Sunteți pe pagina 1din 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit saluran pernapasan sebagai penyebab kesakitan dan kematian


terbesar pada balita, salah satunya yaitu pneumonia. Pneumonia terjadi karena
rongga alveoli paru-paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti
Streptococcus pneumonia, Streptococcus aures, Haemophyllus influenza,
Escherichia coli dan Pneumocystis jirovenci (Widagdo, 2012).

Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh


mikroorganisme bakteri, virus, jamur, parasit, namun pneumonia juga
disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu dan
radiasi. Berdasarkan lokasi anatominya, pneumonia dapat terbatas segmen, lobus,
atau menyebar. Jika hanya melibatkan lobulus, pneumonia sering mengenai
bronkus dan bronkiolus sehingga sering disebut dengan bronkopneumonia
(Djojodibroto, 2012). Pneumonia ditandai dengan gejala batuk dan atau kesulitan
bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
(Kemenkes RI, 2012).

Pneumonia menjadi salah satu penyakit menular sebagai faktor penyebab


kematian pada anak. Pneumonia menjadi target dalam Millenium
DevelopmentGoals (MDGs), sebagai upaya untuk mengurangi angka kematian
anak. Berdasarkan data WHO pada tahun 2013 terdapat 6,3 juta kematian anak di
dunia, dan sebesar 935.000 (15%) kematian anak disebabkan oleh pneumonia.
Sedangkan di Indonesia kasus pneumonia mencapai 22.000 jiwa menduduki
peringkat ke delapan sedunia (WHO, 2014).
B. Tujuan

Menggambarkan asuhan keperawatan klien Pneumonia dengan ketidakefektifan


bersihan jalan nafas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pneumonia adalah suatu infeksi dari satu atau dua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri-bakteri, virus-virus, atau jamur. Pneumonia adalah
infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam
paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan
menyerap oksigen menjadi kurang. Di dalam buku “Pedoman Pemberantasan
Penyakit ISPA untuk Penanggulangan Pneumonia pada Balita”, disebutkan
bahwa pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan akut
(ISPA) yang mengenai bagian paru (jaringan alveoli) (Depkes RI, 2004:4)
Klasifikasi pneumonia antara lain:
1. Pneumonia Lobaris
Penyakit pneumonia dimana seluruh lobus ( biasanya 1 lobus ) terkena
infeksi scara difusi. Penyebabnya adalah streptococcus pneumonia.
Lesinya yaitu bakteri yang dihasilkannya menyebar merata ke seluruh
lobus.
2. Bronchopneumonia
Pada Bronchopneumonia terdapat kelompok-kelompok infeksi pada
seluruh jaringan pulmo dengan “multiple focl infection” yang terdistibusi
berdasarkan tempat dimana gerombolan bakteri dan debrisnya tersangkut
di bronchus. Penyebab utamanya adalah obstruksi bronchus oleh mukus
dan aspirasi isi lambung lalu bakteri terperangkap disana kemudian
memperbanyak diri dan terjadi infeksi pada pulmo. Bronchopneumonia
terbagi menjadi 2 subtipe,yakni:
a. Pneumonia aspirasi
Mekanisme infeksi terjadi saat partikel-partikel udara
membawa bakteri masuk ke paru-paru. Banyak terjadi pada pasien-
pasien post operasi dan pasien-pasien dengan kondisi yang lemah.
b. Pneumonia intertitialis
Reaksi inflamasi melibatkan dinding alveoli dengan eksudat
yang relatif sedikit dan sel-sel lekosit poli-morfo-nuklear dalam
jumlah yang relatif sedikit. Pneumonia intertitialis biasanya ada
kaitannya dengan infeksi saluran pernapasan atas. Penyebabnya
adalah virus ( influenza A dan B, respiratory syncytial virus, dan
rhino virus ) dan mycoplasma pneumonia.
2.2 Etiologi
Penyebab pneumonia bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber
infeksi dengan sumber utama: bakteri, virus, mikroplasma, jamur, dan senyawa
kimia maupun partikel.
a. Pneumonia oleh bakteri.
Heiskansen et.al (1997) menjelaskan bahwa “S. pneumoniae adalah
jenis bakteri penyebab pneumonia pada anak-anak di semua umur
berdasarkan komunitas penyakit pneumonia. Sedangkan M. pneumoniae dan
Chlamydia pneumoniae adalah penyebab utama pneumonia pada anak di
atas umur 5 tahun.” Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua,
atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan
kerusakan. Seluruh jaringan paru dipenuhi cairan dan infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Pneumonia yang dipicu
bakteri bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi sampai usia lanjut. Pada
pencandu alkohol, pasien pasca-operasi, orang-orang dengan penyakit
gangguan pernapasan, dan penurunan kekebalan tubuh adalah golongan yang
paling berisiko. Anak-anak juga termasuk kelompok yang rentan terinnfeksi
penyakit ini karena daya tahan tubuh yang masih lemah.
Penelitian lainnya menyebutkan bahwa S.pneumoniae diidentifikasikan
sebagai agen etiologi pada 34 dari 64 pasien (53%) dan pada 34 dari 43
pasien (79%). S.pneumonia adalah pathogen teridentifikasi yang sering
ditemukan pada pasien di segala usia walaupun tidak ada hubungan antara
usia dan kemungkinan jenis darah positif terinfeksi (Wall., et al: 1986).
b. Pneumonia oleh virus
Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh
virus. Sebagian besar virus-virus ini menyerang saluran pernapasan bagian
atas (terutama pada anak). Namun, sebagian besar peumonia jenis ini tidak
berat dan dapat disembuhkan dalam waktu singkat. Bila infeksi terjadi
bersamaan dengan virus influensa, gangguan ini masuk ke dalam tingkatan
berat dan kadang menyebabkan kematian. Virus yang menginfeksi paru akan
berkembang biak walau tidak terlihat jaringan paru yang dipenuhi cairan.
c. Pneumonia oleh Mikoplasma
Mikoplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan
penyakit pada manusia. Mikoplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus
maupun bakteri walaupun memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang
dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikoplasma
menyerang segala jenis usia. Tetapi paling sering pada anak pria remaja dan
usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan pada orang yang tidak
menjalani pengobatan.
Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila
dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Oleh karena itu,
pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini
sering disebut Atypical Pneumonia ‘pneumonia yang tidak tipikal’.
Pneumonia mikoplasma mulai diidentifikasi saat perang dunia II.
d. Pneumonia jenis lainnya
Pneumonia lain yang jarang ditemukan, yakni disebabkan oleh
masuknya makanan, cairan, gas, debu maupun jamur. Pneumocystitis Carinii
Pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur, adalah salah satu
contoh dari pneumonia jenis lainnya. PCP biasanya menjadi tanda awal
serangan penyakit pada pengidap HIV/AIDS. PCP dapat diobati pada
banyak kasus. Namun, bisa saja penyakit ini muncul lagi beberapa bulan
kemudian. Rickettsia (golongan antara virus dan bakteri yang menyebabkan
demam Rocky Mountain, demam Q, tipus, dan psittacosis) juga mengganggu
fungsi paru.
2.3 Patofisiologi
Gejala dari infeksi pneumonia disebabkan invasi pada paru-paru oleh
mikroorganisme dan respon sistem imun terhadap infeksi.Meskipun lebih dari
seratus jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan pneumonia, hanya sedikit
dari mereka yang bertanggung jawab pada sebagian besar kasus.Penyebab paling
sering pneumonia adalah virus dan bakteri. Penyebab yang jarang menyebabkan
infeksi pneumonia ialah fungi dan parasit.
1. Virus
Virus menyerang dan merusak sel untuk berkembang biak. Biasanya
virus masuk kedalam paru-paru bersamaan droplet udara yang terhirup
melalui mulut dan hidung. Setelah masuk virus menyerang jalan nafas dan
alveoli. Invasi ini sering menunjukan kematiansel, sebagian virus langsung
mematikan sel atau melalui suatu tipe penghancur sel yang disebut
apoptosis. Ketika sistem imun (DL leukosit meningkat) merespon terhadap
infeksi virus,dapat terjadi kerusakan paru. Sel darah putih,sebagian besar
limfosit, akan mengaktivasi sejenis sitokin yang membuat cairan masuk ke
dalam alveoli. Kumpulan dari sel yang rusak dan cairan dalam alveoli
mempengaruhi pengangkutan oksigen ke dalam aliran darah (terjadi
pertukaran gas) .Sebagai tambahan dari proses kerusakan paru,banyak virus
merusak organ lain dan kemudian menyebabkan fungsi organ lain
terganggu. Virus juga dapat membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri,
untuk alasan ini, pneumonia karena bakteri sering merupakan komplikasi
dari pneumonia yang disebabkan oleh virus. Pneumonia virus biasanya
disebabkan oleh virus seperti vitus influensa, virus syccytial respiratory
(RSV), adenovirus dan meta pneumovirus. Virus herpes simpleks jarang
menyebabkan pneumonia kecuali pada bayi baru lahir. Orang dengan
masalah pada sistem imun juga berresiko terhadap pneumonia yang
disebabkan oleh cytomegalovirus(CMV).
2. Bakteri
Bakteri secara khusus memasuki paru-paru ketika droplet yang berada
di udara dihirup,tetapi mereka juga dapat mencapai paru-paru melalui aliran
darah ketika ada infeksi pada bagian lain dari tubuh.Banyak bakteri hidup
pada bagian atas dari saluran pernapasan atas seperti hidung,mulut,dan sinus
dan dapat dengan mudah dihirup menuju alveoli. Setelah memasuki
alveoli,bakteri mungkin menginvasi ruangan diantara sel dan diantara alveoli
melalui rongga penghubung.Invasi ini memacu sistem imun untuk mengirim
neutrophil yang adalah tipe dari pertahanan sel darah putih,menuju paru.
Neutrophil menelan dan membunuh organisme yang berlawanan dan mereka
juga melepaskan cytokin,menyebabkan aktivasi umum dari sistem imun. Hal
ini menyebabkan demam,menggigil,dan mual umumnya pada pneumoni yang
disebabkan bakteri dan jamur. Neutrophil,bakteri,dan cairan dari sekeliling
pembuluh darah mengisi alveoli dan mengganggu transportasi oksigen.
Bakteri sering berjalan dari paru yang terinfeksi menuju aliran darah
menyebabkan penyakit yang serius atau bahkan fatal seperti septik syok
dengan tekanan darah rendah dan kerusakan pada bagian-bagian tubuh seperti
otak, ginjal,dan jantung. Bakteri juga dapat berjalan menuju area antara paru-
paru dan dinding dada(cavitas pleura) menyebabkan komplikasi yang
dinamakan empyema. Penyebab paling umum dari pneumoni yang disebabkan
bakteri adalah Streptococcus pneumoniae, bakteri gram negatif dan bakteri
atipikal. Penggunaan istilah “Gram positif” dan “Gram negatif” merujuk pada
warna bakteri(ungu atau merah) ketika diwarnai menggunakan proses yang
dinamakan pewarnaan Gram. Istilah “atipikal” digunakan karena bakteri
atipikal umumnya mempengaruhi orang yang lebih sehat, menyebabkan
pneumoni yang kurang hebat dan berespon pada antibiotik yang berbeda dari
bakteri yang lain.
Tipe dari bakteri gram positif yang menyebabkan pneumonia pada
hidung atau mulut dari banyak orang sehat. Streptococcus pneumoniae, sering
disebut”pneumococcus” adalah bakteri penyebab paling umum dari pneumoni
pada segala usia kecuali pada neonatus.Gram positif penting lain penyebab
dari pneumonia adalah Staphylococcus aureus.Bakteri Gram negatif penyebab
pneumonia lebih jarang daripada bakteri gram negatif.Beberapa dari bakteri
gram negatif yang menyebabkan pneumoni termasuk Haemophilus influenzae,
Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan
Moraxella catarrhalis. Bakteri ini sering hidup pada perut atau intestinal dan
mungkin memasuki paru-paru jika muntahan terhirup. Bakteri atipikal yang
menyebabkan pneumonia termasuk Chlamydophila pneumoniae, Mycoplasma
pneumoniae,dan Legionella pneumophila.
3. Jamur
Pneumonia yang disebabkan jamur tidak umum,tetapi hal ini mungkin
terjadi pada individu dengan masalah sistem imun yang disebabkan
AIDS,obat-obatan imunosupresif atau masalah kesehatan lain. Patofisiologi
dari pneumonia yang disebabkan oleh jamur mirip dengan pneumonia yang
disebabkan bakteri. Pneumonia yang disebabkan jamur paling sering
disebabkan oleh Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans,
Pneumocystis jiroveci dan Coccidioides immitis. Histoplasmosis paling
sering ditemukan pada lembah sungai Missisipi, dan Coccidiomycosis paling
sering ditemukan pada Amerika Serikat bagian barat daya.
4. Parasit
Beberapa varietas dari parasit dapat mempengaruhi paru-paru. Parasit
ini secara khas memasuki tubuh melalui kulit atau dengan ditelan. Setelah
memasuki tubuh,mereka berjalan menuju paru-paru,biasanya melalui
darah.Terdapat seperti pada pneumonia tipe lain , kombinasi dari destruksi
seluler dan respon imun yang menyebabkan ganguan transportasi
oksigen.Salah satu tipe dari sel darah putih,eosinofil berespon dengan dahsyat
terhadap infeksi parasit.
2.4 Web of Cause (WOC)

DROPLETS

Bakteri, Virus, Organisme


mirip bakteri, jamur

Bakteri pathogen menginfeksi


saluran napas bagian bawah

Menuju parenkim paru

Inflamasi di alveoli

Pneumonia

B1Breathing B2 Blood B3 Brain B4 Bowel B5 GI B6 Bone

Penumpukan Kadar O2 Suplai O2 Suplai O2 Suplai O2


secret pada menurun ke menurun ke menurun ke menurun ke
Batuk Migrasi bakteri
alveoli jantung otak ginjal jaringan
secara hematogen
ke saluran cerna
Kesadaran Kelelahan
Pertukaran Menurunnya Glomerolus Intoleransi
kontraksi menurun
gas terganggu filtrat pate Diare aktivitas
jantung menurun
Penurunan
Perubahan nafsu
CO Menurun perfusi Kelemahan
PO2 makan
Oliguria
jaringan
serebral
Malnutrisi
Gangguan Penurunan
Sesak curah jantung
pertukaran
gas

Inflamasi
Pola nafas
tidak
efektif Meningkatkan
med inflamasi

Histamin, P9

Hipertermia
2.5 Manifestasi Klinis
Menurut Wahab (2000: 884, dalam skripsi Annisa Rizkianti)
menyebutkan gambaran klinis pneumonia ditunjukkan dengan adanya pelebaran
cuping hidung, ronki, dan retraksi dinding dada atau sering disebut tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing). Rizkianti menambahkan
bahwa penyakit yang sering terjadi pada anak-anak ini ditandai dengan ciri-ciri
adanya demam, batuk disertai nafas cepat (takipnea) atau nafas cepat.
Gejala dan tanda pneumonia tergantung kuman penyebab, usia, status
imunologis, dan beratnya penyakit. Gejala dan tanda dibedakan menjadi gejala
umum infeksi (non spesifik), gejala pulmonal, pleural, dan ekstrapulmonal.
Gejala-gejala tersebut meliputi:
1. demam
2. menggigil
3. sefalgia
4. gelisah
5. muntah, kembung, diare (terjadi pada pasien dengan gangguan
gastrointestinal)
6. wheezing (pneumonia mikoplasma)
7. otitis media, konjungtivitis, sinusitis (pneumonia oleh streptococcus
pneumonia atau Haemophillus influenza)
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Sinar X Mengidentifikasikan distribusi strukstural (mis. Lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus); infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate
nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin
bersih.
2. GDA Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
3. JDL leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun.
4. LED meningkat
5. Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan
komplain menurun.
6. Elektrolit Na dan Cl mungkin rendah
7. Bilirubin meningkat
8. Aspirasi / biopsi jaringan paru
Alat diagnosa termasuk sinar-x dan pemeriksaan sputum. Perawatan tergantung
dari penyebab pneumonia; pneumonia disebabkan bakteri dirawat
dengan antibiotik. Pemeriksaan penunjang:
1. Rontgen dada;
2. Pembiakan dahak;
3. Hitung jenis darah;
4. Gas darah arteri.
2.7 Penatalaksanaan
1. Indikasi MRS :
a. Ada kesukaran nafas, toksis
b. Sianosis
c. Umur kurang 6 bulan
d. Ada penyulit, misalnya :muntah-muntah, dehidrasi, empiema
e. Diduga infeksi oleh Stafilokokus
f. Imunokompromais
g. Perawatan di rumah kurang baik
h. Tidak respon dengan pemberian antibiotika oral
2. Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor
dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas diberikan bantuan ventilasi
mekanik.
3. Mempertahankan suhu tubuh normal melalui pemberian kompres
4. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu cairan parenteral). Jumlah
cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.
5. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral bertahap melalui
selang nasogastrik.
6. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
7. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi.
8. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan
penyebab Evaluasi pengobatan dilakukan setiap 48-72 jam. Bila tidak ada
perbaikan klinis dilakukan perubahan pemberian antibiotik sampai anak
dinyatakan sembuh. Lama pemberian antibiotik tergantung : kemajuan klinis
penderita, hasil laboratoris, foto toraks dan jenis kuman penyebab :
a. Stafilokokus : perlu 6 minggu parenteral
b. Haemophylus influenzae/Streptokokus pneumonia : cukup 10-14 hari
Pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung bawaan,
gangguan neuromuskular, keganasan, pengobatan kortikosteroid jangka panjang,
fibrosis kistik, infeksi HIV), pemberian antibiotik harus segera dimulai saat tanda
awal pneumonia didapatkan dengan pilihan antibiotik : sefalosporin generasi 3.
Dapat dipertimbangkan juga pemberian :
a. Kotrimoksasol pada Pneumonia Pneumokistik Karinii
b. Anti viral (Aziclovir , ganciclovir) pada pneumonia karena CMV
c. Anti jamur (amphotericin B, ketokenazol, flukonazol) pada pneumonia
karena jamur
d. Imunoglobulin
1. Vaksin
Saat ini ada 2 jenis vaksin pneumokokus yaitu vaksin pneumococcal
conjugate (PCV13) dan vaksin polisakarida pneumokokus (PPSV). Berikut
tahap pemberian vaksin :
a. Bayi dan Anak di bawah Usia 2 Tahun
1) PCV13
Secara rutin diberikan kepada bayi sebagai rangkaian 4 dosis,
satu dosis di setiap usia: 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan 12 sampai
15 bulan. Anak-anak yang kehilangan tembakan mereka atau
memulai seri nanti masih harus mendapatkan vaksin.
2) Jumlah dosis yang dianjurkan dan interval antara dosis akan
tergantung pada usia anak saat vaksinasi dimulai.
b. Anak-anak usia 2 sampai 5 Tahun
Sehat anak-anak 24 bulan sampai 4 tahun yang tidak divaksinasi
atau belum menyelesaikan seri PCV13 harus mendapatkan 1 dosis.
Anak-anak 24 bulan sampai 5 tahun dengan kondisi medis seperti
berikut ini harus mendapatkan 1 atau 2 dosis PCV13 jika mereka
belum menyelesaikan seri 4-dosis. Tanyakan pada penyedia layanan
kesehatan untuk rincian penyakit sel sabit, limpa limpa rusak atau
tidak,koklea implan, cairan cerebrospinal (CSF) kebocoran,HIV /
AIDS atau penyakit lain yang mempengaruhi sistem kekebalan (seperti
diabetes, kanker, atau penyakit hati), kronis jantung atau penyakit
paru-paru, atau anak-anak yang memakai obat yang mempengaruhi
sistem kekebalan tubuh, seperti kemoterapi atau steroid.
c. Anak-anak usia 6 sampai 18 Tahun
Dosis tunggal PCV13 dapat diberikan kepada anak-anak 6
sampai 18 tahun dengan kondisi medis tertentu (misalnya, penyakit sel
sabit, infeksi HIV, atau kondisi immunocompromising lainnya, implan
koklea, atau kebocoran cairan serebrospinal), terlepas dari apakah
mereka sebelumnya telah menerima vaksin pneumokokus. Tanyakan
pada penyedia layanan kesehatan untuk rincian. PCV dapat diberikan
pada waktu yang sama dengan vaksin lainnya.
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang menyertai penyakit pneumonia , sebagai berikut:
1. Efusi Pleura;
2. Empyema;
3. Pneumothoraks;
4. Piopneumotoraks;
5. Pneumatosel;
6. Abses Paru;
7. Sepsis;
8. Gagal Nafas;
9. Ileus Paralitik Fungsional.
2.9 Faktor Yang Meningkatkan Resiko Kematian Akibat Pneumonia
a. Umur dibawah 2 bulan
b. Tingkat sosial ekonomi rendah
c. Gizi kurang
d. Berat badan lahir rendah
e. Tingkat pendidikan ibu rendah
f. Tingkat pelayanan kesehatan rendah
g. Imunisasi yang tidak memadai
h. Menderita penyakit kronis
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal masuk : 10 Juli 2017 Jam : 23.00 WIB

Tanggal pengkajian : 11 Juli 2017 Jam : 08.00 WIB

Nama pengkaji : Putri Partiwi

Ruang : Melati

3.1 Pengkajian
a. Identitas Klien

Inisial : An. A
Tempat Tanggal Lahir : 10 Mei 2017
Umur : 2 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
BB : 5,4 kg
TB : 58 cm
Alamat : Muktisari
Agama : Islam
Pendidikan :-
Suku bangsa :Jawa
Diagnosa medik : Bronkopneumonia

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. K
Umur : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Muktisari
Hubungan dg klien : Ayah Kandung
c. Keluhan Utama

Keluarga mengatakan klien mengalami batuk

d. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien datang ke IGD RSUD Dr. Soedirman Kebumen pada tanggal


10 Juli 2017 jam 23.00 WIB dengan keluhan panas sejak pagi dan tak
kunjung turun, klien riwayat imunisasi di Bidan, sebelumnya klien
mengalami batuk dan pilek ± 1 minggu, batuk grok-grok, sebelumnya
sudah minum obat dari Bidan tetapi batuk tidak mereda. Saat di IGD
dilakukan pemeriksaan TTV nadi: 120x/ menit, RR: 64x/ menit, suhu:
38,9 C, auskultasi paru ronkhi, telah diberikan IVFD D5 ¼ NS 30 tpm,
injeksi Paracetamol 60 mg, Nebulizer Combivent 0,5 mg Inhalasi,
Oksigen 1 liter per menit, kemudian dibawa ke Ruang Melati pada
tanggal 11 Juli 2017 jam 01.15 WIB untuk mendapat perawatan lebih
lanjut. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 11 Juli 2017 jam 08.00
WIB, Ibu klien mengatakan klien masih batuk dan pilek, batuk grok-grok,
auskultasi paru ronkhi, irama nafas cepat, akral hangat, terpasang IVFD
D5 ¼ NS 30 tpm, terpasang Oksigen 1 liter per menit, telah diberikan
injeksi Paracetamol 60 mg pada jam 06.00 WIB, dan didapatkan hasil
TTV nadi: 116x/ menit, RR: 62x/ menit, suhu: 38,5’C.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Ibu klien mengatakan klien belum pernah mengalami batuk pilek


sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang sedang


mengalami batuk, tidak ada riwayat penyakit menular seperti TBC,
Hepatitis, HIV/AIDS, dan lain-lain. Ayah dan Nenek klien mempunyai
riwayat Hipertensi, tidak ada riwayat penyakit menurun lainnya seperti
Asma, Jantung, DM dan lain-lain. Ayah klien seorang perokok.

4. Riwayat Kehamilan

Klien anak laki-laki dari P1 A0, Ibu klien mengatakan selama hamil
klien tidak ada keluhan apapun, hanya mual muntah biasa pada trimester
pertama, selama hamil Ibu klien rutin memeriksakan kehamilannya ke
Bidan setempat. Ibu klien tidak mengkonsumsi obat apapun selama hamil
dan juga tidak mengkonsumsi jamu tradisional apapun.

5. Riwayat Persalinan

Ibu klien mengatakan klien lahir secara spontan dibantu oleh Bidan
di Puskesmas, tidak ada masalah selama proses persalinan, klien lahir
pada usia kehamilan 37 minggu, saat lahir klien langsung menangis, BBL
3000 gram dan PBL 45 cm, Ibu klien juga mengatakan klien sering
tersedak saat minum ASI.

6. Riwayat Imunisasi

Ibu klien mengatakan anaknya mendapatkan imunisasi lengkap dari


lahir hingga 2 bulan ini, yaitu imunisasi Hepatitis B, BCG, dan Polio I.

7. Riwayat Tumbuh Kembang

Ibu klien mengatakan klien sudah mulai bisa merespon dan


mengamati jika dipanggil, klien sudah bisa berdehem dan tersenyum,
klien sudah mampu menumpu badan.
8. Genogram

Keterangan

Laki-Laki :

Perempuan :

Meninggal :

Menikah :

Klien :

Ibu klien mengatakan Ayah klien anak ke 5 dari 6 bersaudara, kedua


orang tuanya masih ada dalam keadaan sehat, Ibu kien anak ke 5 dari 5
bersaudara, Ayah dari Ibu sudah meninggal karena sudah tua, Ibu masih ada
dalam keadaan sehat. Klien merupakan anak pertama, klien tinggal 1 rumah
dengan Ayah, Ibu dan Nenek dari Ibunya.

9. Kebutuhan Cairan

Kebutuhan cairan klien =100 cc/ kgBB /hari = 100 cc x 5,4 kg = 540
cc. Kenaikan suhu IWL =200 cc x (suhu badan sekarang – 36, 8 C) =
200 cc x (38,5-36,8) = 200 cc x 1,7 = 340 cc. Jadi kebutuhan cairan
klien adalah 540 cc + 340 cc = 880 cc/ hari.
10. Kebutuhan Kalori

Kebutuhan kalori klien, usia 0-6 bulan 100 Kkal/ kgBB/ hari = 100
Kkal x 5,4 kg = 540 Kkal/ hari.

11. Pola Pengkajian (menurut Gordon)


a. Pola persepsi kesehatan atau penanganan kesehatan

Ibu klien mengatakan kesehatan sangat penting sehingga jika


ada anggota keluarga yang sakit segera dibawa ke dokter atau
Puskesmas, begitu juga saat anaknya sakit keluarga segera
memeriksakannya ke Bidan terdekat. Ibu klien selalu menjaga
kebersihan rumah dan peralatan yang digunakan terutama untuk
anaknya.

b. Pola nutrisi/metabolik

Sebelum sakit, ibu klien mengatakan klien minum ASI tanpa


tambahan susu formula, klien minum ASI 2 jam sekali sekitar 1520
menit, reflek hisap kuat ASI lancar. Saat dikaji : ibu klien
mengatakan klien mengalami perubahan saat minum ASI, menyusu 2
jam sekali sekitar 10 menit, reflek hisap lemah. Ibu klien mengatakan
klien sering tersedak saat minum ASI.

c. Pola eliminasi

Ibu klien mengatakan klien menggunakan diapers, dan diganti


jika penuh yaitu sekitar 4 jam sekali, klien BAB 1x dengan
konsistensi kuning lembek dan berbau khas pada pagi hari tadi.

d. Pola aktivitas/latihan

Ibu klien mengatakan klien beraktivitas seperti biasa yaitu


berdehem dan tertawa, hanya saja selalu rewel saat badannya panas.
e. Pola istirahat dan tidur

Ibu klien mengatakan sebelum maupun sesaat sakit klien


lebih sering tidur, hanya saja klien lebih sering terbangun saat batuk,
klien tidur sekitar 15 jam sehari

f. Pola perseptif/kognitif

Ibu klien mengatakan belum mengetahui sakit yang diderita


anaknya, yang ibu tahu hanya batuk pilek biasa.

g. Pola koping/toleransi stress

Ibu klien mengatakan klien selalu rewel saat badannya panas,


sehingga ibu mengompres dahinya dengan air hangat.

h. Pola konsep diri

Ibu klien mengatakan sangat khawatir dan sedih, ibu klien


sering bertanya kondisi anaknya dan bertanya apakah anaknya akan
lama dirawat di RS.

i. Pola seksual dan reproduksi

Klien berjenis kelamin laki-laki dan tidak ada kelainan


kongenital.

j. Pola peran atau hubungan

Klien tampak tenang dan nyaman saat tidur setelah minum


ASI. k. Pola nilai dan kepercayaan Ibu klien selalu berdoa untuk
kesembuhan anaknya.
I. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik

TTV :

a. Nadi : 116x/menit
b. Suhu : 38,5 C
c. RR : 62x/menit
2. Antropometri Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar lengan atas : 13 cm
Lingkar dada : 42 cm
BB : 5,4 cm
TB : 58 cm
3. Kepala Bentuk kepala mesocephal, tidak ada benjolan maupun edema,
ubun-ubun belom menyatu, rambut tipis bersih.
4. Mata Konjungtiva an anemis, sklera an ikterik, reflek pupil an isokor.
5. Hidung Terdapat sekresi berwarna putih kekuningan, terdapat pernafasan
cuping hidung.
6. Mulut Mukosa bibir lembab, mulut bersih, belum tumbuh gigi.
7. Telinga Bersih, tidak ada serumen.
8. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun kelenjar tiroid
9. Dada Paru-paru
Inspeksi : terdapat retraksi dinding dada, irama nafas cepat
palpasi : RR: 62x/ menit, Perkusi : sonor,
Auskultasi : terdengar bunyi ronkhi.
10. Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak ada pembesaran jantung
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung S1 S2 reguler dan tidak ada suara tambahan.

11. Abdomen
Inspeksi : bentuk datar,
Auskultasi : bising usus 14x/ menit,
Palpasi : tidak ada massa, cubitan perut kembali cepat <2 detik
erkusi : terdengar bunyi timpani.
12. Genetalia Jenis kelamin laki-laki, tidak terpasang DC
13. Anus Ada lubang anus
14. Ekstremitas Atas : terpasang IVFD D5 ¼ NS 30 tpm pada tangan kiri,
akral hangat, CRT <2 detik Bawah : tidak ada kelainan gerak.
15. Kulit Turgor kulit kembali cepat, <2 detik
3.2 Diagnosis

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan infeksi, disfungsi


neuromuscular, hyperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma, trauma,
atau obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya
mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di
alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara
aktif, atau kegagalan mekanisme pengaturan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor
biologis, psikologis, atau ekonomi.
4. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional, stress, perubahan status
kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan
dan hospitalisasi.
3.3. Intervensi

Diagnosis keperawatan 1 : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

Diagnosis Rencana Keperawatan


keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
Bersihan jalan nafas tidak NOC :  Posisikan
efektif berhubungan dengan : pasien untuk
1. 1. Respiratory status memaksimalka
1. Infeksi, disfungsi : Ventilation n ventilasi
neuromuskular, 2. 2. Respiratory status  Lakukan
hyperplasia dinding : Airway patency fisioterapi dada
bronkus, alergi jalan 3. 3. Aspiration control jika perlu
nafas, asma, trauma  Keluarkan
2. Obstruksi jalan nafas Setelah dilakukan tindakan sekret dengan
: spasme jalan nafas, keperawatan selama batuk atau
sekresi tertahan, ……………… pasien suction
banyaknya mukus, menunjukkan keefektifan jalan  Auskultasi
adanya jalan nafas nafas dibuktikan dengan suara nafas,
buatan, sekresi kriteria hasil : catat adanya
bronkus, adanya suara tambahan
eksudat di alveolus, 1. Mendemonstrasikan  Berikan
adanya benda asing di batuk efektif dan suara bronkodilator :
jalan nafas. nafas bersih, tidak ada  Monitor status
sianosis dan dyspneu hemodinamik
DS : (mampu mengeluarkan  Berikan
sputum, bernafas pelembab udara
Dispneu dengan mudah, tidak kassa basah
ada pursed lips). NaCl lembab
DO : 2. Menunjukkan jalan  Berikan
nafas yang paten (klien antibiotik :
1. Penurunan suara tidak merasa tercekik,  Atur intake
nafas. irama nafas, frekuensi untuk cairan
2. Orthopneu pernafasan dalam mengoptimalka
3. Sianosis rentang normal, tidak n
4. Kelainan suara nafas ada suara nafas keseimbangan
(rales, wheezing) abnormal).  Monitor
5. Kesulitan berbicara 3. Mampu respirasi dan
6. Batuk, tidak efektif mengidentifikasikan status O2
atau tidak ada dan mencegah factor  Pertahankan
7. Produksi sputum penyebab. hidrasi yang
8. Gelisah 4. Saturasi O2 dalam batas adekuat untuk
9. Perubahan frekuensi normal mengencerkan
dan irama nafas 5. Foto thoraks dalam sekret
batas normal.  Jelaskan pada
6. Pastikan kebutuhan pasien dan
oral/tracheal suctioning keluarga
7. Berikan oksigen sesuai tentang
indikasi penggunaan
8. Anjurkan pasien untuk peralatan : O2,
istirahat dan napas suction,
dalam : inhalasi.

Diagnosis keperawatan 2 : Defisit volume cairan

Diagnosis Rencana Keperawatan


keperawatan/Masalah Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kolaborasi
Defisit Volume Cairan NOC : NIC :
(Risiko) berhubungan
dengan : 1. Fluid balance 1. Pertahankan
2. Hydration catatan intake
1. Kehilangan volume 3. Nutritional status : dan output yang
cairan secara aktif. food and fluid intake akurat
2. Kegagalan 2. Monitor status
mekanisme Setelah dilakukan tindakan hidrasi
pengaturan keperawatan selama (kelembaban
………… deficit volume membrane
DS : cairan teratasi dengan mukosa, nadi
kriteria hasil : adekuat,
Haus tekanan darah
1. Mempertahankan ortostatik), jika
DO : urine output sesuai diperlukan.
dengan usia dan BB, 3. Monitor hasil
1. Penurunan turgor Bj urin normal. lab yang sesuai
kulit/lidah 2. Tekanan darah, nadi, dengan retensi
2. Membrane suhu tubuh dalam cairan (BUN,
mukosa/kulit kering batas normal Hmt,
3. Peningkatan denyut 3. Tidak ada tanda – osmolalitas
nadi, penurunan tanda dehidrasi, urin, albumin,
tekanan darah, elastisitas turgor total protein).
penurunan kulit baik, 4. Monitor vital
volume/tekanan nadi membrane mukosa sign setiap 15
4. Pengisian vena lembab, tidak ada menit – 1 jam.
menurun rasa haus yang 5. Kolaborasi
5. Perubahan status berlebihan. pemberian
mental 4. Orientasi terhadap cairan IV
6. Konsentrasi urin waktu dan tempat 6. Monitor status
meningkat baik nutrisi
7. Temperature tubuh 5. Jumlah dan irama 7. Berikan cairan
meningkat pernapasan dalam oral
8. Kehilangan berat batas normal 8. Berikan
badan secara tiba – 6. Elektrolit, Hb, Hmt penggantian
tiba dalam batas normal nasogastrik
9. Penurunan urine 7. pH urin dalam batas sesuai output
output normal. (50-100cc/jam)
10. HMT meningkat 8. Intake oral dan 9. Dorong
11. Kelemahan intravena adekuat keluarga untuk
membantu
pasien makan

10. Kolaborasi dokter


jika tanda cairan
berlebih muncl
memburuk

11. Atur kemungkinan


transfusi

12. Persiapan untuk


transfusi

13. Pasang kateter jika


perlu

14. Monitor intake dan


urine output setiap 8
jam.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang


disebabkan oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda
asing. Insiden pneumonia berbeda untuk daerah yang satu dengan daerah yang
lain. Dan dipengaruhi oleh musim, insiden meningkat pada usia lebih 4tahun.
Dan menurun dengan meningkatnya umur. Faktor resiko yang meningkatkan
insiden yaitu umur 2bulan, gisi kurang, BBLR, tidak mendapat hasil yang
memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi kurang lengkap,
membentuk anak dan defisiensi vitamin A, dosis pemberian antibiotik yang tepat
dan adekuat, mortabilitas dapat diturunkan kurang dari 1% bila pasien disertai
dengan mall nutrisi, energi, protein,(MEP) dan terlambat berobat, kasus yang
tidak diobati maka angka mortalitasnya masih tinggi. Maka kita sebagai perawat
yang profesional dalam melakukan proses keperawatan harus memperhatikan
hal-hal tersebut. Agar implementasi yang kita berikan sesuai dengan diagnosa
keperawatan dan tepat pada sasaran.

4.2 Saran

Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk menerapkan


asuhan keperawatan yang terbaik untuk pasiennya.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M., et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC).


Missouri, USA : Elsevier.

Herdman, T.H dan Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses:


Definitions and Clasifications, 2015-2017. Oxford: Wiley Blcakwell

Moorhead, Sue, et al. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Missouri,


USA : Elsevier.

Wahid. Abd. 2013. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan Pada


Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Info Medika
William S. Linda. 2011. Understanding Medical Surgical Nursing. Amerika: F.A
Davis Company

S-ar putea să vă placă și