehingga universal access bagi pelaksanaan
penanggulangan Hepatitis Virus dapat dipenuhi dan dirasakan oleh
masyarakat.
Kepada para pengambil keputusan perlu dilakukan advokasi
sehingga didapatkan dukungan yang optimal untuk mendukung
upaya pengendalian Hepatitis ini.Sedangkan sosialisasi dilakukan
kepada masyarakat agar masyarakat mengetahui dengan baik tentang
Hepatitis B, Hepatitis C, dan Hepatitis D sertacara penularan dan
pencegahannya, melakukan perlindungan khusus, pengurangan
dampak buruk, dan imunisasi,menerapkan perilaku hidup bersih dan

15
sehat terutama pada kelompok masyarakat berisiko, seperti
menghindaripenggunaan jarum suntik, alat kesehatan, dan alat lain
yang menimbulkan luka pada tubuh, yang tidak steril, mencegah
perilaku seksual berisiko, tidak bertukar sikat gigi, pisau cukur, dan
alat tattoo, serta menghindari perilaku berisiko lainnya yang
berpotensi menularkan Hepatitis B dan Hepatitis C, melakukan
deteksi dini, dan mengetahui apa yang harus dilakukan apabila
terinfeksi atau berisiko.
b. Intervensi Perubahan Perilaku
Intervensi perubahan perilaku dilakukan melalui penyuluhan,
pendampingan, pemberian konseling, dan penyediaan sarana dan
prasarana yang diperlukan untuk mendukung perubahan perilaku
yang dilakukan. Intervensi perubahan perilaku dilakukan pada
kelompok populasi berisiko tinggi maupun kelompok populasi rawan
tertular dan menularkan penyakit ini.
c. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat bertujuan agar masyarakat atas
kesadarannya dapat berpartisipasi aktif dalam penanggulangan
Hepatitis Virus sesuai dengan kapasitas masyarakat tersebut.
Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan pada seluruh komponen
masyarakat dengan membentuk kelompok sebaya (peer group)atau
supporting groupsebagai motivator dan sumber informasi untuk
meningkatkan akses pelayanan serta merubah perilaku, dan menjadi
relawan pendamping orang dengan Hepatitis Virus.
2. Perlindungan Khusus
Perlindungan khusus adalah upaya yang dilakukan agar masyarakat
dapat terlindungi dari penularan Hepatitis Virus. Perlindungan khusus
dapat dilakukan melalui kegiatan pengurangan dampak buruk, seperti:
a. Penggunaan kondom
Penggunaan kondom terutama ditujukan bagi kelompok masyarakat
yang memiliki hubungan seksual berisiko.

16
b. Pengunaan alat pelindung diri (APD)
Penggunaan APD diwajibkan bagi petugas kesehatan atau
masyarakat yang melakukan aktifitas berisiko, seperti memakai
masker dan sarung tangan, dan baju dan kacamata pelindung.
c. Menghindari penggunaan jarum suntik dan alat kesehatan peralatan
lainnya yang tidak steril
Masyarakat wajib menghindari penggunaan jarum suntik secara
bergantian atau tidak steril, terutama pada kelompok pengguna
NAPZA suntik, pengguna tattoo, tindik, dan akupunktur. Peralatan
lainnya seperti misalnya untuk tindik, peralatan pada kedokteran
gigi, operasi, hemodialisis, dll
3. Pemberian Imunisasi
Pemberian imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk
melakukan pencegahan terjadinya penularan Hepatitis Virus. Pemberian
imunisasi hanya dilaksanakan untuk Hepatitis A dan Hepatitis B.

17
BAB V
IMPLIKASI KEPERAWATAN
5.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan, perubahan perilaku,
keterampilan, dan komitmen dalam penyelenggaraan penanggulangan
HepatitisVirus, sehinggatenaga keperawatan memahami Hepatitis Virus
secara baik dan benar dan mampu untuk mengakse sterhadap upaya
perlindungan khusus, memberikan imunisasi, mengetahui dan perlindungan
khusus, pemberian imunisasi, mengetahui dan memahami cara pencegahan
untuk dirinya, orang lain, dan masyarakat luas, serta mencegah terjadinya
stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan Hepatitis Virus. Selain itu,
peningkatan komitmen bagi para petugas keperawatan diperlukan dalam
mendukung upaya penanggulangan Hepatitis Virus ini. Upaya promosi
kesehatan. Advokasi dan sosialisasi tentang Hepatitis B, Hepatitis C, dan
Hepatitis D, yaitu upaya untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan
komitmen bagi pendidikan keperawatan
5.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Untuk menanggulangi terjadinya penularan hepatitis kita bisa melakukan
Intervensi perubahan perilaku dilakukan melalui penyuluhan, pendampingan,
pemberian konseling, dan penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan
untuk mendukung perubahan perilaku yang dilakukan. Intervensi perubahan
perilaku dilakukan pada kelompok populasi berisiko tinggi maupun kelompok
populasi rawan tertular dan menularkan penyakit ini. Pemberdayaan
masyarakat bertujuan agar masyarakat atas kesadarannya dapat berpartisipasi
aktif dalam penanggulangan Hepatitis Virus sesuai dengan kapasitas
masyarakat tersebut. Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan pada seluruh
komponen masyarakat dengan membentuk kelompok sebaya (peergroup) atau
supporting group sebagai motivator dan sumber informasi untuk
meningkatkan akses pelayanan serta merubah perilaku, dan menjadi relawan
pendamping orang dengan Hepatitis Virus.

18
5.3 Bagi Penelitian
Dari makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bagaimana
upaya pencegahan penyakit hepatitis B agar nantinya dapat menurunkan
tingkat risiko Hepatitis B terutama pada orang yang mempunyai riwayat
kesehatan keluarga dengan Hepatitis B.

19
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin
seperti: kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Royyan, 2002) Hepatitis
merupakan proses penyakit hepar yang mengenai parenkim, sel-sel kuffer,
duktus empedu dan pembuluh darah. Hepatitis merupakan suatu penyakit
infeksi atau peradangan yang terjadi pada sel-sel hati atau hepatosit yang
disebabkan oleh virus hepatitis.Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi
akut, yaitu virus Hepatitis A, B, C, D, dan E. Penyakit hepatitis dapat
mengakibatkan kematian. Dari hepatitis itu sendiri dapat menularkan melalui
keringat, tempat makan dan minum, proses persalinan ibu, suplai darah seperti
tranfusi darah dan sebagainya.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, didapatkan juga bahwa faktor
resiko yang mengakibatkan penyakit hepatitis terdapat banyak sekali faktor
antara lain riwayat kesehatan keluarga, riwayat donor darah, riwayat
penggunaan jarum suntik yaitu pernah menerima/ melakukan suntikan dengan
alat suntik, riwayat pembuatan tato permanen, riwayat pembuatan tindik
meliputi pernah melakukan pembuatan tindik telinga, bibir atau lokasi lain
pada tubuh, riwayat akupuntur, riwayat perawatan dokter gigi,

6.2 Saran
a. Untuk perawat dan calon perawat agar menghindari adanya kontak
langsung dengan alat medis dalam pengobatan pasien serta memperhatikan
sterilnya alat-alat yang digunakan saat praktik.
b. Perawat berhati-hati saat ingin memberikan tindakan keperawatan dengan
alat jarum suntik pada pasien hepatitis jangan sampai jarum mengenai diri
sendiri karena jarum suntik salah satu faktor resiko terjadinya penularan
hepatitis.

20
c. Untuk penderita hepatitis sebaiknya memperhatikan pola makan yang
sehat, menghindari mengkonsumsi minuman keras, serta menjaga sanitasi
lingkungan sekitar.
d. Untuk masyarakat agar kiranya memahami substansi dalam penulisan
makalah ini serta mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hai,
karena mengingat betapa pentingnya mempelajari penyakit hepatitis.

21
DAFTAR PUSTAKA

Aini, R., & Susiloningsih, J. (2013). Faktor Resiko yang Berhubungan dengan
Kejadian Hepatitis B pada Pondok Pesantren Putri Ibnul Qoyyim
Yogyakarta. Sains Medika , 30-33.

Arief, Dkk. 2000. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru
Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Carpenito Lynda. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC.
Jakarta
Ester, Monica. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Inayah, Iin.
2004.
Musdalifah, Andi., Arsin, Arsunan., Thaha, I. L. M. 2008.Faktor Risiko Kejadian
Hepatitis B Pada Pasien Di RSUP. dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Repository UNHAS.
Price, Sylvia Anderson, Dkk. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. EGC. Jakarta
Reeves, Charlene, et al. Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa Joko Setiyono
Edisi I. Jakarta. Salemba Medika
Sievert, William, Melvyn G, Terry Bolin. 2010. Tentang Hepatitis. Jakarta: Arcar
Sulaiman, Andri Sanityoso, dkk. 2010. Pendekatan Terkini Hepatitis B dan C
dalam Praktik Klinis. Jakarta: Sagung Seto

22
LAMPIRAN JURNAL

23

S-ar putea să vă placă și