Sunteți pe pagina 1din 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Untuk mencapai pembangunan nasional diperlukan upaya penyelengaraan

kesehatan yang bermutu yang dilakukan individu, kelompok, masyarakat, lembaga

pemerintah atau swadaya masyarakat yang lebih mengutamakan promosi kesehatan serta

pencagahan penyakit. Upaya pemeliharaan yang mencangkup dua aspek kuratif dan

rehabilitatif, sedangkan upaya peningkatan kesehatan juga mencangkup dua aspek yaitu

Prepentif dan promotif (Notoadmojo, 2003 : 02).

Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2002 Kesehatan yang baik atau

kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana tidak hanya bebas dari penyakit, namun juga harus

sehat dan sejahtera antara mental dan sosial.

Empat faktor yang mempengaruhi kesehatan yakni keturunan, pelayanan

kesehatan, perilaku dan lingkungan. Faktor pelayanan kesehatan meliputi ketersediaan klinik

kesehatan dan fasilitas kesehatan lainya, faktor perilaku meliputi antara lain perilaku mencari

pengobatan dan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan faktor lingkungan antara lain

kondisi lingkungan yang sehat dan memenuhi persyaratan (HL.Blum dalam Notoatmodjo,

2003 : 146).

Menurut World Health Organization (WHO), penderita hernia tiap tahunnya

meningkat. Didapatkan data pada decade tahun 2005 sampai tahun 2010 penderita hernia

segala jenis mencapai 19.173.279 penderita (12.7%) dengan penyebaran yang paling banyak

adalah daerah Negara-negara berkembang seperti Negara-negara Afrika, Asia tenggara

termasuk Indonesia, selain itu Negara Uni emirat arab adalah Negara dengan jumlah

penderita hernia terbesar di dunia sekitar 3.950 penderita pada tahun 2011(http://askep-

kesehatan.jurnal kesehatan provinsi.com/2009/01/. Jambi independent.html).


Berdasarkan data dari Departermen Kesehatan Republik Indonesia di Indonesia

periode Januari 2010 sampai dengan Februari 2011 berjumlah 1.243 yang mengalami

gangguan hernia, termasuk berjumlah 230 orang (5,59%) terjadi pada anak-anak

(http://askep-kesehatan.jurnal kesehatan provinsi.com/2009/01/. Jambi independent.html).

Sedangkan di Rumah Sakit Raden Mataher Jambi sepanjang periode Januari 2010

sampai dengan Januari 2011 dari keseluruhan pasien rawat inap dengan penyakit bedah

didapatkan data 430 pasien adalah pasien dengan herniotomy (http://askep-kesehatan.jurnal

kesehatan provinsi.com/2009/01/. Jambi independent.html).

Berdasarkan data penyakit hernia dari medical record Rumah sakit umum Mayjen.

H. A. Thalib Kabupaten Kerinci didapatkan data pasien hernia pada tahun 2008 sebanyak 49

(55,22%), tahun 2009 sebanyak 17 (15%), sedangkan pada tahun 2010 jumlah pasien yang

mengalami hernia adalah sebanyak 56 (56,56%).

Sedangkan berdasarkan hasil observasi dan pengambilan data khususnya diruangan

bedah, hernia menduduki urutan keenam dari sepuluh penyakit terbesar diruangan bedah.

Pada bulan Januari sebanyak 6 orang (10,18%), pasien yang meenjalani operasi di bulan

februari sebanyak 7 orang (12,44%), Maret 13 orang (13,8%, April 7 orang (14%) dan pada

bulan Mei tercatat 6 (13,3%) orang menderita hernia.

Peran perawat pada kasus hernia meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan

langsung kepada klien yang mengalami hernia dan post operasi herniotomy, sebagai pendidik

memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi adanya infeksi setelah

operasi dan kejadian berulang dan perawatan herniotomy, serta sebagai peneliti yaitu dimana

perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien herniotomy melalui metode

ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Dasar

2.1.1. Definisi

Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek

pada fasia muskuloaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau didapat, yang

memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut

(Mansjoer dkk, 2002:313).

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol

melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut

(Sjamsuhidayat, 2004: 523).

Sedangkan menurut Sue Hinclift (2000), Hernia adalah protusio (penonjolan)

abnormal suatu organ atau bagian suatu organ melalui lubang (apertura) pada stuktur

disekitarnya, umumnya protusio organ abdominal melalui celah dari dinding abdomen (Sue

Hinchliff, 2000:206).

Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga

dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup (Suster nada,

21 juli 2007).

Sedangkan Hernia Scrotalis adalah penonjolan hernia yang terjadi pada kantong

scrotum sering terjadi pada anak-anak karena kelainan kongenital (bawaan). Operasi hernia

adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk mengembalikan isi hernia pada posisi

semula dan menutup cincin hernia (Long, 1996 : 246).


Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

hhernia menurut Sjamsuhidayat (2015), Hernia Scrotalis adalah hernia yang melalui atau

menekan area Scrotum yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian

hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dan

menekan testis.

Sedangkan Herniotomi adalah pembedahan kantong hernia sampai ke lehernya,

kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi kantong

hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. (Sjamsuhidayat, 2015)

2.12. Anatomi Fisiologi

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar

dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan dengan

enzim dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus.

Berikut ini adalah bagian-bagian dari anatomi struktur sistem pencernaan.

Struktur pencernaan adalah:

1.Mulut

Mulut merupakan permulaan saluran pencernaan, selaput lendir mulut ditutup epithelium

yang berlapis-lapis. Dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir.

Selaput ini kaya akan pembuluh darah dan memuat ujung akhir saraf sensoris didalam rongga

mulut.

2. Faring

Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dan kerongkongan (esofagus).

Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang

banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
persimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan

hidung.

3. Esofagus/Kerongkongan

Esofagus merupakan saluran pencernaan yang menghubungkan tekak dengan lambung,

25cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah  panjangnya lambung.

4. Gaster/Lambung

Lambung merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama di

daerah spingter. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan osofagus

melalui orifisium pilorik, terletak dibawah diafragma didepan pankreas dan limpa, menempel

di sebelah kiri fundus uteri.

5. Usus halus

Merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal dari pilorus dan

berakhir pada sekum, panjangnya ± 6 meter, merupakan saluran paling panjang tempat proses

pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan. Usus halus dibagi tiga bagian, yaitu:

a) Duodenum/Usus 12 jari, panjang ± 25cm berbentuk seperti tapal kuda melengkung kekiri,

bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang disebut papilla vateri, disini terdapat

muara saluran empedu dan saluran pankreas. Empedu dibuat dihati untuk dikeluarkan di

duodenum melalui duktus koleduktus yang fungsinya mengemulsikan lemak dengan bantuan

lipase. Pankreas menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi

disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin

dan polipeptida.

b) Yeyunum/Jejunum, terletak di regio abdominalis media sebelah kiri dengan panjang ± 2-3

meter.
c) Ileum, terletak di regio abdominalis bawah dengan panjang ± 4-5 meter, lekukan yeyenum

dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantara lipatan peritonium yang

berbentuk kipas atau yang dikenal sebagai mesenterium.

6. Usus besar/Intestinum mayor

Usus besar/Intestinum mayor 1,5m, lebarnya ± 5-6cm. Bagian-bagian usus besar yaitu kolon

asenden panjangnya 13cm, apendik (usus buntu), kolon tranversum panjangnya ± 38cm,

kolon desenden panjangnya ± 25cm, kolon sigmoid, anus.

7. Peritonium (selaput perut)

Peritonium terdiri dari dua bagian yaitu: peritonium parietal yang melapisi dinding rongga

abdomen dan peritonium viseral yang melapisi semua organ yang berada dalam rongga

abdomen. Fungsi peritonium:

a) Menutupi sebagian dari rongga abdomen dan pelvis.

b) Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada dalam rongga peritonium tidak

saling bergesekan.

c) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding posterior

abdomen.

d) Kelenjar limfe dan pembuluh darah yang membantu melindungi terhadap infeksi.

Bagian – bagian hernia:

1) Kantong hernia

Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong,

misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.

2) Isi hernia

Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus, ovarium, dan

jaringan penyangga usus (omentum).


3) Pintu hernia

Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.

4) Leher hernia

Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.

2.1.3. Etiologi

Hernia dapat terjadi karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar,

atau akibat tekanan rongga perut yang meninggi. Adapun beberapa faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya hernia antara lain sebagai berikut:

1. Kongenital

Terjadi akibat prosesus vaginalis peritonium disertai dengan annulus inguinalis yang cukup

lebar, terutama ditemukan pada bayi. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir

atau didapat kemudian dalam hidup. Adapun penyebab kongenital atau bawaan dapat dibagi

menjadi dua berdasarkan kelainannya:

a) Hernia congenital sempurna. Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada

tempat – tempat tertentu.

b) Hernia congenital tidak sempurna. Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia

mempunyai defek pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0 – 1

tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh

kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis).

2. Prosesus vaginalis yang terbuka, yang disebabkan oleh:

a) Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.

b) Batuk kronik, bronchitis kronik, TBC.

c) Hipertropi prostat dan konstipasi.

d) Pekerja keras
3. Kelemahan otot dinding perut, yang disebabkan oleh:

a) Usia tua, sering melahirkan.

b) Perubahan defek setelah appendiktomy

4. Aquisial, aquisial adalah hernia yang terbuka disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi

disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :

a) Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering mengejan

yang baik saat BAB maupun BAK.

b) Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang sedikit.

Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena banyaknya jaaringan lemak

pada tubuhnya yang menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.

c) Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.

d) Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.

2.1. 4. Klasifikasi Hernia

Menurut Sjamsuhidayat, tahun2004 terdapat pembagian hernia atau klasifikasi

hernia. Berikut ini adalah pembagian atau klasifikasi dari hernia:

1. Hernia Menurut Lokasinya.

a) Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Batang usus melewati cincin

abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk ke dalam kanalis inguinalis. Jenis ini

merupakan yang tersering ditemukan atau terjadi pada pasien dan dikenal dengan istilah turun

berok atau burut.

b) Hernia Scrotalis adalah hernia yang terjadi apabila usus masuk kedalam kantung scrotum

ini terjadi bila batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk ke
dalam kanalis inguinalis kemudian masuk kedalam kantong scrotum dan menekan pada isi

kantung scrotum sehingga scrotum membesar.

c) Hernia umbilikus adalah hernia yang tejadi apabila usus masuk melalui prosecus discus

pada pusat atau sering disebut hernia di pusat, hernia jenis ini terjadi pada bayi yang baru

lahir yang disebabkan karena kelainaan kongenital.

d) Hernia femoralis adalah hernia yang tejadi apabila usus masuk melalui prosecus discus di

paha.

2. Hernia Menurut Isinya

a) Hernia usus halus adalah hernia yang terjadi bila yang melewati cincin abdomen adalah

usus halus.

b) Henia Omentum

Hernia omentum adalah hernia yang terjadi bila yang melewati cincin abdomen adalah

penyangga usus. Omentum adalah berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong

hernia, misalnya usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).

c) Hernia Nukleus Pulposus

Adalah jenis hernia yang terjadi apabila, system syaraf pusat atau sumsum tulang belakang

pada vertebra terjepi pada discus vertebrae terjadi karena trauma yang melibatkan tulang

belakang misalmya jatuh dalam posisi terduduk.

3. Hernia Menurut Sifatnya

a) Hernia Reponibel

Isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika mengejan dan masuk jika berbaring atau

didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala.

b) Hernia Ireponibel

Kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga, ini disebabkan oleh perlengketan

isi kantong pada peritonial. Penatalaksanaan harus dengan operasi.


c) Hernia Inkaserata/Hernia Stragulata

Isi hernia terjepit oleh cincin hernia/terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut.

Bagian – bagian hernia :

a) Kantong hernia

Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki kantong,

misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.

b) Isi hernia

Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus, ovarium, dan

jaringan penyangga usus (omentum).

c) Pintu hernia

Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.

d) Leher hernia

Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.

2.1.5. Patofisiologi

Pada hernia karena kelainan kongenital yang terjadi bawaan lahir, kanalis inguinalis

dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke – 8 dari kehamilan, terjadinya desensus

vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah

scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis

peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi

rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum

menutup, karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis

inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini

akan menutup pada usia 2 bulan (Soeparman, dkk. 2014).


Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanal terbuka

terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateralis

kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena usia lanjut, karena pada

umur tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan

jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup

(Soeparman, dkk. 2014).

2.1.6. Manifestasi Klinis

Pada kebanyakan kasus hernia, tanda dan gejala yang sering muncul pada pasien

yang dapat ditemui antara lain:

1. Berupa benjolan keluar masuk/keras

2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan

3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.

4. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi kandung

kencing.

Hernia yang tak memperlihatkan gejala-gejala diketemukan pada waktu

pemeriksaan rutin. Suatu penonjolan atau gumpalan pada skrotum, dan pada waktu batuk dan

defekasi penonjolan semakin menonjol. Juga pada waktu meningkat sesuatu atau kegiatan

fisik lainnya. Pada beberapa kasus tertentu massa menjulur sampai ke dalam skrotum, daerah

pangkal paha terasa tidak enak, terutama kalau hernia membesar

a) Suatu massa di daerah pangkal paha, reponibel atau inkarserata, kadang-kadang sampai ke

daerah skrotum. Pada bayi dan wanita adanya masa itu satu-satunya tanda yang ada. Hernia

kecil yang tak memperlihatkan gejala tak akan terlihat dari luar.

b) Pada anak laki yang lebih besar dan pria, maka harus dilakukan penanganan sebagai berikut.

Skrotum dimasuki jari telunjuk dan jari ditempatkan pada atau melalui annulus inguinalis

eksterna. Instrusikan pada pasien untuk menekan (mengedan) seakan-akan hendak buang air
besar. Ini akan meningkatkan tekanan intraabdominal. Kantung hernia merupakan suatu

struktur bagaikan balon yang menekan jari secara langsung atau dari sisi lateral. Annulus

eksterna yang membesar bukan hernia, meskipun kemungkinan hernia yang menyebabkan

pembesaran itu dan hernia harus dicari dengan cermat kalau annulus cukup besar sehingga

jari telunjuk dapat masuk. Hernia inguinalis paling mudah diperagakan kalau pasien berdiri

tetapi periksalah pasien baik dalam posisi berdiri maupun dalam posisi telentang.

c) Indirek versus direk. Hernia indirek merupakan suatu massa elips yang berjalan turun dan

miring ke dalam kanal inguinalis. Mungkin akan masuk ke dalam skrotum. Massa ini

menekan sisi lateral jari yang dipakai untuk memeriksa. Dengan menekan bagian atas

annulus interna dengan satu tangan maka dapat dicegah jangan sampai hernia masuk ke

dalam kanalis inguinalis.

d) Hernia direk adalah suatu massa sferis, yang jarang turun sampai ke skrotum. Massa itu

menekan jari yang memeriksa langsung dari sebelah depan. Dengan menekan annulus interna

dengan tangan kita tak dapat mengurangi hernia tersebut (Soeparman, dkk. 2014).

2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik

Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau

sebagian daripadanya, melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia

ditemukan di daerah inguinal. Biasanya impuls hernia lebih jelas dilihat daripada diraba.

Jika ada massa skrotum berukuran besar yang tidak tembus cahaya, suatu hernia

inguinal indirek mungkin ada di dalam skrotum. Auskultasi massa itu dapat dipakai untuk

menentukan apakah ada bunyi usus di dalam skrotum, suatu tanda yang berguna untuk

menegakkan diagnosis hernia inguinal indirek. Jika anda menemukan massa skrotum,

lakukanlah transluminasi. Di dalam suatu ruang yang gelap, sumber cahaya diletakkan pada

sisi pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat

ditembus sinar. Transmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga yang
mengandung cairan serosa, seperti hidrokel atau spermatokel. Dalam menegakkan diagnostik

pada penderita hernia dapat dilakukan:

1. Pemeriksaan fisik, pasien diminta untuk mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan

berdiri bila ada hernia maka akan tampak benjolan.

2. Bila sudah ada benjolan dapat diperiksa dengan cara meminta pasien untuk berbaring

bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan intra abdominan, lalu scrotum diangkat

perlahan-lahan.

3. Limfadenopati inguinal. Perhatikan apakah ada infeksi pada kaki sesisi.

Tindakan diagnostik yaitu :

a) Foto thoraks: Menunjukan adanya massa tanpa udara jika omentum yang masuk dan massa

yang berisi udara jika lambung adalah usus yang masuk.

b) Laboratorium : Menunjukan adanya peningkatn pada hasil pemeriksaan SGOT.

c ) EKG : Biasanya dilakukan untuk persiapan operasi.

2.1.8. Penatalaksanaan

Pada hernia inguinalis lateralis responbilitas maka dilakukan tindakan bedah efektif

karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada yang iresponbilitas, maka diusahakan agar isi

hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit

halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik

juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-

ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari

atau menjadi inkarserasi.

Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat. Tindakan

bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit kantong

hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan kantong diikat dan
dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Pada bedah

darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan dipotong.

Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak

dilakukan reseksi usus dan anastomois end to end.

1. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga

atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.

2. Operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.

Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia adalah

hernioraphy, yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.

3. Herniotomi

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong dibuka

dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-

ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Dalam melaksanakan tindakan penatalaksanaan pada pasien dengan hernia maka

yang hal-hal yang harus diperhatikan antara lain adalah prinsip pembedahan:

a) Herniotomi: eksisi kantung hernianya saja untuk pasien anak.

b) Herniorafi: memperbaiki defek, perbaikan dengan pemasangan jaring (mesh) yang biasa

dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukkan melalui bedah terbuka atau

laparoskopik.

Setelah dilakukan tindakan pembedahan herniotomy yang harus diperhatikan adalah

perawatan untuk post operasi:

 Hindari penyakit yang mungkin terjadi yaitu: Perdarahan, Syok, Muntah, Distensi,

Kedinginan, Infeksi, Dekubitus, Sulit buang air kecil.


2.1.8. Komplikasi dan Dampak Pembedahan Herniotomy

1. Hemtoma (luka atau pada skrotum).

2. Retensi urin akut.

3. Infeksi pada luka.

4. Gangguan aktivitas

5. Nyeri kronis.

6. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis

7. Rekurensi hernia (sekitar 2%).

2.2. Konsep Keperawatan Secara Teoritis

2.2.1. Pengkajian

Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan menentukan hasil

dari tahap berikutnya. Pengkajian dilakukan secara sistematis mulai dari pengumpulan data,

identifikasi dan evaulasi status kesehatan klien (Nursalam, 2001).

Pengkajian data fisik berdasarkan pada pengkajian abdomen dapat menunjukan

benjolan pada lipat paha atau area umbilikal. Keluhan tentang aktivitas yang mempengaruhi

ukuran benjolan. Benjolan mungkin ada secara spontan atau hanya tampak pada aktivitas

yang meningkatkan tekanan intra abdomen, seperti batuk, bersin, mengangkat berat atau

defekasi. Keluhan tentang ketidaknyamanan. Beberapa ketidaknyamanan dialami karena

tegangan yang meningkatkan tekanan intra abdomen, seperti batuk, bersin, mengangkat berat

atau defekasi.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan Post Operasi

Menurut Merelyn E, Doengoes (2000), diagnosa keperawatan yang dapat muncul

pada pasien dengan Hernia Scrotalis pasca operasi antara lain sebagai berikut:

1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya konti-nuitas jaringan dan

proses inflamasi luka operasi


2.2.3. Intervensi Keperawatan

Dari beberapa diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan

Hernia pasca operasi, intervensi pada masing-masing diagnosa antara lain sebagai berikut

( Doengoes : 2000: 137) :

1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya konti-nuitas jaringan, dan

proses inflamasi luka operasi

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri dapat berkurang sampai hilang.

Kriteria hasil :

1) Ekspresi wajah pasien rileks dan tidak menahan nyeri


2) Klien menyatakan nyeri berkurang sampai hilang, skala nyeri berkurang
3) Tanda–tanda vital dalam batas normal

Intevensi

a) Monitor tanda–tanda vital pasien sesuai kondisi pasien dan jadwal


Rasional: Tanda-tanda vital merupakan pedoman terhadap perubahan pada kondisi klien dan

abnormalitas pada kondisi klien


b) Kaji nyeri meliputi lokasi, frekuensi, kwalitas dan skala nyeri pasien.
Rasional: Mengetahui status nyeri pada klien
c) Posisikan yang nyaman dengan sokong/tinggikan dengan ganjal pada posisi anatomi

ekstremitas yang sakit dan kurangi pergerakan dini pada area luka operasi
Rasional: Latihan aktivitas bertahan mengurangi respon nyeri tapi tetap pertahan kenyamanan

klien dan mengurangi rasa nyeri klien


d) Ajarkan tekhnik relaksasi dan dextrasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri saat nyeri

muncul.

BAB III
TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini akan dibahas tentang asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien

dengan Diagnosa Medis Hernia Iguinalis lateralis Sinistra Post Operasi Herniotomy di kamar
bedah Rumah Sakit TK.IV Cijantung yang meliputi pokok bahasan: pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi.

3.1 Pengkajian

Pengkajian Asuhan Keperawatan pada An. D dengan Diagnosa Medis Hernia

Iguinalis lateralis Sinistra Post Operasi Herniotomy di Ruang operasi kamar Bedah Rumah

Sakit TK.IV Cijantung, dilakukan pada tanggal 22 Januari 2018 jam 17.00 WIB

3.1.1 Biodata

a. Identitas Pasien

Nama : An. D

Jenis Kelamin : Laki-laki.

Umur : 5 Tahun.

Pendidikan : 1 SD.

Alamat : Jl. Raya Gongseng Gg. Mawar Rt. 7/1 Cijantung

Tanggal Masuk RS : 22 Januari 2018.

Ruang/Kamar : Bedah

Tanggal Pengkajian : 22 Januari 2018.

Diagnosa Medis : Post Operasi Herniotomy

b. Penanggung Jawab

Nama : Tn. A

Hub dengan pasien : Ayah.

Pekerjaan : Swasta.
Alamat : Jl. Raya Gongseng Gg. Mawar Rt. 7/1 Cijantung

3.1.2 Keluhan Utama

Klien mengatakan nyeri pada luka operasi, luka terasa panas dan menusuk selain itu

juga keluarga klien mengatakan klien mengeluhkan mual tapi tidak muntah dan tidak ada

nafsu makan dan nyeri diseluruh bagian perut dan sudah 6 hari klien mngeluhkan belum

BAB.

3.1.9 Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 22 Januari 2018 didapatkan data sebagai

berikut:

Tabel 3.2. Pemeriksaan penunjang laboratorium

N Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


o
1 Hemoglobin 12,6 gr/dl 12 – 14 gram/dl
2 Leukosit 41.700/ul 5.000 – 10.000/ul
3 Hemetokrit 37% 37 – 43 %
4 Trombosit 445.000 /uL 150.000 – 450.000/uL
5 Natrium Darah 136 132 – 145 mmol/L
6 Kalium Darah 5.6 3,1 – 5,1 mmol/L
7 Klorida Darah 101 96 – 111 mmol/L

Pada tanggal pengkajian tanggal 22 Januari 2018, klien An. D mendapatkan terapi

sebagai berikut:

Tabel. 3.3. Program Terapi

No Terapi Dosisi Rute/Cara Efek


1 Cefotaxime Injeksi 300mg/8Jam Intravena Antibiotik
2 Cetrolac Injeksi 8mg/12Jam Intravena Analgetik
3.1.10. Analisa Data

Tabel. 3.4. Analisa data

No Data Fokus Etiologi Problem

1 Data subyektif: Hernia Iguinalis


a) Ibu Klien mengatakan nyeri pada
luka operasi yaitu diperut bagian Gangguan Rasa
bawah, dibawah pusat, nyeri terasa lateralis Sinistra Post Nyaman nyeri
menusuk Operasi Herniotomy
b) Klien mengatakan luka operasi
terasa pedih dan panas Proses
c) Pada pengkajian nyeri, saat di
berikan pilihan rentang nyeri 1–10
pasien mengungkapkan nyerinya pembedahan/
pada angka 7. mengembalikan herniasi
Data obyektif: keposisi semula
a) Ekspresi wajah klien tampak
menahan nyeri.
b) Skala nyeri 7 (sedang) Terputusnya
c) Pasien tampak memegangi bagian
perut dan tampak hati–hati dalam
melakukan pergerakan. kontinuitas jaringan
d) Pada abdomen klien terdapat luka abdomen
operasi pada kuadran abdomen
bagian bawah tepatnya dibawah
umbilicus atas shimpisis pubis, Proses inflamasi
panjang luka kurang lebih 7cm
terdapat jahitan simpul sebanyak 10
simpul, keadaan luka bersih tidak
terdapat pus.
e) Tanda–tanda vital: Peningkatan
TD : 100/70 mmHg
N : 92 x / menit
RR : 24 x / menit Nociceptor/ rangsang
S : 373 oC nyeri

Nyeri akut

3.2. Prioritas Masalah Keperawatan/ Diagnosa Keperawatan

Setelah melakukan pengkajian dan melakukan analisa data pada klien An. A dengan

diagnosa Hernia Scrotalis post operasihari ke II, kemudian penulis dapat menegakkan

diagnosa keperawatan sebagai berikut:

3.2.1. Gangguan Rasa Nyaman nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan, dan

proses inflamasi luka operasi ditandai dengan nyeri pada luka operasi yaitu diperut skala

nyeri 7, ekspresi wajah klien tampak menahan nyeri, klien tampak memegangi bagian perut

dan tampak hati–hati dalam melakukan pergerakan, terdapat luka operasi pada kuadran

abdomen bagian bawah, panjang 7cm jahitan 10 simpul, keadaan luka bersih tidak terdapat

pus dan tanda–tanda vital: Tekanan darah: 100/70 mmHg, Nadi: 92 x / menit, Respirasi: 24

x / menit, Suhu: 373 oC

3.3. Implementasi Keperawatan/ Catatan Keperawatan

Tabel. 3.6. Implementasi Keperawatan/Catatan Keperawatan

Nama : An. D Ruang : Bedah


Umur : 5 tahun Diagnosa : Post Operasi Herniotomy

No Hari No Implementasi Hasil/Respon Paraf


Tanggal/Jam Dx Evaluasi Sumatif
1 2 3 4 5 6
1 Selasa I a) Mengukur tanda–tanda vital,a) Pasien mengatakan nyeri pada
14 Juni 2011 mengkaji skala dan kwalitas luka operasi terasa seperti
12.30wib nyeri. ditusuk-tusuk dan ngilu.
b) Klien mengatakan lebih nyaman
berbaring.
b) Memberikan posisi yangc) Pada pengkajian nyeri ditanya
nyaman pada pasien. tentang nyerinya klien menjawab
c) Menganjurkan pasien untuk didapatkan data skala nyeri 7 dan
nafas dalan untuk mengurangi klien mengatakan mau melakukan
nyeri nafas dalam berulang-ulang.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital: TD:100/70mmHg, Nadi
92x/menit, respirasi 24x/menit,
Suhu 373 oC.
3.4. Evaluasi Keperawatan/Catatan Perkembangan

Tabel. 3.7. Evaluasi Keperawatan/Catatan Perkembangan


Nama : An. D Ruang : Bedah
Umur : 5 tahun Diagnosa : Post Operasi Herniotomy
No Hari No Evaluasi/Catatan Perkembangan Paraf
Tanggal/Jam DX
1 Selasa I Subyektif:
14 Juni 2011 a) Klien mengatakan luka operasi terasa nyeri menusuk dan
17.30wib kaku
b) Klien mengatakan setelah melakukan nafas dalam
berulang kali nyeri sedikit berkurang
c) Keluarga klien mengatakan klien mau melakukan nafas
dalam dan mempraktekan berulang-ulang saat nyeri
muncul dan klien menangis saat nyeri muncul.
d) Saat dilakukan pengkajian nyeri diberi rentang 1-10 klien
menyebutkan nyeri nya berkurang dari 7 menjadi 6.
Obyektif:
a) Klien tampak melakukan nafas dalam
b) Ekspresi wajah klien sedikit rileks saat nafas dalam
c) Terdapat luka operasi di abdomen bagian bawah
Analisa:
Masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi
sebagian.
Planning: Intervensi Dilanjutkan
a) Kaji tanda-tanda vital tiap 8jam atau sesuai kondisi klien
b) Kaji nyeri meliputi lokasi, frekuensi, kwalitas dan skala
nyeri pasien.
c) Ajarkan tekhnik relaksasi dan dextrasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri saat nyeri muncul
d) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan massase pada
area abdomen yang nyeri tapi bukan area luka operasi.

S-ar putea să vă placă și