Sunteți pe pagina 1din 3

BUDAYA KERJA

1. Work culture emerges from that which is shared between the organizational members including
beliefs, attitudes, values and norms of behaviour and refers to the system of common symbols
and socially shared opinions rather than personal opinions (Alvesson, 2002).

Budaya kerja muncul dari apa yang dibagi antara anggota organisasi termasuk keyakinan, sikap,
nilai-nilai dan norma perilaku dan mengacu pada sistem simbol umum dan pendapat bersama
secara sosial daripada pendapat pribadi (Alvesson, 2002).

Men in kindergartens: work culture and gender


Hege Eggen Børve
Published online: 24 Mar 2016. (1-12)
Department of Business, Social and Environmental Sciences, Nord University, Levanger, Norway
EARLY CHILD DEVELOPMENT AND CARE, 2016
Routledge Taylor & Francis Group

2. The construction of work culture does not operate in a vacuum; it is embedded in the particular
institutions and their historical context and traditional circumstances (West & Zimmerman,
1987).

Konstruksi budaya kerja tidak beroperasi dalam ruang hampa; itu tertanam dalam institusi
tertentu dan konteks historis dan keadaan tradisional mereka (West & Zimmerman, 1987).

Men in kindergartens: work culture and gender


Hege Eggen Børve
Published online: 24 Mar 2016. (1-12)
Department of Business, Social and Environmental Sciences, Nord University, Levanger, Norway
EARLY CHILD DEVELOPMENT AND CARE, 2016
Routledge Taylor & Francis Group

3. According to Deal and Kennedy, work culture is the core values held by an institution, second,
heros, referring to the models of leadership, third, rites and rituals, which refers to the working
methods contained in the organization, and the fourth is cultural framework which refers to a
system of informal communication within the organization (Wan Rafaei, Habibah Elias and
Malini Ratnasingam, 1993).

Menurut Deal dan Kennedy, budaya kerja adalah nilai-nilai inti yang dipegang oleh suatu
institusi, kedua, tokoh, mengacu pada model kepemimpinan, ketiga, tata cara dan adat, yang
merujuk pada metode kerja yang terkandung dalam organisasi, dan yang keempat adalah
budaya kerangka kerja yang mengacu pada sistem komunikasi informal dalam organisasi (Wan
Rafaei, Habibah Elias dan Malini Ratnasingam, 1993).
Leadership Style Head of Polytechnic Department and Regard with to Work Culture
Nur Hasliza Binti Jamaludin, Nor Azlin Binti Naim, Nur Azzarina Binti Khamis, Normah Binti Zakaria
(Ph.D)
Journal of Education and Practice www.iiste.org
ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN 2222-288X (Online)
Vol.6, No.15, 2015
Fakulti Pendidikan Teknikal & Vokasional, Universiti Tun Hussein Onn Malaysia

4. Some models work culture has been shown by several studies, such as culture authoritarian,
bureaucratic culture, cultural tasks (functional), individualistic culture, the culture of bargaining
and cultural collectively (Murray and Siew Peng Yong, 1992).

Beberapa model budaya kerja telah ditunjukkan oleh beberapa penelitian, seperti budaya
otoriter, budaya birokrasi, tugas budaya (fungsional), budaya individualistis, budaya tawar
menawar dan budaya secara kolektif (Murray dan Siew Peng Yong, 1992).

Leadership Style Head of Polytechnic Department and Regard with to Work Culture
Nur Hasliza Binti Jamaludin, Nor Azlin Binti Naim, Nur Azzarina Binti Khamis, Normah Binti Zakaria
(Ph.D)
Journal of Education and Practice www.iiste.org
ISSN 2222-1735 (Paper) ISSN 2222-288X (Online)
Vol.6, No.15, 2015
Fakulti Pendidikan Teknikal & Vokasional, Universiti Tun Hussein Onn Malaysia

5. Aldri Frinaldi (2014 ) merinci indikator budaya kerja terdiri dari: (a) nilai nilai yang menjadi
pedoman dalam bekerja meliputi: nilai kepercayaan, nilai keterbukaan, aturan tentang disiplin,
pemahaman cara bekerja, metoda kerja meliputi a yang efektif, (b) Perilaku pimpinan dan
pegawai dalam bekerja meliputi; perilaku sikap positif, produktif, bekerja keras, bekerja dengan
teliti, bekerja dengan semangat.

Menurut Orla O’Donnell dan Richard Boyle (2008 ) terdapat enam paradigma dalam mengelola
budaya kerja untuk meningkatkan kinerja pegawai yaitu; (1) menciptakan iklim untuk perubahan
sesuai arah yang dinginkan, (2) pengaruh kepemimpinan dalam memberikan penghargaan
kepada pegawai, (3) pemberdayaan pegawai secara keseluruhan, (4) mengembangkan
kerjasama tim dalam pelayanan, (5) menganalisis masalah dan tantangan budaya kerja yang
ada, (6) memberikan pendidikan dan pelatihan.
Siew and Kelvin (2004) budaya kerja dalam pelayanan yang berkualitas membantu suatu
organisasi untuk membangun suatu konsep dan norma baru yang memberikan kontribusi
terhadap tercapainya kinerja organisasi. Aldri (2014) budaya kerja dirumuskan dalam
pemahaman cara bekerja, norma, pola pikir, dan perilaku setiap individu atau sekelompok
dalam menjalankan suatu pekerjaan. Hal-hal tersebut diperoleh dan disesuaikan dengan nilai-
nilai yang ada di masyarakat sekitarnya sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Enjang Sudarman
Program Studi Manajemen Sekolah Tinggi Manajemen IMMI,
sudarmanenjang@yahoo,co.id
SMART – Study & Management Research . Vol XV, No.1 - 2018

S-ar putea să vă placă și