Sunteți pe pagina 1din 10

DAFTAR ISI

Daptar Isi
A. Pendahuluan

1. Makna Amar Makruf Nahi Munkar


2. Perintah Amar Ma`ruf Nahi munkar
3. Ruang Lingkup Amar Ma’ruf Nahi Munkar
4. Bentuk Praktis Amar Ma’ruf Nahi Munkar
5. Amar Ma’ruf Nahi Munkar Memasuki Era Globalisasi
6. Pemusnahan Mental
7. Akibat Mengabaikan Perintah Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar

B. Kesimpulan

C.Daftar Pustaka

Pendahuluan
Allah berfirman dalam surat al-Imran ayat 110:
ُ ‫بْلَكَانَْْ َخي ًْراْلَّ ُه ْْمْ ِِّم ْن ْه‬ ُْ ‫للِْ َولَ ْو َءا َمنَْْأ َ ْه‬
ِْ ‫لْال ِكت َا‬ ْ ‫نْال ُم ْنك َِْرْ َوتُؤْ مِ نُ ْونَْْبِا‬ َ َْْ‫اسْت َأ ْ ُم ُر ْونَْْبِال َم ْع ُر ْوفِْْ َْوْت َ ْن َه ْون‬
ِْ ‫ع‬ ْْ ‫ُك ْنت ُ ْْمْ َخي ُْْرْأ ُ َّمةْْأ ُ ْخ ِر َج‬
ْ ِ َّ‫تِْْللن‬
١٧:‫ْ(ألْعمران‬. َ‫) ُْمْال ُمؤْ مِ نُ ْونَْْ َوأ َ ْكث َ ُر ُه ُْمْالفَا ِسقُ ْون‬
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (al-Imran ayat 110)
Nabi Muhammad SAW juga menguatkan dengan bersabda yang artinya:
“Dari Abu Sa’id Al Khurdy -radhiyallahu’anhu- berkata, saya mendengar rasulullah
SAW bersabda, “Barang siapa diantara kamu yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia
merubah, (menginkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah
(menginkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan
itulah keimanan yang paling lemah.” (HR. Muslim no.49)
Sudah tampak pada dua dalil diatas bahwa amar ma’ruf nahi minkar itu sangat
diutamakan, bahkan umat Islam sendiri diutamakan dan disebut menjadi umat terbaik karena
umat ini adalah umat yang menjalankan amar ma’ruf nahi munkar. Lalu pada dalil yang kedua
nabi Muhammad saw. memberikan solusi atau rumus bagi kita bagaimana cara-cara
menjalankan amar ma’ruf nahi munkar.
Lalu bagaimanakah sikap kita menanggapi dua dalil diatas, tentu tidak hanya terdiam
duduk manis tapi kita harus menjalankan amanat yang telah diembankan kepada umat ini untuk
benar-benar mencapai kedudukan umat terbaik.
B. Pembahasan
Pengertian amar ma`ruf nahi mungkar.
Yang dimaksud amar ma’ruf adalah ketika engkau memerintahkan orang lain untuk
bertahuid kepada Allah, menaati-Nya, bertaqarrub kepada-Nya, berbuat baik kepada sesama
manusia, sesuai dengan jalan fitrah dan kemaslahatan.[2] Atau makruf adalah setiap pekerjaan
(urusan yang diketahui dan dimaklumi berasal dari agama Allah dan syara’-Nya. Termasuk
segala yang wajib yang mandub. Makruf juga diartikan kesadaran, keakraban, persahabatan,
lemah lembut terhadap keluarga dan lain-lainnya.
Sedang munkar adalah setiap pekerjaan yang tidak bersumber dari agama Allah dan
syara’-Nya. Setiap pekerjaan yang dipandang buruk oleh syara’, termasuk segala yang haram,
segala yang makruh, dan segala yang dibenci oleh Allah SWT.
Allah berfirman:
‫وتعاونواعلىْالبروالتقوىْوالتعاونواعلىْاالثمْوالعدوان‬
“Tolong menolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan bertaqwalah, serta jangan tolong
menolong dalam hal dosa dan kejahatan”. (QS. 5 Al Maidah: 2)
Termasuk tolong menolong ialah menyerukan kebajikan dan memudahkan jalan untuk kesana
, menutup jalan kejahatan dan permusuhan dengan tetap mempertimbangkan kemumgkinan-
kemungkinan yang akan terjadi.

1. Makna Amar Makruf Nahi Munkar


Makna Amar Makruf Nahi Munkar artinya memerintahkan yang ma’ruf dan melarang
munkar.”Ma’ruf” artinya diketahui, dikenal, disadari. “Munkar” artinya ditolak, diingkari,
dibantah. Kamus menjelaskan ma’ruf sebagai apasaja diketahui dan dikenal baik oleh setiap
orang sebagai kebaikan. Dalam Hadits, ma’ruf adalah adalah segala hal yang diketahui orang
berupa ketaatan kepada Allah, mendekati-Nya, berbuat baik kepada manusia, dan semua yang
dianjurkan syarak. Ma’ruf diketahui oleh semua orang, bila mereka melihatnya mereka tidak
menolaknya. Munkar adalah apa saja yang dipandang buruk , diharamkan dan dibenci oleh
syarak.[1]
Menurut Muhammad ‘Ali Ash Shabuni mendefinisikan ma’ruf dengan “apa yang
diperintahkan syarak (agama) dan dinilai baik oleh akal sehat”, sedang munkar ialah “apa yang
dilarang syarak dan dinilai buruk oleh akal sehat”
Terlihat dari dua definisi diatas, bahwa yang menjadi ukuran ma’ruf dan munkarnya
sesuatu ada dua, yaitu agama dan akal sehat atau hati nurani. Bisa kedua-duanya sekaligus atau
salah satunya. Semua yang diperintahkan agama adalah ma’ruf, begitu pula sebaliknya semua
yang dilarang agama adalah munkar.
Dikalangan ahli Kalam memang terjadi perdebatan apakah kebaikan dan keburukan itu
diketahui secara akliyah atau nakliyah. Mu’tazilah dan Syi’ah menegaskan bahwa akal dapat
mengetahui baik dan buruk. Ahlussunnah menyatakan bahwa hanya syarak saja yang harus
menentukan baik dan buruk.

2. Perintah Amar Ma`ruf Nahi Mungkar.


Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan Amar Ma’ruf dan
Nahi Munkar. Amar Ma’ruf merupakan pilar dasar dari pilar-pilar akhlak yang mulia lagi
agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah merupakan hal yang sangat penting dan
tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya.
Bahkan Allah swt beserta RasulNya mengancam dengan sangat keras bagi siapa yang tidak
melaksanakannya sementara ia mempunyai kemampuan dan kewenangan dalam hal tersebut.
Ketahuilah bahwa amar ma’ruf nahi munkar termasuk Ushul Ad-Din, dengan dicapai tujuan
perutusan (bi;tsah) para nabi. Hal itu berdasarkan firman Allah SWT dalam surah Ali-Imran
:104.
104:‫(آلْعمران‬. َ‫نْ ْٱل ُم ْنك َِْرْ َوأ ُ ْولَ ٰـئِكَْْ ُه ُْمْ ْٱل ُم ْف ِلحُون‬ َ َْْ‫) َو ْلت َ ُكنْم ْن ُك ْْمْأ ُ َّمةْْيَدْعُونَْْإِلَىْ ْٱل َخْْي ِْرْ َويَأ ْ ُم ُرونَْْبِ ْٱل َم ْع ُروفِْْ َويَ ْن َه ْون‬
ِْ ‫ع‬
“Dan hendaklah diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan merekalah termasuk
orang-orang yang beruntung”
Dan sesungguhnya saya mendengar rasulullah saw bersabda: sesungguhnya apabila orang-
orang melihat orang yang bertindak aniyaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka
kemungkina besar Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, yang disebabkan oleh
perbuatan mereka itu sendiri
‫ْمن ْراىْمنكمْمنكراْفليغيرهْبيده‬:ْ‫ ْسمعتْرسولْهللاْصلى ْهللاْعليهْوسلمْيقول‬:‫عنْابىْسعيدْالخد ْرىْرضىْهللاْعنهْقاْل‬
‫ْوذلكْاضعفْاالْيمانْ(رواهْمسلم‬,‫ْفاْنْلمْيستطعْفبقلبه‬,ْ‫ْفانْلمْيستطعْفبلسانه‬,)
“Dari Abu Said al Khudry ra berkata,”Aku pernah mendengar Rasulullah saw
bersabda,”Barang siapa dari kalian melihat kemunkaran, maka hendaklah merubahnya dengan
tangannya, apabila tidak bisa maka dengan lisannya, apabila tidak bisa maka dengan hatinya,
dan demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim)
Maksudnya lemah dari segi perbuatan orang-orang beriman. Kata sebagian ulama: maksud
mencegah dengan tangan ialah khusus bagi para pemimpin yng dengan lisan untuk para ulama,
dan yang dengan hayi khusus untuk para orang awam(umum). Katanya: dan orang yang
mampu melakukannya sama dengan kewajiban memberantas kemunkaran.
Karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi munkar.
Ada 3 karakter masyarakat dalam menyikapi amar ma’ruf nahi munkar:
Memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar, atau dinamakan karakter
orang mukmin.
Memerintahkan yang munkar dan melarang yang ma’ruf, atau dinamakan karakter orang
munafik.
Memerintahkan sebagian yang ma’ruf dan munkar, dan melarang sebagian yang ma’ruf dan
munkar. Ini adalah karakter orang yang suka berbuat dosa dan maksiat.
Dengan melihat ketiga karakter tersebut, maka sudah jelas bahwa tugas beramar ma’ruf
nahi munkar bukanlah hanya tugas seorang da’i, mubaligh, ataupun ustadz saja, namun
merupakan kewajiban setiap muslim. Dan ini merupakan salah satu kewajiban penting yang
diamanahkan Rasulullah SAW kepada seluruh kaum muslim sesuai dengan kapasitasnya
masing-masing. Rasulullah mengingatkan, agar siapa pun jika melihat kemunkaran, maka ia
harus mengubah dengan tangan, dengan lisan, atau dengan hati, sesuai dengan kapasitas dan
kemampuannya. Begitu juga Imam al-Ghazali, dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin, beliau
menekankan, bahwa aktivitas “amar ma’ruf dan nahi munkar” adalah kutub terbesar dalam
urusan agama. Ia adalah sesuatu yang penting, dan karena misi itulah, maka Allah mengutus
para nabi. Jika aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar’ hilang, maka syiar kenabian hilang, agama
menjadi rusak, kesesatan tersebar, kebodohan akan merajalela, satu negeri akan binasa. Begitu
juga umat secara keseluruhan.
Penurunan azab menimpa masyarakat
Apabila manusia melihat kemunkaran dan tidak bisa merubahnya, Dikawatirkan Allah akan
melimpahkan azab siksa-Nya secara merata.
Seperti kisah bani israil yang ada dalam Al-qur’an:
‫لعنْالذينْكفروامنْبنىْاسراءيلْعلىْلسان ْداودوعيسْابنْمريمْدلكْبماعصواوكانوابعتدون‬
‫كانوااليتناهونْعنْمنكرفعلوهْلبءسْماكانوايفعلون‬
“Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera
Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka
satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya
amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (Q.S Almaidah: 78-79).”
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :
‫عنْابىْبكرْالصدْيقْانهْقالْايهاْالناسْانكمْتقرءونْهذهْااليةْ(ياْايهاالذينْامنواْعليكمْانفسكمْالْيضركمْمنْضلْاذاْاه‬
‫تديتمْ)ْوانيْسمعتْانْرسولْهللاْصلىْهللاْعليهْوسلمْيقوْلْانْالناسْاذاْراواْالظاْلمْفلمْياْخذواْعلىْيديهْاوْشكْانْيعم‬
‫)همْهللاْبعقاْبْمنهْ(ْاخرْجهْالترْمذْيْفيْكتاْبْالفتن‬
“Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, ia berkata : Wahai manusia, hendaklah kalian
membaca ayat ini : “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat
itu akan memberi mudharatkepadamu apabila kamu telah mendapatkan petunjuk. Dan
sesungguhnya saya mendengar Rasululllah SAW bersabda :” sesungguhnya apabila orang-
orang melihat orang yang bertindak aniaya kemudian mereka tidak mencegahnya, maka
kemungkinan besar Allah akan meratakan siksaan kepada mereka, disebabkan perbuatan
tersebut.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan An-Nasa’i).[8]
Manfaat Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
Ada beberapa manfaat bila amar ma’ruf dan nahi munkar ditegakkan.
Kita akan menjadi bagian dari orang-orang mukmin
Segala kebaikan akan diberikan siapa saja yang melakukan aksi amar ma’ruf nahi munkar,
yaitu, orang-orang yang lahir dari umat terbaik (umat muslim)
Kita akan menjadi orang-orang yang shaleh
Kita akan mendapatkan keselamatan apabila kita mencegah perbuatan buruk (munkar).
Kita akan menjadi orang-orang yang meraih kemenangan.
Allah akan memberikan rahmat dan karunianya kepada kaum tersebut, sehingga tercipta
kerukunan, kedamaian dan ketentraman.

3. Ruang Lingkup Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Dengan melihat kepada poin pertama yaitu makna amar ma’ruf nahi munkar kita bisa
menentukan ruang lingkupnya. Tentu ruang lingkup yang ma’ruf dan munkar sangat luas
sekali, baik dalam aspek aqidah, ibadah, akhlaq maupun mu’amalat (sosial, politik, ekonomi,
ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dsb).
Tauhidullah, mendirikan shalat, mambayar zakat, amanah, toleransi beragama, membantu
kaum dhu’afa dan mustadh’afin, disiplin, transparan dan lain sebagainya adalah beberapa
contoh sikap dan perbuatan yang ma’ruf. Sebaliknya, kebalikan dari sikap-sikap itu adalah hal-
hal yang munkar

4. Bentuk Praktis Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Yang dimaksud dengan bentuk praktis disini ialah bentuk praktek langsung dari amar
ma’ruf nahi munkar itu sendiri. Aplikasi dari hal itu ada banyak macamnya ada yang bersifat
nonformal maupun formal.
Dari yang bersifat nonformal contohnya: saat kita melalui suatu tempat lalu menjumpai
seorang yang akan mencuri, dan kewajiban kita adalah mencegah dari hal itu dan mengarahkan
kepada hal yang ma’ruf karena mencuri merupakan hal yang bersifat munkar.
Jika merujuk pada hadits, sebagaimana telah tercantum pada pendahuluan yaitu:
“Dari Abu Sa’id Al Khurdy -radhiyallahu’anhu- berkata, saya mendengar rasulullah SAW
bersabda, “Barang siapa diantara kamu yang melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubah,
(menginkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah (menginkari) dengan
lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang
paling lemah.” (HR. Muslim no.49)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
“Sesungguhnya maksud dari hadits ini adalah: Tidak tinggal sesudah batas
pengingkaran ini (dengan hati) sesuatu yang dikategorikan sebagai iman sampai seseorang
mukmin itu melakukannya, akan tetapi mengingkari dengan hati merupakan batas terakhir dari
keimanan, bukanlah maksudnya, bahwa barang siapa yang tidak mengingkari hal itu dia tidak
memiliki keimanan sama sekali, oleh karena itu Rasulullah bersabda, “Tidaklah ada sesudah
itu”, maka beliau menjadikan orang-orang yang beriman tiga tingkatan, masing-masing di
antara mereka telah melakukan keimanan yang wajib atasnya, akan tetapi yang pertama
(mengingkari dengan tangan) tatkala ia yang lebih mampu di antara mereka maka yang wajib
atasnya lebih sempurna dari apa yang wajib atas yang kedua (mengingkari dengan lisan), dan
apa yang wajib atas yang kedua lebih sempurna dari apa yang wajib atas yang terakhir, maka
dengan demikian diketahui bahwa manusia bertingkat-tingkat dalam keimanan yang wajib atas
mereka sesuai dengan kemampuannya beserta sampainya khitab (perintah) kepada mereka.”
(Majmu’ Fatawa, 7/427).
Hadits dan perkataan Syaikhul Islam di atas menjelaskan bahwa amar ma’ruf dan nahi
mungkar merupakan karakter seorang yang beriman, dan dalam mengingkari kemungkaran
tersebut ada tiga tingkatan:
· Mengingkari dengan tangan.
· Mengingkari dengan lisan.
· Mengingkari dengan hati.
Tingkatan pertama dan kedua wajib bagi setiap orang yang mampu melakukannya,
sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits di atas, dalam hal ini seseorang apabila melihat suatu
kemungkaran maka ia wajib mengubahnya dengan tangan jika ia mampu melakukannya,
seperti seorang penguasa terhadap bawahannya, kepala keluarga terhadap istri, anak dan
keluarganya, dan mengingkari dengan tangan bukan berarti dengan senjata.
Dari bentuk praktis yang bersifat formal dapat kita analisa bahwa bentuk amar ma’ruf
nahi munkar bisa merambah kepada berbagai hal seperti halnya Pendidikan. Islam sebagai
petunjuk Ilahi mengandung implikasi kependidikan yang mampu membimbing dan
mengarahkan manusia menjadi seorang mukmin, muslim, muhsin dan muttaqin melalui proses
tahap demi tahap.
Praktek amar ma’ruf nahi munkar dengan metode formal (pendidikan formal) saya rasa
memiliki nilai lebih dari pada praktek secara nonformal. Jika dilihat dari sisi penyampaian
sendiri akan lebih mudah karena sistem pendidikan formal telah disetting sedemikian rupa
sehingga akan memudahkan kepada orang yang mempraktekan langsung (guru). Sedangkan
dilihat dari sisi penerimaan akan lebih mendapat respon yang lebih atau mendapat perhatian
lebih dari objek amar ma’ruf nahi munkar itu sendiri (murid).

5. Amar Ma’ruf Nahi Munkar Memasuki Era Globalisasi


Ada uraian dari kalangan Sunni yang barangkali agak langka bahwa setiap mukmin
memiliki kewajiban niat melakukan Amar Ma’ruf Nahi Munkar tatkala mencapai aqil baligh.
Allah menyebut orang-orang yang melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dengan sebutan
‘Thaifah’, golongan terpilih, yang mendalami pesan-pesan Ilahi dan mengingatkan kaumnya
kepada kebaikan. Bahkan Allah melemparkan pertanyaan siapa makhlik di bumi ini yang lebih
baik tutur katanya dibanding orang-orang yang menggalakan Amar Ma’ruf nahi munkar,
berbuat kebaikan, dan mempertegas identitas diri sebagai kaum muslimin.
Sesuai dengan makna Amar Ma’ruf nahi Munkar, tujuannya tentu dalam rangka
penegakan haq, keadilan dimuka bumi ini. Salah satu nama Allah adalah al-Haq yang artinya
menyerukan kebenaran. Al-Haq identik dengan mengajak ke jalan Allah yang Haq.
Dalam dunia modern Amar Ma’ruf nahi Munkar bisa diterjemahkan sebagai Social
Control. Dalam proses ini penyadaran kepada diri sendiri dan keluarga demikian penting. Yang
perlu ditekankan disini ialah setiap individu mempunyai keharusan social control. Dengan kata
lain Amar Ma’ruf nahi Munkar marupakan kewajiban setiap mukmin di mana saja dan kapan
saja. Objek dari Amar Ma’ruf nahi Munkar adalah segi-segi kehidupan yang kita hadapi dalam
segala dimensinya: politik, sosial, budaya dan keagamaan. Amar Ma’ruf nahi Munkar dalam
ajaran Islamjuga bisa disebut dengan Da’wah Islamiyah.
Ada kecenderungan di masyarakat bahwa tugas Amar Ma’ruf nahi Munkar adalah
hanya milik kiyai, ulama, dan pemimpin-pemimpin informal. Biasanya pandangan seperti ini
dilandasi suatu paham agama yang hanya melihat Nabi sebagai seorang pemimpin do’a dan
imam sholat, tapi memandang beliau sebagai social reformer dan bangsawan memimpin negara
dan umat yang plural. Pengertian dakwah selama ini terasa sangat sempit jika hanya ditujukan
pada dakwah mimbar, ataupun podium. Padahal dakwah dalam arti yang sebenarnya, memiliki
cangkupan yang sangat luas. Agaknya Dakwah Bil Hal, juga bil qolam kurang populer dan
masih sangat terbatas.
Dalam rangka dakwa islamiyah, kita harus mampu berdialog dengan kebudayaan moderndan
secara aktif mengisinya dengan nuansa Islami. Hal ini hanya bisa hanya bisa dilakukan bila
kita memahami arus globalisasisevara benar dan tidak tertinggal dengan informasi-informasi
aktual dan manca negara.

6. Pemusnahan Mental
Sebagai kehormatan kepada Nabi Muhammad saw, Allah tidak memusnahkan umat
beliau secara fisik sebagaimana yang telah menimpa umat-umat terdahulu seperti kaum Nabi
Hud, Shalih, Nuh, Luth dan Syu’aib yang telah mendustakan para Nabi dan mendurhakai
perintah Allah. Tetapi bisa saja Allah membinasakan umat Muhammad secara mental.
Maksudnya umat ini tidak dimusnahkan fisiknya, tetap dalam keadaan hidup, sekalipun
melakukan dosa dan maksiat yang menyebabkan. kehancuran dan kebinasaan, namun
walaupun jumlahnya banyak, kekayaannya melimpah ruah, di sisi Allah tidak ada nilainya
sama sekali, musuh-musuhnya tidak merasa takut, serta kawan-kawannya tidak merasa hormat
. Inilah yang diberitakan Rasulullah saw. ketika umat ini takut mengatakan yang hak dan tidak
mencegah orang yang berbuat zalim.

7. Akibat Mengabaikan Perintah Amar Ma’ruf Dan Nahi Munkar


Sebagaimana diungkapkan dalam pendahuluan karena pentingnya amar ma’ruf dan
nahy munkar, Allah memerintahkan umat Islam untuk melakukan amar ma’ruf dan nahy
munkar. Ketika kewajiban itu diabaikan dan tidak dilaksanakan, maka pasti orang-orang yang
mengabaikan dan tidak melaksanakannya akan mendapat dosa. Tidak ada satu umatpun yang
mengabaikan perintah amar ma’ruf dan nahy munkar kecuali Allah menimpakan berbagai
hukuman kepada umat itu. Berikut ini akan disebutkan sebagiannya sebagaimana disebutkan
oleh Dr.Muhammad Abdul Qadir Abu Faris dalam bukunya Al-Amru Bil-Ma’ruf Wan-Nahyu
‘Anil-Munkar dan Dr. Sayyid Muhammad Nuh dalam bukunya Taujihat Nabawiyyah .
Azab yang menyeluruh
Apabila kemaksiatan telah merajalela di tengah-tengah masyarakat , sedangkan orang-
orang yang shalih tidak berusaaha mengingkari dan membendung kerusakan tersebut, maka
Allah SWT akan menimpakan azab kepada mereka secara menyeluruh baik orang-orang yang
jahat maupun orang-orang yang shalih. Firman Allah yang artinya:
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zalim saja di antara kamu.Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya (QS.Al-Anfal
: 25 ).
Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab shahihnya dengan sanadnya dari Zainab binti Jahsy
bahwa ia bertanya : Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa padahal di tengah-tengah kita
ada orang-orang yang shalih?
Rasulullah saw. menjawab : ” Ya, apabila kemaksitan telah merajalela”.
Abu Bakar r.a. berkata : Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda :
Sesungguhnya jika orang-orang melihat orang yang berbuat zalim lalu tidak mencegahnya ,
maka hampir saja menimpakan siksa secara menyeluruh kepada mereka.(HR. Tirmidzi).
Tidak dikabulkannya do’a orang-orang yang shalih
Apabila suatu masyarakat mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar serta tidak
mencegah orang yang berbuat zalim dari kezalimannya, maka Allah akan menimpakan siksa
kepada mereka dengan tidak mengabulkan do’a mereka.
Sabda Rasulullah saw: Demi dzat yang diriku ada di tangan-Nya hendaknya kamu menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, atau Allah akan menimpakan siksa
kepadamu kemudian kamu berdo’a kepada-Nya lalu tidak dikabulkan. ( HR. Tirmidzi).
Berhak mendapatkan laknat
Di antara hukuman orang yang mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar adalah
berhak mendapatkan laknat, yakni terusir dari rahmat Allah sebagaimana yang telah menimpa
Bani Israil ketika mengabaikan amar ma’ruf dan nahy munkar.
Abu Daud meriwayatkan dalam kitab Sunannya dengan sanadnya dari Abdullah bin
Mas’ud ia berkata :Rasulullah saw. bersabda : ” Pertama kerusakan yang terjadi pada Bani
Israil, yaitu seseorang jika bertemu kawannya sedang berbuat kejahatan ditegur : wahai fulan,
berertqwalah pada Allah dan tinggalkan perbuatan yang kamu lakukan, karena perbuatan itu
tidak halal bagimu, kemudian pada esok harinya bertemu lagi sedang berbuat itu juga, tetapi ia
tidak menegurnya, bahkan ia telah menjadi teman makan minum dan duduk-duduknya. Maka
ketika demikian keadaan mereka, Allah menutup hati masing-masing, sebagaimana firman
Allah :
“Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putra
Maryam. sampai firman Allah ( tapi kebanyakan mereka adlah orang-orang yang fasik) .
Kemudian Nabi bersabda : ” Tidak, sekali-kali jangan seperti mereka. Demi Allah, kamu harus
menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar dan mencegah orang yang berbuat
zalim, kamu harus mengembalikannya ke jalan hak, dan kamu batasi di dalam hak itu. Atau
kalau tidak, Allah akan menutup hatimu, kemudian melaknat kamu sebagaimana melaknat
mereka “.
Timbulnya perpecahan
Sudah merupakan aksiomatis bahwa kemungkaran yang paling berat dan dan paling
keji dapat menjauhkan syari’at Allah dari realitas kehidupan dan ditinggalkannya hukum-
hukumNya dalam kehidupan manusia. Apabila hal ini terjadi dan orang-orang diam, tidak
mengingkari dan tidak mencegahnya, maka Allah akan menanamkan perpecahan dan
permusuhan di kalangan mereka sehingga mereka saling melakukan pembunuhan dan
menumpahkan darah.

Kesimpulan
Amar ma’ruf nahi munkar atau mengajak kebaikan dan mencegah terhadap keburukan
merupakan kewajiban kita sebagai umat muslim yang baik. Siapa saja diantara kalian melihat
kemunkaran dilingkungan kita, maka kita sebagai muslim yang baik harus merubahnya dengan
tangan kita, apabila kita tidak mampu merubah dengan tangan kita, maka rubahlah dengan lisan
kita, bila kita tidak mampu juga, maka rubahlah dengan hati kita, dan ketika kita hanya bisa
merubahnya dengan hati kita,maka itu adalah paling lemah-lemahnya iman.
Konsep amar ma’ruf nahi munkar yang ditawarkan kepada umat manusia yaitu:

1. Memelihara konsep yang sudah ada sejak zaman nabi, agar kita bisa mengetahui apa
yang di kerjakan dan di perbuat pada zaman nabi Muhammad, karena pada zaman beliau amar
ma’ruf nahi munkar benar-benar tegak dengan kukuh dan melakukannya dengan ikhlas, oleh
karna itu Allah memberikan peringkat kepada umat muslimin menjadi umat yang terbaik
diantara umat-umat yang lain.

2. Konsep amar ma’ruf nahi munkar yang ditawarkan kepada kaum mukminin sangatlah
sederhana, tetapi berat untuk dilaksanakan kita ambil contoh: Keberanian menyatakan, bahwa
ini adalah ma’ruf, tetapi lebih sulit menyatakan, bahwa itu adalah munkar. Sebab besar
kemungkinannya akan dimurkai orang. Kadang-kadang kita dianjurkan supaya mengatakan
yang sebenarnya. Teatpi apabila yang sebenarnya yang kita katakana, orang akan marah. Sebab
masyarakat biasanya amat berat melepaskan kebiasaannya. “manusia adalah budak
kebiasaannya.” Demikian kata pepatah. Maka kalau iman kepada Allah di dalam ini dijadikan
bahan yang terahir, sebab dialah dasar kalau iman kepada Allah itu lemah, niscaya amar ma’ruf
nahi munkar tidak akan berlangsung.

3. Amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan karakter seorang yang beriman, dan dalam
mengingkari kemungkaran tersebut ada tiga tingkatan:
· Mengingkari dengan tangan.
· Mengingkari dengan lisan.
· Mengingkari dengan hati.
Tingkatan pertama dan kedua wajib bagi setiap orang yang mampu melakukannya,
sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits di atas, dalam hal ini seseorang apabila melihat suatu
kemungkaran maka ia wajib mengubahnya dengan tangan jika ia mampu melakukannya.

Daftar Pustaka
Rakhmat, Jalaludin, Islam dan Pluralisme, Serambi
Yunahar, Ilyas, 2000, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan.
Taimiyah, Ibnu, 1990, Etika Beramar Ma’ruf Nahi Munkar, Jakarta: Gema Insani Press.
Abdurrahman, Mas’ud, 2003, Menuju Paradigma Islam Humanis, Yogyakarta: Gama Media.
Arifin, 1994, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
http://radenajib.blogspot.com/2012/10/konsep-amar-maruf-nahi-munkar.html

http://andrezyrus.wordpress.com/2012/09/13/amar-maruf-nahi-munkar/

S-ar putea să vă placă și