Sunteți pe pagina 1din 27

PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PRAKTIK DOKTER

DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

JURNAL

Nama : Iwan Nero Samosir


NIM : 090200286
Departemen/PK : Hukum Administrasi Negara
Alamat Email : iwannerosamosir@gmail.com
Nama Pembimbing : 1. Surianingsih, SH., M.Hum
2. Afrita, SH., M.Hum

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
PROCEDURE FOR OBTAINING PERMISSION TO PRACTICE PHYSICIAN
VIEWED FROM THE ADMINISTRATIVE LAW

Iwan Nero Samosir

ABSTRACT

Law No. 29 Year 2004 on Medical Practice states medical practice


settings intended to provide protection to patients , maintain and improve the
quality of medical services provided clinicians (doctors and specialists) and
dentists (dentists and dental specialists), to provide legal certainty to the
community, doctors and dentists . There are some things that are set in the law ,
one of which article 37 paragraph 2 and 3 of the License Practice (SIP ) doctors
and dentists are only given for more than 3 ( three ) points and the SIP is only
valid for 1 (one) place .
The problem in this study is how the physician practice setting permissions ,
how services permit the implementation of physician practices, how the procedures
for obtaining permission physician practices ditinhau of Administrative Law.
To answer these problems , this research is done by using the method of
normative juridical. Normative Juridical a way of examining the legal research
conducted on library materials or mere secondary data and using deductive
reasoning method , which stems from basic principles . Setting granting operating
licenses doctors and dentists practice set forth in Law No. 29 of 2004 on Medical
Practice in it gives the mandate to create an entity that will be called by KKI
(Indonesian Medical Council). Services permit the implementation of physician
practices is with the service Permit Practice (SIP) , where the concept of service
to apply the principles of decentralization , which is the authority to issue a SIP is
given to the district/city. The procedure permits the acquisition of physician
practices is a major component and has a very important role in the delivery of
health services directly to the public .. In addition to the terms of the licensing
requirements for physicians , the legislation also regulates who authorized officer
to issue / sign STR and the SIP .

Keywords : Practice Physicians Licensing Procedures


PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PRAKTIK DOKTER
DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Iwan Nero Samosir

ABSTRAK

UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menyatakan


pengaturan praktik kedokteran bertujuan memberikan perlindungan kepada
pasien, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan
dokter (dokter dan dokter spesialis) serta dokter gigi (dokter gigi dan dokter gigi
spesialis), memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter
gigi. Ada beberapa hal yang diatur dalam undang-undang tersebut, salah satunya
pasal 37 ayat 2 dan 3 tentang Surat Izin Praktik (SIP) dokter dan dokter gigi yang
hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat serta satu SIP hanya berlaku
untuk 1 (satu) tempat.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaturan izin
praktik dokter, bagaimana pelayanan pengurusan izin penyelenggaraan praktik
dokter, bagaimana prosedur perolehan izin praktik dokter ditinjau dari Hukum
Administrasi Negara. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode yuridis normative. Yuridis Normatif
yaitu suatu cara meneliti dalam penelitian hukum yang dilakukan terhadap bahan
pustaka atau data sekunder belaka dan dengan menggunakan metode berpikir
deduktif, yaitu berpangkal dari prinsip-prinsip dasar. Pengaturan pemberian izin
penyelenggaraan praktik dokter dan dokter gigi tertuang dalam Undang-undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran didalamnya memberikan
amanat untuk membuat sebuah badan yang akan disebut dengan KKI (Konsil
Kedokteran Indonesia). Pelayanan pengurusan izin penyelenggaraan praktik
dokter adalah dengan adanya pelayanan Surat Izin Praktik (SIP), dimana konsep
pelayanannya menerapkan asas desentralisasi, yaitu kewenangan untuk
mengeluarkan SIP tersebut diberikan kepada daerah kabupaten/kota. Prosedur
perolehan izin praktik dokter merupakan komponen utama dan mempunyai
peranan yang sangat penting dalam pemberian pelayanan kesehatan secara
langsung kepada masyarakat.. Disamping ketentuan persyaratan perizinan bagi
dokter, peraturan perundang-undangan juga mengatur siapa pejabat yang
berwenang untuk mengeluarkan/menandatangani STR dan SIP tersebut.

Kata Kunci : Prosedur Perizinan Praktik Dokter


Pendahuluan

Indonesia adalah sebuah negara hukum, hal tersebut telah ditegaskan

dalam pasal 1 ayat (3) UUD Negara Republik Indonesia 1945. Dalam sebuah

negara hukum terdapat pengakuan terhadap jaminan hak-hak asasi manusia yang

secara tegas dilindungi oleh konstitusi. Tujuan dari hukum adalah untuk

menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat. Selain itu hukum bertujuan

mengatur masyarakat agar bertindak tertib dalam pergaulan hidup secara damai,

menjaga agar masyarakat tidak bertindak anarki dengan main hakim sendiri

dan menjamin keadilan bagi setiap orang akan hak-haknya sehinggga tercipta

masyarakat yang teratur, bahagia, dan damai1

Dalam pembukaan UUD Negara Republik Indonesia 1945 dijelaskan

bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut

pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan perlindungan terhadap

seluruh warga negara dalam berbagai bidang kehidupan. Selain tujuan tersebut,

pemerintah juga berkewajiban melaksanakan pembangunan diberbagai bidang

dalam rangka mewujudkan kesejahterahan nasional. Berkaitan dengan hal

tersebut, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan yang ditujukan sebagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam

rangka melaksanakan pembangunan dalam bidang kesehatan.

1
Edi, Wibowo, dkk, Hukum dan Kebijakan Publik, Yogyakarta: Yayasan Pembaruan
Administrasi Publik Indonesia, 2004, hal 78
Dalam undang-undang No. 29 Tahun 2004 dikatakan bahwa Surat izin

praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter

gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi persyaratan. 2

Berkaitan dengan masalah malpraktek, instrumen perizinan yang diatur dalam

hukum administrasi negara mempunyai hubungan dengan timbulnya perbuatan

malpraktek administrasi.

Oleh karena itu instrumen perizinan menjadi salah satu faktor yang

penting ketika seorang dokter akan membuka praktek kesehatan, karena instrumen

perizinan tersebut dapat dijadikan sebagai bukti bahwa dokter yang bersangkutan

mempunyai kompeten untuk menjalankan praktik kedokterannya tersebut.

Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk

pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui

penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh

masyarakat. Penyelenggaraan praktik kedokteran yang merupakan inti dari

berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh

dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan

kewenangan yang secara terus-menerus harus ditingkatkan mutunya melalui

pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, lisensi, serta

pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan praktik

kedokteran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. untuk

memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima pelayanan

kesehatan, dokter, dan dokter gigi. Pada dasarnya tindakan medis yang dilakukan

oleh pihak rumah sakit/dokter merupakan tindakan yang sangat mulia yaitu

dengan segala upaya melakukan penyelamatan dan pertolongan terhadap pasien.


2
Pasal 1, Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Berdasarakan uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk lebih menulis

skripsi mengenai “PROSEDUR PEROLEHAN IZIN PRAKTEK DOKTER

DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA”

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan izin praktek dokter?

2. Bagaimana pelayanan pengurusan izin penyelenggaraan praktik dokter?

3. Bagaimana prosedur perolehan izin praktek dokter ditinjau dari Hukum

Administrasi Negara?

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis,

maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaturan izin praktik dokter.

2. Untuk mengetahui pelayanan pengurusan izin penyelenggaraan praktik dokter.

3. Untuk mengetahui prosedur perolehan izin praktik dokter ditinjau dari Hukum

Administrasi Negara.

Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Dalam penelitian ini, spesifikasi penelitian yang digunakan adalah

deskripif analitis. Yang dimaksud dengan deskriptif analitis, yaitu membuat

deskriptif atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta,

sifat dan hubungan antar fenomena atau gejala yang diteliti sambil

menganalisisnya, yaitu mencari hubungan sebab akibat dari suatu hal dan

menguraikannya secara konsisten dan sistematis serta logis. 3

3
Moh. Nazar, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia, 1985), hal 63
Selanjutnya, spesifikasi penelitian deskritif analitis ini digunakan

untuk menganalisis, yaitu mencari sebab akibat dari permasalahan yang terdapat

pada perumusan masalah dan menguraikannya secara konsisten, sistematis dan

logis sesuai dengan perumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian

ini.

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah

yuridis normatif. Yang dimaksud dengan metode pendekatan yuridis normatif

yaitu suatu cara meneliti dalam penelitian hukum yang dilakukan terhadap bahan

pustaka atau data sekunder belaka dan dengan menggunakan metode berpikir

deduktif, yaitu berpangkal dari prinsip-prinsip dasar.4 Selanjutnya yang dimaksud

dengan metode berpikir deduktif adalah cara berpikir dalam penarikan kesimpulan

yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum yang sudah dibuktikan bahwa dia

benar dan kesimpulan itu ditujukan untuk sesuatu yang sifatnya khusus. 5

3. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan

dokumentasi, yang merupakan hasil penelitian dan pengolahan orang lain, yang

sudah tersedia dalam bentuk buku-buku atau dokumentasi yang biasanya

disediakan di perpustakaan. 6

4
Peter MM.Penelitian Hukum. (Jakarta : Kencana, 2010), hal. 17
5
Sedarmayanti &Syarifuddin Hidayat, Metodologi Penelitian. (Bandung : Maju Mandar, 2002),
hal 23
6
Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum
(Bandung : Mandar Maju, 1995), hal 65
Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdapat dalam suatu

aturan hukum atau teks otoritatif seperti peraturan perundang-undangan, putusan

hakim, traktat, kontrak, keputusan Tata Usaha Negara. Bahan hukum primer yang

dipergunakan dalam penelitian ini terdiri dari peraturan perundang-undangan

seperti Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang

No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran beserta peraturan pelaksanaan

dari perundang-undangan tersebut.

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku

teks, jurnal-jurnal, pendapat para sarjana, serta kasus-kasus hukum. Selain itu

dalam penelitian ini dipergunakan pula bahan hukum tersier. Bahan hukum tersier

adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna

terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia

dan lain-lain.

Berdasarkan uraian mengenai metode penelitian tersebut di atas dapat

dijelaskan bahwa spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi

ini dalah deskriptif analitis sehingga metode pendekatan yang adekurat digunakan

dalam penelitian skripsi ini adalah metode pendekatan yuridis normatif, maka

jenis jenis data yang dapat digunakan adalah data sekunder yang bersifat

kualitatif. Data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan

tersier tersebut diperoleh dengan cara atau melalui suatu kegiatan yang dinamakan

studi kepustakaan/library research.


4. Teknik Pengumpulan Data

Oleh karena data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder yang bersifat kualitatif, maka teknik pengumpulan data yang

dipergunakan adalah studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah suatu kegiatan

(praktis dan teoritis) untuk mengumpulkan dan mempelajari serta memahami

data yang berupa hasil pengolahan orang lain, dalam bentuk teks otoritas

(peraturan perundang-undangan, putusan hakim, traktat, kontrak, keputusan tata

usaha Negara, kebijakan publik dan lainnya), literatur atau buku teks, jurnal,

artikel, arsip atau dokumen, kamus hukum, ensiklopedia dan lainnya.

5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

normatif. Metode kualitatif normatif ini digunakan karena penelitian ini tidak

menggunakan konsep-konsep yang diukur/dinyatakan dengan angka atau rumusan

statistic. Dalam menganalisis data sekunder tersebut, penguraian data disajikan

dalam bentuk kalimat yang konsisten, logis dan efektif serta sistematis sehingga

memudahkan untuk interprestasi data dan konstruksi data serta pemahaman akan

analisis yang dihasilkan, yaitu mencari seba akibat dari suatu masalah dan

menguraikannya secara konsisten, sistematis dan logis sesuai dengan perumusan

masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini.


Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Pengaturan Izin Praktik Dokter

Pengaturan Pemberian Ijin Penyelenggaraan Praktik Dokter dan Dokter

Gigi tertuang dalam UU Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. di

dalamnya memberikan amanat untuk membuat sebuah badan yang akan disebut

KKI (Konsil Kedokteran Indonesia). Disini Konsil Kedokteran Indonesia

mempunyai tugas :

a. melakukan registrasi dokter dan dokter gigi;

b. mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi; dan

c. melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran yang

dilaksanakan bersama lembaga terkait sesuai dengan fungsi masing-masing.

Undang-Undang No. 29/2004 baru akan berlaku setelah satu tahun sejak

diundangkan, bahkan penyesuaian STR dan SIP diberi waktu hingga dua tahun

sejak Konsil Kedokteran terbentuk.

Diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

1419/MENKES/PER/X/2005 tentang penyelengaraan Praktik Dokter dan Dokter

gigi. Di dalamnya juga termuat formulir untuk mendapatkan STR ataupu SIP.

Juga Kemudian KKI membuat peraturan yang tertuang dalam Peraturan Konsil

Kedokteran Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 tentang Registrasi Dokter dan Dokter

Gigi.

Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di

Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.


Pasal 37

(1) Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dikeluarkan oleh

pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat praktik

kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan.

(2) Surat izin praktik dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat.

(3) Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.

Pasal 38

(1) Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36,

dokter atau dokter gigi harus :

a. memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi

yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Pasal 31,

dan Pasal 32;

b. mempunyai tempat praktik; dan

c. memiliki rekomendasi dari organisasi profesi.

(2) Surat izin praktik masih tetap berlaku sepanjang :

a. surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi masih

berlaku; dan

b. tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam surat izin

praktik.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai surat izin praktik diatur dengan Peraturan

Menteri.
B. Pelayanan Pengurusan Izin Praktik Dokter

Amrah Musliinin, bahwa izin tersebut dibaginya ke dalam tiga bahagian

bentuk perizinan (vergunning) yaitu : 7

a. Lisensi, ini merupakan izin yang sebenarnya (Deiegenlyke). Dasar pemikiran

mengadakan penetapan yang merupakan lisensi ini ialah bahwa hal-hal yang

diliputi oleh lisensi diletakkan di bawah pengawasan pemerintah, untuk

mengadakan penertiban. Umpamanya : Izin rumah sakit, izin apotek.

b. Dispensasi, ini adalah suatu pengecualian dari ketentuan umum, dalam hal

mana pembuat undang-undang sebenamya dalam prinsipnya tidak berniat

mengadakan pengecualian.

c. Konsesi, disini pemerintah menginginkan sendiri dan menganjurkan adanya

usaha-usaha industri gula atau pupuk dengan memberikan fasilitas-fasilitas

kewenangan kewajiban.

Bentuk dan isi dari izin harus mengandung unsur kepastian hukum.

Penerbitan suatu izin harus tertulis dan secara umum memuat hal-hal sebagai

berikut8 :

a. Organ yang berwenang

Pada umumnya pembuat aturan akan menunjuk organ berwenang dalam

sistem perizinan, organ yang paling berbekal mengenai materi dan tugas

bersangkutan dan hampir selalu yang terkait adalah organ pemerintahan.

7
Muchsan, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1982,
hal. 12.
8
Ibid.
b. Alamat harus lengkap

Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan. Biasanya izin dikeluarkan

setelah yang berkepentingan mengajukan permohonan, sehingga keputusan

yang memuat izin akan dialamatkan kepada pihak yang memohon izin.

c. Diktum (substansi dari izin harus dimuat dalam diktum)

Keputusan yang memuat izin, demi alasan kepastian hukum harus memuat

uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan. Diktum terdiri atas

keputusan pasti yang memuat hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dituju

oleh keputusan tersebut.

d. Ketentuan-ketentuan, pembatasan-pembatasan dan syarat-syarat

Keputusan umumnya mengandung ketentuan, pembatasan-pembatasan dan

syarat-syarat merupakan substansi yang diputuskan dalam suatu izin

e. Pemberian alasan

Berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan yang harus sesuai dengan

kondisi objektif dari peristiwa atau fakta serta subjek hukum.

f. Pemberitahuan tambahan

Berisi tentang kemungkinan sanksi, kebijaksanaan yang akan dikeluarkan dan

lain-lain.

Hal-hal penting dalam perizinan, antara lain adalah 9 :

a. Penolakan izin dapat dilakukan jika berkaitan dengan masalah pembangunan

yang menyangkut kepentingan negara, lingkungan hidup, pertahanan

keamanan, ideologi dan lain-lain. Masalah kompetisi tidak dapat dijadikan

alasan untuk menolak izin.

9
Ibid.
b. Beberapa izin khusus dimungkinkan untuk dipindahtangankan

c. Adanya pembebasan bersyarat yang memiliki ukuran untuk pengambilan

keputusan atas suatu izin.

d. Perumusan izin harus jelas sesuai tujuan dari izin.

e. Dalam hal izin lingkungan hidup, dapat ditetapkan persyaratan perlindungan

terhadap pembangunan yang berkelanjutan.

f. Izin harus sesuai dengan hukum positif yang berlaku. Izin dapat dicabut

secara menyeluruh atau sebagian, jika suatu kegiatan yang diizinkan

berdampak negatif terhadap lingkungan dan tidak cukup hanya dicegah

dengan ketentuan atau penambahan persyaratan baru.

g. Kegiatan usaha musnah oleh sebab tertentu.

h. Pembatasan dari segi jangka waktu berlakunya suatu izin (pemohon tidak

melakukan perpanjangan).

Surat Izin Praktik selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis yang

diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi yang

telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktik kedokteran.

Surat Izin Praktik

Pasal 36 dinyatakan bahwa:

Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di

Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.

Pasal 37 dinyatakan bahwa:

1. Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dikeluarkan

oleh pejabat kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat

praktik kedokteran atau kedokteran gigi dilaksanakan.


2. Surat izin praktik dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat

3. Satu surat izin praktik hanya berlaku untuk I (satu) termpat praktik.

Pasal 38 dinyatakan

1. Untuk mendapatkan surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 36, dokter atau dokter gigi harus:

a. memiliki surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi

dokter gigi yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 29, Pasal 31, dan Pasal32

b. mempunyai tempat praktik; dan

c. memiliki rekomendasi dan organisasi profesi.

2. Surat izin praktik masih tetap berlaku sepanjang;

a. surat tanda registrasi dokter atau surat tanda registrasi dokter gigi

masih berlaku; dan

b. tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum dalam surat

izin praktik.

c. Ketentuan lebih lanjut mengenai surat izin praktik diatur dengan

Peraturan Menteri.

Pelaksanaan Praktik Pasal 39 dinyatakan bahwa:

Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara

dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan

kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan

penyakit dan pemulihan kesehatan.


Pasal 40 dinyatakan bahwa:

1. Dokter atau dokter gigi yang berhalangan menyelenggarakan praktik

kedokteran harus membuat pemberitahuan atau menunjuk dokter atau

dokter gigi pengganti;

2. Dokter atau dokter gigi pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

harus dokter atau dokter gigi yang mempunyai surat izin praktik.

Pasal 41 dinyatakan bahwa:

1. Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik dan

menyelenggarakan praktik kedokteran sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 36 wajib memasang papan nama praktik kedokteran.

2. Dalam hal dokter atau dokter gigi berpraktik di sarana pelayanan

kesehatan, pimpinan sarana kesehatan wajib membuat daftar dokter

gigi yang melakukan praktik kedokteran.

Pasal 42 dinyatakan bahwa:

Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dilarang mengizinkan dokter atau

dokter gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk melakukan praktik

kedokteran di sarana pelayanan kesehatan tersebut.

Pasal 43 dinyatakan bahwa:

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan praktik kedokteran diatur

dengan Peraturan Menteri.


Peran pemerintah daerah dalam pelayanan perizinan mungkin yang

terbesar dalam pengertian interaksinya secara langsung dengan masyarakat, baik

sebagai penyedia pelayanan, maupun sebagai kepanjangan tangan pemerintah

pusat di daerah. Kepentingan pemerintah daerah terhadap pelayanan perizinan

juga sangat tinggi karena perizinan mempengaruhi pendapatan dan iklim investasi

daerah. Kewenangan untuk memungut pajak dan retribusi serta penerbitan izin

diserahkan kepada pemerintah daerah menurut undang-undang dan peraturan yang

berlaku. Lebih jauh lagi, pemerintah daerah juga dapat membuat pajak lokal,

retribusi, dan perizinan melalui peraturan daerah. Namun, khususnya untuk

mencegah terjadinya pungutan pajak dan retribusi yang berlebihan serta perizinan

yang menghambat, pemerintah pusat tetap memegang kendali terhadap peraturan

daerah melalui kajian kesesuaian kebijakan akan dan peraturan daerah dengan

undang-undang dan peraturan nasional yang berlaku.10.

Saat ini terdapat banyak jenis pelayanan perizinan yang diberikan oleh

pemerintah daerah, baik yang dimandatkan oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah sendiri. Izin khusus tertentu berbeda antarsatu daerah dengan

daerah lainnya, tetapi jenis perizinan secara umum yang berlaku di hampir setiap

daerah dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori berikut. Berbagai

pelayanan perizinan publik ini dilakukan oleh pemerintah kota/kabupaten,

sehingga selain menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, desentralisasi, dan

kebijakan berbagai dinas di lingkungan pemerintah daerah memberikan pelayanan

perizinan publik. Semakin banyaknya tugas perizinan yang didelegasikan kepada

dinas-dinas ini tentu saja menambah beban kerja yang cukup signifikan.

10
Wibawa, Fahmi, Panduan Praktis Perizinan Usaha Terpadu. Jakarta: PT. Grasindo,
hal 12
Salah satu isu penting yang patut diperhatikan adalah banyaknya jenis

pelayanan perizinan ini membutuhkan keahliah teknis dalam bidang tertentu.

Keahlian teknis ini mungkin sudah atau mungkin belum dimiliki aparat di instansi

tertentu. Generalisasi terhadap isu ini tidak mungkin dapat dilakukan untuk semua

instansi di seluruh pemerintahan kabupaten/kota karena ketersediaan sumberdaya

manusia dan tingkat keahlian teknis yang dibutuhkan dalam satu bidang sangat

berbeda dari satu instansi dengan instansi lainnya dan dari satu kabupaten/kota

dengan kabupaten/kota lainnya.

C. Prosedur Perolehan Izin Praktik Dokter Ditinjau dari Hukum


Administrasi Negara

Pemerintah Daerah memberikan pelayanan dalam hal :

1. Pemeriksaan kesehatan

2. Pengobatan penyakit

3. Rawat inap

4. Pengobatan pencegahan

5. Pemeriksaan laboratorium klinis

6. Pemeriksaan air

7. Pemeriksaan radiologi

8. Pemeriksaan kesehatan lingkungan tempat usaha

9. Pemeriksaan, pengobatan tenaga kerja


Pemerintah Daerah melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

terhadap semua kegiatan dan atau urusan pelayanan kesehatan dalam rangka

memelihara kesehatan masyarakat.

Pada Pasal 6 dinyatakan bahwa : 11

(1) Setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan dan atau menyelenggarakan

sarana pelayanan kesehatan dan yang akan bekerja pada pelayanan kesehatan

di Daerah wajib memiliki izin dari Kepala Daerah.

(2) Izin penyelenggaraan Sarana Pelayanan Kesehatan terdiri dari :

a. Izin Balai Pengobatan.

b. Izin Rumah Bersalin.

c. Izin optic

d. Izin tukang gigi

e. Izin Rumah Sakit

f. Izin tanda Nomor Sertifikat Penyuluhan Industri Rumah Tangga, Makanan

dan Minuman.

g. Izin Toko Obat

h. Izin Apotik

i. Izin Salon

j. Izin Praktik Dokter Umum

k. Izin Praktik Dokter Spesialis.

l. Izin Praktik Bidan.

m. Izin Fisiotrapi.

11
Ibid
n. Izin Praktik Sinshei, Tabib, Akupuntur, Pengobatan Tradisional dan

Pengobatan Alternatif.

o. Izin Laboratorium

p. Izin praktik berkelompok dokter Spesialis/Dokter gigi Spesialis.

q. Izin Operasional Pest control, termite control dan fumigasi.

(3) Izin kerja petugas kesehatan terdiri dari :

a. Izin Apoteker.

b. Izin Asisten Apoteker.

c. Izin Refleksi

d. Izin Perawat

e. Izin Analis.

f. Izin Bidan.

g. Izin Optisi.

h. Izin Tekniker Gigi.

(4) Surat keterangan, rekomendasi setara izin :

a. Surat Keterangan Laik Sehat.

b. Surat Keterangan Lahir

c. Rekomendasi Perizinan Institusi Kesehatan.

d. Rekomendasi Perizinan Alat-alat, Bahan sanitasi di bidang kesehatan.

(5) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) di atas, si

pemohon harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala

Daerah dengan persyaratan yang akan diatur lebih lanjut dengan keputusan

Kepala Daerah.
(6) Permohonan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (4) dipersamakan dengan

SPTRD.

(7) Izin sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) di atas baru dapat diberikan

setelah jumlah retribusi yang ditetapkan dilunasi ke Kas Daerah.

(8) Apabila dianggap perlu permohonan izin sebagaimana dimaksudkan pada ayat

(4) dapat disertai perjanjian yang berhubungan dengan norma-norma sosial

yang berlaku.

Dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 15 Tahun 2002

Tentang Retribusi Pelayanan Dan Perizinan di Bidang Kesehatan dinyatakan

bahwa: (1) Jangka waktu berlakunya izin ditetapkan selama usaha berjalan dan

atau tenaga kerja yang bersangkutan masih bekerja. (2) Dalam rangka pengawasan

dan pengendalian atas izin, wajib dilakukan pembaharuan izin setiap 5 (lima)

tahun sekali. Pasal 8 dinyatakan bahwa (1) Izin diberikan atas nama pemohon. (2)

Dalam surat izin dimuat ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dan dipatuhi

oleh pemegang izin. (3) Izin tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain

kecuali atas persetujuan Kepala Daerah atau petugas yang ditunjuk. (4) Syarat-

syarat dan pengalihan izin diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.

Dalam Pasal 9 dinyatakan bahwa: Pemegang izin sebagaimana

dimaksudkan pada pasal 6 ayat (1) diwajibkan :

a. Membayar retribusi ke Kas Daerah melalui Bendahara Pembantu Khusus

Penerima Dinas.

b. Mematuhi segala ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku berkaitan

dengan masalah kesehatan.

c. Melayani dan membantu petugas dalam hal kelancaran pemeriksaan.


Selanjutnya dalam Pasal 10 dinyatakan bahwa : 12

(1) Izin penyelenggaraan saran pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksudkan

pada Pasal 6 ayat (2) dapat dialihkan atau dipindah tangankan kepada pihak

ketiga apabila akan dilakukan pengganitan nama/merk usaha, pengembangan

sarana dan penambahan tenaga kerja kesehatan, setelah mendapat persetujuan

dari Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Setiap persetujuan yang diberikan oleh Kepala Daerah atau izin sebagaimana

dimaksudkan pada ayat (1) dipungut retribusi sebesar 75 % (tujuh puluh lima

perseratus) dari tarif retribusi itu.

Izin penyelenggaraan sarana Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud

pada Pasal 6 ayat (2) dapat dicabut apabila :

a. Pemegang izin memperoleh izin secara tidak sah.

b. Terjadi memindahan letak atau lokasi.

c. Pemegang izin tidak memenuhi kewajiban yang telah ditentukan.

Pada Pasal 12 dinyatakan bahwa; Pencabutan atas izin sebagaimana

dimaksud pada pasal 11, pemegang tidak dapat mengajukan pengembalian

retribusi yang telah dibayar dan atau menuntut ganti rugi kepada Kepala Daerah.

12
Ibid
Proses dan Prosedur Perolehan Izin Praktik Dokter

Pemohon

Mengambil dan mengisi Berkas dikembalikan kepada


Formulir pengajuan izin Pemohon izin untuk
Praktik dokter dilengkapi kembali

Berkas permohonan pengajuan


izin yang diisi dan dilengkapi
oleh pemohon, diteliti oleh
petugas Dinas Kesehatan Kota
Medan

Berkas Berkas Tidak


lengkap lengkap

SIP Siap diajukan kepada


Dinas Kesehatan Kota Medan
Untuk ditanda tangani

SIP Dokter
Umum/Gigi/Spesial

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan, Tahun 2013


Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan

a. Pengaturan pemberian izin penyelenggaraan praktik dokter dan dokter gigi

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik

kedokteran didalamnya memberikan amanat untuk membuat sebuah badan

yang akan disebut KKI (Konsil Kedokteran Indonesia). Disini Konsil

Kedokteran Indonesia mempunyai tugas: melakukan registrasi dokter dan

dokter gigi; mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter

gigi; dan melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik

kedokteran yang dilaksanakan bersama lemnbaga terkait sesuai dengan

fungsi masing-masing.

b. Pelayanan pengurusan izin penyelenggaraan praktik dokter adalah

pelayanan SIP, dimana konsep pelayanannya menerapkan asas

desentralisasi, yaitu kewenangan untuk mengeluarkan SIP tersebut

diberikan kepada daerah Kabupaten/Kota, telah menimbulkan persoalan

hukum yang sangat serius. Otonomi daerah telah diartikan secara membabi

buta dan kebablasan. Ketentuan dalam undang-undang tidak lagi dipatuhi

dalam menyelenggarakan pemerintahan yang kewenangannya telah diberikan

kepada daerah. Tulisan ini mengkaji secara yuridis permasalahan

pelayanan SIP yang menjadi kewenangan daerah Kabupaten/Kota.

c. Prosedur perolehan izin praktik dokter merupakan komponen utama dan

mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemberian pelayanan

kesehatan secara langsung kepada masyarakat. Dalam melaksanakan


tugas/pekerjaannya, dokter diperbolehkan melakukan tindakan berupa

intervensi medis pada tubuh manusia. Untuk itu, sebelum melaksanakan

pekerjaan kedokterannya, seorang dokter harus memiliki Surat Tanda

Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP). STR dan SIP dapat

diberikan kepada seorang dokter setelah memenuhi persyaratan yang

ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Disamping ketentuan persyaratan perizinan bagi dokter, peraturan

perundang-undangan juga mengatur siapa pejabat yang berwenang untuk

mengeluarkan/menandatangani STR dan SIP tersebut. Untuk pelayanan

STR, dikarenakan konsep pelayanan STRnya dilakukan secara sentralisasi,

hanya oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), tidak menimbulkan

permasalahan dalam praktiknya, kecuali terkait hal teknis dalam uji

kompetensinya.

2. Saran

a. Untuk menghindari terjadinya malpraktik dan pelanggaran ketentuan-

ketentuan hukum oleh para dokter, pengaturan izin penyelenggaraan

praktik dokter agar lebih diperketat dan hendaknya pemerintah khususnya

pemerintah Kota Medan menindak para dokter yang membuka praktek

yang tidak sesuai dengan ketentuan izin penyelenggaraan praktik dokter

dan dokter gigi tertuang dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

tentang praktik kedokteran agar tidak terjadi lagi malpraktek yang

dilakukan oleh dokter . Beberapa peraturan lanjutan tampaknya harus


dibuat oleh Konsil Kedokteran dan/atau oleh Menteri Kesehatan untuk

memperjelas ketentuan yang belum jelas, yaitu tentang perijinan yang

dikaitkan dengan tempat dan jam praktik, “penempatan dokter” untuk

kepentingan pemerataan pelayanan dalam era telah dicabutnya UU WKS,

peraturan ijin praktik medis untuk perawat di Balai Pengobatan, ketentuan

kelengkapan rekam medis, manfaat informed consent, tanggungjawab

hukum, prosedur pengaduan, persidangan dan sanksi, dan lain-lain.

Demikian pula perangkat lunak lain seperti standar pendidikan, standar

kompetensi, tata-laksana ujian kompetensi, standar perilaku, standar

pelayanan medis, standar prosedur operasional, pedoman pengawasan,

pedoman audit medis, dan lain-lain.

1. Hendaknya Pelayanan pengurusan izin penyelenggaraan praktik dokter

disosialisasikan kepada masyarakat luas sehingga masyarakat tahu

mengurus perizinan khususnya perizinan dokter. Agar perizinan tidak lagi

dianggap suatu prosedur yang rumit dan merugikan, sebaiknya semua

pihak atau aparat yang berkaitan dengan Izin Praktik Dokter harus bisa

lebih informatif dan dapat memudahkan masyarakat dengan membuat

suatu peraturan yang tidak rumit tetapi tegas pelaksanaannya.


DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku :

Edi, Wibowo, dkk, Hukum dan Kebijakan Publik, Yogyakarta: Yayasan


Pembaruan Administrasi Publik Indonesia, 2004

Hilman Hadikusuma, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Ilmu Hukum
(Bandung : Mandar Maju, 1995)

Moh. Nazar, Metode Penelitian, (Jakarta : Ghalia, 1985)

Muchsan, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Liberty,


Yogyakarta, 1982

Pasal 1, Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

Peter MM. Penelitian Hukum. (Jakarta : Kencana, 2010)

Sedarmayanti & Syarifuddin Hidayat, Metodologi Penelitian. (Bandung : Maju


Mandar, 2002)

Wibawa, Fahmi, Panduan Praktis Perizinan Usaha Terpadu. Jakarta:


PT. Grasindo

S-ar putea să vă placă și