Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ABSTRACT
Background : through health care, it is expected to help the health program of Indonesia
in 2005 – 2025 or “Indonesia Sehat 2025”.
Aim : to observe the factors related to nurse performance in providing health care in
Public Health Services Rembang.
Findings : The statistic test showed that there was correlation between education
background and nurse performance in providing health care with p = 0,023. It had a
correlation between motivation and nurse performance in providing health care p = 0,007.
The statistic test showed that there was correlation between compensation system and
nurse performance in providing health care with p = 0,002. The statistic had showed that
there was correlation between working load and nurse performance in providing health
care with p = 0,020.
1
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PERAWAT
DALAM PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI PUSKESMAS
REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA
ABSTRAK
1
Mahasiwa Keperawatan S1 FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2
Dosen FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto
3
Dosen FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto
2
PENDAHULUAN
Dengan adanya pendidikan kesehatan diharapkan akan membantu
rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 – 2025
atau “Indonesia Sehat 2025”. Pendidikan kesehatan merupakan komponen
esensial dalam bagian asuhan keperawatan dan diarahkan pada kegiatan
interaksi antara perawat dan individu atau kelompok untuk meningkatkan,
mempertahankan dan memulihkan status kesehatan, mencegah penyakit dan
membantu individu untuk mengatasi efek sisa penyakit menurut Smelter dan
Bare (2002). Dikarenakan jumlah 33 orang perawat yang berstatus PNS,
maupun PTT semuanya memegang program-program yang ada di puskesmas
seperti sebagai bendahara keuangan, bendahara barang, imunisasi
mengakibatkan adanya kecerendungan pelayanan dalam pemberian pendidikan
kesehatan menjadi berkurang dan kurang maksimal disamping itu juga bila
memberikan pendidikan kesehatan di desa akan mendapatkan uang transport
sebesar dua puluh lima ribu rupiah untuk satu kali kegiatan, sedangkan bila
melakukan pendidikan kesehatan di rawat jalan maupun rawat inap tidak
mendapatkan sama sekali, dan berdasarkan hasil wawancara dengan sepuluh
perawat menyatakan malas melakukan pendidikan kesehatan pada pasien. Dari
salah satu peran perawat tersebut ialah sebagai educator yang berarti sebagai
pendidik klien. Jadi perawat memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perawat dalam
pemberian pendidikan kesehatan di puskesmas”.
3
univariat menggunakan distribusi frekuensi. Analisa bivariat dengan rumus chi
square,CI 95% (α=5%).
HASIL PENELITIAN
Analisa Univariat Karakteristik responden
No. Variabel Kategori n %
1. Umur <35 tahun 17 53,1
≥35 tahun 15 46,8
Jumlah 32 100
2. Pendidikan S1 (strata 1)/ DIV 10 31,3
terakhir DIII 22 68,8
Jumlah 32 100
3. Jenis kelamin Laki-laki 10 31,25
Perempuan 22 68,75
Jumlah 32 100
4. Masa kerja < 10 tahun 13 40,6
≥10 tahun 18 59,4
Jumlah 32 100
4
Variabel Penelitian
No. Variabel Kategori n %
1. Kinerja perawat Baik 19 59,4
Tidak baik 13 40,6
Jumlah 32 100
2. Motivasi kerja Tinggi 23 71,9
Rendah 9 28,1
Jumlah 32 100
3. Sistem kompensasi Baik 22 68,8
Tidak baik 10 31,3
Jumlah 32 100
5
Responden yang memiliki pendidikan tinggi dengan kinerja baik
sebesar 9,37%, yang pendidikan rendah dengan kinerja baik sebesar 50,1%.
Sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi kinerja tidak
baik sebesar 21,8% dan yang memiliki pendidikan rendah dengan kinerja tidak
baik sebesar 18,7%. Hasil uji statistik di peroleh nilai p=0,025 maka dapat
disimpulkan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja perawat.
Nilai ods Ratio sebesar 0.161, ini berarti bahwa responden dengan tingkat
pendidikan rendah beresiko memiliki kinerja perawat tidak baik 0,161 kali
lebih banyak dibandingkan responden yang berpendidikan baik.
Tabel Hubungan Motivasi Dengan Kinerja Perawat
Kinerja perawat Jumlah
Motivasi Tidak
Baik OR CI 95% pV
kerja baik
n % n % n %
Tinggi 17 53,1 6 18,8 23 71,9
Rendah 2 6,3 7 21,9 9 28,1 9,917 1,597 – 61,597 0,007
19 59,4 9 28,1 32 100
Responden yang memiliki motivasi kerja tinggi dengan kinerja baik
sebesar 53,1%, yang motivasi kerja rendah dengan kinerja baik sebesar 63,3%.
Sedangkan responden yang memiliki motivasi kerja tinggi kinerja tidak baik
sebesar 18,8% dan yang memiliki motivasi kerja rendah dengan kinerja tidak
baik sebesar 21,9%. Hasil uji statistik di peroleh nilai p=0,007 maka dapat
disimpulkan ada hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja perawat. Nilai
ods Ratio sebesar 9,917, ini berarti bahwa responden dengan motivasi kerja
rendah beresiko memiliki kinerja perawat tidak baik 9,917 kali lebih banyak
dibandingkan responden yang bermotivasi kerja baik.
6
Tabel Hubungan Sistem Kompensasi Dengan Kinerja Perawat
Kinerja perawat
Sistem Tidak Jumlah
Baik OR CI 95% pV
Kompensasi baik
n % n % n %
Baik 17 53,2 5 15,6 22 68,8
Tidak baik 2 6,2 8 25,0 10 31,3 13,600 2,154-85,856 0,002
19 59,4 13 40,6 32 100
Responden yang memiliki sistem kompensasi baik dengan kinerja baik
sebesar 53,2%, yang sistem kompensasi tidak baik dengan kinerja baik sebesar
6,2%. Sedangkan responden yang memiliki sistem kompensasi baik kinerja
tidak baik sebesar 15,6% dan yang memiliki sistem kompensasi tidak baik
dengan kinerja tidak baik sebesar 25%. Hasil uji statistik di peroleh nilai
p=0,002 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara sistem kompensasi
dengan kinerja perawat. Nilai ods Ratio sebesar 13,600, ini berarti bahwa
responden dengan sistem kompensasi rendah beresiko memiliki kinerja
perawat tidak baik 13,600 kali lebih banyak dibandingkan responden yang
berkompensasi tinggi.
Tabel Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Perawat
Kinerja perawat
Beban Tidak Jumlah
Baik OR CI 95% pV
kerja baik
n % n % n %
Baik 15 46,9 4 12,5 19 59,4
7
baik sebesar 12,5% dan yang memiliki beban kerja tidak baik dengan kinerja
tidak baik sebesar 25%. Hasil uji statistik di peroleh nilai p=0,020 maka dapat
disimpulkan ada hubungan antara beban kerja dengan kinerja perawat. Nilai
ods Ratio sebesar 6,000, ini berarti bahwa responden dengan beban kerja
rendah beresiko memiliki kinerja perawat tidak baik 6,000 kali lebih banyak
dibandingkan responden yang berbeban kerja baik.
PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Proporsi umur responden dengan kriteria usia kurang dari 35 tahun
adalah 53,1%, dan berusia lebih dari sama dengan 35 tahun adalah 46,8%.
Pada usia kurang dari 35 tahun merupakan usia yang produktif identik dengan
idealisme yang tinggi, semangat kerja meningkat dan penuh dengan optimis
termasuk dalam pemberian pendidikan kesehatan. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dini Fitrianasari dimana data karakteristik
responden cukup merata usia kurang dari 35 tahun sebanyak 88,8%.
Responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 31,25% dan
perempuan adalah 68,75%. Walaupun prosentase perempuan lebih besar
daripada laki-laki tetapi dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada
pasien sama. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mulyaningsih (2013) yang menyatakan semua perawat baik laki-laki maupun
perempuan menunjukkan kinerja yang baik dalam memberikan pelayanan
keperawatan kepada pasien, dimana laki-laki 38% sedang perempuan 62%.
Responden dengan masa kerja < 10 tahun sebanyak 40,6%, responden
dengan masa kerja ≥ 10 tahun sebanyak 59,4%. Masa kerja yang lama
maupun baru sama-sama menunjukkan kinerja yang baik dalam memberikan
pendidikan kesehatan. Menurut penelitian dari Mulyaningsih (2013) hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa antara
perawat yang masa kerjanya lama maupun baru mempunyai peluang yang
sama untuk menunjukkan kinerja yang baik. (> 10 tahun sebanyak 47,3 % dan
< 10 tahun sebanyak 52,7%).
8
2. Variabel Penelitian
Pada motivasi kerja yang tinggi sebanyak 71,9% sedang yang rendah
sebanyak 28,1%. Hal tersebut dapat diartikan dengan adanya motivasi yang
tinggi maka dalam memberian pendidikan kesehatan pada masyarakat akan
maksimal. Motivasi merupakan kesediaan tingkat upaya yang tinggi untuk
tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam
memenuhi beberapa kebutuhan (Robbins SP, 2001). Hal tersebut sesuai dengan
penelitian dari Andree Wijaya yang menyebutkan karyawan yang mempunyai
motivasi yang tinggi maka akan menghasilkan kinerja yang tinggi pula dengan
motivasi kerja tinggi sebesar 69,9% sedang rendah sebesar 31,1%
Proporsi sistem kompensasi dengan kategori baik sebanyak 68,8% dan
tidak baik sebanyak 31,3%. Maka dapat disimpulkan pemberian kompensasi
merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam
pemberian pendidikan kesehatan. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian
dari Royani (2010) yang menyatakan bahwa kompensasi berpengaruh secara
langsung dengan 49,2 % tinggi 50,8% persepsi perawat terhadap sistem
kompensasi tinggi dan rendah mendekati nilai yang sama yaitu tinggi 50,8%
dan rendah 49,2 %. Hal ini juga berarti persepsi perawat terhadap sistem
penghargaan bersifat subyektif.
Sedang beban kerja dengan kategori baik sebanyak 62,5% dan tidak
baik sebanyak 37,5%. Hal tersebut menunjukkan beban kerja yang tinggi dapat
menimbulkan stress sehingga mempengaruhi dalam pemberian pendidikan
kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian dari Ahmad Ahid Udayana
dimana beban kerja tinggi sebesar 54,4% sedangkan rendah sebesar 45,6%.
Kinerja perawat mayoritas adalah baik yaitu sebanyak 19 responden
atau 59,4%, sedang yang tidak baik sebanyak 13 responden atau 40,6%. Hal ini
dapat disimpulkan dengan kinerja yang tinggi maka pemberian pendidikan
kesehatan akan semakin berkualitas. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hasmoko (2008) dimana responden dengan kinerja baik sebesar
55,4% dan kurang baik sebesar 44,6%, yang menyatakan proses penilaian
kinerja dapat dilakukan secara efektif dalam mengarahkan perilaku pegawai
9
dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang
tinggi.
3. Hasil Analisis Bivariat
a. Hubungan antarapendidikan terakhir dengan kinerja perawat dalam
pemberian pendidikan kesehatan.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara pendidikan terakhir dengan kinerja perawat dalam pemberian
pendidikan kesehatan dimana p = 0,023 (<0,05). Artinya Ho ditolak yang
berarti hipotesis pertama diterima yaitu ada hubungan antara pendidikan
dengan kinerja perawat. Pendidikan mempengaruhi tingkat pemahaman,
cara berfikir dan cara mengambil keputusan dalam suatu pekerjaan, semakin
tinggi tingkat pendidikan maka akan mempengaruhi pola pikir yang
nantinya berdampak pada pemberian pendidikan kesehatan.Walaupun pada
hasil uji statistik 21,8% dengan pendidikan tinggi tetapi kinerja dalam
memberikan pendidikan kesehatan tidak bai, hal tersebut disebabkan karena
mereka lebih menfokuskan dalam tugas yang lain seperti membuat laporan.
Tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian dari Mulyaningsih
(2013) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
tingkat pendidikan dengan kinerja perawat dimana p = 0,12.
b. Hubungan antara motivasi kerja dengan kinerja perawat dalam pemberian
pendidikan kesehatan
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara motivasi kerja dengan pendidikan kesehatan dimana p = 0,007
(<0,05). Artinya Ho ditolak yang berarti hipotesis pertama diterima yaitu
ada hubungan antara motivasi dengan kinerja perawat. Dengan adanya
dukungan dari atasan disini adalah kepala Puskesmas, dimana diberi
wewenang, tanggung jawab serta dalam pengambilan keputusan tentu hal
ini akan membuat perawat akan leluasa dalm mengambil keputusan kapan
akan dilaksanakan pendidikan kesehatan kepada pasien. Hal ini selaras
dengan hasil penelitian Badi’ah (2008) yang menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara faktor motivasi eksternal secara keseluruhan dengan
10
kinerja perawat dimana p = 0,000. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Emanuel Vensi Hasmoko (2008) di rumah sakit Panti Wilasa Citarum
Semarang, yang menunjukkan bahwa uji statistik (chi square)
menunjukkanp =0,000, yang berartiadahubungan yang signifikan antara
motivasi dengan kinerja klinis perawat berdasarkan penerapan SPMKK
(Sistem Pengembangan Manajemen Kinerja Klinis).
c. Hubungan antara sistem kompensasi dengan kinerja perawat dalam
pemberian pendidikan kesehatan
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara sistem kompensasi dengan kinerja perawat dalam pemberian
pendidikan kesehatan dimana p = 0,002 (<0,05). Artinya Ho ditolak yang
berarti hipotesis pertama diterima yaitu ada hubungan antara sistem
kompensasi dengan kinerja perawat. Dengan adanya bonus tentu akan
membuat perawat akan semakin bersemangat dalam melakukan pendidikan
kesehatan kepada pasien. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dini Fitrianasari (2011), yang menyatakan kompensasi
terkait dengan kesesuaian gaji yang mendapat tanggapan positif akan
menjadi faktor pendorong semakin tingginya kepuasan kerja perawat
dimana p = 0,000 yang artinya kompensasi mempunyai pengaruh yang
bermakna terhadap kepuasan kerja perawat. Tetapi hal tersebut berbeda
dengan hasil penelitian dari Herwyndianata yang melakukan penelitian di
RSU Anutapura Palu tahun 2013 memperoleh p > 0,422 yang artinya tidak
ada hubungan antara sistem kompensasi dengan kinerja perawat.
d. Hubungan antara beban kerja dengan kinerja perawat dalam pemberian
pendidikan kesehatan
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara beban kerja dengan pendidikan kesehatan dimana p = 0,002 (<0,005).
Artinya Ho ditolak yang berarti hipotesis pertama diterima yaitu ada
hubungan antara beban kerja dengan kinerja perawat.Hal tersebut
disebabkan karena banyaknya pekerjaan yang dilakukan setiap harinya
ditambah dengan tugas lain yang merupakan tugas rangkap yang
11
diibebankan kepada perawat. Semakin berat beban kerja akan menurunkan
daya konsentrasi perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan.. akan
tetapi hal tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian dari Agrita S Sitepu
(2013) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh antara beban kerja
dengan kinerja perawat dimana ditunjukkan dengan p = 0,14 > 0,05.
Artinya beban kerja sudah sesuai dengan para karyawan, hal ini terjadi
dikarenakan volume dan waktu kerja karyawan sudah diterapkan secara
efektif dan efisien.
KESIMPULAN
1. Karakteristik responden
Responden yang menjadi sampel penelitian ini adalah 32 orang dengan
proporsi umur responden dengan criteria usia kurang dari 35 tahun adalah
53,1%, dan berusia lebih dari sama dengan 35 tahun adalah 46,8%. Responden
dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 31,25% dan perempuan adalah
68,75%. Responden dengan masa kerja 0-5 tahun sebanyak 12,5%, responden
dengan masa kerja 6-10 tahun sebanyak 6,2% dan responden dengan masa
kerja lebih dari sama dengan 10 tahun sebanyak 81,3%.
2. Gambaran motivasi kerja, sistem kompensasi dan beban kerja dengan
pendidikan kesehatan
Motivasi kerja yang tinggi sebanyak 71,9% sedang yang rendah
sebanyak 28,1%. Proporsi sistem kompensasi dengan kategori baik sebanyak
68,8% dan tidak baik sebanyak 31,3%. Sedang beban kerja dengan kategori
baik sebanyak 62,5% dan tidak baik sebanyak 37,5%.
3. Gambaran kinerja perawat dengan pendidikan kesehatan
Kinerja perawat mayoritas adalah baik yaitu sebanyak 19 responden
atau 59,4%, sedang yang tidak baik sebanyak 13 responden atau 40,6%.
4. Ada hubungan antara pendidikan terakhir dengan kinerja perawat dalam
pemberian pendidikan kesehatan dengan p = 0,023.
5. Ada hubungan antara motivasi dengan kinerja perawat dalam pemberian
pendidikan kesehatan dengan p = 0,007.
12
6. Ada hubungan antara sistem kompensasi dengan kinerja perawat dalam
pemberian pendidikan kesehatan dengan p = 0,002.
7. Ada hubungan antara beban kerja dengan kinerja perawat dalam pemberian
pendidikan kesehatan dengan p = 0,020.
SARAN
Dari kesimpulan yang didapat maka saran yang diberikan adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Puskesmas
a. Diperbanyak liflet dan juga lembar balik sebagai media tambahan dalam
pemberian pendidikan kesehatan.
b. Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk mendukung dilaksanakannya
pendidikan kesehatan.
c. Perlu penambahan kompensasi agar lebih meningkatkan semangat dalam
pemberian pendidikan kesehatan.
d. Pembagian beban kerja yang lebih merata pada perawat agar pemberian
pendidikan kesehatan lebih maksimal.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat memberikan input awal terhadap referensi tentang
pendidikan kesehatan.
3. Bagi peneliti lain
Melakukan penelitian lanjutan dengan memperhatikan pertanyaan-
pertanyaan secara lebih mendalam tentang faktor yang berkaitan dengan
kinerja perawat terutama dalam pemberian pendidikan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
13
Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga. (2012). Profil Kesehatan Kabupaten
Purbalingga Tahun 2012. Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga,
Purbalingga. (TidakDipublikasikan).
Ilyas, Y. (2001). Kinerja : Teori, Penilaian dan Penelitian. Pusat Kajian Ekonomi
Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.
14
Prawirosentono, S. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia, Kebijakan
Kinerja Karyawan. Yogyakarta : BPFE.
15