Sunteți pe pagina 1din 33

BAB I

PENDAHULUAN

Pemasaran bukanlah sekadar perluasan dari penjualan. Pemasaran sama sekali bukan sebuah
aktivitas yang khusus. Pemasaran meliputi keseluruhan bisnis. Pemasaran adalah keseluruhan
bisnis yang dilihat dari sudut pandang hasil akhir yang dicapai, yaitu sudut pandang pelanggan.
Ia juga mengemukakan bahwa pemasaran adalah fungsi yang berbeda dan merupakan fungsi
yang unik dari suatu bisnis. Kemudian Drucker juga menyebutkan bahwa dalam setiap bisnis,
hanya pemasaran dan inovasi yang menghasilkan pendapatan, yang lain hanya menciptakan
biaya. "Only marketing and innovation generate revenue, the rest creates cost". Baker menulis
dalam bukunya bahwa definisi Drucker ini mungkin merupakan definisi pertama yang
mengantisipasi munculnya pemasaran sebagai disiplin bisnis kunci.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemasaran
Profesor Kotler mengawali bukunya dengan pertanyaan, apakah arti istilah pemasaran? Sebagian
besar orang (kta Kotler) mengidentikkan pemasaran secara keliru dengan penjualan dan
promosi.1 [1]

Padahal, penjualan bukanlah bagian yang paling penting dari pemasaran. Penjualan hanyalah
"the tip of the marketing iceberg". Penjualan hanyalah salah satu dari bagian fungsi pemasaran
dan seringkali bukan merupakan bagian terpenting.

Profesor Michael J. Beker dalam bukunya Marketing, an Introductory Tex-6th Edition 2, [2]
Mendata enam belas definisi berbeda tentang pemasaran yang diambil dari berbagai sumber
sesuai dengan urutan kronologis. Ia menyimpulkan bahwa terdapat sebuah perubahan penekanan
karena disiplin ilmu ini telah berkembang sejak profesor bidang pemasaran yang pertama
dinobatkan di Wharton Business School di era 1880-an.

Peter F. Drucker yang sering disebut sebagai guru manajemen, mengatakan bahwa pemasaran
bukanlah sekadar perluasan dari penjualan. Pemasaran sama sekali bukan sebuah aktivitas yang
khusus. Pemasaran meliputi keseluruhan bisnis. Pemasaran adalah keseluruhan bisnis yang
dilihat dari sudut pandang hasil akhir yang dicapai, yaitu sudut pandang pelanggan. Ia juga
mengemukakan bahwa pemasaran adalah fungsi yang berbeda dan merupakan fungsi yang unik
dari suatu bisnis.
[1] Philip Kotler dan Gary Armstrong. Principles of Marketing, fifth edition. Prentice-Hall, Inc.
1980, hlm. 5
[2] Michael J. Baker. Marketing, an Introductory Tex-6th. Edition. Palgrave. 1997

Kemudian Drucker juga menyebutkan bahwa dalam setiap bisnis, hanya pemasaran dan inovasi
yang menghasilkan pendapatan, yang lain hanya menciptakan biaya. "Only marketing and
innovation generate revenue, the rest creates cost". Baker menulis dalam bukunya bahwa
definisi Drucker ini mungkin merupakan definisi pertama yang mengantisipasi munculnya
pemasaran sebagai disiplin bisnis kunci.3 [3]

Salah satu definisi pemasaran yang cukup formal di kalangan pakar pemasaran di Amerika, dari
organisasi profesional pemasaran, berbunyi:

"Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga,
promosi dan pendistribusian barang, jasa dan ide untuk menciptakan pertukaran dalam kelompok
yang dituju, di mana proses ini dapat memuaskan pelanggan dan tujuan perusahaan." (American
Marketing Association : AMA. 1985).

Profesor Frederick E. Webster, Jr dalam artikelnya "The Changing Role of Marketing in the
Corporation", yang diterbitkan Journal of Marketing, vol. 56 pada Oktober 1992
mengemukakan, "Bentuk-bentuk organisasi yang baru termasuk di dalamnya adalah kemitraan
strategis (strategic partnership) dan jaringan stategis (strategic network), menggantikan
organisasi-organisasi yang bersifat sederhana, melakukan transaksi berbasis pasar (market based
transaction) dan juga bersifat hirarkis-birokratis tradisional. Fungsi manajemen pemasaran
secara historis yang berdasarkan paradigma (microeconomic maximization) hars secara kritis
diuji relevansinya terhadap teori dan praktek pemasaran di era 1990-an. Sebuah konsepsi baru
pemasaran akan berfungsi pada pengelolaan kemitraan strategis dan memposisikan perusaan
tersebut diantara vendors dan pelanggan dalam value-chain dengan sasaran untuk memberikan
value yang superior kepada [3] Peter F. Drucker. Manajement: Tasks, Responsibilities,
Practics, Harper & Row, New York. 1973, hlm. 65 pelanggan (customer relationship) akan
dilihat sebagai sumberdaya kunci yang strategis dari sebuah bisnis".

Sementara waktu ia menjelaskan bahwa cakupan dari suatu hubungan pemasaran berubah dari
transaksi (transactions) menjadi transaksi berulang (repeat transaction) menjadi hubungan
jangka panjang (long-term relatiionship), menjadi kemitraan antara pembeli-penjual (buyer-
seller partnership) yang bersifat "mutual total dependence", menjadi aliansi strategis (strategic
alliances) termasuk didalamnya joint ventures, menjadi organisasi jaringan (network
organization), dan menjadi integrasi vertikal (vertical integration). Ia juga mengakui bahwa kita
harus mendefinisikan ulang peranan pemasaran.

Untuk mempertimbangkan peranan baru pemasaran dalam korporasi yang sedang berkembang,
kita harus menyadari bahwa pemasaran sebenarnya beroperasi pada tiga level yang berbeda,
yang mencerminkan tiga tingkat strategi.

1. Pada Tingkat Korporat. Pemasaran adalah untuk Analisis Struktur Pasar. Orientasi dan
Dukungan Pelanggan, serta Memposisikan Perusahaan dalam Value Chain.
2. Pada Tingkat Bisnis atau SBU (Strategic Busines Unit). Pemasaran adalah untuk
Segmentasi dan Targeting Pasar, Memposisikan Produk, serta Memutuskan kapan serta
bagaimana menjalin kemitraan.
3. Pada Tingkat Operational. Pemasaran adalah untuk Marketing Mix, Mengelola
Pelanggan, serta melakukan Reseller Relationship.

Akhirnya, Webster juga berpendapat bahwa ada suatu kebutuhan untuk suatu Kerangka Kerja
Konseptual yang Diperluas.
Kemudian muncullah gagasan-gagasan pemasaran yang baru, misalnya dari Profesor Philip
Kotler, pakar marketing terkemuka saat ini, dalam buku teksnya yang digunakan secara luas,
Marketing Manajement.4 [4] yang mendefinisikan bahwa pemasaran adalah sebuah proses sosial
dan manajerial di mana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk-produk
yang bernilai.

B. Pengertian Pemasaran (Syariah)


Berangkat dari definisi pemasaran yang telah disepakati dewan World Marketing Association
(WMA) dalam World Marketing Conference di Tokyo pada April 1998, maka dapat
didefinisikan pemasaran dalam perspektif syariah sebagai berikut:

Pemasaran syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan,
penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator kepada stakeholders-nya yang dalam
keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam
(Marketing syariah is a strategic business discipline that directs the process of creatiing,
offering and changing value from one initiator to its staheholders, and the whole process should
be in accordance with muamalah principles in Islam).

C. Prinsip-Prinsip Pemasaran Dalam Perspektif Syariah


Ada komponen utama dalam pemasaran yang harus kita tahu jika ingin melihat konsep
pemasaran secara utuh dari sudut pandang syariah Islam. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa
konsep pemasaran itu sendiri dapat kita temukan dalam fiqih Islam, misalnya dalam bentuk
wakalah, simsar (perwakilan).
[4] Philip Kotler, Marketing Management 7th Edition Addison, Wesley Publishing, 1991, hlm. 5

Konsep Strategic Business Architecture-nya Hermawan Kartajaya dalam meninjau marketing


dalam perspektif syariah, sebagaimana ia tulis bersama Prof. Philip Kotler (bapak marketing saat
ini) dalam beberapa buku, misalnya dalam "Repositioning ASIA From Bubble To Sustainable
Economy" dan dalam "Rethingtking Marketing-Sustainable Marketing Enterprise in Asia" juga
dimuat dalam Global Marketing-nya. Warren J. Keegan. Konsep ini original dari seorang pakar
marketing dunia yang berasal dari Indonesia. Konsep tersebut selain telah teruji di beberapa
perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, juga telah diakui oleh pakar marketing dunia.

Komponen utama atau konsep utama dalam pemasaran yaitu :

1. Segmentation (segmentasi)
2. Targenting (target pasar)
3. Positioning (penentuan posisi)
4. Marketing Tactic (taktik pemasaran)
5. Differentiation (diferensiasi)
6. Marketing Mix (Bauran pemasaran)
7. Selling (penjualan)
8. Marketing Value (nilai pemasaran)
9. Brand (merek)
10. Service (pelayanan)
11. Process (proses)

BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah tersebut diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa,
"Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penentuan harga,
promosi dan pendistribusian barang, jasa dan ide untuk menciptakan pertukaran dalam kelompok
yang dituju, di mana proses ini dapat memuaskan pelanggan dan tujuan perusahaan." (American
Marketing Association : AMA. 1985).

Pemasaran syariah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan,
penawaran, dan perubahan values dari satu inisiator kepada stakeholders-nya yang dalam
keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah dalam Islam
(Marketing syariah is a strategic business discipline that directs the process of creatiing,
offering and changing value from one initiator to its staheholders, and the whole process should
be in accordance with muamalah principles in Islam).

DAFTAR PUSTAKA

Amin Suma. Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional. Ciputat. 2006


Michael J. Baker. Marketing, an Introductory Tex-6th. Edition. Palgrave. 1997
Peter F. Drucker. Manajement: Tasks, Responsibilities, Practics, Harper & Row, New York.
1973
Philip Kotler dan Gary Armstrong. Principles of Marketing, fifth edition. Prentice-Hall, Inc.
1980
Philip Kotler, Marketing Management 7th, Edition Addison, Wesley Publishing, 1991

Sumber : http://badry7.blogspot.com/2013/10/makalah-konsep-marketing-
asuransi.html#ixzz5nJcSu4P2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi adalah perjanjian antara penanggung (dalam hal ini perusahaan asuransi atau
reasuransi) dengan tertanggung (peserta asuransi) di mana penanggung menerima pembayaran
premi dari tertanggung. Secara historis kajian tentang asuransi telah dikenal sejak zaman dahulu.
Ini dikarenakan nilai dasar penopang dari konsep asuransi yang terwujud dalam bentuk tolong-
menolong sudah ada bersama dengan adanya manusia.
Asuransi Islam adalah asuransi yang bersumber hokum, akad, jaminan (risiko),
pengelolaan dana, investasi, kepemilikan, dan lain sebagainya berdasarkan atas nilai dan prisip
wilayah.
Konsep asuransi sebenarnya sudah dikenal sejak zaman sebelum Masehi di mana
manusia pada masa itu telah menyelamatkan jiwanya dari berbagai ancaman, antara lain
kekurangan bahan makan, seperti cerita mengenai kekurangan bahan makanan yang terjadi pada
zaman Mesir Kuno semasa Raja Fir’aun berkuasa.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari asuransi syariah?
2. Bagaimana asal-usul asuransi syariah?
3. Apa saja prinsip-prinsip dari asuransi syariah?

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa/i dapat memahami pengertian dari asuransi syariah.
2. Mahasiswa/i dapat mengetahui asal-usul dari asuransi syariah.
3. Mahasiswa/i dapat memahami apa saja prinsip-prinsip dari asuransi syariah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetian Asuransi Syariah
Dalam bahasa Belanda, kata asuransi disebut assurantie yang terdiri dari asal kata
“assaradeur”yang berarti penanggung dan “geassureede” yang berarti tertanggung, kemmudian
dalam bahsa Perancis disebut “assurance” yang berarti menanggung sesuatu yang pasti terjadi.
Adapun dalam bahasa Latin disebut “assecurare” yang berarti meyakinkan orang. Selanjutnya
dalam bahasa Inggris kata asuransi disebut “insurance” yang berarti menanggung sesuatu yang
mungkin atau tidak mungkin terjadi dan assurance yang berarti menanggung sesuatu yang pasti
terjadi[1].
Asuransi adalah perjanjian antara penanggung (dalam hal ini perusahaan asuransi atau
reasuransi) dengan tertanggung (peserta asuransi) di mana penanggung menerima pembayaran
premi dari tertanggung.
Menurut Dr. H. Hamzah Ya’cub dalam buku Kode Etik Dagang Menurut Islam,
menyebut bahawa asuransi berasal dan dari kata dalam bahasa Inggris insurance atau assurance
yang berarti jaminan. Dalam pasal 246 Kitab Undang – undang Hukum Dagang (KUHD)
dijelaskan bahwa asuransi adalah :
“ Suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung dengan suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang dihaerapkan, yang mungkin akan
dideritanya kerena suatu peristiwa yang tak tertentu”.[2]
Menurut pasal 1 undang-undang No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, asuransi
atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikat diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum pada pihak ketiga yang mungkin ada
diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan
suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.[3]
Menurut bahasa Arab, istilah asuransi adalah at-ta’min diambil dari kata amana memiliki
arti memebri perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan beban dari rasa takut. Asuransi itu
dinamakan at-ta’min telah disebabkan pemegang polis sedikit banyak teah merasa aman begitu
mengikat dirinya sebagai anggota atau nasabah asuransi. Pengertian yang lain dari at-ta’min
adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan agar pemegang polis atau ahli
warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk
mendapatkan ganti rugi terhadap hartanya yang hilang.[4]
Istilah lain yang sering digunaka untuk asuransi Syariah adalah tafakul yang berasal dari
kata kafala yang berarti menanggung, menjamin; yakfulu, kuflan, seperti QS. Ali Imran: 44:
|MYä. $tBur 4 y7ø‹s9Î) ÏmŠÏmqçR É=ø‹tóø9$# Ïä!$t7/Rr& ô`ÏB y7Ï9ºsŒ
zNtƒö•tB ã@àÿõ3tƒ óOßg•ƒr& öNßgyJ»n=ø%r& šcqà)ù=ムøŒÎ) óOÎg÷ƒt$s!
ÇÍÍÈ tbqßJÅÁtF÷‚tƒ øŒÎ) öNÎg÷ƒy‰s9 |MYà2 $tBur

“yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu
(ya Muhammad); Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-
anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam.
dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa.”

Selain itu, dalam QS. Thaha: 40:


`tB 4’n?tã ö/ä3—9ߊr& ö@yd ãAqà)tGsù š•çG÷zé& ûÓÅ´ôJs? øŒÎ)
Ÿwur $pkß]ø‹tã §•s)s? ö’s1 y7ÏiBé& #’n<Î) y7»uZ÷èy_t•sù ( ¼ã&é#àÿõ3tƒ
y7»¨YtGsùur ÉdOtóø9$# z`ÏB y7»uZøŠ¤fuZsù $T¡øÿtR |Mù=tGs%ur 4 tbt“øtrB
4’n?tã |M÷¥Å_ §NèO tûtïô‰tB È@÷dr& þ’Îû tûüÏZÅ™ |M÷VÎ7n=sù 4 $ZRqçFèù
ÇÍÉÈ 4Óy›qßJ»tƒ 9‘y‰s%

“(yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Fir'aun):
"Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?" Maka Kami
mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. dan kamu pernah
membunuh seorang manusia[917], lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah
mencobamu dengan beberapa cobaan; Maka kamu tinggal beberapa tahun diantara penduduk
Madyan[918], kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan[919] Hai Musa”,

[917] Yang dibunuh Musa a.s. ini ialah seorang bangsa Qibthi yang sedang berkelahi dengan
seorang Bani Israil, sebagaimana yang dikisahkan dalam surat Al Qashash ayat 15.
[918] Nabi Musa a.s. datang ke negeri Mad-yan untuk melarikan diri, di sana Dia dikawinkan
oleh Nabi Syu'aib a.s. dengan salah seorang puterinya dan menetap beberapa tahun lamanya.
[919] Maksudnya: Nabi Musa a.s. datang ke lembah Thuwa untuk menerima wahyu dan
kerasulan.

Dan firman Allah dalam QS. Al-Qashash:12:


ö@yd ôMs9$s)sù ã@ö6s% `ÏB yìÅÊ#t•yJø9$# Ïmø‹n=tã $oYøB§•ymur *
¼çms9 öNèdur öNà6s9 ¼çmtRqè=àÿõ3tƒ ;MøŠt/ È@÷dr& #’n?tã ö/ä3—9ߊr&
ÇÊËÈ šcqßsÅÁ»tR

“dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya)
sebelum itu; Maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul
bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat Berlaku baik kepadanya?".

Adapun kata tafakul saling menanggung, yatafakul, takafulan, kafiil penanggung,


penjamin seperti terdapat dalam QS. An-Nahl:21:
šcqèWyèö7ムtb$-ƒr& šcrã•ãèô±o„ $tBur ( &ä!$uŠômr& çŽö•xî ìNºuqøBr&
ÇËÊÈ

“(Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala tidak mengetahui bilakah
penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan.”

Di dalam hokum perjanjian syariah, kafalah[5] (Penanggungan) sebagai salah satu


perjanjian khusus, dan temasuk dalam perikatan menjamin (al-Iltizam bi at-Tautsiq) yang
dimaksudkan suatu bentuk perikatan yang objeknya adalah menanggung (menjamin) suatu
perikatan. Perikatan yang ditanggung ini terbagi menjadi tiga macam, yaitu perikatan utang (al-
kafalah bi ad-dain), perikatan benda (al-kafalah bi al-‘ain) dan perikatan yang berupa
penuyerahan orang yang ditanggung dalam akad al-kafalah bi an-nafs (penanggung orang).[6]
Selain dari at-ta’min dan kafalah atau takaful, asuransi juga dikenal dengan nama at-
tadhamun yang berarti “solidaritas atau disebut juga saling menanggung hak/kewajiban yang
berbalasan.
Asuransi adalah sikap ta'awun yang yang telah diatur dengan sistem yang sangat rapi,
antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa. Jika
sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling tolong-menolong dalam
menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian (derma) tersebut, mereka dapat
menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah. Dengan demikian
asuransi adalah ta'awun yang terpuji, yaitu saling tolong menolong dalam berbuat kebajikan dan
takwa.
Ada beberapa macam pendapat para ulama tentang asuransi diantaranya:
1. Bahwa asuransi termasuk segala macam bentuk dan cara operasinya hukunya haram. Pandangan
ini didukung oleh beberapa ulama antara lain, Yusuf al_Qardhawi, Sayid sabiq, Abdullah al-
Qalqili dan Muhammad Bakhit al-Muth’i
a) Asuransi mengandung unsur perjudian yang dilarang didalam Islam.
b) Asurnasi mengandung unsur ketidakpastian.
c) Asuransi mengandung unsur “ Riba” yang dilarang dalam Islam.
d) Asuransi mengandung unsur eksploitasi yang bersifat menekan.
e) Asuransi termasuk jual beli atau tukar – menukar mata uang yang tidak secara tunai ( Akad
Sharf).
f) Asuransi obyek bisnisnya digantungkan pada hidup dan matinya seseorang, yang berarti
mendahului tak takdir Tuhan.
2. Bahwa asuransi hukumnya halal atau diperbolehkan dalam islam. Pandangan ini didukung oleh
beberapa ulama antara lain, Abdul Wahab Khallaf, Muh. Yusuf Musa, Abdurrahman Isa,
Mustafa Ahmad Zarqa dan Muhammad Nejatullah Siddiqi.
a) Tidak ada ketetapan nas, al – Qur’an maupun al – Hadis yang melarang asuransi.
b) Terdapat kesepakatan kerelaan dari keuntungan bagi kedua belah pihak baik penanggung
maupun tertanggung.
c) Kemaslahatan dari usaha asuransi lebih besar daripada mudharatnya.
d) Asuransi termasuk akad mudharatnya roboh atas dasar profit and loss sharing.
e) Asuransi termasuk kategori koparasi (Syirkah Ta’awuniyah) yang diperbolehkan dalam islam.
3. Bahwa asuransi yang diperbolehkan adalah asuransi yang bersifat komersial dilarang dalam
islam. Pandangan ini didukung oleh beberapa ulama antara lain, Muhammad Abu Zahro dengan
alasan bahwa asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan karena jenis asuransi sosial tidak
mengandung unsur-unsur yang dilarang didalam islam. Sedangkan asuransi yang bersifat
komersial tidak diperbolehkan karena mengandung unsur-unsur yang dilarang didalam islam.
4. Bahwa hukum asuransi termasuk subhat, karena tidak ada dalil syar’I yang secara jelas
mengharamkan atau yang menghalalkan asuransi oleh karena itu kita harus berhati-hati didalam
berhubungan dengan asuransi.[7]

Dari semua bentuk kata dan pengertian tersebut bahwa maksud dan tujuan dari kata itu
adalah sama. Jadi yang dimaksud dengan asuransi syariah adalah asuransi yang sumber hokum,
akad, jaminan (risiko), pengelolaan dana, investasi, kepemilikan, dan lain sebagainya
berdasarkan atas nilai dan prinsip syariah.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama lndonesia (DSN-MU) Nomor 21 Tahun 2001
dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberi definisi tentang asuransi.
Menurutnya, Asuransi Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai
dengan syariah.[8]
Dari definisi di atas tampak bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi dan tolong
menolong yang disebut dengan "ta'awuf". Yaitu, prinsip hidup saling melindungi dan saling
menolong atas dasar ukhuwah islamiah antara sesama anggota peserta Asuransi Syariah dalam
menghadapi malapetaka (resiko).
Oleh sebab itu, premi pada Asuransi Syariah adalah sejumlah dana yang dibayarkan oleh
peserta yang terdiri atas Dana Tabungan dan tabarru'. Dana Tabungan adalahdana titipan dari
peserta Asuransi Syariah (Life insurance) dana kas mendapat alokasi bagi hasil (al-mudharabah)
dari pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap tahun. Dana tabungan beserta alokasi bagi
hasil akan dikembalikan kepada peserta apabila peserta yang bersangkutan mengajukan klaim
manfaat asuransi.
Dalam perkembangannya di masa modern ini masyarakat umum lebih memilih asuransi
konvensional dibandingkan dengan asuransi syariah. Kedua jenis asuransi tersebut memiliki
perbedaan.
Perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional
No Prinsip Auransi Konvensional Asuransi Syrai’ah
1. Konsep Perjanjian antara dua Sekumpulan orang yang
pihak atau lebih, saling membantu, saling
dengan mana pihak menjamin danm bekerja sama
penanggung dengan cara-cara masing-
meningkatkan diri masing mengeluarkan akad
kepada tertanggung, tabarru’.
dengan menerima premi
asuransi, untuk
memberrikan
pergantian kepada
tertanggung.
2. Visi dan Misi Secara garis besar misi Misi yang diemban dalam
utama dari asuransi asuransi syariah adalah misi
konvensional adalah aqidah, misi ibadah (ta’awun
misi ekonomi dan misi ), misi ekonomi (iqtishod),
social. dan misi pemberdayaan umat
(sosial)[9]. Asuransi takaful di
Indonesia mempunyai visi
sebagai lembaga keuangan
yang konsisten menjalankan
transaksi asuransi secara
islami. Operasional
perusahaan dilaksanakan atas
dasar prinsip- prinsip syariah
yang bertujuan memberikan
fasilitas dan layanan terbaik
bagi umat islam khususnya
dan masyarakat Indonesia
umumnya.[10]
3. Sumber Hukum Bersumber dari pikiran Bersumber dari hokum Allah
manusia dan sumber hokum dalam Syariah
kebudayaan. Islamadalah al – Qur’an,
Berdasarkan hokum sunnah, atau kebiasaan Rasul,
positif, hokum alami, Ijma’, Fatwa Sahabat, Qiyas,
dan contoh sebelumnya. Istihsan, Urf “tradisi”, dan
Maslahah Mursalah.
4. Maghrib Tidak selaras dengan Bersih dari adanya praktek
syariah islam karena gharar, maisir, dan Riba
adanya maisir, gharar,
dan Riba; hal yang di
haramkan dalam
muamalah
5. DPS Tidak ada, segingga Ada, yang berfungsi untuk
dalam banyak mengawasi pelaksanaan
prakteknya operasional perusahaan agar
bertentangan dengan terbebas dari praktek- praktek
kaidah- kaidah syara’ muamalah yang bertentangan
dengan prinsip- prinsip
syariah
6. Akad Akad jual beli (akad Akad tabarru’ dan akad ijarah
mu’awadhah, akad (mudharabah, wakalah,
idz’aan, akad gharar, wadiah, syirkah, dan
dan akad mulzim) sebagainya)
7. Jaminan / Risk Transfer of risk, dimana Sharing of risk, dimana terjadi
(Resiko) terjadi transfer resiko proses saling menanggung
dari tertanggung kepada antara satu peserta dengan
penanggung. peserta lainnya (ta’awun)
8. Pengolahan Tidak ada pemisahan Pada produk- produk saving
Dana dana, yang berakibat (life) terjadi pemisahan dana,
pada terjadinya dana yaitu dana tabarru’ derma’
hangus (untuk produk dan dana peserta sehingga
saving - life) tidak mengenal istilah dana
hangus. Sedangkan untuk
untuk term insurance
semuanya bersifat tabarru’
9. Investasi Bebas melakukan Dapat melakukan investasi
investasi ndalam batas- sesuai ketentuan perundang-
batas ketentuan undangan, sepanjang tidak
perundang- undangan, bertentangan dengan prinsip-
dan tidak terbatasi pada prinsip syariah islam. Bebas
halal dan haramnya dari riba dan tempat- tempat
obyek atau sistem investasi yang terlarang.
investasi yang
digunakan
10. Kepemilikan Dana yang terkumpul Dana yang terkumpul dari
Dana dari premi peserta peserta dalam bentuk iuran
seluruhnya menjadi atau kontribusi, merupakan
milik perusahaan dan milik peserta (shohibul mal),
menginvestasikan asuransi syariah hanya
kemana saja. sebagai pemegang amanah
(mudharib) dalam mengelola
dana tersebut.
11. Keuntungan keuntungan yang Profit yang diperoleh dari
(proft) diperoleh dari surplus surplus underwriting, komisi
underwriting, komisi reansuransi, dan hasil
reansuransi, dan hasil investasi, bukan seluruhnya
investasi seluruhnya menjadi milik perusahaan,
adalah keuntungan tetapi dilakukan bagi hasil
perusahaan. (mudharabah) dengan
peserta[11].

B. Asal-usul Asuransi Syariah


Secara historis kajian tentang asuransi telah dikenal sejak zaman dahulu. Ini dikarenakan
nilai dasar penopang dari konsep asuransi yang terwujud dalam bentuk tolong-menolong sudah
ada bersama dengan adanya manusia.
Konsep asuransi sebenarnya sudah dikenal sejak zaman sebelum Masehi di mana
manusia pada masa itu telah menyelamatkan jiwanya dari berbagai ancaman, antara lain
kekurangan bahan makan, seperti cerita mengenai kekurangan bahan makanan yang terjadi pada
zaman Mesir Kuno semasa Raja Fir’aun berkuasa.
Asuransi merupakan salah satu buah peradaban manusia, diciptakan guna mengatasi
kesulitan manusia. Hal tersebut dimulai sebagai suatu gagasan untuk memperoleh proteksi
terhadap rasa tidak aman karena ketidakpastian yang selalu mengikutinya. Apabia kepastian
sudah diperoleh maka manusia sudah merasa terlindung artinya ia sudah mendapatkan apa yang
ia butuhkan ialah adanya proteksi.
Dalam beberapa buku dikemukakan bahwa asuransi itu timbul bersamaan dengan
lahirnya tingkat perkembangan social tertentu sesuai dengan kebutuhan manusia akan
proteksi/perlindungan. Atau pada tingkat perkembangan kegiatan ekonomi tertentu, yang sudah
membutuhkan suatu kepastian tingkat keuntungan tertentu, sehingga membutuhkan pula adanya
perlindungan tertentu bagi kelangsungan kegiatannya.[12]
Dalam literatur Islam dikenal dengan konsep “aqilah” yang sering terjadi dalam sejarah
pra-Islam dan diakui dalam literatur Hukum Islam. Jika ada salah satu anggota suku Arab pra-
Islam melakukan pembunuhan, maka dia (si pembunuh) dikenakan diyat dalam bentuk blood
money yang dapat ditanggung oleh anggota suku yang lain sebagai kompensasisaudara terdekat
dari pembunuh. Saudara terdekat dari pembunuh disebut aqilah. Lalu mereka mengumpulkan
dana (al-kanzu) yang mana dana tersebut untuk membantu keluarga yang terlibat dalam
pembunuhan tidak sengaja.
‫ اقتتلت امر أتان من هزيل فرمت إحداهما أالخرى بحجر فقتلتها و مافي بطنهاز‬:‫عن ابي هريرة [رض] قال‬
‫ [رواه‬.‫فاختصموا إلى النبي [ص] فقضى أن دية جنينهاغرة أ و وليدة قضى دية المرأ ة على عاقلتها‬
]‫البخارى‬
Al-muwalat: perjanjian jaminan: penjamin menjamin seseorang yang tidak memiliki
waris dan tidak diketahui ahli warisnya. Penjamin setuju untuk menanggung bayaran dia. Jika
orang yang dijamin tersebut melakukan jinayah. Apabila orang yang dijamin mati, perjanjian
boleh mewarisi hartanyasepanjang tidak ada warisnya.[13]
Pada saat ini perkembangan ekonomi yang berbasis syariah sedang diminati oleh
masyarakat karena banyak keuntungan yang didapat, maka dari itu didirikanlah asuransi-asuransi
syariah sebagai bentuk partisipasi dalam membangun perkembangan ekonomi syariah.
Sampai saat ini asuransi syariah berkembang sangat pesat. Banyak asuransi
konvensioanal yang melahirkan unit atau cabang yang berbasis syariah dan beberapa perusahaan
yan sedang dalam persiapan untuk mendirikan asuransi islam baru.[14]
Beriringan dengan perkembangan tersebut, perusahaan syariah yang telah ada saat ini
pada tanggal 14 Agustus 2003 yang lalu kemudian membentuk suatu wadah perkumpulan atau
asosiasi yaitu Asosiasi Asuransi Islam Indonesia (AASI). AASI dibentuk selain sebagai media
komunikasi sesama anggota, juga secara eksternal sebagai wadah resmi untuk mewakili asuransi
islam baik kepada pemerintah, legislatif, maupun keluar negeri.

C. Prinsip-prinsip Asuransi Syariah


Dalam hal ini, prinsip dasar asuransi sayri’a ada sembilan macam, yaitu : tauhid,
keadilan, tolong-menolong, kerja sama, amanah, kerelaan, larangan riba, larangan judi, dan
larangan gharar.
1. Tauhid (unity)
Prinsip tauhid adalah dasar utama dari setiap bentuk tabungan yang ada dalam syari’ah islam.
Setiap bangunan dan aktivitas kehidupan manusia harus didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan.
Dalam berasuransi ytang harus diperhatikan adalah bagaimana sehartusnya menciptakan
suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntun oleh nilai-nilai ketuhananpaling tidak dalan
setiap melakukan aktivitas berasuransi ada semacam keyakinan dalam hatio bahwa Allah SWT
selalu mengawasi seluruh gerak langkah kita dan selalu berada bersama kita.
2. Keadilan (justice)
Prinsip kedua dalam berasuranasi adalah terpenuhinya niulai-nilai keadilan antara pihak-
pihak yang terkait dengan akad asuransi. Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam
menempatkan hak dan kewajiban anatara nasabah dan perusahaan asuransi.
Di sisi lain,, keuntungan yang dihasilakan oleh perusahaan dari hasil investasi dana nasabah
harus dibagai sesuai dengan akad yangb disepakati sejak awal. Jika nisbah yang disepakati
anatara kedua belah pihak 40:60, maka realita pembagian keuntungan juga harus mengacu pada
keuntungan tersebut.
3. Tolong menolong (ta’awun)
Prinsip dasar yang lain dalam melkasnakan kegiatan berasuransi harus didasari dengan
adanya rasa tolong menolong antara anggota. Praktik tolong menolong dalam asuransi adalah
unsur utama pembentuk (DNA-Chromosom) bisnis transkasi.
4. Kerja sama (cooperation)
Prinsip kerja sama merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam literatur ekonomi
islami. Kerja sama dalam bisnis asuransi dapat berwujud dalam bentuk akad yang dijadikan
acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yait antara anggota (nasa bah) dan perusahan
asuransi. Dalam operasionalnya, akad yang dipakai dalam bisnis asuransi dapat memakai konsep
mudharabah atau musyarakah. Konsep mudharabah dan musyarakah adalah dua buah konsep
dasar dalam kajian ekonomika dan mempunyai nilai historis dalamm perkembangan keilmuan
5. Amanah ( trustworthy / al-amanah )
Prinsip amanah dalam organisasi perusahan dapat terwujud dalam nilai-nilai akuntabilitas
(pertanggungjawaban) perusahaan melalui penyajian laporan keuangan tiap periode. Dalam hal
ini perusahaan asuransi hatus memberi kesempatan yang besar bagi nasabah untuk mengakses
laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi
haruis mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan kedaiulan dalam bermuamalah dan melalui
auditor public. Prinsip amanah juga harus berlaku pada diri nasabah asuransi.seseorang yang
menjadi nasabah asuransi berkewajiban menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan
pembayaran dana iuran dan tidak memanipiyulasi kerugian yang menimpa dirirnya.
6. Kerelaan ( al-ridha )
Dalam bisnis asuransi, kerelaan (al-ridha) dapat diterapkan pada setiap anggota (nasabah)
asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana (premi) yang
disetorkan ke perusahan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial (tabarru). Dana sosila
(tabarru) memang betul-betul digunakan tujuan membantu anggota (nasabah) asuiransi yang lain
jika mengalami bencana kerugian.
7. Larangan riba
Secara bahasa adalah tambahan. Sedangakan menurut syari’at m,enambah sesuatu yang
khusus. Jadi riba adanya unsur penambahan nilai. Ada beberapa bagian dalam al-Qur’an yang
melarang pengayaan diri dengan cara yang btidak dibenarkan. Islam menghalalkan perniagaan
dan melarang riba. Halalnya jual beli denhan pola berfikir selama manuasia saling membutuhkan
satu sama lain, karena tidak bisa mencapai ke semua keinginan kecuali denga jual beli
merupakan permasalahan bagi mereka.
8. Larangan maisir ( judi )
Allah SWT telah memberi penegasan terhadap keharaman melakukan aktivitas ekonomi
yang memepunyai unsur maisir (judi). Maisir dari kata yusr artinya mudah. Karena orang
memeperolkeh uang tanpa susah payah, atau bersala dari kata yasar yang berarti kaya, karena
perjudian diharapkan untung yang bermakna mudah. Maysir merupakan unsur obyek yang
diartikan sebagai tempat untuk memudahkan sesuatu.
Syafi’i antonio mengatakan bahwa unsur maisir judia artinya adanya salah asatu pihal yang
untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian.
9. Larangan gharar
Gharar dalam pengertian bahasa adalah al-khida’ yaitu suatu tindakan yang di dalamnya
diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Secara konvensional kata Syafi’I kontrak dalam asuransi
jiwa dapat dikategorikan sebagai aqd tabaduli atau akad pertukaran, yaitu pertukaran
pembayaran premi dan dengan uang pertanggungan. Secara syari’ah dalam akad pertukaran
harus jelas berapa yang harus diterima. Keadaan ini akan menjadi rancu karena kita tahu berapa
yang akan diterima (sejumlah uang pertanggungan), tetapi idak tahu berapa yang akan
dibayarkan (jumlah seluruh premi) karena hanya Allah yang tahu kapan seseorang akan
meninggal.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut bahasa Arab, istilah asuransi adalah at-ta’min diambil dari kata amana memiliki
arti memebri perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan beban dari rasa takut. Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama lndonesia (DSN-MU) Nomor 21 Tahun 2001 dalam fatwanya tentang
pedoman umum asuransi syariah, memberi definisi tentang asuransi. Menurutnya, Asuransi
Syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru yang memberikan pola pengembalian
untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Prinsip-prinsip Dasar Asuransi Syariah, yaitu:
a) Tauhid (unity)
b) Keadilan (justice)
c) Tolong menolong (ta’awun)
d) Kerja sama (cooperation)
e) Amanah ( trustworthy / al-amanah )
f) Kerelaan ( al-ridha )
g) Larangan riba
h) Larangan maisir ( judi )
i) Larangan gharar

B. Saran
Diharapkan semua mahasiswa dapat memahami dan mengerti tentang materi Asuransi
syariah dan juga dapat mengetahui asal-usul dan prinsip-prinsip dalam asuransi syariah.

[1] Nurul Huda dan Mohamad Heykal, LEMBAGA KEUANGAN ISLAM Tinjauan
Teoretis dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 290.
[2] M. Solahudin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, (Surakarta : Muhammadiyah
University Press, 2006), hlm. 127.
[3] Heri sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, cet 2,
(Yogyakarta: Ekonisia, 2004), hlm. 112
[4] Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life And Genera): Konsep dan Sistem
Oprasional, Jakarta: Gema Insani, 2004, hlm. 28
[5] Didalam hokum Islam, menurut zumhur ulama, penanggungan (kafalah) adalah
penggabungan tanggung jawab (dzimmah) penjamin (penanggung) kepada tanggung jawab
(dzimmah) orang yang dijamin (ditanggung) dalam kewajiban membayar utang (hak orang lain).
Menurut definisi ini, penjamin menjadi orang yang berutang bersama orang berutang asli,
sehingga orang berpiutang dapat menuntut utangnya kepada siapa saja diantara kedua orang
tersebut baik yang berutang asli maupun penanggungya. [Muwaffaquddin Ibnu Qudamah, a-
Mugni (Beirut: Dar al Fikr, 1984), V:70; Syamsuddin Ibnu Qudamah, asy-Syarh al-Kabir,
dicetak bersama ibid.]. dalam buku Syamsul Anwar, HUKUM PERJANJIAN SYARIAH Studi
tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007.
[6] Syamsul Anwar, HUKUM PERJANJIAN SYARIAH Studi tentang Teori Akad dalam
Fikih Muamalat, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007, hlm 56-57
[7] Warkum Sumitro, Asas – Asas Perbankan Islam dan Lembaga – Lembaga Terkait
(BMUI dan Takaful) di Indonesia, ( JaKarta : Raja Grafindo Persada, 1996), hal 166 – 167.
[8] Nurul Huda dan Mohamad Heykal, LEMBAGA KEUANGAN ISLAM Tinjauan
Teoretis dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 155.
[9] Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (life ang general) Konsep dan system Operasional, hal : 326
[10] Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah marketing, Bandung:
Mizan Pustaka, 2006, hlm 201.
[11] Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (life ang general) Konsep dan system
Operasional, hal :326 – 327
[12] Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta: Sinar
Grafika, 2008, hlm. 31.
[13] Nurul Huda dan Mohamad Heykal, LEMBAGA KEUANGAN ISLAM Tinjauan
Teoretis dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2010, hlm. 156-157.
[14] Wirdianingsih, et all, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta:Kencana, 2005,
hlm. 220.
AKALAH MANAJEMEN ASURANSI SYARI'AH

MAKALAH
ASURANSI SYARIAH
Tentang :
MANAJEMEN ASURANSI SYARIAH

Dosen Pengampu :
SAEFUL MUJAB S.E.I., M.E.I.

Nama Kelompok :
1. Ardinata (141403005)
2. Defi meilani (141403006)

EKONOMI BISNIS SYARIAH SEMESTER V


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BAKTI NEGARA
TEGAL
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keberhasilan setiap lembaga ekonomi sangat ditentukan oleh baik tidaknya pengelolaan
yang dilakukan. Pengelolaan yang ideal akan memperhatikan semua aspek yang ada pada
lembaga ekonomi itu. Dimana, lembaga ekonomi yang baik akan menetapkan perencanaan, baik
dalam jangka pendek, menengah, maupun panjang bagi kegiatan operasionalnya yang mencakup
seluruh bidang kegiatan yang berkaitan dengan usahanya. Seluruh kegiatan yang dilakukan
tersebut merupakan aktivitas dari manajemen. Kegiatan manajemen inilah yang mendorong
sebuah lembaga ekonomi untuk meraih keberhasilan dalam menjalankan usaha.
Asuransi Syariah adalah sebuah lembaga ekonomi yang bergerak di bidang penjaminan.
Terkait dengan penjelasan tersebut, maka asuransi juga membutuhkan pengelolaan Manajemen
yang baik pula. Sebuah perusahaan yang bergerak dalam pengelolaan keuangan, semacam
asuransi, akan berjalan dengan baik dan mempunyai kinerja yang sehat jika dikelola dengan
manajemen yang baik dan sesuai dengan norma peraturan yang berlaku. Manajemen asuransi
adalah sebuah cara dalam mengelola perusahaan asuransi supaya operasionalnya berjalan dengan
baik dan dapat diharapkan menghasilkan return positif bagi perusahaan beserta para staf yang
bekerja di dalamnya.
Karena asuransi adalah bisnis yang berkaitan erat dengan risiko (risk) maka sebuah
manajemen asuransi juga tidak dapat dilepaskan dari bagaimana cara mengelola risiko itu
sendiri. Sehingga manajemen asuransi tidak lain merupakan bagian dari manajemen risiko.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian Manajemen Asuransi Syariah?


2. Bagaimana Manajemen Asuransi Syariah?
3. Apa Saja Bagian-Bagian Manajemen Asuransi Syariah?
4. Apa Saja Nilai Utama Dalam Manajemen Asuransi Syariah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI MANAJEMEN ASURANSI SYARIAH


Dalam UU Hukum Dagang (KUHD) pasal 264 dijelaskan bahwa asuransi adalah suatu
perjanjian (timbal balik) dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang
tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya, karena
suatu krugian, kerusakan dan kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa tak tentu.
Manajemen asuransi adalah sebuah cara dalam mengelola perusahaan asuransi supaya
operasionalnya berjalan dengan baik dan dapat diharapkan menghasilkan return positif bagi
perusahaan beserta para staf yang bekerja di dalamnya. Sebuah perusahaan yang bergerak dalam
pengelolahan keuangan, semacam asuransi, akan berjalan dengan baik dan mempunyai kinerja
yang sehat jika dikelola dengan manajemen yang baik dan sesuai dengan norma peraturan yang
berlaku.
Karena asuransi adalah bisnis berkaitan erat dengan risiko (risk) maka sebuah manajemen
asuransi juga tidak dapat dilepaskan dari bagaimana cara mengelola risiko itu sendiri.
Penerapan manajemen risiko oleh sebuah perusahaan menurut TB.M.Najmudin
Sutawinangun bertujuan untuk mengidentifikasi risiko-risiko perusahaan, mengukurnya, dan
mengatasinya pada tingkat toleransi tertentu. Lebih spesifik, manajemen risiko dalam perusahaan
asuransi lebih diarahkan untuk mengidentifikasikan risiko, menghilangkan dan megurangi
kemungkinan kerugian yang ditimbulkan oleh risiko.
Orang matematika melihat risiko dari sudut tingkah laku daripada fenomenanya, risiko
adalah tingkat penyebaran nilai dalam suatu distribusi di sekitar nilai rata-ratanya. Ini berarti,
makin besar tingkat penyebarannya, akan makin besar risikonya.

B. JENIS RESIKO

1. Risiko Spekulatif dan Risiko Murni


Kejadian sesungguhnya kadang-kadang menyimpang dari perkiraan (expectations) ke
salah satu dari dua arah. Artinya, ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan dan ada
pula penyimpangan yang merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada, maka kita katakan risiko
itu bersifat spekulatif.
Lawan dari risiko spekulatif adalah risiko murni, yaitu risiko yang hanya ada
kemungkinan kerugian. Seorang pemilik rumah terbuka kemungkinan terhadap kemungkinan
kerugian karena kebakaran. Risiko ini hanyalah mempunyai kemungkinan kerugian dan tidak
mempunyai kemungkinan untung. Semua orang berharap umur panjang, tetapi ia mungkin mati
muda. Risiko ini adalah juga risiko murni karena hanya bergerak ke satu arah yaitu ke arah
kemungkinan kerugian.
Risiko murni yang dihadapi seseorang, keluarga, perusahaan, dan organisasi lain dapat
digolong-golongkan ke dalam risiko pribadi, risiko harta, dan risiko pertanggungjawaban. Risiko
pribadi adalah risiko kemungkinan kerugian atas diri orang itu, seperti kematian atau cacat.
Risiko harta adalah risiko kerugian atas harta seperti pencurian mobil. Risiko tanggung gugat
(risiko pertanggungjawaban) adalah kemungkinan bertanggung jawab secara hukum untuk
membayar kerusakan terhadap orang atau barang lain.
2. Sumber Risiko
Risiko menimbulkan kondisi yang kondusif terhadap bencana yang menyebabkan
kerugian. Kerugian adalah penyimpangan yang tak diharapkan. Kemungkinan kejadian demikian
yang kita namakan risiko. Walaupun ada beberapa overlaping(tumpang tindih) di antara
kategori-kategori itu, namun penyebab kerugian dan risiko dapat diklasifikasikan sebagai risiko
sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi.Menentukan sumber risiko adalah penting karena akan
mempengaruhi cara penanganannya.
Ada beberapa cara dalah menangani risiko. Antara lain :
a. Menghindari Risiko (risk avoidance)
Berkaitan dengan cara menghindari risiko itu sendiri. Hal tersebut dapat diartikan bahwa
untuk menghindari risiko jangan melakukan kegiatan apapun yang memungkinkan terjadinya
risiko atau memberi peluang rugi.
b. Mengurangi Risiko (risk reduction)
Tindakan yang dapat diambil untuk mengurangi risiko kerugian yang mungkin timbul.
Artinya, kemungkinan rugi tidak dihilangkan, akan tetapi sedapat mungkin diperkecil
kemungkinan terjadinya.
c. Retensi Risiko (risk retention)
Merupakan cara yang paling umum dalam menangani masalah risiko. Reensi risiko
berarti kita tidak melakukan apa- apa terhadap risiko tersebut. Kita menyadari bahwa kita
memiliki risiko, tetapi diputuskan untuk tidak melakukan apa- apa terhadapnya. Ini adalah
retensi risiko yang bersifat volunteer. Retensi risiko secaravoluntary ini adalah risiko yang
biasanya dapat menimbulkan kerugian yang relatif kecil secara finansial, atau bila ada peluang
kerugian biasanya nilainya sangat kecil.
d. Membagi Risiko (risk sharing)
Kadang-kadang, bila suatu risiko tidak dapat dihindari, dan retensi akan memberikan
peluang kerugian yang amat besar, kita dapat memilih risk sharingsebagai salah satu cara
menangani risiko. Dengan membagi risiko dengan pihak-pihak lain, maka potensi kerugian dapat
dibagi dengan pihak tang bersangkutan.
e. Mentransfer Risiko (risk transfer)
Transfer risiko berarti memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain, biasanya kepada
perusahaan asuransi yang bersedia dan mampu memikul beban risiko. Pengalihan atau
pemindahan tersebut dapat berupa risiko spekulatif maupun risiko murni. Dalam organisasi
perusahaan asuransi, menurut Huggins, dapat berjalan secara efektif jika didukung oleh lima
faktor, yakni:
1) Responsibility
Adalah tanggung jawab pegawai dalam melaksanakan tugas yang dibebankan. Suatu
perusahaan perlu diorganisasikan dengan cara sedemikian rupa sehingga tanggung jawab
masing-masing pegawai menjadi sangat jelas. Semua pekerja harus mengerti apa pekerjaan
mereka dan apa yang harus dikerjakan.
2) Authority
Adalah hak seorang pegawai untuk mengambil keputusan, mengambil langkah dan
mengendalikan pegawai lain guna menyepurnakan tugasnya.
3) Accountability
Berariti bahwa para pekerja dapat dimintai pertanggungjawaban atas bagaimana mereka
menggunakan wewenang dan menangani tanggung jawab dalam mencapai sasaran.
4) Delegation
Berarti menyerahkan wewenang kapada seorang pegawai untuk membuat keputusan dan
tindakan terhadap pegawai lainnya.
5) Koordination
Adalah keserasian yang terwujud berkat kerja sama antara segenap devinisi yang ada
dalam organisasi perusahaan.
Huggins dalam bukunya Inperation Of Life And Health Insurance
Companies membagi 8 devisi dalam sebuah perusahaan asuransi jiwa dan asuransi kesehatan,
yakni: marketing, atuaria, customer service, administrasi klaim, investasi , akuntansi, hukum
dan sumber daya manusia.
1. Marketing
Organisasi perusahaan akan menempatkan aspek pemasaran sebagai sesuatu yang penting
dalam mendukung kelancaran jalannya operasional perusahan. Apalagi perusahaan tersebut
adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanggung semacam asuransi akan selalu
menempatkan bidang pemasaran sebagai tulang punggung penopang kinerja perusahaan. Selama
ini pemasaran dalam struktur perusahaan asuransi merupakan satu divisi tersendiri di samping
divisi-divisi yang lain.
Fungsi pemasaran dalam perusahaan asuransi konvensional dituntut untuk
memperkenalkan dan mejualkan produk-produk asuransi kepada calon nasahab (prospecting).
Hal ini terjadi dikarenakan proses interaksi antara calon nasabah dengan perusahaan asuransi
konvensional melalui transaksi dan kontrak jual beli. Perusahaan asuransi melalui staf pemasaran
menawarkan produknya untuk dibeli oleh calon nasabah dengan imbalan sebuah polis dari
perusahaan, sedang calon nasabah mempunyai kewajiban membayar dalam bentuk premi.
Lain halnya dengan perusahaan asuransi syariah yang akalnya tidak memakai prinsip jual
beli (tabaddul) maka proses marketing seharusnya tidak hanya bertumpu pada penjualan
terhadap produk-produk yang dikeluarkan tetapi lebih berorintasi pada penawaran keikut sertaan
untuk saling menanggung (takaful) pada suatu epristiwa yang belum terjadi dalam jangka waktu
tertentu. Sehingga uang yang disetor oleh nasabah asuransi syariah merupakan uang
danatabarru yang sengaja diniatkan untuk melindungi dia dan nasabah lainnya dalam
mengahdapai peril (peristiwa asuransi).
2. Aktuaria
Dalam divisi aktuaria kegaiatan utama yang dilakukan adalah melakukan studi statistik
dan finansial jangka panjang melalui prinsip yang diterapkan dalam hukum bilangan besar, yaitu
dalam bentuk pengalaman masa lalu untuk dijadikan perkiraan-perkiraan di masa datang.
Seorang aktuaria secara implisit mengatakan, “jika segala sesuatu yang kontiu akan
terjadi di masa yang akan datang seperti yang terjadi di masa lampau, itulah yang akan terjadi di
masa yang akan datang persis seperti dengan masa yang lalu.

3. Customer Service
Customer service mengarahkan pada lingkup kegiatan yang luas dari perusahaan dan para
petugas yang menangani hal tersebut agar menjaga pelanggan tetap puas sehingga mereka tetap
terus menerus melakukan bisnis dengan perusahaan tersebut dan bersikap positif tentang
perusahaan itu kepada pelanggan potensial lainnya.
4. Admisnitrasi Klaim
Bidang klaim dari suatu perusahaan asuransi bertanggung jawab untuk memenuhi
pembayaran uang sebagaimana yang dijanjikan oleh perusahan dalam polis asuransi. Dalam
penetuan apakah harus membayar atau menolak suatu klaim, penilai mengikuti prosedur
penyelesaian dengan empat langkah pokok sebagai berikut, yaitu: (a) pemberitahuan kerugian,
(b) penyelidikan kerugian, (c) bukti kerugian, (d) pembayaran atau menolak tuntutan itu.
5. Investasi
Sebagai hasil operasi perusahaan asuransi maka terkumpul sejumlah besar uang untuk
pembayaran klaim di masa datang. Apabila ditambahkan terhadap dana perusahaan itu sendiri
maka jumlahnya menjadi sangat besar untuk dibiarkan mengangur tanpa diinvestasikan. Ini
adalah tanggung jawab dari bagian keuangan perusahaan untuk menginvestasikannya. Karena
porsi dana yang diinvestasikan itu nantinya akan disalurkan melalui klaim mendatang maka
tujuan investasi perusahaan asuransi itu harus aman.
6. Akuntansi
Fungsi akuntasi adalah memberi informasi yang paling penting dalam pengelolaan bisnis.
Akuntansi adalah suatu sistim pengumpulan, penganalisaan dan meringkaskan data keuangan.
Sistem ini memberi informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan bisnis dan untuk
melengkapi persyaratan-persyaratan laporan keuangan.
Laporan keuangan yang akurat dapat membantu menunjukkan apakah kondisi keuangan
perusahaan cukup baik atau tidak dan apakah perusahaan memperoleh keuntungan. Dengan
menganalisa laporan ini, manajemen perusahaan dapat mengetahui kecendrungan-kecendrungan
(tren) dan problem-problem pada kegiatan perusahaan serta dapat mengembangkan strategi yang
tepat untuk memperbaiki kinerja perusahaan.
7. Hukum
Perusahaan asuransi dipandu oleh undang-undang yang berpengaruh terhadap hubungan
perusahaan dengan pemegang polis, ahli waris, pemegang saham, nasabah, karyawan, agen,
perusahaan lain dan pejabat pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan asuransi memiliki divisi
hukum yang berfungsi mengamati kegiatan-kegiatan perusahaan dan mengeavaluasi apakah
perusahaan telah memenuhi tangug jawab hukum kepada semua pihak. Devisi hukum juga
membantu perusahaan melindungi hak-haknya. Departemen ini dapat disebut juga departemen
undang-undang (law department) atau departemen pelayanan hukum (legal service department).
8. Sumber Daya Manusia
Tanpa memandang bentuk organisasi atau tenmpatnya dalam perusahaan maka setiap staf
devisi sumber daya manusia melaksanakan fungsi-fungsi seluruh bagian perusahaan asuransi.
Adapun tugas dari staf divisi sumber saya manusia adalah:
(a) menghimpun proyeksi dan memperkirakan kebutuhan pegawai, (b) merekrut pegawai-
pegawai potensial, (c) membantu para kepala divisi mnyeleksi pegawai untuk posisi yang
diperlukan, (d) membantu dalam hal orientasi dan pelatihan anggota staf dan membantu mereka
mengembangkan keterampilan profesi dan membantu mereka mengembangkan keterampilan
profesi dan manajerial, menggunakan sistem evaluasi unjuk kerja para anggota staf, (f)
merencakana dan menjaga sistem kompesansi, (g) membuat dan melaksanakan rencana
kesejahteraan karyawan, (h) memberikan bimbingan dan pembinaan pribadi dan profesinya.

C. BIDANG-BIDANG MANAJEMEN ASURANSI

1. Bidang Sumber Daya Manusia


Perusahaan asuransi dalam mencapai tujuan-tujuannya tidaklah dilakukan oleh hanya
beberapa orang pimpinan saja, tetapi seluruh sumber daya manusia yang ada telah berpartisipasi
untuk meraihnya. Oleh karena itu untuk dapat memelihara dan meningkatkan kuantitas maupun
kualitas sumber daya manusia (SDM) yang handal maka diperlukan kegiatan manajemen sumber
daya manusia. Manajemen SDM ini menempati posisi yang strategis karena penempatan yang
benar terhadap orang-orang dalam pekerjaan yang benar akan dapat meningkatkan kinerja yang
pada akhirnya menentukan prestasi kerja perusahaan secara keseluruhan.
Tanpa memandang bentuk organisasi atau tempatnya dalam perusahaan, maka setiap staf
divisi sumber daya manusia melaksanakan fungsi-fungsi seluruh bagian perusahaan asuransi.
Adapun tugas dari staf divisi sumber daya manusia adalah:
a. Menghimpun proyeksi dan memperkirakan kebutuhan pegawai.
b. Merekrut pegawai-pegawai potensial.
c. Membantu para kepala divisi menyeleksi pegawai untuk posisi yang diperlukan.
d. Membantu dalam hal orientasi dan pelatihan anggota staf dan membantu mereka
mengembangkan keterampilan profesi dan manajerial.
e. Menggunakan sistem evaluasi untuk kerja para anggota staf.
f. Merencanakan dan menjaga sistem kompensasi.
g. Membuat dan melaksanakan rencana kesejahteraan karyawan.
h. Memberikan bimbingan dan pembinaan pribadi dan profesinya.

2. Bidang Marketing (Pemasaran)


Organisasi sebuah perusahaan akan menempatkan aspek pemasaran sebagai sesuatu yang
penting dalam mendukung kelancaran jalannya operasional perusahaan. Apalagi perusahaan
tersebut adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pertanggungan semacam asuransi akan
selalu menempatkan bidang pemasaran sebagai tulang punggung penopang kinerja perusahaan.
Pemasaran berasal dari kata pasar, yang dalam konteks tradisional diartikan dengan
“tempat orang yang berjual beli”. Pemasaran adalah proses, cara, pembuatan, dan memasarkan
suatu barang dagangan. Dalam literatur Arab-Islam, pasar disebut assuq, jamaknya aswaq.
Sedangkan pemasaran disebut dengan at-taswiq. Tentang konsep pasar dan pemasaran, pada
dasarnya tidak ada perbedaan atau bahkan sama saja antara konsep pasar dalam sistem ekonomi
Konvensional dengan konsep pasar dalam sistem ekonomi Syari’ah. Yang membedakan antara
keduanya yaitu terutama terletak pada sistem akad dan barang-barang dagangkan yang
diakadkan di samping asas-asas akad dan tujuan dari akad atau transaksi ekonomi itu sendiri.
Fungsi pemasaran dalam perusahaan asuransi konvensional dituntut untuk
memperkenalkan dan menjualkan produk-produk asuransi kepada calon nasabah (prospecting).
Hal ini terjadi dikarenakan proses interaksi antara calon nasabah dengan perusahaan asuransi
konvensional melalui transaksi dan kontrak jual beli. Perusahaan asuransi melalui staf pemasaran
menawarkan produknya untuk dibeli oleh calon nasabah dengan imbalan sebuah polis dari
perusahaan, sedang calon nasabah mempunyai kewajiban membayar dalam bentuk premi.
Lain halnya dengan perusahaan asuransi Syariah yang akadnya tidak memakai prinsip
jual beli (tabaddul) maka proses marketing seharusnya tidak hanya bertumpu pada penjualan
terhadap produk-produk yang dikeluarkan tetapi lebih berorientasi pada penawaran keikutsertaan
untuk saling menanggung (takaful) pada suatu peristiwa yang belum terjadi dalam jangka waktu
tertentu. Sehingga uang yang disetor oleh nasabah asuransi Syariah merupakan
dana tabbaru yang sengaja diniatkan untuk melindungi dia dan nasabah lainnya dalam
menghadapi peril(peristiwa asuransi).
Pemasaran syari’ah adalah sebuah disiplin bisnis strategi yang mengerahkan proses
penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari satu inisiator kepada stakholders-nya, yang
dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah dalam islam.
Kata kunci dalam definisi pemasaran syari’ah ini adalah bahwa dalam seluruh proses, baik
proses penciptaan, proses penawaran maupun proses perubahan nilai (value), tidak boleh ada
yang bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah dalam islam.
Di dalam islam juga sudah dijelaskan yang terkait dengan muamalah yang terdapat dalam
kaidah fiqh yang paling basic yaitu “al-ashlu fil muaamalatil ibahah illah ayyadulla daliilun
`alaa tahriimihaa” (pada dasarnya bentuk muamalah (business) boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya).
Salah satu tugas manajer pemasaran adalah melakukan kegiatan promosi. Promosi
produk-produk asuransi merupakan salah satu dari kegiatan bauran pemasaran yang harus
dilakukan oleh bagian pemasaran. Kegiatan promosi menjadi media informasi yang penting
mengenai segala hal yang berkaitan dengan produk yang akan ditawarkan kepada konsumen.
Kegiatan promosi menjadi sangat strategis karena dapat membentuk citra dan kepercayaan
masyarakat atas produk-produk asuransi.. Pengertian promosi adalah kegiatan perusahaan dalam
mempengaruhi konsumen aktual (aktual maupun potensial) agar mereka mau melakukan
pembelian terhadap produk yang ditawarkan pada saat ini ataupun masa yang akan datang.
Promosi bertujuan untuk :
a. Meningkatkan penjualan perusahaan yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan laba
perusahaan.
b. Meningkatkan citra perusahaan yang baik dan positif.
Untuk mencapai tujuan promosi tersebut, maka kegiatan-kegiatan promosi yang dipilih
harus memenuhi prinsip-prinsip efektif, efisien dan ekonomis. Dengan kata lain kegiatan
promosi harus tepat pada sasaran, mempunyai daya tarik yang tinggi dalam menarik perhatian
atau minat khalayak terhadap kegiatan promosi tersebut.

Di bawah ini prinsip-prinsip pemasaran dalam perspektif marketing syariah sebgai


berikut :
1. Segmentation (Segmentasi)
Segmentasi disebut sebagai mapping strategy (Pemetaan pasar), karena di sini
kita melakukan pemetaan pasar. Pemetaan ini merupakan proses yang kreatif, karena pasarnya
sebenarnya sama, namun cara pandang kita terhadap pasar itulah yang membedakan kita dengan
pesaing.
“we are not the first, but we are the best!” kalimat indah dan menyentak ini dipakai oleh
beberapa perusahaan sekaligus di Indonesia. Maksudnya, tentu ingin memasukkan di benak
konsumen bahwa perusahaan tersebut adalah terbaik di bidangnya. Marlboro juga pernah
beriklan di Indonesia dengan moto, “Nomor satu di Amerika, nomor satu di dunia”. Dengan
kalimat ini, rokok putih berfilter ini ingin menyatakan bahwa interms of sales volume, Marlboro
juara terbaik di Amerika dan di dunia. Jadi contoh positioning statement yang pertama tadi
menekankan quality, maka yang kedua lebih menekankan pada quantity.
2. Targeting (Target pasar)
Dalam pemeliharaan target pasar yang tepat, suatu perusahaan harus menggunakan empat
kriteria yaitu ukuran segemen, pertumbuhan segmen , keunggulan kompetitif perusahaan, situasi
kompetitif perusahaan.
Berdasarkan kriteria-kriteria ini, perusahaan harus menyeleksi segmen pasar yang
“cocok” dengan tujuan dan sumber dayanya, di mana perusahaan mamapu mencapai kinerja
yang unggul. Pekerjaantargeting atau memilih target market adalah langkah berikutnya setelah
melakukan segmentasi pasar. Pekerjaan ini sangat penting, karena kesalahan dalam segmentasi
akan berpengaruh besar terhadap strategi dan taktik pada komnponan marketing lainnya.
Dalam targeting, yang tidak kalah pentingnya adalah sejauh mana suatu perusahaan mampu
mengukur kemampuan dan keunggulan kompetitif serta sumber daya yang dimiliki.
3. Positioning (Penentuan posisi)
Positioning adalah pernyataan akan identitas suatu produk, jasa, perusahaan, lembaga,
orang bahkan Negara yang bisa menghasilkan keunggulan di benak orang yang ingin
dicapai.karena itu, positioningharus membuat produk, jasa, perusahaan, lembaga, orang, atau
Negara itu jadi dipersepsikan berbeda dengan pesaingnya. Perbedaan itu harus benar-benar bisa
memisahkan diri dari yang lain. Yang lebih penting lagi yaitu perbedaan itu disukai, ditunggu,
dan kalau bisa didambakan.
Dalam menentukan posisi produk, suatu perusahaan harus memberikan perhatian
terhadap empat pertimbangan berikut:
a. Positioning harus cocok dengan kekeuatan perusahaan.
b. Positioning harus jelas berbeda dengan positioning pesaing.
c. Positioning harus diterima positif (disukai dan dapat dipercaya) oleh para konsumen
d. Positioning harus sustainable (berkelanjutan) untuk beberapa waktu.
4. Marketing tactic (Taktik pemasaran)
Untuk merealisasikan strategi dan value (nilai) disebut taktik, yang menunjukkan
bagaimana suatu perusahaan mengeukuhkan dirinya di pasar, dimana peperangan yang
sebenarnya terjadi dan peperangan di sini memerlukan strategi atau taktik yang rapi, benar, dan
teratur.
Ajaran Islam memang mengajarkan agar dalam mengerjakan segala sesuatu harus dengan
rapi, benar, taktis, dan teratur. Setiap pekerjaan apalagi yang berkaitan denga bisnis haruslah
dengan itqan(tepat, terarah, jelas, dan taktis), tidak boleh asal-asalan. Rasulullah
bersabda, “sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan,
dilakukan secara itqan (tepat, terarah, teratur, dan taktis).”
5. Differentiation (Diferensiasi)
Secara tradisional, diferensiasi diartikan dengan perbedaan dalam apa yang ditawarkan
perusahaan. Di sini, positioning ada di kelompok strategi, karena merupakan cara
memenangkan perang! Sedangkan, Differentiation diperlukan untuk
mengkongkretkan positioning tersebut. Suatu strategi yang tidak dikonkretkan dalam taktik, akan
merupakan sesuatu yang ada di awang-awang, tidak membumi! Di dalam Differentiation tugas
marketing bukan hanya terbatas pada “how to win the war”,tapi juga “how to win the
battle”. Karena, war terdiri dari banyak battle! “tactic is also about how to the things right”.
6. Marketing mix (Bauran pemasaran)
Bauran pemasaran yaitu seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk
terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran.[21] Bauran pemasaran meliputi
empat komponen yaitu produk, harga, distribusi, dan promosi (4P-Product, price, place,
promotion). Salah satu yang mendapatkan sorotan dari sudut pandang syari’ah dalam marketing
mix, khusunya promosi, adalah bahwa betapa banyak promosi yang dilakukan saat ini melalui
berbagai media promosi justru mengandung kebohongan dan penipuan. Dari sudut pandang
syari’ah, faktor ini yang sangat dominan banyak yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
syari’ah dalam praktiknya di market.

D. TIGA BELAS NILAI UTAMA MANAJEMEN ASURANSI SYARIAH


Menurut Prof. Dr. M. Amin Suma, SH., MA., MM dalam bukunya yang berjudul
Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional terdapat tiga belas nilai utama manajemen asuransi
syariah:

1. Tauhid / pemahaesaan Allah atau percaya kepada Nya.


Dalam teologi Islam, tauhidullah (pemahaesaan Allah) adalah pangkal segala keimanan
dan semua aktivitas. Termasuk aktivitas ekonominya yang tidak boleh berbau kemusyrikan
sekecil apapun. Bagi ummatan muslimatan, tidak kecuali para pebisnisnya, aktivitas apapun yang
dilakukannya harusberlandaskan tauhidullah dalam konteksnya yang sangat luas dan
menyeluruh.
2. percaya akan adanya hari akhir, pahala dan siksaan.
Dalam keyakinan Islam, aktivitas bisnis dan aktivitas-aktivitas yang lain, bukanlah
jangka pendek yang akan selesai begitu saja urusannya, melainkan bisnis adalah aktivtas yang
memiliki akibat jangka panjang terutama dalam sistem pertanggung jawabannya di hadapan
Allah s.w.t. Dengan kalimat lain, Islam mengajarkan pemeluk-pemeluknya bahwa urusan bisnis
tidaklah semata-mata bersifat duniawi yang hanya mengacu ke masa kini, akan tetapi juga masih
memiliki beban kewajiban yang harus dipertanggung-jawabkan di masa depan di hadapan rabb
al-‘izzati.

3. Kemandirian.
dalam pengertian bahwa seseorang hanya bergantung kepada Allah semata. Bagi manusia
Muslim, Allah yang Maha Tunggal (Allahu ahad)-lah satu-satunya tempat untuk bergantung
(Allahus-shamad), tidak kepada orang lain. Jika ini yang dijadikan filsafat hidup dalam
mengelola dan memasarkan sistem ekonomi dan keuangan Syariah termasuk asuransinya, maka
para manajer asuransi Syariah tentu akan memiliki rasa percaya diri yang kokoh dalam
melakukan kompetisi dengan pasar-pasar asuransi yang menjadi pesaingnya.

4. Tanggung jawab dan dapat dipertanggung jawabkan.


Dalam sistem Islam, setiap orang pada dasarnya adalah manajer (kullukum ra’in)
terhadap apa yang dipercayakan kepadanya. Termasuk ketika seorang manajer Muslim diberi
amanat untuk mengelola asuransi dan lain sebagainya.

5. Pengambilan bagian.
Pada dasarnya, Islam menganjurkan pemeluknya supaya aktif ambil bagian dalam
memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi umat manusia. Temasuk persoalan ekonomi dan
keuangan pemilahan kewajiban kepada kewajiban individu (fardu ain) dan kewajiban kolektif
(fardu kifayah), paling sedikit mengisyaratkan anjuran participation ini.

6. Keadilan
Manajemen asuransi Syariah, bahkan manajemen lembaga keuangan lainnya yang
beroperasi menurut prinsip-prinsip Syariah, harus mendasarkan segala sesuatunya termasuk
pemasaran kepada prinsip keadilan (justce). Sebab, ihwal keadilan itu sendiri sesungguhnya
bukanlah monopoli hukum khususnya pengadilan, melainkan keadilan itu merupakan sesuatu
yang bersifat universal dan keberadaannya mutlak dibutuhkan hampir atau bahkan seluruh lini
kehidupan.

7. Kepercayaan.
Merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen asuransi Syariah. Terutama
dalam bentuk pelayanan (services) sebagai tindak lanjut dari proses pemasaran yang dilakukan
perusahaan asuransi.

8. Dialog atau percakapan dwicakap.


Dalam pemasaran asuransi Syariah, dialog dwi-cakap sesungguhnya merupakan suatu
keniscayaan yang bukan saja dilakukan pada saat melakukan transaksi (akad) atau bahkan
sebelum itu, melainkan juga seyogyanya terus berjalan sampai akad itu sendiri menjadi berakhir.
Lebih-lebih ketika dihubungkan dengan hubungan wakalah (perwakilan) antara perusahaan
asuransi sebagai muwakkil (yang menerima mandat perwakilan) dengan nasabah sebagai
pemberi wakalah (al-wakil).

9. Efisiensi pembiayaan.
Efisiensi dalam pembiayaan,merupakan salah satu unsur penting dalam manajemen
pemasaran, termasuk pemasaran asuransi Syariah. Dengan menggunakan pendekatan mafhum
mukhalafah (pemahaman terbalik), larangan boros (tabdzir) dalam sejumlah ayat al-Qur’an, pada
intinya memerintahkan kita supaya berlaku efisien dalam mengelola ekonomi dan keuangan.
Termasuk tentunya efisiensi dalam melakukan pemasaran.

10. Efisiensi waktu.


Al-Qur’an wanti-wanti mengingatkan kita untuk tidak menyia-nyiakan waktu berlalu
tanpa menghasilkan sesuatu (manfaat). Surat wal-‘ashri dan sejumlah ayat lain yang senada
mengisyaratkan hal itu. Lebih tepat lagi ketika efisiensi waktu (time efficiency) dihubungkan
dengan dunia bisnis dan pemasaran sebagaimana tersimbolkan dalam ungkapan time is money,
meski ungkapan ini tidak harus difahami secara kaku.

11. Perhatian dan menguntungkan.


Perhatian atau kecermatan dan keuntungan dalam suatu manajemen perusahaan
merupakan dua hal yang saling terkait. Perusahaan yang manajemennya mengabaikan perhatian
teruatama kepada pelanggan dapat diduga kuat tidak akan memberikan keuntungan kepada
perusahaan; sebab keuntungan pada dasarnya merupakan buah dari kerja keras pemasaran yang
memerlukan perhatian serius.

12. Ramah/ kasih sayang terhadap sesama (manusia), binatang, dan lingkungan.
Dalam pandangan Islam, semua makhluk Allah pada dasarnya harus disikapi/ disentuh
dan atau diperlakukan dengan ramah dan kasih sayang. Terutama perlakuan terhadap hewan dan
lingkungan. Al-Qur’an mengingatkan tentang status hewan yang juga sama-sama sebagai
makhluk Allah.

13. Hasrat belajar.


Dimensi belajar memiliki cakupan yang sangat luas tidak harus diartikan dengan duduk
dibangku sekolah/kuliah, akan tetapi juga digunakan untuk pengertian mempelajari berbagai
persoalan yang dibutuhkan oleh setiap insan. Termasuk para pebisnis dalam hal ini pemasaran
yang tidak ada henti-hentinya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Manajemen asuransi adalah sebuah cara dalam mengelola perusahaan asuransi supaya
operasionalnya berjalan dengan baik dan dapat diharapkan menghasilkan return positif bagi
perusahaan beserta para staf yang bekerja di dalamnya.
Karena asuransi adalah bisnis berkaitan erat dengan risiko (risk) maka sebuah manajemen
asuransi juga tidak dapat dilepaskan dari bagaimana cara mengelola risiko itu sendiri. Seperti
mengetahui Risiko Spekulatif dan Risiko Murni juga sumber Resiko.
Bidang-bidang dalam manajemen asuransi terdapat Bidang sumber daya manusia dan
Bidang marketing (pemasaran). Dan nilai Utama dalam menajemen asuransi syariah yaitu :

1. Tauhid / pemahaesaan Allah atau percaya kepada Nya.


2. percaya akan adanya hari akhir, pahala dan siksaan
3. Kemandirian.
4. Tanggung jawab dan dapat dipertanggung jawabkan.
5. Pengambilan bagian.
6. Keadilan
7. Kepercayaan.
8. Dialog atau percakapan dwicakap.
9. Efisiensi pembiayaan.
10. Efisiensi waktu.
11. Perhatian dan menguntungkan.
12. Ramah/ kasih sayang terhadap sesama (manusia), binatang, dan lingkungan.
13. Hasrat belajar.
DAFTAR PUSTAKA

http://wavekuliahonline.blogspot.co.id/2014/05/menejemen-asuransi-syariah.html
http://trisusmiati.blogspot.co.id/2009/05/manajemen-asuransi-syariah.html
http://trisusmiati.blogspot.co.id/2009/05/manajemen-asuransi-syariah.html
http://pengertiandefenisi.blogspot.co.id/2017/03/pengertian-manajemen-asuransi-
syariah.html
http://syafrilbumiputera1912.blogspot.co.id/2014/02/pengertian-asuransi.html

S-ar putea să vă placă și