Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Abstract
Istidlal is asked for directions or look for clues (evidence) of the sources agreed that Al-Qur'an, Sunnah, ijma 'and
qiyas and still there is no contradiction in it. Hisbah Council is an institution that is in the body of the Islamic
Society organizations (Persis) in charge of examining the issues that require decisions. The institute is always to
give an answer to the arguments of the foundation, which in the view is always different with other organizations in
Indonesia. This research is descriptive qualitative data sources Thuruq book Al-istinbath hisbah Council of the
Islamic Society, as well as the data collected from various sources and processed. Based on the results of the study
authors, it can be concluded that the views of the Board hisbah the Hadith, is that the Hadith or Sunnah can be made
in the determination of a legal argument, and can serve as the Qur'an in determining clean and unclean, and
mandatory or sunnah. Council conclusions hisbah determine which methodology istinbath its air-Istidlâldengan
Hadisyang therein mentioned Qaeda-Qaeda received and not received by the Board in determining the quality of
Hadith hisbah for a decision. And Council hisbah not wear Hadith about masbūqīn congregation gets compassionate
priest in count one rak'ah, because it is considered Da'eef, and the congregation is left behind al-Fatihah not counted
raka'at, means must be added that the omission of the raka'at.
Abstrak
Istidlâl adalah meminta petunjuk atau mencari petunjuk (dalil) dari sumber-sumber yang telah disepakati yaitu
Alquran, Sunnah, Ijma’ dan qiyas maupun yang masih ada pertentangan di dalamnya. Dewan Hisbah adalah
lembaga yang berada dalam tubuh organisasi Persatuan Islam (Persis) yang bertugas meneliti masalah yang
membutuhkan keputusan. Lembaga ini selalu memberi jawaban dengan dalil-dalil landasannya, yang di pandang
selalu berbeda dengan oraganisasi yang lainnya yang ada di Indonesia. Penelitian ini bersifat deskriptifkualitatif
dengan sumber data buku Thuruq Al-istinbath Dewan Hisbah Persatuan Islam, serta tehnik pengumpulan data dari
berbagai sumber untuk kemudian diolah. Berdasarkan hasil penelitian penulis, dapat diambil kesimpulan bahwa
Pandangan Dewan Hisbah terhadap hadis, adalah bahwa hadis atau sunnah dapat di jadikan hujjah dalam
menentukan suatu hukum, dan dapat berfungsi seperti Alquran dalam menentukan halal dan haram, dan wajib atau
sunnah. Dewan Hisbah menentukan rumusan metodologi istinbath-nya yaitu ber-Istidlâldengan Hadisyang di
dalamnya disebutkan qaidah-qaidah yang diterima dan yang tidak diterima oleh Dewan Hisbah dalam menentukan
kualitas hadis untuk sebuah keputusan. Dan Dewan Hisbah tidak memakai hadis tentang makmum masbuq
mendapat ruku’ imam di hitung satu raka’at, karena dinilai dha’if, dan makmum yang ketinggalan al-fatihah tidak
dihitung satu raka’at, artinya harus di tambah raka’at yang tertinggalnya tersebut.
dikemukakan Syeikh Abdul Wahab Khalaf3, (Persis), dan Muhammadiyah. Dimana NU,
nash Al-Quran seluruhnya bersifat qath’i al- Persis, Muhammadiyah ini mempunyai
wurud, artinya kalau Al-Quran diyakini metode masing-masing dalam menetapkan
sepenuhnya oleh kaum muslimim, tanpa sebuah hukum, karena perbedaan dalam
kecuali sebagai wahyu yang datang dari memahami hadis Nabi dan metode yang
Allah. Sementara hadis yang bersifat qath’i diambil berbeda-beda maka hasil
al-wurud bagi hadis mutawatir yang tidak keputusannya pun berbeda pula. Misalnya
dapat di sangkal keshahihannya dan zhanni Nahdhatul Ulama (NU) mempunyai metode
al-wurud bagi hadis yang tidak berkualitas dengan pengambilan qaul (pendapat imam
mutawatir. Dan salah satu diantara madzhab) yang kemudian disebut dengan
petunjuknya (dilalah-nya) itu kadang qath’i metode qauly, merupakan metode utama
atau zhanni. Kalau tidaklah ada sunnah yang yang digunakan dalam menyelesaikan
dijadikan hujjah untuk kaum muslimin, maka masalah keagamaan oleh lembaga Lajnah
tidak akan ada peraturan-peraturan yang akan Bahtsul Masail, terutama yang menyangkut
dijalankan yaitu apa-apa yang diwajibkan hukum fikih, dengan merujuk pada kitab-
oleh Al-Quran itu. Sunah yang menerangkan kitab imam madzhab yang empat ( Hanafi,
wajib diikuti, karena bersumber dari Rasul. Maliki, Hanbali, dan Syafi’i), yang lebih
Dirawikan dari Rasul dengan jalan didominasi oleh Madzhab Syafi’i. 4
mempergunakan Qath’i atau Zhan yang kuat. Muhammadiyah yang mempunyai Lembaga
Oleh karena itu apabila seseorang meragukan Majlis Tarjihnya dalam menentukan sebuah
kebenaran Al-Quran sebagai wahyu dan hukum dan mempunyai metode tersendiri
sebagai sumber hukum yang pasti maka akan dengan merujuk langsung kepada Al-Quran
mengakibatkankan kekufuran, sedangkan dan As-Sunnah, dan dicari yang lebih kuat
jika meragukan suatu hadis sebagai sesuatu untuk menentukan sebuah hukum, begitu
yang betul-betul berasal dari ucapan Rasul, pula dengan Persis yang di kenal selalu
maka keraguannya tidak sampai pada akibat berbeda dengan ormas yang lainnya, bahkan
yang seperti itu. ada sebagian masyarakat yang memandang
Menghadapi realita diatas fakta perbedaan bahwa Persis cukup keras dalam
pemahaman terjadi pada masa sahabat saja, pemikirannya, namun Persis dikenal juga
bahkan membias sampai kepada tabi’in, dengan lembaga yang tidak canggung dengan
tabi’ut tabi’in, bahkan sampai sekarang. istilah ijtihad, karena menurut Persis pintu
Banyak diantara para ulama yang ijtihad masih terbuka. Jika NU dengan
mempelajari Al-Quran, dan Al-Hadis, tidak Lajnah Bahtsul Masail nya, dan
diragukan pula kebenaran al-Quran yang Muhammadiyah dengan Majlis Tarjih nya,
muthlaq, sehingga para ulama yang jujur maka Persis mempunyai lembaga yang
tidak berani sembarangan mengambil disebut dengan Dewan Hisbah yang tercatat
keputusan dalam menafsirkan Al-Quran, dalam Qanun Asasi-Qanun Dakhili Persis
akan tetapi selalu terdapat perbedaan dalam Bab V Pasal 59 yang berfungsi sebagai
memahami sunnah Rasul, terutama dalam dewan pertimbangan, pengkajian syara’ dan
menentukan hukum. fatwa dalam jam’iyyah, yang mempunyai
Peran ulama saat ini sangatlah penting metode dalam menetapkan sebuah hukum,
untuk membahas masalah problematika khususnya dalam menentukan metode
ummat saat ini , karena merekalah yang (manhaj) dalam ber-Istidlâl dengan Hadis.
mempunyai kapabilitas dalam pengetahuan Diantara perbedaan pandangan dalam
Islam. Ulama di Indonesia khususnya yang pemahaman hadis adalah tentang orang yang
tergolong dalam organisasi masyarakat masbuq.Salah satu hadis nya adalah “
(Ormas) yang dikenal masyhur seperti Apabila kamu datang untuk shalat padahal
Nahdatul Ulama (NU), Persatuan Islam
4
Imam Yahya. Dinamika Ijtihad NU. Semarang:
3
Syeikh Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fikih. Walisongo Press, cet. I, 2009. Hal 47. “Keputusan
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), 41. Muktamar NU ke-32”.
Solehudin & Widiana Rismawati/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 135-152 137
kamu sedang sujud, maka bersujudlah, dan dengan nama Persatuan Islam, ada juga yang
jangan kamu hitung sesuatu (satu raka’at) memberi nama Permufakatan Islam. Jadi
dan siapa yang mendapatkan ruku’, berarti sebelum Tahun 1923 nama Persatuan Islam
ia mendapatkan satu ruku’ (raka’at) dalam itu bukan nama sebuah organisasi melainkan
shalat (nya).” (HR. Abu Daud, 1:207)5 nama kelompok penelaah (study club) dan
Sebagian ulama ada yang berpendapat inilah sebagai cikal bakal atau embrio
bahwa makmun yang mendapatkan imam Lembaga Dewan Hisbah.
sedang ruku’, maka ia berarti mendapatkan Sebagaimana diungkap di atas bahwa
satu raka’at,6 ada pula yang tidak mendapat Persatuan Islam yang sejak awal didirikan
satu raka’at atau harus di tambah lagi satu merupakan sebuah kelompok tadarus atau
raka’at karena ketinggalan Al-Fatihah. kelompok kajian dari orang-orang yang
Kebanyakan masyarakat, di Indonesia prihatin terhadap kondisi aqidah, ibadah dan
khususnya, memakai hadis tersebut dan akhlak ummat, yang tenggelam dalam
apabila masbuq dan mendapatkan ruku’ berbagai perbuatan bid’ah, syirik dan
maka tidak di tambah satu raka’at, sedangkan munkarat lainnya,
masyarakat Persis paling berbeda dengan Dewan Hisbah merupakan lembaga
yang lainnya yaitu dengan menambah satu khusus yang ada dalam organisasi Persatuan
raka’at, karena ketinggalan membaca Al- Islam. Kedudukannya bersifat khusus dan
Fatihah. hampir sama dengan lembaga Dewan Tafkir,
Salah satu organisasi yang mencoba yang berfungsi membahas perkembangan
memberi pemahaman terkait hal diatas adlah pemikiran Islam. Hanya saja, Dewan Hisbah
Dewan Hisbah Persis. Diantara hasil ijtihad lebih terfokus pada perkembangan masalah-
Dewan Hisbah Persis hingga saat ini masih masalah hukum Islam.7
kuat berpegang pada dalil Alquran dan hadis- Produk hukum Dewan Hisbah ditetapkan
hadis shohih. Melihat bahwa Persis adalah dalam persidangan8 yang dihadiri oleh Ulama
salah satu organisasi yang selalu berbeda Dewan Hisbah. Sidang Dewan Hisbah terdiri
dengan organisasi yang lainnya, dan selalu dari:pertama, Sidang Lengkap yaitu yang
yakin dengan fatwa yang dikeluarkannya, diikuti oleh seluruh pimpinan dan anggota
maka hal yang menarik untuk dijadikan Dewan Hisbah, kedua, Sidang Terbatas yaitu
kajian adalah bagaimana metode (manhaj) yang diikuti oleh seluruh pimpinan dan
dalam ber-istidilâl bil hadis yang dijadikan sebagian anggota Dewan Hisbah, dan ketiga,
pedoman Dewan Hisbah Persatuan Islam. Sidang Komisi yang diikuti oleh seluruh
Untuk itulah penelusuran terhadap yang anggota komisi.9
digunakan Dewan Hisbah dalam menyelidiki Setelah melakukan persidangan, barulah
sebuah hukum melalui hadis, menjadi hal Dewan Hisbah mengeluarkan fatwa-fatwa
yang menarik untuk dibahas terkait tema yang berkaitan sesuai dengan hasil
“Tambahan Raka’at Makmum yang persidangan, kemudian disebarluaskan hasil
Masbuq”. dari keputusannya itu kepada anggotanya.
Islam, juga berkewajiban untuk melakukan 5). Menerima Hadis Ahad sebagai dasar
pengawasan dalam pelaksanaan dan teguran hukum selama hadis tersebut shahih,
atas pelanggaran terhadap suatu hukum, telah termasuk masalah-masalah yang
menentukan manhaj(metode) dalam menyangkut ‘aqidah.
memutuskan atau mengambil keputusan 6). Hadis Mursal Shahabi dan Mauquf bi
hukum, dari sejak 2001 dan di sahkan pada Hukmil Marfu’ dipakai sebagai hujjah
tahun 2006. Dalam thuruq al-istinbath ini selama sanadhadis tersebut shahih dan
Dewan Hisbah merumuskan tiga metodologi tidak bertentangan dengan hadis lain yang
utama, yaitu: 1) Ber-Istidlâldengan Al- shahih.
Quran, 2) Ber-Istidlâldengan Hadis, 3) 7). Hadis Mursal Tabi’iy dijadikan hujjah
Ijtihad atas masalah yang tidak ada nash. apabila hadis tersebut disertai qorinah
Dalam karya tulis ini penulis akan fokus pada yang menunjukkan ittishal-nya hadis
pembahasan Istidlâl Bil-Hadis-nya. Dasar tersebut.
utama yang digunakan Dewan Hisbah adalah 8). Menerima Qaidah
al-Quran dan hadis shahih. .َّم َعلَى الت َّْع ِديْ ِل
ٌ اَ ْْلَْر ُح ُم َقد
Adapun rumusan metodologi Dewan
Hisbah dalam Ber-Istidlâl dengan Hadis, “Anggapan Jarh (cacat terhadap seorang
adalah sebagai berikut: 10 perawi) harus didahulukan daripada
1). Menggunakan Hadis Shahih dan Hasan anggapan ‘adil/tsiqot”.
dalam mengambil keputusan hukum. 9). Menerima kaidah tentang Shahabat:
2) Menerima Qaidah : ُث الضَّعِْي َفة ِ
ُ ْاَالَ َحادي احبَ ةُ ُكلُّ ُه ْم عُ ُد ْوٌل
َ الص
َ
“Shahabat-shahabat Nabi itu semuanya
ضا ُ يُ َق ِِّوى بَ ْع
ً ض َها بَ ْع “Hadis-hadis dha’if dinilai adil (dalam periwayatan hadis)”.
satu sama lain adalah saling 10) Riwayat orang yang suka melakukan
menguatkan”. Dengan catatan apabila tadlis (menyamarkan cara menerima hadis
dha’if-nya hadis tersebut dari segi dhabth dari guru) diterima jika ia menerangkan
(hafalan) dan tidak bertentangan dengan bahwa apa yang ia riwayatkan itu jelas
al-Quran atau hadis lain yang shahih. Shigat Tahammul-nya (kata yang
Adapun jika dlaif-nya dari segi ‘Adalah digunakan dalam menerima hadis dari
seperti kadzab (pendusta), yadha’ul hadis guru) menunjukkan ittishal
(memalsukan hadis), fisqur-rowi atau (tersambung/menerima secara langsung),
tertuduh dusta, maka qaidah tersebut tidak seperti menggunakan kata haddatsanî
dipakai. (menceritakan hadis secara langsung tanpa
3). Tidak Menerima Qaidah perantara).
ضائِ ِل اْالَ ْع َم ِال ِ ُ اَ ْْل ِدي
َ َف يُ ْع َم ُل ِىف ف
ُ ث الضَّعْيَْ 3. Aplikasi Dewan Hisbah dalam Ber-
“Hadis dha’if dapat diamalkan dalam hal Istidlâl dengan Hadis tentang Hadis
keutamaan.” Masbuq mendapat ruku’ Imam
Karena keutamaan amal juga termasuk
sendi-sendi agama yang harus berdasarkan Aplikasi Dewan Hisbah dalam ber-istidlâl
hadis shahih. Masih banyak hadis-hadis dengan hadis, salah satunya adalah tentang
shahih yang menunjukkan keutamaan menambah raka’at bagi seseorang yang
amal. masbuq dengan hadis yang menjadi rujukan
4). Menerima hadis shahih sebagai utamanya adalah hadis apabila masbuq
tasyri’(penetapan syari’at) yang mandiri, mendapatkan imam sedang ruku’.
sekalipun tidak merupakan bayan dari al- Pertama-tama Dewan Hisbah menyebut-
Quran, seperti dalam masalah ‘aqiqah dan kan perbedaan argumentasi yang terjadi
pengurusan jenazah. tentang makmum yang mendapat ruku’ di
hitung raka’at atau tidak. Sebagaimana
10
.Aceng, Zakaria. Thuruq Al-Istinbath. Dewan Aceng Zakaria menuturkan, dalam hal ini
Hisbah Persatuan Islam, 67-69
Solehudin & Widiana Rismawati/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 135-152 139
Dari 'Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Qur'an kemudian rukuklah sampai benar-
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam benar rukuk dengan thuma'ninah (tenang),
bersabda: "Tidak ada shalat bagi yang tidak lalu bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu
membaca Faatihatul Kitab (Al Fatihah)." berdiri tegak, lalu sujudlah sampai hingga
HR. Al-Jama’ah.16 benar-benar thuma'ninah, lalu angkat
صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َد َخ َل َِّ ول َّ أ:ََع ْن أَِِب ُهَريْ َرة
َ اَّلل َ َن َر ُس (kepalamu) untuk duduk hingga benar-benar
duduk dengan thuma'ninah. Maka
صلَّى َ َّب ِ َّ َّ َ َ ف،امل ْس ِج َد فَ َد َخل َر ُجل
ِِّ فَ َسل َم َعلَى الن،صلى
lakukanlah dengan cara seperti itu dalam
ٌ َ َ
َّك َْل ن ِ
إ َف ، لِ ص ف
َ ع ج ِ «ار:ال َ ق
َو د
َّر َف ، مَّ
ل س و ِ
ه ي ل
َ ع هللا
seluruh shalat (rakaat) mu." H.r. al-Bukhari,
َ ِّ َ ْ ْ َ َ َ ََ َْ ُ Shahih al-Bukhari, I:263, No. 724; Muslim,
فَ َسلَّ َم َعلَى،َ ُثَّ َجاء،صلَّى ِ فَرجع ي، »تُص ِل Shahih Muslim, I:298, No. 397; Abu Daud,
َ صلِّي َك َما َ ُ َََ ِّ َ Sunan Abu Daud, I:226, No. 856; at-
ِ ِ
َّْك َل َ فَِإن،ص ِِّل َ َ فَ َقا َل) ْارج ْع ف،صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َ َّب ِ
ِِّ الن
Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, II:103, No. 303;
an-Nasai, Sunan an-Nasai, II:124, No. 884.17
ُح ِس ُن ِ
ْ ك ِبْلَ ِِّق َما أ َ َ َوالَّذي بَ َعث:ال َ فَ َق،ص ِِّل( ثََلَ ًًث َ ُت Kemudian dengan keterangan hadis
22
َّ الص ََل ِة فَ َق ْد أ َْد َرَك
الص ََل َة َّ َم ْن أ َْد َرَك َرْك َعةً ِم َن Selajutnya, Aceng Zakaria menyebutkan
bahwa pada hadis di atas terdapat rawi yang
Kemudian Dewan Hisbah menyebutkan bernama Yahya bin Abi Sulaiman al-Madani.
bahwa, redaksi seperti itu justru kami Menurut Amir Al-Mu’minin di dalam hadis
temukan pada riwayat Ad-Daraquthni (Lihat, ialah: Muhammad bin Ismail al-Bukhori
Sunan ad-Daraquthni, Dar al-Fikr, 1994, juz dalam (kitab) “Al-Qira’at Khalfal Imam”
1, hal. 272, pada kitabus shalahbab man disebutkan bahwa Yahya bin Abi Sulaiman
adrakal imam qabla iqamati shulbihi faqad yang ini derajatnya Munkar Hadis. Menurut
adrakas shalah, hadis No. 1298) Namun yang lainnya hadis tersebut telah
hadisnya dha’if dilihat dari aspek sanad dan diriwayatkan sendirian oleh Yahya bin Abi
matan. Pada sanad-nya terdapat rawi sulaiman, sedang dia itu tidak kuat
bernama Qurrah bin Abdurrahman. Abu hafalannya. Dengan kata lain bahwa hadis
Zur’ah berkata, “Hadis-hadis yang tersebut susunan sanad-nya itu Mursal.25
diriwayatkannya munkar” Ad-Daraquthni Tidak dapat dijadikan dalil bahwa
berkata, “Tidak kuat dalam periwayatan makmum masbuq jika dapat melakukan
hadis” (Lihat, Tahdzibul Kamal, XXIII:583- ruku’ bersama imam, ia telah mendapatkan
584). Kemudian dilihat dari segi matan, raka’at itu walaupun tidak membaca al-
hadis ini dikategorikan mudraj fil matan Fatihah. Karena kata rak’ah pada riwayat-
(terdapat tambahan kalimat pada matannya), riwayat di atas maknanya adalah raka’at
yakni kalimat qabla an yuqimal imamu secara keseluruhan yang di dalamnya
shulbahu. Karena pada riwayat Ma’mar, terdapat qiyam (berdiri), qiraah (bacaan Al-
Malik, Yunus, Ibnu Juraij, Sufyan bin Fatihah), ruku’, i’tidal (berdiri) setelah ruku’,
Uyainah, dan al-Auza’i tidak ada kalimat itu. dan sujud, bukan makna ruku’ secara khusus
Semuanya hanya meriwayatkan sampai (posisi ruku’). Adapun makna rak’ah untuk
kalimat faqad adrakaha.23 menunjukkan posisi ruku’ di dalam shalat itu
Mengenai hadis riwayat Abu Daud, sudah merupakan makna majazi (kiasan) dan
sebagai berikut: bukan makna sebenarnya. Oleh karena itu,
اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم
َّ صلَّى َِّ ول َ ََع ْن أَِِب ُهَريْ َرةَ ق
َ اَّلل ُ ال َر ُس َ َال ق untuk mengartikan rak’ah dengan arti posisi
ruku’ memerlukan qarinah (keterangan lain).
ُّوها ِ َّ إِذَا ِجْئ تم إِ َل
َ اس ُج ُدوا َوَال تَ ُعد ْ َود ف
ٌ الص ََلة َوََْن ُن ُس ُج ُْ Seperti pada hadis riwayat Muslim dari Al-
Barra bin Azib yang dikutip dari Kitab ‘Aunu
)رواه ابو.َالص ََلة َّ الرْك َعةَ فَ َق ْد أَ ْد َرَك
َّ َشْي ئًا َوَم ْن أ َْد َرَك Al-Ma’bud, 3:148 berikut ini:
.1:207.(داود ص ََل َة َم َع ُُمَ َّم ٍد
َّ ت الُ « َرَم ْق:ال َ َ ق،َع ِن الََْب ِاء بْ ِن َعا ِز ٍب
ِ ْ َ ف، فَوج ْدت قِيامه فَرْكعتَه،صلَّى هللا علَي ِه وسلَّم
ُاعت َدالَه
Dari Abu Hurairah dia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ُ َ َ َُ َ ُ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ
،ي ِ ْ َالس ْج َدت
َّ ي ِِ
bersabda: "Jika kalian datang untuk
menunaikan shalat, sedangkan kami dalam
َ َْ فَ َج ْل َستَهُ ب،ُ فَ َس ْج َدتَه،بَ ْع َد ُرُكوعه
قَ ِريبًا،اف ِ صر ِ ِ ِِ
keadaan sujud, maka ikutlah bersujud, dan َ ْي التَّ ْسليم َواالن َ َْ فَ َج ْل َستَهُ َما ب،ُفَ َس ْج َدتَه
janganlah kalian menghitungnya satu ِ السو
»اء ِ
raka'at, dan barangsiapa mendapatkan َ َّ م َن
ruku', berarti dia telah mendapatkan satu Dari al-Bara' bin 'Azib dia berkata, "Aku
ruku’ (raka’at) dalam shalat (nya)."24 memperhatikan shalat bersama Muhammad
Shallallahu'alaihiwasallam, lalu aku
22
Sunan Abu Daud, (Beirut:Dar al-Fikr, 1990), mendapatkan berdirinya, rukuknya,
jilid I, 251, pada kitabus shalah bab man adraka i'tidalnya setelah rukuk, sujudnya, duduknya
minal jum’ah rak’atan, hadits No. 1121 antara dua sujud, sujudnya, dan duduknya
23
Wawan, Shofwan, dkk. Makmum Masbuq
antara dua salam, dan keluarnya (dari
Mendapat Ruku’ Imam, tim sekretariat dewan hisbah shalat) semuanya adalah mendekati sama."
persatuan islam. bandung. 2006.
24
Aceng Zakaria, dengan mengutip Kitab Sunan
25
Abi Daud. Cet. I, Mesir, Musthafa al-babi al-halabi A. Zakaria. Al-Hidayah,140.
Solehudin & Widiana Rismawati/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 135-152 143
27 28
Wawan, Shofwan, dkk. Makmum Masbuq Lihat, al-Ishabah fi Tamyizis Shahabah, jilid II,
Mendapat Ruku’ Imam. 37.
Solehudin & Widiana Rismawati/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 135-152 145
al-Hadzdza (ia menerima), dari Ali bin al- sedangkan Qatadah bin Di’amah lahir 30
Aqmar, dari Abul Ahwash.” Menurut tahun setelah Ibnu Mas’ud wafat, yakni
penelitian kami sanad ini munqathi’ tahun 61 H/680 M. (Lihat, Tahdzibul
(terputus), karena Khalid al-Hadzdza Kamal, XXIII:517
tercatat mempunyai 40 orang guru, namun
tidak ada satu pun yang bernama Ali bin Riwayat Amali
al-Aqmar (lihat, Tahdzibul Kamal, Melalui Zaid bin Wahab.
VIII:178-179). Demikian pula halnya a. Kejadian Ibnu Mas’ud masbuq beserta
dengan Ali bin al-Aqmar tercatat Zaid diriwayatkan oleh at-Thabrani
mempunyai 17 orang murid, namun tidak melalui beberapa jalur periwayatan,
ada satu pun yang bernama Khalid al- namun semuanya tidak terlepas dari
Hadzdza (lihat, Tahdzibul Kamal, kedaifan, yaitu (1) Dari Muhamad bin an-
XX:324). (2) pada sanad itu terdapat rawi Nadhr al-Azdi, dari Mu’awiyah bin Amr,
bernama Ali bin ‘Ashim bin Shuhaib. dari Zaidah bin Qudamah, dari Manshur.
Kata Yazid bin Zurai’, “Ali telah Dalam sanad lain, Zaidah, dari Mughirah,
menceritakan kepada kami dari Khalid dari Ibrahim an-Nakha’i tanpa menyebut
sebanyak 10 hadis lebih, lalu kami nama orang yang masbuk bersama Ibnu
menanyakan hadis itu kepada Khalid satu Mas’ud itu, tetapi hanya disebut shahib
demi satu’ Maka Khalid berkata, “Dia Abdullah (kawan Ibnu Mas’ud). Menurut
pendusta, hati-hatilah terhadapnya’.” penelitian kami sanad ini tidak pasti
(Lihat, At-Tarikhul Kabir, VI:290) muttasil- (bersambung) nya, karena di
Sehubungan dengan itu Ibnu Hajar dalam kitab-kitab rijal ada tiga rawi
berkata, “Shaduqun yukhtiu (dia keliru)” bernama Muhamad bin an-Nadhr; (a) bin
Lihat, Taqribut Tahdzib, I:403. Salamah al-‘Amiri al-Jarudi, (b) bin
b. Pada riwayat at-Thabrani terdapat ke- Abdul Wahhab an-Naisaburi, (c) bin
dha’if-an, yakni pada sanad itu disebutkan Musawir al-Marwuzi, namun tidak ada
bahwa Abdullah bin Yazid an-Nakha’i satu pun yang disebut al-Azdi. Di samping
menerima dari Zaid bin Ahmar, dari Ibnu itu, ketiganya tidak tercatat sebagai guru
Mas’ud. Menurut penelitian kami sanad at-Thabrani. (Lihat, Tahdzibul Kamal,
ini munqathi (terputus), karena an- XXVI:553-556, No. rawi 5.656, 5.5657,
Nakha’i tercatat mempunyai 4 orang guru, 5.658); (2) Dari Ishaq bin Ibrahim, dari
namun tidak ada satu pun yang bernama Abdur Razaq, dari Sufyan at-Tsauri, dari
Zaid bin Ahmar. Di samping itu, rawi Manshur. Menurut penelitian kami di
dengan nama Zaid bin Ahmar tidak dalam kitab-kitab rijal terdapat 15 orang
tercatat pada kitab-kitab rijal. Namun bernama Ishaq bin Ibrahim, namun yang
yang tercatat bernama Yazid bin al-Ahmar tercatat sebagai periwayat dari Abdur
(lihat, Tahdzibul Kamal, XVI:310). Razaq hanya 3 orang, yaitu (a) bin
Seandainya yang dimaksud dengan Zaid Rahawaih, (b) bin Nashr, (c) bin Abbad
bin Ahmar itu adalah Yazid, tetap saja ad-Dabari (Lihat, Tahdzibul Kamal,
hadis itu munqathi’, karena ia tidak II:361-396; XVIII:54; al-Kamil fi
pernah menerima hadis dari Ibnu Mas’ud. Dhu’afair Rijal, I:344). Pada sanad ini
Bahkan ia hanya menerima hadis dari tidak dijelaskan Ishaq yang dimaksud.
Hudzaifah bin al-Yaman. (Lihat, Ats- Tetapi bila digunakan dalam periwayatan
Tsiqat, V:535). at-Thabrani, maka yang termasyhur
c. Pada riwayat at-Thabarni dari Qatadah, adalah Ishaq bin Ibrahim bin Abbad ad-
dari Ibnu Mas’ud terjadi inqitha (terputus) Dabari. Sedangkan periwayatan Ishaq ad-
sanadnya, yakni ghair mu’asharah (tidak Dabari dari Abdur Razaq terdapat
sezaman) antara Qatadah bin Di’amah masalah, yakni (1) ia tidak pernah
dengan Ibnu Mas’ud, sebab Ibnu Mas’ud menerima hadis secara langsung dari
wafat tahun 32 H/652 M (Lihat, Abdur Razaq, tetapi melalui ayahnya
Tadzkirratul Huffazh, juz I, hal. 14), Ibrahim (lihat, Lisanul Mizan, I:349). (2)
146 Solehudin & Widiana Rismawati/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 135-152
Dengan ketiga faktor mukhalafah di atas Riwayat Abdurrazaq dan Ibnu Abu
tampak jelas ke-dha’if-an riwayat Ibnu Abu Syaibah.
Syaibah yang disandarkan kepada Ibnu Kedua riwayat ini diterima melalui Ibnu
Mas'ud tersebut, karena tidak mungkin Juraij, dari Nafi dengan menggunakan dua
sahabat menyalahi sunnah Rasul.32 bentuk periwayatan. Pada riwayat Ibnu Abu
Syaibah menggunakan lafal ( عنdari),
Riwayat Ibnu Umar sedangkan pada riwayat Abdurrazaq
ِ
ت قَ ْب َل َ ال إِذَا أ َْد َرْك
َ ت ا ِإل َم َام َراك ًعا فَ َرَك ْع َ ََع ِن ابْ ِن عُ َمَر ق menggunakan kalimat ّن ِ
ْ َخ ََب
ْ ال أ
َ َق. Kedua bentuk
ت َوإِ ْن َرفَ َع قَ ْب َل أَ ْن تَ ْرَك َع فَ َق ْد َ أَ ْن يَ ْرفَ َع فَ َق ْد أ َْد َرْك
periwayatan tersebut menunjukkan bahwa
pada sanad ini terjadi tadlis isnad
رواه عبد الرزاق.ك َ فَاتَْت (penyamaran sanad), yakni ketidakpastian
Ibnu Juraij dalam menerima riwayat tersebut
Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Apabila dari Nafi’, karena Ibnu Juraij dikenal
kamu dapat menyusul imam sedang ruku, mudallis isnad (menyamarkan sanad karena
lalu kamu ruku’ sebelum ia (imam) bangkit, ragu-ragu), sebagaimana dinyatakan oleh
maka kamu telah mendapatkan (raka’at). ِ
س َويُْرِس ُل ِ ِ ِ
Dan jika ia bangkit sebelum kamu ruku, Ibnu Hajar:
ُ ِّث َقةٌ فَقْيهٌ فَاض ٌل َوَكا َن يُ َدل
maka kamu terlewat (rakaat) itu.”HR. Abdur “Dia tsiqat (terpercaya), ahli fiqih,
Razaq, al-Mushannaf, II:279. Dalam riwayat terkemuka, dan ia melakukan tadlis dan irsal
al-Baihaqi dengan redaksi: (meriwayatkan hadis Nabi tanpa menyebut
ِ
َُم ْن أ َْد َرَك ا ِإل َم ُام َراك ًعا فَ َرَك َع قَ ْب َل أَ ْن يَ ْرفَ َع ا ِإل َم ُام َرأْ َسه
sahabat)” Taqribut Tahdzib, I:363
Sehubungan dengan itu Imam Ahmad
.َالرْك َعة
َّ ك َ فَ َق ْد أ َْد َرَك تِْل berkata:
َ َس بِلَ ْف ِظ ِه َع ْن َوق
ال ِ ِ ٌ ِثَِقةٌ حاف
“Siapa yang dapat menyusul imam
sedang ruku’, lalu kamu ruku sebelum imam
ُ ِّظ لكنَّهُ يُ َدل َ
“Dia tsiqat, hafizh, tetapi melakukan
bangkit, maka kamu telah mendapatkan tadlis dengan lafal ‘an danqala”. Siyaru
raka’at itu” As-Sunanul Kubra, II:90. A’lamin Nubala, VI:332.
Sedangkan dalam riwayat Ibnu Abu Syaibah Dengan demikian hadis ini dha’if, karena
dengan redaksi: rawinya seorang mudallis isnad.
ِ ِ
ك
َ ك َعلَى ُرْكبَ تَ ْي
َ ْت يَ َدي َ ت َوا ِإل َم ُام َراك ٌع فَ َو
َ ض ْع َ إِذَا جْئ
Riwayat Al-Baihaqi
تَ قَ ْب َل أَ ْن يَ ْرفَ َع َرأْ َسهُ فَ َق ْد أ َْد َرْك Riwayat ini dha’ifkarena pada sanad-nya
“Apabila kamu datang ketika imam terdapat rawi bernama al-Walid bin Muslim.
sedang ruku, lalu kamu ruku sebelum imam Abu Hatim mengatakan, ’Sering waham
bangkit, maka kamu telah mendapatkan (ragu-ragu dalam periwayatan)”Dan pada
(rakaat itu)” Al-Mushannaf, I:219 riwayat lainnya beliau berkata, ’Sering
Ketiga riwayat ini secara tegas keliru”. Tahqiq ‘ala Tahdzibil Kamal,
menerangkan pendapat Ibnu Umar bahwa XXXI:94. Sehubungan dengan ke-dha’if-an
jika makmum masbuq mendapatkan ruku’ riwayat Ibnu Mas’ud dan Ibnu Umar di atas,
bersama imam berarti dia mendapatkan maka kami tetap berpegang pada kesimpulan
raka’at tersebut. Namun setelah diteliti oleh semula bahwa yang menjadi tolok ukur
Dewan Hisbah, ternyata pada ketiga riwayat makmum mendapatkan satu raka’at bukan
tersebut terdapat beberapa ke-dha’if-an, rukunya imam, melainkan bacaan surat al-
yaitu: Fatihah.
Demikian tanggapan dari Dewan Hisbah
tentang hadis yang dijadikan argumentasi
kelompok pertama.Sedangkan tanggapan
32
Wawan Shofwan. Masbuq Mendapatkan Ruku’ untuk hadisyang dijadikan argumentasi
Imam. Tim sekretariat Dewan Hisbah Persatuan kelompok kedua, adalah:
Islam. Bandung. 2006.
Solehudin & Widiana Rismawati/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 135-152 149
ُاَّلل
َّ ال َز َاد َكَ اَّلل َعلَْي ِه َو َسلَّ َم فَ َق
َّ صلَّى
َ َّب ِ ِ َ ِفَ َذ َكَر ذَل َح ُد ُك ْم َولَ ِك ْن ِ ِ َّ إِذَا ثُ ِوب ِب
ِِّ ك للن َ لص ََلة فَ ََل يَ ْس َع إلَْي َها أ َ ِّ
ِ ِ َّ ش وعلَي ِه ِ
( صا َوَال تَ ُع ْد)رواه اْلماعة
ً ح ْر تَ ص ِِّل َما أ َْد َرْك
َ السكينَةُ َوالْ َوقَ ُار ْ َ َ ِ ليَ ْم
Dari al-Hasan, dari Abu Bakrah, كَ ض َما َسبَ َقِ َْواق
sesungguhnya ia sampai kepada Nabi saw.
ketika sedang ruku’, lalu ia ruku’ sebelum “Apabila shalat telah dilaksanakan,
sampai ke shaf, kemudian ia menceritakan janganlah seseorang berjalan dengan
hal itu kepada Nabi saw. Maka beliau tergesa-gesa mendatangi shalat itu, tetapi
bersabda, “Semoga Allah menambahkan hendaklah ia tenang. Lakukanlah apa yang
semangat terhadapmu dan janganlah engkau kamu dapati dan sempurnakanlah apa yang
ulangi”.( HR. Al-Jama’ah) terlewat”. (H.R. Muslim).
اَّلل َعلَْي ِه َو َسلَّ َم
َّ صلَّى َِّ ول َ ََع ْن أَِِب ُهَريْ َرَة ق
َ اَّلل ُ ال َر ُس َ َال ق Pada hadis-hadis riwayat di atas, semua
ُّوها ِ َّ إِ َذا ِجْئ تم إِ َل
َ اس ُج ُدوا َوَال تَ ُعد ْ َالص ََلة َوََْن ُن ُس ُجوٌد ف
hadis terdapat rawi yang bernama Yahya bin
ُْ Abi Sulaiman beliau banyak yang menilai
الص ََل َة ) رواه أبو َّ الرْك َعةَ فَ َق ْد أَ ْد َرَك
َّ َشْي ئًا َوَم ْن أ َْد َرَك seorang yang lemah (dha’if), dan Munkar
Hadis, dalam kitab Ma’rifat as-Sunan wal
( داود Atsar beliau seorang yang menyendiri, tidak
Dari Abu Hurairah, ia berkata, ada yang men-jarh, kata Abu Hatim al-Razi
“Rasulullah saw. bersabda, ‘Jika kamu Majhul, Mudtharib Hadis. Bahkan dalam
mendatangi shalat, padahal kami sedang riwayat Bayhaqi ada seseorang yang tidak
sujud, maka sujudlah dan janganlah kamu disebutkan identitasnya (Mubham). Jiak
menghitungnya satu raka’at (mendapatkan dilihat dari ketersambungannya antara satu
raka’at). Dan barangsiapa mendapatkan rawi dengan rawi yang lain muttashil, akan
raka’at (ruku’), maka dia mendapatkan tetapi hadisnya menjadi dha’if , namun Al-
shalat’.” HR. Abu Daud. Sunan Abi Daud, 1: Albani menghasankan hadis-hadis tersebut di
207 atas.
الص ََلةِ فَ َق ْد أَ ْد َرَك َها قَ ْب َل أَ ْن يُِقْي َم
َّ َم ْن أ َْد َرَك َرْك َعةً ِم َن C. SIMPULAN
َِّ ول
َّ صلَّى
اَّلل َ اَّلل ُ ال َر ُس َ َال ق ُ ا ِإل َم ُام
َ َص ْلبَهُ َع ْن أَِِب ُهَريْ َرَة ق Setelah melakukan analisis seperti di
uraikan pada bab sebelumnya, maka penulis
َعلَْي ِه َو َسلَّ َم dapat menarik kesimpulan terhadap Metode
Dari Abu Hurairah, Rasulullah berkata, Dewan Hisbah Persis dalam Ber-Istidlal
“Barangsiapa menyusul satu raka’at dari dengan Hadis Studi terhadap Fatwa Dewan
shalat maka ia telah menyusul raka’at itu Hisbah tentang Makmum yang Masbuq
sebelum imam meluruskan punggungnya.” sebagai berikut.
1. Dewan Hisbah dalam sejarahnya
merupakan cikal bakal berdirinya
Persatuan Islam (Persis) karena jauh
sebelum lahir Persis telah ada kelompok
Solehudin & Widiana Rismawati/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 135-152 151
penela’ah seputar agama Islam, dari b. Yang menjadi tolak ukur makmum
sanalah cikal bakal Dewan Hisbah mendapatkan satu raka’at bukan
muncul, berbarengan dengan berdirinya ruku’nya imam.
Persis sebagai Organisasi Masyarakat Apabila seorang makmum yang menyusul
yang bergerak di bidangdakwah. Dan imam dalam posisi apa pun dan ia tertinggal
lahirlah secara resmi Dewan Hisbah yang al-Fatihah sejak awal, maka wajib
asalnya bernama Majelis Ulama, karena mengulangi raka’at yang tertinggal itu, dan
tugas dari Majelis Ulama (DewanHisbah) baru dihitung satu raka’at jika makmum
adalah melakukan pengkajian fatwa dalam sempat membaca atau mendengarkan al-
jam’iyyah, serta memutuskan persoalan- Fatihah dengan sempurna.
persoalan yang berkembang.
2. Pandangan Dewan Hisbah persis terhadap DAFTAR PUSTAKA
hadis, adalah bahwa Al-Sunnah dapat ‘Itr, Nuruddin. Manhaj An-Naqd Fii ‘Uluum
dijadikan hujjah dalam menentukan Al-Hadits. terjemah Mujiyo. Bandung:
hukum, Sunnah dapat berfungsi seperti PT. Remaja Rosdakarya, 2012.
Al-Quran dalam menentukan hukum halal Abbas, Rafid. Ijtihad Persatuan Islam.
dan haram, wajib atau sunah, selama tidak Tela’ah atas Produk Ijtihad PERSIS tahun
bertentangan dengan Al-Quran dan hadis- 1996-2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
hadis yang lebih shahih. 2013.
3. Metode Dewan Hisbah persis dalam ber- 'Asqalani, Abu al-Fadl Ahmad bin 'Ali bin
istidlal dengan hadis, bahwa Dewan Hajr al-. Fath al-Bari Syarh Sahallahh al-
Hisbah menentukkan metode(manhaj) Bukhari. Juz II. Beirut: Dar al-Ma'rifah,
dalam memutuskan atau mengambil 1379 H.
keputusan hukum, dengan rumusan- Abdurrahman. Perbandingan Madzhab.
rumusan sebagai berikut: Dasar utama Bandung: CV. Sinar Baru, 1991.
adalah al-Quran dan hadis shahih: a) Di Amien, Shiddiq. Panduan Hidup Berjama’ah
dalam ber-istidlal dengan al-Quran b) dalam Jam’iyyah Persis. Persis Pers.
Ber-istidlal dengan Hadis c) Dalam Bandung, 2007.
masalah-masalah yang tidak diketemukan Amin, Phil. H. Kamaruddin. Metode Kritik
nash-nya yang shahih dalam al-Quran dan Hadits. Jakarta: Hikmah, 2009.
Hadis, ditempuh dengan ijtihad jama’i. Aplikasi Lidwa-i-Software-Kitab 9 Imam,
4. Aplikasi dalam ber-Istidlal dengan hadis Maktabah Syameelah, dan Jawami’ Al-
tentang makmum yang masbuq Kalim.
menambah raka’at, dengan merujuk hadis- Ariyani, Wiwik. Skripsi Konsep Jihad dalam
hadis yang menjelaskan tentang makmum Menyikapi Kebijakan Politik luar Negeri
masbuq mendapat ruku’ imam. Bahwa Amerika Serikat terhadap Islam ( Studi
dalam hal ini, Dewan Hisbah tidak Kasus Pandangan Persis jl. Viaduct ).
menerima hadis, kalau makmum masbuq 2009
mendapat ruku’ imam di hitung raka’at, Asmawi. Perbandingan Ushul Fiqh. Jakarta:
karena hadisnya dha’if, dengan beberapa Amzah. 2011.
faktor, diantaranya rawi yang munkar, Bachtiar, Tiar Anwar. Sejarah Pesantren
kadzdzab, mudallisisnad, sanad yang Persis 1936-1983. Jakarta: Pembela Islam
terputus (mursal), matan-nya yang terjadi Media. 2012.
mudraj (kacau). Dan perintah Nabi kepada Dani Hidayat. Persatuan Islam Offline Versi
Abu Bakrah menunjukan bahwa 2.0. Pustaka Hidayah. t.t.
a. Makmum yang masbuq mendapatkan Darmalaksana, Wahyudin. Hadits dimata
imam (Nabi saw), sedang ruku’, lalu Orientalis. Telaah atas Pandangan Ignaz
dia ruku bersama imam, maka Goldziher dan Joseph Schacht. Bandung:
dipandang ketinggalan raka’at. Benang Merah Press. 2004
Fatarib, Husnul. Istidlal dalam Fikih dan
Ushul Fikih (Kajian Terhadap Metode
152 Solehudin & Widiana Rismawati/ Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 135-152