Sunteți pe pagina 1din 17

ANALISIS HABITAT KOLONI LEBAH HUTAN APIS DORSATA DAN

KUALITAS MADU YANG DIHASILKAN DARI KAWASAN HUTAN DENGAN


TUJUAN KHUSUS (KHDTK) RANTAU, KALIMANTAN SELATAN
(Assessing Habitat of Apis dorsata Honey Bee Colonies and Its Honey Quality
Produced from Rantau Forest Research Station, South Kalimantan)

Yelin Adalina

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan


Jl. Gunung Batu No 5, Kotak Pos 165, Bogor 16610, Jawa Barat, Indonesia
Telp. (0251) 8633234, 520067, Fax. (0251) 863111
Email: yelinadalina@yahoo.com

Tanggal diterima: 6 Maret 2018; Tanggal direvisi: 8 Mei 2018; Tanggal disetujui: 4 Juni 2018

ABSTRACT
Forest Area with Special Purpose (KHDTK) Rantau is a research forest (HP) in South Kalimantan where there
is a beehive tree (sialang) regularly inhabited by Apis dorsata forest bee colonies. The existence of sialang
trees are sources of honey for forest honey collectors around the area. The research was conducted to
determine (1) the potential of Rantau HP as sialang habitat and (2) the quality of honey produced through
survey and observation approaches. Vegetation analysis was used to determine the vegetation structure of
plants of bee feed sources in the beehive siege habitat. The physicochemical test of honey was used to analyze
the quality of honey based on water content, pH, hydroxymethylfurfural (HMF) content, acidity level, reducing
sugar content, and phytochemical content. The analysis showed that there were 17 species of tree, 7 species of
poles, 7 species of saplings and 8 species of seedlings. The highest Important Value Index (IVI) at the tree level
was Acacia mangium (62.0%) as the source of the nectar, at pole level was Vitex pinnata (63.2%) as the source
of pollen, at the sapling level was Glochidion sp. (53.5%) as the source of pollen, and at level of seedlings was
Ficus variegata (34.3%) as the source of pollen. The results of laboratory analysis showed that harvested forest
honey meet the Indonesian National Standard (SNI) 01-3545-2013, with the exception of the water content.
Honey contains phytochemical components of flavonoids, alkaloids, saponins, and triterpenoids.
Key words: Vegetation analysis, Apis dorsata, honey quality, bee forages

ABSTRAK
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Rantau merupakan hutan penelitian (HP) di Kalimantan
Selatan dimana terdapat pohon sialang yang secara regular dihuni koloni lebah hutan Apis dorsata. Keberadaan
pohon sialang menjadi sumber penghasil madu bagi pemungut madu hutan di sekitar kawasan. Penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui (1) potensi HP Rantau sebagai habitat sialang dan (2) kualitas madu yang
dihasilkan melalui pendekatan survei dan observasi. Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui struktur
vegetasi tumbuhan sumber pakan di habitat kepungan sialang. Uji fisikokimia madu digunakan untuk
menganalisis kualitas madu berdasarkan kadar air, pH, kandungan hidroksimetilfurfural (HMF), kadar
keasaman, kandungan gula pereduksi, dan kandungan fitokimia. Hasil analisis vegetasi menunjukkan spesies
sumber pakan terdapat 17 jenis untuk tingkat pohon, 7 jenis tingkat tiang, 7 jenis tingkat pancang dan 8 jenis
tingkat semai. Nilai INP tertinggi tingkat pohon adalah Acacia mangium (62,0%) sebagai sumber nektar,
tingkat tiang Vitex pinnata (63,2 %) sebagai sumber polen, tingkat pancang Glochidion sp. (53,5%) sebagai
sumber polen, dan tingkat semai Ficus variegata (34,3%) sebagai sumber polen. Hasil analisis laboratorium
menunjukkan madu hutan hasil panen di KHDTK Rantau memenuhi sebagian kriteria (Standar Nasional
Indonesia, 2013) (SNI) 01-3545-2013, terkecuali kadar air. Madu mengandung komponen fitokimia flavonoid,
alkoloid, saponin, dan triterpenoid.
Kata kunci: Analisis vegetasi, Apis dorsata, kualitas madu, tumbuhan pakan lebah madu

25
Vol. 15 No. 1, Juni 2018 : 25-40

I. PENDAHULUAN sumber daya hutan yang besar, di antaranya


hasil hutan non kayu berupa madu hutan.
Proses co-evolusi yang sangat panjang
KHDTK Rantau memiliki luas 180 ha,
telah membentuk pola hubungan yang
secara administratif berada di wilayah
saling menguntungkan antara lebah madu
Kabupaten Tapin, Propinsi Kalimantan
dengan tumbuhan berbunga (angiosperm)
Selatan. Madu hutan yang dihasilkan dari
(Bloch, Bar-Shai, Citter, & Green, 2017).
KHDTK Rantau merupakan hasil perburuan
Tumbuhan terbantu dalam proses pe-
koloni lebah hutan jenis Apis dorsata yang
nyerbukan yang diperlukan untuk regene-
bersarang menggantung di dahan pohon.
rasi, sedangkan lebah memperoleh makanan
Apis dorsata merupakan salah satu
berupa nektar dan serbuk sari (polen). Bagi
jenis lebah madu yang sebaran aslinya
lebah madu, nektar dan serbuk sari
mencakup sebagian besar wilayah
merupakan makanan eksklusif yang secara
Indonesia dan dikenal memiliki tingkat
alami hanya dapat diperoleh dari tumbuhan.
produktivitas tinggi. Apis dorsata tergolong
Nektar menjadi sumber karbohidrat dan
lebah liar yang belum dapat dibudidayakan
serbuk sari sebagai sumber protein, lemak,
sehingga pemanenan hanya dilakukan
vitamin, dan mineral (Abrol, 2011).Kedua
melalui aktivitas perburuan di kawasan
jenis makanan ini diperlukan untuk mem-
hutan. Hasil pemungutan madu hutan
pertahankan kehidupan serta menjaga
diyakini merupakan penyumbang terbesar
pertumbuhan dan perkembangan koloni
produksi madu dalam negeri Indonesia
(Sajjad, Ali, & Saeed, 2017) Ketergantung-
(Nagir, Atmowidi, & Kahono, 2016;
an pada nektar dan serbuk sari menjadikan
Kahono, Chantawannakul, & Engels, 2018;
perkembangan dan populasi lebah madu
Kuntadi & Ginoga, 2018). Pemungutan
sepenuhnya ditentukan oleh ketersediaan
madu hutan di sekitar wilayah hutan
tumbuhan dan musim berbunganya. Hutan
KHDTK Rantau diperkirakan meng-
dengan kekayaan flora berbunga yang tinggi
hasilkan madu sekitar 50 liter per tahun
dan beragam menjadi habitat yang baik
dengan musim panen rata-rata sebanyak 2
yang mampu menyediakan pakan bagi lebah
kali per tahun (Masrun, 2017, wawancara
madu (Rosmalinasiah, Malamassam,
pribadi)
Paembonan, & Yusuf, 2015; Mensah,
Selain A. dorsata, di KHDTK Rantau
Veldtman, & Seifert, 2017).
terdapat jenis lebah madu lainnya yaitu
Indonesia memiliki kawasan hutan
beberapa jenis kelulut (stingless bees) dan
tropis terluas ke-3 di dunia setelah Brazil
Apis cerana (Edi, Beny, Manaom, Hendra
dan Kongo dengan kelimpahan berupa flora
& Isa, 2016). Keberadaan berbagai jenis
dan fauna yang sangat tinggi (Purba et al.,
lebah di kawasan ini ditunjang oleh
2014). Hutan banyak mem-berikan manfaat
tersedianya beragam jenis tumbuhan ber-
dan hasil bagi negara dan masyarakat lokal
bunga yang menjadi sumber pakan lebah
di sekitar hutan. Selain hasil kayu, hutan
madu. Bagi lebah A. dorsata, hutan juga
juga memberikan hasil hutan non kayu yang
menyediakan habitat untuk tempat ber-
bernilai ekonomi seperti tanaman berkhasiat
sarang berupa pohon berhabitus tinggi
obat, tanaman endemik bernilai estetika
tinggi, madu hutan, dan produk lainnya (Hadisoesilo & Kuntadi, 2007; Thomas et
al., 2009; Nagir et al., 2016; Sihag, 2017).
(Hermita, 2014; Kusumo, Bambang &
Beberapa komunitas masyarakat sekitar
Izzati, 2016)
hutan biasa menyebut pohon yang dihuni
Kawasan Hutan Dengan Tujuan
sarang lebah hutan sebagai pohon sialang.
Khusus (KHDTK) Rantau merupakan areal
Jenis pohon sialang sangat beragam
hutan penelitian yang memiliki potensi
(Thomas et al., 2009; Nagir et al., 2016;

26
Analisis Habitat Koloni Lebah Hutan Apis Dorsata…(Yelin Adalina)

Sihag, 2017), dengan kata lain koloni lebah Kecamatan Batan Piani, Kabupaten Tapin,
hutan tidak memiliki preferensi khusus Provinsi Kalimantan Selatan.
terhadap species pohon tertentu sebagai
tempatnya bersarang (Thomas et al., 2009). B. Bahan dan Alat
Menurut Thomas et al. (2009), salah satu Bahan dan alat yang digunakan terdiri
karakteristik yang menonjol dari pohon dari bahan dan alat bantu untuk analisis
sialang yaitu terisolir dan terbesar di antara vegetasi dan analisis madu. Bahan analisis
rata-rata komunitas tumbuhan di kepungan- vegetasi yakni plot pengamatan di KHDTK
nya. Pengamatan Nagir et al. (2016) di Rantau seluas 0,48 ha. Alat bantu analisis
daerah Sulawesi menunjukkan kepungan vegetasi terdiri dari haga hypsometer untuk
pohon sialang berupa hutan primer dengan mengukur tinggi pohon, phi band untuk
vegetasi yang padat dan bervariasi. mengukur diameter pohon, peralatan untuk
Penelitian telah dilakukan untuk pembuatan plot, dan tally sheet untuk
mengetahui lebih dalam KHDTK Rantau mencatat data hasil pengukuran.
sebagai penghasil madu hutan melalui Bahan analisis madu berupa sampel
analisis vegetasi dan uji mutu hasil madu. madu hasil panen masyarakat masing-
Analisis vegetasi dilakukan untuk mengkaji masing sebanyak 300 ml, dan bahan-bahan
bagaimana struktur vegetasi tumbuhan untuk keperluan analisis di laboratorium.
sumber pakan di kepungan pohon sialang di Peralatan yang digunakan meliputi alat uji
KHDTK Rantau dilihat dari indeks nilai di lapangan (refraktometer, dll) dan alat uji
penting (INP) dan keragaman jenis tum- di laboratorium (GCMS, HPLC, dll.).
buhan penyusunnya. Uji mutu madu
dimaksudkan untuk menilai kualitas madu C. Metode
yang diproduksi dari kawasan hutan
Penelitian dilakukan dengan metode
KHDTK Rantau. Hasil penelitian diharap-
deskriptif, dengan memadukan analisis
kan dapat menjadi rujukan pengelola
kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan yang
KHDTK dalam setiap upaya menjaga,
dipakai adalah pendekatan survei dan
memperbaiki dan meningkatkan produksi
observasi.
madu sebagai salah satu jenis unggulan
HHBK.
1. Analisis Vegetasi
Analisis vegetasi sumber pakan lebah
II. BAHAN DAN METODE madu dilakukan di blok 1 melalui pen-
dataan jenis dan pengukuran tinggi dan
A. Waktu dan lokasi Penelitian
diameter pohon. Pendataan dan peng-
Penelitian dilakukan pada bulan ukuran dilakukan pada setiap tingkat
Oktober 2017 di KHDTK Rantau yang pertumbuhan pohon menggunakan metode
berada di Kabupaten Tapin, Propinsi jalur berpetak. Petak berukuran 20 x 20 m2
Kalimantan Selatan. KHDTK Rantau untuk tingkat pohon, 10 x 10 m2 untuk
merupakan kawasan hutan yang dikelola tingkat tiang, 5 x 5 m2 untuk tingkat
oleh Balai Penelitian Kehutanan (BPK) pancang, dan 2 x 2 m2 untuk semai.
Banjarbaru dan diperuntukkan untuk Jalur dibuat sepanjang 380 m mengikuti
tujuan penelitian. Penelitian dilakukan di arah mata angin dengan titik pusatnya
lokasi dimana terdapat kegiatan pohon tempat sarang lebah hutan. Petak
pemungutan madu hutan, yakni di blok 1 ukur dibuat di sepanjang jalur sebanyak 4
yang berada di wilayah Desa Bitahan petak ukuran 20 x 20 m2 pada masing
Baru, Kecamatan Lokpaikat, dan di blok masing arah Barat, Timur dan Selatan dari
10 yang masuk wilayah Desa Baramban,

27
Vol. 15 No. 1, Juni 2018 : 25-40

tempat bersarangnya lebah hutan (Apis Kerapatan relatif KJ x 100%


dorsata), sedangkan arah Utara tidak (Relative Density) =
(KR) KT
dilakukan pembuatan petak ukur karena
berbatasan dengan sungai, jalan raya dan Dominasi ∑ luas bidang dasar
galian batubara. Petak ukur dibuat berselang (Dominance) =
seling di kiri dan kanan jalur dengan jarak (D) luas petak contoh
antara petak 100 m (Gambar 1). Analisis Dominasi relatif DJ x 100%
vegetasi dilakukan pada 1 buah pohon (Relative Dominance) =
sialang yang digunakan sebagai titik sumbu. (DR) DT

2. Analisis Kualitas Madu Frekwensi ∑PJ


=
(Frequency) (F) ∑PT
Sebanyak 2 sampel madu diperoleh dari
2 lokasi pemanenan. Sampel madu dari blok Frekwensi relatif DJ x 100%
10 diperoleh dari pemungut madu hutan (Relative Frequency) =
sebanyak 500 ml yang dikemas dalam botol (FR) FT
plastik sedangkan sampel madu dari blok 1
diperoleh langsung dari hasil pemanenan di Indeks nilai penting (INP) untuk tingkat
lokasi penelitian sebanyak 300 ml. Kondisi tiang dan pohon ditentukan dengan rumus:
kedua sampel madu tersebut merupakan INP = (KR) + (DR) + (FR).
madu yang baru dipanen. Indeks nilai penting (INP) untuk tingkat
Analisis kualitas madu mengacu pada semai dan pancang ditentukan dengan
kriteria dan standar yang ditetapkan di rumus: INP = KR + FR.
dalam Standar Nasional Indonesia (2013) Tingkat keanekaragaman spesies
(SNI) 01-3545-2013 tentang madu. tumbuhan dihitung dengan menggunakan
Parameter kualitas madu yang dianalisis Indeks Keanekaragaman (H’) Shannon –
terdiri dari kadar air, pH, keasaman, Wiener (Fachrul, 2012) dengan rumus
hidroksimetilfurfural (HMF), dan gula sebagai berikut :
pereduksi. Selain itu, dilakukan analisis H’ = ∑ log
fitokimia. Analisis kualitas madu dilakukan
di Laboratorium Pusat Penelitian dan Keterangan (Notes) :
Pengembangan Hasil Hutan, sedangkan H’ = Indeks Keanekaragam Shannon-
analisis fitokimia dilakukan di Wiener (Shannon-Wiener Diversity
Laboratorium Biofarmaka, Bogor. Index)
ni = Jumlah individu jenis ke i (Number
D. Analisis Data of individual of ith species)
1. Data Vegetasi N = Jumlah total individu seluruh jenis
Data vegetasi dianalisis untuk (Total number of individuals of all
menentukan Indeks Nilai Penting (INP) species)
berdasarkan kerapatan jenis, dominansi dan
frekuensi menggunakan rumus sebagai 2. Data Madu
berikut (Fachrul, 2012): Data hasil pengukuran kualitas madu
dianalisis secara deskriptif. Mutu madu
Kerapatan suatu ∑individu suatu jenis yang dihasilkan dari KHDTK Rantau
jenis (Density of = ditentukan dari perbandingan antara hasil
a species) (KJ) luas seluruh petak contoh
pengukuran sampel madu dengan standar
kualitas madu menurut SNI 01-3545-2013.

28
Analisis Habitat Koloni Lebah Hutan Apis Dorsata…(Yelin Adalina)

Gambar (Figure) 1. Petak ukur vegetasi (Vegetation measuring plot)


Sumber (Source): Fachrul (2012)

Keterangan (Notes): a. Petak ukur tingkat semai (seedling level measuring plot) (2x2) m2; b. petak ukur tingkat
pancang (sapling level measuring plot) (5x5) m2; c. petak ukur tingkat tiang (pole level
measuring plot) (10x10) m2; d. petak ukur tingkat pohon (tree level meaurisng plot)
(20x20) m2

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Schmidt dan Fergusson termasuk


bertipe iklim B, dengan curah hujan rata-
A. Kondisi Umum Wilayah Penelitian
rata 1.000 – 2.000 m per tahun dan
KHDTK Rantau ditetapkan melalui SK kelembaban udara 78%. Sebagian besar
Menteri Kehutanan No 177/Menhut-II/2005 vegetasi merupakan tanaman reboisasi sejak
dengan luas 180 ha. Kondisi tutupan lahan tahun 1980 sampai 1990 yang terdiri dari
pada tahun 2015 terdiri dari 19,91 ha jenis akasia (Acacia mangium), johar
ilalang, 23,35 ha belukar, 0,14 ha danau (Cassia siamea), gmelina (Gmelina
bekas galian, 32,15 hutan sekunder, 110,78 arborea), Shorea spp, rotan (Calamus
ha hutan tanaman, dan 11,36 ha areal rotang), ulin (Eusideroxylon zwageri) dan
terbuka. Secara geografis, KHDTK Rantau mersawa (Anisopthera marginata) (Edi et
terletak pada 02o57” – 02o59” Lintang al., 2016).
Selatan (LS) dan 115o13” – 115o15” Bujur
Timur (BT). Berdasarkan SK Menhut No B. Potensi Tumbuhan Sebagai Sumber
435/Kpts-II/2009, KHDTK Rantau Pakan Lebah Madu
termasuk dalam kawasan hutan produksi.
Hasil analisis vegetasi pada tingkat
Secara administrasi, KHDTK Rantau
termasuk dalam tiga desa dan tiga pohon dan permudaannya (tiang, pancang
dan semai) menunjukkan terdapat 17 jenis
kecamatan, yaitu Desa Baramban
Kecamatan Piani, Desa Bitahan Kecamatan untuk tingkat pohon, 10 jenis tingkat tiang,
Lok Paikat dan Desa Kelumpang 12 jenis tingkat pancang dan 12 jenis tingkat
Kecamatan Bungur. semai (Tabel 1). Di antara jenis-jenis
tersebut, beberapa spesies tergolong
Kondisi topografi pada umumnya datar
sampai dengan bergelombang ringan hingga tumbuhan sumber pakan lebah madu, baik
sedang dengan kelerengan antara 8 – 30%. sebagai penghasil nektar atau serbuk sari
Jenis tanah podsolik merah kuning dan atau keduanya (Ibrahim, Balasundram,
laterik. Lokasi berada pada ketinggian 100 Abdullah, Alias, & Mardan, 2012; Siombo,
– 400 m di atas permukaan laut (dpl). Labiro, & Rahmawati, 2014; Mulyono,

29
Vol. 15 No. 1, Juni 2018 : 25-40

Susdiyanti, & Supriono, 2015; Anonim, bagian lain tumbuhan. Nektar merupakan
2016; Juniastuti, 2016; Yanto & Budian, bahan baku untuk memproduksi madu
2016; Agussalim, Agus, Umami, & (Abrol, 2015). Polen atau serbuk sari
Budisatria, 2017; Anonim, 2017; Sofia, merupakan benih jantan tumbuhan
Zainal, & Roslinda, 2017). Nektar adalah berbunga yang dikumpulkan oleh lebah
cairan manis yang disekresikan oleh madu sebagai sumber protein (Agussalim et
kelenjar nektaris pada bunga atau atau al., 2017).

Tabel (Table) 1. Komunitas tumbuhan pada kepungan pohon sialang di KHDTK Rantau pada
tingkat pohon, tiang, pancang dan semai (Plant community at beehive tree
siege in KHDTK Rantau at the level of trees, poles, saplings, and seedlings)
INP pada tiap tingkat pertumbuhan
No Nama daerah Nama ilmiah (IVI at each growth level)
(Number) (Local Name) (Scientific name) Pohon Tiang Pancang Semai
(Tree) (Poles) (Sapling) (Seedlings)
Sumber nektar dan atau polen (Sources of nectar and or pollen)
1* Akasia Acacia mangium 62,02 46,60 12,48
2** Alaban Vitex pinnata L. 39,87 63,20
3 Balik angin Styrax camporum 13,40
4** Baranakan Glochidion sp. 19,28 55,53
5* Binderang Melastomataceae 29,52
6 Bunglau Polyscias sp. 22,88
7* Buta-buta lalat Litsea sp. 14,52
8** Ilatung Ficus variegata 34,29
9*** Jambu-jambuan Syzygium sp. 29,64 38,34 33,01
10 Jelatang Parameria sp. 9,76
11** Jengkol Archidendron 7,23 14,52
jiringa
12* Jumit Syzygium sp. 6,51
13* Karamunting Melastoma 14,52
malabathricum
14** Kayu manis Cinnamomum 7,26
burmanii
15*** Kemiri Rantau Aleurites 11,83
scholaris
16* Keruing Dipterocarpus 7,06
spp.
17*** Kopi hutan Fagraea recenosa 6,58
18 Kuminting Scaphium 14,09
Rantau macropodum
19** Litu Lygodium 14,52
circinatum
(Burm.) Sw.
20 Lua kujajing Cinnamomum 14,76
sintoc
21 Luwa Daemonorops 19,52
jenkinsiana

30
Analisis Habitat Koloni Lebah Hutan Apis Dorsata…(Yelin Adalina)

Tabel (Table) 1. Continued


INP pada tiap tingkat pertumbuhan
No Nama daerah Nama ilmiah (IVI at each growth level)
(Number) (Local Name) (Scientific name) Pohon (Tree) Tiang Pancang Semai
(Poles) (Sapling) (Seedlings)
Sumber nektar dan atau polen (Sources of nectar and or pollen)
22 Madang pirawas Litsea castanea 29,98 28,27
23** Madang puspa Schima wallichii 14,34
24 Madang putih Litsea 52,57
cassiaefolia BL
25* Medang Litsea resinosa 9,59 13,25 9,86
26* Medang habang Schima wallichii 46,26 46,19 37,56
27** Meranti merah Shorea selanica 11,02
Blume.
28 Mersawa Anisopthera 16,14
marginata
29* Palawan Tristaniopis 11,94
merguensis Gri
30* Pulai Alstonia scholaris 15,31
31* Putat Barringtonia 6,62
actutangula
32*** Randu Ceiba pentandra 6,51
33 Rawali Ficus padana 17,02
34 Sapitundang Canthium sp. 11,40
35* Sungkai Peronema 13,86 12,21
canescens
36** Tampang Artocarpus sp. 11,91
37* Tembesu Fragraea fragan 7,66
38** Uduk-uduk Archidendron 9,76
jiringa
Keterangan (Notes): Nama spesies dengan tanda bintang (*) adalah jenis
tumbuhan yang termasuk sumber pakan lebah madu. (Species name with
asterisk (*) is a species of feed source of honey bees)
* = Nektar (Nectar); ** = Polen (Polen); *** = Nektar dan polen (Nectar
and polen)

Perkembangan koloni lebah madu > 15%, sedangkan INP > 10% terdapat 11
sangat tergantung dari keterserdiaan pakan jenis tingkat pancang dan 9 jenis tingkat
lebah madu. Banyaknya jenis tumbuhan semai (Tabel 2). INP adalah nilai yang
tingkat pohon dan permudaannya sebagai menggambarkan peranan keberadaan suatu
sumber pakan lebah madu di KHDTK jenis dalam komunitas. Semakin besar nilai
Rantau menunjukkan bahwa keteserdiaan INP semakin besar peranan jenis tersebut
nektar dan polen tercukupi. Hal ini dalam komunitas (Kainde, Ratang, Tasirin,
dibuktikan dengan adanya agregasi koloni & Faryanti, 2011). Satu jenis dapat
lebah hutan yang secara rutin bersarang di dikatakan berperan jika nilai INP untuk
pohon lebah yang ada di KHDTK Rantau tingkat semai dan pancang ≥10% dan untuk
dengan produksi madu rata-rata 50 liter per tingkat tiang dan pohon memiliki nilai INP
tahun (Masrun, 2017, wawancara pribadi). ≥ 15% (Pamoengkas & Zamzam, 2017).
Berdasarkan hasil analisis Indeks Nilai Nilai INP tertinggi pada vegetasi
Penting (INP), terdapat 5 jenis tingkat tingkat pohon adalah Acacia mangium yaitu
pohon dan 7 jenis tingkat tiang dengan INP sebesar 62% dan terendah adalah Alstonia

31
Vol. 15 No. 1, Juni 2018 : 25-40

scholaris sebesar 15,31%. Nilai INP Hasil analisis Indeks keanekaragaman


tertinggi tingkat tiang adalah Vitex pinnata Shannon–Wiener (H’) didapat indeks
yaitu sebesar 63,20 % dan terendah adalah keanekaragaman sebesar 2,43 untuk tingkat
Anisopthera marginata sebesar 16,14%, pohon, 2,27 tingkat tiang, 2,41 tingkat
pada tingkat pancang INP tertinggi adalah pancang dan 2,36 tingkat semai. Indeks
Glochidion sp. yaitu sebesar 53,53% dan keanekaragaman Shannon–Wiener (H’)
terendah Canthium sp. sebesar 11,40% dan menggambarkan keanekaragaman spesies,
pada tingkat semai INP tertinggi adalah produktivitas ekosistem, tekanan pada
Ficus variegata sebesar 34,29% dan ekosistem dan kestabilan ekosistem, di
terendah Melastoma malabathricum, Litsea mana semakin tinggi nilai H’ semakin tinggi
sp, Lygodium circinatum (Burm.) Sw. dan keanekaragaman spesies, produktivitas
Archidendron pauciflorum yaitu sebesar ekosistem, tekanan pada ekosistem dan
14,52 %. Fachrul (2012) mengkategorikan kestabilan ekosistem (Harnanda, Hardinal,
nilai INP > 42,66 tergolong tinggi, nilai INP & Linda, 2018). Mengutip pendapat
21,96 – 42,66 kategori sedang, dan nilai INP Indriani, Puspa, Marisa, & Zakaria (2009)
< 21,96 dikategorikan rendah. Berdasarkan dalam klasifikasi nilai indeks
klasifikasi tersebut maka Acacia mangium, keanekaragaman Shannon-Wiener, maka
Vitex pinnata dan Glochidion sp. termasuk nilai H’ yang diperoleh dari penelitian ini
kategori nilai INP tinggi sedangkan Ficus menunjukkan indeks keanekaragaman di
variegata kategori sedang. lokasi penelitian pada tingkat pohon, tiang,
Jenis tumbuhan Acacia mangium, pancang dan semai pada kategori
Schima wallichii, dan Melicoccus sp. keanekaragaman sedang.
ditemukan pada tingkat pohon, tingkat tiang Indriani et al., (2009) mengklasifikasi-
dan tingkat pancang. Keberadaan ketiga kan nilai indeks keanekaragaman Shannon-
jenis ini menunjukkan bahwa ketiganya Wiener dalam 3 kategori yaitu rendah (jika
mampu berkembang dengan baik, termasuk nilai H’ < 1) sedang (jika nilai H’ antara 1 –
tumbuh di bawah naungan pohon. Acacia 3), tinggi jika nilai H’ > 3. Tingkat
mangium merupakan jenis tanaman yang keanekaragaman jenis tersebut memper-
dapat beradaptasi dengan baik pada tanah lihatkan ketersediaan jenis tumbuhan
tropis lembab, dataran rendah dan tanah berbunga yang cukup beragam yang
masam (Krisnawati, Kallio, & Kanninen, semuanya dapat dimanfaatkan lebah madu
2011). Tanaman ini termasuk penghasil sebagai sumber pakan, baik sebagai sumber
nektar yang baik dan durasi sekresinya nektar maupun serbuk sari. Selain itu,
berjangka panjang karena berasal dari ketersedian permudaan berbagai jenis
kelenjar ekstra flora (extrafloral nectaries). tumbuhan kategori sumber pakan yang
Kelenjar nektar A. mangium terdapat di secara alami tumbuh di bawah tegakan
setiap pangkal daun di bagian petiole menunjukkan adanya jaminan kelangsung-
(Graham, Raine, Matthew, & Pat, 2003) an regenerasi di masa datang. Kondisi
walaupun tidak semua kelenjar tersebut memberikan gambaran bahwa
mengeluarkan nektar (Kuntadi, Adalina, & lingkungan hutan KHDTK Rantau sangat
Widiarti, 2012). Pengamatan di lapangan mendukung untuk keberlangsungan hidup
mendapatkan fakta bahwa A. mangium juga lebah madu.
menjadi tempat bersarangnya lebah hutan
(A. dorsata).

32
Analisis Habitat Koloni Lebah Hutan Apis Dorsata…(Yelin Adalina)

Tabel (Table) 2. Nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dominansi relatif (DR),
dan indeks nilai penting (INP) jenis tumbuhan tingkat pohon, tiang, pancang
dan semai (Values of relatif density (KR), relative frequency (FR), relative
dominance (DR), and important value index (IVI) of tree species, poles,
sapling and seedlings)
No Nama daerah Nama ilmiah (Scientific K indv/ha KR (%) FR (%) DR (%) INP
(Local Name) name) (IVI)%
Tingkat pohon (Tree level)
1 Akasia Acacia mangium 361,111 245,283 108,108 266,811 620,202
2 Madang habang Schima wallichii 222,222 150,943 135,135 176,538 462,616
3 Alaban Vitex pinnata 194,444 132,075 162,162 104,507 398,744
4 Jambuan Melicoccus sp. 166,667 113,208 108,108 7,513 296,446
5 Pulai Alstonia scholaris 111,116 56,604 54,054 42,462 15,312
6 Madang puspa Schima wallichii 55,556 37,736 54,054 51,659 143,448
7 Tampang Artocarpus sp. 55,556 37,736 54,054 27,286 119,075
8 Kemiri Rantau Aleurites scholaris 55,556 37,736 54,054 26,562 118,351
9 Meranti merah Shorea selanica Blume 27,778 20,964 3,003 64,327 110,222
10 Medang Litsea resinosa 27,778 20,964 3,003 5,000 95,889
11 Tembesu Fragraea fragan 27,778 20,964 3,003 22,552 76,633
Archidendron
12 Jengkol 27,778 20,964 3,003 18,267 72,348
pauciflorum
13 Keruing Dipterocarpus spp. 27,778 20,964 3,003 16,508 70,589
Barringtonia
14 Putat 27,778 20,964 3,003 14,978 66,209
actutangula
15 Kopi hutan Fagraea recenosa 27,778 20,964 3,003 14,613 65,844
16 Randu Ceiba pentandra 27,778 20,964 3,003 13,901 65,132
17 Jumit Syzygium sp. 27,778 20,964 3,003 13,901 65,132
Jumlah (Total) 100 100 100 300
Tingkat tiang (Poles level)
1 Alaban Vitex pinnata 666,667 214,286 190,476 201,276 632,038
2 Akasia Acacia mangium 444,444 142,857 190,476 106,712 466,046
3 Madang habang Schima wallichii 444,444 142,857 142,857 150,171 46,188
4 Jambuan Syzgium sp. 333,333 107,143 95,238 155,057 383,438
5 Madang Pirawas Litsea castanea 333,333 107,143 64,266 119,132 299,894
6 Baranakan Glochidion sp. 222,222 71,429 64,266 65,802 192,850
7 Mersawa Anisopthera marginata 166,111 53,214 64,266 70,123 161,456
8 Sungkai Peronema canescens 166,111 53,214 64,266 47,319 138,653
9 Balik angin Styrax camporum 166,111 53,214 64,266 42,636 133,969
10 Medang Litsea resinosa 166,111 53,214 64,266 41,166 132,499
Jumlah (Total) 100 100 100 300
Tingkat pancang (Sapling level)
1 Baranakan Glochidion sp. 0,2000 185,200 200,000 140,200 535,300
2 Madang putih Litsea cassiaefolia BL 0,1600 148,100 160,000 207,500 525,700
3 Madang habang Schima wallichii 0,1600 148,100 80,000 137,500 375,600
4 Jambuan Syzygium sp. 0,1200 111,100 120,000 88,900 330,100
5 Medang Pirawas Litsea castanea 0,1200 74,100 120,000 118,600 282,700
6 Bunglau Polyscias sp. 0,0800 71,400 80,000 64,700 228,800
7 Kuminting
Scaphium macropodum 0,0400 43,667 40,000 60,567 140,900
Rantau
8 Akasia Acacia mangium 0,0400 43,667 40,000 44,367 124,800

33
Vol. 15 No. 1, Juni 2018 : 25-40

Tabel (Table) 2. Lanjutan (Continued)


No Nama daerah Nama ilmiah (Scientific K indv/ha KR (%) FR (%) DR (%) INP
(Local Name) name) (IVI)%
9 Sungkai Peronema canescens 0,0400 43,667 40,000 41,667 122,100
Tristaniopis
10 Palawan 0,0400 43,667 40,000 38,967 119,400
merguensis Griff
11 Sapitundang Canthium sp. 0,0400 43,667 40,000 33,667 114,000
12 Medang Litsea resinosa 0,0400 43,667 40,000 28,267 98,600
Jumlah (Total) 100 100 100 300
Tingkat semai (Seedlings level)
1 Ilatung 0,000022 20,0 142,857 342,857
Ficus variegata
2 Binderang Melastomataceae 0,000022 20,0 952,381 295,238
Daemonorops
3 Luwa 0,000011 10,0 952,381 195,238
jenkinsiana
4 Rawali Ficus padana 0,000008 7,5 952,381 170,238
5 Lua kujajing Cinnamomum sintoc 0,000011 10,0 47,619 147,619
Melastoma
6 Karamunting 0,000006 5,0 952,381 145,238
malabathricum
7 Buta-buta lalat Litsea sp. 0,000006 5,0 952,381 145,238
Lygodium circinatum
8 Litu 0,000006 5,0 952,381 145,238
(Burm.f) sw
Archidendron
9 Jengkol 0,000003 5,0 952,381 145,238
pauciflorum
10 Jelatang Parameria sp. 0,000006 5,0 47,619 97,619
11 Uduk-uduk Archidendron jiringa 0,000006 5,0 47,619 97,619
12 Kayu manis Cinnamomum burmanii 0,000003 2,5 47,619 72,619
Jumlah (Total) 100 100 200
Sumber (Source): Hasil analisis data primer, 2017 (Result of primary data analysis)

C. Kualitas Madu 2008; Balasubramanyam, 2011; Chua et al.,


Sampel madu diperoleh dari hasil panen 2012).
Kadar air pada madu mempengaruhi
lebah hutan A. dorsata yang terdapat di blok
kualitas madu (Hikmawati, Noor, & Natsir,
1 dan 10 KHDTK Rantau. Tabel 3
menjelaskan asal sampel madu dan Tabel 4 2015). Madu dengan kadar air tinggi akan
berisi data hasil analisis madu. cepat mengalami proses fermentasi yang
berakibat menurunnya kualitas madu,
1. Kadar Air memengaruhi nilai gizi, dan meningkatkan
keasaman madu (Illyya, Haryanti, & Suedy,
Hasil analisis laboratorium menunjuk-
kan kadar air madu sangat tinggi yaitu 2017). Fermentasi terjadi akibat aktivitas
sebesar 26 – 29%. Nilai kadar ini jauh di khamir yang tumbuh dan berkembang di
dalam madu (Wulandari, 2017).
atas ketentuan SNI 01-3545-2013 yang
menetapkan kadar air madu maksimum 22
2. Kadar Keasamanan
%. Meskipun demikian, kadar air tinggi
merupakan hal yang umum didapatkan pada Keasaman madu merupakan salah satu
parameter yang digunakan dalam menentu-
madu hasil panen lebah hutan A. dorsata
(Hadisoesilo & Kuntadi, 1989; Qamer et al., kan kualitas madu (Wulandari, 2017). Ke-
asamanan menunjukkan banyaknya asam

34
Analisis Habitat Koloni Lebah Hutan Apis Dorsata…(Yelin Adalina)

bebas yang terdapat dalam larutan madu dipengaruhi oleh musim panen, manajemen
yang berasal dari asam organik seperti asam panen dan penanganan pasca panen.
asetat, dan asam oksalat dan sebagian kecil
dari mineral seperti Co, Ni, V, K dan Na. 3. Kadar Gula
Derajat keasaman dapat ditentukan dengan Komponen utama madu adalah gula
nilai pH. Semakin tinggi keasaman madu dan air. Kandungan total gula dalam madu
semakin rendah pH dalam madu terdiri dari gula pereduksi dan gula non
(Hikmawati et al., 2015). pereduksi. Gula pereduksi adalah gula
Hasil analisis sampel madu diperoleh sederhana (simple sugar) seperti fruktosa
nilai pH madu sebesar 4,0. Data tersebut dan glukosa, sedangkan gula non pereduksi
menunjukkan bahwa madu asal KHDTK adalah sukrosa (Minarti, Jaya, & Merlina,
Rantau memenuhi syarat standar pH madu 2016). Kandungan gula pereduksi dapat
secara internasional sebagaimana ditetap- mencapai 85–90% dari keseluruhan karbo-
kan International Honey Comission (IHC), hidrat di dalam madu (Suarez et al., 2010).
yakni antara 3,6 – 5,6. Tingkat keasaman Hasil penelitian menunjukkan
sampel madu juga memenuhi standar SNI, kandungan gula pereduksi madu sebesar
yakni di bawah 50 ml NaOH/kg. Rendahnya 73,40–73,83 %. Kadar gula pereduksi ini
pH madu dapat berfungsi meningkatkan berada di atas batas minimum standar kadar
sifat dan aktifitas antibakteri pada madu gula pereduksi yang diijinkan SNI 01-3545-
karena bakteri dapat berkembang dengan 2013, yaitu minimal 65%. Komposisi gula
baik pada pH netral atau basa (Chua et al., dalam madu dipengaruhi oleh kondisi
2012). geografis seperti iklim, lingkungan, jenis
Tingkat keasaman madu dari blok 1 tanah, komposisi vegetasi tumbuhan,
Desa Bitahan Baru lebih tinggi dari sampel kualitas nektar dan kondisi penyimpanan (
asal blok 10 Desa Bramban. Menurut Silvia, Gauche, Gonzaga, Costa, & Fett,
Carvalho et al. (2009) keasaman madu 2015; Illyya et al., 2017; ).

Tabel (Table) 3. Asal sampel madu (The origin of honey samples)


No Kode sampel/Jenis analisis Blok 1 (Block 1) Blok 10 (Block 10)
(Sample code/Type of analysis)
1 Jenis lebah (Bee species) Apis dorsata Apis dorsata
2 Lokasi panen (Harvest location)
a. Desa (Village): Bitahan Baru Bramban
b. Kecamatan (District): Lokpaikat Batan Piani
c. Kabupaten (Regency): Tapin Tapin
d. Provinsi (Province): Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan
3 Tanggal panen (Date of harvest) 06-10-2017 01-10-2017
4 Jumlah sarang (Amount of hives) 1 1
5 Produksi/ sarang (ml) 300 1.000
(Production/hive)
6 Jenis pohon tempat bersarang Acacia mangium Acacia mangium
(Nesting plant species)
7 Jenis pakan lebah (Honey bee feed) Bunga campur Bunga campur
(mixed flowers)

35
Vol. 15 No. 1, Juni 2018 : 25-40

4. Hidroksimetilfurfural (HMF) Perbedaan ini kemungkinan karena


Pengujian kadar HMF sangat penting adanya perbedaan variasi vegetasi sumber
dalam menentukan keaslian dan kesegaran pakan lebah madu. Ramalhosa, Gomes,
madu serta kemungkinan adanya proses Pereira, Dias, & Estevinho (2011)
pemanasan. Faktor-faktor yang memenga- menyatakan bahwa perbedaan varietas
ruhi kadar HMF madu yaitu pH, waktu tumbuhan asal nektar yang diambil lebah
pemanasan, kondisi penyimpanan serta menentukan jenis senyawa fenolik yang
sumber nektar (Zakaria, 2014). terdapat di dalam madu.
Hasil penelitian menunjukkan kadar Terbentuknya endapan dan perubahan
HMF madu KHDTK Rantau sebesar 0,229 warna pada saat penambahan larutan
– 0,417 mg/kg. Nilai hasil uji HMF ini Dragendorff mengindikasikan sampel madu
masih jauh di bawah batas standar kadar mengandung alkaloid. Alkoloid dapat
HMF yang diijinkan, yaitu maksimal 50 digunakan sebagai antimikroba dan anti
mg/kg. Sampel madu yang diteliti merupa- parasit (Anizewski, 2007). Terbentuknya
kan madu yang baru dipanen, karena itu warna merah setelah sampel direaksikan
kadar HMFnya masih sangat rendah. dengan asam klorida dan serbuk magnesium
mengindikasikan sampel madu mengan-
5. Komponen Fitokimia dung flavonoid. Peran flavonoid bagi
manusia sebagai antibiotik dan meng-
Uji komponen fitokimia madu dilaku- hambat pendarahan (Susilawati, 2007),
kan secara kualitatif dengan melihat sedangkan secara in vitro peran flavonoid
perubahan warna atau terbentuknya buih sebagai antimikroba (Cowan, 1999). Ke-
dan endapan jika sampel madu direaksikan beradaan saponin dalam sampel madu
dengan pereaksi Dragendorff, asam klorida, ditunjukkan dengan terbentuknya busa pada
asam sulfat, asam asetat anhidrat, serbuk saat ekstrak madu dikocok bersamaan
magnesium dan gelatin. Hasil pengujian dengan air dalam tabung reaksi. Hasil
sampel madu tidak mendeteksi adanya tanin pengujian menujukkan bahwa sampel madu
dan steroid, namun mengandung komponen mengandung triterpenoid. Triterpenoid
fitokimia alkoloid, saponin, dan memiliki aktivitas antimikroba dan efektif
triterpenoid. Madu dari Desa Bitahan Baru dalam menghambat pertumbuhan Escheri-
mengandung flavonoid, sedangkan madu chia coli, dan Staphylococcus aureus
dari Desa Bramban tidak menunjukkan (Naufalin, Jenie, Kusnandar, Sudarwanto,
adanya kandungan flavonoid (Tabel 5). & Rukmini, 2005).

Tabel (Table) 4. Karakteristik fisikokimia madu hutan dari jenis lebah Apis dorsata di KHDTK
Rantau, Kalimantan Selatan (Physicochemical characteristics of forest honey
from Apis dorsata bee species in KHDTK Rantau, South Kalimantan)
No Kode sampel/Jenis analisis Madu asal blok 1 Madu asal blok 10
(Sampel code/Type of analysis) (Honey from block 1) (Honey from block 10)
1 Kadar Air (Water content) (%) 29,0 26,0
2 pH (pH) 4,0 4,0
3 Keasaman (acidity) (ml N NaOH/kg
madu) 5,10 3,60
4 Gula pereduksi (Reducing sugar
content) 73,83 73,40
5 HMF (HMF content) (mg/kg) 0,417 0,229

36
Analisis Habitat Koloni Lebah Hutan Apis Dorsata…(Yelin Adalina)

Tabel (Table) 5. Analisis fitokimia madu (Phytochemicals analysis of honey)


Kode sampel/Jenis analisis Madu asal blok 1 Madu asal blok 10
(Sampel code/Type of analysis) (Honey from block 1) (Honey from block 10)
Fitokimia
a. Alokoloid Positif Positif
b. Steroid Negatif Negatif
c. Tanin Negatif Negatif
d. Saponin Positif Positif
e. Triterpenoid Positif Positif
f. Flavonoid Positif Negatif

IV. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil pengujian komponen fitokimia


madu secara kualitatif sampel madu yang
A. Kesimpulan
diteliti mengandung golongan alkoloid,
Hasil analisis vegetasi menunjukkan saponin, triterpenoid dan flavonoid, namun
ketersediaan jenis tumbuhan berbunga di tidak terdeteksi adanya tanin dan steroid.
KHDTK Rantau cukup beragam. Sebagian
termasuk jenis tumbuhan sumber pakan B. Saran
lebah madu, baik sebagai sumber nektar
maupun serbuk sari. Acacia mangium Ketesediaan vegetasi sebagai sumber
menjadi jenis tumbuhan dengan nilai INP nektar dan polen bagi lebah madu di
tertinggi di tingkat pohon yang menunjuk- KHDTK Rantau perlu dipertahankan dan
kan pentingnya spesies ini di dalam dijaga kelestariannya. Dalam rangka
komunitas tumbuhan di habitat kepungan pengembangan budidaya lebah madu perlu
sialang. Sebagai sumber pakan, A. mangium pemberdayaan masyarakat di sekitar
juga merupakan penghasil nektar yang baik kawasan KHDTK Rantau melalui pelatihan
dengan durasi sekresi nektar yang panjang dalam pemungutan atau pemanenan madu
karena berasal dari kelenjar extra flora yang lebah hutan secara lestari.
berada di setiap pangkal daun. Kondisi
tersebut memberikan gambaran bahwa UCAPAN TERIMA KASIH
lingkungan hutan KHDTK Rantau sangat
Ucapan terima kasih penulis sampaikan
mendukung untuk keberlangsungan hidup
kepada Kepala Pusat Litbang Hutan yang
lebah madu yang ditunjukkan dengan ada-
telah membiayai dan mendukung kegiatan
nya agregasi koloni lebah hutan yang
penelitian ini. Terima kasih juga disampai-
bersarang di pohon sialang.
kan kepada Kepala Balai Penelitian
Kualitas madu hasil produksi dari
Kehutanan Banjarbaru yang telah memberi-
KHDTK Rantau secara umum memiliki
kan izin untuk melakukan penelitian, begitu
kualitas baik untuk sebagian besar
pula kepada Bapak Edi beserta rekan-rekan
parameter yang dinilai, yaitu kadar
lainnya di Balai Penelitian Kehutanan
keasaman, gula pereduksi, dan hidrok-
Banjarbaru yang telah membantu pelak-
simetilfurfural (HMF). Namun demikian,
sanaan penelitian ini.
madu tersebut memiliki kadar air yang
cukup tinggi sehingga dalam jangka
panjang berpotensi mengalami proses DAFTAR PUSTAKA
fermentasi yang secara cepat dapat Abrol, D. P. (2011). Foraging. In R.
menurunkan mutu madu. Hepburn & E. R. Sarah (Eds.),

37
Vol. 15 No. 1, Juni 2018 : 25-40

Honeybees of Asia (pp. 257–292). of honey sampels from Malaysia. Food


Springer, Berlin Heidelberg. Chemistry, 135, 880–887.
Abrol, D. P. (2015). Pollination and fruit Cowan, M. M. (1999). Plant products as
productivity. In D. P. Abrol (Ed.), antimicrobial agents. Clinical
Pollination Biology Vol 1 (Pests and Microbiology Reviews, 12(4), 564–
pollinators of fruit crops). (pp. 1–24). 582.
Springer, Berlin Heidelberg. Edi, S., Beny, R., Manaom, A. M. S.,
Agussalim, Agus, A., Umami, N., & Hendra, A. B., & Isa, A. (2016).
Budisatria, I. G. S. (2017). Variasi Laporan Kegiatan Pemeliharaan dan
jenis tanaman pakan lebah madu Penataan KHDTK Rantau.
sumber nektar dan polen berdasarkan Fachrul, M. (2012). Metode sampling
ketinggian tempat di Yogyakarta. bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.
Buletin Peternakan, 41(4), 448–460. Graham, N. S., Raine, E. N., Matthew, P., &
Anizewski, T. (2007). Alkoloids-Secrets of Pat, G. W. (2003). Pollination ecology
Life. Elsevier. Oxford. of Acacias (Fabaceae, Mimosoideae).
Anonim. (2016). Tabel 100 pakan lebah dan Australian Systematic Botany, 16,
bunga yang disukai berdasarkan 103–118.
nektar, resin, polen,ranting,aset,emas. Hadisoesilo, S., & Kuntadi. (1989).
Anonim. (2017). Tanaman bunga banyak Moisture, sucrose, and
nektar dan polen yang disukai lebah hydroxymethylfurfural contents of
madu lebah-lebahku. Retrieved from Apis dorsata honey in Riau Province.
blogspot.com/2017/02/tanaman- Bulletin Penelitian Kehutanan, 5, 143–
bunga-pakan-lebah-madu.html 152.
Balasubramanyam, M. V. (2011). Physical Hadisoesilo, S., & Kuntadi. (2007).
characteristics of multifloral honey of Kearfian Tradisional dalam
Apis dorsata F. and Apis cerana indica “Budidaya” Lebah Hutan (Apis
from Western Ghats of Karnataka. The dorsata). Badan Penelitian dan
Bioscan, 6(4), 631–634. Pengembangan Kehutanan.
Bloch, G., Bar-Shai, N., Citter, Y., & Green, Harnanda, F., Hardinal, & Linda, L. (2018).
R. (2017). Time is honey: circadian Komposisi dan tingkat kerusakan
clock of bees and flowers and how vegetasi hutan mangrove di
their interactions may influence Kecamatan Sukadana Kabupaten
ecological communitites. Phil. Trans. Kayong Utara Provinsi Kalimantan
R. Soc. B., 372(1734). Barat. Jurnal Protobiont, 7(1), 51–60.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.109 Hermita, N. (2014). Inventarisasi tumbuhan
8/rstb.2016.0256 pakan lebah madu hutan di Desa Ujung
Carvalho, C., Geni, S. S., Antonio, Rogerio, Kaya Kawasan Taman Nasional Ujung
Bruno, Souza, & Lana, C. (2009). Kulon. Jurnal Agroekotek, 6(2), 123–
Physicochemical characteristics and 135.
sensory profile of honey samples from Hikmawati, Noor, A., & Natsir, H. (2015).
stingless bees (Apidae meliponinae) Mikro mineral essensial (Co,Ni) dan
Submitted to a Dehumidification V) serta sifat bio fisika kimia pada
Process. An Acad Bras Cienc, 81(1), madu asal Mallawa, Sulawesi Selatan.
143–149. Universitas Hasanudin.
Chua, L. S., Abdul, R. N., Samidi, M. R., & Ibrahim, I. F., Balasundram, S. K.,
Aziz, R. (2012). Multi- elemental Abdullah, N. A. P., Alias, M. S., &
composition and physical propterties Mardan, M. (2012). Morphological

38
Analisis Habitat Koloni Lebah Hutan Apis Dorsata…(Yelin Adalina)

characterization of pollen collected by (Eds.), Prosiding Seminar Nasional


Apis dorsata from a tropical rainfores. Agroforestri III: Pembaharuan
International Journal of Botan, 8(3), Agroforestri Indonesia: Benteng
96–103. Terakhir Kelestarian, Ketahanan
Illyya, I., Haryanti, S., & Suedy, S. W. A. Pangan, Kesehatan dan Kemakmuran.
(2017). Uji kualitas madu pada Balai Penelitian Teknologi
beberapa wilayah budidaya lebah Agroforestri, Ciamis, Jawa Barat.
madu di Kabupaten Pati. Jurnal Kuntadi, & Ginoga, K. L. (2018). Sekilas
Biologi, 6(2), 58–65. Tentang Lebah Madu dan Kegiatan
Indriani, Puspa, D., Marisa, H., & Zakaria. Perlebahan di Indonesia. Majalah
(2009). Keanekaragaman spesies (New) Rimbawani No. 4 Edisi Maret
tumbuhan pada kawasan mangrove 2018., 37–41.
nipah (Nypa fruticans Wurmb) di Kusumo, A., Bambang, A. N., & Izzati, M.
Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten (2016). Struktur vegetasi kawasan
Banyuasin, Sumatera Selatan. Jurnal Hutan Alam dan Hutan Terdegradasi di
Penelitian Sains, 12(3D 12309), 1–4. Taman Nasional Tesso Nilo. Jurnal
Juniastuti. (2016). Studi pakan berdasarkan Ilmu Lingkungan, 14(1), 19–26.
roti lebah (bee bread) di Hutan Mensah, S., Veldtman, R., & Seifert, T.
Pendidikan Hasanudin Skripsi. (2017). Potential supply of floral
Universitas Hasanudin. Universitas resources to manage honey bees in
Hasanudin. natural mistbelt forests. Journal of
Kahono, S., Chantawannakul, P., & Engels, Environmental Management, 189,
M. S. (2018). Social Bees and the 160–167.
Current Status of Beekeeping in https://doi.org/http://dx.doi.org/10.101
Indonesia. In P. Chantawannakul, G. 6/j.jenvman.2016.12.033
Williams, & P. Neuwmann (Eds.), Minarti, S., Jaya, F., & Merlina, P. A.
Asian Beekeeping in the 21st Century. (2016). Pengaruh masa panen madu
Kainde, R. P., Ratang, S. P., Tasirin, J. S., & lebah pada area tanaman Kaliandra
Faryanti, D. (2011). Analisis vegetasi (Caliandra calothyrsus) terhadap
Hutan Lindung Gunung Tumpa. Jurnal jumlah produksi, kadar air, viskositas
Eugenia, 17(3). Retrieved from dan kadar gula madu. Jurnal Ilmu Dan
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ Teknologi Hasil Ternak, 11(1), 46–51.
eugenia/issue/view/570 Tanggal 20 Mulyono, Susdiyanti, T., & Supriono, B.
Mei 2018. (2015). Kajian ketersediaan pakan
Krisnawati, H., Kallio, M., & Kanninen, M. lebah madu lokal (Apis cerana Fabr.).
(2011). Acacia mangium Willd. Jurnal Nusa Sylva, 16(2), 18–26.
Ecology, silviculture and productivity. Nagir, M. T., Atmowidi, T., & Kahono, S.
Center for International Foresty (2016). The distribution and nest-site
Research. Bogor: CIFOR. Retrieved preference of Apis dorsata binghami at
from http://www.cifor.org/online- Maros Forest, South Sulawesi,
library/browse/view- Indonesia. Journal of Insect
publication/publication/3392.html Biodiversity, 4(23), 1–14.
Kuntadi, Adalina, Y., & Widiarti, A. (2012). Naufalin, R., Jenie, B. S. R., Kusnandar, F.,
Ujicoba agroforestry mangium-jagung Sudarwanto, & Rukmini, H. (2005).
untuk mendukung budidaya lebah Aktivitas antibakteri ekstrak bunga
madu. In Widiyatno, E. Prasetyo, T. S. Kecombrang terhadap bakteri patogen
Widyaningsih, & D. P. Kuswantoro dan perusak pangan. Jurnal Teknotan

39
Vol. 15 No. 1, Juni 2018 : 25-40

Dan Industri Pangan, 16(2), 119–125. and authencity. Brazil. Food


Pamoengkas, P., & Zamzam, A. K. (2017). Chemistry, 196, 309–323.
Komposisi fuctional species group Siombo, A., Labiro, E., & Rahmawati.
pada sistem silvikultur tebang pilih (2014). Keanekaragaman jenis pakan
tanam jalur di area IUPHHK-HA PT. lebah madu hutan (Apis dorsata) di
Sarpatim, Kalimantan Tengah. Jurnal Kawasan Hutan Lindung Desa Ensa,
Silvikultur Tropika, 8(3), 160–169. Kecamatan Mori Atas, Kabupaten
Purba, C. . P., Nanggara, S., Ratriyono, M., Morowali Utara. Warta Rimba 2 (2),
Apriani, L., Rosalina, L., Sari, N., & 49–56.
Meridian, A. (2014). Potret keadaan Sofia, Zainal, S., & Roslinda, E. (2017).
hutan Indonesia 2009-2013. Bogor: Pengelolaan madu hutan berbasis
Forest Watch Indonesia. kearifan lokal masyarakat di Desa
Qamer, S., Ahmad, F., Latif, F., Ali, S. S., Semalah dan Desa Melemba Kawasan
& Shakoori, A. R. (2008). Danau Sentarum, Kabupaten Kapuas
Physicochemical analysis of Apis Hulu. Jurnal Hutan Lestari, 5(2), 209–
dorsata honey from Terai Forest. 218.
Pakistan J. Zool., 40(1), 53–58. Standar Nasional Indonesia. (2013). Madu
Ramalhosa, E. E., Gomes, T. T., Pereira, A. SNI 01-3545-2013.
P., Dias, T. T., & Estevinho, L. M. Suarez, Sara., M. A., Stefania, T., Enrico,
(2011). Mead production R., Bertoli, E., & Battino, M. (2010).
traditionversus modernity. Advanced Contribution of honey in nutrition and
Food Nutrional Research, 63, 101– human health: a review. J. Mediterr
118. Nutr Me-Tab, 3, 15–23.
Rosmalinasiah, Malamassam, D., Susilawati, Y. (2007). Flavonoid Tanin -
Paembonan, S., & Yusuf, Y. (2015). Polifenol. Universitas Padjadjaran
Rource potential analysis of honey bee Jatinangor - Indonesia.
feed Apis dorsata in mountain Thomas, S. G., A., V., P., R., N., B., S. G.,
Tinanggo Kolaka. Int. J. of Sci. Tech. P., & Davidar, P. (2009).
Res., 4(4), 313–318. Characteristics of trees used as nest
Sajjad, A., Ali, M., & Saeed, S. (2017). sites by Apis dorsata (Hymenotera,
Yearlong association of Apis dorsata Apidae) in the Nilgiri Biosphere
and Apis florea with flowering plants: Reserve, India (Short
planted forest vs. agriculturural Communication). J. Tropic. Ecol., 25,
landscape. Sociobiology, 64(1), 18–25. 559–562.
https://doi.org/DOI: Wulandari, D. D. (2017). Kualitas madu
10.13102/sociobiology.v64i1.995 (keasaman, kadar air dan kadar gula
Sihag, R. C. (2017). Nesting behaviour and pereduksi) berdasarkan perbedaan
nest site preferences of the giant honey suhu penyimpanan. Jurnal Kimia
bee (Apis dorsata F.) in the semi-arid Riset, 2(1), 16–22.
environment of north west India. J. Yanto, S. H., & Budian E. S., Y. (2016).
Apic. Res. https://doi.org/DOI: Potensi pakan Trigona spp. Di hutan
10.1080/00218839.2017.1338443. larangan adat Desa Rumbio Kabupaten
Silvia, P. M. D., Gauche, C., Gonzaga, Kampar. JOM Faperta UR 3 (2), 1–7.
L. V Zakaria, Z. (2014). Analisis kadar HMF
Silvia, P. M. D., Gauche, C., Gonzaga, L. (Hidroksi methyl furfural) pada madu
V., Costa, A. C. O., & Fett, R. (2015). Bone. Al-Kimia, 2(1), 1–10.
Honey : Chemical coposition, stability

40
Analisis Habitat Koloni Lebah Hutan Apis Dorsata…(Yelin Adalina)

41

S-ar putea să vă placă și