Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun oleh:
Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan
seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang
sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang penulis beri judul ”CARA MENGHINDARI PERMUSUHAN DAN
MENCIPTAKAN PERDAMAIAN DALAM ISLAM”.
Dalam penyusuna makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang
sebesar-besarnya kepada mereka, kedua orang tua dan segenap keluarga besar
penulis yang telah memberikan dukungan, moril, dan kepercayaan yang sangat
berarti bagi penulis.
Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga
semua ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan
kearah yang lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak
meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan
akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama merupakan totalitas sumber kearifan, cinta dan perdamaian
diantara sesama manusia.1 Sebagaimana makna yang terkandung dalam kata
“agama“ itu sendiri. Mengambil makna etimologi dari agama, sebagaimana
disebutkan Rohadi Abdul Fatah, kata agama berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu
“a” berarti “tidak” dan “gama” berarti “kacau”.2 Pengertian bahasa itu,
memberikan pemahaman, ketika seseorang menganut suatu agama,maka
dengannya akan timbul ketenteraman dan kedamaian serta kesejahteraan dalam
kehidupannya. Selain itu, islam-yang merupakan bagian dari agama-merupakan
konsep tuntunan kedamaian yang akan membawa manusia kepada kesejahteraan,
keadilan, dan kedamaian dalam bingkai ketundukan dan ketaatan kepada Tuhan
(Allah SWT). Namun, definisi atas agama tersebut, sepertinya belum dapat
terwujud dalam kehidupan pemeluknya, karena melihat pada fakta yang terjadi
bahwa kekerasan dan konflik atas nama agama yang ternyata semakin banyak
terjadi di Indonesia.
Mengenai konflik atas nama agama, Dadang Kahmad menyebutkan
beberapa sebab. Pertama, perbedaan pemahaman terhadap ajaran agama, yang
mana hal ini dapat menjadi sebab konflik intra-agama atau konflik antarmadzhab.
Kedua, justifikasi pemeluk agama, bahwa agama yang dipeluknya yang paling
benar, yang kemudian akan memunculkan sentimen agama. Hal ini yang akan
dapat menjadi sebab terjadinya konflik antaragama.3
Kekerasan (klonflik) atas nama agama itu, terkadang dilegitimasi dengan
dalil-dalil agama, sehingga menimbulkan kesan bahwa agama mengajarkan
kekerasan dan permusuhan.
1
Agus Purnomo. Ideologi Kekerasan: Argumentasi Teologis – Sosial Radikalisme Agama.
Cet. I (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2009) hlm. 1.
2
Rohadi Abdul Fatah, dkk. Ilmu dan Teknologi dalam Islam. Cet. III (Jakarta: PT. Rineka
Cipta,2005) hlm. 6.
3
Dadang Kahmad. Sosiologi Agama. Cet. II (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2002) hlm.
150.
1
Dalam islam-misalnya-konflik atas nama agama dilegitimasi dengan dalil-
dalil al-Qur‟an seperti perintah amar ma‟ruf nahi munkar. Sebagaimana
disebutkan dalam hadis yang menyatakan ketika seseorang melihat kemungkaran,
hendaknya mencegah dengan tangannya, ketika tidak mampu, dengan lisannya,
ketika dengan lisan tidak mampu juga maka mencegah dengan hatinya, dan yang
terakhir ini-dikatakan dalam hadis-sebagai tanda lemahnya iman.
Pemahaman secara tekstual terhadap ayat al-Qur‟an (sebagai sumber
hukum tertinggi dalam islam), menjadikan dikesampingkannya prinsip dan
konsep dasar islam yang mengusung perdamaian dan kasih sayang. Padahal,
ketika meneliti secara lebih jauh terhadap ayat al-Qur‟an dan juga hadis (yang
keduanya merupakan dasar pokok dari ajaran islam), akan dapat ditemukan bahwa
ajaran perdamaian sangat mewarnai dalam teks-teks al-Qur‟an maupun hadis
Rasulullah SAW. Sebagaimana dikemukakan bahwa tujuan diutusnya Nabi
Muhammad SAW adalah untuk menyebarkan konsep perdamaian dan kasih
sayang. Ajaran damai yang dibawa oleh Rasulullah SAW, bukan hanya
diperuntukkan bagi umat islam saja, atau kepada manusia saja, namun lebih luas
dari itu, yakni bagi seluruh alam semesta.
Melihat teori al-Qur‟an yang mengajarkan konsep perdamaian dengan
realita yang terjadi itulah, maka sangat perlu adanya ulasan yang lebih mendalam
tentang konsep rahmatan lil alamin dan bagaimana mewujudkan konsep itu dalam
kehidupan, sebagai wujud nyata ketundukan kepada Allah SWT dan sebagai
sarana untuk mendapatkan kebahagian di dunia dan di akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa prinsip ajaran Islam?
2. Apa pengertian perdamaian?
3. Bagaimana keterkaitan antara islam dan perdamaian?
4. Apa nilai-nilai ajaran Islam dalam upaya pembentukan perdamaian?
5. Apa solusi Islam dalam menghindari permusuhan dan menciptakan
perdamaian?
2
C. Tujuan
1. Mengetahui prinsip ajaran Islam
2. Mengetahui pengertian perdamaian
3. Mengetahui keterkaitan antara islam dan perdamaian
4. Mengetahui nilai-nilai ajaran Islam dalam upaya pembentukan perdamaian
5. Mengetahui solusi Islam dalam menghindari permusuhan dan menciptakan
perdamaian
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Ajaran Islam
Pada prinsipnya, Islam merupakan agama yang mengajarkan perdamaian
dan kasih sayang, menjunjung tinggi sifat tolong-menolong, saling menasehati
tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat),
tenggang rasa, kebersamaan, demokratis, keadilan, toleransi, dan seimbang antara
urusan dunia dan akhirat.4 Prinsip tersebut, sangat banyak dapat ditemukan dalam
teks-teks Al-Qur‟an, yang didalamnya mengajarkan konsep-konsep perdamaian.
Seperti Firman Allah SWT:
َ َ َٰ َ ۡ ّ ٗ َ ۡ َ َ َ ٓ َ ۡ َ ۡ َ َ ا
ٓ ٓٓ١٠٧ٓمٓإَِّلٓرۡحةٓى ِيعي ٍِني ٓ َٰوٌٓآأرشين
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (Q.s. Al-Anbiya‟: 107)
4
Yatimin Abdullah. Studi Islam Kontemporer. Cet. I (Jakarta: AMZAH,2006) hlm. 19.
5
Lebih jelasnya, baca: Wahbah Zuhaili. At-Tafsir al-Wajiz „ala Hamisyi al-Qur‟an al-
„Adhim. Cet. II (Damaskus: Daar al-Fikr,1996) hlm. 332.; Ali Ash-Shabuni.Shafwah at-
Tafasir.Juz. II. Cet. IV (Bairut: Daar Al-Qur‟an al-Karim,1981) hlm. 277
4
tercermin pula dalam berbagai teks-teks ayat yang lain yang memberikan
larangan kepada manusia untuk melakukan kerusakan di muka bumi, larangan
membunuh tanpa alasan yang benar, anjuran untuk mengusahakan perdamaian di
muka bumi, merugikan orang lain, dan lain sebagainya yang pada intinya adalah
anjuran untuk selalu mengusahakan kebaikan dan kemaslahatan dalam hidup di
dunia.6 Perintah mewujudkan perdamaian, kasih-sayang, dan segala macam
bentuk kebaikan itu, merupakan bagian dari tugas manusia sebagai khalifah fiy
al-ardh.7
Selain itu, terdapat pula teks-teks ayat yang menjelaskan tentang konsep
persaudaraan, saling memahami satu dengan yang lainnya, larang berprasangka
buruk, mengolok-olok orang lain, berlaku adil, melakukan perbuatan keji dan
mengadakan permusuhan, serta tidak memaksanakan kehendak, termasuk
memaksakan agamanya kepada orang lain.
Berbagai perintah dan larang yang disebutkan dalam teks-teks Al-Qur‟an
tersebut, merupakan sebuah bukti nyata bagaimana Allah SWT memerintahkan
kepada hamba-Nya untuk selalu menebarkan kasih sayang, kedamaian dan
kebaikan kepada semua makhluk-Nya, yang semua itu merupakan usaha untuk
mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan.
Konsep perdamaian, cinta dan kasih sayang, juga dijelaskan oleh Abu
„Usman „Amr bin Bahr. Menurutnya, seharusnya manusia itu dapat membiasakan
diri untuk mencinta, mengasihi dan menyayangi, bersimpati, bermurah hati
kepada semua manusia, karena semua manusia merupakan satu kesatuan yang
harmonis dan memiliki hak-hak dan kondisi yang sama.8
6
Tentang ayat-ayat yang menganjurkan melarang berbuat keburukan serta perintah untuk
berbuat kebaikan, dapat dibaca dalam teks-teks al-Qur‟an, seperti: Q.s. an-Nisa: 114, Al-Qashas:
77, Asy-Syu‟ara: 183, Al-Maidah: 32, Al-An‟am: 151, dan al-Isra‟: 33, dan masih banyak lagi
teks-teks ayat al-Qur‟n yang mengajarkan kepada perdamaian, larang berbuat kejahatan, dan
perintah untuk berbuat kebaikan.
7
Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah:30, selanjutnya, tentang konsep perintah
ishlah (melakukan perbaikan,perdamaian) di dunia ini, Muhammad Thahir bin „Asyur juga
mengemukakan dalam kitabnya, bahwa sesungguhnya islam itu menyuruh kepada manusia untuk
melakukan ishlah (perbaikan, perdamaian) kepada manusia, karena perdamaian kepada manusia
akan mewujudkan kebaikan di alam. (Muhammad Thahir bin „Asyur. Ushul an-Nidham al-Ijtima‟i
fiy al-Islam. Cet. II (Asy-Syirkah at-Tunisiah,tt) hlm. 103.
8
Abu „Usman „Amr bin Bahr. Tahdzib al-Akhlak. Cet. I (Daar as-Shahabah,1989) hlm. 55
5
Penjelasan-penjelasan tersebut diatas, sangat selaras dengan konsep tujuan
adanya syariat adalah perbaikan (ishlah) dan menghilangkan kerusakan.9 Wahbah
Zuhailiy menjelaskan pula, bahwa maksud dari syari‟at adalah mewujudkan
kebaikan dalam kehidupan manusia, dan menghilangkan kemadharatan bagi
mereka.10 Keterangan senada juga dikemukakan oleh Said Agil Husen al-
Munawar, yang pada intinya bahwa dalam merealisasikan syariat islam,
hendaknya mengedepankan lima prinsip, yakni; Pertama, pemeliharaan terhadap
jiwa dan nyawa manusia, Kedua, perlindungan terhadap agama itu sendiri; ketiga,
memelihara akal yang merupakan nikmat dari Allah; keempat, pemeliharaan
harta kekayaan, dan kelima; menjaga keturunan.11
Beberapa teks al-qur‟an telah menampakkan bagaimana Allah SWT
melarang hamba-Nya berbuat kerusakan dan permusuhan di muka bumi dengan
berbagai kemaksiatan, termasuk didalam kekerasan-kekerasan dan permusuhan-
permusuhan serta peperangan. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa kekerasan
dan permusuhan akan membawa kemadharatan yang banyak.
Selain teks-teks Al-Qur‟an, teks-teks hadis Rasulullah SAW pun banyak
menjelaskan tentang konsep perdamaian islam. Sebagaimana, rasulullah SAW
menyatakan dengan tegas bahwa diutusnya merupakan rahmat bagi seluruh alam.
ْ َُْ َْ ّ َ َ َ ْ ُْ ََ ُ ْ َ ْ َ ُ َ ََْ َ َ َ َ َ ُ َ ا
ٓح
ٓ ن ٓل ًٓ ٓأبػ
ٓ ِ ِ ْشك ِني ٓكال ٓ« ٓإ
ِ ٍعَ ٓأ ِِب ْٓريرة ٓكال ٓؼِيو ٓيا ٓرشٔل ٓاَّللِٓادع ٓلَع ٓال
ً ْ
َ تٓ َر ْ ً ا َ
ٓ .»ٓۡح ٓة ٓ ُ ى اػاُآِإَون ٍَآبُػِد
“Dari Abu Hurairah, dia berkata: Sesunguhnya aku tidak diutus sebagai tukang
melaknat, sesungguhnya aku diutus hanya sebagai rahmat”.12
9
Muhammad Thahir bin „Asyur. Maqashid Syari‟at al-Islamiyyah. (Daar an-Nafa-is,tt) hlm.
274.
10
Wahbah Zuhaili. Al-Wajiz fiy Ushul al-Fiqh. Cet. I (Bairut: Daar al-Fikr al-Mu‟ashir,1999)
hlm. 217.
11
Said Agil Husin Al-Munawar. Al-Qur‟an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. (Jakarta:
Ciputat Press, 2002) hlm. 345-346
12
Muslim bin Hajjaj al-Qusairiy an-Naisaburiy.Shahih Muslim. Kitab Birr wa Shilah, Bab.
Nahyi „an La‟ni ad-Dawab wa ghairih, No. hadis. 2598, Cet. I (Riyadh: Daar at-Tayyibah,2006)
hlm. 1204
6
Pernyataan-pernyatan dari teks-teks Al-Qur‟an dan hadis, merupakan
bukti yang jelas bagaimana islam mengajarkan konsep perdamaian dan melarang
adanya perpecahan dan permusuhan serta peperangan.
B. Pengertian Perdamaian
Damai memiliki banyak arti, arti kedamaian berubah sesuai dengan
hubungannya dengan kalimat. Perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan
mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan perang, atau ke sebuah periode di mana
sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh. Damai dapat juga berarti
sebuah keadaan tenang, seperti yang umum di tempat-tempat yang terpencil,
mengijinkan untuk tidur atau meditasi. Damai dapat juga menggambarkan
keadaan emosi dalam diri dan akhirnya damai juga dapat berarti kombinasi dari
definisi-definisi di atas.
Manusia yang telah dianugerahi akal dan nafsu dipercaya oleh Tuhan
untuk menjadi khalifah-Nya dengan misi menjaga bumi dari kerusakan. Untuk
menjadi keseimbangan antara ke dua kekuatan yang dimiliki manusia tersebut,
Agama adalah jawabannya 13. Oleh karennya Allah mengutus rasul-rasul-Nya
guna menyebarkan ajaran-ajaran yang dapat menjadi pelita manusia dalam
mengarungi bahtera kehidupan ini. Islam merupakan penyempurna dari ajaran-
ajaran sebelumnya. Dan ia adalah agama samawi terakhir yang dibawa oleh Rasul
terakhir dan untuk umat terakhir yang hidup di zaman akhir. Dengan berpedoman
pada Al- Qur‟an dan As-Sunnah maka Islam mampu menjawab tantangan zaman
semenjak kemunculannya, zaman ini hingga yang akan datang.
Islam muncul untuk menjadi “penyelamat” dunia sebagai Rahmatan Lil
„Alamin oleh karenanya setiap ajaran Islam memiliki nilai kebenaran yang tidak
diragukan lagi. Ia berusaha menciptakan perdamaian di bumi sehingga umat
manusia dan seluruh makhluk Allah dapat hidup sejahtera. Islam dengan
pengertian epistimologi memiliki makna penyerahan diri, pasrah, patuh dan
tunduk kepada kehendak Allah, ia adalah agama yang membawa kemaslahatan
13
Sayyid Qutub, Islam dan Perdamaian Dunia, (PT Temprint: Jakarta, 1987) hlm. 34
7
bagi pemeluknya baik di dunia maupun di akherat. Firman Allah SWT dalam Q.S
Ali Imran ayat 85:
َ ۡ َ َِ ُ َ ُ ۡ َ َ ۡ ُ َ َ ٗ َٰ َ ۡ ۡ َ ۡ َ َ ۡ َ َ َ
َٓ ِس
ٓٓ٨٥َٓي ِ ِ َٰ خ ى ٱٓ َِ
ٌ ٓ ٓ
ة رخِ ٓأۡلٱٓ ِٓف َ
ِ وٌَٓيبجؼِ ٓغۡيٓٱ ِۡلشل ًِٓٓدِيِآفيَٓيلبوٌِِّٓٓو
ٔ ْ
8
mutlak setiap individu.14 Bahkan kehadiran damai dalam kehidupan setiap mahluk
merupakan tuntutan, karena dibalik ungkapan damai itu menyimpan keramahan,
kelembutan, persaudaraan dan keadilan. Dari paradigma ini, Islam diturunkan
oleh Allah SWT ke muka bumi dengan perantaraan seorang Nabi yang diutus
kepada seluruh manusia untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, dan bukan
hanya untuk pengikut Muhammad semata.
Islam pada intinya bertujuan menciptakan perdamaian dan keadilan bagi
seluruh manusia, sesuai dengan nama agama ini: yaitu al-Islām. Islam bukan
nama dari agama tertentu, melainkan nama dari persekutuan agama yang dibawa
oleh Nabi-Nabi dan dinisbatkan kepada seluruh pengikut mereka. Itulah misi dan
tujuan diturunkannya Islam kepada manusia. Karena itu, Islam diturunkan tidak
untuk memelihara permusuhan atau menyebarkan dendam di antara umat
manusia. Konsepsi dan fakta-fakta sejarah Islam menunjukan, bagaimana sikap
tasāmuh (toleran) dan kasih sayang kaum muslim terhadap pemeluk agama lain,
baik yang tergolong ke dalam ahl al-Kitab maupun kaum mushrik, bahkan
terhadap seluruh makhluk, Islam mendahulukan sikap kasih sayang,
keharmonisan dan kedamaian. Di dalam Islam gagasan tentang perdamaian
merupakan pemikiran yang sangat mendasar dan mendalam karena berkait erat
dengan watak agama islam, bahkan merupakan pemikiran universal islam
mengenai alam, kehidupan, dan manusia.15 Yang dimaksud universal disini adalah
pemikiran Islam yang sama tujuannya dengan ajaran-ajaran Nabi-Nabi terdahulu
dalam upaya menciptakan kemanusiaan dan keadilan di muka bumi.
Nilai-nilai perdamaian pada hakikatnya banyak termaktub dalam Al-
Qur‟an dan juga secara jelas diindikasikan dalam berbagai riwayat Hadis Nabi.
Tidak ada satu ayat pun dalam Al-Qur‟an, dan tidak ada satu Hadis pun yang
mengobarkan semangat kebencian, permusuhan, pertentangan, atau segala bentuk
perilaku negatif yang mengancam stabilitas dan kualitas kedamaian hidup. Al-
Qur‟an menegaskan bahwa Rasulullah SAW diutus oleh Allah untuk menebarkan
kasih sayang seperti yang terkandung dalam QS. Al-Anbiya: 107
14
Syarifuddin Jurdi, Islam dan Ilmu Sosial Indonesia. (LABSOS UIN Sunan Kalijaga:
Yogyakarta, 2011) hlm 45.
15
Sayyid qutub, Islam dan perdamaian dunia, (Jakarta:firdaus,1987), hlm. 7
9
َ َ َٰ َ ۡ ّ ٗ َ ۡ َ َ َ ٓ َ ۡ َ ۡ َ َ ا
ٓ ٓ١٠٧ٓوٌٓآأرشينَٰمٓإَِّلٓرۡحةٓى ِيعي ٍِني
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam. (QS. Al-Anbiyaa‟ : 107)
Ada berbagai pendapat tentang kejelasan maksud arti dari “rahmat bagi
semesta alam”, ada yang berpendapat bahwa rahmat tersebut hanya berlaku untuk
orang islam saja dan ada yang mengatakan bahwa rahmat tersebut berlaku untuk
seluruh umat manusia. Kami sepakat dengan pendapat yang kedua bahwa kasih
sayang diberikan kepada siapa saja yang berada di muka bumi tanpa membedakan
dari segi apapun baik suku, bangsa, agama, ras dan lain sebagainya sesuai dengan
watak perdamaian dalam islam.
Di samping sumber dari Al-Qur‟an, hadits-hadits juga banyak
mencantumkan tema perdamaian.
Sebagai contoh, “Allah mencintai kelembutan, Allah memberikan
keberkahan atas kelembutan, dan bukan atas kekerasan” (H.R. Muslim). Dalam
hadits tersebut, perdamaian digambarkan dengan kelembutan. Artinya,
perdamaian akan tercipta jika setiap orang melakukan sesuatu dengan kelembutan.
Misalnya di Negara kita yang multikultural ini, perbedaan-perbedaan akan selalu
ada, baik agama, kebudayaan, warna kulit dan lain sebagainya. Maka jika
kelembutan tidak kita terapkan dalam menerima perbedaan tersebut maka
perdamaian tidak akan terwujud.
10
َۡ ََ ٗ ۡ َ ََ ٗۡ َ َ ُ َ َۡ ََ َ ُ َُ َ ُ ََُ ۡ َ ا
ًَِٓٓيظيٌػل ٓد ٓنذبٔكًٓبٍِآتلٔلٔن ٓػٍآتصج ِطيػٔن َٓصفآوَّل ُٓۡص ۚا ٓو
َ ٗ َ َ ُۡ ُ ۡ ُ ّ
ٗ آنب
ٓ ٓ١٩ٓۡياِ ٌِِؾًُٓ ِذكّٓغذاب
maka sesungguhnya mereka (yang disembah itu) telah mendustakan kamu
tentang apa yang kamu katakan maka kamu tidak akan dapat menolak (azab)
dan tidak (pula) menolong (dirimu), dan barang siapa di antara kamu yang
berbuat zalim, niscaya Kami rasakan kepadanya azab yang besar
11
Jadi yang membedakan derajat seseorang atas yang lainnya hanyalah
ketakwaan. Yang paling bertakwa dialah yang paling mulia. Dengan adanya
persamaan derajat itu, maka semakin meminimalisir timbulnya benih-benih
kebencian dan permusuhan di antara manusia, sehingga semuanya dapat hidup
rukun dan damai.
d. Memberikan Kebebasan
Islam menjunjung tinggi kebebasan, terbukti dengan tidak adanya
paksaan bagi siapa saja dalam beragama, setiap orang bebas menentukan
pilihannya. Firman-Nya QS Al-Baqarah : 256:
َۡ ۡ َ ّ َ اَا
ِٓ ّ نيٓٱ ُّلرش ُٓدٌٓ ََِٓٱى َ ۡ ٓٓ َ
...ٓۚغ ِيَٓكدٓثب ِ َّلٓإِن َراه
ِٓ ِٓفٓٱل
12
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya
telah jelas jalan yang benar dari pada jalan yang salah (QS Al-Baqarah :
256).
16
Sayyid Qutub, Islam dan perdamaian dunia, (Jakarta:firdaus,1987), hlm. 17
13
f. Menganjurkan Toleransi
Islam menganjurkan kepada umatnya saling toleransi atas segala
perbedaan yang ada, dalam rangka mencegah terjadinya pertikaian yang dapat
merugikan semua pihak. Dalam firman-Nya QS Fushshilat : 34-35:
َ َ ۡ َ ُ َ َ ا ا ّ َُ َۡۡ ا َ َ ُ َ َ َۡ َ ۡ َ ََ
َّٓت ٓ ِِه ٓأحصَ ٓفإِذا ٓٱَّلِي ٓ ِ َّل ٓتصجِٔي ٓٱۡلصِ ٓة ٓوَّل ٓٱلصيِئ ٓة ۚٓٱدػ ٓع ٓٓب ِٱى ٓو
ْ ُ َ َ َ َ َ ُ َ ا َٰ َ ٓ ا ا ّٞ َ ٌّ َ ُ ّ َ َ اٞ َ َٰ َ َ ُ َ ۡ َ َ َ َ ۡ َ
ِٓيَ ٓصبوا ٓ ٓوٌا ٓييلىٓا ٓإَِّل ٓٱَّل٣٤ٓ ًبيِم ٓوبيِ ّٓۥ ٓغدوة ٓنأُ ّٓۥ ٓو ِِل ٓۡحِي
َ ّ َ ُ َ َ ُ َ ا َٰ َ ٓ ا
ٓ ٓ٣٥ٓيم ٖ وٌآييلىٓآإَِّلٓذوٓح ٍظٓغ ِظ
"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan
cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat
yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar
dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai
keberuntungan yang besar" (QS Fushshilat : 34-35).
14
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo‟alah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketemtraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS AlTaubah : 103).
Maha Suci Allah yang telah mewajibkan zakat bagi hambanya yang
mampu guna meringankan beban orang-orang miskin. Firman-Nya QS Al-
Taubah: 60:
َ َ ۡ َ َٰ َ َ َ ۡ َ َ ۡ َ ا َٰ َ ٍَ ۡ ٓوٱل ٓ َ ُ ۡ ُ َٰ َ َ ا ا
ِٓٓٓوٱل ٍُؤىفة
ٓ ني ٓغييٓا ٓ ِ ِني ٓ ٓوٱىع ٍِي
ِٓ سه َٓ ِت ٓل ِيفل َراء ٓ ۞إِن ٍَا ٓٱلصدق
ٗ َ َ
ٓيو ٓف ِريظة ِٓ ِ لصب
ا
ِٓ َّۡللِ ٓ َٓوٱب
َ ٓٱ ا ٓ يو ٓٱ ب َ ِني ٓ َوِف
ٓش َٓ ٌاب ٓ َٓوٱ ۡى َغَٰر
ٓ
َّ
ك لرٱ ٓ ِفٓو ُ ُكُي
َ ًۡ ُٓ ٔب
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ٌ ِ َّللٓ َغي ا ا
ٓ ٓ٦٠ًِٓي ّٞ ٓحه َ ًي ٓ ٌّ ََِٓٱ
ُٓ َّللِۗۡٓ َٓوٱ
"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, penguruspengurus zakat, para Mu‟allaf yang dibujuk
hatinya untuk (memerdekaan) budak, orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu
ketetapan yang diwajibkan Allah; Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Biajaksana"( QS AlTaubah: 60).
15
E. Solusi Islam dalam Menghindari Permusuhan dan Menciptakan
Perdamaian
Salah satu aksi yang bisa menimbulkan permusuhan adalah contohnya
Aksi kekerasan/terorisme yang melanda Indonesia, dari Bom Malam Natal tahun
2000, kediaman kedutaan Philipina tahun 2001, Bom Bali I tahun 2002, Kedutaan
Australia tahun 2004, dan Bom Bali II Oktober 2005. Pada tanggal 12 Oktober
2002 pukul 23.15 WITA terjadi ledakan bom di Bali tepatnya di Paddy‟s Cafe dan
Sari Club di Jalan Legian.
Adapun penanganan tersebut diatas seperti radikalisme/terorisme/non-
perdamaian. Pertama, Perlu dilakukan secara terus menerus dan mutlak
memerlukan kerjasama yang terpadu lintas instansi dan lintas negara. Untuk itu
diperlukan penanggulangan secara komprehensif yang melibatkan peran dan
fungsi berbagai instansi Pemerintah baik pusat maupun daerah dan bekerjasama
dengan komunitas internasional dengan dukungan dan partisipasi segenap
komponen bangsa. Meskipun bangsa Indonesia tengah menghadapi masalah
terorisme namun demikian ternyata dalam masyarakat masih terjadi perdebatan
tentang penanganan terorisme di Indonesia oleh pemerintah. Bagi sebagian
kelompok di masyarakat, penanganan terorisme di Indonesia hanyalah untuk
mengikuti keinginan Amerika Serikat. Perang dianggap sebagai bentuk
perpanjangan tangan kepentingan Amerika Serikat dalam memerangi Islam.
Kedua, Lebih jauh lagi, pesan-pesan perdamaian yang ada dalam Islam
tidak hanya berupa nilai-nilai normatif belaka. Fakta sejarah telah membuktikan
adanya usaha untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam tataran realita. Piagam
Madinah, misalnya, merupakan contoh konkrit upaya Nabi SAW mewujudkan
perdamaian. Tujuan utama dari Piagam yang berjumlah 47 pasal itu, pada
hakekatnya, adalah mewujudkan prinsip perdamaian serta mengembalikan
keharmonisan pada masyarakat Madinah pada masa itu. Secara eksplisit,
ketetapan prinsip ini juga terekam dalam beberapa pasal dalam Piagam itu. Antara
lain pada pasal 17 yang menyatakan bahwa seluruh umat Islam harus bersatu dan
mengambil peran yang sama bila mengadakan perdamaian dengan pihak lain. Di
samping itu, pada pasal 45 juga dinyatakan bahwa agar orang-orang mukmin aktif
16
dan gemar dalam menerima serta memprakarsai perdamaian. Seperti dalam firman
Allah SWT Qs. An-Nahl: 125 berikut ini:
ا ۡ َ َ َ َ َۡ َ ۡ ۡ ۡ َ َ َ ع ٓإ َ ََٰل
ُ ۡ
ِٓه ٓ ِ ج َٰ ِدل ًُٓ ٓٓب ِٱى
َ ِ ٓ َّت ٓر ّبِم ٓٓب ِٱۡل ِه ٍَ ِٓة ٓ َٓوٱل ٍَ ۡٔغِظ ِٓة ٓٱۡلصِ ِٓة ٓو يو
ِ ِ ب ٓش ِ ٓ ٱد
َ َ ۡ ُ ۡ َُۡ َ َُ َ َ َ َ ۡ َ ُ ا َا َ َُ َ ۡ َُ َ َ ا
ٓ ٓ١٢٥َٓيٓ أحصَۚٓإِنٓربمْٓٔٓأغيًٓبٍَِٓطوٓغَٓشبِيي ِ ِّٓۦٓؤْٓأغيًٓٓب ِٱلٍٓج ِد
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk
17
yang menjanjikan keselamatan dan kesejahteraan. Hal ini sesuai dengan firman
Allah swt, QS. Al Anbiya: 107
َ َ َٰ َ ۡ ّ ٗ َ ۡ َ َ َ ٓ َ ۡ َ ۡ َ َ ا
ٓ ٓ١٠٧ٓوٌٓآأرشينَٰمٓإَِّلٓرۡحةٓى ِيعي ٍِني
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.” (QS. Al Anbiya: 107)
18
Begitu pula dalam surat Al Baqarah ayat 120:
ُ ُۡ ا ا َ َ َ ۡ َ َٰ َ َ ۡ َ ُ ُ َ َ ا َ َٰ َ َٰ َ ا َٰ َ ا
َّٓت ٓثتب ِ َع ٓمِي َج ُٓ ًۡۗۡ ٓكو ٓإِن ْٓ َدى ى ٓح
ٓ ٔد ٓوَّل ٓٱنلصر ٓ ٓوىَ ٓثرَض ٓغِم ٓٱۡل
َ َ َ ۡ ۡ َ َ ََٓ اَ ۡ َ َ ۡ ََٓ ُ َ ۡ َ ا َ َٰ َ ُ ۡ َ ُ ا
ٓتٓأْٔاءًْٓبػدٓٱَّلِيٓجاءكٌَِٓٓٱىػِي ًٌِٓٓآلم ٓ ىۗۡٓ َوىه ِ َِٓٱتبػ
ٓ َّللِْٓٔٓٱلٓد
ٓ ٱ
َ ََ ّ َ ا
ٓ ٓ١٢٠ٓۡي
ٍ ُِٓلٓوَّل
صِ ٓ ٌ ََِٓٱ
ٖ ِ َّللٌَِِٓٓو
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepadamu hingga
kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah
itulah petunjuk (yang sebenarnya). Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti
kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi
menjadi pelindung dan penolong bagimu.”
Sifat Rasul dalam menyampaikan ajaran Islam di zaman itu bisa menjadi
teladan kita di tengah adanya berbagai fitnah maupun usah pemecahbelahan umat
Islam yang akhir-akhir ini semakin menjadi, baik berupa film, tulisan, buku, dan
lain sebagainya. Keimanan kita sebagai umat Islam sedang diuji oleh Allah swt, di
mana kita merasa marah di kala kesucian Islam diporak-porandakan, sehingga
Islam memiliki image yang buruk di mata dunia. Maka ingatlah kita akan firman
Allah dalam surat Ali Imran ayat 103:
ْ َُ ۡ َ ُ ْ َۡ ا َ ٗ ََ ََ ا
ٓ ٓ...ٔا
ٓ َّللَِٓجِيػآوَّلٓتفرك
ٓ ٔآ ِِبب ِوٓٱ
ٓ ٍٓوٱعج ِص
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai.”
Ada dua hal utama yang perlu diketahui dari ayat tersebut. Pertama,
makna rahmatan. Secara linguistik, rahmatun berarti kelembutan dan kepedulian
(alriqqah wa al-ta‟aththuf). Kedua, makna lil‟alamin. Para ulama berbeda
pendapat dalam memahami ayat ini. Ada yang berpendapat bahwa cinta kasih
19
Rasulullah saw. hanya untuk orang muslim saja. Tapi ulama lain berpendapat
bahwa cinta kasih Rasulullah saw untuk semua umat manusia. Hal ini mengacu
pada ayat terdahulu yang menyatakan bahwa Rasulullah diutus untuk seluruh
umat manusia (kaffatan li annas). Sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim disebutkan pula bahwa “sesungguhnya saya tidak diutus sebagai pemberi
laknat, tapi saya diutus untuk member rahmat”.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Damai memiliki banyak arti, arti kedamaian berubah sesuai dengan
hubungannya dengan kalimat. Perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan
mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan perang, atau ke sebuah periode di mana
sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh. Damai dapat juga berarti
sebuah keadaan tenang, seperti yang umum di tempat-tempat yang terpencil,
mengijinkan untuk tidur atau meditasi. Damai dapat juga menggambarkan
keadaan emosi dalam diri dan akhirnya damai juga dapat berarti kombinasi dari
definisi-definisi di atas.
Di dalam Islam gagasan tentang perdamaian merupakan pemikiran yang
sangat mendasar dan mendalam karena berkait erat dengan watak agama islam,
bahkan merupakan pemikiran universal islam mengenai alam, kehidupan, dan
manusia. Agama Islam yang disebarkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad
merupakan agama yang ditujukan demi kesejahteraan dan keselamatan seluruh
umat sekalian alam. Kata Islam sendiri yang berasal dari bahasa Arab berarti
tunduk, patuh, selamat, sejahtera, dan damai. Maka, agama Islam mengajarkan
umatnya untuk selalu menegakkan perdamaian di dunia sehingga persaudaraan
dapat terjalin dengan erat.
Islam juga mengajarkan bagaimana menghadapi perpecahan dan segala
perselisihan yang bermaksud memecah belah umat. Nilai-nilai perdamaian pada
hakikatnya banyak termaktub dalam al-Qur‟an dan juga secara jelas diindikasikan
dalam berbagai riwayat Hadis Nabi. Tidak ada satu ayat pun dalam al-Qur‟an, dan
tidak ada satu Hadis pun yang mengobarkan semangat kebencian, permusuhan,
pertentangan, atau segala bentuk perilaku negative dan represif yang mengancam
stabilitas dan kualitas kedamaian hidup.
21
B. Saran
Pada kenyataannya, pembuatan makalah ini bersifat sangat sederhana dan
simpel. Pembuatan makalah ini masih memerlukan kritikan dan saran bagi
pembahasan materi ini. Maka saran dan kritikan dari teman mahasiswa sangat
kami butuhkan untuk perbaikkan makalah ini menjadi lebih baik.
22
DAFTAR PUSTAKA
23