Sunteți pe pagina 1din 45

PELAKSANAAN PROGRAM P3K DI MAN 3 KEDIRI

Disusun oleh :

1. Amelia Lolytha Abdullah (201601007)


2. Cyndy Astian Mara Tri Tunggal (201601017)
3. Dwi Rahmawati (201601028)
4. Erinda Cipta Amindari (201601035)
5. Eva Kholifatul Ulul Azmi (201601039)
6. Holifatul Rosidah (201601051)
7. Kiki Riska Nuraini (201601062)
8. M. Umar Al-Fauzi (201601073)
9. M. Dycha Rizky Maulana (201601077)
10. Nita Septiani (201601086)
11. Putri Regina Fiorela Al-Huda (201601097)
12. Sintia Indarwati (201601109)
13. Wiji Nurlatifah (201601097)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2017
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

PELAKSANAAN P3K DI MAN 3 KEDIRI


Menyetujui untuk dilaksanakan :

Ketua Kelompok Pembimbing

Muhammad Umar Al-Fuazi Dr.Maftachul Huda.,M.Kep.,Sp.Kom

Mengetahui:

Ketua Program Studi S1 Keperawatan

STIKES Karya Husada Kediri,

Farida Hayati, S.Kep.,M.Kep.,


NIDN: 0709-0371-01
LEMBAR PENGESAHAN

PENGABDIAN MASYARAKAT

PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG P3K DI MAN 3 KEDIRI

Ketua Kelompok

( Muhammad Umar Al Fauzi )

Pembimbing I Pembimbing II

( Pria Wahyu G.,S.Kep.Ns.,M.Kep ) (Dr.Miftachul Huda.,M.Kep.,Sp.Kom )

Mengetahui,

Ka Prodi S1 Keperawatan

STIKES Karya Husada Kediri

( Farida Hayati, S.Kp.,M.Kep )

NIDNPENGANTAR
KATA 07-0903-7101
Rasa syukur Alhamdulillah hanya untuk Allah SWT, berkat curahan rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan dengan judul
”PELAKSANAAN PROGRAM P3K DI MAN 3 KEDIRI” dengan baik dan
tepat pada waktunya. Sholawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan kepada
beliau Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan keluarganya. Laporan ini
disusun dalam rangka menyelesaikan tugas Promosi Kesehatan dengan melakukan
pengabdian masyarakat melalui pendidikan kesehatan pada remaja di SMA yang
bertujuan untuk melatih mahasiswa dapat menyusun suatu laporan dengan baik.
Dalam menyusun laporan ini, penulis telah dibantu oleh banyak pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang tulus kepada yang terhormat :

1. Ibu Farida Hayati, S.Kep.,M.Kep selaku ketua program studi S1 Keperawatan


STIKES Karya Husada Kediri
2. Bapak Dr. Maftachul Huda.,M.Kep.,SP.Kom selaku dosen pembimbing 1
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi yang sangat
membantu kami dalam penyusunan proposal ini.
3. Bapak Pria Wahyu G.R.,S.Kep.Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing 2 yang
telah memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi yang sangat membantu
kami dalam penyusunan proposal ini.
4. Para dosen STIKES Karya Husada Kediri, khususnya Program Studi S1
Keperawatan yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.
5. Teman-teman yang telah memberikan bantuan,
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Sumbangan pikiran, saran, dan kritik yang membangun, sangat penulis


harapkan demi kesempurnaan laporan ini dan semoga laporan ini bermanfaat bagi
penulis dan bagi pembaca. Amin.
Kediri, 28 Januari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
A. PROPOSAL
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum ..............................................................
1.2.2 Tujuan Khusus ...........................................................
1.3 Manfaat ..................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definsi P3K ............................................................................
2.2. TujuanP3K ............................................................................
2.3. Prinsip P3K ...........................................................................
2.4. Cara Memindahakan Paisen .................................................
2.5. Bantuan Hidup Dasar (BDH) ...............................................
2.6. Pembalutan dan Pembidaian .................................................
BAB III STRATEGI PELAKSANAAN
3.1 Susunan Keanggotaan ............................................................
3.2 Satuan Acara Pembelajaran (SAP) .........................................
3.3 Anggaran Kegiatan .................................................................
3.4 Evaluasi ..................................................................................
B. PELAKSANAAN
BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1 Realisasi Kegiatan ...................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..............................................................................
5.2 Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Satuan Acara Penyuluhan ......................................................

Tabel 3.2 Anggaran Kegiatan ................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Merujuk pada konsep sekolah sehat yang digulirkan WHO, secara
umum Promosi kesehatan di sekolah memiliki tujuan mencapai
peningkatan pengetahuan, sikap dan kemampuan warga sekolah dan
lingkungan sekitar dalam mencegah, memelihara, dan meningkatkan
kesehatan serta berperan aktif dalam upaya peningkatan kualitas
kesehatan yang didukung dengan kebijakan sekolah sehat (Pusat Promkes
Depkes RI, 2008).
Promosi kesehatan menurut Ottawa Charther bahwa suatu proses
untuk membuat individu atau masyarakat mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatannya, agar tetap tercapai keadaan yang optimal
dan sempurna fisik, mental dan sosial baik individu maupun kelompok.
Konsep promosi kesehatan menurut Ottawa Charther tersebut
menggambarkan bahwa promosi kesehatan tidak hanya berfokus pada
perubahan perilaku saja, melainkan juga melakukan upaya perubahan
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio budaya, dan
organisasi di mana orang tersebut berada. Hal ini dimaksudkan bahwa
dengan terjadinya perubahan perilaku saja tidak akan efektif. Tetapi
perubahan perilaku harus disertai dengan perubahan lingkungan agar
terjadi perubahan perilaku yang langgeng, sehingga kesehatan individu
maupun masyarakat meningkat.
Berdasarkan rumusan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional No.20 tahun 2003 yang dimaksud dengan pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang
(Depdiknas, bab 1 pasal 1). Selain itu menurut menurut SKB Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kesehatan Sekolah/Madrasah bab 1 pasal 1 No.1 tahun 2004 yang
dimaksud dengan UKS adalah kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur, jenis, dan
jenjang pendidikan. Keberadaan Usaha Kesehatan Sekolah yang telah
dirintis sejak 1956, sangat penting seperti yang tercermin dalam pasal 45
UU No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan, yaitu usaha kesehatan sekolah
diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
hidup sehat, sehingga mereka dapat belajar, tumbuh, dan berkembang
secara harmonis dan optimal menjadi manusia yang berkualitas (Depkes
RI, 2004).
Departemen Kesehatan melakukan berbagai usaha atas tanggung
jawabnya terhadap kesehatan Bangsa Indonesia secara keseluruhan. Salah
satu usaha yang dilakukan dan terus dikembangkan adalah Usaha
Kesehatan Sekolah atau yang disebut dengan UKS. Program UKS pada
semua jenis dan tingkat pendidikan, baik Sekolah Negeri maupun Swasta
mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas, khusus
pengembangan UKS tingkat Sekolah Dasar penyelenggaraannya bersama-
sama dengan lembaga pendidikan mulai tingkat daerah sampai tingkat
pusat. Program UKS ini hendaknya dilaksanakan dengan baik sehingga
sekolah menjadi tempat yang dapat meningkatkan atau mempromosikan
derajat kesehatan peserta didik. Penyelenggaraan program kesehatan
sekolah sebagai upaya untuk mencapai tujuan pengembangan kemampuan
hidup, sebagai syarat utama tercapainya derajat kesehatan yang optimal,
dan selanjutnya menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas.

1.2. RumusanMasalah
1. Apa pengertian dari P3K ?
2. Apa saja tujuan P3K ?
3. Apa saja Prinsip P3K ?
4. Apa saja jenis P3K ?
5. Bagaimana pertolongan pertama RJP ?
6. Bagaimana pertolongan pertama Balut & Bidai ?
1.3. Tujuan
1.3.1 TujuanUmum :
Tujuan umum pembuatan proposal ini adalah untuk memahami
tentang P3K dan menerapkanya sesuai dengan konsep dan teori yang
didapatkan selama proses pembelajaran.
1.3.2 TujuanKhusus :
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari P3K ?
2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan P3K ?
3. Untuk mengetahui dan memahami prinsip P3K ?
4. Untuk mengetahui dan memahami jenis P3K ?
5. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pertolongan pertama
RJP ?
6. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pertolongan pertama
Balut & Bidai ?
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Aplikatif
1. Menambah tingkat pengetahuan tentang cara-cara penanganan
pertolongan pertama pada kecelakaan di sekolah.
2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan pertolongan
kepada orang lain dan diri sendiri mengenai RJP dan Balut & Bidai,
serta menanamkan nilai saling tolong menolong dan keberanian.
1.4.2 Manfaat Metodologi
1. Memberikan gambaran kepada semua pelajar mengenai
pentingnya memiliki pengetahuan khusus tentang P3K.
2. Memberikan kemudahan bagi masyarakat khususnya para
pelajar dalam memahami tindakan penanganan dalam
pertolongan pertama RJP dan Balut & Bidai
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definis Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)


Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) adalah upaya
pertolongan pertama dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan
sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau
paramedic. Ini berarti pertolongan tersebut bukan sebagai pengobatan atau
penanganan yang sempurna tetapi hanyalah sebagai pertolongan sementara
yang dilakukan oleh petugas P3K (petugas medic atau orang awam) yang
pertama kali melihat korban. Pemberian pertolongan harus secara cepat dan
tepat dengan menggunakan sarana dan prasarana yang ada ditempat kejadian.
Tindakan P3K yang dilakukan dengan benar akan mengurangi cacat atau
penderitaan atau bahkan menyelamatkan korban dari kematian, tetapi apabila
tindakan P3K yang dilakukan tidak baik malah bisa memperburuk akibat
kecelakaan bahkan menimbulkan kematian.

2.2. Tujuan P3K


2.2.1. Menyelamatkan nyawa atau mencegah kematian.
1. Memperhatikan kondisi dan keadaan yang mengancam korban
2. Melaksanakan resusitasi jantung dan paru (RJP) kalau perlu
3. Mencari dan mengatasi pendarahan
2.2.2. Mencegah cacat yang lebih berat (mencegah kondisi buruk)
1. Menentukan diagnose
2. Menangani korban dengan prioritas yang logis
3. Memperhatikan kondisi atau keadaan (penyakit) yang tersembunyi
2.2.3. Menunjang penyembuhan
1. Mengurangi rasa sakit dan rasa takut
2. Mencegah infeksi
3. Merencanakan pertolongan medis serta transportasi korban dengan
tepat
2.3. Prinsip-prinsip P3K

Prinsip Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Pemberian pertolongan


pertama pada kecelakaan mempunyai prinsip-prinsip yang harus dipatuhi
baik oleh penolong maupun korban. Hal ini perlu ditegaskan agar tidak
menyalahi perlakuan yang semestinya diberikan kepada korban kecelakaan.
Adapun prinsip pertolongan pertama pada kecelakaan adalah

1. Memberikan perasaan tenang kepada korban kecelakaan

2. Mencegah atau mengurangi rasa takut dan gelisah korban kecelakaan

3. Mengurangi bahaya yang lebih besar

4. Tidak merasa bisa untuk memberikan pertolongan pada korban


kecelakaan

5. Mempunyai pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan

6. Mampu melihat situasi dan kondisi korban

7. Bekerja dengan tenang

Berdasarkan beberapa prinsip di atas maka jelaslah tugas dari penolong


sangat penting untuk membantu korban kecelakaan.

2.4. Jenis-jenis Pertolongan pertama pada Kecelakaan (P3K)

2.4.1. Shock

Yaitu suatu keadaan yang timbul yang disebabkan oleh kehilangan darah,
perasaan sakit yang luar biasa, psikis yang terganggu.

2.4.2. Pendarahan berat

Keluarnya darah dari pembuluh darah yang rusak baik didalam maupun
diluar tubuh, pendarahan ini sangat umum yang dapat disebabkan oleh
berbagai kejadian atau kondisi.
2.4.3. Pernapasan berhenti

Suatu kondisi berhentinya proses pernafasan dalam waktu singkat (


beberapa detik hingga satu atau dua menit ) tetapi dapat juga terjadi dalam
jangka panjang.

2.4.4. Pingsan

Hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2,lapar,terlalu


banyak mengeluarkan tenaga, dehidrasi (kurangnya cairan tubuh),
hiploglikemia,anemia.

2.4.5. Patah tulang


Rusaknya jaringan tulang secara keseluruhan maupun sebagian.
2.4.6. Pembalutan
Suatu tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh
tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.
2.4.7. Dehidrasi
Suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan cairan. Hal ini terjadi
apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang masuk.
Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan elektrolit (K,Na,Cl,Ca).
2.4.8. Pusing/vertigo/nyeri kepala
Yaitu sakit yang disebabkan oleh kelelahan, kelaparan,gangguan kesehatan
dll
2.4.9. Maag atau mual
Yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.
2.4.10. Asma
Yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan
2.4.11. Mimisan
Pecahnya pembulu darah didalam lubang hidung karena suhu ekstrim
2.4.12. Memar
Pendarahan yang terjadi dilapisan bawah kulit akibat dari benturan keras
2.4.13. Luka
Suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena
kekerasan/injury.
2.4.14. Luka bakar
Luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang
menghasilkan panas (api,air panas,listrik,atau zat-zat yang bersifat membakar)

2.5. CARA MEMINDAHKAN PASIEN


Teknik/prosedurMemindahkan Pasien

a. Memindahkan pasien dari brankar ke TempatTidur/sebaliknya


1. Menjelaskan prosedurpemindahan
2. Atur brankar/TempatTidurdalam kondisi terkunci
3. Berdiri di sisi kanan atau kiri pasien
4. Kemudian masukkan tangan ke bawah tubuh pasien
5. Silangkan tangan pasien di atas dada
6. Pasien diangkat oleh sekurang-kurangnya 2 - 3 orang perawat (sesuai
kebutuhan)
7. Ketiga perawat berdiri disisi sebelah kanan pasien :
a. Perawat I (paling tinggi) dan berdiri di bagian kepala sebagai
pemberi istruksi).
b. Perawat II berdiri di bagian pinggang
c. Perawat III berdiri di bagian kaki
8. Lengan kiri perawat I berada di bawah kepala/leher dan pangkal
lengan pasien,dan lengan kanan dibawah punggung pasien
9. Lengan kiri perawat II dibawah pinggang pasien, lengan kanan
dibawah bokong pasien.
10. Kedua lengan perawat III mengangkat seluruh tungkai pasien.
11. Setelah siap, salah seorang perawat memberi aba-aba untuk
bersama-sama mengangkat pasien.
12. Dengan langkah bersamaan, berjalan menuju ke tempat tidur /
brankar yang telah disiapkan.
13. Setelah pasien berada di atas TT/brankar, posisi pasien diatur,
selimut dipasang atau dirapikan.
b. Memindahkan Pasien Dengan Cara Log Roll
Log rolladalah sebuah teknik yang digunakan untuk
memiringkan klien yang badannya setiap saat dijaga pada posisi lurus
sejajar (seperti sebuah batang kayu). Contohnya untuk klien yang
mengalami cidera spinal. Asuhan yang benar harus dilakukan untuk
mencegah cidera tambahan. Teknik ini membutuhkan 2-5 perawat.
Untuk klien yang mengalami cidera servikal, seorang perawat harus
mempertahankan kepala dan leher klien tetap sejajar (Berman, 2009).
Tujuan dari Logroll yaitu untuk mempertahankan alignment
anatomis yang benar dalam usaha untuk mencegah kemungkinancedera
neurologis lebih lanjut dan mencegah penekanan area cedera.
Prosedur log roll diimplementasikan pada tahapan-tahapan manajemen
pasien trauma termasuk:
1. Sebagai bagian dari primaryand second dary survey untuk
memeriksa tulang belakang klien.
2. Sebagai bagian dari proses pemindahan dari dan ke tempat tidur
(seperti diradiologi)
3. Untuk pemberian perawatan collar servikal atau area tertekan
4. Memfasilitasi fisioterapi dada dan lain-lain.
Sedikitnya empat orang penolong dibutuhkan untuk membantu dalam
prosedur log roll dengan tugas sebagai berikut:
1. Satu penolong untuk menahan kepala klien
2. Dua penolong untuk menahan dada, abdomen dan lengan bawah.
Tambahan satu orang mungkin juga akan dibutuhkan pada saat
melakukanlogrollklien trauma yang gemuk, tinggi atau memiliki
cedera pada lengan bawah.
3. Satu penolong melakukan prosedur yang dibutuhkan (misalnya
pengkajian tulang belakang klien).
2.6.BANTUAN HIDUP DASAR (BHD)/ RESUSITASI JANTUNG PARU
(RJP)

Merupakan langkah pertolongan medis untuk mengembalikan fungsi nafas


dan atau sirkulasi darah di dalam tubuh yang terhenti.

2.6.1. TATA CARA BHD

Tata laksana BHD atau RJP memerlukan pengaturan yang sistematis untuk
menentukan keberhasilan resusitasi tersebut. Oleh karena itu diperlukan :

1. Segera tentukan kasus henti jantung dan hubungi sistem kegawatan

2. Lakukan RJP yang terfokus pada kompresi jantung


3. Defibrilasi segera
4. Tindakan advance life support yang efektif
5. Penanganan pasca cardiac arrest yang terintegrasi
2.6.2. SISTEMATIKA BHD

Sistematika BHD disusun berdasrkan pedoman menurut American Heart


Association(AHA) 2015.

1. C-A-B (Compresion-Airway-Breathing) sebagai pengganti A-B-C


(Airway-Breathing-Compretion) untuk RJP dewasa, anak dan bayi.
Pengecualian hanya untuk RJP neonatus
2. Tidak ditekankan lagi looking, listening, feeling. Kunci untuk menolong
korban henti jantung adalah aksi (action) tidak lagi penilaian (assesment)
3. Tekan lebih dalam. Dulu antara 3-5 cm. Saat ini AHA menganjurkan
penekanan dada sampai 5-6 cm
4. Tekan lebih cepat. Untuk frekuensi penekanan, dulu AHA menggunakan
kata-kata sekitar 100x/m. Saat ini AHA menganjurkan frekuensi 100-
120x/m.
5. Untuk awam, AHA tetap menganjurkan: Hands only CPR untuk yang tak
terlatih
6. Kenali tanda-tanda henti jantung akut:
- Pingsan tiba-tiba
- Tidak ada denyut jantung
- Tidak ada pernafasan
- Kehilangan kesadaran (tidak ada respon)
7. Jangan berhenti memompa/ menekan dada semampunya, sampai AED
dipasang dan menganalisis ritme jantung. Bila perlu memberikan ventilasi
mulut ke mulut, dilakukan dengan cepat dan segera kembali menekan
jantung

2.6.3. KUALITAS DARI RJP

1. Kompresi kuat (kedalaman 5-6 cm) DAN cepat 100-120 x/menit.


Dengan kembalinya (recoil) dinding dada yang sempurna setelah
kompresi
2. Kurangi gangguan pada kompresi
3. Hindari ventilasi yang berlebihan
4. Rotasi penolong yang melakukan kompresi setiap 2 menit
5. Jika tidak ada bantuan jalan nafas advance (misal: intubasi), lakukan
RJP
dengan rasio kompresi : ventilasi 30:2

2.6.4. TEKNIK RJP/BHD

1. CIRCULATION

Gambar 1. Pijat jantung (separuh bawah dari sternum)


Tangan pertama diletakkan ditengah sternum separuh bawah dari
sternum. Tangan kedua diletakkan diatas tangan pertama, sehingga kedua
tangan overlapping dan pararel.
Gambar 2. kompresi jantung
Melakukan pijat luar dengan cara:
1. Kecepatan 100-120x/menit
2. Frekuensi 30 kompresi : 2 ventilasi
3. Kedalaman 5-6 cm
4. memberikan dada kesempatan untuk recoil sempurna
5. Rotasi pemijat jantung setiap 2 menit
6. Interupsi minimal selama kompresi (<10 detik)
7. Periksa nadi setiap 2 menit (5 siklus)

2. AIRWAY MANAJEMEN
Saluran pernafasan harus dibuka terlebih dahulu sebelum diberikan
bantuan pernafasan, yaitu dengan membuka saluran nafas menggunakan
teknik chin lift/head tilt.

Gambar 3. Head tilt dan chin lift

3. BREATHING
Cara napas buatan :
1. Posisi bebas jalan nafas
2. Jepit hidung
3. Buka mulut
4. Tiup 1,5 – 2 detik
5. Lepas / ekshalasi
Bila napas buatan kurang efektif :
1. Bersihkan dari sumbatan
2. Head tilt – chin lift  benar
3. Coba 5 x nafas buatan

Gambar 4 : Cara melakukan napas buatan mouth to mouth

2.7.PEMBALUTAN DAN PEMBIDAIAN


Pembalutan adalah suatu tindakan untuk menyangga atau menahan
bagian tubuh agar tidak bergeser dan berubah posisi dari yang dikehendaki.
Sedangkan pembidaian adalah alat dari kayu utnuk menyangga bagian organ
yang patah sehingga dapat mengurangi rasa sakit.
2.7.1. INDIKASI BALUT DAN BIDAI
1. Adanya fraktur tertutup ataupun terbuka
2. Dislokasi persendian
3. Posisi ekstremitas yang abnormal
4. Memar
5. Bengkak
6. Perubahan benntuk
7. Nyeri gerak aktif dan pasif
8. Nyeri sumbu
9. Fungsiolensa
10. Perdarahan bisa ada dan tidak
11. Kram otot sekitar lokasi cedera

2.7.2. ALAT BALUT DAN BIDAI


2.7.2.1.Balut :
1. Pembalut steril sesuai kebutuhan ( segitiga biasa / mitella , funda ,
platenga , pembalut pita , dll )
2. Set perawatan luka
2.6.2.2.Bidai :
1. Papan kayu
2. Sarung tangan
3. Mittela
4. Pembalut gulung
5. Kasa sterill

2.6.3. TEKNIK BALUT DAN BIDAI

Dan pertolongan terhadap luka yang paling sering dapat dilakukan


pertama adalah dengan melakukan pembalutan.Prinsip membalut ialah
untuk menahan sesuatu agar tidak bergeser dari tempatnya. Sehingga
tujuan pembalutan adalah:

1. Mempertahankan bidai, kasa penutup dan lain-lain

2. Imobilisasi, dengan menunjang bagian tubuh yang cedera dan


menjaga agar bagian tubuh yang cedera tidak bergerak

3. Sebagai penekan untuk menghentikan perdarahan dan menahan


pembengkakan

4. Mempertahankan keadaan asepsis

Secara umum untuk melakukan pembalutan diperlukan prosedur berikut :

1. Menanyakan penyebab luka atau bagaimana luka tersebut terjadi

2. Memperhatikan Luka dan patah tulang akibat kecelakaan atau


trauma merupakan salah satu kondisi yang sering terjadi. tempat atau
letak yang akan dibalut dengan berdasar pada permasalahan berikut :

a. Bagian tubuh yang mana?


b. Apakah ada luka terbuka atau tidak?

c. Bagaimana luas luka?

d. Apakah perlu membatasi gerak bagian tubuh tertentu?

Jika ada luka terbuka, maka sebelum dibalut perlu diberi desinfektan atau
dibalut dengan pembalut yang mengandung desinfektan. Demikian pula
jika terjadi dislokasi, maka perlu dilakukan tindakan reposisi terlebih
dahulu.

Memperhatikan bentuk-bentuk bagian tubuh yang akan dibalut, yaitu:

1. Bentuk bulat seperti kepala

2. Bentuk silinder seperti leher, lengan atas, jari tangan dan tubuh

3. Bentuk kerucut seperti lengan bawah dan tungkai atas

4. Bentuk persendian yang tidak teratur

5. Memilih jenis pembalut yang akan dipergunakan (bisa salah satu


atau kombinasi)

Menentukan posisi balutan dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :

1. Membatasi pergeseran / gerak bagian tubuh yang perlu difiksasi

2. Sesedikit mungkin membatasi gerak bagian tubuh yang lain

3. Mengusahakan posisi balutan yang paling nyaman untuk kegiatan


pokok korban

4. Tidak mengganggu peredaran darah (misalnya pada balutan berlapis,


maka lapis yang paling bawah diletakkan di sebelah distal)

5. Balutan diusahakan tidak mudah lepas atau kendor .

2.6.3.1. PEMBALUTAN DENGAN PITA GULUNG


Pembalut pita dapat digunakan sebagai pengganti pembalut yang
berbentuk segitiga. Secara umum cara membalut dengan pita dapat
mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Berdasar pada besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka dipilih
pembalut pita dengan ukuran Iebar yang sesuai.

2. Pembalutan biasanya dibuat bebrapa lapis, dimulai dari salah satu


ujung yang dibalutkan mulai dari proksimal bergerak ke distal untuk
menutup sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut, kemudian dari
distal ke proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling menyilang
dan tumpang tindih antara bebatan yang satu dengan bebatan
berikutnya.

3. Kemudian ujung pembalut yang pertama diikat dengan ujung yang


lain secukupnya. Beberapa teknik penggunaan pembalut pita antara
lain :

a. Balutan sirkuler (spiral bandage) Digunakan untuk membalut


bagian tubuh yang berbentuk silinder.

Caranya: Pembalut mula-mula dikaitkan dengan 2-3 putaran,


lalu pada saat membalut tepi atas balutan harus menutupi tepi
bawah balutan sebelumnya, demikian seterusnya.
b. Balutan pucuk rebung (spiral reverse bandage) Digunakan
untuk membalut bagian tubuh yang berbentuk kerucut.
Caranya: Setelah pembalut dikaitkan dengan 2-3 putaran, maka
pembalut diarahkan ke atas dengan menyudut 45°, lalu di tengah
pembalut tadi dilipat mengarah ke bawah dengan sudut 45° juga,
demikian seterusnya.

c. Balutan angka delapan (figure of eight) Teknik balutan yang dapat


digunakan pada hampir semua bagian tubuh, terutama pada daerah
persendian. Pada kasus terkilir, ligamentum yang sering robek ialah
yang terletak di lateral, karena itu kaki diletakkan dalam posisi
eversi/rotasi eksterna untuk mengistirahatkan dan mendekatkan
kedua ujung ligamentum tersebut baru kemudian dibalut. Caranya:

1. Pembalut mula-mula dililitkan di pergelangan beberapa kali, lalu


diteruskan ke punggung kaki (dalam hal membalut pergelangan
kaki), melingkari telapak kaki, naik lagi ke punggung dan
pergelangan kaki, demikian seterusnya sehingga membentuk angka
delapan.

2. Untuk menghindari menghindari teregangnya balutan ini,


dipergunakan plester selebar 2-3 cm. Plester tersebut dilekatkan dari
sisi medial pergelangan melingkari telapak kaki ke sisi lateral, lalu
dari sisi medial punggung kaki melingkari rtumit ke sisi lateral,
demikian seterusnya dengan diselang-seling. Plester harus cukup
panjang hingga mencapai kulit yang tak terbalut. Balutan ini harus
diganti setiap 4-6 hari.

d. Balutan rekurens (recurrent bandage) Balutan ini dapat dilakukan


pada kepala atau ujung jari, misalnya pada luka di puncak kepala.
Caranya: Pembalut dilingkarkan di kepala tepat di atas telinga 2-3
kali. Setelah pembalut mencapai pertengahan dahi, dengan dipegang
oleh seorang pembantu pembalut ditarik ke oksiput dan disini
dipegang oleh pembantu, lalu pembalut kembali ditarik ke dahi.
Setelah seluruh kepala tertutup, ujung-ujung bebas di dahi dan di
oksiput ditutup dengan balutan sirkuler lagi. Lalu diperkuat dengan
plester selebar 2-3 cm mengelilingi dahi sampai oksipital.

2.6.3.2.CARA MEMBALUT DENGAN MITELLA

Dalam kasus pertolongan pertama, pembalut segitiga sangat


banyak gunanya, sehingga dalam perlengkapan medis pertolongan
pertama pembalut jenis ini sebaiknya disediakan lebih dari satu
macam.Mitella dipergunakan untuk membalut bagian tubuh yang
berbentuk bulat. Dapat pula untuk menggantung lengan yang
cedera. Selain itu dapat dilipat sejajar dg alasnya, menjadi
pembalut bentuk dasi ( cravat ), dalam hal ini mitella dapat diganti
dengan pembalut pita. Secara umum cara membalut dengan pita
dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Salah satu sisi mitella dilipat 3-4 cm sebanyak 1-3 kali.

2. Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan di luar bagian


yang akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi
itu diikatkan.

3. Salah satu ujung lainnya yang bebas ditarik dan dapat diikatkan
pada ikatan (b) diatas, atau diikatkan pada tempat lain atau
dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung tempat dan
kepentingannya.
2.6.4. MEMBALUT TUBUH

1. Membalut dada Puncak kain segitiga diletakkan di salah satu bahu


penderita, sedang sisi alasnya dirapatkan di perut dan kedua sudut
alasnya ditarik ke punggung kemudian disimpulkan. Puncak kain tadi
dari atas bahu ditarik ke punggung dan disimpulkan dengan salah satu
sudut alas.

2. Membalut punggung Pemasangan pembalut dibalik, merujuk pada cara


membalut dada diatas.

2.6.5. MEMBALUT ANGGOTA TUBUH DAN PERSENDIAN

1. Membalut sendi siku atau sendi lutut Sendi siku (atau sendi lutut)
dibalut pada posisi dengan nyeri yang minimum. Sebuah k ain segitiga
berbentuk dasi selebar 20 cm, bagian tengahnya diletakkan pada lekuk
siku (atau lekuk lutut) dan ujung-ujungnya dililitkan mengelilingi
sendi – ujung atas mengelilingi lengan atas (atau tungkai atas) dari
proksimal ke lekuk sendi, sedang ujung bawah mengelilingi lengan
bawah (atau tungkai bawah) dari distal ke lekuk sendi. Lalu kedua ujug
itu disimpukan di sisi lateral sendi.

2. Menggendong lengan
1) Pilihlah jenis dan ukuran pembalut mitella yang sesuai dengan
keadaan luka dan postur pasien b. Letakkan kain segitiga di depan
dada dan di bawah lipatan ketiak, dengan puncak alas kain
mengarah ke sisi lengan yang cedera dan salah satu sudut alas kain
ujungnya mencapai belakang leher dari sisi yang berlawanan
dengan lengan yang cedera
2) Dalam posisi badan tegak, lekukkan siku dan letakkan lengan
bawah yang patah di atas kain dalam posisi datar
3) Untuk mengurangi perdarahan atau pembengkakan, letakkan jari
tangan lebih tinggi daripada siku
4) Lipatlah ke atas sudut alas lain dengan ujung mencapai belakang
leher dari arah sisi yang cedera sehingga membungkus lengan
bawah seperti menggendong
5) Simpul kedua ujung alas kain di belakang leher, dengan posisi
tidak boleh terletak di tengah untuk menghindari simpul menekan
kulit ke tulang belakang, dan juga tidak boleh diletakkan diatas
pleksus brakialis
6) Tarik puncak kain di lateral siku ke arah ventral dan lekatkan
dengan peniti.

7) Membalut pergelangan tangan Sebuah kain segitiga berbentuk dasi


bagian tengahnya diletakkan di telapak tangan; ujung-ujungnya
disilang di punggung tangan, lalu mengitari pergelangan tangan
dan disimpulkan disitu.
8) Membalut tumit dan dan pergelangan kaki Kain segitiga dilipat-
lipat dari sisi alas sampai 2/3 tinggi kain, lalu letakkan alas (yang
telah dilipat tadi) di pangkal tumit. Kedua ujungnya dililitkan di
pergelangan kaki membentuk angka delapan; setelah diulang
secukupnya, lalu disimpulkan di sisi dorsal pergelangan kaki.

2.6.7. TEKNIK BIDAI

Pada setiap kecelakaan dengan benturan yang keras, kemungkinan


patah tulang harus dipikirkan. Bahkan bila ragu-ragu, korban tetap harus
diperlakukan sebagai penderita patah tulang. Salah satu cara yag dilakukan
untuk menangani patah tulang adalah dengan teknik bidai.

2.6.7.1.BIDAI PADA LENGAN ATAS

Tulang lengan atas hanya ada sebuah dan berbentuk tulang panjang.
Tanda-tanda patah pada tulang panjang baik lengan maupun tungkai antara
lain: nyeri tekan pada tempat yang patah dan terdapat nyeri sumbu. Nyeri
sumbu adalah rasa nyeri yang timbul apabila tulang itu ditekan dari ujung
ke ujung.

Tindakan pertolongan :
1. Pasanglah bidai di sepanjang lengan atas dan berikan balutan untuk
mengikatnya. Kemudian dengan siku terlipat dan lengan bawah merapat
ke dada, lengan digantungkan ke leher.
2. Apabila patah tulang terjadi di dekat sendi siku, biasanya siku tidak dapat
dilipat. Dalam hal ini dipasang juga bidai yang meliputi lengan bawah, dan
biarkan lengan dalam keadaan lurus tanpa perlu digantungkan ke leher

2.6.7.2.BIDAI PADA LENGAN BAWAH

Lengan bawah memiliki dua batang tulang panjang, satu di sisi yang
searah dengan ibu jari dan yang satu lagi di sisi yang searah dengan jari
kelingking. Apabila salah satu ada yang patah maka yang yang lain dapat
bertindak sebagai bidai, sehingga tulang yang patah itu tidak beranjak dari
tempatnya. Meski demikian tanda-tanda patah tulang panjang tetap ada.

Tindakan pertolongan:

1. Pasanglah sepasang bidai di sepanjang lengan bawah. Bidai ini dapat


dibuat dari dua bilah papan, dengan sebilah papan di sisi luar dan sebilah
lagi di sisi dalam lengan. Dapat pula dipergunakan bidai dengan setumpuk
kertas koran membungkus lengan.

2. Berikan alas perban antara lengan dan bidai untuk mengurangi rasa sakit.

3. Ikat bidai-bidai tersebut dengan pembalut

4. Periksa apakah ikatan longgar atau terlalu keras menjepit lengan sehingga
pasien merasa lengannya menjadi lebih sakit.

5. Gantungkan lengan yang patah ke leher dengan memakai mitella.


2.6.7.3.BIDAI PADA TULANG PAHA

Seperti pada tulang lengan atas maka paha hanya memiliki sebatang tulang
panjang, sehingga tanda-tanda patah tulang paha tidak jauh berbeda
dengan pada lengan atas.

Tindakan pertolongan:

Sepasang bidai dipasang memanjang dari pinggul hingga ke kaki.

1. Apabila bagian yang patah berada di bagian atas paha maka bidai sisi luar
harus dipasang sampai pinggang.

2. Apabila bagian yang patah berada di bagian bawah paha maka bidai cukup
sampai panggul.

Bidai sudah harus dipasang sebelum dipindahkan ke tempat lain.

2.6.7.4.BIDAI PADA TULANG BETIS

Seperti pada lengan bawah, betis memiliki dua buah tulang panjang, yakni
tulang kering dan tulang betis. Karena letaknya tidak begitu terlindungi
maka tulang kering lebih mudah patah. Apabila hanya salah satu yang
patah maka tulang yang lain dapat berfungsi bidai. Karena itu meskipun
sepintas tampak utuh, kemungkinan patah tetap harus dipikirkan. Tanda-
tanda patah tulang betis adalah nyeri tekan di tempat yang patah, nyeri
sumbu, dan rasa sakit bila kaki digerakkan. Nyeri tekan disini dapat pula
diperiksa dengan menekan betis dari arah depan dan belakang sekaligus.

Tindakan pertolongan:

1. Dengan dua bidai, betis dibidai dari mata kaki sampai beberapa jari di atas
lutut. Papan bidai dibungkus dengan kain atau selimut untuk tempat
menempatkan betis. Di bawah lutut dan mata kaki diberi bantalan.

2. Selama menunggu pengangkutan kaki diletakkan lebih tinggi dari bagian


tubuh lainnya, untuk menghambat pembengkakan dan mengurangi rasa
sakit.

3. Apabila tulang yang patah terdapat di atas pergelangan kaki, pembidaian


berlapis bantal dipasang dari lutut hingga menutupi telapak kaki.
BAB 3

STRATEGI PELAKSANAAN

3.1 Susunan Keaggotaan

1) Pelindung : Farida Hayati, S.Kep.,M.Kep.


2) Pembimbing 1 : Dr.Maftachul Huda.,M.Kep.,Sp.Kom
3) Pembimbing 2 : Pria Wahyu G.R, M.Kep
4) Ketua Panitia : M. Umar Al Fauzi
5) Sekertaris : Putri Regina Fiorela Al Huda
6) Bendahara : Eva Kholifatul Ulul Azmi
7) Sie Acara : 1. Erinda Cipta Amindari
2. Wiji Nurlatifa
3. Holifatul Rosida
8) Sie Humas : 1. Amelia Lolytha Abdullah
2. Nita Septiani
9) Sie Komsumsi : Sintia Indarwati
10) Sie Dokumentasi : 1. Dwi Rahmawati
2. M. Dycha Rizky Maulana
11) Sie Perlengkapan : 1. Kiki Riska Nuraini
2. Cyndy Astian Mara Tri Tunggal
3.2 SATUAN ACARA PENYULUHAN

3.2.1 Susunan Acara Penyuluhan

1. Nama Diklat : UKS


2. Mata Diklat :P3K di Sekolah
3. Alokasi Waktu :30 menit
4. Deskripsi Singkat : Mata diklat kali ini akan membahas
Pengertian P3K, Tujuan P3K, Prinsip P3k, Jenis
P3K, Cara melakukan RJP, Cara melakukan Balut
dan Bidai.
5. Tujuan Pembelajaran :
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu menjelaskan dan
mempraktekkan P3K di Sekolah.

b. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti materi ini peserta dapat :

1) Menjelaskan pengertian P3K dengan benar


2) Menyebutkan tujuan P3K dengan benar
3) Menyebutkan Prinsip P3K dengan benar
4) Menyebutkan Jenis P3K dengan benar
5) Mempraktekkan RJP dengan benar
6) Mempraktekkan Balut dan Bidai dengan benar
6. Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan :
1) Pengertian P3K
2) Tujuan P3K
3) Prinsip P3k
4) Jenis P3K
5) Cara melakukan RJP
6) Cara melakukan Balut dan Bidai.
7. Kegiatan 1

Tahap Kegiatan Alokasi Media/Alat


No Metode
kegiatan Fasilitator Peserta Waktu Bantu

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Memberi Menjawab 3 menit Cerama LCD,


salam salam h Proyektor,
Menyimak, Sound
2. Memperke menjawab System, alat
nalkan diri Balut dan
Merespon & Bidai dan
3. Bina ikut aktivitas alat RJP.
Suasana

4. Menyampa Menyimak,
ikan judul menjawab
topik yang
Pendahulua akan
1
n dibahas

5. Menguraik Menyimak,
an Tujuan menjawab
Pembelajar
an Umum
dan Tujuan
Pembelajar
an Khusus

6. Menyampa Menyimak
ikan Pokok dan mencatat
Bahasan
1. Melakukan Menyimak 25 Cerama
apersepsi dan menit h
menjawab
2. Menanyak
an kepada Menyimak
peserta dan
tentang menjawab
2 Penyajian P3K di
sekolah
3. Menjelask Menyimak,
an tentang bertanya &
pengertian menjawab
P3K di
sekolah,
tujuan
Bertanya dan
P3K, Menjawab
prinsip
P3K, jenis
P3K, cara
melakukan
RJP, cara
melakukan
balut dan Melakukan
bidai, dan simulasi
cara
memindah
kan pasien.
4. Menampil
kan video
tentang
RJP, Balut
Bidai, dan
cara
memindah
kan pasien.
5. Memperag
akan RJP,
Balut
Bidai, dan
memindah
kan pasien.
6. Memberi
kesempata
n bertanya
kepada
peserta
7. Melaksana
kan
evaluasi
pembelajar
an dengan
meminta 3
orang
peserta
menjawab
pertanyaan
yang
diberikan
dan
memperag
akan RJP,
Balut
Bidai, dan
memindah
kan pasien.
1. Membuat Menyimak & 2 menit Cerama
kesimpula menjawab h
n
2. Memberik Menyimak
an
Menerima
motivasi
kepada Menyimak &
peserta menjawab
3. Memberik
an
3 Penutup Cinderama
ta salam
4. Menutup
acara
dengan
ucapan
terima
kasih dan
apresiasi
kepada
peserta.
Tabel 1. Satuan Acara Penuyuluhan

8. EVALUASI

Melaksanakan evaluasi menggunakan pretest dan postest siswa/i


50 anggota PMR MAN 3 KEDIRI yang mengikuti penyuluhan

9. REFERENSI

1) Bouwhuizen, M. 1991. Bahan Bebat dan Pembebatan Luka dalam


Ilmu Keperawatan Bagian I. EGC. Jakarta.
2) Ellis, J.R., Nowlis, E.A., Bentz, P.M. 1996. Applying Bandages and
Binders in Modules for Basic Nursing Skills. 6th Edition. Lippincot.
New York.
3) Doddy, ahmad. 2008. Buku saku P3K. Jakarta. Departemen
Pendidikan Nasional.
4) Andyawan, P. (2013). Pertolongan Pertama pada Kecelakaan.
http://andryawanbisnis.files.wordpress.com/2013/04/p3k-
lengkap.pdf (diakses 16 November 2013)
5) Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
6) Margareta, S. (2012). Buku Cerdas P3K: 101 Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan. Yogyakarta: Niaga Swadaya.
7) AHA. 2015. Cardiopulmonary Resuscitation Guidlaine.
Downloaded on Januari 2017
8) Mark S. 2015 American Heart Association Guidelines Update for
Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular
Care. Circulation. 2015;132:S444-S464

Kediri, 25 Januari 2019


3.3 Anggaran Kegiatan
Sumber Dana
1. Dana prodi s1 keperawatan Rp. 300.000,-
2. Dana iuran mahasiswa 13 x 50.000,- Rp. 650.000,-
Jumlah Dana Rp. 950.000,-
Anggaran Dana
1. Kesekretariatan
Rp. 50.000,-
Proposal 2 x @Rp. 25.000,-
Rp. 50.000,-
LPJ 2 x @Rp. 25.000,-
Rp. 50.000,-
Doorprize
Rp. 111.000,-
BookLeat 37 x @Rp. 3.000,-
Rp. 80.000,-
Banner 1 x @Rp. 80.000,-
Rp. 200.000,-
Cindramata 1 x @Rp. 200.000,-
2. Konsumsi
Panitia 13 x @Rp. 5.000,- Rp. 65.000,-
Dosen 2 x @ Rp. 7.000,- Rp. 14.000,-
Guru 2 x @ Rp. 7.000,- Rp. 35.000,-
Peserta 50 x @ Rp. 5.000,- Rp. 250.000,-
Air mineral 2 x @ Rp. 26.000,- Rp. 52.000,- +
Rp. 957.000,-

Total Pengeluaran

Tabel 2. Anggaran Kegiatan

3.4 TAHAP EVALUASI


a. Struktur
1. Peserta penyuluhan sebanyak 50 siswa/i di MAN 3 KANDANGAN
2. Perlengkapan yang digunakan selama diskusi adalah infocus, laptop,
powerpoint, booklet. Penggunaan bahasa sangat komunikatif dan
aplikatif dalam penyampaian penyuluhan kesehatan, siswa/i
memahami dengan apa yang telah disampaikan oleh mahasiswa.
b. Proses
1. Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada hari jumat tanggal 31 Januari
2019 pada pukul 13.00 WIB, jadwal ini sesuai dengan yang telah
ditentukan.
2. Peserta yang hadir tampak antusias mengikuti penyuluhan dari awal
sampai akhir.
3. Pertanyaan yang diajukan peserta dapat dijawab dengan baik oleh
penyaji.
c. Hasil

1. pre pelaksanaan
 67% peserta dapat Menjelaskan tentang definisi P3K
 45% peserta dapat Mengerti tujuan dari P3K
 60 % peserta dapat Mengetahui prinsip dari P3K
 47% peserta dapat Mengerti sistematika dari P3K
 16% peserta dapat Mengerti simulasi dari P3K
2. post pelaksanaan
 80% peserta dapat Menjelaskan tentang definisi P3K
 80% peserta dapat Mengerti tujuan dari P3K
 75% peserta dapat Mengetahui prinsip dari P3K
 70% peserta dapat Mengerti sistematika dari P3K
 75% peserta dapat Mengerti simulasi dari P3K
BAB 4

PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Kegiatan


Kamis, 31 januari 2019 di MAN 3 Kediri yang betempat di Kecamatan
Kandangan, diadakan penyuluhan atau yang biasa disebut promosi kesehatan
tentang P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) yang berfokus pada
pemberian pertolongan untuk seseorang yang mengalami fraktur dan henti
nafas dengan melakukan RJP. Dari MAN 3 Kediri ada sekitar 54 siswa dan
siswi pengikut ekstrakulikuler PMR yang mengikuti penyuluhan. Kegiatan ini
diikuti oleh dosen pembimbing kami yaitu Bapak Dr.
Ns.M.Huda.,M.Kep.,Sp.Kom dan Bapak Pria Wahyu G.R, M.Kep,
mahasiswa dan mahasiswi S1 Keperawatan tingkat 3 diantaranya Amelia
Lolytha Abdullah, Cyndy Astian Mara Tri Tunggal, Dwi Rahmawati, Erinda
Cipta Amindari, Holifatul Rosidah, Kiki Riska Nuraini , M. Umar Al-Fauzi,
M. Dycha Rizky Maulana, Nita Septiani , Putri Regina Fiorela Al-Huda,
Sintia Indarwati, dan Wiji Nurlatifa yang memiliki jobdisk masing – masing
untuk penyuluhan ini, Ibu Siti Malikah,S.Pd selaku pembina PMR, dan Ibu
Nila Roihatul Jannah selaku pembina UKS. Kegiatan dilakukan setelah
kegiatan sholat dhuhur pukul 13.00 dibuka langsung oleh M.Umar Al-Fauzi
selaku ketua kelompok dengan ucapan terimakasih kepada pihak MAN 3
Kediri yang sudah memberikan izin kelompok kami untuk melakukan
penyuluhan tentang P3K dengan tujuan menambah ilmu dan wawasan kepada
siswa dan siswi yang mengikuti PMR khususnya.
Kegiatan selanjutnya yakni pemberian lembar pretest kepada audience,
untuk mengetahui seberapa tau mereka tentang P3K dan hal apa saja yang
dilakukan untuk menolong seseorang dengan keadaan darurat. Selanjutnya
pemberian materi yang disampaikan oleh Erinda Cipta Amindari yang
disambut antusias siswa dan siwi PMR. Pemberian materi yang pertama yakni
definisi pertolongan pertama pada kecelakaan, tujuan dilakuaknnya P3K,
kemudian prinsip – prinsip apa saja yang digunakan P3K untuk menolong
seseorang, jenis – jenis pertolongan pertama, tentang pembidaian denga luka
fraktur terbuka dan tertutup kemudian dilanjutkan dengan pemberian RJP pada
seseorang yang mengalami kecelakaan dan terjadi henti nafas.
Kemudian dilanjutkan dengan pemutaran video role play P3K. Dilanjutkan
praktek pemberian RJP yang dibimbing oleh Bapak Pria Wahyu G.R, M.Kep
dan dibantu oleh Kiki Riska dan M.Dycha untuk melakukan RJP.
Sesi berikutnya yakni diskusi dan tanya jawab yang diajukan oleh siswa dan
siswi. Pemberian doorprize kepada siswa atau siswi yang bertanya dan mau
maju ke depan untuk melakukan RJP sesuai yang diperagakan. Siswa dan
siswi antusias untuk bertanya yang kemudian dijawab dan dijelaskan oleh
Erinda Cipta Amindari dan juga Bapak Pria Wahyu G.R, M.Kep.
Selanjutnya dilakukan postest untuk siswa dan siswi mengenai P3K yang
sudah dijelaskan materi dan juga role play.
Kegiatan berakhir pukul 15.00, ditutup oleh Erinda Cipta Amindari selaku
pemateri dan dilanjutkan oleh ucapan terimakasih dari Bapak Pria Wahyu
G.R.,M.Kep. pemberian cinderamata oleh Bapak Dr.
Ns.M.Huda.,M.Kep.,Sp.Kom dan Bapak Pria Wahyu G.R, M.Kep kepada
pembina PMR Ibu Siti Malikah,S.Pd.
Kemudian dilanjutkan foto bersama.
BAB 5

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) adalah upaya


pertolongan pertama dan perawatan sementara terhadap korban kecelakaan
sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau
paramedic. Jenis P3K ada beberapa yaitu Bandtuan Hidup Dasar (BDH),
Balut dan Bidai, Pertolongan pada Pingsan, rawat luka, dll. Dalam
makalah penyuluhan ini kelompok kami lebih membahas ke Bantuan
Dasar Hidup dan Pembalutan Pembidaian. Pada penyuluhan ini ada
beberapa cara dan teknik untuk melakukan pembidaian pembalutan dan
BDH/RJP salah satunya yaitu dengan teknik Compressi, Airway, dan
Breathing (CAB).

5.2. SARAN

Pengetahuan tentang P3K sangat penting untuk dipelajari dan


diketahui karena dalam kehidupan sehari0hari P3K sangat diperlakukan
untuk menyelamatkan korban sebelum dibawa ke tenaga medis yang lebih
ahli.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Absensi Peserta Penyuluhan

Lampiran 2. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan


Lampiran 3. Sertifikat

Lampiran 4. BookLeat

S-ar putea să vă placă și