Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh :
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien
yang mengalami TBC
C. Rumusan Masalah
1. Mengetahui secara lengkap tentang penuyakit TBC ?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalissi asuhan keperawatan pada klien yang mengalami TBC
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi penyakit TBC serta penyebabnya
b. Untuk mengetahui etiologi penyakit TBC
c. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit TBC
d. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit TBC
e. Untuk mengetahui manifestasi penyakit TBC
f. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien TBC
BAB II
PEMBAHASAN
2. Etiologi
b. Tuberkolosis Sekunder
5. Klasifikasi
6. Kompilkasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada klien TB Paru :
a. Komplikasi Dini
Perluasan fokus primer ke jaringan paru (parenkim) lainnya
sehingga terbentuk suatu infiltrat yang luas, yang disebut
parenkim matous type atau tubercolosis neumonia. Bial fokus
primer berada dekat dengan cabang v. Pulmpnalis maka kuman
akan masuk dalam sirkulasi darah dan menyebabkan penyebaran
hematogen ke organ-organ dalam tubuh dan mengakibatkan
terjadinya TBC miliar. Bila masuk ke dalam cabang-cabang
bronkus akan terjadi penyebaran bronkogen ke jaringan paru
lainnya. Bila dekat fokus primer dekat dengan pleura, akan
menyebabkan pleuritis TBC. Pada tahap kronik akan ditemukan
nemfisema paru dan atelektasis. (Manurung, 2016 , hal. 47)
b. Komplikasi lanjut
1) Kerusakan tulang dan sendi
Nyeri tulang punggung dan kerusakan sendi bisa terjadi
ketika infeksi kuman TB menyebbar dari paru-paru ke
jaringan tulang. Dalam banyak kasus, tulang iga juga bisa
terinfeksi dan memicu nyeri di bagian.
2) Kerusakan otak
Kuman TB yang menyebar hingga ke otak bisa menyebabkan
meningitis atau peradangan pada selaput otak. Radang
tersebut memicu pengbengkakan pada membran yang
menyelimuti otak dan seringkali fatal atau mematikan.
3) Kerusakan hati dan ginjal
Hati dan ginjal membantu menyaring pengotor yang ada di
aliran darah. Fungsi ini akan mengalami kegagalan apabila
kedua organ tersebut terinfeksi oleh kuman TB.
4) Kerusakan jantung
Jaringan di sekitar jantung uga bisa terinfeksi oleh kuman
TB. Akibatnya bisa terjadi cardiac tamponade, atau
peradangan dan penumpukan cairan yang membuat jantung
jadi tidak efektif dalam memompa darah dan akibatnya bisa
sangat fatal.
5) Gangguan mata
Ciri-ciri mata yang sudah terinfeksi TB adalah berwarna
kemerahan, mengalami iritasi dan membengkak di retina atau
bagian lain.
6) Resitensi kuman
Pengobatan dalam jangka panjang seringkali membuat pasien
tidak disiplin, bahkan ada yang putus obat karena bosan.
Pengobatan yang tidak tuntas atau tidak disiplin akan
membuat kuman menjadi resitensi atau kebal, sehingga harus
diganti dengan obat lain yang lebih kuat efek samping yang
tentunya lebih berat (Nixson Manurung, 2016 , hal. 48)
7. Pathway
Microbacterium Droplet infection Masuk lewat jalan nafas
tuberkulosa
Menempel pada
paru
Sembuh tanpa
pengobatan Pengeluaran zat pirogen Tumbuh dan
berkembang di
Mempengaruhi sitoplasma makrofag
hipothalamus
Sarang primer/afek
Mempengaruhi sel point primer (fokus ghon)
Hipertermi
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
a. Isoniazid
b. Rifampisin
c. Pirazinamid
d. Streptomisin
e. Ethambutol
Cara pemberian (kombinasi pemberian)
Objektif
d. Hipertermi
1) Definisi :
Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
2) Penyebab :
a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Proses penyakit (mis.infeksi, kanker)
d) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e) Peningkatan laju metabolisme
f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
h) Penggunaan inkubator
3) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
(tidak ada)
Objektif
a) Suhu tubuh diatas nilai normal
4) Gejala dan tanda minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif :
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat
5) Kondisi klinis terkait
a) Proses infeksi
b) Hipertiroid
c) Stroke
d) Dehidrasi
e) Trauma
f) Prematuritas (PPNI, 2016, hal. 284)
3. Intervensi
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
1) Tujuan
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama x 24 jam
diharapkan bersihan jalan nafas yang efektif.
2) Kriteria hasil
Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif, yang
dibuktikan oleh pencegahan aspirasi ; Status ; Pernapasan ;
Kepatenan Jalan Napas ; dan Status Pernapasan ; Ventilasi tidak
terganggu. (Wilkinson, 2016)
Menunjukkan status pernapasan ; kepatenan jalan napas, yang
dibukyikan oleh indikator gangguan sebagai berikut :
a) Frekuensi dan irama pernapasan
b) Kedalaman inspirasi
c) Kemampuan untuk mebersihkan sekresi
d) Batuk efektif
e) Mengeluarkan sekeret secara efektif
f) Mempunyai jalan napas yang paten
g) Pada pemeriksaan auskultasi, memiliki suara napas yang
jernih
h) Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam rentang
normal
i) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal
j) Mampu mendiskripsikan rencana untuk perawatan dirumah
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas Keperawatan
Kaji dan dokumentasi hal- hal berikut ini :
a) Ketidakefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
b) Ketidakefektifan obat yang diprogramkan
c) Hasil oksimetri nadi
d) Kecenderungan pada gas darah arteri, jika tersedia
e) Frekuensi kedalaman, dan upaya pernapasan
f) Faktor yang berhubungan, seperti nyeri, batuk tidak efektif,
mukus kental, dan keletihan.
Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui
penurunan atau ketiadaan ventilasi dan adanya suara napa
tambahan.
Pengisapan jalan napas (NIC)
Tentukan pengisapan oral atau trakea pantau status oksigen
pasien (tingkat SaO2 dan SvO2) dan status hemodinamik (tingkat
MAP dan irama jantung segera sebelum, selama, dan stelah
penghisapan.
Catat jenis dan jumlah sekret yang dikumpulkan
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
a) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung (mis,
oksigen, mesin pengisapan, spirometer, inhalare, dan
intermittent positive prssure breathing (IPPB)
b) Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang larangan
merokok di dalam reuang perawatan, beri penyuluhan
tentang pentingnya berhenti merokok.
c) Intruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik napas
dalam untuk memudahkan pengeluaran sekret.
d) Ajarkan pasiwn untuk membebat/mengganjal luka insisi
pada saat batuk.
e) Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna perubahan pada
sputum, seperti warna, karakter, jumlah, dan bau.
f) Pengisapan Jalan Napas (NIC) instruksikan kepada pasien
dan/atau keluarga tentang cara pengisaan jalan napas, jika
perlu.
Aktivitas Lain
a) Anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi pengeluaran
sekret
b) Anjurkan penggunaan spirometer insentif
c) Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindahkan pasien dari
satu sisi tempat tidur ke sisi tempat tidur yang lain
sekurangnya setiap dua jam sekali
d) Informasikan kepada pasien sebelum sebelum memulai
prosedur, untuk menurunkan kecemasan dan menungkatkan
kontrol diri.
e) Berikan pasien dukungan emosi (misalnya meyakinkan
pasien bahwa batuk tidak akan menyebabkan robekan atau
“kerusaka” jahitan)
f) Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk
pengembangan maksimal rongga dada (misalnya bagian
kepala tempat tidur di tinggikan 450C kecuali ada
kontraindikasi
g) Pengisapan nasofaring atau orofaring untuk mengeluarkan
sekret setiap,.
h) Lakukan pengisapan endotrakea atau nasotrakea, jika perlu
(hiperoksigenasi dengan ambu bag sbelum dan stelah
pengisapan selang endotrakea atau trakeostomi)
i) Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk mengencerkan
sekret
j) Singkirkan atau tangani faktor penyebab, seperti nyeri,
keletihan, dan sekret yang kental
Aktivitas Kolaboratif
a) Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika perlu
b) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk
perkusi atau peralatan pendukung.
c) Berikan udara/oksigen yang telah dihumidifikasi
(dilembapkan) sesuai dengan kebijakan institusi
d) Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer
ultrasonik, dan perawatn paru lainnya sesuai dengan
kebijakan dan protokol institusi
e) Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang abnormal
(Wilkinson, 2016, hal. 25)
Aktivitas Kolaborasi
c. Defisit nutrisi
1) Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama x24
jam diharapkan kebutuhan terpenuhi
2) Kriteria Hasil :
a) Memperlihatkan berat badan
b) Menjelaskan komponen diet bergizi adekuat
c) Mungkapkan tekad untuk mematuhi diet
d) Menoleransi diet yang dianjurkan
e) Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas
normal
f) Memiliki nilai laboratorium (mis, transferin, albumin, dan
elektrolit) dalam batas normal
g) Melaporkan tingkat energi yang adekuat
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
a) Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
b) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
c) Pantau nilai laboratorium, khususnya transferin, albumin,
dan elektrolit
d) Managemen nutrisi (NIC)
Ketahui makanan kesukaan pasien
Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
Timbang pasien pada interval yang tepat
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
a) Ajarkan metode untuk perencanaan makan
b) Ajarkan pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan
tidak mahal
c) Manajemen nutrisi (NIC) : berikan informasi yang tepat
tentang kebutuhaan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
Aktivitas lain
a) Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam
jadwal makan, lingkungan makan, kesukaan dan
ketidaksukaan pasien, serta suhu makanan
b) Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan
kesukaan pasien dari rumah.
c) Bantu pasien menulis tujuan minggunya yang realistis untuk
latihan fisik dan asupan makanan
d) Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan
latihan fisik di lokasi yang terlihat jelas dan kaji ulang setiap
hari.
e) Tawarkan makanan porsi besar di siang hari ketika nafsu
makan tinggi.
f) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan
(mis, pindahkan barang-barang dan cairan yang tidak sedap
dipandang)
g) Hindari prosedur invasif sebelum makan
h) Suapi pasien, jika perlu
i) Manajemen nutrisi (NIC) :
Berikan pasien minuman dan kudapan bergizi, tinggi
protein, tinggi kalori yang siap dikonsumsi, bila
memungkinkan.
Ajarkan pasien tentang cara membuat catatan harian
makanan, jika perlu
Aktivitas kolaboratif
a) Diskusikan dengan ahli gizi dalam menetukan kebutuhan
protein pasien yang mengalami ketidakadekuatan asupan
protein atau kehilangan protein (mis, pasien anoreksia
nervosa, penyakit glomerular atau dialisis peritoneal)
b) Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasikan nafsu
makan, makanan pelengkap, pemberian makanan melalui
slang, atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang
adekuat dapat dipertahankan.
c) Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab gangguan
nutrisi.
d) Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien
tidak dapat membeli atau menyiapkan makanan yang
adekuat.
e) Manajemen nutrisi (NIC) : tentukan dengan melakukan
kolaborasi bersama ahli gizi, jika diperlukan, jumlah kalori
dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi(khususnya untuk pasien dengan kebutuhan
energi tinggi, sperti pasien pascabedah dan luka bakar,
trauma, demam, dan luka) (Wilkinson, 2016, hal. 282)
d. Hipertermi
1) Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan selama x24
jam diharapkan
2) Kriteria Hasil
Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang dibuktikan oleh
indikator gangguan sebagai berikut:
a) Peningkatan suhu kulit
b) Hipertermia
c) Dehidrasi
d) Mengantuk
Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang dibuktikan
oleh indikator sebagai berikut :
e) Berkeringat saat panas
f) Denyut nadi radialis
g) Frekuensi pernapasan
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
a) Pantau aktivitas kejang
b) Pantau hidrasi (mis.turgor kulit, kelembapan membran
mukosa)
c) Pantau tekanan darah, denyut nadi, dan frekuensi
pernapasan
d) Kaji ketepatan jenis pakaian yang digunakan, sesuai dengan
suhu lingkungan
Aktivitas Kolaboratif
a) Regulasi suhu (NIC)