Sunteți pe pagina 1din 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/310596094

Tata Laksana Kanker Payudara Relaps Laksana Kanker Payudara Relaps

Article · June 2012

CITATIONS READS

0 1,719

2 authors, including:

Andree Kurniawan
Universitas Pelita Harapan
113 PUBLICATIONS   21 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Blood transfusion View project

C difficile in liver disease View project

All content following this page was uploaded by Andree Kurniawan on 21 November 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ARTIKEL KONSEP

Tata�������������������������������
Laksana Kanker Payudara Relaps
ANDREE KURNIAWAN1, NUGROHO PRAYOGO2
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
1

Hematologi dan Onkologi Medik, RS Kanker Dharmais, Jakarta


2

Diterima tanggal 28 Februari 2012; Direview tanggal 28 Februari 2012; Disetujui tanggal 12 Maret 2012

ABSTRACT
Breast cancer was commonly found in women in many countries. The crude incindence of breast cancer in Europe
109.8/100000 and the mortality rate around 28.4/100000. In Indonesia breast cancer is the most common cancer in
women with the incidence 36.2/100000 and the mortality 18.6/100000. Early detection and adjuvant therapy has
developed but the incidence of relapse was still commonly found, in the Western country vary from 5%-30%. Factors
contribute to incidence of relapse were type of surgery, regional lymphe node involvement and subtype of breast cancer.
Diagnosis of relapse should be confirmed with imaging like MRI and PET-scan and pathology anatomy. General
treatment similar to primary tumour and specific treatment also consider subtype of breast cancer which include
hormonal therapy, anti HER-2, chemotherapy, new targeted therapy like lapatinib, and anti angiogenesis like
bevacizumab and sunitinib.

Key Words: Breast cancer, relapse

ABSTRAK
Kanker payudara adalah kanker yang paling sering terjadi pada wanita di berbagai negara. Insiden kasar di Eropa
109.8/100000 dan mortalitasnya 28.4/100000. Data di Indonesia menduduki peringkat pertama kanker pada wanita
dengan insiden 36.2/100000 dan angka mortalitasnya 18.6/100000. Deteksi dini dan terapi adjuvan yang maju
menyebabkan angka mortalitas menurun tajam, namun kejadian relaps masih cukup sering terjadi. Angka dari
kepustakaan Barat bervariasi, dari 5-30%. Faktor yang memengaruhi relaps di antaranya jenis operasi, keterlibatan
kelenjar getah bening regional, dan subtipe dari kanker payudara. Kecurigaan klinis relaps harus dikonfirmasi dengan
pencitraan dan diusahakan untuk mendapatkan jaringan patologi. Hal itu perlu didukung dengan pemeriksaan darah,
pencitraan, status reseptor hormonal, HER2, dan marker proliferasi. Tata laksana secara umum diterapi seperti tumor
primer yang baru dengan tujuan kuratif dan tata laksana secara spesifik berdasarkan subtipe dari kanker payudara yang
meliputi terapi hormonal, anti-HER2, kemoterapi, terapi target yang baru seperti lapatinib, antiangiogenesis seperti
bevacizumab dan sunitinib.

Kata kunci: kanker payudara, relaps

PENDAHULUAN
KORESPONDENSI:
dr. Andree Kurniawan
Dep. Ilmu Penyakit Dalam
K anker payudara adalah kanker yang paling sering ditemukan pada wanita di
berbagai negara, termasuk di negara berkembang. Pada 2006, insiden kasar di
Eropa adalah 109.8/100 000 dan angka mortalitasnya adalah 38.4/100 000 wanita/
FKUI tahun. Pada 2008, telah dilaporkan 1.38 juta kasus baru dan 458.000 kematian
Email: a125ee@yahoo.com karena kanker payudara di dunia. Sejak 1990, angka insidennya meningkat 1,5%

Indonesian Journal of Cancer Vol. 6, No. 2 April - June 2012 87


Tata Laksana Kanker Payudara Relaps 87-92

setiap tahunnya. Deteksi dini dan terapi adjuvan pada yang terkena KGB regional sebesar 19% hingga
yang telah maju menyebabkan angka mortalitas 50%. Donegan dkk., memperlihatkan rekurensi lokal
kanker payudara menurun tajam di banyak negara setelah 5 tahun berkorelasi dengan jumlah KGB
barat sejak 1990-an. Namun demikian, kanker yang terkena. Angka relaps setelah 5 tahun sebesar
payudara masih merupakan penyebab kematian 10% pada mereka dengan 1 KGB positif hingga
utama pada wanita.1 Data dari RS kanker “Dharmais” lebih dari 50% pada mereka dengan 8 KGB yang
menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki terkena.3
peringkat pertama prevalensi kanker pada wanita Subtipe molekuler dari kanker payudara terbukti
pada 2005-2007, yaitu sebesar 41,4%. Menurut menentukan tempat metastasis jauh pada organ
Globocan, pada 2008 kanker payudara di Indonesia karena memiliki kemampuan untuk bermetastasis
menduduki peringkat pertama dari semua kanker jauh pada organ tertentu seperti tulang, paru, hati,
pada wanita, dengan angka insiden sebesar 36.2 dan otak. Pasien yang mengalami metastasis pada
dari 100.000 dan angka mortalitas 18,6/100.000.2 tulang paling banyak mengandung subtipe luminal.
Walaupun kemajuan besar di bidang terapi bedah, Subtipe luminal A amat jarang untuk bermetastasis
radioterapi, dan kemoterapi adjuvan, rekurensi serta ke organ paru. Sementara itu, relaps pada pleura,
metastasis dari kanker payudara tetap menjadi walaupun jarang ditemukan paling banyak pada
masalah di bidang manajemen kanker payudara. kedua subtipe dari luminal. Pada kanker payudara
Pada kepustakaan Barat, angka relaps kanker dengan subtipe basal akibat up regulasi signal WNT
payudara bervariasi, dari 5% hingga 30%. Bongers sehingga lebih sering bermetastasis ke otak.5
dan kawan-kawan pada 2004 mendapatkan rata-rata
risiko pasien kanker payudara berkembang rekurensi
sekitar 7-30% dan untuk menjadi metastasis jauh DIAGNOSIS
sekitar 45-90% pada satu waktu selama perjalanan Berdasarkan rekomendasi dari American Society
hidupnya. Angka relaps kanker payudara di Indonesia of Clinical Oncology (ASCO) 2006 panduan kanker
belum banyak diketahui.3-4 Angka harapan hidup payudara untuk manajemen dan eavaluasi, pemeriksaan
wanita yang mengalami rekurensi dan metastasis fisik dan mamografi seharusnya digunakan secara
amat berbeda. Angka harapan hidup dalam 5 tahun rutin untuk surveilance kanker payudara. Metode
pada wanita yang mengalami rekurensi sekitar 21-36%, pemeriksaan pencitraan tambahan seperti rontgen
sedangkan wanita dengan metastasis jauh memiliki toraks, scan tulang, ultrasound hati, dan CT scan,
angka harapan hidup dalam 5 tahun sebesar 25%.4 PET scan. FDG-PET scan dan MRI payudara pada
kasus tertentu dapat menjadi pelengkap untuk
digunakan karena dapat memberikan informasi
FAKTOR YANG MEMENGARUHI RELAPS PADA tambahan yang berguna.4-7
KANKER PAYUDARA Studi metaanalisis yang dilakukan oleh Ling dan
Banyak faktor yang memengaruhi kejadian relaps kawan-kawan pada 42 studi mendapatkan hasil US
pada kanker payudara. Pertama adalah jenis dari dan MRI memiliki spesifisitas tertinggi (0,962 dan
operasi pengangkatan kanker payudara akan 0,929); MRI dan PET memiliki sensitivitas tertinggi
memengaruhi kejadian relaps. Eksisi luas amat (0,9500 dan 0,9530). Kesimpulan dari studi tersebut
dipilih hingga saat ini oleh ahli bedah karena dapat adalah MRI sepertinya lebih berguna sebagai
mencegah rekurensi secara lokal. Berbagai teori penunjang teknik evaluasi terapi serta menilai
bermunculan mengenai kanker payudara relaps, di pasien kanker payudara yang dicurigai rekuren atau
antaranya akibat terhambatnya aliran limfe atau metastasis. Jika pada MRI terlihat lesi yang meragukan,
embolisasi limfatik, atau penyebaran secara subkutan FDG-PET seharusnya dilakukan sebagai penunjang.4
pada kelompok yang dilakukan eksisi kulit yang Kecurigaan klinis akan kejadian relaps harus
kecil. Walaupun demikian, berbagai teknik operasi dikonfirmasi dengan pemeriksaan pencitraan seperti
eksisi payudara telah dievaluasi dan angka relaps pencitraan fungsional Positron Emission Tomography-
tetap tinggi.3 Computed tomography (PET-CT) atau Magnetic
Warren dan Tompkins yang pertama memperlihatkan Resonance Imaging (MRI) kontras dinamik dan dari
risiko rekurensi lokoregional berkorelasi dengan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan patologi
keterlibatan kelenjar getah bening (KGB) oleh sel anatomi dari tempat relaps tetap perlu diusahakan
tumor saat terdiagnosis. Angka relaps lokal pada pada keadaan relaps atau adanya lesi metastasis
yang tidak terkena KGB sebesar 7% pasien, sedangkan yang terlokalisir. Penanda biologi penting untuk

88 Indonesian Journal of Cancer Vol. 6, No. 2 April - June 2012


ANDREE KURNIAWAN, NUGROHO PRAYOGO. 87-92

menentukan terapi terutama pada kasus yang relaps, tumor yang kecil atau metastasis multipel, secara
seperti pemeriksaan reseptor hormonal dan status akurat melokalisir metastasis pada kelenjar getah
Human Epidermal Receptor (HER2). Namun demikian, bening, dan untuk mengevaluasi respons terhadap
biopsi sebaiknya perlu dihindari pada kasus di mana kemoterapi pada pasien kanker payudara.7
prosedurnya terlalu berisiko, pada kasus di mana
waktu antara tumor primer dengan diagnosis lesi
metastasis terlalu pendek (<1-2 tahun); atau ketika PENILAIAN STAGING DAN PROGNOSIS
hasil biopsinya tidak akan mengubah pilihan terapi.1,7 Saat menentukan stadium kanker payudara relaps
Berbagai teknik lokoregional yang digunakan pada mencakup anemnesis yang lengkap, meliputi status
lesi metastasis seperti radiosurgery untuk metastasis menopause dan komorbid, anamnesis yang lengkap
sistem saraf pusat atau ablasi radiofrekuensi untuk dari tumor primer, biologi, manajemen dan status
metastasis pada hati. Teknik yang baru yang saat saat kunjungan terakhir, riwayat rekuren atau
ini telah tersedia adalah MRI, PET-scan, PET-CT, sel metastasis, meliputi lama, tempat keterlibatan dan
tumor yang bersirkulasi dapat mendeteksi penyakit pengobatan sebelumnya, serta efek terapi tersebut.
metastasis yang sangat dini. Rekurensi lokoregional Tentu tanyakan pula gejala saat ini, status performans,
sering berkaitan dengan metastasis jauh dan pasien latar belakang ekonomi, dan pilihan terapi. Pemeriksaan
seperti itu seharusnya memulai prosedur staging fisik dilakukan secara lengkap. Juga pemeriksaan
lengkap sebelum memulai terapi lokal.1,6 darah, hitung darah lengkap, tes fungsi ginjal dan
hati, fosfatase alkali, dan kalsium.1,5
Nilai klinis dari marker tumor belum dapat
PEMERIKSAAN PET-CT dibuktikan, namun dapat digunakan untuk membantu
Positron emission Tomography dikombinasi dengan melakukan evaluasi respons terapi, khususnya bila
Computed Tomography (PET/CT) saat ini digunakan tidak ada alat ukur respons terapi yang lain. Pemeriksaan
untuk diagnosis, untuk menentukan stadium, dan rontgen toraks, USG abdomen, atau CT scan abdomen
evaluasi terapi berbagai jenis keganasan. Kemampuan seharusnya digunakan untuk mengidentifikasi penyebaran
dari pemeriksaan ini untuk mendeteksi tumor yang di organ tubuh dalam. Skintigrafi tulang dengan
kecil atau metastasis multipel lebih baik daripada konfirmasi lesi dengan rontgen atau CT atau MRI.
PET atau CT masing-masing. Selain itu, dapat juga Positron Emission Tomography/ PET CT dapat berguna
mendeteksi metastasis KGB dan monitor respons untuk mengidentifikasi tempat relaps, khususnya
terhadap kemoterapi pada kanker payudara. bila metode pencitraan sederhana tidak konklusif dan
Pemeriksaan PET memiliki kemampuan untuk dapat mengonfirmasi keadaan relaps lokoregional
memperlihatkan aktivitas metabolik yang tidak yang terisolasi atau lesi metastasis. Reseptor estrogen,
normal dan 18F-2-deoxy-D-glucose (FDG) PET reseptor progesteron, reseptor HER-2, dan marker
memberikan informasi informasi metabolik yang proliferasi pada lesi metastasis seharusnya diperoleh
berkaitan dengan tumor, baik untuk diagnosis jika memungkinkan, khususnya pada kasus di mana
maupun evaluasi terapi. Kombinasi pemeriksaan tumor primer tidak terdapat. Penilaian fungsi jantung,
tersebut memberikan keuntungan dibandingkan CT khususnya pasien dengan HER-2, dan pasien
sendiri karena informasi fungsional menjadi memungkinkan mendapatkan regimen kemoterapi
pelengkap data morfologi. Kombinasi ini juga dengan antrasiklin. Pemeriksaan sel tumor yang
memberikan keuntungan daripada PET sendiri karena bersirkulasi masih dalam konteks penelitian. Pada kasus
area patologi dari ambilan tracer lebih terlokalisasi dimana lesi tidak terjangkau untuk dilakukan biopsi,
dan waktu untuk mendapatkan gambar menjadi pencitraan fungsional seperti PET-CT dapat berguna
berkurang. Spesifisitas yang terbatas berkaitan karena untuk mengonfirmasi karakteristik keganasannya.1,5
peningkatan aktivitas metabolik glukosa tumor jinak
dan jaringan inflamasi seperti tuberkulosis dari PET
dapat tertutupi dengan PET/CT.7 TATA LAKSANA SECARA UMUM
Studi yang dilakukan oleh Yang dkk., di Korea Rekurensi lokoregional yang terisolasi seharusnya
pada 2007 terhadap 58 pasien kanker payudara diterapi seperti tumor primer yang baru dengan
(rentang usia: 34-79 tahun, rata-rata 50 tahun) tujuan kuratif. Eksisi komplit pada tumor yang rekuren
secara retrospektif membandingkan PET atau CT direkomendasikan bila memungkinkan. Pada pasien
sendiri dengan PET/CT. Hasilnya, PET/CT ditemukan yang sebelumnya diterapi dengan breast-Conserving
lebih baik daripada PET atau CT dalam mendeteksi Therapy (BCT), mastektomi seharusnya dilakukan

Indonesian Journal of Cancer Vol. 6, No. 2 April - June 2012 89


Tata Laksana Kanker Payudara Relaps 87-92

bila memungkinkan. Pada pasien yang tidak dilakukan regulator seperti fulvestrant; analog Luteinizing
radiasi pasca-operasi, radioterapi dengan dosis yang Hormone-releasing hormone (LH-RH) seperti goserelin,
lengkap pada dinding dada dan pada area kelenjar leuprorelin; aromataseinhibitors generasi tiga yang
getah bening regional bila diindikasikan seharusnya non-steroidal seperti anastrozole, letrozole, golongan
diberikan. Pada mereka dengan riwayat radiasi steroidal exemestane; golongan progestins seperti
sebelumnya, nilai dari terapi radiasi ulang belum medroksiprogesteron asetat, megestrol asetat; serta
terbukti. Namun demikian, radiasi ulang pada area golongan steroid anabolik seperti nandrolone dekanoat.
dinding yang terbatas dapat dilakukan setelah Pilihan obat endokrin seharusnya diindividualisasi
membandingkan risiko manfaat. Risiko yang harus berdasarkan profil keamanan obat, komorbid,
dipertimbangkan adalah lama periode bebas radiasi, biologi tumor, dan agen yang diterima pada terapi
intensitas perubahan pasca-radiasi, dan risiko relaps adjuvan. Pada kasus dengan overekspresi HER2,
lokoregional tambahan. Pada pasien yang tidak dapat tambahan terapi anti-HER2 trastuzumab pada terapi
dilakukan operasi, dapat dilakukan radioterapi radikal hormonal dapat bermanfaat.1,9,10
pada dinding dada dan kelenjar getah bening regional Pada pasien dengan status premenopause, jika
bila memungkinkan dengan tambahan pada lesi tidak ada adjuvan tamoxifen yang diberikan
makroskopik yang ada. Tetapi, pada pasien tersebut, sebelumnya atau telah dihentikan lebih dari 12
terapi sistemik primer untuk menurunkan ukuran bulan, tamoxifen dengan ablasi ovarium, LH-RH
tumor dan kemungkinan dapat dioperasi harus atau operasi sebagai pilihan terapinya. Aromatase
menjadi pertimbangan.1,5-8 inhibitor generasi 3 dapat dipertimbangkan setelah
Nilai dari terapi sistemik “sekunder atau pseudo- atau bersamaan dengan ablasi ovarium. Pada mereka
adjuvan” belum terbukti. Peranan kemoterapi pada yang telah menjalani ablasi ovarium, terapinya
keadaan ini telah menjadi pokok bahasan pada mengikuti populasi pasca- menopause.1,9,10
studi randomisasi di kemudian hari. Faktor seperti Pada pasien dengan status pasca-menopause,
keagresifan tumor, terapi sistemik adjuvan yang jika tidak ada aromatase inhibitor generasi ketiga
didapat sebelumnya, komorbid, dan preferensi yang telah diberikan sebelumnya atau telah dihentikan
pasien menjadi pertimbangan dalam menentukan selama > 12 bulan, pilihan terapi yang lebih dipilih
dilakukannya kemoterapi pseudoadjuvan. Walaupun adalah terapi lini pertama dengan tamoxifen atau
belum terbukti, terapi endokrin pseudoadjuvan letrozole. Perhatian khusus pada kelompok pasien
telah menjadi praktik klinis umum pada kasus tumor ini adalah risiko kehilangan tulang yang progresif
dengan reseptor hormonal yang positif dan telah sehingga suplementasi klasium dan vitamin D
dapat diterima dari sudut pandang keuntungan yang direkomendasikan. Tamoxin tetap menjadi terapi lini
didapat di kemudian hari dan toksisitas yang rendah. pertama yang diterima dan fulfestran diperlihatkan
Terapi trastuzumab pseudoadjuvan juga dapat berguna sebagai terapi lini pertama setelah progresif
diterima pada kasus di mana trastuzumab adjuvan dengan adjuvan aromatase inhibitors.1,9,10
tidak diberikan sebelumnya karena ketidaktersediaan Terapi hormonal lini kedua meliputi tamoxifen,
pada waktu diagnosis awal dan bila tidak terdapat aromatase inhibitor generasi ketiga, fulvestran,
kontraindikasi.1,6,7 megestrol asetat, dan androgen. Tidak ada rekomendasi
definitif yang dapat diberikan untuk terapi kaskade
endokrin. Pasien dengan resistansi endokrin dengan
TATA LAKSANA SPESIFIK BERDASARKAN SUBTIPE bukti yang jelas seharusnya ditawarkan kemoterapi
KANKER PAYUDARA atau mengikuti uji klinis. Faktor yang dipertimbangkan
sebelum mengubah dari terapi endokrin ke kemoterapi
Pasien Dengan Kanker Payudara Tipe Luminal adalah intensitas dan lamanya respons terhadap
(Kanker Payudara Reseptor Hormon Positif, Tanpa terapi endokrin sebelumnya, ada atau tidaknya gejala
Melihat Status HER-2) dan atau keadaan progresif cepat yang mengancam
Terapi endokrin menjadi pilihan, kecuali bila nyawa, serta status performans pasien dan kapasitas
secara klinis penyakit agresif yang memerlukan untuk menolerir kemoterapi.1,9,10
respons terapi yang lebih cepat atau jika terdapat
keraguan akan respons tumor terhadap endokrin. Pasien Kanker Payudara Dengan “Triple Negative”
Pilihan terapi endokrinnya adalah golongan selective (HR-Negatif dan HER2 Tidak Ekspresi/Amplifikasi)
estrogen reseptor modulators (SERMs) seperti Pasien dengan tumor negatif reseptor hormonal
tamoksifen, toremifen; reseptor estrogen down adalah kandidat untuk kemoterapi sitotoksik. Pilihan

90 Indonesian Journal of Cancer Vol. 6, No. 2 April - June 2012


ANDREE KURNIAWAN, NUGROHO PRAYOGO. 87-92

terapi yang dapat diberikan adalah gologan yang trastuzumab, antraksiklin, dan taksan. Kombinasi
tidak mengandung antrasiklin seperti CMF, kombinasi trastuzumab dan lapatinib sepertinya lebih superior
berbasis platinum, capecitabin, vinorelbine, gemcitabine; daripada monoterapi lapatinib pada pasien yang
kemoterapi yang mengandung antrasiklin seperti progresif dengan antraksiklin, taxan, dan
monoterapi doksorubisin atau epirubicin, kombinasi trastuzumab.1,14,15
doksorubicin, siklofofamid, FAC, atau FEC; kemoterapi Terapi endokrin dapat diberikan pada agen
yang mengandung taksan seperti paklitaxel monoterapi anti-HER2 untuk memperpanjang Progression Free
tiap minggu, docetaxel monoterapi tiap 3 minggu, Survival (PFS) dan dapat menjadi pilihan terapi
kombinasi doksorubicin dengan taxan, taksan dengan pada pasien dengan reseptor hormon estrogen
capecitabine, gemcitabine, vinorelbine, dan carboplatin; serta progesteron positif dan tumor positif HER2.
serta pilihan obat sitotoksik yang baru seperti Kemungkinan efek samping terapi kombinasi ini
eribulin, ixabepilone, dan abraxane.1,11-13 perlu dibicarakan dengan pasien.1,14,15
Terapi standar dengan bukti ilmiah I adalah
menggunakan regimen berbasis taxan sebagai lini Pilihan Agen Biologi yang Lain
pertama pada pasien progresif setelah adjuvan Bevacizumab sebagai obat anti-angiogenesis telah
dengan kemoterapi berbasis taxan. Pilihan obat disetujui oleh FDA dan EMEA untuk digunakan
terbaik/regimen seharusnya individualisasi dan sebagai kombinasi dengan paklitaxel sebagai terapi
seharusnya mempertimbangkan faktor seperti yang lini pertama kanker payudara yang metastasis dengan
berkaitan dengan penyakitnya dan yang berkaitan memperlihatkan keuntungan PFS 6 bulan pada studi
dengan pasien seperti preferensi pasien, usia pasien, ECOG 2100.16,17
status menopausal, komorbid dan status performans, Sunitinib sebagai anti-angiogenesis, baik diberikan
faktor sosial ekonomi dan psikologik, serta tunggal maupun dalam regimen kombinasi dengan
ketersediaan obat.1,11,13 kemoterapi, gagal memperlihatkan manfaat yang
Secara umum, angka kesintasan setelah bermakna pada populasi kanker payudara metastasis
menggunakan obat sitotoksik tunggal sekuensial yang umum. Setiap usaha harus dilanjutkan pada
setara dengan kemoterapi kombinasi dengan pasien yang mendapatkan manfaat dari pendekatan
toksisitas yang lebih rendah dan kualitas hidup yang terapi antiangiogenesis.1
lebih baik. Pada pasien dengan triple negative
dengan karakteristik tumor melibatkan organ viseral
makan, pilihan terapi yang agresif dan risiko EVALUASI RESPONS TERAPI
perburukan pasien secara cepat, kemoterapi Evaluasi respons terapi direkomendasikan secara
kombinasi sering diperlukan. Lamanya terapi setiap rutin setelah terapi endokrin 2-3 bulan dan setelah
regimen dan jumlah regimen seharusnya kemoterapi 2-3 siklus dengan evaluasi klinis, evaluasi
diindividualiasi pada setiap pasien. Kemoterapi gejala subjektif, pemeriksaan darah, dan mengulang
dosis tinggi seharusnya tidak menjadi pilihan.1,11,13 pemeriksaan pencitraan yang tidak normal saat awal.
Namun demikian, interval untuk melakukan penilaian
Pasien Dengan Kanker Payudara HER2 Positif seharusnya diindividualisasi terhadap kebutuhan
Kelompok pasien ini seharusnya diterapi dengan klinis pasien dengan keagresifan penyakitnya. Scan
trastuzumab dengan atau tanpa kemoterapi. tulang seharusnya digunakan secara hati-hati dan
Trastuzumab seharusnya ditawarkan awal pada hanya bila pemeriksaan pencitraan lain tidak tersedia.
semua pasien kanker payudara yang metastasis Penanda tumor serum seperti CA 15-3 dan atau CEA
dengan HER2 positif. Pemantauan fungsi jantung dapat berguna untuk memantau respons, khususnya
seharusnya dilakukan sebelum dan selama terapi pada kasus yang tidak dapat diukur secara objektif,
trastuzumab. Hasil uji klinis fase 3 memperlihatkan namun seharusnya tidak digunakan sebagai determinan
pemberian trastuzumab berlanjut berkaitan dengan tunggal untuk menentukan pilihan terapi.18
regimen kemoterapi yang berbeda dari terapi awal Peranan PET/PET-CT untuk menilai respons masih
lebih superior daripada menghentikan obat ini. dalam penelitian, namun dapat berguna untuk
Keuntungan didapat dengan melanjutkan terapi menentukan penyakit progresif. Mempertahankan
anti-HER2 selama mungkin.1 kualitas hidup yang baik adalah hal yang paling
Lapatinib diperlihatkan bermakna meningkatkan utama dan dapat dicapai dengan menghilangkan
waktu ke����������������������������������
arah kekambuhan dengan kombinasi gejala serta efek samping pengobatan. Berbagai
capecitabine pada pasien dengan progresif setelah kuesioner seharusnya dikerjakan secara rutin untuk

Indonesian Journal of Cancer Vol. 6, No. 2 April - June 2012 91


Tata Laksana Kanker Payudara Relaps 87-92

membantu penilaian dampak terapi dan untuk 10. Schuck A, Koneman S, Matthees B, Rube CE, Reinartz G. Radiotherapy
memantau gejala yang memerlukan intervensi in the treatment of locoregional relapses of breast cancer. British
suportif segera. Pemantauan setelah terapi rekurensi Journal of Radiology 2002;75:663-9
lokoregional dapat dikerjakan seperti pada saat 11. Colozza M, de Azambuja E, Personei N. Achievement in systemic
kanker payudara primer.18 therapies in the pregenomics era in metastatic breast cancer.
Oncologist 2007;12:253-70
12. Burstein HJ, Kuter I, Campos SM et al. Clinical activity of trastuzumab
and vinorelbine in women with HER2-overexpressing metastatic breast
cancer. J Clin Oncol 2001; 19: 2722–30.
DAFTAR PUSTAKA 13. O’Shaughnessy J, Miles D, Vukeja S. Superior survival with capecitabine
1. Cardoso F, Fallowfield L, Costa A, Castiglione M, Senkus E. Locally plus docetaxel combincation therapy in antracycline-pretreated
recurrent or metastatic breast cancer: ESMO Clinical Practice patients with advance breast cancer: phase II trial result. J Clin Oncol
Guidelines for diagnosis, treatment and follow-up. Annals of Oncology 2002;20:2812-23
2011;22(6):25-30 14. Gennari A, Amadori D, De Lena M et al. Lack of benefit of
2. Simuraya ES. Kardinah, Gautama W. The comparison of therapy for maintenance paclitaxel in first-line chemotherapy in metastatic breast
early stage of breast cancer in Dharmais NCC, Indonesia Dipublikasi cancer. J Clin Oncol 2006; 24: 3912–8.
sebagai poster. 2007 15. Ghersi D, Wilcken N, Simes J et al. Taxane containing regimens for
3. Kennedy MJ, Abeloff MD. Management of Locally Recurent breast metastatic breast cancer. Cochrane Database Syst Rev 2003; 3:
cancer. Cancer 2003;71(7):2395-2404 CD003366.
4. Pan LL, Han Y, Sun XG, Liu JJ, Gang H. FDG-PET and other imaging 16. Geyer CE, Forster J, Lindquist D et al. Lapatinib plus capecitabine for
modalities for the evaluation of breast cancer recurrence and HER2-positive advanced breast cancer. N Engl J Med 2006; 355:
metastases: a meta-analysis. J Cancer Res Clin Oncol 2010;136:1007- 2733–43.
22 17. Toi M, Iwata H, Fujiwara Y, Ito Y, Nakamura S. Lapatinib monotherapy
5. Smid M, Wang Y, Zhang Y. Subtypes of Breast Cancer show Preferential in patients with relapsed, advanced or metastatic breast cancer: efficay,
site of relapse. Cancer Res 2008;68:3108-14 safety, and biomarker results from Japanese patients phase II studies.
6. National Comprehensive Cancer Network NCC 2012. NCCN Clinical British Journal of Cancer 2009;101:1676-82
Practice Guideline in Oncologu: Breast cancer, version 2 in edition 18. Miller K, Wang M, Gralow J et al. Paclitaxel plus bevacizumab versus
2012 paclitaxel alone for metastatic breast cancer. N Engl J Med 2007; 357:
7. Yang SK, Cho N, Moon WK. The role of PET/CT for evaluation Breast 2666–76.
cancer. Korean J Radiol 2007;8:429-37 19. Linderholm BK, Hellborg H, Johansen U, Elmberg G, Skoog L.
8. Cardozo F, Bedard PL, Winer EP. On behalf of the ESO-MBC Task Significantly higher levels of vascular endothelial growth factor (VEGF)
Force. International guidelines for management of metastatic breast adn shorter survival times for patients with primary operable triple-
cancer: combincation vs squential single-agent chemotherapy. J Natl negative breast cancer. Annals of oncology 2009;20(10):1639-46.
Cancer Inst 2009;101:1174-81 20. Eisenhauer EA, Therasse P, Bogaerts J et al. New response evaluation
9. National Collaborating Centre for Cancer. Advance Breast cancer criteria in solid tumours: revised RECIST guideline (version 1.1). Eur
Diagnosis and Treatment. NICE Clinical Guideline 2006:1-25 J Cancer 2009; 45: 228–47.

92 Indonesian Journal of Cancer Vol. 6, No. 2 April - June 2012

View publication stats

S-ar putea să vă placă și