Sunteți pe pagina 1din 22

MENINGKATKAN KETERAMPILAN HASIL BELAJAR GERAK TOLAK

PELURU GAYA O’BREIN MELALUI METODE BERMAIN


INCREASING SKILLS OF LEARNING MOTHER STUDY ABOUT MOBILE
STYLE OBJECTIVES THROUGH PLAYING METHOD

CHAERUL ANWAR

ABSTRACT
The purpose of this action research is to improve the learning
outcomes of students of SMK Al-Amanah Tangerang on o'brien style shot
material. In addition, this action research was conducted to obtain in-depth
information about the learning style of o'brien style outlet that was done with
the observation of cycle 1 and cycles 2. In this study conducted a play
approach to stimulate students' enthusiasm in following the learning. Subjects
in this research and development are students of SMK Al-Amanah consisting
of 25 students.
The instrument used in this action research is the questionnaire and
the o'brien style ballet test instrument used to collect the data, while the steps
in the action research are as follows: (a) Planning (b) Implementation (c)
Observation (d) Reflection Action . Cycle 1 on o'brien style shot reject
learning done treatments through play approach then made observations with
the results or the average value of 72.6. Then for cycle 2 after the
observation there is an average value of 75.6. So through a play approach
can improve the learning outcome of o'brien style bullet.
Based on the data obtained, from the results of research consisting of
expert validation, cycles 1 and cycle 2 and the discussion of the results of the
study, the researchers can draw the conclusion that: 1) Improving skills
learning outbound movement of O'brein's bullet style through the Differential
Method can be applied in extracurricular to improve learning outcomes, 2)
The play method can stimulate the learning outcome of the O'brien style shot
force.

Keywords: Playing Methods, Learning Outcomes Reject the Style of O'brien.

1
2

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
siswa SMK Al-Amanah Tangerang pada materi tolak peluru gaya o’brien. Selain itu,
penelitian tindakan ini dilakukan untuk memperoleh informasi mendalam tentang
pembelajaran tolak peluru gaya o’brien yang dilakukan dengan pengamatan siklus 1
dan sikuls 2. Pada penelitian ini dilakukan pendekatan bermain untuk merangsang
agar siswa semangat dalam mengikuti pembelajaran. Subyek dalam penelitian dan
pengembangan ini adalah siswa-siswi SMK Al-Amanah yang terdiri dari 25 siswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah angket dan
instrumen tes tolak peluru gaya o’brien yang digunakan untuk mengumpulkan data,
adapun tahapan dalam penelitian tindakan adalah sebagai berikut: (a) Perencanaan
(b) Pelaksanaan (c) Observasi (d) Refleksi Tindakan. Siklus 1 pada pembelajaran
tolak peluru gaya o’brien dilakukan treatmen melalui pendekatan bermain kemudian
dilakukan pengamatan dengan hasil atau nilai rata-rata sebesar 72,6. Kemudian
untuk siklus 2 setelah dilakukan pengamatan terdapat nilai rata-rata sebesar 75,6.
Maka melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar tolak peluru
gaya o’brien.
Berdasarkan data yang diperoleh, dari hasil penelitian yang terdiri dari
validasi ahli, siklus 1 dan siklus 2 serta pembahasan dari hasil penelitian, maka
peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa : 1) Meningkatkan Keterampilan hasil
belajar gerak tolak peluru gaya O’brein melalui Metode Bermainan dapat diterapkan
dalam ekstrakurikuler untuk meningkatkan hasil belajar, 2) Metode bermain dapat
menstimulasi hasil belajar tolak peluru gaya O’brien.

Kata kunci: Metode Bermain, Hasil Belajar Tolak Peluru Gaya O’brien.

PENDAHULUAN

Olahraga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebutuhan

hidup manusia sehari-hari. Secara umum olahraga adalah aktivitas yang

dilakukan untuk meningkatkan kebugaran tubuh serta untuk menjaga

kesehatan tubuh. Olahraga dilakukan oleh semua tingkatan usia dan


3

golongan masyarakat secara umum. Namun secara khusus pembinaan

olahraga ditujukan untuk peningkatan prestasi yang optimal.

Prestasi olahraga tidak dapat diraih dengan cara instan, diperlukan

latihan yang terprogram, teratur dan terukur dengan melibatkan berbagai

disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi. Faktor yang mempengaruhi

rendahnya prestasi peserta didik tergantung dari tinggi rendahnya

pengetahuan dan keterampilan seorang pelatih. Pelatih adalah seseorang

yang memiliki kemampuan profesional untuk membantu mengungkapkan

potensi olahragawan menjadi kemampuan yang nyata secara optimal dalam

waktu yang relatif singkat

Proses peningkatan kondisi fisik berkaitan erat dengan kegiatan

proses latihan dan sistem pembelajaran yang dilakukan di dalam kegiatan


4

pembelajaran non formal, latihan yang terprogram dalam kegiatan

ekstrakurikuler menjadi kunci perkembangan meningkatkan kondisi fisik,

mencapai hasil tujuan yang sesuai dengan program yang diharapkan.

Eksrtakurikuler merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan

kepada hasil siswa dan pengembangan minat, bakat peserta didik yang

mengacu kepada hasil prestasi, mewadahi bakat siswa mengembangkan

dengan tujuan akhir prestasi, mengembangkan kepribadian semangat

peran aktif membentuk karakteristik peserta didik dan mengembangkan

aspek emosional dan kepribadian dan perkembangan gerak kegiatan

ekstrakurikuler sekolah

Hasil pemaparan penulis ingin menyampaikan bahwa pentingnya

menggunakan metode bermainan terhadap siswa dengan metode

permainan dan memodifikasi permainan agar tercapai menumbuhkan

minat berlatih siswa, dari sisi inilah penulis ingin meneliti sejauh manakah

upaya peningkatan hasil keterampilan gerak permainan tolak peluru

O’brein di Sekolah Menengah Kejuruan dapat teraksanan dengan baik

dan meningkatkan minat berlatih siswa melalu metode bermainan, jadi

oleh sebab itu penulis akan meneliti tentang judul Tesis “Meningkatkan

Keterampilan hasil belajar gerak tolak peluru gaya O’brein melalui Metode

Bermainan pada Sekolah Menengah Kejuruan SMK Al-Amanah

Kabupaten Tangerang-Banten.
5

KAJIAN TEORETIK

A. PENELITIAN TINDAKAN

Penelitian dapat diartikan sebagai menjejaki, menguraikan dan

mengungkapkan fenomena, membuktikan, menguji dan menerapkan atau

membuat prototipe sesuai dengan judul, atau batasan dan rumusan

masalah1. Penelitian juga dapat diartikan sebagai proses sebuah

pengumpulan data mengumpulan data dan menganalisis dan mengolah

yang dan menyimpukan data yang didukung dalam kajian secara

konseptual dengan menggunakan kerangka teoritik dalam sebuah proses

pemecahan masalah, dalam hal ini penelitia terbagi dalam berbagai

bentuk, antara lain: penelitian kuantitatif komparatif, penelitian kuantitatif

asosiatif, penelitian kualitatif, penelitian evaluasi program atau kebijakan,

penelitian pengembangan instrumen, penelitian pengembangan model,

penelitian action research2.

Penelitian tindakan peneliti dapat melihat sendiri praktik

pembelajaran bersama guru atau pelatih lain dapat melakukan penelitian

terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya dalam proses

pembelajaran. Dalam penelitian tindakan pelatih atau guru secara efektif

dapat menganalisis, mensintesis terhadap apa yag dilakukan di kelas.

Berikut pengertian Penelitian Tindakan dari beberapa ahli:

1
M.Haviz Penelitian tindakan kelas ( Batusangkar : STAIN Batusangkar Press, 2014), h. 11.
2
Buku Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi (Jakarta: PPs UNJ, 2012), h. 95
6

Penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang

dilaksanakan oleh para pelaksana program dalam kegiatannya sendiri

(dalam pendidikan dilakukan oleh guru, dosen, kepala sekolah, kanselori),

dalam mengumpulkan data yang dihadapi, untuk kemudian menyusun

rencana dan melakukan kegiatan-kegiatan penyempurnaan3.

Penelitian tindakan merupakan suatu pencarian sistematik yang

terancang dalam kegiatan-kegiatan, dan di lakukan dengan proses, di

laksanakan dengan siklus dan berkelanjutan. Menurut Hopkins yang

dikutip dalam Maclsaac dalam Emzir, “Penelitian tindakan adalah studi

sistematis dari upaya meningkatkan praktik pendidikan oleh kelompok

partisipan dengan cara, tindakan praktis mereka sendiri dengan cara

refleksi mereka sendiri terhadap pengaruh tindakan tersebut”4.

Penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di

masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat

dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik

utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi

antara peneliti dengan anggota kelompok sasasan. Penelitian tindakan

merupakan salah satu pendekatan penelitian, ilmiah yang mempunyai dua

tujuan yaitu: mengambil tindakan (untuk perbaikan) dan membangun

3
Nana Syaodih Sukamadinata, Metode Penelitian Tindakan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), h. 140.
4
Emzir, Metodologi Penelitian Tindakan (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2012), h. 234.
7

pengetahuan atau teori tentang tindakan5. Proses tersebut menjalankan

proses kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran,

peneliti bisa dapat mengamati dari hasil tindakan. Maka dari itu para ahli

seperti sugiyono juga menjabarkan bahwa, penelitian tindakan atau action

resreach merupakan hasil dalam penelitian tindakan tidak seperti dalam

penelitian tradisional yang hanya menghasilkan pengetahuan, penelitian

tindakan bersifat siklus yang terus menerus yaitu: (1) perencanaan, (2)

mengambil tindakan, (3) evaluasi atau tindakan dan seterusnya sampai

dapat ditemukan tindakan yang efektif dan efisien6.

B. Konsep Model Tindakan yang Dilakukan

1. Pengertian Belajar

Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi

dan prilaku, termasuk perbaikan perilaku7. Proses perubahan prilaku

tersebut dibentuk dan diarahkan jadi proses belajar adanya sebuah

proses perbaikan. Belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat

pengalaman. Tingkah laku bisa berarti sesuatu yang tampak seperti

berjalan, berlari, berenang, melakukan shooting, pun juga bisa berarti

sesuatu yang tidak tampak seperti berpikir, bersikap dan berperasaan 8.

5
Sugiono, Cara Mudah Menyusun: Skripsi, Tesis, dan Disertasi (Bandung: Alfabeta, 2014), hh.
486-487.

7
Oemar Hamalik, Pisikologi Belajar dan Megajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), h.
45.
8
Ali Maksum, Pisikologi Olahraga Teori dan Aplikasi (Surabaya: Unesa Press, 2011), h. 12.
8

Perubahan tingkah laku dapat diberikan rangsangan melalui aktivitas fisik

yang dapat menunjang perubahan karkater atau kebiasaan baik.

Menurut Dawn Penney mengatakan:

“We see, for example, that we cannot assume that students will
immediately or automatically be able to take on roles such as that
of coach or official. Rather, ‘we must define those roles, teach them,
design good practice with feedback so that students can learn their
roles well”9.
Yang dapat diartikan bahwa belajar dimana Kita melihat, misalnya

bahwa kita tidak dapat mengasumsikan bahwa siswa akan segera atau

secara otomatis dapat mengambil peran seperti yang dari pelatih atau

resmi. Sebaliknya kita harus menentukan peran mereka, mengajar

mereka, mendesain praktik yang baik dengan umpan balik sehingga siswa

dapat belajar peran mereka dengan baik.

2. Belajar gerak

Gerak merupakan salah satu ciri dari kehidupan. Proses gerak

tidak begitu saja terjadi pada diri manusia, Karena untuk dapat melakukan

suatu gerakan pada tubuh perlu proses, mulai dari adanya rangsangan,

dikelola dalam pikiran, dan kemudian ditampilkan melalui respon yang

dilakukan oleh tubuh. Tujuan akhir dari latihan gerak adalah kemampuan

penguasaan keterampilan. Keterampilan seseorang dalam tugas gerak

tertentu akan menentukan seberapa besar kemampuan orang itu dalam

menyelesaikan tugas yang diberikan dengan derajat keberhasilan yang

tinggi. Untuk sampai pada tujuan akhir tersebut, diperlukan pengetahuan

9
Dawn Penney, Sport Education in Physical Education. (Francis: e-lebrary,- 2005),h.109.
9

yang mendasar tentang bagaimana keterampilan bisa dihasilkan serta

faktor apa saja yang berperan dalam gerakan itu. Pertama yang harus

dikuasai adalah mempelajari bagaimana gerakan itu bisa berlangsung.

Kedua berhubungan dengan syarat-syarat apa saja yang harus dipenuhi

agar keterampilan gerak dapat dicapai dengan baik. Keterampilan gerak

dapat dicapai dengan cara latihan atau dengan berbagai keterlibatan

dengan berbagai pengalaman.

3. Keterampilan Gerak (Motor Skill)

Keterampilan (skill) merupakan sebagai suatu perbuatan atau

tugas, dan sebagai indikator dari suatu tingkat kemahiran. Untuk dapat

menguasai keterampilan tolakan tidak terlepas pula peran dari belajar

motorik. Belajar motorik itu sendiri menurut Schmidt adalah seperangkat

proses yang bertali dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan

kearah perubahaan permanen dalam perilaku terampil10. Terdapat tiga

tahapan dalam belajar motorik yaitu: 1) Tahapan Kognitif, 2) Tahapan

Asosiatif, 3) Otomatisasi, hal tersebut senada dengan yang dikemukakan

Fitt dan Posner dalam Richard A. Magill menerangkan bahwa tahapan

pembelajaran gerak dibagi kedalam tiga tahapan yang berbeda, yaitu:

tahap kognitif, tahap asosiasi, dan tahap otonom, dan tahapan ini

10
Richard A. Schmidt, Motor learning & perfotmance, (Loa Angeles: Human Kinetics Books,
2011), h.153
10

ditentukan oleh kecenderungan perilaku peserta didik yang diperlihatkan

di berbagai titik atau poin selama proses pembelajaran11.

4. Karakterisik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah Atas (SMA)

Peserta didik merupakan sumber daya utama terpenting dalam

proses pendidikan formal. Karena pada hakekatnya setiap belajar

mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif yaitu guru dan siswa 12. Guru

sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain

secara sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan siswa

adalah sebagai subjek pembelajaran yang merupakan pihak penikmat

kondisi belajar yang diciptakan oleh guru dalam kegiatan proses

pendidikan baik formal maupun nonformal pendidikan yang dilembagakan.

Optimasi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik ini dilegitimasi

dalam produk hukum kependidikan di Indonesia. Sebutan peserta didik itu

menggantikan sebutan siswa, murid dan pelajar13.

Sudarman Danim mengemukakan, bahwa Peserta didik

didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan

potensi peserta didik melalui proses pembelajaran pada jalur pedidikan,

baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal pada jenjang

pendidikan dan jenis pendidikan tertentu14.

11
Richard A. Magill, Motor Learning and Control: Concepts and Aplications (New York:
McGraw-Hill, 2011), h. 266.
12
Pupuh Faturohman dan M. Sobri, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep
Umum & Konsep Islami, Bandung ( Bandung: PT Refika Aditama, 2007) h. 87
13
Husdarta dan Nurul Kusnaedi, Pertumbuhan dan perkembangan, Olahraga dan Kesehatan (
Bandung: Alfabeta, 2010 ) h. 3
14
Sudarwan Damim, Perkembangan Peserta didik ( Bandung: Alfabeta, 2010) h. 2
11

Pada perkembangan peserta didik pada periode Sekolah

menengah Atas (SMA), Psikologi memandang anak usia SMA sebagai

individu yang berada pada tahap tidak jelas karena pada dasarnya siswa

mengalami proses transisi, yaitu dari periode kanak-kanak menuju periode

dewasa. Proses ini bisa disebut juga proses dewasa atau masa pubertas.

Pada dasarnya mereka belum siap dikategorikan menyandang predikat

dewasa.

5. Pengertian Tolak Peluru

Tolak Peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau

mendorong suatu alat bundar (peluru) dengan berat tertentu yang terbuat

dari logam, yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai

jarak sejauh-jauhnya15. Tolak peluru merupakan salah satu jenis nomor

lempar dalam cabang olahraga atletik yang dilakukan dengan cara

menolakkan peluru dengan kekuatan dan kecepatan maksimal.16

a. Gerak dasar memegang Peluru

Teknik dasar adalah faktor utama selain kondisi fisik, taktik, dan

mental seorang pemain. Menurut James Tangkudung dan Wahyuningtyas

“Kondisi fisik yang baik akan mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan yang

15
Dikdik zafar sidik, Mengajar dan Melatih Atletik ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010)
16
I Kadek Astrawan. Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Tolak Peluru. Jurnal Undiksa 2013. H 3
12

berupa peningkatan motivasi kerja diantaranya: semangat, kerja, rasa

percaya diri, ketelitian, dan lain sebagainya”17.

Rangkaian gerak dasar memegang tolak peluru, merupakan

rangkaian pertama yang harus diperhatikan peserta didik. Peluru

diletakkan pada pangkal jari-jari tangan dan dijaga keseimbangannya oleh

jari-jari. Tempatkan peluru pada bagian depan leher dengan menekankan

tangan, sikut agak dibuka18.

Tahapan yang harus dipelajari dalam memegang peluru

menyesuaikan karakteristik gerak dasar memegang peluru diantaranya:

(a) peluru terletak pada jari-jari tangan dan pangkal jari, (b) jari-jari parallel

dan sedikit terpisah, (c) peluru di tempatkan pada bagian leher, ibu jari

pada tulang selangka, dan (d) siku keluar dengan sudut 45 derajat

terhadap badan 19.

b. Gerak Dasar Tolak Peluru Gaya Membelakangi (O’brien)

Teknik dasar awalan Tolak Peluru yaitu: Melangkah atau bergeser

(side step) dan melompat atau meluncur (glide shift), melangkah atau

bergeser bisa dilakukan ke samping dan melangkah atau bergeser ke

belakang, melompat atau meluncur, juga bisa dilakukan kesamping atau

meluncur mundur ke belakang, teknik awalan peluru juga dapat dilakukan

17 James Tangkudung dan Wahyuningtyas Puspitorini, Kepelatihan Olahraga edisi II


(Jakarta: Cerdas Jaya, 2012), h. 67
18
Yoyo Bahagia , Pembelajaran Atletik ( Direktorat Pendidikan Luar Biasa ) h.65
19
Didik Zafar Sidik, Op.Cit h.106
13

dengan gerak berputar seperti teknik lempar cakram, namun pada saat

gerak berputar peluru tetap ditekan di leher20.

c. Konsep Bermain Tolak Peluru

Penelitian ini mengembangkan model pembelajaran gerak tolak

peluru dengan metode bermain bagi peserta didik ekstrakulikuler Atletik

SMK Al-amanah Kabupaten Tangerang. Mengembangkan keterampilan

gerak dasar tolak peluru mengefektifkan dan mengefisienkan proses

pembelajaran tolak peluru gaya membelakangi O’brien.

Pengembangan hasil belajar melalui metode bermain merupakan

salah satu dari bentuk penerapan pendekatan sistem dalam kegiatan

pembelajaran, pembelajaran yang merupakan suatu proses sistematis

yang menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang siap untuk

digunakan dengan tepat. Produk pembelajaran dengan pengembangan

model harus dilakukan secara bertahap, menyeluruh dan komprehensif

dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik 21.

6. Pengertian Bermain

Permainan, bermain atau padanan kata dalam bahasa asing

disebut games (kata benda), to play (kata kerja), toys (kata benda) ini

berasal dari kata main. Dalam kamus bahasa Indonesia, kata main berarti

melakukan perbuatan untuk tujuan bersenang-senang (dengan alat-alat

20
: Yoyo Bahagia, Op.cit h.66
21
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif , Kuatitatif dan R&D ( Bandung: Alfabeta, 2008 ) h.297
14

tertentu atau tidak); berbuat sesuat dengan sesuka hati, berbuat asal saja.

Dan dalam dunia psikologi kegiatan bermain dipandang sebagai suatu

kegiatan atau lebih luasnya aktivitas yang mengandung keasyikkan (fun)

dan dilakukan atas kehendak diri sendiri, bebas, tanpa paksaan dengan

tujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan kegiatan

tersebut22.

Bagi anak, bermain adalah suatu kegiatan yang serius, tetapi

mengasyikan. Melalui aktivitas bermain, berbagai pekerjaan terwujud.

Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak, karena

menyenangkan bukan karena akan memperoleh hadiah atau pujian.

Bermain adalah salah satu alat utama yang menjadi latihan untuk

pertumbuhannya. Bermain adalah medium, di mana si anak mencobakan

diri, bukan saja dalam fantasinya tetapi juga benar- benar nyata secara

aktif. Bila anak bermain secara bebas, sesuai kemauan maupun sesuai

kecepatannya sendiri, maka ia melatih kemampuannya. Bermain adalah

aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak, karena menyenangkan bukan

karena akan memperoleh hadiah atau pujian.23 Bermain merupakan

sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, kognitif anak dan

menggambarkan perkembangan anak.24

22
Dani Wardani. Bermain Sambil Belajar (Jakarta: Edukasia, 2009), h. 17-18.
23
Zulvia Trinova. Hakikat Belajar Dan Bermain Menyenangkan Bagi Peserta Didik. Jurnal
al-ta’lim, jilid 1, nomor 3 november 201. H. 1
24
Vera Heryanti. Meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Melalui Permainan
Tradisional (Congklak). Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Anak Usia Dini Paud Budi
Mulya Kota Manna. 2014 h 2
15

Games, interactive decision making, or more descriptively


contexts of strategic interaction (CSIs), are everywhere.1 They
pervade social situations and occurquite naturally (or appear “in
the wild” as geneticists say of certain alleles). Two people play
backgammon. They are in a game, or context of strategic
interaction (CSI), because the reward (winning or losing) for
each player depends at least in part on decisions made by the
other player.
Permainan, pengambilan keputusan interaktif, atau konteks yang

lebih deskriptif strategis interaksi (CSI), yang everywhere. 1 Mereka

meliputi situasi sosial dan terjadi secara alamiah (atau muncul "di alam

liar" sebagai ahli genetika mengatakan alel tertentu). Dua orang bermain

backgammon. Mereka berada di permainan, atau konteks strategis

interaksi (CSI), karena hitungan (menang atau kalah) untuk setiap pemain

tergantung setidaknya sebagian dari keputusan yang dibuat oleh pemain

lain25.

7. Hasil Belajar

Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah. Kegiatan

belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, dirumah, di tempat lain

seperti: Perpustakaan, museum. Belajar merupakan masalah setiap

orang, sehingga tidak mengherankan bila belajar merupakan istilah yang

tidak asing bagi kita. Slameto dalam belajar dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya mengakatan belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

25
Steven Orla Kimbrough, Agents, Games, and Evolution (The Wharton School
University of Pennsylvania Philadelphia, USA 2012), h 21
16

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam berinteraksi dengan lingkungannya26.

Djamarah berpendapat bahwa 27. “Belajar adalah sebagai aktifitas

yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan

dari apa yang dipelajari dan sebagai hasil yang interaksinya dengan

lingkungan sekitar berupa rangkaian kegiatan jiwa raga, fisik, untuk

menuju perkembangan seutuhnya.

Jeorome dalam Mulyasa mengatakan bahwa28 “belajar merupakan

aktivitas yang berproses, sudah tentu didalamnya terjadi perubahan-

perubahan yang bertahap”. Oleh karena itu perubahan-perubahan

tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dengan lainnya

bertalian secara berurutan dan fungsional.

D. Kerangka Berpikir

Siswa dikatakan berhasil dalam berlatih tolak peluru apabila

terdapat perubahan dalam diri siswa setelah mengikuti latihan dan adanya

perubahan dari sudut tolakan 45 derajat dan lepasan peluru di udara serta

percepatan dalam tolakan seperti penelitian yang di ungkapkan Dr karanjit

singh 29. Seorang pelatih berkewajiban menciptakan proses latihan yang

efektif dan menarik sehingga dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan

26
Slameto, Belajar dan yang mempengaruhinya.(Jakarta:Reneka cipta,2010),h. 2.
27
Djamarah, belajar dan pembelajaran (Jakarta: Gramedia Pustaka umum 2002), h. 2.
28
Mulyasa. Menjadi guru profesional (Bandung: Remaja Rodaskarya.2003).h. 2.
29
Dr.kanajit Singh,“Anthropometric Characteristics, Body Composition and Somatotyping of High
and Low Performer Shot Putters” International Journal of Sports Science and Engineering,
Vol. 06 (2012) No. 03, hh. 153-158
17

yang diharapkan. Untuk itu pelatih harus mampu menggunakan metode

latihan dan pendekatan-pendakatan yang sesuai dan dapat meningkatkan

hasil belajar, kreatifitas, dan menghindarkan kejenuhan dalam proses

latihan pada siswa peserta ekstrakurikuler.

Pencapaian hasil belajar tolak peluru gaya O’brien dengan

menggunakan metode bermain bertujuan untuk mendapatkan hal terbaru

dalam proses latihan , serta meningkatkan hasil belajar dengan berupa

metode permainan yang menjadi tolak ukur dari hasil belajar gerak melalui

metode bermain. Pembelajaran melalui bermain merupakan metode yang

dapat membuat anak terangsang melalui proses belajar yang

menyenangkan serta bertujuan dalam mengembangkan gerak dasar,

seperti gerak lokomotor, non lokomotor dan gerak lanjutan, dengan

manipulasi jenis permainan.

Untuk mencapai hasil yang baik yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran, maka pelatih yang merancang bentuk permainannya yang

sesuai dengan peningkatan hasil belajar tolak peluru gaya O’brien pada

permainan yang akan diberikan.

Berangkat dari pemikiran peneliti menulis tentang manfaat dengan

metode bermain dan peneliti menyimpulkan bahwa metode bermain

sangat di butuhkan dalam meningkatkan keterampilan gerak Tolak peluru

gaya O’brien, bermain merupakan jawaban yang dalam menumbuhkan


18

minat siswa peserta didik ekstrakurikuler Atletik di SMK Al-Amanah

Kabupaten Tangerang- Banten.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan (Action

Research). Sudjana menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah

Mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan rnenyimpulkan data yang

diperoleh dari suatu jenis tindakan tertentu yang sengaja dirancang dan

diguakan untuk melihat efektif tidaknya tindakan tarsebut.30 Jadi penelitian

tersebut menjadi tolak ukur keterampilan yang diperlukan untuk

meningkatkan gerak .

Penelitian tindakan merupakan penelitian tentang hal-hal yang ada

dimasyarakat atau kelompok-kelompok sasaran dan hasilnya dapat

dipakai pada masyarakat yang bersangkutan. Penelitian juga terbagi

dalam beberapa macam, antara lain: penelitian kualititatif komparatif,

penelitian kuantitatif asosiatif, penelitan kualitatif ,penelitian evaluasi

program kebijakan, penelitian pengembangan instrumen, penelitian

pengembangan model, penelitian action research.

Penelitian tindakan (Action Research) ini menggunakan desain

penelitian model Kemmis dan Mc.Taggart yang berupa siklus atau putaran

kegiatan yang meliputi tahapan sebagai berikut:

1) Perencanaan (Planning)

30
Nana Sudjana. Menyusun Karya Tulis Ilmiah Berbasis Penelitin Tindakan Kelas
(PTK), Bekasi: LPP Bina Mitra, 2010), h.4
19

Perencanaan yang matang perlu dilakukan setelah kita mengetahui

masalah dalam latihan kita.

2) Tindakan (Action)

Perencanaan harus diwujudkan dengan adanya (Action) dari guru

berupa solusi tindakan sebelumnya.

3) Pengamatan (Observing)

Selanjutnya diadakan pengamatan (Observating) yang teliti

terhadap proses pelaksanaannya.

4) Refleksi (Reflecting)

Setelah diamati, Barulah dapat melakukan refleksi (refecting) dan

dapat menyimpulkan apa yang telat terjadi dalam kelasnya.31

Penelitian tindakan Model Kemmis dan McTaggart


Sumber: Kemmis et.al, The Action Research Planner (Singapore: Springer
Science, 2014), h. 19.

Pada penelitian ini, peran peneliti adalah sebagai Instrumen kunci,

meneliti dan terlibat langsung dalam keseluruhan proses penelitian, mulai

dari kegiatan pra observasi, perencanaan, sampai pada tahap refleksi

dalam setiap siklus. Selain itu, peneliti bertindak sebagai perencana,

31
Ibid., h. 25
20

pengamat, pengolah, dan penganalisis data, maka untuk membuktikan

keobjektivitas penelitian maka dokumen, hasil tindakan (treatment) serta

hasil tes perlu dilampirkan.

HASIL

Berdasarkan data nilai akhir hasil belajar tolak peluru gaya o’brien

siswa SMK Al-Amanah pada siklus I secara umum belum dapat dikatakan

baik, karena jumlah rata-rata hasil belajar tolak peluru gaya o’brien siswa

sebesar 72,6 dan angka tersebut belum melampaui nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal di SMK Al-Amanah dengan nilai KKM nya yaitu 75,00.

Dari 25 ada 12 siswa dengan persentase 48% yang belum tuntas hasil

belajarnya karena hasil yang di dapat masih di bawah nilai KKM yang

ditetapkan oleh sekolah dan 13 siswa sudah di anggap tuntas dengan

persentase 52%. Hasil belajar tertinggi adalah 80 dan hasil belajar

terendah pada siklus I adalah 60. Selanjutnya dari hasil belajar tolak

peluru yang sudah dilakukan, kolaborator akan mengevaluasi dan refleksi

untuk perbaikan proses tindakan berikutnya.

Hasil pemantau tindakan pada siklus II diperoleh dari :

a. Tes siklus II tolak peluru gaya o’brien siswa kelas SMK Al-Amanah

Berdasarkan nilai akhir hasil belajar tolak peluru gaya o’brien siswa kelas

SMK Al-Amanah pada siklus II, dapat dilihat bahwa hasil belajar tolak

peluru gaya o’brien siswa kelas SMK Al-Amanah dengan rincian, 3 siswa

atau dengan persentase 12% belum tuntas belajarnya dikarenakan nilai


21

yang dicapai masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal yang sudah

ditetapkan oleh sekolah dan 22 siswa atau dengan persentase 88%,

sudah dikatakan tuntas belajarnya. Rata-rata hasil belajar tolak peluru

gaya o’brien siswa siklus II adalah 75,4, hasil belajar tertinggi adalah 80

dan hasil belajar tolak peluru gaya o’brien terendah pada siklus II adalah

65. Hasil belajar tolak peluru gaya o’brien tersebut terjadi peningkatan

yang cukup signifikan, berarti penerapan metode bermain memiliki

dampak yang yang positif terhadap hasil belajar tolak peluru gaya o’brien.

100
90
80
70
60
50
Tuntas
40
Tidak Tuntas
30
20
10
0
F % F %
SIKLUS 1 SIKLUS II

Gambar: Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I


dan Siklus II

KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh, dari hasil penelitian yang terdiri dari

validasi ahli, siklus 1 dan siklus 2 serta pembahasan dari hasil penelitian, maka

peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa :


22

1. Meningkatkan Keterampilan hasil belajar gerak tolak peluru gaya O’brein

melalui Metode Bermainan dapat diterapkan dalam ekstrakurikuler untuk

meningkatkan hasil belajar.

2. Metode bermain dapat menstimulasi hasil belajar tolak peluru gaya O’brien.

SARAN DAN REKOMENDASI

Pada bagian ini di kemukakan beberapa saran yang dikemukakan oleh peneliti

sehubungan dengan metode pendekatan bermain pada tolak peluru gaya o’brien

dapat meningkatkan hasil belajar. Adapun saran-saran yang dikemukakan

meliputi saran pemanfaatan, saran deseminasi, dan saran pengembangan lebih

lanjut. Pada metode ini materi tolak peluru gaya o’brien yang ditujukan pada

SMK yang dapat dipergunakan dalam kegiatan ekstrakurikuler untuk

meningkatkan hasil belajar pendidikan jasmani dan kesehatan di SMK Al-

Amanah. Dalam memanfaatkannya sangat perlu dipertimbangkan situasi, kondisi

dan sarana prasarana.

S-ar putea să vă placă și