Sunteți pe pagina 1din 32

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang
serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah
otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial ( jaringan di sekitar
persendian).
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi
dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma.
Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan
nonneoplasma, misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi. Tumor
jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari ujung kepala
sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada yang ganas.
Tumor ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma jaringan
lunak atau Soft Tissue Sarcoma(STS). (Sjamsuhidayat,2010:134)

Soft tissue tumor adalah suatu kelompok tumor yang biasanya berasal dari
jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggota gerak, badan atau
reptroperitoneum (Toyetal.2011:120).

Penyebab pasti timbulnya soft tissue tumor ini belum jelas, namun banyak
faktor yang diduga berperan. Kondisi genitik 66%, paparan radiasi 1%, infeksi 3%
dan trauma 30% merupakan faktor resiko yang berhubungan erat dengan
terjadinya soft tissue tumor. Lokasi yang paling sering ditemukanya itu kira-kira
40% terjadi diekstermitas bawah, terutama daerahpaha, 20% diekstermitas atas,
10% dikepala dan leher dan 30% dibadan dan retroperitoneum.(M.Clevo,2012:85)

Menurut Organisasi Kesehatan dunia (WHO), Soft Tissue Tumor merupakan


benjolan abnormal yang disebabkan oleh neoplasma. Menurut WHO pada tahun
2012 angka penderita soft tissue tumor secara global, sekitar 14,1 juta orang yang
menderita soft tissue tumor. Dalam data WHO tahun 2008, Asia Tenggara
menyumbang 725.600 kasus.(ACS,2012:2)

1
Di indonesia, prevalensi tumor mencapai 1,4 per 1000 penduduk. Prevalensi
menurut provinsi berkisar antara 4,1% di Jogjakarta, 2,1 % jawa tengah, 2% bali,
Bengkulu dan DKI Jakarta masing-masing 1,9 permil. Sedangkan untuk provinsi
Riau angka persentase kejadian soft tissue tumor 0,2 % dalm kurun sebulan
terakhir (Riskesdas, 2013).

Pasien soft tissue tumor biasanya dibawa oleh keluarga kerumah sakit atau
unit kesehatan lainnya. Karena keluarga tidak mampu merawat, benjolan semakin
lama semakin membesar dan kadang-kadang pasien mengeluh nyeri. Beberapa
alasan yang lazim keluarga membawa pasien kerumah sakit yaitu benjolan
semakin lama semakin membesar, keluarga mengira itu kanker dan pasien merasa
nyeri. Soft Tissue Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma. Soft Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel
baru, abnormal, progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti kanker.
(M.Clevo,2012)

Soft tissue tumor umumnya dapat ditangani dengan tindakan bedah dan
keperawatan. Dalam penatalaksanaan keperawatan pada soft tissue tumor
dilakukan tindakan pembedahan kecil (exsici). Bisanya dalam asuhan keperawtan
soft tissue tumor dengan masalah yang sering muncul adalah cemas berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan setelah operasi masalah yang
muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (luka post
operasi) dan resiko infeksi.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Mahasiswa/i mampu menerapkan asuhan keperawatan perioperatip


pada pasien soft tissue tumor

1.2.2 Tujuan khusus

1. Mahasiswa/i mampu mengetahui defenisi soft tissue tumor

2
2. Mahasiswa/i mampu mengetahui Etiologi soft tissue tumor
3. Mahasiswa/i mampu mengetahui Manifestasi klinis soft tissue
tumor
4. Mahasiswa/i mampu mengetahui Patofisiologi soft tissue tumor
5. Mahasiswa/i mampu mengetahui WOC soft tissue tumor
6. Mahasiswa/i mampu mengetahui Penatalaksanaan soft tissue tumor
7. Mahasiswa/i mampu mengetahui Pemeriksaan penunjang soft tissue
tumor
8. Mahasiswa/i mampu mengetahui pengkajian soft tissue tumor
9. Mahasiswa/i mampu memahami analisa data soft tissue tumor
10. Mahasiswa/i mampu memahami diagnosa soft tissue tumor
11. Mahasiswa/i mampu memahami intervensi soft tissue tumor
12. Mahasiswa/i mampu menerapkan implementasi dan evaluasi soft
tissue tumor

3
BAB 2

Landasan Teori
2.1 Definisi STT
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang
abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer,
2002 ).
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya
tidak tumbuh seperti kanker (Price, 2006).
2.2 Etiologi
a. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa trauma jaringan lunak. Dalam daftar
laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam
menentukan diagnosis.
b. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-
induksi yang mendorong transformasi neoplastik.
c. Infeksi
Infeksi virus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh
yang lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya
STT.
2.3 Manifestasi klinis
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor
atau benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu
benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita
yang merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau
nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf –
saraf tepi. Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, bila dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih
mudah digerakan dari jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke
tempat jauh. Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala

4
karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut
dapat bertambah besar, mendorong jaringan normal. Kadang gejala
pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.
2.4 Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors
(STT) adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan
nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja,
meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah
paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor
jinak, sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari
tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur
neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi seperti lekukan-
lekukan tubuh. Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi
atas 4 fase yaitu :
a. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
b. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
c. Invasi lokal.
d. Metastasis jauh

2.5 WOC

Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Pre Operasi Post Operasi

Adanya inflamasi Terputusnya kontinuitas


Adanya luka post op
jaringan

5
Perubahan fisik

Menstimulasi respon Peradangan


Tempat masuk
Anatomi kulit nyeri pada kulit
mikroorganisme
abnormal

Nyeri Bercak – Resti infeksi


Kurang
bercak merah
pengetahuan

Cemas Kerusakan
integritas
kulit

2.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medik
1. Bedah.Tindakan bedah ini bertujuan untuk mengangkat tumor atau
benjolan tersebut.
2. Kemoterapi. Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan
menggunakan zat kimia untuk membunuh sel sel tumor tersebut.
Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat pertumbuhan kerja
sel tumor. Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang
berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan cara
kemoterapi ini.
3. Terapi Radiasi. Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan
radiasi yang bersumber dari radioaktif. Kadang radiasi yang
diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
b. Penatalaksanaan Keperawaatan
1. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
2. Perawatan luka pada pasien
3. Pemberian obat

6
4. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan
terjadi setelah dilakukan operasi.
2.7 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai
tumor jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang
yang berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai
tumor jinak, namun batas yang jelastetapi melihat kalsifikasi, dapat
didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di
sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
b. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan
amplop dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk
membedakan antara jinak atau ganas. tumor ganas jaringan lunak
tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti sarkoma otot
lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat histiocytoma
seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi
aspirasi akupunktur.
c. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik
tumor jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa
tumor jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir.
d. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi
kekurangan dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan
luar penampang berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan,
tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke
pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas
dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk
mendasarkan pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.

7
2.8 Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas pasien : Nama pasien, umur, tanggal lahir, no MR,
tanggal masuk
2. Keluhan utama : Keluhan yang dirasakan saat ini
3. Riwayat penyakit sekarang : Perjalan penyakit yang diderita
pasien
4. Riwayat penyakit terdahulu : Apakah pasien pernah mengalami
penyakit STT sebelumnya
5. Riwayat penyakit keluarga : Apakah keluarga pasien memiliki
riwayat STT
6. Keadaan umum pasien :
a. Kesadaran : Tingkat kesadaran komposmentis sampai koma.
b. TTV : Tekana darah, nadi, RR, suhu
c. Pengukuran antropometri : Berat badan, Tinggi badan, IMT,
LILA
7. Pengkajian fisik
a. Kepala
1. Rambut dan kulit kepala : Warna rambut/ tekstur/
ketebalan rambut/ kondisi kulit kepala/ nodul, massa/
Kesemetrisan tulang kranium/ kesemetrisan wajah
2. Mata: Distribusi alis dan bulu mata/ kondisi tulang orbital/
kesemetisan mata/ palpebra/ kondisi kornea/ refleks
kornea/ pupil/ sklera/ konjungtiva/ lesi/ pergerakan bola
mata/ nyeri/ kelenjar lakrimal/ lapang pandang
3. Telinga : Kondisi aurikula/ Tulang mastoid/ kebersihan
liang telinga/ membran timpani/ nyeri/ massa/ pendarahan/
infeksi/ kemampuan pendengaran
4. Hidung : Kesemetrisan/ cuping hidung/ massa/ kondisi
tulang & kartilago/ patensi lubang hidung/ kebersihan/

8
kondisi sinus/ terpasang alat bantu nafas/ terpasang NGT/
daya penciuman
5. Mulut : Kesemetrisan/ warna bibir/ kebersihan rongga
mulut dan lidah/ kondisi gusi/ kelengkapan/ gigi/
pergerakan lidah/ lesi/ massa/ gigi palsu
b. Leher : Kondisi otot leher/ tiroid/ kondisi nodus limfatikus/
kesemetrisan trakea/ arteri karotis/ JVP/ jejas/ kaku kuduk/
pembengkakan/ kondisi trakeostomi
c. Dada
1. Paru-paru
Inspeksi : Kesimetrisan bentuk dada/ Postur dada
(diameter antero-posterior dada) deformitas tulang dada,
gerakan nafas, penggunaan otot-otot bantu nafas
pernafasan dan retraksi dinding dada
Palpasi : Ekspansi, palpasi setiap sela iga dan taktil
fremitus
Perkusi : Perkusi setiap sela iga
Auskultasi : Auskultasi diseluruh dinding dada
2. Jantung
Inspeksi : Denyutan dan retaksi pada area jantung
Palpasi : Palpasi adanya denyutan setiap area jantung pada
area jantung pada area aorta, area pulmonal, area katup
trikuspidalis dan area katup mitral
Perkusi : Perkusi seluruh batas jantung (ics II-V kiri),
batas kana ke kiri (ICS II-V tepat disisi sternum sampai
midklavikula kiri)
Auskultasi : Catat adanya bunyi S1 dan S2 (normal) dan
bunyi tambahan murmur dan gallop.

9
d. Abdomen
Inspeksi : Kaji warna, bentuk (tegang dan supel),
kesemetrisan, pergerakan (pernafasan perut), lesi, striae,
kelainan umbilikus
Auskultasi : Hitung bunyi abdomen dalam 1 menit penuh
Perkusi : Perkusi semua kuadran, bunyi perkusi normal
timpani ( pada usus dan lambung)
Palpasi : Ketegangan, nyeri tekan dan massa
b. Diagnosa keperawatan
Pre Op
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post
operasi
3. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi
c. Rencana intervensi
No Diagnosa Nursing Outcomes Nursing Interventions
Keperawatan Classification Classification
1. Cemas berhubungan Kriteria Hasil : a. Anxiety reduction
dengan kurang a. Klien mampu (penurunan kecemasan)
pengetahuan tentang mengidentifikasi - Gunakan pendekatan
penyakit dan yang menenangkan
mengungkapkan - Jelaskan semua
gejala cemas prosedur dan apa yang
b. Mengidentifikasi, dirasakan selama
mengugkapkan prosedur
dan menunjukkan - Temani pasien untuk
tehnik untuk memberikan keamanan
mengontrol cemas dan mengurangi takut
c. Vital sign dalam - Berikan informasi

10
batas normal faktual mengenai
d. Postur tubuh, diagnosis, tindakan
ekspresi wajah, prognosis
bahasa tubuh dan - Identifikasi tingkat
tingkat aktivitas kecemasan
menunjukkan - Bantu pasien mengenal
berkurangnya situasi yang
kecemasan menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
- Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
2. Nyeri berhubungan a. Pain Level a. Pain Management
dengan terputusnya b. Pain control - Lakukan pengkajian
kontinuitas jaringan c. Comfort level nyeri secara
komprehensif termasuk
Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik,
a. Mampu durasi, frekuensi,
mengontrol nyeri kualitas dan faktor
(tahu penyebab presipitasi
nyeri, mampu - Observasi reaksi
menggunakan nonverbal dari
tehnik ketidaknyamanan
nonfarmakologi - Gunakan teknik
untuk mengurangi komunikasi terapeutik

11
nyeri, mencari untuk mengetahui
bantuan) pengalaman nyeri
b. Melaporkan pasien
bahwa nyeri - Evaluasi bersama
berkurang dengan pasien dan tim
menggunakan kesehatan lain tentang
manajemen nyeri ketidakefektifan
c. Mampu mengenali kontrol nyeri masa
nyeri (skala, lampau
intensitas, - Kontrol lingkungan
frekuensi dan yang dapat
tanda nyeri) mempengaruhi nyeri
d. Menyatakan rasa seperti suhu ruangan,
nyaman setelah pencahayaan dan
nyeri berkurang kebisingan
e. Tanda vital dalam - Kurangi faktor
rentang normal presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
- Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
- Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
- Evaluasi keefektifan

12
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat

3. Kerusakan integritas Tissue Integrity : Pressure ulcer prevention


kulit berhubungan Skin and Mucous a. Wound care
dengan adanya luka Membranes - Anjurkan pasien untuk
post operasi Wound Healing menggunakan pakaian
:primary and yang longgar
secondary intention - Jaga kulit agar tetap
bersih dan kering
Kriteria Hasil : - Hindari kerutan pada
a. Integritas kulit tempat tidur
yang baik bisa - Mobilisasi pasien
dipertahankan (ubah posisi pasien)
(sensasi, setiap dua jam sekali
elastisitas, - Monitor kulit akan
temperatur, adanya kemerahan
hidrasi, - Oleskan lotion atau
pigmentasi) minyak/baby oil pada
b. Tidak ada luka/lesi derah yang tertekan
pada kulit - Monitor aktivitas dan
c. Perfusi jaringan mobilisasi pasien
baik - Monitor status nutrisi
d. Menunjukkan pasien
pemahaman dalam - Memandikan pasien
proses perbaikan dengan sabun dan air
kulit dan hangat
mencegah - Observasi luka :lokasi,
terjadinya sedera dimensi, kedalaman
berulang luka, karakteristik,
e. Mampu warna cairan,

13
melindungi kulit granulasi, jaringan
dan nekrotik, tanda-tanda
mempertahankan infeksi lokal.
kelembaban kulit - Lakukan teknik
dan perawatan perawatan luka dengan
alami steril
f. Tidak ada tanda-
tanda infeksi
g. Menunjukkan
terjadinya proses
penyembuhan luka

14
BAB 3
Gambaran kasus

A. INFORMASI UMUM:
Tanggal pengkajian : 18 febuari 2019
Nama lengkap : Ny. LW
Umur : 49 tahun
Tanggal lahir : 23-07-2019
Jenis kelamin : perempuan
No RM : 01006126
Diagnosa medis : soft tisue tumor plantur pedis sinistra
Suku bangsa : melayu
Agama : islam
Tanggal masuk : 16-02-2019
Hari rawat ke :
Dari rujukan :
Biaya penanggung jawab : BPJS
B. KELUHAN UTAMA:
Pasien mengeluhkan telapak kaki kiri yang semakin membesar sampai ke
punggung kaki, pasien tidak mengeluhkan sakit hanya saja tidak bisa
memakai sandal yang di sukai, pasien mengatakan cemas dengan operasi
yang aka dijalaninya
A. RIWAYAT PENYAKIT YANG DIDERITA SAAT INI:
Pasien mengatakan awal sakitnya ini hanya kejedot benda tumpul sekitar 6
bulan yang lalu. lama kelamaan kakinya semakin membengkak dan tidak
hilang- hilang, pasien pun memeriksakan kakinya ke poli, lalu pasien
disuruh melihat perkembangan 2 bulan apabila bengkaknya semakin besar
dokter menyarankan kalau kakinya itu akan dioperasi dan sekarang akan di
lakukan operasi
B. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA:
Pasien mengatakan pernah operasi usus buntu pada agustus 2018

15
C. Genogram

D. KEADAAN UMUM:
Kesadaran: komposmentis
Tanda-tanda vital
TD= 141/79 mmHg
N= 103 X/ menit
RR= 23x/ menit
S = 36, 7 0 C
BB = 60 kg
TB= 150 cm
LILA = tidak terkaji
E. PENGKAJIAN HEAD TO TOE
1. Kepala
a. Rambut dan kulit kepala: warna rambut hitam, tekstur lembut, rambut
tebal, kulit kepla bersih, massa dikulit kepala(-), bentuk kepala simetris,
bentuk wajah simetris
b. Mata: alismata tebal, bulu mata tipis, mata simetris, palpebra putih,
reflek terhadap cahaya (+), ukuran pada pupil kiri dan kanan 2 mm,
konjungtiva tidak anemis, lesi(-)
c. Telinga: liang telinga bersih, nyeri (-), perdarahan (-), infeksi(-),
kemampuan mendengar bagus, alatbantu pendengaran(-)
d. Hidung: bentuk hidung simetris, massa(-), bersih, nyeri (-), alat bandu
nafas (-), NGT (-), perdarahan (-).
e. Mulut: warna bibir agak gelap, rongga mulut dan lidah bersih, gigi
lengkap, lesi(-), gigi palsu (-)
2. Leher: pemesaran kelejer tidoid (-), trakea simetris, jejas(-), kaku kuduk
(-), pemebengkakan (-)
3. Dada
a. Paru-paru

16
Inspeksi: warna kulit sawo matang, jejas(-), lesi (-), gerakan dinding
dada simetris
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, massa tidak ada
Perkusi: tidak terkaji
Auskultasi: suara nafas vesikuler disemua lapang paru
b. Jantung
Inspeksi: tidak terkaji
Palpasi: tidak terkaji
Perkusi: tidak terkaji
Auskultasi: suara jantung reguler terdengar bunyi jantung s1 dan s2
4. Payudara dan aksila: payudara simetris, warna kulit sawo matang,
edema(-), bembengkakan (-), massa(-), nyeri (-)
5. Tangan: bentuk tangan simetris, CRT < 3 detik, warna kulit sawo
matang, turgor kulit elastis, kekuatan otot 5, nadi radial teraba kuat,
suhu akral hangat, massa(-), edema (-), deformitas(-), fraktur (-), luka (-
), terpasang infos ringer laktat sitangan sebelah kiri.
6. Abdomen
Inspeksi : warna kulit sawo matang, jejas (-), terlihat linea alba, terdapat
bekas luka operasi diperut kanan bawah
Palpasi : tidak terkaji
Perkusi : tidak terkaji
Auskultasi: tidak terkaji
7. Genetalia dan perkemihan : bersih, lesi(-), warna urin kuning,
perdarahan (-), trauma(-), insfeksi (-),
8. Rektum dan anus: bersih, lesi (-), massa (-), hemoroid (-), perdarahan (-
)
9. Kaki: ukuran kaki tidak simetris, warna kulit sawo matang, turgor kulit
elastis, suhu akral dingin, kekuatan otot 5, edema (-), deformotas (-),
fraktur (-), terdapat massa pada telapak kaki sebela kiri, massa tersebut
teraba lunak, ukurannya ± 15 mm, warna kuning tidak bisa digerakkan
luka (-), infeksi (-)

17
10. Punggung : turgor kulit elastis, luka (-), dekubitus (-), infeksi (-),
nyeri (-)
F. Pola istirahat dan tidur : pasien mengatakan tidak ada pola tidur terganggu
hanya saja tadi malam sebelum operasi pasien hanya tidur 3 jam
G. Pola aktivitas harian (ADL): pasian bisa mlalukakan aktivitas secara
mandiri
H. Cairan, nutrisi, dan eliminasi :
1. Intake oral/ parenteral
a. Jenis diit : tidak ada
b. Jumlah kalori: tidak terkaji
c. Makan berat : 3 kali/ hari
d. Makanan selingan:
e. Minum: ± 1500 ml/ hari
f. Parenteral: 500 ml/ hari
2. Eliminasi:
a. Urin : 2-3 kali/hari
b. BAB : 1 kali/ hari
3. Balance cairan
a. Cairan masuk : 2000 ml
b. Cairan keluar : 300 ml
c. IWL : 600 ml
d. Balance cairan :
I. Psiko-sosial-spiritual
Pasien mengatakan mulai lega karena penyakit yang dideritanya akan
segera sembuh dengan operasi
J. Pengkajian refleks dan saraf kranial
1. Refleks
a. Biseps: tidak terkaji
b. Triseps: tidak terkaji
c. Brakioradialis: tidak terkaji
d. Patella: tidak terkaji

18
e. Achiles: tidak terkaji
f. Babinski: tidak terkaji
2. Saraf kranial
a. Olfaktorius: tidak terkaji
b. Optikus: tidak terkaji
c. Okulomotor: tidak terkaji
d. Troklear: tidak terkaji
e. Trigeminus: tidak terkaji
f. Abdusen: tidak terkaji
g. Fasial: tidak terkaji
h. Vestibulokoklear: tidak terkaji
i. Glosofaringeus: tidak terkaji
j. Vagus: tidak terkaji
k. Aksesorius: tidak terkaji
l. Hipoglosus: tidak terkaji
K. Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik :
L. Medikasi obat-obatan yang diberikan saat ini:
No Nama obat Rute Dosis Indikasi kontraindikasi
1 Ranitidine IV 15 mg
2 Dexametason IV 2 mg Mengatasi
mual,
mengatasi
mual dan
muntah
akibat
kemoterapi,
hiperplasia
adrenal
kongenital,
sindrom

19
cusing
3 Meloz IV
4 fentanil IV 50 mg Anastesi Pada pasien
atau dengan
pembiusan hipertensi,
hipotiroidisme,
striktur uretra,
kejang syok
penyakit
kronis,
gangguan hati,
gangguan
tulang
belakang
5 bunasen IV 25 mg
6 Ondansetron IV 4 mg Mengatasi Pada wanita
mual dan hamil,
muntah menyusui,
penederita
gangguan
pencernaan,
gangguan hati,
penyakit
jantung

Pengkajian intra-operasi
Pasien atas nama Ny. LW dilakukan operasi dikamar OK 3 dengan
diagnosa soft tissue tumor plantaris pedis sinistra. Prosedur yang dilakukan adalah
pengangkatanjaringan lunak beserta isinya seperti tumor dengan prosedur eksisi
luas ditelapak kaki. posisi pasien saat operasi telentang. Pemberian anastesi
dilakukan pukul 11:02 WIB. Pasien diberikan anastesi regional dengan

20
menyuntikkan obat anastesi melalui spinal. Medikasi yang diberikan pada pasien
adalah fentanil 50 gr, bunasen spinal 15 mg, ondansentron 4 mg, ketorolak 2 mg,.
Tindakan pembedahan dilakukan pada pukul 11:20 WIB dan selesai jam 12:20
WIB. Tingkat kesadaran pasien pada saat operasi komposmentis, N: 65 X/ menit,
TD= 115/61 mmHg, RR= 20 X/ menit Spo2 100 %. Saat dilakukan tindakan
pembedahan terdapat jaringan lunak yang terbungkus selaput tipis. Tanda-tanda
vital pada saat dilakukannya operasi TD=111/61 mmHg, N= 65X/ menit, RR= 20
X/ menit, terpasang infus ditangan kanan, cairan yang terpasang yaitu ringer laktat
kolf yang ke 2, pasien tidak ada transfusi darah. Cairan bilas ± 500 CC dan darah
±100 cc.

POST OPERASI
Pasien Ny. LW selesai operasi pada pukul 12:20 WIB dan baru diantar
keruangan pemulihan jam 12:25 WIB. Hasil pengkajian didapatkan pasien
tepasang kateter cairannya sebanyak ±50 cc dan berwarna kuing. Pasien tampak
mengigil dan tanda-tanda vital TD= 120/70 mmHg, N=92 X/ menit S=35, 40 C
dilakukan tindakan menghangatkan pasien dengan equator dengan suhu 400C
selama 35 menit, menggigil berkurang dan pasien mengatakan kakinya masih
kebas. Pengukuran tanda-tanda vital TD= 120/75 mmHg, N= 81 X/ menit, S=36,
50 C RR= 20 X/ menit. Bromage score pasien dapat mengangkat kaki namun tidak
dapat menekuk lutut (1) pasien terpasang kateter dengan produksi urine ±150 cc
berwarna kuning.
1. Analisa data

no Data Etiologi Masalah


keperawatan
1 DS: Soft tissue tumor Ansietas
‒ pasien mengatakan
cemas degan Recana operasi
operasi
‒ pasien mengatakan Kurang pengetahuan

21
tidak bisa tidur
nyeyak stressor
DO:
‒ pasien terlihat kesulitan tidur
tegang
‒ pasien terlihat ansietas
cemas
‒ TD: 141/79 mmHg
‒ N: 103 X/Menit
‒ S= 36, 7 0 C
‒ RR= 23 x/ menit
2 DS = tidak ada Soft tissue tumor Resiko
DO= perdarahan
‒ Tindakan operasi Tindakan operatif
‒ TD= 115/61 mmHg
‒ HR= 53 X/ menit Eksisi
‒ Spo2= 100 %
‒ Perdarahan = ± 100 cc Pengangkatan tumor

Resiko perdarahan

3 DS= tidak ada Soft tissue tumor Kerusakan


DO= integritas kulit
‒ Terdapat luka operasi Tindakan pembedahan
eksisi ditelapak kaki eksisi
sebelah kiri
‒ Luka ditutupi perban Adanya luka post op
elastis
‒ Luka terpasang dren Kerusakan integritas
kulit

22
2. Diagnosa keperawatan
a. Ansietas b/d stersor (proses pembedahan)
b. Resiko perdarahan
c. Kerusakan intergritas kulit b/d adanya luka post operasi
3. intervensi

no Diagnosa Nursing outcome Nursing intervention


keperawatan classification (NOC) calsification (NIC)
1. Ansietas b/d stersor Setelah dilakukan tindakan Pengurangan
(proses keperawatan pasien kecemasan
pembedahan) diharapkan ‒ Gunakan
tingkat kecemasan berkurang pendekatan
‒ Distress 1 – 4 yang tenang
‒ Otot tegang 1-3 dan
‒ Wajah tegang 1-3 meyakinkan
‒ Peningktan TD 1-3 ‒ Berikan objek
‒ Peningkatan yang
frekuensi nadi 1-3 menunjukkan
‒ Peningkatan perasaan aman
frekuensi nadi 1-3 ‒ Dorong
verbalisasi
perasaan,
persepsi, dan
ketakutan
‒ Kaji untuk
tanda verbal
maupun non
verbalkecemas
an
Terapi relaksasi
‒ Ciptakan

23
lingkungan
yang nyaman
dan tenang
‒ Dorong klien
untuk
mengambil
posisi yang
nyaman
dengan
pakaina yang
longgar dan
nyaman
‒ Tunjukkan
dan
praktikkan
teknik
relaksasi pada
klien
‒ Dorong klien
untuk
mengulang
praktik
relaksasi jika
memungkinka
n
‒ Evaluasi
laporan
individu
terkait dengan
relaksasi yang

24
dicapai secara
periodik
denyut nadi,
tekanan darah,
dan suhu
tubuh yang
tepat
‒ Evaluasi dan
dokumentasi
respon
terhadap terapi
relaksasi
2. Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan Pengurangan
keperawatan diharapkan perdarahan luka
resiko perdarahan membaik ‒ Gunakan
‒ Tekanan darah sistol tekanan
1-3 manual pada
‒ Tekanan darah diastol area
1-3 perdarahan
‒ Tekanan nadi 1-3 ‒ Gunakan
‒ Tekanan darah rata- balutan tekan
rata 1-3 pada bagian
‒ Luka ekstremitas yang berdarah
bawah 1-3 ‒ Ganti atau
tambahkan
balutan tekan,
jika
diperlukan
‒ Monitor
tanda-tanda

25
vital
‒ Tempatkan
area yang
mengalmi
perdarahan
pada posisi
yang lebih
tinggi
3. Kerusakan Tissue Integrity : Pressure ulcer
integritas kulit Skin and Mucous prevention
berhubungan Membranes b. Wound care
dengan adanya luka Wound Healing :primary and ‒ Anjurkan pasien
post operasi secondary intention untuk
menggunakan
Kriteria Hasil : pakaianyang
h. Integritas kulit yang baik longgar
bisa dipertahankan - Jaga kulit agar
(sensasi, elastisitas, tetap bersih dan
temperatur, hidrasi, kering
pigmentasi) - Hindari kerutan
i. Tidak ada luka/lesi pada pada tempat tidur
kulit - Mobilisasi pasien
j. Perfusi jaringan baik (ubah posisi
k. Menunjukkan pasien) setiap dua
pemahaman dalam proses jam sekali
perbaikan kulit dan - Monitor kulit
mencegah terjadinya akan adanya
sedera berulang kemerahan
l. Mampu melindungi kulit - Oleskan lotion
dan mempertahankan atau minyak/baby
kelembaban kulit dan

26
perawatan alami oil pada derah
m. Tidak ada tanda- tanda yang tertekan
infeksi - Monitor aktivitas
n. Menunjukkan terjadinya dan mobilisasi
proses penyembuhan luka pasien
- Monitor status
nutrisi pasien
- Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat
- Observasi luka
:lokasi, dimensi,
kedalaman luka,
karakteristik,
warna cairan,
granulasi, jaringan
nekrotik, tanda-
tanda infeksi
lokal.
- Lakukan teknik
perawatan luka
dengan steril

4. Evaluasi

Hari/Tanggal/ DX Implementasi Evaluasi


jam
Senin, 18-02- 1 Memonitor TTV S= pasien
2019 Pre TD: 141/79 mmHg mengatakan masih

27
10.45 N : 103 X/ menit cemas
RR: 23 x/ menit O=
Suhu: 36, 70 C ‒ pasien
‒ Mempersiapkan pasien tanpak
untuk operasi tegang
‒ Membantu pasien untuk ‒ terpasang
mengganti baju infus ringer
‒ Menerapkan teknik laktat
relaksasi nafas dalam ‒ TD= 135/79
(menerapkan evidance mmHg
base) untuk mengatasi ‒ N= 103 X/
cemas pre-operasi menit
‒ Mempertahankan ‒ RR= 21 x/
komunikasi terapeutik pada menit
pasien ‒ Suhu = 36,
‒ Melakukan pengkajian 70 C
pada pasien A= masalah ansietas
‒ Menganjurkan pasien untuk belum teratasi
berdo’a untuk mengatasi P= intervensi
cemas dan proses dihentikan: pasien
operasinya berjalan lancar masuk ruangan 0K 3
11.02 2 Melihat pemberian anasteri S= tidak ada
intra regional (spinal) O= pasien dalam
11.15 Memonitor perdarahan pengaruh bius
Mencatat perdarahan ± 100 cc A= masalah resiko
11.50 Memonitor TTV perdarahan teratasi
‒ TD: 111/53 mmHg P= intervensi belum
‒ HR : 77 X/ menit teratasi
‒ RR: 21 X/ menit
‒ Spo2: 100%

28
Melihat proses hekting dan
pemasangan draine

12.25 Post Melakukan pengkajian kriteria S= pasien


op anastesi regional. Dapat mengatakan kalau
mengangkat kaki namun tidak bisa dirinya sudah lega
menekuk lutut karena selesai
Menganjurkan pasin untuk tetap operasi dan
menjaga kebersihan luka mengucapkan
Menganjurkan pasien untuk sering terimakasih
merubah posisi O= pasien tanpak
lebih tenang
A= masalah
kerusakan integritas
kulit belum teratasi
P= intervensi
perawatan luka
dengan teknik steril
dan edukasi pasien
tentang perawatan
luka

29
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Teori

Pada teori pasien yang menderita soft tissue tumor ada pada tanda dan
gejalanya pasien merasakan sakit, sementara pada pasien di lapangan tidak ada
pasien mengeluhkan nyeri. Pada tanda dan gejala yang ada di teori kalau tumor
itu tumbuh secara lambat tetapi pada pasien hanya butuh waktu yang tidak
lama tumor pada kakinya sudah membesar
4.2 Diagnosa
Secara teori diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien tidak jauh
berbeda dengan diagnosa soft tissue tumor yang ada dilapangan. Sama-sama
mengangkat ansietas/cemas, kerusakan integritas kulit. Tetapi diagnosa nyeri
dan resiko infeksi yang muncul itu di intra operasi adalah resiko perdarahan
karena pada saat dilakukan pembedahan eksisi luas mengeluarkan darah ±100
cc selesai di hecting terpasang drain.
4.3 Intervensi
Intervensi yang dilakukan secara teori dengan yang ingin dilakukan pasien
dilapangan tidk jauh berbeda. Pada diagnosa ansietas intervensi yaitu
komunikasi terapeutik, membina hubungan saling percaya, mengkaji alam
perasaan hingga mengajarkan teknik relaksasi untuk mengetasi ansietas.
Intervensi.
4.4 implementasi dan evaluasi
Implementasi yang ditulis lakukan hanya 1 hari pada tanggal 18 febuari
2019 saat preoperasi penulis mengajarkan teknik relaksasi napas dalam penerapan
evidance base menurut dino, sri, dan purnomo. Penelitian ini sudah banyak
terbukti efektif untuk pengurangan rasa cemas pada pasien.

30
BAB 5
Penutup
5.1 kesimpulan
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang
abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer,
2002 ).
Setelah melakukan tindakan keperawatan pada Ny. LW dengan soft tumor
tissue maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ditemukan gejala-gejala
yang spesifik selain kakinya seakin membengkak dengan waktu yang cepat.
5.2 Saran
1. Bagi tenaga kesehatan
Diharapkan kepada tenaga medis untuk benar- benar bisa melakukan
pengkajian secaratepat dan benar, sehingga dalam menegakkan diagnosa
lebih akurat dan tepat agar penanganannya lebih tepat
2. Bagi pasien
Diharapkan kepada pasien dapat mengaplikasikan informasi yang sudah
diajarkan oleh perawat
3. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini sebagai referensi menambah ilmu agar mahasiswa
lebih tau dan mengerti terhadap asuhan keperawatan perioperatif sesuai
dengan teori yang didapatkan

31
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. Butcher, Howard K. dkk (2013). Nursing Intervention


Classification (NIC). Singapore : Elsevier.
Herdman, T, Heather. (2018). NANDA-I Diagnosis keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue. Johnson, Marion. dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification
(NOC) . Singapore : Elsevier.
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta :
EGC
Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC

32

S-ar putea să vă placă și