Sunteți pe pagina 1din 21

Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA

Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21


p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

Analysis of the Ability to Understand Students Mathematical


Concepts in Solving Problems in Algebraic Topics

Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa dalam


Menyelesaikan Masalah dalam Topik Aljabar

Ratu Khoirotun Nisa (*)


Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Jl.
Raya Jakarta Km. 4 Pakupatan, Serang, Indonesia

Heni Pujiastuti
Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Jl.
Raya Jakarta Km. 4 Pakupatan, Serang, Indonesia

Abstract
Received: This research is a qualitative descriptive study that aims
Revised: to describe how the ability to understand students'
Accepted: mathematical concepts and the difficulties experienced by
students in solving problems, especially in Algebraic material.
The subject of this study consisted of 13 class VIII students at
one of the junior high schools in Serang City. The research
subjects were chosen because they have the ability to
understand mathematical concepts in less and very less
categories. The research instrument used was a test of the
ability to understand mathematical concepts. The results
showed that: 1) Most students had the ability to understand
mathematical concepts in less categories, namely as many as 11
students with an average score of 41,065 2) Students who had
the ability to understand mathematical concepts in very less
categories were 2 students with an average score of 35,71 3)
Difficulties experienced by students include difficulty in
expressing many tribal algebraic concepts, determining
variables, determining constants and determining coefficients,
distinguishing which examples include one, two or many tribes,
specifying or replacing with variables, making models
mathematics, determine the calculation operations that are
appropriate for the given questions 4) The indicators in this
study are indicators that restate a concept, classify objects
according to certain characteristics (according to the concept),
provide examples and non examples of concepts, present
concepts in various forms of mathematical representation.
Keywords: Ability to Understand Mathematical Concepts and Difficulties in
Resolving Questions

(*) Corresponding Author: Nisaratu15@yahoo.com, hp : 083123345694.

How to Cite: Nisa, R & Pujiastuti, H. (2018). Analysis of the ability to understand students mathematical
concepts in solving problems in algebraic topics. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 9 (1): 1-21.
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

PENDAHULUAN

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa matematika


merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Hal ini terbukti karena kemajuan IPTEK saat ini banyak dilandasi oleh matematika.
Matematika juga disebut sebagai pelayan ilmu, dimana matematika digunakan untuk
mempelajari ilmu-ilmu yang lain misalnya fisika dan kimia. Pada konteks sederhana, di
dalam kehidupan sehari-hari banyak kegiatan yang melibatkan matematika. Sebagai salah
satu contoh, penggunaan kombinatorika dalam memilih dan memasangkan baju atasan
dengan celana atau rok. Selain itu, masih banyak aktivitas sehari-hari yang melibatkan
matematika. Hal ini mungkin tidak disadari, namun yang demikian itu merupakan
aplikasi matematika secara nyata.
Pentingnya matematika terlihat pula dari adanya kewajiban matematika untuk ada
dan dipelajari di setiap jenjang pendidikan mulai dari SD, SMP dan SLTA. Hal ini
bertujuan agar siswa mampu mimiliki kemampuan matematika yang dapat menunjang
kehidupan di masa mendatang. Selain itu, dengan mempelajari matematika siswa dapat
terbiasa berpikir secara kritis, ilmiah, sistematis serta dapat meningkatkan kreativitasnya.
Handayani (2014) menyatakan bahwa belajar matematika pada dasarnya adalah
belajar konsep. Sementara Wardhani (2010) menyatakan bahwa matematika memiliki
karakteristik yang salah satunya yaitu memiliki objek kajian yang abstrak. Objek kajian
matematika yang dipelajari diantaranya yaitu konsep-konsep atau ide-ide yang saling
berkaitan. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Masruah, 2014)
matematika memiliki beberapa tujuan, yaitu: 1) memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, 2) Menggunakan penalaran
pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) Mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah, 5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, nampak bahwa kemampuan pemahaman konsep
matematika merupakan salah satu tujuan dari pembelajaran matematika.
Menurut Mardiana (2012) Pemahaman yang diperoleh siswa akan memberikan
dasar dalam pembentukan pengetahuan baru dan membantu siswa dalam menyelesaikan
masalah baru yang lebih sulit. Ketika para siswa memiliki pemahaman konsep, mereka
akan melihat hubungan antara konsep-konsep dan prosedur penyelesaiannya serta akan
dapat memberikan pendapat ketika menjelaskan alasan. Kemampuan pemahaman konsep
menjadi kemampuan dasar yang penting untuk dimiliki setiap siswa. Hal ini karena
dengan menguasai konsep matematika, siswa dapat mengaplikasikannya dalam
berbagaipermasalahan matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman konsep dibedakan kedalam beberapa kategori, dalam penelitian
Nizarwati (2009) menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep terdiri atas
kategori sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Menurut Kusumah (Nainggolan,
2014) untuk menentukan kriteria kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
berpedoman pada kriteria yaitu: “Sangat Kurang, Kurang, Cukup, Baik, Sangat Baik”.
Hal ini berarti bahwa kemampuan pemahaman konsep siswa tidak selalu sama.
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

Kemampuan pemahaman konsep yang berbeda didasarkan pada hasil tes yang diperoleh
siswa.
Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP dapat dilihat dari hasil
menyelesaikan soal yang memuat indikator-indikator pemahaman konsep matematika.
Indikator pemahaman konsep matematika yang digunakan pada umumnya yaitu:
menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu,
memberikan contoh dan non contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai
bentuk representasi matematis.
Kemampuan pemahaman konsep penting dimiliki siswa. Namun, keadaan yang
sebenarnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini nampak dari hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa masih
rendah. Rahmah (Auliya, 2013) dalam penelitiannya diperoleh skor rata-rata postes
kemampuan pemahaman matematis siswa SMP dengan pendekatan induktif-deduktif
adalah sebesar 45,3 % dari skor ideal, kemudian Afrilianto (Auliya, 2013) dalam
penelitianya diperoleh hasil rata-rata postes kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa SMP dengan pendekatan metaphorical thinking yaitu sebesar 50,75 % dari skor
ideal.
Kesulitan siswa pada konsep matematika dapat ditunjukkan dengan hasil
penelitian yang dilakukan Rianti (2007) yaitu terjadinya kesalahan dalam menyelesaikan
soal pokok bahasan bilangan bulat, penyebab kesalahan siswa dalam mengerjakan soal
tersebut, diantaranya: siswa tidak memahami maksud soal dan siswa tidak memahami
cara menyelesaikan soal yang dapat diubah ke dalam bentuk kalimat matematika.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, mengindikasikan bahwa siswa tersebut
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal bilangan bulat yang dihadapinya.
Kesulitan yang dialami siswa tentu terjadi karena adanya faktor penyebab, baik dari
dalam maupun dari luar diri siswa sehinga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal. Pada penelitian ini, materi yang diambil yaitu materi aljabar. Aljabar adalah salah
satu materi dalam pelajaran matematika kelas VIII yang merupakan materi penunjang
bagi materi selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut, materi aljabar penting untuk dipelajari,
dengan menguasai materi ini siswa diharapkan mampu mempelajari materi selanjutnya
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya materi aljabar untuk
dikuasai siswa menjadi alasan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, untuk mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi
aljabar, maka salah satu cara yang mungkin dapat dilakukan adalah mencari tahu faktor
apa saja yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal. Sehingga,
dengan mengetahui faktor penyebabnya, dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa SMP; 2) Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami
siswa dalam menyelesaikan soal pemahaman konsep matematis SMP.

METODE

Dalam penelitian ini peneliti mengambil jenis penelitian deskriptif dengan


pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan yaitu pertama
menggambarkan dan mengungkapkan, kedua menggambarkan dan menjelaskan.
Pendekatan kualitatif bersifat deskriptif dikarenakan penelitian deskriptif ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena
yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini juga mengkaji bentuk,
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan


fenomena lainnya.
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMP di Kota Serang. Subyek penelitian
ini adalah siswa kelas VIII-U yang berjumlah 31 orang siswa maka peneliti mengambil
13 siswa sebagai sampel. Prosedur penelitian dilakukan dalam Tiga tahapan. Tahapan
pertama, meminta ijin kepada Kepala Sekolah SMP di salah satu SMP di Kota Serang
untuk mengadakan penelitian. Tahapan kedua, kajian pustaka dengan mengkaji berbagai
teori dan implikasi mengenai kesulitan-kesulitan siswa pada materi aljabar. Pada tahapan
ketiga, mengumpulkan data atau membuat catatan hasil pengamatan yang dituangkan ke
dalam catatan dari hasil pengamatan. Metode pengumpulan data yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah instrumen tes dan wawancara.
1. Peneliti sebagai instrumen
Peneliti memiliki peran untuk mengumpulkan data dengan melakukan
wawancara, serta mengembangkan instrumen tes. Selanjutnya instrumen yang tela
dikembangkan oleh peneliti dikonsultasikan kepada ahli.
2. Tes kemampuan pemahaman konsep matematis
Tes ini merupakan tes yang dirancang untuk mengetahui bagaimana kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa. Tes ini berbentuk uraian sebanyak 4 butir soal yang
memuat satu indikator pada satu soal. Skor hasil tes didapat dengan rumus sebagai
berikut:
𝑥
SKPK = 𝑥
𝑚𝑎𝑘𝑠
Keterangan:
SKPK : Skor Kemampuan Pemahaman Konsep
𝑥: skor yang diperoleh
𝑥𝑚𝑎𝑘𝑠 : skor maksimal

Adapun rumus untuk mengubah skor menjadi nilai menggunakan rumus sebagai
berikut:
Nilai = SKPK X 100
Setelah didapat nilai kemampuan pemahaman konsep maka selanjutnya akan
dikelompokkan berdasarkan kategori yang ada. Kusumah (Nainggolan, 2014)
mengemukakan untuk menentukan kriteria kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa berpedoman pada kriteria yaitu: “Sangat Kurang, Kurang, Cukup, Baik, Sangat
Baik”. Kategori kemampuan pemahaman konsep dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.Kategori Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa

No Interval nilai Kategori


1 0 – 39 Sangat kurang
2 40 – 54 Kurang
3 55 – 69 Cukup
4 70 – 84 Baik
5 85 – 100 Sangat baik

Instrumen Non Tes


a. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang
subyek yang diteliti. Wawancara dalam penelitian ini akan dilakukan kepada beberapa
narasumber yaitu guru mata pelajaran matematika dan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

menambah data agar lebih akurat. Adapun poin-poin wawancara yang digunakan
diantaranya mengenai:
Pedoman wawancara dengan siswa kelas VIII (yang mengalami kesulitan)
a. Pendapat siswa terhadap mata pelajaran matematika
b. Pendapat siswa terhadap materi aljabar
c. Pendapat siswa terhadap soal
d. Pendapat guru terhadap kesulitan siswa

Teknik Analisis Data


Dalam analisis data kualitatif, Bogdan (Sugiyono, 2010) menyatakan bahwa
analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Miles and Huberman
(Sugiyono, 2010), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif yaitu
data reduction, datadisplay dan conclution (drawing/verifivation). Langkah-langkah
analisisditunjukkan pada Gambar berikut.

Gambar 1
Komponen dalam analisis data (flowmodel)

Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Untuk itu, maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci, selain itu perlu dilakukan analisis reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Hasil tes yang
telah dikumpulkan menjadi data yang akan dianalisis dan dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan pemahaman konsep dengan kategori yang ada. Tahap reduksi data dalam
penelitian ini meliputi:
a. Menganalisis observasi pada saat pembelajaran dan menyelesaikan soal tes,
b. Mengoreksi hasil tes,
c. Menganalisis hasil tes sebagai kriteria pemilihan subyek dari kelas VIII-U,
d. Data dari siswa yang tidak terpilih hanya menjadi pendukung,
e. Hasil tes siswa yang menjadi subyek penelitian merupakan bahan wawancara,
f. Hasil wawancara kemudian diinformasikan ke dalam catatan.
Penyajian data
Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk teks deskriptif,
tabel, gambar dan diagram. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut. Dalam penelitian ini, penyajian data meliputi:
a. Menyajikan hasil tes yang disajikan dalam tabel dan gambar.
b. Menyajikan hasil wawancara yang disajikan melalui teks.
Dari hasil penyajian tersebut selanjutnya didapat kesimpulan berupa data temuan
sehingga dapat dideskripsikan dan dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

Verifikasi
Langkah ketiga dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Verifikasi dlam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil observasi, tes,
wawancara pada subyek dan wawancara pada guru matematika kelas VIII-U. Selanjutnya
ditarik kesimpulan tentang bagaimana kemampuan pemahaman konsep matematis SMP
siswa kelas VIII-U dan apa saja yang menjadi faktor dari kesulitan menyelesaikan soal
pemahaman konsep matematis SMP pada materi aljabar.

Pengujian Keabsahan Data


Uji keabsahan data pada penelitian ini dilakukan melalui:

1. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
antara lain dapat dilakukan dengan:
a. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan ini dilakukan peneliti, dengan melakukan wawancara
kembali kepada subyek dan guru matematika kelas VIII-U. Wawancara kepada subyek
bertujuan untuk mengkonfirmasi kembali pemahaman konsep matematis yang dimiliki
subyek dan mengkonfirmasi hasil tes subyek, sedangkan wawancara kepada guru
matematika kelas VIII-U bertujuan untuk mengkonfirmasi data kuantitaif berupa nilai tes
yang telah didapatkan.

b. Peningkatan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan
mengecek kembali data yang diperoleh dari tes kemampuan pemahaman konsep
matematis dan wawancara.

c. Triangulasi
Triangulasi yang digunakan pada penelitian ini meliputi triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Sumber yang dipercaya selama proses penelitian adalah siswa dan guru
matematika kelas VIII-U. Adapun teknis yang digunakan adalah wawancara dan analisis
lanjutan kepada semua sumber data.

d. Diskusi dengan Teman


Diskusi dengan dilakukan peneliti setiap hendak masuk kelas dan setelahnya
dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIII-U.
e. Member Check
Mengkonfirmasi hasil jawaban tes kepada subyek adalah proses member check
pada penelitian ini. Mengkonfirmasi hasil jawaban tes,bertujuan mencari kepastiann
bahwa hasil yang didapatkan adalah murni jawaban dari subyek, serta memastikan dan
mencari penyebab kesalahan yang terjadi pada masing-masing subyek penelitian. Selain
itu, member check dilakukan peneliti saat menyesuaikan antara analisis pada temuan
penelitian dengan data kuantitatif yang didapatkan.
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

2. Uji Transferability
Berdasarkan analisis dan pengumpulan data, peneliti membuat laporan hasil
penelitian secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Peneliti mencari beberapa
penelitian yang memiliki keadaan cenderung sama dengan penelitian yang telah
dilakukan. Hasil penelitian ini memiliki hasil yang cenderung sama dengan beberapa
penelitian yang telah dilakukan.

3. Uji Dependability
Uji Dependability pada penelitian ini berupa proses audit. Pelaksanaan audit
dilakukan oleh auditor dan auditor dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing mulai
dari tahap menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data,
melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan
hasil penelitian.

4. Uji Confir
5. mability
Pengujian confirmabality dapat dilakukan bersamaan dengan uji dependability
karena memiliki kemiripan dalam proses pengujian. Pengujian confirmabality pada
penelitian ini dilakukan dengan menguji kebenaran dariseluruh proses yang telah
dilaksanakan, menguji kebenaran data dengan hasil pekerjaan siswa, menguji hasil
penelitian dilihat dari proses penelitian yang telah dilaksanakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian ini dimulai pada tanggal 27 Agustus dan berakhir pada tanggal 30
November 2018. Setelah melaksanakan tes, selanjutnya dilakukan analisis jawaban hasil
tes. Setelah itu diambil nilai rata-rata dari tes pertama dan kedua dan dari 13 siswa,
didapat sebanyak 11 siswa diantaranya termasuk pada kategori kurang dan 2 siswa dalam
kategori sangat kurang. Adapun subyek dan nilai rata-rata yang diperoleh subyek dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa


Skor Kemampuan Pemahaman Konsep
No Nama Subyek
Matematis
1 IS 80
2 LUB 26,67
3 NAE 80
4 NID 60
5 NG 26,67
6 PIR 80
7 HIN 60
8 STN 80
9 STS 50
10 SR 86,67
1 SIS 6,67
12 RIF 6,67
13 SIN 53,33
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

Tabel 3.Kategori Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa dan Skor Rata-rata


Hasil Tes
Nama
No Kategori Nilai rata-rata tes
Subyek
1 IS Kurang 53, 565
2 LUB Kurang 42,855
3 NAE Kurang 51,785
4 NID Kurang 51,785
5 NG Kurang 48,21
6 PIR Kurang 46,425
7 HIN Kurang 51,785
8 STN Kurang 46,42
9 STS Kurang 42,85
10 SR Kurang 41,065
11 SIS Kurang 41,065
12 RIF Sangat Kurang 39,28
13 SIN Sangat Kurang 35,71

Berdasarkan hasil tes dan observasi di atas, dalam hal ini akan dipilih dua subyek
yang dapat diangkat pada pembahasan pada penelitian ini. adapun subyek tersebut dipilih
berdasarkan nilai yang diperoleh, untuk kategori kurang dipilih satu subyek yang
mewakili yaitu SIS, sedangkan untuk kategori sangat kurang dipilih SIN.

Hasil Penelitian
Deskripsi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kategori
Kurang

a. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa kategori kurang pada


indikator menyatakan ulang suatu konsep
Pada indikator ini, siswa diharapkan mampu menjawab soal dengan memberikan
pernyataan dan mampu memberikan alasan dengan menuliskan suku-suku yang ada pada
bentuk aljabar yang diberikan. Berikut jawaban SIS:

Gambar 2
Jawaban No.1 Tes Ke-1

Gambar 3
Jawaban No.1 Tes Ke-2

Berdasarkan jawaban SIS tersebut, nampak bahwa jawaban yang diberikan belum
sesuai dengan yang diharapkan. Jawaban salah yang dilakukan oleh subyek pada tes
pertama, terlihat dari pernyataan “bukan” dengan alasan yang tidak sesuai.
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

Namun dalam tes kedua, subyek dapat menyatakan “ya” akan tetapi alasan yang
dikemukakan tidak lengkap, subyek tidak menuliskan suku-suku apa saja yang ada pada
bentuk aljabar yang diberikan. Berdasarkan jawaban tersebut, subyek mendapatkan skor 1
pada tes pertama dan skor 3 pada tes kedua. Pada indikator ini siswa belum mampu
menyatakan ulang suatu konsep, hal ini didasarkan pada jawaban tes pertama dan kedua,
dimana siswa belum mampu memberi jawaban benar dan lengkap.
b. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa kategori kurang pada
indikator mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
Pada indikator kedua ini, siswa diharapkan mampu menentukan variabel,
koefisien dan konstanta pada bentuk aljabar yang diberikan. Berikut jawaban SIS:

Gambar 4
Jawaban No.2 Tes Ke-1

Gambar 5
Jawaban no.2 tes ke-2

Berdasarkan jawaban untuk soal no.2 tersebut, nampak bahwa jawaban yang
diberikan belum sesuai dengan yang diharapkan. Jawaban subyek pada tes pertama,
dalam menentukan variabel subyek hanya menuliskan a2, jawaban ini dianggap belum
lengkap karena masih ada variabel yang lain yaitu yang tidak dituliskan oleh siswa.
Dalam menentukan variabel, subyek menuliskan jawaban belum lengkap.
Berdasarkan hal tersebut siswa diberikan skor 2 karena jawaban tersebut hampir
benar namun tidak lengkap. Berdasarkan jawaban pada tes kedua, subyek mendapatkan
skor 1, hal ini karena dalam menjawab soal tersebut siswa memberikan jawaban yang
keliru. Kesalahan yang nampak pada saat menentuan variabel dan konstanta. Berdasarkan
hal tersebut, nampak bahwa siswa belum mampu mengklasifikasi obyek-obyek menurut
sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).
c. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa kategori kurang pada
indikator memberi contoh dan non contoh.
Pada indikator ini, diharapkan siswa mampu menuliskan contoh dari suku satu,
suku dua dan suku tiga yang mereka ketahui, serta menuliskan bukan contohnya. Berikut
jawaban SIS:

Gambar 6
Jawaban No.3 Tes Ke-1
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

Gambar 7
Jawaban No.3 Tes Ke-2

Berdasarkan jawaban untuk soal no.3 tersebut, nampak bahwa jawaban yang
diberikan pada tes pertama telah sesuai dengan yang diharapkan, jawaban tersebut benar
dan lengkap. Skor yang diperoleh adalah 4. Namun pada tes kedua, siswa hanya
menuliskan yang bukan contohnya saja. Selain itu, subyek juga menuliskan bukan contoh
yang keliru pada suku satu karena itu, subyek hanya mendapatkan skor 1. Dalam hal ini,
siswa telah mampu memberi contoh dan non contoh.
d. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa kategori kurang pada
indikator menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematik.
Pada indiktor ini, siswa diharapkan mampu membuat pemisalan atau mengganti
buku dan pulpen menjadi variabel. Sehingga siswa dapat menuliskan model matematika
yang sesuai dengan pernyataan yang diberikan. Berikut jawaban SIS:

Gambar 8
Jawaban No.4 Tes Ke-1

Gambar 9
Jawaban No.4 Tes Ke-2

Jawaban dalam tes pertama no.4 menunjukkan bahwa subyek tidak merubah buku
dan pulpen menjadi variabel-variabel. Jawaban subyek tes pertama belum sesuai dengan
yang diharapkan, sehingga skor yang diperoleh adalah 2. Hasil jawaban pada tes kedua
untuk soal no.4 menunjukkan bahwa siswa belum memberi jawaban sesuai dengan yang
diharapkan. Pemisalan yang dilakukan subyek tidak sesuai, jawaban kurang jelas dan
tidak mengarah pada model matematika. Skor yang diperoleh subyek adalah 1.
Berdasarkan pada analisis jawaban di atas nampak bahwa subyek belum mampu
menyajikan konsep dalam berbagai representasi matematik.

Deskripsi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa Kategori


Sangat kurang
a. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa kategori kurang pada
indikator menyatakan ulang suatu konsep.
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

Pada indikator ini, siswa diharapkan mampu menjawab soal dengan memberikan
pernyataan dan mampu memberikan alasan dengan menuliskan suku-suku yang ada pada
bentuk aljabar yang diberikan. Berikut jawaban SIN:

Gambar 10
Jawaban No.1 Tes Ke-1

Gambar 11
Jawaban No.1 Tes Ke-2

Berdasarkan jawaban untuk soal no.1 pada tes pertama subyek hanya
memberikan alasan yang kurang lengkap tanpa memberi pernyataan. Dalam hal ini
subyek mendapat skor 2. Sedangkan pada tes kedua nampak bahwa siswa menjawab ya,
namun alasan yang diberikan masih belum lengkap. Subyek memperoleh skor 3 untuk tes
kedua. Dalam tes pertama dan kedua subyek tidak menuliskan apa saja suku yang ada
pada bentuk aljabar yang diberikan. Berdasarkan jawaban tersebut, nampak bahwa
subyek tidak mampu menyatakan ulang suatu konsep.
b. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa kategori kurang pada
indikator mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
Pada indikator kedua ini, siswa diharapkan mampu menentukan variabel,
koefisien dan konstanta pada bentuk aljabar yang diberikan. Berikut jawaban SIN:

Gambar 12
Jawaban No.2 Tes Ke-1

Gambar 13
Jawaban No.2 Tes Ke-2

Jawaban untuk soal no.2 tes pertama menunjukkan bahwa subyek menjawab
salah. Jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Subyek tidak
menuliskan variabel, koefisien dan konstanta dari bentuk aljabar yang diberikan.
Kesalahan yang sama juga dilakukan pada tes kedua. Subyek bukan menentukan variabel,
koefisien dan konstanta, melainkan menjawab dengan menggunakan operasi hitung yang
tidak sesuai. Dalam hal ini, subyek memperoleh skor 1 untuk tes pertama dan tes kedua.
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

Berdasarkan pada jawaban yang diberikan subyek tersebut, nampak bahwa subyek tidak
mampu mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).

c. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa kategori kurang pada


indikator memberi contoh dan non contoh.
Pada indikator ini, diharapkan siswa mampu menuliskan contoh dari suku satu,
suku dua dan suku tiga yang mereka ketahui, serta menuliskan bukan contohnya. Berikut
jawaban SIN:

Gambar 14
Jawaban No.3 Tes Ke-1

Gambar 15
Jawaban No.3 Tes Ke-2

Berdasarkan jawaban pada tes pertama, nampak bahwa subyek menjawab soal
no.3 hanya menyebutkan suku-suku aljabar namun ada yang tidak sesuai, terdapat
kekeliruan dalam menjawab soal no.3 tersebut. Pada tes kedua, jawaban yang diberikan
subyek juga terjadi kekeliruan dalam menentukan suku-suku aljabarnya. Dalam hal ini
subyek memperoleh skor 2 untuk tes pertama dan skor 1 untuk tes kedua. Berdasarkan
hasil tersebut nampak bahwa subyek tidak mampu memberi contoh dan non contoh yang
sesuai dengan yang diharapkan.
d. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa kategori kurang pada
indikator menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematik.
Pada indiktor ini, siswa diharapkan mampu membuat pemisalan atau mengganti
buku dan pulpen menjadi variabel. Sehingga siswa dapat menuliskan model matematika
yang sesuai dengan pernyataan yang diberikan. Berikut jawaban SIN:

Gambar 16
Jawaban No.4 Tes Ke-1

Gambar 17
Jawaban No.4 Tes Ke-2
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

Berdasarkan jawaban yang diberikan subyek, nampak bahwa subyek menjawab


tidak dengan memisalkan atau mengganti buku dan pulpen dengan variabel melainkan
dengan menentukan harga dari buku dan pulpen yang kemudian dijumlahkan. Pada tes
kedua, subyek membuat model matematika, namun tidak seperti yang diharapkan.
Melihat jawaban yang diberikan subyek pada tes pertama dan kedua, subyek memperoleh
skor 1. Berdasarkan hal tersebut, nampak bahwa subyek tidak mampu menyajikan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematik.

Pembahasan

Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP dapat dilihat dari hasil
menyelesaikan soal yang memuat indikator-indikator pemahaman konsep matematika.
Indikator pemahaman konsep matematika yang digunakan yaitu: menyatakan ulang suatu
konsep, mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, memberikan contoh dan
non contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis.
Kemampuan pemahaman konsep penting dimiliki siswa. Namun, keadaan yang
sebenarnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini nampak dari hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa masih
rendah.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan beberapa kesulitan yang dialami
siswa dalam menyelesaikan soal pemahaman konsep matematis SMP pada materi aljabar.
Kesulitan yang dialami SIS meliputi: 1) kesulitan mengingat/menyatakan ulang konsep
konsep suku aljabar. Penyebab terjadinya kesulitan dalam hal ini dikarenakan subyek
tidak paham mengenai konsep aljabar suku banyak. 2) sulit menentukan koefisien,
variabel dan konstanta. Kesulitan ini disebabkan karena kurangnya pemahaman mengenai
konsep variabel, koefisien dan konstanta. 3) sulit menentukan nilai pengganti dan sulit
membuat model matematika. Dalam hal ini kesulitan yang dialami subyek dikarenakan
tidak paham terhadap soal dan kurangnya kepercayaan diri dalam menyelesaikan soal. 4)
belum mampu menggunakan sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan bentuk
aljabar. Kesulitan ini terjadi karena tidak paham mengenai operasi hitung bentuk aljabar.
5) sulit menentukan lebar dan panjang dengan pendekatan keliling persegi panjang.
Kesulitan ini terjadi karena tidak paham konsep keliling persegi panjang dan tidak
mengetahui langkah-langkah penyelesaian soal. 6) sulit mengubah soal cerita menjadi
kalimat matematika, sulit menuliskan langkah-langkah penyelesaian soal cerita. Dalam
hal ini kesulitan-kesuitan yang terjadi dikarenakan tidak memahami soal, tidak
mengetahui prinsip menyelesaikan soal cerita, subyek tidak memahami informasi yang
ada, subyek tidak memahami apa yang ditanyakan dan subyek tidak memahami cara
membuat model matematika.
Sementara itu, SIN mengalami kesulitan diantaranya: 1) kesulitan dalam
menyatakan konsep aljabar suku banyak. Kesulitan tersebut terjadi karena tidak paham
mengenai konsep suku-suku aljabar. 2) sulit menentukan variabel, sulit menentukan
konstanta dan sulit menentukan koefisien. Kesulitan yang dialami subyek terjadi karena
tidak paham maksud soal yang diberikan. Selain itu, kesulitan yang dialami juga
sebabkan karena tidak memahami konsep variabel, koefisien dan konstanta. 3) kesulitan
dalam membedakan contoh mana yang termasuk suku satu, suku dua atau suku banyak.
Kesulitan yang dialami subyek tersebut disebabkan karena subyek tidak paham mengenai
konsep suku-suku aljabar. 4) kesulitan untuk memisalkan atau mengganti dengan
variabel, kesulitan membuat model matematika. Kesulitan-kesulitan yang dialami subyek
tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman mengenai soal, kurangnya
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

pemahaman tentang fungsi variabel. 5) kesulitan dalam menentukan operasi hitung yang
sesuai untuk soal yang diberikan, subyek sulit menggunakan operasi hitung sifat
distributif perkalian terhadap penjumlahan. Kesulitan-kesulitan yang dialami subyek
tersebut terjadi karena subyek belum paham tentang operasi hitung bentuk aljabar,
terlebih pada operasi distributif perkalian terhadap penjumlahan. Selain itu kesalahan
yang terjadi juga disebabkan karena subyek belum paham tentang suku sejenis dan tidak
sejenis. 6) kesulitan yang dialami subyek adalah sulit menentukan informasi yang ada
pada soal, sulit menentukan apa yang ditanyakan, dan sulit menggunakan operasi hitung
yang sesuai. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh subyek disebabkan karena subyek
tidak memahami soal, subyek tidak paham dalam membuat model matematika, serta tidak
mengetahui prinsip menyelesaikan soal cerita. Adapun kesulitan yang dialami seluruh
subyek ditampilkan dalam Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4.Kesulitan Seluruh Subyek
Kategori Siswa yang
kesulitan mengalami
Kesulitan mengingat SIS, SIN, STN, HIN, NG.
konsep aljabar suku
banyak.
Kesulitan menentukan SIS, STS, SIN, RIF, STN,
variabel, koefisien dan PIR, NG, ND, SR.
konstanta.
Kesulitan membedakan SIN, RIF, HIN, SR.
suku-suku aljabar.
Kesulitan membuat SIS, STS, SIN, HIN, SR,
model matematika. IS.
Kesulitan melakukan SIS, STS, SIN, RIF, STN,
operasi distributive PIR, HIN, NG, NID, SR,
perkalian terhadap IS, LUB, NAE.
penjumlahan bentuk
aljabar.
Kesulitan memperoleh SIS, STS, SIN, RIF, STN,
nilai lebar dan panjang PIR, HIN, NG, SR, IS,
kolam. LUB, NAE.
Kesulitan menentukan SIS, STS, SIN, RIF, STN,
langkah-langkah PIR, HIN, NG, NID,
menyelesaikan soal SRR, IS, LUB, NAE.
cerita.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa siswa kelas VIII-U disalah satu
SMP di Kota Serang masih ada yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
pemahaman konsep matematis khususnya pada soal materi aljabar. Cooney (Puspitasari,
2015) menyatakan bahwa kesulitan matematika ditandai oleh ketidak mampuan
menyatakan arti dari suatu konsep tertentu dan kemampuan menyimpulkan informasi dari
suatu konsep yang diberikan. Selain itu, kesulitan pada tahap konsep juga meliputi
beberapa ketidak mampuan, salah satunya adalah ketidak mampuan dalam
mengelompokkan obyek sebagai contoh-contoh suatu konsep dari obyek yang bukan
contohnya.
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

Subyek dengan Kategori Kurang

Subyek dengan kategori kurang, mengalami beberapa kesulitan dalam


menyelesaikan soal pemahaman konsep matematis yang di dalamnya terdapat indikator-
indikator. Berikut penjelasan mengenai kemampuan pemahaman konsep dan kesulitan
serta penyebab kesulitan dalam menyelesaikan soal pada subyek kategori kurang.
a. Indikator menyatakan ulang suatu konsep
Berdasarkan pada hasil tes yang telah dilakukan, sebagian subyek mampu
menyelesaikan soal dengan indikator menyatakan ulang suatu konsep. Dalam hal ini,
subyek harus menjawab soal dengan pernyataan yang benar dan alasannya. Adapun
kesalahan yang dilakukan subyek adalah kurang lengkap dalam memberikan alasan,
subyek tidak menyebutkan suku-suku pada bentuk aljabar yang diberikan.
Kesalahan yang terjadi dalam menyelesaikan soal dengan indikator ini
menandakan adanya kesulitan, kesulitan yang dialami subyek adalah sulit mengingat
konsep aljabar suku banyak, sehingga subyek tidak dapat menyebutkan suku apa saja
yang ada dalam bentuk aljabar yang diberikan. Adapun penyebab kesulitan dalam
menyelesaikan soal pada indikator ini dikarenakan subyek tidak paham mengenai konsep
aljabar suku banyak.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada saat pembelajaran, sebagian
besar subyek di dalam kelas dapat mengikuti pelajaran dengan kondusif, namun hampir
semua subyek tidak aktif bertanya. Oleh karena inilah, nampaknya pemahaman konsep
suku banyak yang dimiliki subyek masih kurang. Sehingga menjadi penyebab terjadinya
kesulitan dalam menjawab soal no.1.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan subyek, pada saat ditanyakan
pada tes pertama mengapa menjawab seperti itu subyek menjawab bahwa subyek
menjawab soal tersebut secara mengarang. Pada saat diberi pertanyaan mengenai alasan
yang ada pada jawaban tes kedua “suku berbeda itu bagaimana?” subyek menjawab
bahwa dalam bentuk aljabar tersebut terdapat suku tiga, suku dua dan suku satu. Pada tes
kedua subyek diberi pertanyaan mengenai alasan jawaban tersebut, namun siswa tidak
dapat menjawab pertanyaan dengan jawaban yang diharapkan, jawaban yang
diungkapkan siswa tidak mengarah pada konsep aljabar suku banyak. Berdasarkan hasil
wawancara dengan subyek, kesulitan yang dialami subyek adalah sulit mengingat konsep
aljabar suku banyak.
Berdasarkan uraian di atas, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh subyek dalam
menjawab soal no.1 disebabkan karena subyek tidak paham konsep aljabar suku banyak.
b. Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya)
Pada indikator ini, sebagian subyek telah mampu memberikan jawaban yang
benar dan lengkap. Beberapa subyek ada yang memberikan jawaban yang salah.
Kesalahan yang dilakukan subyek diantaranya adalah keliru dalam menentukan variabel,
koefisien dan konstanta sesuai dengan bentuk aljabar yang diberikan.
Subyek yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal pada indikator ini,
mengalami kesulitan dalam menentukan variabel, koefisien dan konstanta. Kesulitan ini
disebabkan karena kurangnya pemahaman mengenai konsep variabel, koefisian dan
konstanta. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan subyek, pada saat
dikonfirmasi mengenai jawaban siswa dalam menjawab soal no.2 ini ternyata siswa tidak
mampu melengkapi jawaban pada tes pertama, berdasarkan ungkapan subyek pada saat
ditanyakan mengapa pada tes pertama menjawab seperti itu, subyek menjawab bahwa
dalam menjawab soal tersebut sebelumnya pernah diajari temannya. Selain itu siswa juga
tidak dapat membenarkan jawaban yang keliru pada tes kedua, subyek mengungkapkan
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

bahwa dalam menjawab soal tersebut, subyek lupa cara mengerjakannya. Berdasarkan
hasil wawancara dengan subyek, nampak bahwa kesulitan yang dialami subyek adalah
sulit membedakan antara variabel, konstantadan koefisien.
Dari hasil wawancara dengan subyek nampak bahwa kesulitan subyek dalam
menjawab soal no.2 disebabkan karena subyek lupa mengenai perbedaan variabel,
koefisien dan konstanta. Hal ini dapat terjadi karena subyek belum paham mengenai
konsep variabel, koefisien dan konstanta.
Seperti yang telah dijelaskan pada indikator pertama, bahwa pada saat
pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa tidak mau bertanya ketika belum paham.
Selain itu, ada pula subyek yang pada saat dilakukan wawancara mengaku bahwa belum
paham mengenai variabel. Oleh karena inilah, nampak bahwa kesulitan yang dialami oleh
subyek disebabkan karena kurangnya pemahaman materi, dalam hal ini mengenai konsep
variabel, koefisien dan konstanta.
c. Memberikan contoh dan non contoh dari konsep
Menurut (Kesumawati, 2008) Siswa dikatakan memahami konsep jika siswa
mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh
dari konsep. Berdasarkan hasil tes pada indikator ini, beberapa subyek memberikan
jawaban yang salah. Kesalahan yang dilakukan subyek diantaranya yaitu keliru dalam
memberikan contoh suku-suku aljabar, misalnya untuk contoh suku satu subyek
memberikan contoh bentuk aljabar suku dua. Kesalahan lainnya yaitu subyek hanya
memberikan contoh saja atau hanya memberikan yang bukan contohnya saja. Oleh karena
hal ini, nampak bahwa subyek belum mampu memberi contoh dan bukan contoh dari
konsep suku-suku aljabar.
Dari jawaban salah tersebut, nampak adanya kesulitan yang dialami oleh subyek
dalam menyelesaikan soal. Kesulitan yang dialami subyek diantaranya adalah kesulitan
membedakan suku-suku aljabar. Sehingga subyek kesulitan menentukan mana contoh
suku satu, mana contoh suku dua dan mana contoh suku tiga. Kesulitan yang dialami
subyek dalam menentukan suku-suku aljabar tentu erat kaitannya dengan pemahaman
konsep subyek mengenai konsep suku satu, suku dua dan suku tiga. Dalam hal ini,
kesulitan yang dialami subyek disebabkan karena kurangnya pemahaman mengenai suku-
suku aljabar.
Dari hasil wawancara dengan subyek, subyek mengungkapkan bahwa masih
belum paham mengenai materi aljabar, yakni PIR. Subyek ini mengungkapkan bahwa
belum paham mengenai aljabar. Namun pada saat belum paham subyek tidak bertanya
pada guru tentang yang belum dipahaminya. Dari hal ini, nampak bahwa penyebab dari
kesulitan yang dialami subyek karena kurangnya pemahaman materi. Hal tersebut karena
pada saat pembelajaran berlangsung subyek enggan untuk bertanya mengenai yang belum
dipahaminya.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan subyek, pada saat dikonfirmasi
mengenai jawaban siswa dalam menjawab soal no.3 ini ternyata subyek tidak mengalami
kesulitan pada tes pertama. Subyek mengungkapkan bahwa pada tes kedua tidak mampu
menjawab dengan lengkap dikarenakan lupa. Berdasarkan hal tersebut, maka kesulitan
yang dialami subyek adalah sulit mengingat suku-suku aljabar.
Dari uraian di atas, nampak bahwa kesulitan subyek dalam menjawab soal no.3
disebabkan karena siswa lupa mengenai suku-suku aljabar.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
Pada indikator ini, sebagian besar subyek mampu memberikan jawaban seperti
yang diharapkan. Adapun beberapa subyek yang melakukan kesalahan dalam memberi
jawaban diantaranya yaitu tidak memisalkan pernyataan menjadi variabel, sehingga tidak
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

dapat membuat model matematika yang diharapkan. Kesalahan lain diantaranya, subyek
menghitung harga dari barang-barang yang ada pada pernyataan yang diberikan.
Dari hasil tes tersebut, menandakan bahwa subyek mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal pada indikator ini. subyek sulit membuat model matematika dari
pernyataan yang diberikan. Berdasarkan wawancara, ada subyek yang ketika dikonfirmasi
mengenai soal dengan indikator ini tidak dapat mengganti dengan variabel yang sesuai.
Hasil wawancara yang dilakukan pada subyek, dalam hal ini subyek mengungkapkan
bahwa dalam menyelesaikan soal no.4 tes pertama subyek tidak mengetahui caranya.
Kemudian, pada tes kedua subyek mengungkapkan bahwa jawaban yang diberikan adalah
hasil bertanya pada temannya. Berdasarkan hal tersebut nampak bahwa subyek
mengalami kesulitan dalam membuat pemisalan dengan mengganti menggunakan
variabel. Sehingga, sulit membuat model matematika. Kesulitan yang dialami oleh
subyek disebabkan karena subyek tidak mampu memahami soal yang diberikan, selain itu
subyek tidak percaya diri untuk menyelesaikan soal tersebut dan bertanya pada temannya.
Berdasarkan uraian di atas, kesulitan yang dialami subyek tersebut disebabkan
karena subyek belum mengetahui cara membuat pemisalan dengan mengganti variabel,
selain itu berdasarkan hasil wawancara, salah satu subyek mengungkapkan tidak
mengulang pelajaran di rumah. Hal ini mungkin menjadi penyebab dari kesulitan subyek
dalam menyelesaikan soal pada indikator ini.
Subyek dengan Kategori Sangat Kurang
a. Menyatakan ulang suatu konsep
Pada indikator ini, subyek tidak dapat memberikan alasan secara lengkap. Subyek
tidak menyebutkan suku apa saja yang ada dalam bentuk aljabar yang diberikan. Dari
hasil wawancara yang dilakukan pada subyek, pada saat dikonfirmasikan mengenai
jawabannya subyek tidak dapat memberikan jawaban yang diharapkan. Katika ditanyakan
suku apa saja yang ada pada bentuk aljabar yang diberikan, subyek memberikan jawaban
yang salah.
Kesulitan yang dialami subyek ini yaitu sulit menuliskan suku-suku aljabar yang
ada pada bentuk aljabar yang diberikan. Dari hasil wawancara, subyek tidak dapat
menjelaskan ulang mengenai aljabar suku banyak.
Setelah dilakukan konfirmasi pada subyek, informasi yang diperoleh diantaranya
adalah subyek masih salah menjawab pertanyaan suku apa saja yang ada pada bentuk
aljabar yang diberikan pada soal no.1tes pertama dan tes kedua. Jawaban yang diberikan
subyek dalam wawancara tidak mengarah pada konsep aljabar suku banyak. Berdasarkan
hal tersebut, ternyata subyek mengalami kesulitan dalam menyatakan konsep aljabar suku
banyak.
Kesulitan yang dialami subyek disebabkan karena subyek tidak paham mengenai
konsep suku-suku aljabar. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan subyek, saat
diberi pertanyaan mengenai suku apa saja yang ada pada bentuk aljabar yang diberikan
subyek hanya tersenyum-senyum tidak dapat mengungkapkan jawaban dengan jelas.
Berdasarkan hal ini, nampak bahwa kesulitan yang dialami subyek
disebaban karena kurangnya pemahaman mengenai konsep aljabar suku banyak.
b. Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya)
Pada indikator kedua ini, subyek tidak mampu menyelesaikan soal yang
diberikan. Dalam pengerjaannya, subyek tidak mengklasifikasikan obyek-obyek menurut
sifatnya. Namun, subyek memberikan jawaban dengan menggunakan operasi hitung.
Dari hasil tes tersebut, nampak bahwa kesulitan subyek yaitu sulit menentukan
variabel, koefisien dan konstanta. Berdasarkan hasil wawancara dengan subyek, pada saat
ditanyakan mengenai cara menjawab soal tersebut subyek mengaitkannya dengan bentuk
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

aljabarnya. Setelah ditanyakan, apakah mengerti maksud soalnya atau tidak ternyata
subyek mengaku tidak mengerti maksud soal.
Dalam wawancara yang dilakukan, pada saat ditanyakan mengenai jawaban yang
diberikan mengapa ada perkalian subyek mengungkapkan bahwa dalam menjawab soal
no.2 tes pertama tersebut subyek melihat pada 62 yang ada pada soal, kemudian subyek
menguraikannya menjadi 6 × 6 . Melihat jawaban siswa tersebut, dalam tes kedua juga
terjadi kesalahan yang sama. Berdasarkan hal tersebut, maka subyek mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal no.2, kesulitan tersebut yaitu sulit menentukan variabel, sulit
menentukan konstanta dan sulit menentukan koefisien.
Setelah ditelusuri melalui wawancara yang dilakukan pada subyek yang
bersangkutan, diperoleh informasi bahwa kesulitan yang dialami subyek terjadi karena
subyek tidak paham maksud soal yang diberikan. Selain itu, kesulitan yang dialami juga
sebabkan karena tidak memahami konsep variabel, koefisien dan konstanta.
Berdasarkan hal ini, maka kesulitan yang dialami oleh subyek disebabkan karena
tidak memahami maksud soal. Kurangnya penguasaan materi juga menjadi penyebab dari
terjadinya kesulitan yang dialami subyek.
c. Memberikan contoh dan non contoh dari konsep
Dari hasil tes yang dilakukan, pada indikator ini subyek tidak dapat
menyelesaikan soal dengan jawaban yang benar. Hal ini menandakan adanya kesulitan
yang dialami subyek. Adapun kesulitan tersebut yaitu, sulit memberikan contoh suku-
suku aljabar dan sulit memberikan non contoh dari suku-suku aljabar.
Berdasarkan hasil wawancara, pada saat dikonfirmasikan mengenai jawaban yang
diberikan, subyek tidak dapat memberikan penjelsan yang tepat. Ketika subyek diminta
untuk menjelaskan bagaimana suku satu, dua dan banyak, subyek tidak dapat menjawab.
Dari hasil wawancara diperoleh cara mengerjakan soal no.3 yang diungkapkan subyek
bahwa dalam menentukan suku-suku aljabarnya subyek melihat dari variabel yang ada
pada bentuk aljabarnya. Seperti pada suku satu tes kedua “2 − 32 + 5”, subyek menyebut
sebagai suku satu karena dalam bentuk aljabar tersebut terdapat satu 2 nya. Oleh karena
hal tersebut, dalam hal ini subyek mengalami kesulitan dalam membedakan contoh mana
yang termasuk suku satu, suku dua atau suku banyak. Dari hasil wawancara inilah,
ditemukan bahwa kesulitan yang dialami oleh subyek terjadi karena kurangnya
pemahaman mengenai konsep suku satu, suku dua, dan suku tiga bentuk aljabar.
Merujuk pada uraian di atas, maka kesulitan-kesulitan yang dialami subyek
tersebut disebabkan karena subyek tidak paham mengenai konsep suku-suku aljabar.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
Pada indikator ini, dari dua subyek yang ada dalam kategori sangat kurang, satu
subyek tidak mampu menyelesaikan soal dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa
subyek tidak mampu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
Kesalahan subyek tersebut nampak dari jawaban yang diberikan. Subyek tidak membuat
model matematika dengan mengubah pernyataan menjadi pemisalan atau mengganti
dengan variabel.
Setelah dikonfirmasi kepada subyek mengenai jawaban yang diberikan, subyek
mengungkapkan bahwa jawaban pada tes pertama adalah dengan menentukan harga buku
dan pulpennya dan kemudian dijumlahkan. Desangkan pada tes kedua subyek
mengungkapkan jawaban yang dituliskan adalah hasil bertanya pada temannya. Namun,
jawaban yang diberikan masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Menurut subyek
jawaban “2 × 1 + 3 = 5” didapat dari dua buku yaitu 2, satu pulpen yaitu 1, dan 3 adalah
penjumlahan buku dan pulpen. Kemudian setelahnya dihitung sehingga menjadi 5.
Berdasarkan hal tersebut, kesulitan yang dialami dalam menyelesaikan soal no 4
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

diantaranya subyek kesulitan untuk memisalkan atau mengganti dengan variabel,


kesulitan membuat model matematika.
Berdasarkan uraian di atas, kesulitan-kesulitan yang dialami subyek tersebut
disebabkan karena kurangnya pemahaman mengenai soal, kurangnya pemahaman tentang
fungsi variabel.
Kesulitan yang dialami subyek yaitu sulit mengubah kalimat pernyataan menjadi
kalimat matematika. Setelah dilakukan konfirmasi mengenai jawaban yang diberikan
subyek, ternyata subyek tidak paham cara mengubah kalimat pernyataan menjadi kalimat
matematika. Berdasarkan hal ini, maka kesulitan yang dialami subyek terjadi karena
kurangnya pemahaman mengenai cara mengubah kalimat pernyataan menjadi kalimat
matematika.
Dari hasil wawancara dengan beberapa subyek dengan kategori kurang, diketahui
bahwa kesulitan yang dialami disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap materi.
Selain itu, ada pula subyek yang mengaku tidak menyukai matematika, faktor lainnya
yaitu karena subyek tidak mengulang pelajaran kembali sehingga pada saat tes subyek
mengalami kesulitan mengingat materi dan tidak mampu untuk menyelesaikannya dengan
jawaban yang tepat. Sementara itu, untuk subyek dengan kategori sangat kurang, dari
hasil wawancara diketahui bahwa pemahaman subyek terhadap materi aljabar masih
sangat kurang. Dalam menyelesaikan soal yang diberikan, ada beberapa soal yang tidak
dipahami. Kurangnya pemahaman terhadap soal, menimbulkan kesalahan dalam
memberikan jawaban. Dalam hal lain, subyek menganggap bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit.
Solusi Masing-masing Indikator
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, diberikan solusi unuk setiap indiktor
sebagai berikut:
a. Indikator menyatakan ulang suatu konsep
Agar terhindar dari kesulitan pada indikator ini, sebaiknya subyek diberikan
penjelasan yang mudah untuk dipahami khususnya pada konsep suku aljabar, sehingga
ketika subyek diberikan pertanyaan mengenai konsep tertentu dapat menjawabnya dengan
pemahaman yang telah dimilikinya.
b. Mengklasifikasikan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertenttu (sesuai dengan
konsepnya)
Pada indikator ini, subyek seharusnya dipastikan telah mampu mengulang
kembali konsep variabel, koefisien dan konstanta. Hal ini dimasksudkan agar dapat
mengetahui bagaimana pemahaman terhadap konsep tersebut. Sehingga, subyek mampu
untuk membedakan antara variabel, koefisien dan konstanta serta dapat
mengklasifikasikannya.
c. Memberikan contoh dan non contoh dari konsep
Sama halnya dengan indikator kesatu, pada indikator ini subyek seharusnya
dipastikan telah memiliki pemahaman terhadap konsep suku aljabar dan tetap mengingat
konsep tersebut. Sehingga, subyek mampu memberikan contoh dan non contoh dari
masing-masing suku satu, suku dua dan suku banyak.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
Pada indikator ini, subyek harus dibekali dengan konsep variabel dan koefisien,
selain itu juga harus diberikan latihan agar terbiasa dengan kalimat matematika.
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa subyek


dengan kategori kurang masih belum mampu menyelesaikan soal-soal dengan
indikator pemahaman konsep secara keseluruhan. Subyek dengan kategori kurang
hanya mampu menyelesaikan soal pada beberapa indikator tertentu saja. Dari hasil
penelitian diperoleh kemampuan pemahaman konsep subyek dengan kategori kurang
yaitu:
1. Belum mampu menyatakan ulang suatu konsep.
2. Belum mampu mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai
dengan konsepnya).
3. Mampu memberi contoh dan non contoh dari konsep.
4. Belum mampu menyajikan konsep dalam berbagai representasi matematik.
Sedangkan untuk subyek dengan kategori sangat kurang, dapat dikatakan tidak
mampu menyelesaikan soal-soal pemahaman konsep. Hal ini karena hampir pada
semua soal yang diberikan tidak dapat diselesaikan. Dari hasil penelitian diperoleh
kesimpulan bahwa subyek:
1. Tidak mampu menyatakan ulang suatu konsep.
2. Tidak mampu mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai
dengan konsepnya).
3. Tidak mampu memberi contoh dan non contoh dari konsep.
4. Tidak mampu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematik.
Kesulitan-kesulitan subyek dalam menyelesaikan soal pemahaman konsep matematis
yaitu:
1. Kesulitan dalam menyatakan konsep aljabar suku banyak.
2. Kesulitan menentukan variabel, sulit menentukan konstanta dan sulit menentukan
koefisien.
3. Kesulitan dalam membedakan contoh mana yang termasuk suku satu, suku dua
atau suku banyak.
4. Kesulitan untuk memisalkan atau mengganti dengan variabel, kesulitan membuat
model matematika.
5. Kesulitan dalam menentukan operasi hitung yang sesuai untuk soal yang diberikan,
subyek sulit menggunakan operasi hitung sifat distributif perkalian terhadap
penjumlahan.

DAFTAR PUSTAKA

Auliya, R. N. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Tipe CRH (Course, Review,


Hurray) terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis dan Kecemasan Matematika
Siswa SMP. Universitas Pendidikan Idonesia Repositori.upi.edu.

Handayani, M. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two
Stray terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan
Matematika, 3(Part 1), 56–60.

Kesumawati, N. (2008). Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran


Matematika. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika.

Mardiana. (2012). Pemahaman Konsep dan Komuniasi Matematik dengan Pembelajaran


Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304

CO-OP-CO-OP. Edu-Math; Vol.3.

Masruah, A. (2014). Meningkatkan Pemahaman Matematik Siswa SMP Melalui


Pendekatan Kontekstual. PROSIDING, 1, ISSN:1355-0473.

Nainggolan, S. (2014). Penerapan Model Pencapaian Konsep di SMP Negeri 1 Bilah


Barat untuk Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa. Jurnal Suluh
Pendidikan FKIP-UHN. Volume 1. ISSN: 2356-2595.

Nizarwati. (2009). Pengembangan Perangkat Pembeajaran Berorientasi Konstruktifisme


untuk Mengajarkan Konsep Perbandingan Trigonometri Siswa Kelas X SMA.
Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3. No. 2.

Puspitasari. (2015). Analisis Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel di SMP. Vol.4.No.5.
jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/10165/9864.PDF File.

Rianti, W. S. (2007). Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika pada Pokok Bahasan


Bilangan Bulat pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kecamatan Wonosari
Kabupaten Gunung Kidul. Universitas Sebelas Maret.Tesis.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA.

Wardhani, S. (2010). Implikasi Karakteristik Matematika Dalam Pencapaian Tujuan Mata


Pelajaran Matematika Di SMP/MTs. Diklat Guru Pemandu/Guru Inti/Pengembang
Matematika smp jenjang dasar tahun 2010. Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika
Yogyakarta.

S-ar putea să vă placă și