Sunteți pe pagina 1din 19

STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep


dan Respon atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi
dalam Reformasi Birokrasi1

THE NEW ORGANIZATIONAL STRUCTURE FOR GOVERNMENT


RESEARCH AND DEVELOPMENT INSTITUTE IN INDONESIA: A
Concept and Response in Restructuring and Strengthening
Organizational Policy in Bureaucratic Reforms
Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah,
Budi Triyono, dan Dudi Hidayat

Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi -


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jl. Jend. Gatot Subroto, No. 10, Gd Widya Graha Lantai 8 Jakarta 12720
Email: prak001@lipi.go.id, prakoso.bp@gmail.com

Abstract

Currently, Indonesian research and development (R&D) institutes is not


considered to provide a real and significant contribution to the economy of the
nation. Therefore, it is required institutional reform which is in line with
bureaucratic reform policy. The main reform which is believed to enhance R&D
institutes' role in the economy is the arrangement of organizational structure as
one of bureaucratic reform aspects. This study attempts to analyze the existing
organizational structure and compared to the ideal one. The analysis showed that
the organizational structure of R & D institutes should refer to the latest
developments and demand conditions. It is characterized by its flat and specific
organizational structure, non-bureaucratic management support, simple, and
flexible, as well as the absence of a clear division between their respective
expertise. The new paradigm of organizational structure of R & D institute
emphasis on strict separation between zones and administrative support;
technical scientific zone, and zone facilities and business development.

Keywords: Organizational Structure, Government Research and Development


Institute, Structuring and Strengthening Organizations,
Bureaucratic Reform

1 Naskah diterima : 6 September 2013, Revisi ke-satu pada 15 September 2013, Revisi kedua pada 29 November 2013, disetujui
terbit pada 2 Desember 2013

265 Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

Abstrak

Saat ini lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) di Indonesia


masih dianggap belum mampu memberikan kontribusi nyata dan signifikan bagi
perekonomian bangsa. Kondisi ini menuntut perlunya dilakukan pembenahan
terhadap kelembagaan litbang itu sendiri. Hal itu sejalan Kebijakan Reformasi
Birokrasi, dimana ada sejumlah aspek yang perlu dilakukan
penataan/pembenahan. Salah satunya melalui penataan struktur organisasi.
Penelitian ini merupakan penelitian kebijakan dengan tipe Review of Existing
Research. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur organisasi litbang haruslah
mengacu pada perkembangan dan tuntutan kondisi terkini. Hal ini dicirikan
dengan bentuk organisasi yang ramping dan spesifik, dukungan manajemen yang
tidak birokratis, sederhana, dan fleksibel, serta adanya pembagian yang jelas
antar masing-masing keahlian. Paradigma baru struktur organisasi litbang
menekankan pada pemisahan secara tegas antara zona pendukung dan
administrasi; zona keilmuan teknis, dan zona sarana dan pengembangan bisnis.

Kata Kunci : Struktur Organisasi, Lembaga Penelitian dan Pengembangan,


Penataan dan Penguatan Organisasi, Reformasi Birokrasi

A. PENDAHULUAN Index) menunjukkan daya saing


Penelitian dan pengembangan Indonesia sudah menunjukkan
(litbang) memegang peran penting kemajuan dari urutan 54 pada tahun
dalam pembangunan ilmu 2008 menjadi urutan 38 pada tahun
pengetahuan, teknologi dan inovasi 2013-2014 (Klaus, 2013). Namun
(science, technology and innovation) di demikian, posisi Indonesia masih
suatu negara. Sinergi antara kegiatan berada pada tahap transisi dari negara
litbang dengan kebutuhan berbagai daya saing berbasis sumberdaya (factor
bidang (baik ekonomi, pendidikan, driven) mengarah ke daya saing
pertahanan, sosial dan budaya) menjadi berbasis efisiensi (efficiency driven).
kunci sekaligus kekuatan bagi suatu Artinya, daya saing pembangunan
bangsa untuk mampu beradaptasi masih bertumpu pada penekanan harga
dalam persaingan global. Negara- karena didukung oleh tenaga kerja
negara seperti Jepang, Korea dan kurang terampil dan bahan mentah
Taiwan merupakan contoh bagaimana serta baru sedikit yang mengarah pada
litbang mempercepat kemajuan iptek kualitas proses dan produksi. Posisi
dan inovasi mereka. Meskipun negara- Indonesia ini sama dengan negara-
negara tersebut mempunyai sumber negara seperti Mesir, Brunei dan Sri
daya alam yang relatif terbatas, namun Lanka, namun relatif lebih baik
kekuatan teknologi telah menjadikan daripada India dan Vietnam. Namun
negara tersebut kaya dari keberhasilan demikian, posisi Indonesia masih di
penciptaan produk industri bawah negara sekawasan, sebagai
berteknologi tinggi dan daya saing contoh Cina, Malaysia dan Thailand
yang bertumpu pada kekuatan inovasi. yang telah masuk pada tahap daya saing
Sementara itu, Indeks Daya berbasis efisiensi. Fakta tersebut
Saing Global (Global Competitiveness sejalan pula dengan kinerja ekspor

Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013 266


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

Indonesia yang masih didominasi oleh (2008:16-17) terbentuk dari tiga unsur
produk dengan kandungan teknologi yang terkait satu sama lain, yaitu: 1)
rendah yang sebagian besar merupakan modal manusia; 2) kemampuan
komoditas pokok. organisasi; dan 3) penguasaan
Isu dan permasalahan terkait kompetensi. Ketiganya haruslah
dengan kelembagaan dan organisasi berjalan serentak, di mana kemampuan
litbang juga muncul pada Dokumen organisasi dan penguasaan kompetensi
Kebijakan Strategis Pembangunan itu sendiri pada dasarnya juga
Nasional Bidang Iptek 2010-2014, tergantung pada keunggulan modal
disebutkan pada Lampiran I Nomor manusia yang menanganinya.
193/M/Kp/IV/2010 bahwa Pada perspektif sederhana,
kelembagaan iptek jumlahnya sangat organisasi diyakini sebagai alat untuk
banyak, tapi hanya sedikit yang mencapai tujuan bersama. Pemikiran
merupakan pusat keunggulan (center of ini sejalan dengan Jonker, dkk (2012)
excellence). Selain itu, postur lembaga yang menyatakan bahwa organisasi
litbang pemerintah cenderung kurang memainkan peran kunci dalam
efisien dan efektif, kompetensi inti masyarakat modern, dimana sebagian
lembaga menjadi semakin lemah besar, kekuatan dan produktivitas suatu
karena fungsi yang cenderung meluas, organisasi terletak pada lingkungan,
kemampuan lembaga dalam dan pada organisasi jenis tertentu
membangun jaringan litbang nasional tergantung pada struktur dan perilaku
dan internasional sangat terbatas, organisasi sesuai dengan kondisi
rendahnya anggaran litbang, dan lingkungan. Oleh sebab itu tujuan
kurangnya sarana-prasarana yang untuk menghadirkan masyarakat dan
berkualitas internasional. ekonomi yang berbasiskan
Permasalahan tersebut memerlukan pengetahuan dapat dicapai apabila
penyelesaian yang sistematis karena negara tersebut memiliki organ
berpengaruh terhadap produktivitas (organisasi penelitian dan
SDM dan lembaga litbang itu sendiri. pengembangan) yang sehat. Lakitan
Fakta-fakta di atas menunjukkan (2011) menyatakan bahwa citra
masih banyak permasalahan dalam lembaga penelitian dan pengembangan
pengembangan iptek dan inovasi (litbang) di Indonesia masih belum
nasional. Oleh sebab itu diperlukan positif, terutama karena dianggap
sebuah formulasi yang dapat belum mampu memberikan kontribusi
menumbuhkembangkan aktivitas iptek yang nyata dan signifikan terhadap
dan inovasi tersebut. Masyarakat dan upaya meningkatkan kesejahteraan
ekonomi berbasis pengetahuan rakyat dan memajukan peradaban
diyakini menjadi kunci untuk mampu bangsa, sebagaimana yang
menggerakkan aktivitas tersebut. Akan diamanahkan konstitusi Undang-
tetapi menghadirkan masyarakat dan Undang Dasar 1945, pasal 31 ayat (5):
ekonomi berbasiskan pengetahuan "Pemerintah memajukan iptek dengan
tidaklah tanpa prasyarat. Daya saing menjunjung tinggi nilai-nilai agama
yang menjadi kata kunci dari era dan persatuan bangsa untuk
tersebut berpijak pada keunggulan memajukan peradaban serta
kompetitif. Hal ini menurut Zuhal kesejahteraan umat manusia".

267 Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

Lebih lanjut dijelaskan oleh dalam Peraturan Presiden Nomor 81


Lakitan (2011) bahwa kenyataan ini Tahun 2010 juga menjadi salah satu
terkait dengan isu yang sangat momentum pembenahan struktur
fundamental, yakni orientasi riset yang organisasi atau yang dikenal dalam
dilakukan di sebagian besar lembaga istilah reformasi birokasi sebagai
litbang pemerintah (baik di lingkungan penataan dan penguatan organisasi
perguruan tinggi maupun pada oleh lembaga litbang pemerintah.
kementerian atau lembaga pemerintah Perubahan mendasar dan signifikan
non-kementerian) belum terfokus pada sebagai wujud dari Reformasi
upaya memberikan kontribusi nyata Birokrasi, dimana pemerintah tidak
terhadap upaya memenuhi kebutuhan saja harus bisa menerima kritik dan
atau menyediakan solusi bagi tugas menyelesaikan tuntutan
persoalan yang dihadapi masyarakat, reformasi, dalam waktu bersamaan
pemerintah, atau dunia usaha. juga pemerintah harus mampu
Disinyalir, banyak kegiatan riset yang memangkas wewenang dan
dilakukan masih berupa 'academic meletakkan fungsi dari seluruh
exercise' dan belum secara sensitif aparaturnya pada jalur yang tepat.
merespon realita yang dihadapi. Azizy (2007:2) mengungkapkan
Kondisi semacam ini bahwa perubahan mendasar tersebut
mengisyaratkan perlu adanya haruslah mencakup, perubahan
pembenahan yang dilakukan oleh kelembagaan (organisasi), sistem
organisasi ataupun kelembagaan kerja, dan bahkan mind-set pelakunya.
litbang untuk mampu menjawab Kondisi ini sejalan dengan cita-cita
tantangan dan keluar dari penataan dan penguatan organisasi
permasalahan yang ada saat ini. Hal ini dalam reformasi birokrasi yang
sejalan dengan pemikiran Kusdi bertujuan untuk meningkatkan
(2009:30) yang menyatakan bahwa efektivitas dan efisiensi pelaksanaan
organisasi dapat dibayangkan sebagai tugas dan fungsi Kementerian atau
aliran yang cair dan terus Lembaga dan terhindarkannya
bertransformasi. Intinya adalah duplikasi tugas dan fungsi yang dapat
perubahan, bahwa organisasi adalah mendorong percepatan reformasi
suatu entitas yang terus menerus birokrasi.
berubah. Polanya bisa berupa feed- Berdasarkan latar belakang
back atau umpan balik terhadap diatas dan sejumlah kondisi terkait
kesalahan-kesalahan sebelumnya. dengan organisasi/kelembagaan
Atau, melalui teknik 'autopoiesis' litbang yang ada saat ini, maka penting
dimana organisasi mengubah dirinya untuk memberikan kontribusi berupa
dengan cara mengubah lingkungannya. saran pemikiran yang dapat
Atau, bisa juga melalui dialektika, mendudukkan permasalah dengan
dimana suatu fenomena memunculkan menempatkan litbang sebagaimana
fenomena lain yang berlawanan (aksi- fungsinya dan sesuai dengan
reaksi). kekhususan yang dimiliki organisasi
Hadirnya kebijakan reformasi tersebut. Makalah ini memberikan
birokrasi terkini melalui Grand Design pemikiran (konsep) penataan struktur
Reformasi Birokrasi yang dituangkan organisasi lembaga litbang yang

Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013 268


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

umumnya ada di Indonesia saat ini. terus menerus menjadi lebih baik.
'Make Sense' inilah yang kemudian
B. METODE PENELITIAN menjadikan organisasi harus terampil
Penelitian ini menggunakan tipe dalam menyusun sumber daya
penelitian kebijakan Review of Existing informasi dan kapabilitas,
Research (S.Dukeshire & J. Thurlow, mentransformasi informasi ke dalam
2002). Penelitian kebijakan dengan tipe pengertian dan pengetahuan, dan
ini terfokus dan secara selektif menyebarkan pengetahuan tersebut
melakukan telaahan terhadap bahan- melalui inisiatif dan pola-pola tindakan
bahan tertulis dan temuan penelitian sehingga organisasi belajar dan adaptif
yang ada serta relevan dengan dengan perubahan lingkungan.
pertanyaan penelitian, yaitu konsep Kondisi ini haruslah dimiliki oleh
baru penataan struktur kelembagaan organisasi litbang terlebih sifat dari
penelitian dan pengembangan organisasinya yang khas.
pemerintah di Indonesia. Organisasi litbang memiliki
Proses penelitian ini selain sifat yang unik dan cenderung dapat
melakukan telaahan artikel yang dikatakan memiliki karakteristik yang
dipublikasikan dan berbagai sumber khas (B. Triyono, & P.B. Putera, 2013).
lainnya seperti dokumen yang tidak Keunikan tersebut menurut Kersanah
dipublikasikan, juga melakukan (1993) dapat terlihat karena
diskusi dengan para pakar dan kegiatannya lebih banyak berhubungan
stakeholder. Majchrzak (1984) dengan ide dan pengetahuan dari pada
menyatakan bahwa sumber informasi dengan fisik, volume pekerjaan lebih
yang digunakan hanya yang secara mengarah kepada hal-hal baru,
langsung berkontribusi dalam proses kebutuhan akan tenaga kerja yang
telaahan terhadap topik penelitian. profesional terlatih, kendala waktu,
dan sifat inovatif yang mengambil
C. KERANGKA KONSEP resiko. Kersanah juga menjelaskan
Pada penelitian ini ada sejumlah bahwa tugas pokoknya dari organisasi
konsep yang menjadi dasar pemikiran. litbang dilaksanakan oleh sekelompok
Konsep-konsep tersebut terakumulasi tenaga profesional yang mempunyai
dalam dalam tiga konsep besar yaitu kemampuan dalam hal penelitian atau
karakteristik organisasi litbang, konsep yang dikenal dengan sebutan peneliti.
struktur organisasi dan mekanisme Keberhasilan organisasi litbang dalam
koordinasi, dan ukuran kinerja mencapai tujuannya yaitu
organisasi litbang. Ketiga konsep menghasilkan ilmu dan teknologi
tersebut dijabarkan sebagai berikut. sangat ditentukan oleh prestasi kerja
para penelitinya.
Karakteristik Organisasi Litbang Kersanah (1993) memberikan
Maksum (2010) menilai bahwa gambaran mengenai suatu organisasi
letak persoalan kelitbangan di litbang yang produktif akan
Indonesia adalah menemukan level mempunyai keadaan sebagai berikut:
pengetahuan organisasi yang paling 1) tenaga peneliti yang mempunyai
'make sense' sehingga dapat menjadi kemampuan yang tinggi, peka terhadap
dasar untuk pengembangan organisasi kebutuhan dan pengakuan atas hasil

269 Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

kerjanya; 2) mempunyai standar etika Kepemimpinan, dan Organisasi


dan integritas yang tinggi; 3) Lateral" menyatakan bahwa organisasi
berorientasi pada pencapaian tujuan sebagai sistim terbuka, dimana
dan terciptanya cara kerja yang sehat; penggambaran atau metaphors
4) mampu mendorong usaha-usaha organisasi tersebut dapat membantu
yang inovatif sehingga terciptanya memberikan pengertian dan
suasanaa kreatif dan produktif tanpa mengelola organisasi secara baik.
melakukan pengawasan yang ketat; Sebagai contoh, organisasi dapat
dan 5) bergairah dalam mencari digambarkan sebagai mesin yang
peluang baru dengan penuh keyakinan. setiap komponennya telah terbagi
Sementara itu, Rahardjo (2008) dengan pasti dan masing-masing
menegaskan mengenai kondisi ideal komponen tersebut memiliki peran
organisasi litbang sebagai center of yang jelas. Metaphor mesin ini telah
excellence yang tercermin dari: 1) terinstitusi dalam bentuk organisasi
organisasi ramping dan spesifik, birokrasi yang ditemukan pada
dimana manajemen harus tidak berbagai organisasi sektor publik
birokratis, sederhana, dan fleksibel. tradisional. Secara umum terdapat
Sistem reward dan punishment asumsi dasar dan karakteristik umum
diterapkan secara jelas dan tegas; 2) mesin birokrasi yang diuraikan oleh
program fokus dan terpadu serta Legino (2012) sebagai berikut (Tabel
berkesinambungan (pengembangan 1).
teknologi yang mendukung sektor Secara sederhana, struktur
prioritas); 3) sumber pendanaan bisa organisasi dapat didefinisikan sebagai
dari pemerintah maupun swasta, bagan yang merepresentasikan
kegiatan yang bersifat technology push keseluruhan cara bagaimana kerja
didanai oleh APBN, sedangkan market organisasi dibagi ke dalam tugas-tugas
pull didanai oleh industri; 4) kualitas yang saling berbeda, dan bagaimana
dan kuantitas sumberdaya iptek (SDM, tugas-tugas ini dikoordinasikan
sarana dan prasarana) memadai, khusus (Mintzberg, 1993). Dengan demikian,
untuk SDM dukungan lebih banyak dalam masalah rancangan struktur
dari sisi kuantitas fungsional dari pada organisasi terdapat dua isu utama, yaitu
struktural; 5) hasil litbang pertama berhubungan dengan
dimanfaatkan oleh industri dalam dan pembagian tugas atau perkerjaan dan
luar negeri dalam bentuk lisensi kedua berhubungan dengan
ataupun spin-off industri baru; 6) mekanisme pengkoordinasian bagian-
diversifikasi produk litbang; dan 7) bagian yang melaksanakan tugas
kebijakan manajemen diarahkan untuk tersebut.
memperkuat intangible asset seperti Struktur organisasi sebagai
human capatila, modal infrastruktur wujud dari desain organisasi menurut
dan organisasi. Sutanto dan Johan (2006) sangat
ditentukan oleh tingkat formalisasi
Konsep Struktur Organisasi dan yang dilakukan, tingkat sentralisasi
Mekanisme Koordinasi dalan organisasi, kualifikasi karyawan,
Legino (2012) dalam artikelnya span of control yang ada serta
yang berjudul "Dilema Organisasi, komunikasi dan koordinasi yang ada

Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013 270


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

Table 1. Asumsi Dasar dan Karakteristik Umum Mesin Birokrasi


Machine Bureaucracy Weberian Model Classical Management
(Mintzberg, 1993) (Katz and Kahn, 1978) (Morgan, 1997)
Pembagian tugas/spesialisasi
Depersonalisasi tempat Kepentingan individu berada
yang tajam sertu prosedur yang
bekerja dibawah kepentingan umum
sangat formal
Unit yang relatif besar dan Kesatuan komando dan Kesatuan komando dan
kewenangan terpusat dalam pemusatan pengambilan pemusatan pengambilan
pengambilan keputusan keputusan keputusan
Pemilahan tugas, lini dan staf,
Sangat terikat dengan
Tidak ada duplikasi fungsi, serta pembatasan rentang
pembagian tugas berdasarkan
peran, dan proses pekerjaan kendali
fungsional
Memiliki struktur administrasi Mata rantai pekerjaan,
Standarisasi unjuk kerja setiap
yang rumit dengan pemisahan kewenangan, dan tanggung
peran
yang tegas antara lini dan staf jawab yang teratur

Pekerjaan operasional yang Keseragaman dalam praktek Masa kerja pegawai yang
rutin pelaksanaan pekerjaan stabil dan pentingnya jiwa
korsa
Diwarnai oleh berkembang
Imbalan berdasarkan jasa
biaknya berbagai peraturan,
atau manfaat yang diberikan Keseragaman dan kedisiplinan
prosedur, dan tata -cara
(merit)
berkomunikasi
Sumber: Legino (2012)

dalam organisasi. Hal ini diungkapkan tersebut; 3) Mechanistic, pada


pula oleh Robbins (2003:136), dan organisasi ini terdapat ciri-ciri yaitu:
membagi bentuk desain organisasi adanya tingkat formalisasi yang tinggi,
dalam 4 bentuk, yaitu 1) Organic, pada tingkat sentralisasi yang tinggi,
organisasi yang berbentuk organic, training atau pengalaman kerja yang
maka dalam organisasi ini terdapat sedikit atau tidak terlalu penting, ada
tingkat formalisasi yang rendah, span of control yang lebar serta adanya
terdapat tingkat sentralisasi yang komunikasi yang bersifat vertikal dan
rendah, serta diperlukan training dan tertulis; dan 4) Mostly Mechanistic,
pengalaman untuk melakukan tugas organisasi ini memiliki ciri adanya
pekerjaan. Selain itu terdapat span of formalisasi dan sentralisasi pada
control yang sempit serta adanya tingkat moderat, adanya training-
komunikasi horisontal dalam training yang bersifat formal atau
organisasi; 2) Mostly Organic, pada wajib, span of control yang bersifat
organisasi yang berbentuk ini, moderat serta terjadi komunikasi
formalisasi dan sentralisasi yang tertulis maupun verbal dalam
diterapkan berada di tingkat moderat. organisasi tersebut.
Selain itu diperlukan pengalaman kerja Struktur organisasi menurut
yang banyak dalam organisasi ini. Mintzberg dapat dikelompokkan ke
Terdapat span of control yang bersifat dalam lima kelompok, yaitu: 1)
antara moderat sampai lebar serta lebih Pekerjaan Pokok (Operating core),
banyak komunikasi horisontal yang merupakan pekerjaan utama organisasi
bersifat verbal dalam organisasi dalam menghasilkan produk atau

271 Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

layanan yang dihasilkan organisasi; 2) kerja dan output dalam organisasi; dan
Manajer Puncak (Strategic apex) 5) Staf pendukung (Support staff)
adalah tempat para manajemen puncak adalah para spesialis yang mendukung
berada; 3) Manajer Menengah (Middle organisasi di luar pekerjaan pokok
line), yaitu tempat para manajer yang organisasi. Secara diagramatik, kelima
berada antara manajer puncak dengan komponen struktur organisasi tersebut
pekerjaan pokok; 4) Technostructure, dapat dilihat dalam gambar berikut.
dimana para analis yang merancang (Gambar 1)
sistem yang menstandarisasi proses

Sumber: Mintzberg, 1993

Gambar 1.
Pembagian Kelompok Pada Struktur Organisasi (Mintzberg)

Berdasarkan Gambar 1, dapat ini merupakan perangkat yang dimiliki


diketahui bahwa struktur yang oleh manajemen puncak untuk
menghubungkan manajemen puncak, melaksanakan otoritasnya. Dengan
manajemen dan operating core demikian, pemegang kendali
digambarkan sebagai satu bentuk yang organisasi adalah manajemen puncak
menyatu tidak terpisahkan. Hal ini yang dibantu oleh technostructure dan
dimaksudkan untuk mengindikasikan staf pendukung dalam melaksanakan
adanya hirarki otoritas dari manajemen fungsi kendali.
puncak ke manajemen menengah Karena kendali ada di tangan
k e m u d i a n k e o p e r a t i n g c o re . manajemen puncak, maka setiap
Sementara itu, technostructure dan staf bentuk kegagalan kendali terhadap
pendukung digambarkan terpisah b e r o p e r a s i n y a o p e r a t i n g c o re
untuk mengindikasikan tidak adanya merupakan tanggung jawab
hirarki otoritas. Karena kedua struktur manajemen puncak, meskipun

Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013 272


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

kegagalan kendali terjadi pada level dan dicarikan solusinya. Hal lain yang
manajemen menengah. Dengan kata perlu dicatat adalah adanya struktur
lain, kegagalan organisasi mencapai informal yang menciptakan alur
tujuannya yang disebabkan oleh informasi dan komunikasi antar
kurang berfungsinya operating core berbagai unsur dalam organisasi yang
merupakan tanggung jawab berbeda dengan alur formal. Alur
manajemen puncak. komunikasi informal tidak jarang
Salah satu esensi dari struktur sangat diperlukan bagi kelancaran
organisasi adalah pembagian tugas operasional organisasi.
yang jelas antar berbagai unsur dalam Di samping struktur yang tepat,
struktur. Sebagai contoh, pekerjaan kelancaran operasional organisasi
perencanaan dan rancangan organisasi sangat ditentukan oleh mekanisme
merupakan tugas dari para analis di koordinasi antar berbagai unsur dalam
technostructure, bukan tugas para struktur. Pada dasarnya, mekanisme
manajer menengah. Namun dalam koordinasi dapat dikelompokkan ke
banyak organisasi kelitbangan dalam lima jenis:
seringkali terjadi bahwa manajer a. Mutual adjustment: dua orang atau
menengah merupakan Kepala lebih berkomunikasi secara
Pusat/Biro, bahkan tidak jarang informal untuk mengkoordinasikan
manajer puncak mendapat tugas ini. pekerjaan mereka yang saling
Padahal seharusnya manajer puncak terkait.
hanya menjadi penanggung jawab dan b. Supervisi langsung: satu pihak
mengkoordinasikan technostructure memberikan perintah pada pihak
untuk melakukan pekerjaan seperti ini. lain.
Hal ini menyebabkan perhatian para c. Standarisasi proses kerja: satu pihak
manajer puncak terhadap hal-hal yang merancang prosedur kerja pihak
strategik menjadi teralihkan dan lain untuk memastikan bahwa
manajer menengah yang seharusnya semua pekerjaan terkoordinasi.
mengelola operasional satker menjadi d. Standarisasi output (hasil kerja):
terpecah. Pada gilirannya, hal ini satu pihak menetapkan spesifikasi
menyebabkan kualitas pengelolaan output dari pekerjaan pihak lain.
yang rendah dan juga kualitas e. Standarisasi keahlian: memberikan
perencanaan dan rancangan organisasi pelatihan sehingga anggota
yang tidak baik. organisasi dapat berkoordinasi
Kondisi saat ini sering terdengar secara mandiri dengan yang
penilaian bahwa unsur perencana lainnya.
dalam struktur organisasi kelitbangan Kelima jenis mekanisme koordinasi ini
hanya menjalankan fungsi menerima dapat terjadi secara bersamaan dalam
dan kemudian mengirimkan kembali satu organisasi dan bauran kelimanya
kepada pihak-pihak terkait dengan dapat dioptimalkan bagi kelancaran
rancangan program litbang tanpa operasional organisasi.
adanya proses telaahan terhadap
subtansi, telaahan hanya dilakukan Ukuran Kinerja Organisasi Litbang
terhadap mata anggaran saja. Umumnya sebuah organisasi
Kebenaran penilaian ini perlu ditelaah pasti memiliki ukuran-ukuran untuk

273 Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

melihat ataupun mengukur sejauh banyak. Misalnya, LIPI memiliki


mana organisasi tersebut berjalan struktur organisasi, dari atas dimulai
ataupun menggerakkan organ- dari deputi/sekretaris utama (eselon 1),
organnya dalam mencapai tujuan. setiap deputi terdiri dari sejumlah pusat
Organ-organ tersebut sangat penelitian (eselon II) dan setiap pusat
tergantung dari struktur organisasi penelitian memiliki beberapa bidang
yang membungkus organ teresebut. penelitian.
Ada sejumlah riset yang pernah Belum berakhirnya diskusi
dilakukan untuk mengetahui sejauh mengenai permasalahan dan
mana kinerja organisasi, termasuk diperolehnya jalan keluar dari ketiga
organisasi litbang. permasalahan, maka muncul istilah
Selama ini jika berbicara baru yang diproklamirkan oleh
mengenai kinerja lembaga litbang, sebagian besar lembaga, unit, ataupun
maka alat ukur yang umumnya organisasi litbang di Indonesia yaitu
digunakan adalah delapan indikator, "berkelas dunia". Pengistilahan ini
yaitu paket teknologi, produk baru, boleh jadi sebagai pelecut dari
layanan jasa, HAKI/paten, disain/ keinginan untuk menjadi yang terbaik
sistem/model, rekomendasi/ dan memberikan kontribusi nyata
kebijakan/studi kelayakan, prototipe, terhadap kemampuan bangsa dari riset
dan publikasi ilmiah. Namun, ukuran yang dilakukan.
tersebut sering kali menimbulkan Jika berkaca pada istilah
masalah. Hasibuan, dkk (2007) berkelas dunia ataupun terbaik di dunia
mengungkapkan bahwa pengukuran "world class" maka terlintas bahwa
kinerja lembaga litbang di Indonesia kinerja yang diberikan (produk ataupun
seringkali menimbulkan masalah, jasa) memiliki standar dan
khususnya tentang konsep kinerja dan prima/sempurna. Khususnya untuk
indikatornya. Ada tiga permasalahan lembaga litbang maka label "berkelas
utama, yaitu pertama, Lembaga litbang dunia" tidak saja diakui oleh
yang ada terbagi dalam dua bidang kelompoknya (peers), namun juga oleh
besar, yaitu (a) non-sosial dan (b) para pesaingnya (competitors) sebagai
sosial. Perbedaan antara bidang litbang salah satu organisasi terbaik di
ini seringkali menyulitkan untuk bidangnya di tingkat dunia, yang
menyepakati kinerja dari bentuk ditetapkan ukurannya ke dalam
lembaga litbang ini. Kinerja apa saja di beberapa atribut.
antara kedua lembaga litbang ini yang Putera (2012) menjelaskan
dapat berlaku pada keduanya masih bahwa sistem pengukuran kinerja
menjadi satu pertanyaan. merupakan suatu sistem yang
Ke-dua, sesuai dengan visi dan berkembang terus menerus. Pada tahun
misi yang diembannya oleh setiap 2011 sekelompok peneliti dari LIPI
organisasi litbang sehingga mengembangkan indikator
memunculkan indikator-indikator pengukuran kinerja lembaga litbang
kinerja sendiri. Ketiga, lembaga litbang berkelas dunia. Dasar pengukuran
khususnya yang dikelola oleh kinerja ini diperoleh dari sejumlah hasil
pemerintah mempunyai struktur riset sebelumnya dan mempertim-
organisasi yang jenjangnya cukup bangkan ukuran kinerja yang ada

Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013 274


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

dibeberapa lembaga litbang di dunia dalam mengelola beragam kegiatan


dan masuk dalam kategori kelas dunia. riset, dan sekaligus menunjukkan
Ukuran kinerja tersebut dibagi kepercayaan pemangku kepentingan
atas empat bagian yaitu input, proses, terhadap unit/lembaga litbang.
output, dan outcomes. Kategori input Selanjutnya indikator yang digunakan
merupakan bahan atau rangsangan adalah kerjasama penelitian.
yang diterima oleh sistem untuk di Kerjasama penelitian dititik beratkan
proses. Kinerja indikator input terlebih pada hubungan pengelolaan riset
dahulu melihat pada rasio jumlah antara lembaga dengan perguruan
peneliti terhadap jumlah tenaga litbang, tinggi, pusat-pusat riset lain, ataupun
selain itu komposisi jenjang fungsional dengan lembaga donor. Indikator ini
peneliti dan sebaran rasio tenaga memberikan penjelasan mengenai
peneliti terhadap tenaga penunjang sejauh mana kegiatan jejaring dan
menjadi alat bantu dalam argumentasi komunikasi riset yang dilakukan oleh
dari indikator ini. Indikator kedua tiap lembaga. Indikator ketiga dari
dalam kategori input adalah fasilitas. pengukuran kinerja proses merujuk
Penilaian fasilitas pada dibagi dalam pada kuantitas mendokumentasikan,
tiga kelompok, yaitu fasilitas umum, edisi, menterjemahkan buku.
khusus, dan terstandardisasi. Ukuran Pengukuran kinerja proses juga
selanjutnya yang masuk dalam kategori mengacu pada indikator
ini adalah jurnal yang telah dipublikasi menyelenggarakan kongres/
atau yang dikenal dengan kepemilikan konferensi, workshop, dan pelatihan.
jurnal. Publikasi jurnal merupakan Menyelenggarakan kegiatan semacam
penerbitan jurnal ilmiah baik yang kongres/konferensi, workshop, dan
terakreditasi ataupun tidak pelatihan menunjukkan kemampuan
terakreditasi yang dilakukan oleh suatu dalam mengorganisir kegiatan ilmiah
lembaga litbang. Komponen penilaian sekaligus menunjukkan keunggulan
kinerja selanjutnya adalah dalam berjejaring dan adanya
berlangganan data base. Indikator pengakuan dan kepercayaan dari
kelima yang menjadi komponen komunitas ilmiah terhadap unit litbang
penilaian kinerja input adalah proporsi penyelenggara. Indikator ini
biaya riset terhadap total biaya dalam dimasukkan dalam ukuran kinerja,
aktivitas litbang. Indikator ini karena selama ini peneliti dari unit
digunakan untuk melihat besaran litbang menyukai mengikuti kegiatan
(dalam proporsi) biaya riset yang kongres/konferensi, workshop, dan
dialokasikasikan terhadap total biaya pelatihan dari pada menyelenggarakan.
dalam keseluruhan aktivitas litbang Sementara kinerja output yang
oleh suatu lembaga litbang. merupakan hasil dari aktivitas litbang
Kinerja pada kategori proses yang dilakukan. Kinerja kategori
lebih pada aktivitas yang merubah output pada sebuah unit litbang sering
masukan menjadi luaran. Indikator diukur dengan indikator paket
pertama yang digunakan adalah rasio teknologi, produk baru, prototype,
jumlah kegiatan riset terhadap jumlah HKI/paten, rekomendasi, layanan jasa,
tenaga peneliti. Indikator ini disain/sistem/model dan publikasi
menunjukkan kemampuan unit litbang ilmiah. Namun, untuk kategori kelas

275 Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

Sumber: Surminah, dkk (2012)


Gambar 2.
Kriteria Lembaga Litbang Berkelas Dunia

dunia menggunakan 4 indikator dalam kinerja output adalah menghasilkan


mengukur kinerja output dari unit riset tesis yang terkemuka di bidangnya.
setingkat pusat penelitian. Keempat Kemampuan membimbing dalam
indikator tersebut adalah jumlah menghasilkan penelitian bagi master
naskah yang diterbitkan, Selanjutnya dan doktoral baik skala penelitian
pengukuran kinerja output adalah laboratorium ataupun lapangan, dan
penemuan atau Pengetahuan (know konsep menjadi salah satu ukuran
how) yang didaftarkan. Indikator ini dalam menilai kinerja unit riset.
umumnya melihat pada HKI/paten Kinerja outcomes merupakan
yang dihasilkan oleh unit riset. Disain, indikator yang memperlihatkan
konsep, model, kebijakan, pilot project, pengaruh sebagai akibat yang
contoh produk/bahan, prototype ditimbulkan dari manfaat hasil
menjadi indikator ketiga dari kinerja kegiatan dari unit riset. Indikator
output. Indikator ini menunjukkan dampak baru dapat diketahui dalam
kemampuan litbang dalam mendukung jangka waktu menengah dan panjang.
industri dan pemecahan permasalahan Ada lima indikator yang digunakan
bangsa masyarakat dengan ditunjukkan untuk mengukur kinerja (dampak) dari
dalam kemampuan menghasilkan sebuah unit riset, mulai dari kontrak
disain, konsep, model, kebijakan, pilot kerjasama dengan pengguna,
project, contoh produk/bahan, ataupun penghargaan peneliti merupakan
prototype. Indikator keempat dari indikator kinerja dampak yang kedua.

Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013 276


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

Indikator ini merupakan bentuk "Transformasi Institusi Penelitian dan


pengakuan dari pihak luar atas Pengembangan di Indonesia"
pertimbangan kontribusi penelitian menghasilkan simpulan bahwa institusi
ataupun kegiatan ilmiah terhadap suatu Litbang di Indonesia memang
aspek riset dan pengembangan. mengalami perkembangan yang sangat
Indikator ketiga dari kinerja dampak maju sejak keluarnya UU Nomor 18
adalah pendapatan yang dihasilkan dari Tahun 2002 tentang Sistem Nasional
penjualan dan alih teknologi. Indikator Penelitian, Pengembangan dan
ini menunjukkan kemampuan unit riset Penerapan Ilmu Pengetahuan dan
dalam komersialisasi inovasi yang Te k n o l o g i . N a m u n d e m i k i a n ,
dihasilkan. Keempat indikator perkembangannya tidak diikuti dengan
pertumbuhan penjualan dan ekspor kinerja yang baik. Berbagai faktor
yang dihasilkan dari riset dan aktivitas menjadi penyebab penghambat kinerja
pembangunan. Ukurannya adalah pada institusi litbang di Indonesia.
persentase dari total pendapatan Faktor tersebut dapat dipetakan ke
komersialisasi hasil litbang terhadap dalam lima kelompok yaitu anggaran
pendapatan nasional. Kelima adalah penelitian, sumber daya peneliti, sarana
mampu mengatasi hambatan dan dan prasarana penelitian, kinerja
mengoptimalkan unit industri, institusi litbang, dan kebijakan litbang
masyarakat dan bangsa. yang sudah ada. Terkait dengan
Keempat kategori dari anggaran penelitian ada beberapa
pengukuran kinerja ini setidaknya permasalahan yang muncul yaitu
memberikan indikator yang tidak anggaran litbang di Indonesia masih
hanya merujuk pada nilai-nilai kecil, anggaran dianggap besar tetapi
kuantitaif yang umumnya digunakan, tidak terfokus karena ego sektoral atau
tetapi telah memasukkan unsur ego kelembagaan, anggaran penelitian
penilaian kualitatif dari sebuah belum melibatkan swasta/industri,
lembaga litbang itu sendiri. serta kebijakan dan tata kelola
anggaran yang tidak mendukung.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN Masalah dalam sumber daya penelitian
Berdasarkan sejumlah meliputi peneliti yang berkualitas
karakteristik yang ada, maka dapat memilih bekerja di luar negeri, peneliti
disimpulkan bahwa organisasi litbang dianggap sama dengan pegawai negeri
memiliki kecenderungan beriorientasi sipil biasa, budaya penelitian belum
pada hasil, dimana hasil tersebut melekat pada setiap fungsional peneliti,
diperoleh melalui kegiatan kelitbangan reward yang masih kurang, sistem
dan dilakukan oleh tenaga profesional pembinaan yang tidak berjalan, peneliti
(fungsional peneliti ataupun dibebani tugas non penelitian, serta
perekayasa). Organisasi litbangpun lemahnya kepemimpinan di lembaga
dicirikan cenderung ramping dan penelitian. Terkait dengan sarana dan
spesifik, dan dukungan manajemen prasarana penelitian, terdapat masalah
yang tidak birokratis, sederhana, dan yaitu kurangnya fasilitas penelitian,
fleksibel. kesulitan melakukan resource sharing,
Lina Miftahul Jannah (2013) tidak terencananya pengadaan sarana
dalam penelitian yang berjudul dan prasarana, dan mahalnya

277 Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

melakukan penelusuran informasi. Salah satu rekomendasi yang


Pada kinerja institusi litbang diberikan oleh L.M. Jannah (2013)
ditemukan masalah-masalah yaitu adalah penataan organisasi litbang di
publikasi ilmiah yang masih rendah, Indonesia. Penataan struktur organisasi
pemanfaatan hasil penelitian yang juga tidak dapat dipisahkan dari
masih rendah, dan jumlah paten dan perencanaan sebuah organisasi baru,
lisensi yang juga masih terbatas. atau yang dikenal dengan desain
Kebijakan litbang yang ada hanya organisasi. Sejak awal tahun 1970-an
sedikit yang memiliki relevansi dalam konsep desain organisasi sangat
terhadap pengembangan riset dan populer dengan "The Star Model" atau
pemanfaatannya, dan kadang yang dikenal dengan "Jay Galbraith
membingungkan pihak-pihak terkait Model Star" (lihat Gambar 3). Model
karena adanya disharmonisasi ini menurut Kesler dan Kates (2010)
kebijakan. terbukti mampu memberikan arah

Sumber: Kesler dan Kates (2010)

Gambar 3.
Jay Galbraith Model Star

Dalam "Jay Galbraith Model pengambilan keputusan. Ketiga adalah


Star" menurut Kesler dan Kates (2010), proses yang harus dilakukan melalui
desain tersebut memiliki lima alur informasi, yaitu dengan cara
komponen, pertama adalah strategi penggunaan teknologi informasi.
yang berfungsi untuk menentukan arah. Keempat adalah penghargaan yang
Kedua adalah struktur yang berfungsi untuk mempengaruhi
menentukan posisi kekuasaan dalam motivasi orang agar melakukan dan

Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013 278


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

taat akan tujuan organisasi. Kelima kredibiltas lulusan pendidikan S1,


terdiri dari kebijakan yang terkait S2 dan S3 pada fakultas-fakultas
dengan orang (kebijakan sumber daya (Research for creating the high
manusia), yang mempengaruhi dan quality of university graduates),
sering menentukan pola pikir dan dimana penguasaan pengetahuan
keterampilan pegawai. melalui riset bukan tujuan
Konsep semacam ini dapat perguruan tinggi tetapi sarana untuk
dikatakan sebagai "Form follows meningkatkan kualitas dan
Function" (Hinrichs, 2009). Dimana kredibilitas pendidikan tinggi. Ada
desain tersebut acap kali dihadapkan beberapa Univerisitas riset sedang
pada kemampuan untuk menjadikan merintis orientasi riset untuk
organisasi yang dirancang memiliki kemajuan ilmu pengetahuan
efektivitas dalam menjalankan (Research for science
fungsinya. Tugas ini semakin berat advancement).
apabila organisasi yang akan dirancang 4. B a d a n P e n e l i t i a n d a n
memiliki karakteristik, seperti halnya Pengembangan di Kementerian
lembaga litbang. ataupun Badan Penelitian dan
Setiap organisasi kelitbangan Pengembangan di Daerah
yang ada di Indonesia memiliki ciri berorientasi riset untuk mendukung
khas. Ke'khas'an itulah yang kebijakan kementerian dan daerah
membedakan dengan setiap organisasi masing-masing (Research for
kelitbangan yang ada di Indonesia saat justfying sectoral policies).
ini seperti LIPI, BPPT, BATAN, Ciri khas yang membedakan
lembaga penelitian perguruan tinggi, tersebut pada akhirnya membawa
lembaga penelitian kementerian, kesimpulan bahwa sebuah organisasi
lembaga penelitian daerah, dan lain- kelitbangan yang berorientasi pada
lain. Secara kelembagaan resmi yang penelitian untuk kemajuan ilmu
tampak dari struktur organisasi, jelas pengetahuan (research for science
bahwa: advancement) haruslah menetapkan
1. LIPI berorientasi riset untuk pengertian science advancement
kemajuan ilmu pengetahuan terlebih dahulu. Science advancement
(Research for science itu sendiri dapat terlihat dari visi dan
advancement), dengan 5 deputi misi dari organisasi tersebut. Capaian
keilmuan. dari science advancement dapat
2. BPPT berorientasi riset untuk diketahui dari ukuran-ukuran kinerja
penerapan teknologi (Research for yang telah dikembangkan berdasarkan
technology application) di sektor ukuran litbang berkelas dunia.
tertentu, dengan 5 deputi (SDA; Berdasarkan kondisi yang ada
agro industri dan bioteknologi; dan pendekatan terhadap organisasi
informasi, energi dan material; litbang, maka pendekatan yang
industri rancang bangun dan realistik di dalam organisasi litbang
rekayasa; dan kebijakan teknologi). untuk keberhasilan mencapai tujuan
3. Perguruan Tinggi umumnya adalah dengan division of labour yang
berorientas riset untuk clear-cut (tegas) antar masing-masing
meningkatkan kualitas dan manajemen atas dan manajemen

279 Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

menengah. Istilah 'division of labor' penerapan iptek mesin mekanik.


atau pembagian tugas yang jelas, Untuk melancarkan koordinasi
adalah asas dasar membangun antar manajemen atas dan manajemen
kompetensi, setiap puslit membangun menengah dalam pelaksanaan program
komptensi bidang keilmuan, setiap dan jasa yang memerlukan keterlibatan
individu dalam puslit membangun banyak kompetensi (multidisplin) dan
kompetensi keilmuan peneliti, banyak fungsi (multifungsi), maka
membangun kompetensi inti (core fungsi koordinasi pelayanan dan bisnis
competence) ini cara berorganisasi tersebut dilaksanakan pada level
yang memupuk profesionalitas program berdasarkan keputusan
peneliti, memupuk perofesinalitas pimpinan organisasi. Fungsi tersebut
puslit dengan kompetensi masing perlu dipimpin oleh birokrat atau
masing, sehingga tidak realitis bila entrepreneur yang kompeten dan dapat
menginginkan profesionalitas dengan diambil dari peneliti (sepanjang yang
multi kompetensi, bisa semua, bisa bersangkutan bersedia melepaskan
riset dasar sekaligus bisa riset terapan jabatan fungsionalnya sesuai aturan),
dan pengembangan, tidaklah mungkin untuk menjaga profesionalitas
menjadi profesional seorang pakar mewujudkan hasil dan dampak utama
fisika murni juga pakar program (Lihat Tabel 2).

Tabel 2. Keberadaan Fungsi Korporat dalam Struktur Organisasi


Kelitbangan (Bebasis Keilmuan)

KOMPETENSI INTI ORGANISASI TUJUAN JANGKA WAKTU DAMPAK / DAMPAK

Dalam Struktur
Peneliti dan ilmuwan Great Science
yang berkualitas Berbasis keilmuan •Mencipatakan Great science
•Menghasilkan sesuatu yang 20 tahun •Publikasi
Administrasi pendukung
berguna untuk bangsa •Paten
Sarana ilmiah & pengembangan melalui otoritas ilmiah •Nobel
bisnis

Dalam Fungsi
Product flagship
Birokrat/administratur •Program koordinasi jasa
•Mobil listrik
dan entrepreneurship •Program pengembangan Menghasilkan jasa dan produk
3 – 5 Tahun •Sistem mutu
yang kompeten bisnis secara korporat
•Produk ketahanan
pangan
•Konversi BBM ke BBG

Sementara itu, struktur tugas dan fungsinya saling


organisasi kelitbangan (berbasis melengkapi dan mendukung
keilmuan) dapat dibagi dalam tiga sebagai sebuah sistem organisasi
zona yaitu: 1) Zona Hijau yang efektif mencapai sasaran.
merupakan zona Pendukung dan (Gambar 4).
Administrasi, 2) Zona Biru Perubahan struktur organisasi
merupakan zona Keilmuan Teknis, litbang khususnya pada Pusat
dan 3) Zona Kuning merupakan Penelitian akan mampu memotong
zona sarana dan pengembangan jalur birokrasi dan rentang kendali.
bisnis. Ketiga zona melaksanakan Selain itu dengan karekteristik

Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013 280


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

Sumber: diolah dan dimodifikasi dari Mintzberg, 1993

Gambar 4.
Pembagian Kelompok Pada Struktur Organisasi Litbang

fungsionalis akan semakin Profesionalitas dalam pilihan


mempermudah pengelolaan kerja dan kompetensi masing-masing adalah
kinerja unsur sumber daya manusia memilih pilihan, melepaskan bukan
(peneliti atau perekayasa). Selain itu pilihan (take some left some), off course
dapat juga menciptakan tim inti yang all you can eat, surely you can not eat
sangat terspesialisasi, terciptanya all, baik dalam level individu, lembaga,
tingkat hirarki yang rendah, dan organisasi. Sehingga setiap peneliti
menyuarakan strategi paten (peduli akan menjadi peneliti yang profesional
pada hasil penelitian), menempatkan dan kredible, setiap administrator akan
tekanan tidak pada batas waktu tetapi menjadi administrator yang
dengan "urgensi", dan komitmen profesional dan kredible, setiap tenaga
jangka panjang. pelayanan menjadi tenaga pelayanan
yang profesional dan kredible, sebagai
PENUTUP tenaga pekerja sosial menjadi
Paradigma baru struktur profesional dan kredible di bidangnya.
organisasi penelitian dan pengembagan
menempatkan secara tegas antar DAFTAR PUSTAKA
masing-masing manajemen atas dan Azizy, A. Qodri. (2007). Change
manajemen menengah. Hal ini Management dalam Reformasi
dilaksanakan dalam rangka B i ro k r a s i . J a k a r t a : P T
membangun kompetensi. Setiap pusat Gramedia Pustaka Utama.
penelitian membangun komptensi Dukeshire, Steven., & Thurlow,
bidang keilmuan, setiap individu dalam Jennifer. (2002).
puslit membangun kompetensi Understanding the Link
keilmuan peneliti, membangun Between Research and Policy.
kompetensi inti (core competence) ini Rural Communities Impacting
cara berorganisasi yang memupuk Policy Project, diakses dari
profesionalitas peneliti, memupuk http://www.ruralnovascotia.ca
profesinalitas kelembagaan. /documents/policy/research%

281 Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

20and%20policy.pdf, diakses Legino, Supriadi. (2012). Dilema


tanggal 25 November 2013. Birokrasi, Kepemimpinan, dan
Hinrichs, Gina. (2009). Organic Organisasi Lateral. Diakses
Organizational Design. OD d a r i
Practitioner Vol. 41 No. 4 http://sttplnsupriadi.blogspot.
2009: 4-11. com/2012/05/dilema-
Jannah, Lina Miftahul. (2013). birokrasi.html tanggal 25 Juni
Tr a n s f o r m a s i I n s t i t u s i 2012.
Penelitian dan Pengembangan LIPI. (2010). Dokumen Reformasi
di Indonesia. Disertasi Bidang Birokrasi Lembaga Ilmu
Ilmu Administrasi. Depok: Pengetahuan Indonesia 2010 -
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu 2014. Jakarta: LIPI.
Politik, Program Studi Ilmu Majchrzak, A (1984). Technical
Administrasi. analysis. In Methods for Policy
Jonker, Catholijn M., Popova, Viara., Research. Sage: Beverly Hills.
Sharpanskykh, Alexei., Treur, Maksum, Irfan Ridwan. (2010). Sense
Jan., Yolum, P?nar. (2012). Making: Mengarahkan
Formal Framework to Support Litbang Departemen,
Organizational Design. Kementerian dan LPND
Knowledge-Based Systems 31 Menjadi Knowing
(2012): 89-105. Organization, dalam
Keputusan Menteri Riset dan Organisasi Negara Amuba:
Teknologi Nomor Jalinan Sistemik Administrasi
193/M/Kp/IV/2010 tentang Publik, Reformasi
Kebijakan Strategis Administrasi, dan
Pembangunan Nasional Ilmu Pemerintahan Daerah. Depok:
Pengetahuan dan Teknologi Departemen Ilmu
Tahun 2010-2014. Administrasi, FISIP
Kersanah. (1993). Iklim Kerja yang Universitas Indonesia.
K o n d u s i f d i O rg a n i s a s i Mintzberg, H. (1993). Structure in
Litbang. Warta Pengelolaan Fives: Designing Effective
Litbang, Perkembangan Iptek, Organizations. Upper Saddle
Volume 4 No. 11/1993: 23-28. River: Prentice Hall.
Kusdi. (2009). Teori Organisasi dan Kesler, Gregory., and Kates,Amy.
Administrasi. Jakarta: Penerbit (2010). Designing Strategic
Salemba Humanika. Organizations: The New Work
L a k i t a n , B e n y a m i n . ( 2 0 11 ) . of Executives and HR. People
Revitalisasi Kelembagaan & Strategy, Volume 33/Issue 3 -
Riset dan Pengembangan 2010 :14-21.
untuk Mendukung Sistem Putera, Prakoso Bhairawa. (2012).
Inovasi Nasional. Seminar Mengukur Kinerja Lembaga
Revitalisasi Kelembagaan Litbang Berkelas Dunia.
Litbang yang diselenggarakan Biskom, edisi Juni 2012.
di Pascasarjana Universitas Rahardjo, Teguh. (2008). Revitalisasi
Sahid, Jakarta, 23 November Kelembagaan Litbang
2010. Hankam. Jurnal Dinamika

Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013 282


STRUKTUR BARU ORGANISASI LEMBAGA PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN PEMERINTAH DI INDONESIA: Sebuah Konsep dan Respon
atas Kebijakan Penataan dan Penguatan Organisasi dalam Reformasi Birokrasi

Prakoso Bhairawa Putera, Husein Avicenna Akil, Erman Aminullah, Budi Triyono dan Dudi Hidayat

Masyarakat, Vol. VII, No. 3, Organisasi dan Tipe


Desember 2008: 1473-1480. Kepribadian Terhadap Tingkat
R o b b i n s , S t e p h e n . P. ( 2 0 0 3 ) . S t r e s K a r y a w a n P T.
Organizational Behavior. New Internasional Deta Alfa
Jersey: Prentice Hall. Mandiri. Jurnal Manajemen
Schwab, Klaus. (2013). The Global dan Kewirausahaan, Vol. 8,
Competitiveness Report 2013- No. 1, Maret 2006: 25-39
2014: Full Data Edition. Tim Pappiptek - LIPI. (2012). Struktur
World Economic Forum: Organisasi Lembaga Ilmu
Geneva. Pengetahuan Indonesia 2025:
Surminah, Iin., Kusnandar., Radot Sebuah Konsep Awal Menuju
Manalu., Ishelina Rosaira., & "Great Science". Dokumen
Prakoso Bhairawa Putera. tidak dipublikasikan.
(2012). Studi Pencapaian Triyono, Budi., & Putera, Prakoso
Kinerja Lembaga Ilmu Bhairawa. (2013). Indeks
Pengetahuan Indonesia Kepuasan Masyarakat Spesifik
Menuju Lembaga Penelitian Lembaga Penelitian dan
dan Pengembangan Berkelas Pengembangan: Implementasi
Dunia (World-class R&D Model ACSI. Jurnal Borneo
O rg a n i z a t i o n ) . J a k a r t a : Administrator, Volume 9,
Laporan Penelitian Pusat Nomor 1 Tahun 2013: 52-73.
Penelitian Perkembangan Zuhal. (2008). Kekuatan Daya Saing
Iptek - LIPI. Indonesia: Mempersiapkan
Sutanto, Eddy M., dan Djohan, Liliana. Masyarakat Berbasis
(2006). Pengaruh Persepsi Pengetahuan. Jakarta: PT
akan Dimensi Desain Kompas Media Nusantara.

283 Jurnal Borneo Administrator / Volume 9 / No. 3 / 2013

S-ar putea să vă placă și