Sunteți pe pagina 1din 12

Analisis variabel Kesehatan Lingkungan

1. Air
a. Air bersih
Penggunaan sumber air bersih dimasyarakat sudah dapat dikatakan sudah
sangat baik, karena sebagian besar (85%) masyarakatnya menggunakan air
ledeng/PDAM. Sedangkan sisanya (15%) menggunakan sumur bor dan sumur
gali, namun kedua jenis sumur tersebut beresiko tercemar bakteri Eschercia coli
yang bersumber dari tangki septik yang berjarak kurang dari 10 meter sehingga
mempengaruhi kualitas air sumur tersebut dan dapat menimbulkan penyakit kulit
dan diare.
Faktor-faktor yang menyebabkan kualitas air sumur kurang baik yaitu jarak
septic tank dengan sumur yang kurang dari 11 meter dan Kondisi septic tank yang
tidak kedap air serta terletak pada tanah berpasir, sehingga air sumur gali tercemar
oleh tinja yang mengandung bakteri Eschercia coli serta dapat mengakibatkan
kualitas air sumur tidak sesuai lagi dengan standar peruntukannya sebagai sumber
air bersih. Salah satu penyakit yang di sebabkan karena kondisi air yang tidak
memenuhi syarat kesehatan adalah Diare (Purbowarsito, 2011).
b. Air minum
Untuk penggunaan air minum, sebagian besar masyarakat (72%) telah
menggunakan air isi ulang dan air kemasan. Air tersebut dapat dikatakan memiliki
kualitas yang baik, karena telah melewati uji laboratorium kelayakan air minum.
Selain itu, masih ada beberapa masyarakat yang memanfaatkan air
ledeng/PDAM sebagai air minum mereka. Tetapi sebelum air tersebut diminum,
air tersebut di masak terlebih dahulu hingga mendidih. Namun dilapangan kami
menemukan beberapa diantara air ledeng/PDAM yang dikonsumsi oleh
masyarakat tersebut memiliki kualitas fisik yang tidak memenuhi syarat kualitas
fisik air minum, yaitu keruh, berbau, berasa (chlor) dan terdapat endapan.
Sedangkan syarat kualitas fisik air minum yang baik (memenuhi syarat kualitas air
minum) adalah tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh, dan tidak berbau (PMK
RI 492/2010).
2. Jamban Sehat
Berdasarkan hasil pendataan yang telah dilakukan, seluruh masyarakat di
wilayah tersebut memiliki kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di jamban. 99% jamban
tersebut adalah jamban pribadi (milik sendiri), tetapi ada 1 KK (1%) yang tidak
memiliki jamban pribadi atau menumpang BAB dirumah tetangga/kerabatnya.
Namun hal ini bukan lah merupakan suatu masalah, karena yang terpenting tidak ada
masyarakat yang BAB di sungai/kebun/sawah walapun mereka tinggal dekat dengan
sungai/kali merah.
Apabila dilihat dari jenis jamban yang digunakan, jamban leher angsa dengan
tangki septic merupakan jamban yang digunakan oleh seluruh masyarakat disana.
Namun 60% diantaranya tidak menggunakan tangki septik yang benar. Karena pada
tangki yang mereka gunakan tidak dilengkapi dengan pipa ventilasi, sehingga belum
dapat dikatakan tangki yang septik. Jadi hanya ada 40% jamban saja yang
menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik.
Adapun syarat tangki septik yang memenuhi persyaratan kesehatan adalah
sebagai berikut :
a. Pipa ventilasi
Pipa ventilasi secara fungsi dan teknis dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Mikroorganisme dapat terjamin kelangsungan hidupnya dengan adanya pipa
ventilasi ini, karena oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya
dapat masuk ke dalam bak pembusuk, selain itu juga berguna untuk
mengalirkan gas yang terjadi karena adanya proses pembusukan. Untuk
menghindari bau gas dari septick tank maka sebaiknya pipa pelepas dipasang
lebih tinggi agar bau gas dapat langsung terlepas di udara bebas (Daryanto,
2005).
2) Panjang pipa ventilasi 2 meter dengan diameter pipa 175 mm dan pada lubang
hawanya diberi kawat kasa (Machfoedz, 2004).
b. Dinding tangki septik
1) Dinding dapat terbuat dari batu bata dengan plesteran semen
(Machfoedz,2004)
2) Dinding harus dibuat rapat air (Daryanto, 2005)
3) Pelapis terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama (Chandra, 2007).
c. Pipa penghubung
1) Tangki septik harus mempunyai pipa tempat masuk dan keluarnya air
(Chandra, 2007).
2) Pipa penghubung terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 atau 15 cm
(Daryanto, 2005)
d. Tutup tangki septik
1) Tepi atas dari tutup harus terletak paling sedikit 0,3 meter di bawah
permukaan tanah halaman, agar keadaan temperatur di dalam tangki septik
selalu hangat dan konstan sehingga kelangsungan hidup bakteri dapat lebih
terjamin (Daryanto,2005).
2) Tutup harus terbuat dari beton (kedap air).
3. Pengelolaan Sampah
Seluruh masyarakat telah sadar akan pentingnya untuk tidak membuang sampah
sembarangan. Hal ini terlihat dari hasil pendataan dan obeservasi langsung yang telah
kami lakukan, dimana seluruh masyarakatnya membuang sampah pada tempat
sampah yang ada di luar di depan rumah-rumah mereka. Masyarakat disana tidak
memiliki tempat sampah di dalam rumah mereka, sehingga untuk sampah yang ada
dikumpulkan terlebih dahulu kedalam kantong plastik sebelum sampah tersebut
diletakkan pada tempat sampah yang ada di depan rumah mereka. Adapun
mekanisme penanganan sampah di setiap rumah tangga adalah sebagai berikut :
a. Sampah yang ada dirumah dikumpulkan kedalam kantong plastik (tempat sampah
sementara).
b. Pada saat sore dan pagi hari, kantong plastik tersebut di keluarkan dan diletakkan
pada tempat-tempat sampah yang ada didepan rumah mereka.
c. Kemudian pada setiap paginya, petugas angkut sampah dengan menggunakan
gerobak, mengambil sampah-sampah di setiap rumah masyarakat.
Seluruh tempat sampah yang ada disana terbuat dari karet ban bekas yang
dibentuk menyerupai tempat sampah yang dilengkapi dengan tutup. Karena tempat
sampah tersebut dari karet/ban bekas, sehingga memiliki sifat yang kedap air, kuat,
dan tahan lama. Namun kondisi tempat sampah tersebut kurang terpelihara, hal ini
terlihat dari tempat sampah yang kotor (58%) dan ditemukan vektor (lalat) yang
berterbangan disekitar tempat sampah tersebut (55%). Menurut Kepmenkes RI No.
261 tahun 1998, tempat sampah yang baik adalah tempat sampah terbuat dari bahan
yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan mempunyai permukaan yang
halus pada bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup.
Bagi beberapa orang (9%), sampah-sampah organik yang berasal dari rumah
mereka dijadikan kompos untuk memupuk tanaman hias mereka. Sedangkan untuk
sampah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi, sampah tersebut akan dibakar (1%).
Namun masih belum ada kesadaran dari warga untuk melakukan pemisahan antara
sampah organik dan sampah an-organik.
4. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) Keluarga
Seluruh masyarakat membuang air limbah rumah tangga mereka langsung ke
parit atau selokan yang ada didepan rumah mereka yang disalurkan melalui pipa. Hal
ini terjadi karena ketidak-tahuan masyarakat tentang tata cara pengelolaan limbah
rumah tangga, dan juga ketidak-tersediaan lahan yang cukup untuk membuat sumur
resapan dan sumur penampungan air limbah.
Adapun cara pembuangan air limbah rumah tangga yang baik yaitu : (Chandra,
2007)
a. Pembuangan umum yaitu melalui tempat penampungan air limbah yang terletak di
halaman.
b. Digunakan untuk menyiram tanaman kebun.
c. Dibuang ke lapangan peresapan
d. Dialirkan ke saluran terbuka
e. Dialirkan ke saluran tertutup atau selokan
Namun hal diatas tidak akan dapat dilakukan, karena keterbatasan lahan yang
dimiliki oleh masyarakat. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan membuat
SPAL secara komunal, namun dibutuhkan biaya yang besar dalam pembuatannya.
5. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Sebagian besar masyarakat (57%) menyimpan bahan-bahan kimia di rumah
mereka. Bahan-bahan kimia tersebut adalah insektisida pembasmi/pengusir nyamuk
yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk mengusir nyamuk yang ada dirumah
mereka, seperti obat nyamuk bakar dan insektisida aerosol. Bahan-bahan kimia
tersebut bersifat beracun dan dapat meledak (insektisida aerosol) apabila berada pada
tempat dengan suhu/temperatur yang panas, sehingga dianggap bahan berbahaya dan
beracun (B3). Oleh karena itu, penyimpanan bahan kimia tersebut sangat perlu
berhati-hati, dan harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak.
6. Pengendalian Vektor
Guna mencegah perkembangbiakan nyamuk di sekitar rumah mereka, warga
secara rutin menguras bak-bak mandi dirumah mereka (84%), kemudian menutup
tempat penampungan air (53%), dan menaburkan bubuk larvasida pada tempat-tempat
penampungan air tersebut (56%), kecuali tempat penampungan air minum keluarga
dan tempat air minum hewan peliharaan (burung). mereka tidak ada yang melakukan
penguburan barang-barang bekas dikarenakan tidak tersedianya lahan untuk
menguburkannya.
Dari 84% masyarakat yang menguras bak mandi yang ada di rumah mereka,
sebagian besar (94%) masyarakat mengurasnya minimal satu kali setiap minggunya
dan separuh diantaranya (52%) menguras lebih dari satu kali. Namun masih ada
masyarakat (6%) yang tidak menguras bak mandinya secara rutin (minimal satu kali
dalam seminggu).
Untuk menjaga keluarga dari gigitan nyamuk, mereka biasa menggunakan
repelen, insektisida aerosol, dan memasang obat nyamuk bakar. Hanya sebagian
orang saja yang memakai kelambu dan memasang kawat kasa pada ventilasi
rumahnya. Selain cara-cara yang telah disebutkan sebelumnya, ternyata banyak
masyarakat yang menggunakan kipas angin untuk mengusir nyamuk, dan cara ini
dianggap lebih aman dan cukup efektif.
7. Hygiene sanitasi makanan dan minuman
Apabila dari segi hygiene sanitasi makanan dan minuman, makanan yang telah
masak apabila tidak habis dalam sekali makan, sebagian besar warga biasanya
menyimpannya diatas meja makan dengan ditutupi tudung saji (73%). Selain itu ada
yang menyimpannya dilemari tertutup (22%). Namun masih ada masyarakat yang
meletakkannya dibiarkan terbuka di atas meja makan (5%).
Makanan yang dibiarkan terbuka memiliki resiko terjadinya pencemaran
makanan oleh mikroorganisme yang dibawa oleh vektor (lalat, tikus, dan kecoa).
Sehingga apabila makanan tersebut telah tercemar, maka dapat menimbulkan
terjadinya penyakit gangguan sistem pencernaan.
Makanan yang telah dihinggapi mikroorganisme itu mengalami penguraian
sehingga dapat mengurangi nilai gizi dan kelezatannya, bahkan makan yang telah
mengalami penguraian dapat menyebabkan sakit bahkan kematian. Bakteri yang
tumbuh di dalam makanan mengubah makanan tersebut menjadi zat organik yang
berkurang energinya. Populasi mikroba pada berbagai jenis bahan pangan umumnya
sangat spesifik, tergantung dari jenis bahan pangannya, kondisi lingkungan dan cara
penyimpanannya dalam batas-batas tertentu kandungan mikroba pada bahan pangan
berpengaruh terhadap ketahanan bahan pangan tersebut. Beberapa jenis/spesies dari
bakteri saproba dan bakteri patogen dapat serta tumbuh dan berkembang biak dengan
baik jika makanan yang dihinggapi itu mempunyai pH, kelembaban dan temperatur
yang menguntungkan bagi kehidupan mereka, toksin yang dihasilkan ada dua (2)
pertama dapat berupa enterotoksin, yaitu toksin yang mengganggu alat-alat
pencernaan, kedua neurotoksin yaitu toksin yang mengganggu urat syaraf kita.
(Nurmaini, 2001)

Analisis masalah dan saran intervensi


1. Air
Penggunaan air bersih dan air minum sudah sangat baik, hanya saja masih
ditemukan masalah kualitas fisik pada air minum yang berasal dari air ledeng/PDAM.
Namun hal tersebut belum bisa dianggap masalah, karena tidak akan menimbulkan
kesakitan, hanya mengganggu dari segi setetika.
Sehingga tidak terlalu mendesak untuk dilakukan intervensi.
2. Jamban Sehat
Seluruh masyarakat telah menggunakan jamban leher angsa dengan tangi septik
dan tidak ada yang BAB sembarangan (sungai/sawah/kebun). Namun terdapat
permasalahan pada konstruksi tangki septik yang mereka pergunakan. Tangki septik
tersebut tidak dilengkapi dengan pipa ventilasi, sehingga akan mempengaruhi
kelangsungan hidup mikroorganisme pengurai yang terdapat pada tangki septik
tersebut. Apabila hal tersebut dibiarkan secara terus-menerus, maka tangki septik
tersebut akan cepat penuh, sehingga perlu disedot secara rutin dan akan sedikit
mengganggu dari segi ekonomi.
Oleh karena itu, intervensi untuk membuat pipa ventilasi perlu dilakukan,
apabila hal ini dianggap penting oleh masyarakat.
3. Pengelolaan Sampah
Tidak dapat permasalahan dalam pengelolaan sampah di wilayah tersebut, karna
tempat sampah yang tersedia sudah memenuhi persyaratan tempat sampah yang baik.
Hanya saja tempat sampah tersebut terlihat kotor dan ditemukan vektor (lalat) yang
berterbangan disekitarnya, apabila lalat tersebut hinggap pada makanan maka akan
menyebabkan penyakit. sehingga perlu dilakukan pembersihan rutin terhadap tempat
sampah tersebut. Selain itu, tidak ada pemisahan antara sampah organik dan an-
organik. Pemisahan sampah tersebut dapat dikatakan perlu, karena dengan
dilakukannya hal tersebut akan dapat memicu warga untuk membuat kompos (sampah
organik) dan kerajinan dari bahan daur ulang (sampah an-organik), sehingga secara
signifikan diharapkan dapat membantu perekonomian masyarakat.
Oleh karena itu, intervensi yang dapat dilakukan adalah :
a. Menghimbau masyarakat untuk membersihkan tempat sampah mereka secara
rutin.
b. Melakukan penyuluhan masyarakat tentang pemisahan antara sampah organik dan
an-organik, agar sampah yang ada dapat dimanfaatkan.
c. Apabila masyarakat telah bersedia dan telah melakukan pemisahan sampah, maka
dapat dilakukan workshop tentang pembuatan kompos (sampah organik).
d. Apabila masyarakat telah bersedia dan telah melakukan pemisahan sampah, maka
dapat dilakukan workshop tentang kerajinan-kerajinan daur ulang (sampah an-
organik).
4. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) Keluarga
Terdapat permasalahan dalam SPAL keluarga yang ada diwilayah ini, hal ini
dikarenakan air limbah yang berasal hasil dari aktivitas rumah tangga mereka
langsung dibuang/dialirkan ke parit/selokan yang pada akhirnya akan bermuara di
sungai. Hal ini akan mencemari badan air (parit/selokan dan sungai), karena tidak
melalui proses pengolahan terlebih dahulu, sehingga menimbulkan bau yang tidak
sedap dan mengurangi kualitas air pada badan air tersebut.
Oleh karena itu, sangat perlu dilakukan intervensi untuk membangun SPAL
yang benar. Namun melihat kondisi lahan untuk membangun SPAL tidak tersedia
(setiap rumah tidak memiliki pekarangan dan memiliki lahan yang sempit), maka
intervensi ini terasa sulit untuk dilaksanakan.
5. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Tidak terdapat masalah dalam hal penyimpanan B3, karena barang-barang yang
mengandung B3 tersebut telah disimpan pada tempat yang aman dan terhindar dari
jangkauan anak-anak. Sehingga tidak perlu dilakukan intervensi.
6. Pengendalian Vektor
Sebagian besar masyarakat telah melakukan pengendalian vektor dengan baik.
Hanya saja terdapat beberapa keluarga yang tidak rutin (minimal seminggu sekali)
menguras bak mandinya. Walaupun hanya beberapa keluarga, hal ini dapat berakibat
cukup fatal apabila pada salah satu bak mandi mereka ditemukan larva nyamuk Aedes
aegypti, dan berkembang menjadi indukan-indukan nyamuk. Karena nyamuk tersebut
merupakan inang bagi berkembangnya virus dengue yang dapat menyebabkan
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang cukup berbahaya dan bisa
mengakibatkan kematian.
Oleh karena itu, perlu dilakukan intervensi (fokus) terhadap keluarga yang
jarang menguras bak mandi mereka. Intervensi tersebut dapat dilakukan dengan cara
menaburkan bubuk larvasida terhadap bak mandi mereka yang disertai dengan sedikit
penyuluhan perorangan.
7. Hygiene sanitasi makanan dan minuman
Pengelolaan makanan masak dan tidak habis dalam sekali makan sudah sangat baik,
namun ada beberapa keluarga yang membiarkan dalam kondisi terbuka tanpa tertutup
tudung saji, sehingga membuat makanan tersebut akan sangat rentan tercemar oleh
vektor. Namun resiko tersebut cukup kecil kemungkinan terjadi, karena makanan
mereka seringkali habis dalam sekali makan.
Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan intervensi terhadap hygiene sanitasi makanan
dan minuman.
TINJAUAN PUSTAKA

Febriyanti Radjak, N. 2013. Pengaruh Jarak Septic tank dan Kondisi Fisik Sumur terhadap
Keberadaan Bakteri schercia coli pada Sumur Gali. Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo.

Nurmaini. 2001. Pencemaran Makanan Secara Kimia dan Biologis. Medan: Universitas
Sumatera Utara.

Ummi, F. 2011. Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengelolaan Air


Limbah Rumah Tangga di Desa Balee Kecamatan Glumpang Tiga Kabupaten Pidie.
Banda Aceh: STIKES U'budiyah Banda Aceh.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998. Tentang : Persyaratan


Kesehatan Lingkungan Kerja.
NO. DESKRIPSI TABEL/DIAGRAM/GRAFIK
1 berdasarkan hasil pendataan dan tabulasi yang telah dilakukan, sumber air bersih keluarga
yang digunakan oleh masyarakat di wilayah tersebut adalah air ledeng/PDAM, sumur gali,
dan sumur bor. Dengan air ledeng/PDAM sebagai sumber air yang paling banyak dipakai
dan air tersebut biasanya digunakan untuk keperluan cuci, mandi, dan kakus.
2 untuk keperluan air minum masyarakat biasanya menggunakan air isi ulang, air
ledeng/PDAM, dan air kemasan. Sebagian besar masyarakat lebih memilih air isi ulang,
karena dinilai lebih ekonomis daripada air kemasan dengan kualitas yang tidak jauh
berbeda. Sedangkan untuk air ledeng/PDAM dimasak terlebih dahulu sebelum diminum.
3 dari segi kualitas fisik air minum, air minum yang berasal dari air ledeng/PDAM beberapa
diantaranya terlihat keruh, berasa, berbau, dan ketika setelah dimasak sering ditemukan
endapan.
4 seluruh warga memiliki kebiasaan BAB di jamban.
5 Hampir seluruh masyarakat jamban yang biasa mereka gunakan adalah jamban pribadi
(milik sendiri), namum masih ada masyarakat yang tidak memiliki jamban pribadi sehingga
mereka harus BAB ke jamban milik tetangga/kerabatnya.
6 Sedangkan jenis jamban yang digunakan oleh masyarakat adalah jamban leher angsa
dengan tangki septik. Namun 60% diantaranya tidak menggunakan tangki septik yang
benar. Karena pada tangki yang mereka gunakan tidak dilengkapi dengan pipa udara,
sehingga belum dapat dikatakan tangki yang septik. jadi, hanya 40% jamban saja yang
menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik.
7 berdasarkan KK yang menggunakan sumber air bersihnya berasal dari sumur gali dan
sumur bor, apabila diukur jarak antara sumber air tersebut dengan tangki septik. Hanya ada
14% KK yang memenuhi syarat kesehatan yaitu ≥ 10 Meter, sedangkan sisanya berjarak
kurang dari < 10 meter. sehingga memungkinkan terjadinya pencemaran air oleh tinja yang
berasal dari tangki septik tersebut. dan beresiko menimbukan kejadian diare dan penyakit
kulit pada keluarga yang mempergunakannya.
8 seluruh masyarakat telah sadar akan pentingnya tidak membuang sampah sembarangan, hal
ini terlihat dari kebiasaan masyarakat yang membuang sampah pada tempat sampah yang
ada di rumah-rumah mereka.
9 adapun kondisi tempat sampah yang ada di rumah-rumah warga sebagian besarnya tertutup
dan kedap air. Namun sebagian diantaranya juga kondisinya masih terlihat kotor (tidak
terawat) dan terdapat vektor (lalat) disekitar tempat sampah tersebut. Selain itu, belum ada
kesadaran warga untuk melakukan pemisahan antara sampah yang bersifat organik dan an-
organik.
10 Penanganan sampah yang dilakukan antara lain adalah sampah yang terkumpul pada setiap
tempat sampah yang ada didepan rumah warga diangkut oleh petugas angkut sampah setiap
harinya. Selain itu ada beberapa rumah yang sampahnya dijadikan kompos untuk tanaman
hias mereka. sedangkan untuk sampah yang tidak dapat dimanfaat, sampah tersebut dibakar.
11 seluruh masyarakat membuang air limbah rumah tangga mereka langsung ke parit atau
selokan yang ada didepan rumah mereka.
12 sebagian besar masyarakat menyimpan bahan-bahan kimia di rumah mereka. Bahan-bahan
kimia tersebut adalah insektisida pembasmi/pengusir nyamuk yang biasa digunakan oleh
masyarakat untuk mengusir nyamuk yang ada dirumah mereka..
13 guna mencegah perkembangbiakan nyamuk di sekitar rumah mereka, warga secara rutin
menguras bak-bak mandi dirumah mereka, kemudian menutup tempat penampungan air,
dan menaburkan bubuk larvasida pada tempat-tempat penampungan air tersebut, kecuali
tempat penampungan air minum keluarga dan tempat air minum hewan peliharaan
(burung). mereka tidak ada yang melakukan penguburan barang-barang bekas dikarenakan
tidak tersedianya lahan untuk menguburkannya.
14 Untuk menjaga keluarga dari gigitan nyamuk, mereka biasa menggunakan repelen,
insektisida aerosol, dan memasang obat nyamuk bakar. Hanya sebagian orang saja yang
memakai kelambu dan memasang kawat kasa pada ventilasi rumahnya. Selain cara-cara
yang telah disebutkan sebelumnya, ternyata banyak masyarakat yang menggunakan kipas
angin untuk mengusir nyamuk, dan cara ini dianggap lebih aman dan cukup efektif.
15 dalam hal menguras bak mandi, sebagian besar masyarakat mengurasnya minimal satu kali
setiap minggunya dan separuh diantaranya menguras lebih dari satu kali. Namun masih ada
masyarakat yang tidak menguras bak mandinya secara rutin (minimal satu kali dalam
seminggu.
16 dari segi hygiene sanitasi makanan, makanan yang telah masak apabila tidak habis dalam
sekali makan, sebagian besar warga biasanya menyimpannya diatas meja makan dengan
ditutupi tudung saji. Selain itu ada yang menyimpannya dilemari tertutup. Namun masih
ada masyarakat yang meletakkannya dibiarkan terbuka di atas meja makan.

S-ar putea să vă placă și