Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Heni Pujiastuti
Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Jl.
Raya Jakarta Km. 4 Pakupatan, Serang, Indonesia
Abstract
Received: This research is a qualitative descriptive study that aims
Revised: to describe how the ability to understand students'
Accepted: mathematical concepts and the difficulties experienced by
students in solving problems, especially in Algebraic material.
The subject of this study consisted of 13 class VIII students at
one of the junior high schools in Serang City. The research
subjects were chosen because they have the ability to
understand mathematical concepts in less and very less
categories. The research instrument used was a test of the
ability to understand mathematical concepts. The results
showed that: 1) Most students had the ability to understand
mathematical concepts in less categories, namely as many as 11
students with an average score of 41,065 2) Students who had
the ability to understand mathematical concepts in very less
categories were 2 students with an average score of 35,71 3)
Difficulties experienced by students include difficulty in
expressing many tribal algebraic concepts, determining
variables, determining constants and determining coefficients,
distinguishing which examples include one, two or many tribes,
specifying or replacing with variables, making models
mathematics, determine the calculation operations that are
appropriate for the given questions 4) The indicators in this
study are indicators that restate a concept, classify objects
according to certain characteristics (according to the concept),
provide examples and non examples of concepts, present
concepts in various forms of mathematical representation.
Keywords: Ability to Understand Mathematical Concepts and Difficulties in
Resolving Questions
How to Cite: Nisa, R & Pujiastuti, H. (2018). Analysis of the ability to understand students mathematical
concepts in solving problems in algebraic topics. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 9 (1): 1-21.
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304
PENDAHULUAN
Kemampuan pemahaman konsep yang berbeda didasarkan pada hasil tes yang diperoleh
siswa.
Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP dapat dilihat dari hasil
menyelesaikan soal yang memuat indikator-indikator pemahaman konsep matematika.
Indikator pemahaman konsep matematika yang digunakan pada umumnya yaitu:
menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu,
memberikan contoh dan non contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai
bentuk representasi matematis.
Kemampuan pemahaman konsep penting dimiliki siswa. Namun, keadaan yang
sebenarnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini nampak dari hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa masih
rendah. Rahmah (Auliya, 2013) dalam penelitiannya diperoleh skor rata-rata postes
kemampuan pemahaman matematis siswa SMP dengan pendekatan induktif-deduktif
adalah sebesar 45,3 % dari skor ideal, kemudian Afrilianto (Auliya, 2013) dalam
penelitianya diperoleh hasil rata-rata postes kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa SMP dengan pendekatan metaphorical thinking yaitu sebesar 50,75 % dari skor
ideal.
Kesulitan siswa pada konsep matematika dapat ditunjukkan dengan hasil
penelitian yang dilakukan Rianti (2007) yaitu terjadinya kesalahan dalam menyelesaikan
soal pokok bahasan bilangan bulat, penyebab kesalahan siswa dalam mengerjakan soal
tersebut, diantaranya: siswa tidak memahami maksud soal dan siswa tidak memahami
cara menyelesaikan soal yang dapat diubah ke dalam bentuk kalimat matematika.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, mengindikasikan bahwa siswa tersebut
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal bilangan bulat yang dihadapinya.
Kesulitan yang dialami siswa tentu terjadi karena adanya faktor penyebab, baik dari
dalam maupun dari luar diri siswa sehinga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
soal. Pada penelitian ini, materi yang diambil yaitu materi aljabar. Aljabar adalah salah
satu materi dalam pelajaran matematika kelas VIII yang merupakan materi penunjang
bagi materi selanjutnya. Berdasarkan hal tersebut, materi aljabar penting untuk dipelajari,
dengan menguasai materi ini siswa diharapkan mampu mempelajari materi selanjutnya
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya materi aljabar untuk
dikuasai siswa menjadi alasan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, untuk mengetahui
hal-hal yang berkaitan dengan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi
aljabar, maka salah satu cara yang mungkin dapat dilakukan adalah mencari tahu faktor
apa saja yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal. Sehingga,
dengan mengetahui faktor penyebabnya, dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa SMP; 2) Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami
siswa dalam menyelesaikan soal pemahaman konsep matematis SMP.
METODE
Adapun rumus untuk mengubah skor menjadi nilai menggunakan rumus sebagai
berikut:
Nilai = SKPK X 100
Setelah didapat nilai kemampuan pemahaman konsep maka selanjutnya akan
dikelompokkan berdasarkan kategori yang ada. Kusumah (Nainggolan, 2014)
mengemukakan untuk menentukan kriteria kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa berpedoman pada kriteria yaitu: “Sangat Kurang, Kurang, Cukup, Baik, Sangat
Baik”. Kategori kemampuan pemahaman konsep dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.Kategori Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa
menambah data agar lebih akurat. Adapun poin-poin wawancara yang digunakan
diantaranya mengenai:
Pedoman wawancara dengan siswa kelas VIII (yang mengalami kesulitan)
a. Pendapat siswa terhadap mata pelajaran matematika
b. Pendapat siswa terhadap materi aljabar
c. Pendapat siswa terhadap soal
d. Pendapat guru terhadap kesulitan siswa
Gambar 1
Komponen dalam analisis data (flowmodel)
Reduksi data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Untuk itu, maka
perlu dicatat secara teliti dan rinci, selain itu perlu dilakukan analisis reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Hasil tes yang
telah dikumpulkan menjadi data yang akan dianalisis dan dikelompokkan sesuai dengan
kemampuan pemahaman konsep dengan kategori yang ada. Tahap reduksi data dalam
penelitian ini meliputi:
a. Menganalisis observasi pada saat pembelajaran dan menyelesaikan soal tes,
b. Mengoreksi hasil tes,
c. Menganalisis hasil tes sebagai kriteria pemilihan subyek dari kelas VIII-U,
d. Data dari siswa yang tidak terpilih hanya menjadi pendukung,
e. Hasil tes siswa yang menjadi subyek penelitian merupakan bahan wawancara,
f. Hasil wawancara kemudian diinformasikan ke dalam catatan.
Penyajian data
Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk teks deskriptif,
tabel, gambar dan diagram. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut. Dalam penelitian ini, penyajian data meliputi:
a. Menyajikan hasil tes yang disajikan dalam tabel dan gambar.
b. Menyajikan hasil wawancara yang disajikan melalui teks.
Dari hasil penyajian tersebut selanjutnya didapat kesimpulan berupa data temuan
sehingga dapat dideskripsikan dan dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini.
Verifikasi
Langkah ketiga dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Verifikasi dlam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil observasi, tes,
wawancara pada subyek dan wawancara pada guru matematika kelas VIII-U. Selanjutnya
ditarik kesimpulan tentang bagaimana kemampuan pemahaman konsep matematis SMP
siswa kelas VIII-U dan apa saja yang menjadi faktor dari kesulitan menyelesaikan soal
pemahaman konsep matematis SMP pada materi aljabar.
1. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas data atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
antara lain dapat dilakukan dengan:
a. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan ini dilakukan peneliti, dengan melakukan wawancara
kembali kepada subyek dan guru matematika kelas VIII-U. Wawancara kepada subyek
bertujuan untuk mengkonfirmasi kembali pemahaman konsep matematis yang dimiliki
subyek dan mengkonfirmasi hasil tes subyek, sedangkan wawancara kepada guru
matematika kelas VIII-U bertujuan untuk mengkonfirmasi data kuantitaif berupa nilai tes
yang telah didapatkan.
b. Peningkatan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan
mengecek kembali data yang diperoleh dari tes kemampuan pemahaman konsep
matematis dan wawancara.
c. Triangulasi
Triangulasi yang digunakan pada penelitian ini meliputi triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Sumber yang dipercaya selama proses penelitian adalah siswa dan guru
matematika kelas VIII-U. Adapun teknis yang digunakan adalah wawancara dan analisis
lanjutan kepada semua sumber data.
2. Uji Transferability
Berdasarkan analisis dan pengumpulan data, peneliti membuat laporan hasil
penelitian secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Peneliti mencari beberapa
penelitian yang memiliki keadaan cenderung sama dengan penelitian yang telah
dilakukan. Hasil penelitian ini memiliki hasil yang cenderung sama dengan beberapa
penelitian yang telah dilakukan.
3. Uji Dependability
Uji Dependability pada penelitian ini berupa proses audit. Pelaksanaan audit
dilakukan oleh auditor dan auditor dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing mulai
dari tahap menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data,
melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan
hasil penelitian.
4. Uji Confir
5. mability
Pengujian confirmabality dapat dilakukan bersamaan dengan uji dependability
karena memiliki kemiripan dalam proses pengujian. Pengujian confirmabality pada
penelitian ini dilakukan dengan menguji kebenaran dariseluruh proses yang telah
dilaksanakan, menguji kebenaran data dengan hasil pekerjaan siswa, menguji hasil
penelitian dilihat dari proses penelitian yang telah dilaksanakan.
Hasil
Penelitian ini dimulai pada tanggal 27 Agustus dan berakhir pada tanggal 30
November 2018. Setelah melaksanakan tes, selanjutnya dilakukan analisis jawaban hasil
tes. Setelah itu diambil nilai rata-rata dari tes pertama dan kedua dan dari 13 siswa,
didapat sebanyak 11 siswa diantaranya termasuk pada kategori kurang dan 2 siswa dalam
kategori sangat kurang. Adapun subyek dan nilai rata-rata yang diperoleh subyek dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan hasil tes dan observasi di atas, dalam hal ini akan dipilih dua subyek
yang dapat diangkat pada pembahasan pada penelitian ini. adapun subyek tersebut dipilih
berdasarkan nilai yang diperoleh, untuk kategori kurang dipilih satu subyek yang
mewakili yaitu SIS, sedangkan untuk kategori sangat kurang dipilih SIN.
Hasil Penelitian
Deskripsi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kategori
Kurang
Gambar 2
Jawaban No.1 Tes Ke-1
Gambar 3
Jawaban No.1 Tes Ke-2
Berdasarkan jawaban SIS tersebut, nampak bahwa jawaban yang diberikan belum
sesuai dengan yang diharapkan. Jawaban salah yang dilakukan oleh subyek pada tes
pertama, terlihat dari pernyataan “bukan” dengan alasan yang tidak sesuai.
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304
Namun dalam tes kedua, subyek dapat menyatakan “ya” akan tetapi alasan yang
dikemukakan tidak lengkap, subyek tidak menuliskan suku-suku apa saja yang ada pada
bentuk aljabar yang diberikan. Berdasarkan jawaban tersebut, subyek mendapatkan skor 1
pada tes pertama dan skor 3 pada tes kedua. Pada indikator ini siswa belum mampu
menyatakan ulang suatu konsep, hal ini didasarkan pada jawaban tes pertama dan kedua,
dimana siswa belum mampu memberi jawaban benar dan lengkap.
b. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa kategori kurang pada
indikator mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
Pada indikator kedua ini, siswa diharapkan mampu menentukan variabel,
koefisien dan konstanta pada bentuk aljabar yang diberikan. Berikut jawaban SIS:
Gambar 4
Jawaban No.2 Tes Ke-1
Gambar 5
Jawaban no.2 tes ke-2
Berdasarkan jawaban untuk soal no.2 tersebut, nampak bahwa jawaban yang
diberikan belum sesuai dengan yang diharapkan. Jawaban subyek pada tes pertama,
dalam menentukan variabel subyek hanya menuliskan a2, jawaban ini dianggap belum
lengkap karena masih ada variabel yang lain yaitu yang tidak dituliskan oleh siswa.
Dalam menentukan variabel, subyek menuliskan jawaban belum lengkap.
Berdasarkan hal tersebut siswa diberikan skor 2 karena jawaban tersebut hampir
benar namun tidak lengkap. Berdasarkan jawaban pada tes kedua, subyek mendapatkan
skor 1, hal ini karena dalam menjawab soal tersebut siswa memberikan jawaban yang
keliru. Kesalahan yang nampak pada saat menentuan variabel dan konstanta. Berdasarkan
hal tersebut, nampak bahwa siswa belum mampu mengklasifikasi obyek-obyek menurut
sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).
c. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa kategori kurang pada
indikator memberi contoh dan non contoh.
Pada indikator ini, diharapkan siswa mampu menuliskan contoh dari suku satu,
suku dua dan suku tiga yang mereka ketahui, serta menuliskan bukan contohnya. Berikut
jawaban SIS:
Gambar 6
Jawaban No.3 Tes Ke-1
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304
Gambar 7
Jawaban No.3 Tes Ke-2
Berdasarkan jawaban untuk soal no.3 tersebut, nampak bahwa jawaban yang
diberikan pada tes pertama telah sesuai dengan yang diharapkan, jawaban tersebut benar
dan lengkap. Skor yang diperoleh adalah 4. Namun pada tes kedua, siswa hanya
menuliskan yang bukan contohnya saja. Selain itu, subyek juga menuliskan bukan contoh
yang keliru pada suku satu karena itu, subyek hanya mendapatkan skor 1. Dalam hal ini,
siswa telah mampu memberi contoh dan non contoh.
d. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa kategori kurang pada
indikator menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematik.
Pada indiktor ini, siswa diharapkan mampu membuat pemisalan atau mengganti
buku dan pulpen menjadi variabel. Sehingga siswa dapat menuliskan model matematika
yang sesuai dengan pernyataan yang diberikan. Berikut jawaban SIS:
Gambar 8
Jawaban No.4 Tes Ke-1
Gambar 9
Jawaban No.4 Tes Ke-2
Jawaban dalam tes pertama no.4 menunjukkan bahwa subyek tidak merubah buku
dan pulpen menjadi variabel-variabel. Jawaban subyek tes pertama belum sesuai dengan
yang diharapkan, sehingga skor yang diperoleh adalah 2. Hasil jawaban pada tes kedua
untuk soal no.4 menunjukkan bahwa siswa belum memberi jawaban sesuai dengan yang
diharapkan. Pemisalan yang dilakukan subyek tidak sesuai, jawaban kurang jelas dan
tidak mengarah pada model matematika. Skor yang diperoleh subyek adalah 1.
Berdasarkan pada analisis jawaban di atas nampak bahwa subyek belum mampu
menyajikan konsep dalam berbagai representasi matematik.
Pada indikator ini, siswa diharapkan mampu menjawab soal dengan memberikan
pernyataan dan mampu memberikan alasan dengan menuliskan suku-suku yang ada pada
bentuk aljabar yang diberikan. Berikut jawaban SIN:
Gambar 10
Jawaban No.1 Tes Ke-1
Gambar 11
Jawaban No.1 Tes Ke-2
Berdasarkan jawaban untuk soal no.1 pada tes pertama subyek hanya
memberikan alasan yang kurang lengkap tanpa memberi pernyataan. Dalam hal ini
subyek mendapat skor 2. Sedangkan pada tes kedua nampak bahwa siswa menjawab ya,
namun alasan yang diberikan masih belum lengkap. Subyek memperoleh skor 3 untuk tes
kedua. Dalam tes pertama dan kedua subyek tidak menuliskan apa saja suku yang ada
pada bentuk aljabar yang diberikan. Berdasarkan jawaban tersebut, nampak bahwa
subyek tidak mampu menyatakan ulang suatu konsep.
b. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa kategori kurang pada
indikator mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
Pada indikator kedua ini, siswa diharapkan mampu menentukan variabel,
koefisien dan konstanta pada bentuk aljabar yang diberikan. Berikut jawaban SIN:
Gambar 12
Jawaban No.2 Tes Ke-1
Gambar 13
Jawaban No.2 Tes Ke-2
Jawaban untuk soal no.2 tes pertama menunjukkan bahwa subyek menjawab
salah. Jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Subyek tidak
menuliskan variabel, koefisien dan konstanta dari bentuk aljabar yang diberikan.
Kesalahan yang sama juga dilakukan pada tes kedua. Subyek bukan menentukan variabel,
koefisien dan konstanta, melainkan menjawab dengan menggunakan operasi hitung yang
tidak sesuai. Dalam hal ini, subyek memperoleh skor 1 untuk tes pertama dan tes kedua.
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304
Berdasarkan pada jawaban yang diberikan subyek tersebut, nampak bahwa subyek tidak
mampu mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya).
Gambar 14
Jawaban No.3 Tes Ke-1
Gambar 15
Jawaban No.3 Tes Ke-2
Berdasarkan jawaban pada tes pertama, nampak bahwa subyek menjawab soal
no.3 hanya menyebutkan suku-suku aljabar namun ada yang tidak sesuai, terdapat
kekeliruan dalam menjawab soal no.3 tersebut. Pada tes kedua, jawaban yang diberikan
subyek juga terjadi kekeliruan dalam menentukan suku-suku aljabarnya. Dalam hal ini
subyek memperoleh skor 2 untuk tes pertama dan skor 1 untuk tes kedua. Berdasarkan
hasil tersebut nampak bahwa subyek tidak mampu memberi contoh dan non contoh yang
sesuai dengan yang diharapkan.
d. Kemampuan pemahaman konsep matematik siswa kategori kurang pada
indikator menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematik.
Pada indiktor ini, siswa diharapkan mampu membuat pemisalan atau mengganti
buku dan pulpen menjadi variabel. Sehingga siswa dapat menuliskan model matematika
yang sesuai dengan pernyataan yang diberikan. Berikut jawaban SIN:
Gambar 16
Jawaban No.4 Tes Ke-1
Gambar 17
Jawaban No.4 Tes Ke-2
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304
Pembahasan
Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa SMP dapat dilihat dari hasil
menyelesaikan soal yang memuat indikator-indikator pemahaman konsep matematika.
Indikator pemahaman konsep matematika yang digunakan yaitu: menyatakan ulang suatu
konsep, mengklasifikasi objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, memberikan contoh dan
non contoh dari konsep, menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis.
Kemampuan pemahaman konsep penting dimiliki siswa. Namun, keadaan yang
sebenarnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini nampak dari hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep matematis siswa masih
rendah.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan beberapa kesulitan yang dialami
siswa dalam menyelesaikan soal pemahaman konsep matematis SMP pada materi aljabar.
Kesulitan yang dialami SIS meliputi: 1) kesulitan mengingat/menyatakan ulang konsep
konsep suku aljabar. Penyebab terjadinya kesulitan dalam hal ini dikarenakan subyek
tidak paham mengenai konsep aljabar suku banyak. 2) sulit menentukan koefisien,
variabel dan konstanta. Kesulitan ini disebabkan karena kurangnya pemahaman mengenai
konsep variabel, koefisien dan konstanta. 3) sulit menentukan nilai pengganti dan sulit
membuat model matematika. Dalam hal ini kesulitan yang dialami subyek dikarenakan
tidak paham terhadap soal dan kurangnya kepercayaan diri dalam menyelesaikan soal. 4)
belum mampu menggunakan sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan bentuk
aljabar. Kesulitan ini terjadi karena tidak paham mengenai operasi hitung bentuk aljabar.
5) sulit menentukan lebar dan panjang dengan pendekatan keliling persegi panjang.
Kesulitan ini terjadi karena tidak paham konsep keliling persegi panjang dan tidak
mengetahui langkah-langkah penyelesaian soal. 6) sulit mengubah soal cerita menjadi
kalimat matematika, sulit menuliskan langkah-langkah penyelesaian soal cerita. Dalam
hal ini kesulitan-kesuitan yang terjadi dikarenakan tidak memahami soal, tidak
mengetahui prinsip menyelesaikan soal cerita, subyek tidak memahami informasi yang
ada, subyek tidak memahami apa yang ditanyakan dan subyek tidak memahami cara
membuat model matematika.
Sementara itu, SIN mengalami kesulitan diantaranya: 1) kesulitan dalam
menyatakan konsep aljabar suku banyak. Kesulitan tersebut terjadi karena tidak paham
mengenai konsep suku-suku aljabar. 2) sulit menentukan variabel, sulit menentukan
konstanta dan sulit menentukan koefisien. Kesulitan yang dialami subyek terjadi karena
tidak paham maksud soal yang diberikan. Selain itu, kesulitan yang dialami juga
sebabkan karena tidak memahami konsep variabel, koefisien dan konstanta. 3) kesulitan
dalam membedakan contoh mana yang termasuk suku satu, suku dua atau suku banyak.
Kesulitan yang dialami subyek tersebut disebabkan karena subyek tidak paham mengenai
konsep suku-suku aljabar. 4) kesulitan untuk memisalkan atau mengganti dengan
variabel, kesulitan membuat model matematika. Kesulitan-kesulitan yang dialami subyek
tersebut disebabkan karena kurangnya pemahaman mengenai soal, kurangnya
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304
pemahaman tentang fungsi variabel. 5) kesulitan dalam menentukan operasi hitung yang
sesuai untuk soal yang diberikan, subyek sulit menggunakan operasi hitung sifat
distributif perkalian terhadap penjumlahan. Kesulitan-kesulitan yang dialami subyek
tersebut terjadi karena subyek belum paham tentang operasi hitung bentuk aljabar,
terlebih pada operasi distributif perkalian terhadap penjumlahan. Selain itu kesalahan
yang terjadi juga disebabkan karena subyek belum paham tentang suku sejenis dan tidak
sejenis. 6) kesulitan yang dialami subyek adalah sulit menentukan informasi yang ada
pada soal, sulit menentukan apa yang ditanyakan, dan sulit menggunakan operasi hitung
yang sesuai. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh subyek disebabkan karena subyek
tidak memahami soal, subyek tidak paham dalam membuat model matematika, serta tidak
mengetahui prinsip menyelesaikan soal cerita. Adapun kesulitan yang dialami seluruh
subyek ditampilkan dalam Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4.Kesulitan Seluruh Subyek
Kategori Siswa yang
kesulitan mengalami
Kesulitan mengingat SIS, SIN, STN, HIN, NG.
konsep aljabar suku
banyak.
Kesulitan menentukan SIS, STS, SIN, RIF, STN,
variabel, koefisien dan PIR, NG, ND, SR.
konstanta.
Kesulitan membedakan SIN, RIF, HIN, SR.
suku-suku aljabar.
Kesulitan membuat SIS, STS, SIN, HIN, SR,
model matematika. IS.
Kesulitan melakukan SIS, STS, SIN, RIF, STN,
operasi distributive PIR, HIN, NG, NID, SR,
perkalian terhadap IS, LUB, NAE.
penjumlahan bentuk
aljabar.
Kesulitan memperoleh SIS, STS, SIN, RIF, STN,
nilai lebar dan panjang PIR, HIN, NG, SR, IS,
kolam. LUB, NAE.
Kesulitan menentukan SIS, STS, SIN, RIF, STN,
langkah-langkah PIR, HIN, NG, NID,
menyelesaikan soal SRR, IS, LUB, NAE.
cerita.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa siswa kelas VIII-U disalah satu
SMP di Kota Serang masih ada yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
pemahaman konsep matematis khususnya pada soal materi aljabar. Cooney (Puspitasari,
2015) menyatakan bahwa kesulitan matematika ditandai oleh ketidak mampuan
menyatakan arti dari suatu konsep tertentu dan kemampuan menyimpulkan informasi dari
suatu konsep yang diberikan. Selain itu, kesulitan pada tahap konsep juga meliputi
beberapa ketidak mampuan, salah satunya adalah ketidak mampuan dalam
mengelompokkan obyek sebagai contoh-contoh suatu konsep dari obyek yang bukan
contohnya.
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304
bahwa dalam menjawab soal tersebut, subyek lupa cara mengerjakannya. Berdasarkan
hasil wawancara dengan subyek, nampak bahwa kesulitan yang dialami subyek adalah
sulit membedakan antara variabel, konstantadan koefisien.
Dari hasil wawancara dengan subyek nampak bahwa kesulitan subyek dalam
menjawab soal no.2 disebabkan karena subyek lupa mengenai perbedaan variabel,
koefisien dan konstanta. Hal ini dapat terjadi karena subyek belum paham mengenai
konsep variabel, koefisien dan konstanta.
Seperti yang telah dijelaskan pada indikator pertama, bahwa pada saat
pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa tidak mau bertanya ketika belum paham.
Selain itu, ada pula subyek yang pada saat dilakukan wawancara mengaku bahwa belum
paham mengenai variabel. Oleh karena inilah, nampak bahwa kesulitan yang dialami oleh
subyek disebabkan karena kurangnya pemahaman materi, dalam hal ini mengenai konsep
variabel, koefisien dan konstanta.
c. Memberikan contoh dan non contoh dari konsep
Menurut (Kesumawati, 2008) Siswa dikatakan memahami konsep jika siswa
mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi dan memberi contoh atau bukan contoh
dari konsep. Berdasarkan hasil tes pada indikator ini, beberapa subyek memberikan
jawaban yang salah. Kesalahan yang dilakukan subyek diantaranya yaitu keliru dalam
memberikan contoh suku-suku aljabar, misalnya untuk contoh suku satu subyek
memberikan contoh bentuk aljabar suku dua. Kesalahan lainnya yaitu subyek hanya
memberikan contoh saja atau hanya memberikan yang bukan contohnya saja. Oleh karena
hal ini, nampak bahwa subyek belum mampu memberi contoh dan bukan contoh dari
konsep suku-suku aljabar.
Dari jawaban salah tersebut, nampak adanya kesulitan yang dialami oleh subyek
dalam menyelesaikan soal. Kesulitan yang dialami subyek diantaranya adalah kesulitan
membedakan suku-suku aljabar. Sehingga subyek kesulitan menentukan mana contoh
suku satu, mana contoh suku dua dan mana contoh suku tiga. Kesulitan yang dialami
subyek dalam menentukan suku-suku aljabar tentu erat kaitannya dengan pemahaman
konsep subyek mengenai konsep suku satu, suku dua dan suku tiga. Dalam hal ini,
kesulitan yang dialami subyek disebabkan karena kurangnya pemahaman mengenai suku-
suku aljabar.
Dari hasil wawancara dengan subyek, subyek mengungkapkan bahwa masih
belum paham mengenai materi aljabar, yakni PIR. Subyek ini mengungkapkan bahwa
belum paham mengenai aljabar. Namun pada saat belum paham subyek tidak bertanya
pada guru tentang yang belum dipahaminya. Dari hal ini, nampak bahwa penyebab dari
kesulitan yang dialami subyek karena kurangnya pemahaman materi. Hal tersebut karena
pada saat pembelajaran berlangsung subyek enggan untuk bertanya mengenai yang belum
dipahaminya.
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan subyek, pada saat dikonfirmasi
mengenai jawaban siswa dalam menjawab soal no.3 ini ternyata subyek tidak mengalami
kesulitan pada tes pertama. Subyek mengungkapkan bahwa pada tes kedua tidak mampu
menjawab dengan lengkap dikarenakan lupa. Berdasarkan hal tersebut, maka kesulitan
yang dialami subyek adalah sulit mengingat suku-suku aljabar.
Dari uraian di atas, nampak bahwa kesulitan subyek dalam menjawab soal no.3
disebabkan karena siswa lupa mengenai suku-suku aljabar.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
Pada indikator ini, sebagian besar subyek mampu memberikan jawaban seperti
yang diharapkan. Adapun beberapa subyek yang melakukan kesalahan dalam memberi
jawaban diantaranya yaitu tidak memisalkan pernyataan menjadi variabel, sehingga tidak
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304
dapat membuat model matematika yang diharapkan. Kesalahan lain diantaranya, subyek
menghitung harga dari barang-barang yang ada pada pernyataan yang diberikan.
Dari hasil tes tersebut, menandakan bahwa subyek mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal pada indikator ini. subyek sulit membuat model matematika dari
pernyataan yang diberikan. Berdasarkan wawancara, ada subyek yang ketika dikonfirmasi
mengenai soal dengan indikator ini tidak dapat mengganti dengan variabel yang sesuai.
Hasil wawancara yang dilakukan pada subyek, dalam hal ini subyek mengungkapkan
bahwa dalam menyelesaikan soal no.4 tes pertama subyek tidak mengetahui caranya.
Kemudian, pada tes kedua subyek mengungkapkan bahwa jawaban yang diberikan adalah
hasil bertanya pada temannya. Berdasarkan hal tersebut nampak bahwa subyek
mengalami kesulitan dalam membuat pemisalan dengan mengganti menggunakan
variabel. Sehingga, sulit membuat model matematika. Kesulitan yang dialami oleh
subyek disebabkan karena subyek tidak mampu memahami soal yang diberikan, selain itu
subyek tidak percaya diri untuk menyelesaikan soal tersebut dan bertanya pada temannya.
Berdasarkan uraian di atas, kesulitan yang dialami subyek tersebut disebabkan
karena subyek belum mengetahui cara membuat pemisalan dengan mengganti variabel,
selain itu berdasarkan hasil wawancara, salah satu subyek mengungkapkan tidak
mengulang pelajaran di rumah. Hal ini mungkin menjadi penyebab dari kesulitan subyek
dalam menyelesaikan soal pada indikator ini.
Subyek dengan Kategori Sangat Kurang
a. Menyatakan ulang suatu konsep
Pada indikator ini, subyek tidak dapat memberikan alasan secara lengkap. Subyek
tidak menyebutkan suku apa saja yang ada dalam bentuk aljabar yang diberikan. Dari
hasil wawancara yang dilakukan pada subyek, pada saat dikonfirmasikan mengenai
jawabannya subyek tidak dapat memberikan jawaban yang diharapkan. Katika ditanyakan
suku apa saja yang ada pada bentuk aljabar yang diberikan, subyek memberikan jawaban
yang salah.
Kesulitan yang dialami subyek ini yaitu sulit menuliskan suku-suku aljabar yang
ada pada bentuk aljabar yang diberikan. Dari hasil wawancara, subyek tidak dapat
menjelaskan ulang mengenai aljabar suku banyak.
Setelah dilakukan konfirmasi pada subyek, informasi yang diperoleh diantaranya
adalah subyek masih salah menjawab pertanyaan suku apa saja yang ada pada bentuk
aljabar yang diberikan pada soal no.1tes pertama dan tes kedua. Jawaban yang diberikan
subyek dalam wawancara tidak mengarah pada konsep aljabar suku banyak. Berdasarkan
hal tersebut, ternyata subyek mengalami kesulitan dalam menyatakan konsep aljabar suku
banyak.
Kesulitan yang dialami subyek disebabkan karena subyek tidak paham mengenai
konsep suku-suku aljabar. Hal ini didasarkan pada hasil wawancara dengan subyek, saat
diberi pertanyaan mengenai suku apa saja yang ada pada bentuk aljabar yang diberikan
subyek hanya tersenyum-senyum tidak dapat mengungkapkan jawaban dengan jelas.
Berdasarkan hal ini, nampak bahwa kesulitan yang dialami subyek
disebaban karena kurangnya pemahaman mengenai konsep aljabar suku banyak.
b. Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat sifat tertentu (sesuai dengan
konsepnya)
Pada indikator kedua ini, subyek tidak mampu menyelesaikan soal yang
diberikan. Dalam pengerjaannya, subyek tidak mengklasifikasikan obyek-obyek menurut
sifatnya. Namun, subyek memberikan jawaban dengan menggunakan operasi hitung.
Dari hasil tes tersebut, nampak bahwa kesulitan subyek yaitu sulit menentukan
variabel, koefisien dan konstanta. Berdasarkan hasil wawancara dengan subyek, pada saat
ditanyakan mengenai cara menjawab soal tersebut subyek mengaitkannya dengan bentuk
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304
aljabarnya. Setelah ditanyakan, apakah mengerti maksud soalnya atau tidak ternyata
subyek mengaku tidak mengerti maksud soal.
Dalam wawancara yang dilakukan, pada saat ditanyakan mengenai jawaban yang
diberikan mengapa ada perkalian subyek mengungkapkan bahwa dalam menjawab soal
no.2 tes pertama tersebut subyek melihat pada 62 yang ada pada soal, kemudian subyek
menguraikannya menjadi 6 × 6 . Melihat jawaban siswa tersebut, dalam tes kedua juga
terjadi kesalahan yang sama. Berdasarkan hal tersebut, maka subyek mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal no.2, kesulitan tersebut yaitu sulit menentukan variabel, sulit
menentukan konstanta dan sulit menentukan koefisien.
Setelah ditelusuri melalui wawancara yang dilakukan pada subyek yang
bersangkutan, diperoleh informasi bahwa kesulitan yang dialami subyek terjadi karena
subyek tidak paham maksud soal yang diberikan. Selain itu, kesulitan yang dialami juga
sebabkan karena tidak memahami konsep variabel, koefisien dan konstanta.
Berdasarkan hal ini, maka kesulitan yang dialami oleh subyek disebabkan karena
tidak memahami maksud soal. Kurangnya penguasaan materi juga menjadi penyebab dari
terjadinya kesulitan yang dialami subyek.
c. Memberikan contoh dan non contoh dari konsep
Dari hasil tes yang dilakukan, pada indikator ini subyek tidak dapat
menyelesaikan soal dengan jawaban yang benar. Hal ini menandakan adanya kesulitan
yang dialami subyek. Adapun kesulitan tersebut yaitu, sulit memberikan contoh suku-
suku aljabar dan sulit memberikan non contoh dari suku-suku aljabar.
Berdasarkan hasil wawancara, pada saat dikonfirmasikan mengenai jawaban yang
diberikan, subyek tidak dapat memberikan penjelsan yang tepat. Ketika subyek diminta
untuk menjelaskan bagaimana suku satu, dua dan banyak, subyek tidak dapat menjawab.
Dari hasil wawancara diperoleh cara mengerjakan soal no.3 yang diungkapkan subyek
bahwa dalam menentukan suku-suku aljabarnya subyek melihat dari variabel yang ada
pada bentuk aljabarnya. Seperti pada suku satu tes kedua “2 − 32 + 5”, subyek menyebut
sebagai suku satu karena dalam bentuk aljabar tersebut terdapat satu 2 nya. Oleh karena
hal tersebut, dalam hal ini subyek mengalami kesulitan dalam membedakan contoh mana
yang termasuk suku satu, suku dua atau suku banyak. Dari hasil wawancara inilah,
ditemukan bahwa kesulitan yang dialami oleh subyek terjadi karena kurangnya
pemahaman mengenai konsep suku satu, suku dua, dan suku tiga bentuk aljabar.
Merujuk pada uraian di atas, maka kesulitan-kesulitan yang dialami subyek
tersebut disebabkan karena subyek tidak paham mengenai konsep suku-suku aljabar.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis
Pada indikator ini, dari dua subyek yang ada dalam kategori sangat kurang, satu
subyek tidak mampu menyelesaikan soal dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa
subyek tidak mampu menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.
Kesalahan subyek tersebut nampak dari jawaban yang diberikan. Subyek tidak membuat
model matematika dengan mengubah pernyataan menjadi pemisalan atau mengganti
dengan variabel.
Setelah dikonfirmasi kepada subyek mengenai jawaban yang diberikan, subyek
mengungkapkan bahwa jawaban pada tes pertama adalah dengan menentukan harga buku
dan pulpennya dan kemudian dijumlahkan. Desangkan pada tes kedua subyek
mengungkapkan jawaban yang dituliskan adalah hasil bertanya pada temannya. Namun,
jawaban yang diberikan masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Menurut subyek
jawaban “2 × 1 + 3 = 5” didapat dari dua buku yaitu 2, satu pulpen yaitu 1, dan 3 adalah
penjumlahan buku dan pulpen. Kemudian setelahnya dihitung sehingga menjadi 5.
Berdasarkan hal tersebut, kesulitan yang dialami dalam menyelesaikan soal no 4
Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA
Vol. 9, No. 1, Maret 2019, pp. 1-21
p-ISSN: 2088-351X
e-ISSN: 2502-5457
DOI: http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v9i1.2304
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, M. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two
Stray terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan
Matematika, 3(Part 1), 56–60.
Puspitasari. (2015). Analisis Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel di SMP. Vol.4.No.5.
jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/10165/9864.PDF File.