Sunteți pe pagina 1din 16

BAB I

PENDAHULUAN

Liken simpleks kronikus (LSK) merupakan peradangan kulit kronis, gatal, dan

sirkumskrip yang ditandai dangan penebalan kulit dan kulit tampak lebih menonjol

(likenifikasi) akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang. Liken simpleks kronikus

disebut juga sebagai neurodermatitis sirkumskripta atau liken vidal. Liken simpleks kronikus

ini bukanlah suatu proses yang primer, sebaliknya pasien merasakan gatal pada area kulit

tertentu dan menyebabkan adanya trauma mekanik akibat garukan sehingga timbul

likenifikasi.1

Bentuk lesi dari liken simpleks kronikus pada awalnya berupa plak eritematosa dan

sedikit edematosa, yang lambat laun edema dan eritema akan menghilang. Pada bagian

tengah berskuama dan menebal, disekitarnya hiperpigmentasi, dan batas tidak jelas. Lokasi

lesi paling sering adalah di daerah skapula, samping leher, ekstensor ekstremitas, pergelangan

kaki, dan daerah anogenital. Namun dapat ditemukan juga pada daerah lain terutama daerah-

daerah yang terjangkau oleh tangan.2

Liken simpleks kronikus lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pria

dengan perbandingan 2:1. Liken simpleks kronikus jarang terjadi pada anak-anak. Puncak

insidennya adalah pada umur antara 30 dan 50 tahun. Liken simpleks kronikus dapat ditemui

pada semua ras. Namun, sejumlah ahli mengklaim bahwa liken simpleks kronikus lebih

sering pada orang Asia dan orang Amerika-Afrika.1

Liken simpleks kronikus bersifat kronik residif dan merupakan kondisi yang susah

diobati karena tingginya resistensi terhadap terapi. Selain itu, ada juga siklus gatal-garuk

yang sangat sulit untuk dihentikan sehingga strategi terapi selain farmakologik sangat

penting. Pemahaman akan peran-peran faktor risiko dalam penatalaksanaan liken simpleks

1
kronikus sangat dibutuhkan agar dapat dilaksanakan tatalaksana yang komprehensif dengan

menghindari faktor-faktor risiko selain juga menggunakan terapi farmakologi sebagai terapi.

Pada penatalaksanaan harus dicari kemungkinan penyakit yang mendasari, dan dilakukan

pengobatan.2

2
BAB II

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

 Nama : Tn. IGPS

 Umur : 24 Tahun

 Jenis Kelamin : Laki - laki

 Agama : Islam

 Alamat : Kedayang RT 01 RW 03, Gresik

 Status : Belum Menikah

 Pekerjaan : Pedagang

2. Anamnesis

Keluhan Utama : Gelembung air

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang mengeluh gelembung berair pada perut sampai punggung sudah sejak 1

minggu yang lalu awalnya hanya muncul bintik bintik merah gatal lalu berubah menjadi

gelembung berair bergerombol, terasa panas, nyeri cekit- cekit terus menerus. Sebelum

pasien mengatakan mengalami infeksi lambung 2 minggu yang lalu, kemudian timbul

bintik2 merah. Pasien tidak ada alergi makanan dan obat. Pasien memiliki riwayat

hipertensi (+), diabetes (-), asama (-).

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa. Riwayat asma, DM, HT di sangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada saudara pasien yang mengalami keluhan yang serupa.

3
Riwayat Alergi :

Pasien menyangkal adanya alergi obat atau makanan

Riwayat Pengobatan :

Pasien mengatakan sudah di bawa ke klinik lalu dibelikan obat salep dan obat minum

tetapi pasien lupa.

3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran/GCS : Compos mentis/ E4V5M6

a. Pemeriksaan tanda vital

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 83x/ menit

RR : 18x/menit

Suhu : 36,0 oC

Kepala / leher :

Rambut : normal

Mata : isokor, Anemis -/-, Ikterus -/-

Telinga : normal

Hidung : normal, dypsneu –

Mulut : normal, sianosis -, bibir kering -, lidah kotor –

Leher : pembesaran kelenjar getah bening -,

peningkatan JVP -, deviasi trakea –

Thorax : Ronkhi (-), Wheezing (-)

Abdomen : dbn

Ekstremitas :

Superior : akral hangat +/+ , oedem -/-,

4
Inferior : akral hangat +/+, oedem -/-

b. Status dermatologi :

Lokasi : regio abdominal sampai thorakal

Efluoresensi : tampak macula eritematus di sertai bula dan vesikel berisi air

bergerombol unilateral mengikuti dermatom dan tidak melewati garis

tengah tubuh

4. Diagnosa Banding

5
1. Psoriasis

2. Dermatitis Numularis

5. Diagnosa

Liken Simplex Kronis

6. Penatalaksanaan

Non medikamentosa

a. Prinsip pengobatan penyakit ini bertujuan untuk mengurangi gejala dan

memperbaiki keadaan umum

b. Mandi dengan sabun bayi dan jangan menggunakan air hangat

c. Serta menjaga kebersihan.

Medikamentosa

a. Urea 10 %

b. Cream hidrokortisol 2,5%

c. Tab. Cetirizine 10mg 1x1 selama 7 hari

Prognosis

Pada umumnya baik, hanya jika pasien mampu mengikuti program secara teratur.

6
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 DEFINISI

Liken simpleks kronikus (LSK) merupakan peradangan kulit kronis, gatal, dan

sirkumskrip yang ditandai dangan penebalan kulit dan kulit tampak lebih menonjol

(likenifikasi) akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang. Liken simpleks kronikus

disebut juga sebagai neurodermatitis sirkumskripta atau liken vidal. Liken simpleks kronikus

ini bukanlah suatu proses yang primer, sebaliknya pasien merasakan gatal pada area kulit

tertentu dan menyebabkan adanya trauma mekanik akibat garukan sehingga timbul

likenifikasi.1

Bentuk lesi dari liken simpleks kronikus pada awalnya berupa plak eritematosa dan

sedikit edematosa, yang lambat laun edema dan eritema akan menghilang. Pada bagian

tengah berskuama dan menebal, disekitarnya hiperpigmentasi, dan batas tidak jelas. Lokasi

lesi paling sering adalah di daerah skapula, samping leher, ekstensor ekstremitas, pergelangan

kaki, dan daerah anogenital. Namun dapat ditemukan juga pada daerah lain terutama daerah-

daerah yang terjangkau oleh tangan.2

3.2 EPIDEMIOLOGI

Liken simpleks kronis biasanya terjadi pada orang dewasa. Puncak insidennya antara 30

sampai 50 tahun.Wanita lebih sering menderita dari pada pria dan penyakit ini jarang

dijumpai pada anak-anak.Penyakit ini sering muncul pada usia dewasa, terutama usia 30

hingga 50 tahun.12% dari populasi orang dewasa dengan keluhan kulit gatal menderita liken

simplek kronik. Pasien dengan koeksistensi dermatitis atopi cenderung memiliki onset umur

yang lebih muda (rata-rata 19 tahun) dibandingkan dengan pasien tanpa atopi (rata-rata 48

7
tahun).Tidak ada perbedaan insiden yang dilaporkan dalam hubungan dengan ras, meskipun

liken simpleks kronis lebih sering di Asia, Afrika-Amerika.

Secara umum frekuensi penyakit ini tidak diketahui.Tidak ada kematian yang disebabkan

liken simpleks kronis, tapi dapat menyebabkan morbiditas langsung.Terdapat pasien yang

melaporkan mengalami kurang tidur atau gangguan tiduryang mempengaruhi fungsi motorik

dan mental akibat dari rasa gatal yang timbul pada saat istirahat. Liken simpleks kronis dapat

disertai dengan infeksi sekunder.

Liken simpleks kronis yang menyeluruh seringkali timbul selama musim dingin pada

pasien yang berusia lanjut dan mempunyai kulit yang kering dan pruritik.Pada pasien

dengandermatitis atopik maka onset dini timbul 19 tahun, tetapi jika Prurigo nodularis tanpa

dermatitis atopik, maka onset lambat 48 tahun.3,4

3.3 ETIOLOGI

Liken simpleks kronik diakibatkan oleh gesekan dan garukan yang awalnya berasal

dari gatal. Ada berbagai faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada liken simplek

kronis, tetapi tidak semuanya dimengerti dengan benar. Faktor penyebab dari liken simplek

kronik dapat dibagi menjadi dua yaitu:4

1. Faktor Eksterna

a. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat berimplikasi dalam

menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang tinggi

memudahakn pasien untuk berkeringat sehingga dapat mencetus terjadinya gatal.

Hal ini biasanya menyebabkan LSK anogenital. Menurut penelitian Ising H, et al,

anak yang terekspos terhadap hasil pembuangan kendaraan bermotor dalam jangka

waktu yang lama, dapat mengakibatkan berbagai penyakit kulit, yang salah

satunya adalah LSK.

8
b. Gigitan serangga

Gigitan serangga dapat menyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang

mengakibatkan rasa gatal.

2. Faktor interna

a. Dermatitis Atopik

Asosiasi antara liken simplek kronik dan gangguan atopik telah banyak

dilaporkan. Sekitar 26% hingga 75% pasien dengan dermatitis atopik terkena liken

simplek kronik.

b. Faktor psikologis

Anxietas telah dilaporkan memiliki prevalensi yang tinggi mengakibatkan LKS.

Neurodermatitis adalah istilah lain dari LSK, yang menunjukan peran dari anxietas

atau obsesi sebagai bagian dari proses patologis dari lesi yang berkembang. Dalam

sebuah studi pasien didapatkan bahwa skor depresi pada pasien dengan LSK

adalah tinggi.Kemungkinan apakah faktor emosional ini merupakan akibat

sekunder terhadap penyakit dermatologis awalnya, atau apakah apakah penyakit

psikologis ini merupakan sebab utama dari terubahnya persepsi gatal, masih belum

jelas. Telah dirumuskan bahwa neurotransmiter yang mempengaruhi perasaan,

seperti dopamin, serotonin, atau peptida opioid, memodulasikan persepsi gatal

melalui jalur spinal yang menurun. Gangguan obsesif kompulsif telah

dihubungkan dengan perilaku menarik pada gangguan ini.

c. Litium

Litium telah dihubungkan dengan liken simplek kronik pada satu kasus yang

dilaporkan. LSK terjadi akibat administrasi dari litium dengan bukti dari observasi

9
dimana LSK membaik setelah penghentian pengobatan dan kambuh ketika

pengobatan dimulai lagi.

d. Dermatitis Kontak

Sebuah studi sederhana mengenai hubungan antara LSK dengan penggunaan gel

rambut yang mengandung PPD (paraphenylenediamine) memperlihatkan

perbaikan dari gejala LSK setelah penggunaan dari gel rambut. Hal ini

membuktikan adanya peran dari dermatitis kontak dan sensitisasi pada liken

simpleks kronis.

3.4 PATOGENESIS

Liken simpleks kronik ditemukan pada kulit daerah yang mudah diakses untuk digaruk.

Pruritus memprovokasi garukan dan gosokan yang menghasilkan lesi klinis, tetapi

patofisiologi yang mendasari tidak diketahui. Beberapa jenis kulit lebih rentan terhadap

likenifikasi seperti kulit dengan dermatitis atopik dan diatesis atopik. Suatu hubungan antara

kemungkinan keterlibatan jaringan saraf pusat dan perifer dan keluarnya produk inflamasi

akibat adanya persepsi gatal. Ketegangan emosional pada penderita cenderung mungkin

memainkan peran kunci dalam mendorong sensasi pruritus sehingga mengarahkan untuk

menggaruk yang dapat menjadi refleks dan kebiasaan.

Interaksi di antara lesi primer, faktor psikis, dan intensitas pruritus mempengaruhi

tingkat dan keparahan dari liken simpleks kronis.Faktor psikologis memegang peranan

penting dalam pengembangan atau eksaserbasi liken simpleks kronis. Pada suatu penelitian

didapatkan pasien dengan liken simpleks kronis memiliki tingkat depresi yang tinggi.

Beberapa neurotransmitter mempengaruhi suasana hati, seperti dopamine, serotonin atau

10
peptide opioid yang mempengaruhi persepsi melalui spinal pathway. Kecemasan atau obsesi

juga berperan dalam proses patologis dari lesi.1

3.5 KLASIFIKASI DAN MANIFESTASI KLINIS

Keluhan pada penderita adalah rasa gatal yang hebat.Rasa gatal dapat timbul berkala,

terus menerus, atau tak tentu. Parahnya gatal diperburuk dengan keringat, panas, iritasi

pakaian, dan dapat juga diperburuk oleh kondisi psikologis pasien.

Lesi yang muncul biasanya tunggal dan bermula sebagai plak eritema dengan sedikit edema

yang kemudian karena garukan yang berulang-ulang bagian tengah lesi akan menebal, kering,

dan berskuama serta pinggirnya hiperpigmentasi. Likenifikasi dan ekskoriasidengan

sekeliling yang hiperpigmentasi muncul seiring dengan menebalnya kulit dan batas menjadi

tidak tegas.

Gambaran klinis juga dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi. Lesi dapat timbul

dimana saja, namun tempat yang sering adalah di tengkuk, leher, pubis, vulva, skrotum, peri-

anal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan, dan

punggung kaki. Skuama pada penyakit ini dapat menyerupai skuama pada psoriasis. Variasi

klinis dari liken simplek kronik dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau korekan

tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk

kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skuama, yang lambat laun akan

menjadi keras dan berwarna lebih gelak. Lesi biasanya multiple, dan tempat predileksi di

ekstrimitas, dengan ukuran lesi beberapa millimeter hingga 2 cm.5

Dari uraian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa dalam pemeriksaan fisik kita dapat

menemukan:

- Plak eritematosa soliter atau multipel berbatas tegas dengan likenifikasi dan skuama

- Perubahan pigmentasi, terutama hiperpigmentasi

11
- Penggarukan yang menyebabkan ekskoriasi

- Pertumbuhan tanduk keratin

3.6 DIAGNOSIS

Diagnosis liken simpleks kronis didasarkan dari gambaran klinis dan biasanya tidak sulit.

Namun perlu dipikirkan penyakit kulit lain yang memberikan gejala pruritus, misalnya liken

planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopik.

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang. Pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta mengeluh merasa gatal pada satu

daerah atau lebih. Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami proses likenifikasi.

Biasanya rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku, lutut,

pergelangan kaki.Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul pada saat

pasien sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan biasanya gatal timbul

intermiten.

Pemeriksaan fisik menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, dan terjadi

likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi.

Gambaran histopatologis liken simpleks kronis berupa ortokeratosis, hipergranulasis,

akantosis dengan rete ridges memanjang teratur. Sebukan sel radang limfosit dan histiosit di

sekitar pembuluh darah dermis bagian atas, prurigo nodularis akantosis pada bagian tengah

12
lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari permukaan, sel schwan berpoliferasi, dan terlihat

hiperplasi neural.Kadang terlihat krusta yang menutup sebagian epidermis.1,2,3

3.7 DIAGNOSIS BANDING

Penyakit-penyakit yang perlu diperhatikan sebagai diagnosis banding liken simplek

kronik adalah penyakit lain yang memiliki gejala pruritus seperti dermatitis kontak iritan,

dermatitis kontak alergi, dermatitis atopi dan psoriasi.

Diagnosis morfologi dari likenifikasi biasanya tidak sulit sehingga lichen planus, lichen

amiloidosis, dan psoriasis dapat disingkirkan dan lesi tipikal harus tampak pada sisi yang

lain. Jika diagnosis likenifikasi telah ditegakkan, penyebab yang mendasarinya harus

dianalisa secara hati-hati. Lesi yang tersebar simetris dapat menandakan adanya likenifikasi

sekunder dari dermatitis kontak.6

3.8 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi penatalaksanaan umum dan khusus.

Penatalaksanaan umum antara lain memberitahukan kepada pasien bahwa neurodermatitis

merupakan penyakit kulit yang kronis serta dapat hilang timbul. Pasien diminta agar tidak

menggaruk dengan keras karena dapat memperberat penyakitnya dan menimbulkan

infeksi sekunder. Pencegahan lain yaitu diharapkan tidak menggunakan pakaian yang

terlalu ketat dan tebal serta menghindari gigitan serangga.

Penatalaksaan khusus pada pasien ini dengan terapi sistemik yaitu Cetirizine 10mg

1x1 tablet selama 7 hari dan topical Urea Cream 10% dan Cream Hidrokortison 2,5%.

13
BAB IV

RINGKASAN

Pada pasien ini diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik,

sedangkan pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Dari anamnesis didapatkan lesi

berawal dari adanya riwayat benjolan seperti keloid lalu pasien mengguntingnya sehinnga

terasa gatal. Kemudian tak lama muncul bintik kecil disertai rasa gatal sehingga pasien

seringkali menggaruk dengan keras bagian tersebut hingga lecet kadang mengelupas pada

kulit yang mengering. gatal tersebut sudah dirasakan sejak 1 tahun ini. Pada pemeriksaan

dermatologisnya ditemukan adanya makula hiperpigmentasi di daerah dorsum pedis dextra

dan sinistra serta timbul papul, selanjutnya karena garukan yang berulang bagian tengah lesi

terasa tebal (likenifikasi), kering, bersquama, dan ekskoriasi. Dari uraian diatas dapat

dikatakan diagnosis pada pasien ini sudah tepat yaitu liken simplek kronik. Berdasarkan

anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Liken simplek kronik adalah peradangan kulit kronis, disertai rasa gatal, sirkumskrip,

yang khas ditandai dengan kulit yang tebal dan likenifikasi. Likenifikasi pada liken simpleks

kronik terjadi akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang, karena berbagai rangsangan

pruritogenik. Keluhan dan gejala dapat muncul dalam waktu hitungan minggu hingga

bertahun-tahun.

Terapi liken simplek kronik bertujuan untuk memutus itch-scratch cycle, karena pada

dasarnya tindakan menggaruk lesi ang terasa gatal justru akan memperberat lsi dan

menambah rasa gatal.

Penatalaksanaan pada pasien ini dibagi mejadi 2, yaitu umum dan khusus.

Penatalaksanaanumum pasien dianjurkan untuk tidak menggaruk daerah kulit yang sangat

14
gatal serta menjaga kebersihan kulit pasien. Penatalaksanaan khusus meliputi pemberian

pengobatan antara lain krim urea 10%, Krim hidrokortison 2,5 % dan tab. Cetirizine 10 mg

diminum sehari sekali selama 7 hari.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Hogan, D.J. 2009. Conatct Dermatitis, Allergic. EMedicine Dermatology

2. Sularsito SA, Soebaryo RW (2015). Dermatitis. Dalam: Menaldi SLSW, Bramono

K, Indriatmi W (eds). Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi 7. Jakarta: Badan

penerbit FK UI, p: 156

3. Pramita Ariyanti, Sunarso Suyoso. 2014. Studi Retrospektif: Pemahaman Klinis

Liken Simplek Kronikus. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit

Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin -

Periodical of Dermatology and Venereology Vol. 26 / No. 2 / Agustus 2014.

4. Burgin S. Nummular eczema and lichen simplex chronicus/prurigo nodularis. In:

Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor.

Fitspatricks’s Dermatology In General Medicine. 7th ed. New York: The McGraw-

Hill Companies, Inc.; 2008. p. 158-62.

5. Burgin S. Nummular eczema and lichen simplexchronicus/prurigo

nodularis.In:Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,

editor. Fitspatricks’s Dermatology In General Medicine. 7th ed. New York: The

McGraw-Hill Companies, Inc.; 2008. p. 158-62.

6. Djuanda A. 2005. Dermatosis eritroskuamosa. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,

edisi ke-4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp.189-90,197-00.

16

S-ar putea să vă placă și