Sunteți pe pagina 1din 23

ANALISIS NILAI SOSIAL DAN MORAL DARI NOVEL

“HUJAN”
KARYA TERE LIYE
Desi Pramudya W
IAIN PONOROGO
e-mail: desypramudya59@gmail.com

Abstract: This study aims to describe social values which


include; togetherness or mutual cooperation and social care,
and analyzing the moral value of Rain's novel by Tere Liye.
The type of research used is a type of quantitative research,
this research was designed descriptively which tried to clearly
describe social and moral values. The results of the study show
that there are various stories that we can learn from in other
words the moral message. The story of friendship, which is
told through friendship Lail and Mary gave a message about a
friendship. Friendship is to help each other and strengthen
both joy and sorrow. As contained in the novel "There are
many things that can be understood by two true friends
without having to talk anything. Love story, depicted about
loving in silence Lail and Tomorrow. Love each other but do
not know each other because the age is still too young. When
prejudice starts, guessing each other's feelings even arises
jealousy. As stated in the novel because memories are like
rain. When he comes we can't stop him. How we will stop the
drops of water coming down from the sky, it can only be
waited for, until it is finished by itself. Just as what already
exists in stories in novels, social values include affection,
forgiveness, obedience, courtesy, mutual cooperation,
humanity, wisdom, justice, respect for others and
responsibility.

Keyword: Social Value, Moral Value, Novel Hujan Tere Liye


PENDAHULUAN
Membahas tentang keindahan karya sastra tidak akan ada
habisnya. Karya sastra merupakan hasil karya manusia dengan
mendayungkan imajinasi yang terdapat dalam diri
pengarangnya. Keberadaan karya sastra dalam kehidupan
manusia dapat mengisi “kedahagaan jiwa” karena membaca
karya sastra bukan saja memberikan hiburan, tetapi dapat
memberikan pencerahan jiwa. Dengan kata lain, karya sastra
dapat memberikan hiburan dan manfaat. Dengan membaca
karya sastra, kita sejenak dapat mengalihkan duka dan
mengikuti jalan cerita, keindahan, dan keluwesan bahasa yang
ditampilkan pengarang. Manfaat karya sastra diperoleh
melalui nilai-nilai terrsirat, dibalik jalinan cerita yang
disampaikan pengarang. Dengan membaca karya sastra, nilai-
nilai tertentu akan meresap secara tidak langsung dibalik alur
atau jalinan cerita yang secara apik ditampilkan. 1

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang


menyajikan cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata,
yang mempunyai unsur intrinsik dan ektrinsik. Sebuah novel
biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia bermacam-
macam masalah dalam interaksinya dengan lingkungan dan
sesamanya. Dalam membaca sebuah novel, bagian paling
penting yang harus dilakukan adalah mencari nilai yang
disajikan oleh pengarang dalam setiap tokoh walaupun untuk
membedakannya secara tajam antara baik dan buruk antara
tokoh tersebut terkadang sangatlah sulit, karena novel
memanglah merupakan wahana untuk pembelajaran psikologi
kemanusiaan. Dalam sebuah novel terdapat unsur-unsur yang
mengandung nilai politik, moral, sosial ekonomi dan lainnya,

1 Citra Salda Yanti, “Religiositas Islam Dalam Novel Ratu Yang


Bersujud Karya Amrizal Mochamad Mahdavi,” Jurnal Humanika 3, no. 15
(2015): 1–15.
unsur-unsur ini dalam kesusastraan biasa disebut unsur
ekstrinsik, yaitu unsur yang dimuat dalam suatu cerita novel
berasal dari luar kesusastraan. Dalam hal ini peneliti hanya
menelaah unsur ekstrinsik yang berkaitan dengan unsur
moralitas atau kajian moral, karena moral merupakan unsur
yang dapat membedakan manusia dengan makhluk lain di
alam semesta ini. Apabila manusia sudah tidak mempunyai
nilai-nilai moral yang tinggi, maka perilakunya juga dapat
bermoral.2

Salah satu novel yang juga dapat menggambarkan


suatu keadaan sosial seseorang, ataupun masyarakat adalah
novel yang dipilih peneliti. Sebuah novel karya Tere Liye.
Novel hujan karya Tere Liye menggambarkan sikap sosial
yang diperlihatkan oleh tokoh dalam cerita seperti saling
menghormati, saling tolong menolong, kasih sayang, serta
peduli terhadap sesama. Perilaku sosial berupa sikap
seseorang terhadap peristiwa yang terjadi disekitarnya yang
ada hubungannya dengan orang lain.

Novel Hujan karya Tere Liye ini mendapat respon


positif di kalangan pencinta novel, terbukti dengan sudah
banyaknya resensi terkait novel tersebut. Novel Hujan karya
Tere Liye menggambarkan sikap sosial yang diperlihatkan
oleh tokoh dalam cerita seperti saling menghormati, saling
tolong menolong, kasih sayang, serta peduli terhadap sesama.
Perilaku sosial berupa sikap seseorang terhadap peristiwa
yang terjadi disekitarnya yang ada hubungannya dengan orang
lain.3 Dalam novel juga terdapat nilai-nilai moral yang
2 Sitti Alfiah, “Analisis Pesan Moral dalam Novel Hujan karya
Tere Liye,” Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa dan Sastra PBSI FKIP
Universitas Cokroaminoto Palopo 2, no. 1 (2016): 57.
3 Bayu Ardiantoro, “Represntasi Nilai-Nilai Dalam Novel Hujan
Karya Tere Liye Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia,” Jurnal NOSI 4, no. 2 (2016): 34.
digambarkan melalui para tokoh berupa hubungan manusia
dengan Tuhan terdiri dari, tawakkal dan bersyukur, hubungan
manusia dengan manusia, tolong-menolong, persahabatan,
penyayang, pemberi motivasi, berbudi pekerti baik, pemberi
nasihat, dan perhatian, hubungan manusia dengan dirinya
sendiri: pantang menyerah, berpendirian teguh,dan berhati
tulus, hubungan manusia dengan alam sekitar: tumbuh rasa
ingin menjaga keseimbangan alam dan memuji keindahan
alam. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tentang
nilai-nilai sosial dan moral yang terkandung di dalam Novel
Hujan karya Tere Liye.

a. Nilai
Nilai Value (bahasa Inggris) atau Valere (bahasa Latin)
berarti berguna, mampu, akan, berdaya, berlaku dan kuat.
Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal
tersebut dapat disukai, diinginkan, berguna, dihargai dan
dapat menjadi objek kepentingan.4
Banyak para ilmuan yang mendefinisikan pengertian
nilai dengan konsep yang berbeda-beda. Seorang psikolog
menafsirkan nilai sebagai suatu kecenderungan perilaku
yang berawal dari gejala-gejala psikologis seperti hsrat,
motif, sikap, kebutuhan dan keyakinan yang dimiliki secara
individual sampai pada wujud tingkah lakunya yang unik.
Karena itu, untuk kebutuhan pengertian nilai yang lebih
sederhana namun mencakup keseluruhan aspek, dengan
demikian nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam
menentukan pilihan.5
b. Karya Sastra

4 Beni Ahmad Saebeni, Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam


1 (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009): 33.
5 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai
(Bandung: Alfabeta, 2011): 9.
Etimologi kesustraan berasal dari gabungan “su”
artinya baik, bagus, indah, kemudian “sastra” yang artinya
tulisan. Dalam bahasa Indonesia kata sastra biasa
digunakan untuk merujuk kepada kesastraan atau sebuah
jenis tulisan yang memiliki arti dan keindahan tertentu.
Sastra dapat juga diartikan sebagai: pengetahuan,
kepandaian, kecakapan, pengarah, agama, dan keahlian.
Dalam arti yang sempit sastra adalah bagian dari seni.
Sastra adalah sesuatu yang mengacu pada himpunan
pengetahuan yang berkaitan dengan menulis dan membaca
dengan baik, atau seni puisi, retorika dan tata bahasa.
Sedangkan karya sastra adalah ciptaan yang disampaikan
dengan komunikatif tentang maksud penulis untuk tujuan
estetika. Menurut bentuk atau subjek, karya sastra
mungkin memiliki jenis yang berbeda narasi (sebuah karya
prosa, seperti novel atau cerita pendek), puisi, drama, dan
sebagainya. Sesuatu yang tidak dapat kita tinggalkan dalam
menganalisis karya sastra yang berbentuk prosa adalah
pengertian dari prosa itu sendiri. Yang dimaksud dengan
prosa fiksi adalah bentuk cerita atau prosa kisahan yang
mempunyai pemeran lakuan, peristiwa, dan alur yang
dihasilkan oleh daya khayal imajinasi, prosa fiksi adalah
cerita hasil olahan pengarang berdasarkan pandangan,
tafsiran, serta penilaian tentang peristiwa yang pernah
terjadi dalam suatu peristiwa yang berlangsung dalam
khayal pengarang.

c. Pengertian novel
Kata novel berasal dari bahasa Latin novellas yang
terbentuk dari kata novus berarti baru atau new dalam
bahasa Inggris. Ada juga yang mengatakan bahwa novel
berasal dari bahasa Itali novella artinya sama dengan
bahasa Latin. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan
atau karya sastra yang lebih pendek daripada roman, tetapi
jauh lebih panjang daripada cerita pendek, isinya hanya
mengungkapkan suatu kejadian penting, menarik dari
kehidupan seseorang (dari suatu episode). Perwatakan
pelaku-pelakunya digambarkan secara garis besar saja,
tidak sampai pada masalah yang sekecil-kecilnya. Kejadian
yang digambarkan itu mengandung suatu konflik jiwa dan
mengakibatkan adanya perubahan nasib.6
Novel merupakan bentuk karya sastra sekaligus
disebut fiksi, bahkan dalam perkembangannya, kemudian
novel dianggap bersinonim dengan fiksi. Sebutan novel
dalam bahasa Inggris dan inilah yang kemudian masuk ke
Indonesia berasal dari bahasa Italia novella (dalam bahasa
Jerman: novelle). Secara harfiah novella berarti sebuah
barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai
cerita pendek dalam bentuk prosa.7
d. Nilai Sosial
Nilai social adalah nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa
yang dianggap buruk oleh masyarakat. Untuk menentukan
sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak
pantas harus melalui proses menimbang. Seperti halnya
dalam kehidap yang diceritakan dalam novel juga
mengandung banyak unsur nilai-nilai social.
e. Nilai Moral
Nilai moral adalah kemampuan yang terbentuk setelah
orang belajar teori-teori nilai, dalam rangka memahami
teori-teori tersebut.8 Dengan begitu, seseorang dapat

6 Wijaya Sri Wahyuningtyas, Pengantar Apresiasi Prosa


(Surakarta: Yuma Pustaka, 2010): 46.
7 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta:
Gadjah Mada University, 2000): 9.
8 Dharma Kesuma, Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan
Praktik di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012): 72.
menghasilkan suatu perbuatan yang secara umum dapat
diterima oleh masyarakat sebagai hal yang objektif dan
dapat diberlakukan secara universal.9 Karya sastra dapat
dipandang sebagai objek yang dekat hubunganya dengan
masyarakat. Pengertian nilai dan pengertian moral tersebut,
dapat disimpulkan adalah nilai-nilai dan norma–norma
yang menjadi pegangan seseorang kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya dalam kehidupan bermasyarakat.
Moral selalu berhubungan dengan tingkah laku, perbuatan
baik atau manghasilkan penderitaan ataupun kebahagiaan
itu tergantung pada individu masing-masing. Moral juga
dapat diartikan sebagai ajaran baik dan buruk, perbuatan
dan kelakuan, ahlak kewajiban, dan sebagainya. Tindakan
moral yang selaras dengan pemikairan moral hanya
mungkin dicapai pencerdasan emosianal dan spiritual serta
pembiasaan.

HASIL PEMBAHASAN

Nilai-nilai sosial memiliki ciri-ciri tersendiri yang


membedakannya dari nilai-nilai yang lain diantaranya:

1. Tidak semua hal yang baik dimata masyarakat dapat


dianggap sebagai nilai sosial

2. Merupakan hasil interaksi antar anggota masyarakat.

3. Ditularkan diantara anggota-anggota masyarakat


melalui pergaulan.

4. Terbentuknya melalui proses belajar yang panjang


melalui sosialisasi.

9 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta:


Rajawali Press, 2013): 80.
5. Nilai berbeda-beda antara kebudayaan yang satu dengan
yang lain.

6. Mempunyai efek yang berbeda terhadap individu.

7. Memengaruhi perkembangan pribadi dalam masyarakat


baik positif maupun negatif.

8. Hasil seleksi dari berbagai macam aspek kehidupan di


dalam masyarakat.

9. Nilai sosial merupakan konstruksi abstrak dalam pikiran


orang yang tercipta melalui interaksi sosial

10. Nilai sosial bukan bawaan lahir, melainkan dipelajari


melalui proses sosialisasi, dijadikan milik diri melalui
internalisasi dan akan mempengaruhi tindakan-tindakan
penganutnya dalam kehidupan sehari-hari disadari atau
tanpa disadari lagi (enkulturasi).10

Setelah mengetahui ciri-ciri dari nilai sosial, berikut ini


akan dipaparkan nilai sosial dan moral yang terkandung dalam
novel Hujan karya Tere Liye.

a. Nilai-nilai Sosial dalam Novel Hujan Karya Tere Liye.


Nilai-nilai sosial yang terkandung dalam novel Hujan karya
Tere Liye terdiri dari:
1. Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan sebuah perasaan yang tulus
hadir dari dalam hati dan mengandung sebuah keinginan
untuk memberi dan membahagiakan pihak yang dikasihi
atau disayangi. Dalam novel Hujan karya Tere Liye ini
terdapat nilai kasih sayang yang ditunjukkan oleh
10 D.A. Wila Huky, Pengantar Sosiologi (Surabaya: Usaha
Nasional, 1986): 146.
tokoh-tokoh dalam cerita baik kepada orang tua,
sahabat, ataupun orang lain. Berikut pemaparannya. Ibu
Esok memegang lengan Lail, menatapnya, “Lail, Esok
menyayangimu. Dia menganggapmu lebih dari seoarang
adik.”(hal:50)
Kutipan cerita diatas mengandung nilai kasih sayang
ditunjukkan dari dialog Ibu Esok dan Lail. Ibu Esok
tahu benar bahwa anaknya menyayangi Lail lebih dari
seorang adik. Dia menyayangi Lail sebagai seorang pria
bukan seorang kakak. Ibu Esok dapat melihat hal
tersebut dari sikap-sikap yang ditunjukkan Esok, dia
begitu memperhatikan Lail selalu Lail yang ditanya
ketika menelfon.
2. Maaf-Memaafkan
Memaafkan adalah sikap untuk mengatasi hal-hal
yang negatif dan penghakiman terhadap orang yang
bersalah dengan tidak menyangkal rasa sakit atau
kekecewaan, tetapi dengan rasa iba atau kasihan kepada
pihak yang menyakiti. Maaf- memaafkan adalah cara
untuk mengatasi hubungan yang rusak untuk
mmeperoleh kesembuhan luka dan membuka hati atau
berlapang dada terhadap pihak yang menyakiti. Berikut
kutipan dalam novel. “ Kamu hanya diberi waktu satu
jam, Esok! Lihat, sekarang pukul berapa?” Marinir
yang berjaga di depan stadion terlihat jengkel. “ Aku
minta maaf, kami terjebak hujan” “Kami tidak
berkeliaran. Kami menjenguk ibu Esok di rumah sakit”,
kali ini Lail menjelaskan, melangkah maju di depan
Esok yang masih memegang setang sepeda. “Kami
minta maaf ini salahku. Aku berjanji akan membantu di
sini.” Marinir itu menghela napas, menatap wajah Lail.”
Baik kalian segera masuk, sudah hampir jadwal makan
malam. Tinggalkan sepedanya di sini.” (hal: 60)
Pada kutipan di atas memperlihatkan bagaimana
Marinir marah kepada Esok yang pulang terlambat
setelah meminjam sepeda petugas. Esok meminta maaf
atas kesalahannya tersebut begitu juga Lail ia merasa
bersalah. Esok terlambat pulang karena harus
menjemput Lail ditempat dimana ibu Lail jatuh dalam
lubang lorong kereta yang tertimbun tanah, namun
akhirnya Marinir memaafkan kesalahan mereka dengan
menyuruh mereka masuk dan bersiap untuk makan
malam. Oleh sebab itu pada kutipan ini jelas sekali
tampak nilai sosial yang berupa saling memaafkan.
3. Kepatuhan
Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk,
patuh pada ajaran dan aturan. Kepatuhan juga berarti
menaati segala aturan atau perintah. “ Rapikan dasimu,
Lail.” Wanita berusia 35 tahun itu menoleh lagi ke
anaknya.” “Lail buru-buru mengangguk.”(hal: 12)
Kutipan di atas memperlihatkan nilai sosial yang berupa
kepatuhan. Terlihat Lail yang diperintahkan ibunya
untuk merapikan dasinya, ia langsung patuh terhadap
perintah ibunya itu. Seorang anak yang taat terhadap
perintah orang tuanya adalah sifat yang seharusnya
setiap anak punyai, selagi perintah itu masih dalam
koridor kebaikan.
4. Kesopanan/Keramahan
Sopan santun diwujudkan dengan mengetahui tata
krama bergaul dengan orang yang lebih tua, tata krama
bergaul dengan guru, tatakrama bergaul dengan orang
yang lebih muda, tatakrama bergaul dengan teman
sebaya, tata karma bergaul dengan lawan jenis, serta
menghormati tetangga. Kesopanan merupakan menjaga
sikap terhadap orang lain. “ Dua penumpang laki-laki,
saat melihat Lail dan ibunya masuk, berdiri memberikan
tempat duduk,” terima kasih. Lail dan ibunya segera
duduk.”( Hal: 14). Dalam kutipan diatas menggabarkan
prilaku sopan santun yang merupakan nilai sosial,
terlihat bagaimana dua penumpang laki-laki dalam
kereta memberikan tempat duduknya kepada Lail dan
ibunya yang baru masuk, karena kursi kereta sudah
penuh, dua pemuda tersebut memilih berdiri dan
memberikan kursinya untuk orang lain, kemudian Lail
dan ibunya mengucapkan terima kasih. Hal ini juga
menggambarkan bahwa Lail dan ibunya menghargai
sopan santun kedua laki-laki itu.
5. Musyawarah
Musyawarah merupakan kegiatan saling tukar pikiran
untuk mencapai suatu keputusan yang disetujui oleh
pihak-pihak yang bermusyawarah. Dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Petugas itu
memanggil seniornya berdiskusi sebentar, “ Baiklah.
Salah satu prinsip paling penting di organisasi ini adalah
semangat berbagi dan berbuat baik. Usia kalian memang
baru lima belas, tapi kalian mungkin memilikinya.
Kalian berdua diizinkan mengikuti tes. Jika lulus, kami
akan memikirkan bagaimana baiknya.”(hal:111).
Kutipan di atas mengagambarkan adanya musyawarah
yang dilakukan dengan diskusi untuk mengambil sebuah
keputusan suatu permasalahan. Dalam hal ini petugas
melakukan diskusi terlebih dahulu untuk memutuskan
apakah Maryam dan Lail yang ingin mendaftar sebagai
anggota relawan dapat diterima, karena mereka masih
berumur lima belas tahun. Meskipun demikian hasil
dari diskusi petugas dan seniornya diputuskan bahwa
mereka diizinkan untuk mengikuti tes keanggotaan
relawan.
6. Gotong Royong
Gotong royong adalah bentuk kerja sama untuk
meringankan beban dengan mencapai tujuan yang
diinginkan. Gotong royong merupakan sikap positif
yang mendukung dalam perkembangan dan juga perlu
dipertahankan sebagai suatu perwujudan kebiasaan
melakukan suatu pekerjaan secara bersama-sama.
Ditandai dengan sikap tolong menolong, “Masih ada
ribuan tubuh yang belum dievakuasi dari balik
bangunan-bangunan. Segesit apapun alat berat bekerja ,
mereka tidak bisa menangani semuanya dalam waktu
cepat. Bau busuk itu membuat kota tenggelam oleh
kesedihan mendalam. Masker kembali dibagikan.” ( hal:
65). Kutipan diatas menggambarkan keadaan setelah
bencana terjadi bagaimana mereka bekerja sama untuk
mengevakuasi jasad-jasad para korban gempa, mereka
saling membantu, dan dikerahkan segala tenaga agar
dapat mengubur tubuh-tubuh para korban yang sudah
tercium bau busuk, dan untuk menjaga para warga dari
bau menyengat tersebut mereka para petugas, relawan
dan dibantu para pengungsi yang selamat dari
bencanapun ikut serta membantu.
7. Rasa Kemanusiaan
Manusia yang pada hakikatnya merupakan makhluk
yang diberikan akal dan perasaan tentu hal inilah yang
akan menggerakkan manusia untuk berfikir, berbuat,
serta ikut merasakan apa yang sedang orang lain
lakukan. Untuk menimbulkan simpati dan empati
terhadap sesama manusia yang lainnya. Terlebih ketika
melihat orang lain dalam kesusahan. “ Aku sendirian.
Empat kakakku tertimbun di dalam kapsul,” anak laki-
laki itu menjawab pelan. Lengang sejenak, “Aku minta
maaf tentang itu, Nak”, petugas kereta berkata pelan.”
(hal: 27). Kutipan di atas menunjukkan sikap rasa
kemanusiaan yang digambarkan oleh petugas kereta
yang meminta agar setiap anak didampingi orang tuanya
namun ternyata anak lelaki itu sendirian dan empat
saudaranya tertimbun kapsul kereta saat gempa terjadi.
Dengan penjelasan tersebut petugas kereta turut berduka
dan merasa bersalah hingga dia meminta maaf kepada
anak laki-laki tersebut sebagai sikap empatinya.
8. Kebijaksanaan/ Keadilan
Kebijaksanaan dapat didefinisikan sebagai keahlian
dalam mengatasi permasalahan mendasar yang
berkaitan dengan perilaku dan makna hidup.
kebijaksanaan merupakan perpaduan dari intelek dan
karakter. “ Empat belas hari mengenal Esok, Lail mulai
tahu betapa pandainya Esok. Anak laki-laki itu genius.
Seperti keberhasilan menyedot air bersih dari dalam
tanah, itu atas ide brilian Esok. Petugas sudah
menyerah, juga Marinir, mereka tidak punya mesin
pompa besar yang cukup untuk menarik air sedalam itu.
Esok mengusulkan agar mereka menyusun belasan
pompa kecil secara parallel. Tidak ada yang mengerti
penjelasan Esok , hingga dia menyusunnya dengan
cermat, menghubungkan lima belas pompa air
sedemikian rupa dan air berhasil di sedot”.( Hal:66).
Pada kutipan di atas menunjukkan nilai kebijaksanaan
Hal ini ditunjukkan oleh Esok yang mampu
menyelesaikan masalah dengan tepat, ketika petugas
dan Marinir sudah kehabisan akal untuk menyedot air
bersih. Namun atas ide Esok masalah itu dapat
diselesaikan dengan baik.

9. Menghargai Orang Lain


Menghargai orang lain adalah dimana kita mampu
memahami orang tersebut. Peduli terhadap lingkungan,
membantu orang lain,serta mampu melihat kelebihan
orang lain dengan ikut merasa bangga dan mampu
mengucapkan terima kasih. “Astaga, Maryam. Kita
tidak mau, tapi bukan berarti kita harus menolaknya. Ibu
suri sudah berusaha mencarikan gaun terbaik bagi kita,”
Lail balas berbisik. “Dia menghabiskan waktu 24 jam
dalam sehari , tidak pernah libur sekali pun, mengurus
seluruh panti, mengurus kita yang susah diatur. Dia
berusaha sesabar mungkin menghadapi semua penghuni
panti. Bahkan memikirkan apa yang akan kita kenakan
di acara itu” (Hal: 167). Kutipan di atas
menggambarkan bagaimana menghargai orang lain, Hal
ini ditunjukkan dengan sikap menghargai pemberian
orang lain meskipun, mereka tidak menyukainya, Lail
menghargai usaha ibu suri untuk mencarikan gaun
untuknya dan Maryam, ia menjaga perasaan Ibu Suri
dan menghargai pemberiannya. Lail menerima bahkan
mengucapkan terima kasih meskipun tidak menyukai
gaun pilihan Ibu Suri.
10. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan sikap yang harus ia
terima sebagai konsekuensi dari tindakan atau putusan
yang telah diambil, ataupun melakukan atau mejalankan
tugas yang telah dibebankan secara sadar dengan usaha.
“ Tenda-tenda didirikan Marinir di halaman rumah sakit
dua jam setelah gempa. Pasukan militer itu
mengagumkan. Mereka juga kehilangan keluarga,
kerabat, dan rumah, tapi dari barak militer mereka
menyebar ke seluruh kota , bekerja cekatan membantu
apa saja sepanjang sore. Prioritas pertama adalah
membantu rumah sakit.”(hal; 42). Kutipan di atas juga
menggabarkan sikap tanggung jawab. Sebagai seorang
marinir dan pasukan militer sudah menjadi tugas
mereka membantu masyarakat, melindungi masyarakat,
terutama ketika terjadi bencana alam yang terjadi,
mereka bekerja keras membantu mendirikan tenda dan
membantu hal-hal lainnya sebagai wujud tanggung
jawabnya, meskipun ia juga kehilangan keluarga dan
tempat tinggal ia tetap bekerja membantu membangun
tenda dan apa saja yang bisa mereka lakukan. 11

b. Nilai-nilai Moral dalam Novel Hujan Karya Tere Liye.


Sikap dan tindakan yang berkaitan dengan nilai moral,
yaitu kejujuran, nilai-nilai otentik, kesediaan untuk
bertanggung jawab, kemandirian moral, keberanian moral,
kerendahan hati, realitas dan kritis. 12 Nilai-nilai moral yang
terkandung dalam novel Hujan karya Tere Liye terdiri dari:
1. Memperhatikan keluarga
1) Selalu memperhatikan/mengingat keluarga meskipun
dalam keadaan sibuk. Hal ini dibuktikan dari kutipan
dalam novel hujan karya Tere Liye sebagai berikut
ini: Kutipan ke 1 novel Hujan karya Tere Liye “Halo,
Princess!” “Ayah!” Lail berseru riang. “Bagaimana
kabarmu hari ini, Princess?” Tanpa dapat ditahan,
Lail langsung bercerita panjang lebar. Sudah tiga
bulan terakhir ayahnya yang bekerja di luar negeri
tidak pulang, termasuk saat libur panjang. Dia hanya
bertemu via layar atau bicara lewat telepon seperti
sekarang. (Hal 13)
2) Kutipan ke 2 novel Hujan karya Tere Liye
Di kursi sebelahnya ibunya sedang sibuk menelpon
rekan kerjanya, bilang dia akan terlambat ke kantor,

11 Yundi Fitrah dkk, “Nilai-Nilai Sosial Dalam Novel Hujan


Karya Tere Liye,” Jurnal FKIP Universitas Jambi, n.d., 11–17.
12 Dewi Puspita Sari, “Nilai Moral dalam Novel Rindu Karya
Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra dan Implementasinya dalam
Pembelajaran Sastra di SMA,” Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, 2015,
10.
harus mengantar putrinya sekolah terlebih dahulu.
Hal 17 Bardasarkan 2 kutipan novel di atas,
memperlihatkan pesan moral seorang ayah dan ibu
yang perhatian terhadap anaknya meskipun sibuk
mengerjakan tugas.
2. Tanggung Jawab
Mengajarkan untuk bertanggung jawab terhadap
pekerjaan, dan seorang ibu yang perhatian terhadap
anaknya. Hal ini dibuktikan dari kutipan dalam novel
hujan karya Tere Liye sebagai berikut ini:
1) Mengajarkan bertanggung jawab terhadap pekerjaan,
dibuktikan dari kutipan dalam novel“Tinggalkan,
kita tidak akan sempat membantu mereka!” petugas
itu berseru tegas saat beberapa penumpang lain
berusaha memeriksa. Kondisi petugas itu juga tidak
lebih baik. Pelipisnya berdarah. Seragamnya
berdebu. Dia membawa lampu darurat kereta, dari
sanalah cahaya terang berasal (Hal 23). Kutipan dari
novel di atas terlihat menggambarkan pesan moral
seorang harus bertanggung jawab penuh terhadap
pekerjaan atau tugas yang diembannya.
2) Ibu yang perhatian dibuktikan dari kutipan dalam
novel ”Cepat Lail! Cepat!” ibunya berteriak.
Runtuhan atap mengenai bagian belakang
kerumunan penumpang yang berlarian, belasan
tertimbun hidup-hidup. Teriakan mereka hilang
ditelan gumpalan tanah dan bebatuan. Cahaya lampu
darurat dibelakang yang dipengang oleh petugas juga
padam. Kengerian menguar di dalam lorong (Hal
25). Berdasarkan kutipan di atas pesan moral dalam
hujan karya Tere Liye adalah mengajarkan agar
orang tua selalalu memperhatikan anaknya dalam
kondisi apapun.
3. Peduli terhadap sesama
Mengajarkan untuk peduli terhadap sesama. Hal ini
dibuktikan dari kutipan dalam novel hujan karya Tere
Liye sebagai berikut ini “Ayo, Lail. Kamu lebih baik
ikut bersamaku. Semoga toko kue baik-baik saja, dan
saluran teleponnya masih bisa digunakan. Kamu bisa
menghubungi keluargamu dari sana.” Esok memberikan
alas an yang baik Lail mengangguk, beranjak berdiri.
Sekali lagi dia menatap rumahnya yang tinggal
tumpukan puing, kemudian melangkah pelan di
belakang Esok (Hal 38) Kutipan dari novel hujan karya
Tere Liye di atas pesan moralnya mengajarkan untuk
selalu peduli terhadap sesama yang membutuhkan
bantuan.
4. Berbagi terhadap sesama/ tidak kikir
Hal ini dibuktikan dari kutipan dalam novel sebagai
berikut ini “Kamu sudah makan, Lail?” Esok bertanya,
beranjak duduk di sebelah. Pukul tujuh malam. Lail
mengangguk, memperlihatkan potongan roti di
tangannya. Tadi ada yang membagikan roti. “Ibumu
sudah siuman?” Lail bertanya pelan. Esok menggeleng,
menoleh ke tenda di belakang, tempat ibunya di rawat.
“Kamu mau?” Lail memotong rotinya, menyerahkan
kepada Esok. “Terima kasih.” Esok menerima potongan
roti (Hal 42). Kutipan dari novel hujan karya Tere Liye
di atas mengajarkan ketika memiliki sesuatu dan ada
yang membutuhkan sebaiknya membagi atau memberi
sebagian yang kita miliki.
5. Berjiwa sosial atau mengajarkan untuk saling tolong
menolong
Hal ini dibuktikan dari kutipan dalam novel hujan
karya Tere Liye sebagai berikut ini:
1) Kutipan 1 Mereka tiba terlambat di dapur umum.
Makanan sudah habis. “Tidak apa, Aku tidak lapar.”
Lail menggeleng tidak peduli. “Kamu harus makan!”
Esok berseru tegas, menarik paksa tangan Lail,
melangkah kebagian dalam dapur, menemui salah
satu petugas. (Hal 51).
2) Kutipan 2 “Apa yang kamu lakukan disini?” Esok
berseru gugup. Lail menoleh, tidak menjawab. “kita
harus pergi.” Lail menggeleng, “Ikut aku sekarang,
Lail” Esok memaksa, Lail melawan tidak mau. “Ini
bukan hujan biasa, Lail. Ini hujan asam. Dengan
besarnya letusan gunung kemarin, kadar asamnya
sangat pekat. Tanaman meranggar, semen terkelupas,
bebatuan retak. Ini hujan mematikan. Kamu bisa
menderita penyakit serius jika terkena air hujannya.
Wajah melepuh, rambut rontok.” Esok tidak peduli
Lail marah, dia menarik pasa Lail. (Hal 54-55).

Ke dua kutipan dari novel hujan karya Tere Liye di


atas pesan moralnya mengajarkan ketika ada yang
tertimpa musibah dan berputus asa sebaiknya kita
menghibur dan tidak membiarkan larut dalam
kesedihan.

6. Mensyukuri keadaan yang ada


Hal ini dibuktikan dari kutipan dalam novel hujan
karya Tere Liye sebagai berikut ini: Menerima dan
mensyukuri keadaan, bertemu dengan ibu Esok yang
kehilangan dua kaki membuat Lail berpikir banyak.
Disini seharusnya bisa lebih bersyukur. Setidaknya dia
selamat tanpa kurang satu apa pun. Dia jauh lebih
beruntung. Ibu, Ayah di mana pun mereka berada
sekarang, tidak ingin melihat dia patah semangat. (Hal
59). Kutipan dari novel di atas pesan moralnya jangan
berlarut-larut dalam kesedihan/ keterpurukan dan
berusaha membenahi diri agar lebih baik lagi.
7. Suka menolong berjiwa sosial
Hal ini dibuktikan dalam novel Hujan karya Tere Liye,
Lail memutuskan untuk meneladani apa yang dilakukan
Esok di tempat pengungsian. Lail menawarkan diri
membantu, mulai terbiasa dengan sekitarnya. Salah satu
petugas dapur umum menerimanya bekerja,
menyuruhnya cuci piring, alat masak, panci, atau
apapun yang bisa dia cuci. Diberikan sarung tangan dan
sepatu bot, Lail bekerja di antara relawan lainnya. Esok
sudah melakukan itu sejak hari pertama, mulai dari
menawarkan membawa barang-barang, membagikan
masker, bercakap-cakap dengan marinir, petugas
kesehatan, dan menguping informasi. Dia belajar
dengan cepat. Sebelum bencana gunung meletus, Esok
adalah murid terbaik di sekolah. Setelah gempa baginya
stadion itu menjadi tempat belajar dan bertualang baru.
(Hal 61). Kutipan dari novel di atas pesan moralnya
mulai mencari kesibukan dengan cara membantu
sesama yang membutuhkan pertolongan untuk
menghilangakan kesedihan.
8. Berbakti terhadap orang tua
Hal ini dibuktikan dari kutipan dalam novel hujan
karya Tere Liye sebagai berikut ini: Esok merawat
ibunya dengan telaten. Esok tidak lagi bekerja sebagai
kurir pengantar pesan. Dia membantu tim teknisi.
Semuda itu, bakat insinyurnya amat mengagumkan.
(Hal 73). Kutipan dari novel hujan karya Tere Liye di
atas mengajarkan kita untuk berbakti terhadap orang tua
dengan cara merawat dan mencukupi kebutuhannya.
9. Tidak mudah terganngu oleh penilaian orang lain
Hal ini dibuktikan dari kutipan dalam novel hujan
karya Tere Liye sebagai berikut ini: “Tentu saja aku
tahu apa yang amu pikirkan sejak pertama kali kita
bertemu. Kutu, bukan? Di panti asuhan lama, di tenda
pengungsian, aku sudah terbiasa dengan tatapan itu. Jadi
aku memutuskan memintamu menyisir rambutku,”
Maryam berkata santai, dengan suara nyaring khasnya.
“Ayo, aku lapar, hampir waktu makan malam.” (Hal
84). Kutipan dari novel hujan karya Tere Liye di atas
menggambarkan pesan moral untuk tidak cepat
tersinggung atau menanggapi buruk penglihatan orang
lain.
10. Perhatian
Hal ini dibuktikan dari kutipan dalam novel hujan
karya Tere Liye sebagai berikut ini: Ibu suri marah besar
saat Lail tiba di lantai dua. Lail tidak pulang terlambat,
masih beberapa jam lagi waktu bebas mereka. Yang
membuat Ibu Suri marah, Lail pulang dengan pakaian
basah. “Kenapa kamu tidak berteduh saat hujan turun,
Lail?” Suara Ibu Suri terdengarhingga ujung lorong
lantai dua. Lail jadi tontonan teman-temannya, termasuk
Maryam. “Aku tidak sempat berteduh saat turun dari
bus.” Lail mengarang jawaban. “Jangan berbohong,
Lail. Kamu bisa saja menunggu hujan di halte. Apa
susahnya?” Lail terdiam menunduk. “Kamu sengaja
hujan-hujanan, bukan?” Ibu Suri mendelik. “Bagaimana
kalau kamu jatuh sakit? Membuat repot seluruh
petugas? Kamu sudah besar, bukan anak kecil lagi yang
senang bermain air.” (Hal 92) Kutipan dari novel hujan
karya Tere Liye di atas mempunyai pesan moral
mengajarkan seorang ibu yang menyayangi anak
asuhnya seperti anaknya sendiri.13

PENUTUP

13 Alfiah, “Analisis Pesan", 62-67.”


Simpulan penelitian menunjukkan bahwa terdapat
berbagai kisah yang dapat kita ambil hikmahnya dengan kata
lain nilai moralnya. Kisah persahabatan, yaitu diceritakan
melalui persahabatan Lail dan Maryam memberi pesan tentang
suatu persahabatan dalam menjalani kehidupan di panti
asuhan. Persahabatan adalah untuk saling membantu dan
menguatkan baik suka maupun duka. Seperti yang terdapat
dalam novel ada banyak hal yang bisa saling dipahami oleh
dua orang sahabat sejati tanpa harus berbicara apapun. Kisah
cinta, digambarkan tentang mencintai dalam diam Lail dan
Esok. Saling mencintai tapi tidak saling tahu karena usia yang
masih terlalu muda. Saat prasangka mulai terjadi, menebak
perasaan satu sama lain bahkan munculnya kecemburuan.
Seperti yang tercantum dalam novel karena kenangan sama
seperti hujan. Ketika ia datang kita tidak bisa
menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes
air yang turun dari langit, hanya bisa ditunggu, hingga selesai
dengan sendirinya. Tentang melupakan, digambarkan dengan
seorang gadis yang sakit hati dan kemudian memutuskan
untuk melupakan dengan cara yang tidak baik, tetapi pada
akhirnya, menyadari kesalahan dari tindakan yang hendak
dilakukan. Seperti yang tercantum dalam novel ratusan orang
pernah berada di ruangan ini. Meminta agar semua kenangan
mereka dihapus. Tetapi sesungguhnya, bukan melupakan
menjadi masalahnya. Tapi menerima. Jika dia tidak bisa
menerima, dia tidak akan bisa melupakan. Dalam novel Hujan
karya Tere Liye juga ditemukan nilai sosial yang meliputi nilai
kebersamaan atau gotong-royong, kepedulian sosial, kasih
sayang, memaafkan, kepatuhan serta masih banyak lainnya
yang penulis tuangkan didalam novel tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Alfiah, Sitti. “Analisis Pesan Moral dalam Novel Hujan karya
Tere Liye.” Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa dan
Sastra PBSI FKIP Universitas Cokroaminoto Palopo
2, no. 1 (2016): 55–70.
Ardiantoro, Bayu. “Represntasi Nilai-Nilai Dalam Novel
Hujan Karya Tere Liye Dan Implementasinya Dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia.” Jurnal NOSI 4, no.
2 (2016): 30–36.
Fitrah, Yundi, dkk. “Nilai-Nilai Sosial Dalam Novel Hujan
Karya Tere Liye.” Jurnal FKIP Universitas Jambi,
n.d., 1–20.
Huky, D.A. Wila. Pengantar Sosiologi. Surabaya: Usaha
Nasional, 1986.
Kesuma, Dharma. Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan
Praktik di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012.
Mulyana, Rohmat. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai.
Bandung: Alfabeta, 2011.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta:
Rajawali Press, 2013.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University, 2000.
Puspita Sari, Dewi. “Nilai Moral dalam Novel Rindu Karya
Tere Liye: Tinjauan Psikologi Sastra dan
Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di
SMA.” Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, 2015, 1–
13.
Saebeni, Hendra Akhdiyat, Beni Ahmad. Ilmu Pendidikan
Islam 1. Bandung: CV Pustaka Setia, 2009.
Salda Yanti, Citra. “Religiositas Islam Dalam Novel Ratu Yang
Bersujud Karya Amrizal Mochamad Mahdavi.”
Jurnal Humanika 3, no. 15 (2015): 1–15.
Sri Wahyuningtyas, Wijaya. Pengantar Apresiasi Prosa.
Surakarta: Yuma Pustaka, 2010.

S-ar putea să vă placă și