Sunteți pe pagina 1din 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

MENJAGA ASUPAN CAIRAN DAN NUTRISI PASIEN DENGAN


CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU

Disusun Oleh :

1. Ferdian Hidayat, S.Kep


2. Rinanda Aulia, S.Kep
3. Sukma Rahmayanti, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes HANGTUAH PEKANBARU
PEKANBARU
2018
PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKes HANG TUAH PEKANBARU
T.A 2018/2019

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Materi : Asupan Cairan dan Nutrisi Pasien dengan Chronic


Kidney Disease (CKD)
Pokok bahasan : Pembatasan Cairan Dan Elektrolit Serta Pengaturan
Nutrisi Bagi Penderita Chronic Kidney Disease (CKD)
Hari/Tanggal : Jum’at, 15 Februari 2019
Waktu pertemuan : 10.00 – 10.30/30 menit
Tempat : Ruangan Hemodialisa RSUD Arifin Achmad Pekanbaru
Sasaran : Keluarga pasien dan pasien dengan Gagal Ginjal/pasien
Hemodialisa di Ruangan Hemodialisa RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru

A. Latar belakang
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan keadaan dimana terjadi
penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan (menahun).
Penyakit CKD disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat
progresif dan biasanya tidak bisa pulih kembali (irreversible) (Suwitra, 2006).
Prevalensi penyakit CKD meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan Pusat Data
& Informasi Perhimpunan Rumah Sakit (PDPERSI), jumlah penderita CKD
diperkirakan 50 orang per satu juta penduduk (Suhardjono, 2008). Selama
kurun waktu dari tahun 1999 hingga 2004, terdapat 16,8% dari populasi
penduduk usia 20 tahun mengalami penyakit CKD. Presentase ini meningkat
bila dibandingkan data enam tahun sebelumnya (Cecilia, 2011).
Penyakit CKD menjadi masalah besar di dunia karena sulit disembuhkan,
serta membutuhkan biaya perawatan yang lama dan mahal. Hemodialisa
merupakan salah satu terapi untuk mengatasi fungsi ginjal yang rusak
(Supriyadi, Wagiyo, & Widowati, 2011). Terapi hemodialisa yang harus
dilakukan pada pasien CKD biasanya berlangsung rutin sampai mendapatkan
donor ginjal melalui operasi pencangkokan. Terapi hemodialisa dilakukan
secara periodik guna mempertahankan kelangsungan hidup pasien dan
mengendalikan uremia yang terjadi (Cecilia, 2011).
Salah satu intervensi yang diberikan kepada penderita hemodialisa adalah
pembatasan asupan cairan nutrisi. Tanpa adanya pembatasan asupan cairan,
akan mengakibatkan cairan menumpuk dan akan menimbulkan edema di
sekitar tubuh. Kondisi ini akan membuat tekanan darah meningkat dan
memperberat kerja jantung. Penumpukan cairan juga akan masuk ke paru-
paru sehingga membuat pasien mengalami sesak nafas. Secara tidak langsung
berat badan pasien juga akan mengalami peningkatan berat badan yang cukup
tajam, mencapai lebih dari berat badan normal (0,5 kg /24 jam) (Brunner &
Suddart, 2002; Hudak & Gallo, 2006).
Oleh karena itu, pasien CKD perlu mengontrol dan membatasi jumlah
asupan cairan dan nutrisi yang masuk dalam tubuh. Pembatasan asupan cairan
penting agar pasien yang menderita CKD tetap merasa nyaman pada saat
sebelum, selama dan sesudah terapi hemodialisa. Pembatasan cairan sering
kali sulit dilakukan oleh pasien, terutama jika mereka mengkonsumsi obat-
obatan yang membuat membran mukosa kering seperti diuretik. Karena obat
tersebut akan menyebabkan rasa haus yang berakibat adanya respon untuk
minum (Potter & Perry, 2008).
Mengingat penerapan kepatuhan pembatasan cairan pada pasien
hemodialisa ini merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien, maka penulis mengambil topic tentang pembatasan cairan serta
pengaturan nutrisi bagi penderita gagal ginjal.
B. Tujuan
1. Tujuan umum:
Setelah mengikuti penyuluhan ini diharapkannsasaran mampu
mengetahui dan memahami tentang jumlah cairan dan nutrisi yang
dibutuhkan oleh pasien Hemodialisa dapat memantau jumlah cairan yang
masuk dan keluar ketubuh pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang
melakukan Hemodialisa
2. Tujuan khusus:
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, diharapkan:
a. Sasaran mampu mengetahui dan memahami kondisi gagal ginjal
b. Sasaran mampu mengetahui dan memahami jumlah cairan yang
dianjurkan pada pasien hemodialisa
c. Sasaran mampu mengetahui dan memahami cara untuk mengontrol
jumlah cairan yang masuk ke tubuh

C. Tinjauan Teori
1) Pengertian Penyakit CKD
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan keadaan dimana terjadi
penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan
(menahun). Penyakit CKD disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal.
Penyakit ini bersifat progresif dan biasanya tidak bisa pulih kembali
(irreversible) (Suwitra, 2006).

2) Penyebab Penyakit CKD


a. Infeksi pada ginjal itu sendiri, dapat terjadi akibat infeksi berulang,
dan biasanya dijumpai pada penderita batu ginjal
b. Berhubungan dengan tekanan darah tinggi (hipertensi), dimana
arteri-arteri yang terkecil di dalam ginjal mengalami kerusakan dan
dengan segera terjadi gagal ginjal
c. Penyempitan dari satu atau kedua pembuluh darah (arteri ginjal) yang
membawa darah ke ginjal. Ginjal membantu untuk mengontrol tekanan
darah. Renalis menyempit menyulitkan ginjal untuk bekerja

3) Pembatasan Jumlah Cairan Pada Pasien CKD


Pasien hemodialisa dianjurkan membatasi konsumsi cairan dalam
sehari (Marantika & Devi, 2014). Pasien hemodialisa mengeluarkan
urin tidak lebih dari 200-300 mL setiap hari. Karenanya, pasien
disarankan mengkonsumsi cairan tidak lebih dari 500 mL atau setara 2
gelas perhari. Anjuran ini disertai anjuran untuk membatasi konsumsi
garam. Konsumsi air dan garam berlebih akan menyebabkan
pulmonary edema yaitu kondisi dimana cairan memasuki paru-paru,
hipertensi, sesak nafas, menggigil, kecemasan, panik, kejang otot dan
bahkan kematian mendadak (Denhaerynck et al., 2007).
Pasien hemodialisa juga dianjurkan untuk membatasi makanan
yang mengandung kalium, air dan garam (Marantika & Devi, 2014).
Buah-buahan dan sayur-sayuran biasanya mengandung kalium
sehingga pasien disarankan untuk tidak mengkonsumsi hampir semua
jenis buah serta makanan yang diolah dari buah. Membatasi konsumsi
makanan yang mengandung garam dilakukan agar pasien tidak merasa
haus.
Jika asupan cairan tidak dibatasi maka akan menyebabkan
kerusakan lainnya didalam tubuh, hal ini sesuai dengan penelitian
Anita & Novitasari (2015) yang menunjukkan bahwa 71,7%
responden pada kategori patuh. Pasien CKD yang tidak mematuhi
pembatasan asupan cairan akan mengalami penumpukan cairan
sehingga menyebabkan edema paru dan hipertropi pada ventrikel kiri.
Penumpukan cairan dalam tubuh menyebabkan fungsi kerja jantung
dan paru-paru berat, sehingga mengakibatkan pasien cepat lelah dan
sesak. Aktivitas fisik juga akan mengalami gangguan, baik pada saat
beraktivitas ringan maupun sedang.
Fungsi ginjal yang rusak membuat tubuh tidak dapat membuang
cairan berlebih yang dihasilkan oleh tubuh baik akibat metabolise
tubuh maupun akibat banyaknya cairan yang anda minum. Karena
itulah pasien hemodialisa dianjurkan untuk mengurangi atau
membatasi asupan cairan tiap harinya.
Sumber cairan yang harus dibatasi :
a) Air minum
b) Makanan masakan olahan ( sup, agar-agar, es krim, susu, dll)
c) Buah-buahan dan sayuran yang mengandung banyak cairan
(semangka, melon, labbu siam, ketimun, dll)

4) Pembatasan Asupan Nutrisi Pada Pasien CKD


Melakukan diet pada pasien dengan CKD dapat memberikan makanan
secukupnya tanpa memberatkan fungsi ginjal. Menurunkan kadar ureum
darah. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, memperbaiki dan
mempertahankan status gizi optimal dan mempercepat penyembuhan,
mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal,
mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi, mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah atau mengurangi
progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat penurunan laju filtrasi
glomerulus, mencegah defisiensi gizi serta mempertahankan dan
memperbaiki status gizi, agar pasien dapat melakukan aktivitas normal,
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, menjaga agar akumulasi
produk sisa metabolisme tidak berlebihan
Diet nutrisi yang dapat dilakukan pada pasien dengan CKD adalah
sebagai berikut:
a. Protein
Kebutuhan protein pada pasien gagal ginjal sangat bergantung pada
jenis gagal ginjal yang dialami oleh pasien dan jenis dialisis yang
dilakukan oleh pasien. Pada pasien dewasa dengan gagal ginjal kronis
yang tidak menerima dialisis, maka konsumsi nitrogen per kilogram
bahan makanan adalah 0,6 gram apabila kebutuhan kalori terpenuhi dan
protein yang dikonsumsi harus berasal dari protein dengan nilai biologis
yang tinggi. Penurunan asupan protein dapat mereduksi sindrom uremik
dan menghambat dialisis pada pasien dengan gagal ginjal kronis yang
stabil. Akan tetapi, penurunan asupan protein ini tidak diharapkan
karena dapat menimbulkan malnutrisi atau intake kalori yang tidak
adekuat.
Kebutuhan protein pada pasien dengan gagal ginjal akut adalah
sekitar 0,6- 0,8 gram per kilogram berat badan tubuh apabila fungsi
ginjal sudah menurun dan tidak mengalami dialisis. Sedangkan apabila
fungsi ginjal sudah membaik dan terdapat perlakuan dialisis maka
lebutuhan protein adalah 1,2-1,3 gram per kilogram berat badan. Pada
pasien dengan hemodialisis, maka lebutuhan kalori sebesar 1,2 gram
per kilogram berat badan per hari untuk pasien dengan dialisis yang
stabil dan sebesar 1,2-1,3 gram untuk pasien dengan heodialisis
peritoneal yang stabil.
Sebuah studi menunjukkan konsumsi protein sebesar 2-2,5 gram per
kilogram berat badan per hari dapat memperbaiki keseimbangan
Nitrogen pada pasien dengan gagal ginjal akut. Akan tetapi, konsumsi
protein diatas 1,5-1,6 gram per hari per kilogram berat badan akan
meningkatkan frekuensi dari dialisis.
b. Vitamin
Pasien dengan dialisis dapat kehilangan vitamin larut air seperti
thiamine, asam folate, pyridoxine dan asam askorbat (vitamin C). Akan
tetapi, pasien dengan gagal ginjal akan menyebabkan turunnya ekskresi
vitamin A dan menyebabkan hypervitaminosis A. Sehingga konsumsi
vitamin A perlu mendapat perhatian. Vitamin E sangat dibutuhkan
sebagai antioxidant sehingga mencegah asidosis pada pasien. Konsumsi
vitamin E sebesar 300-800 IU dapat mencegah oksidasi pada sel. Akan
tetapi, hal ini masih menjadi sesuatu yang controversial.
Vitamin D merupakan vitamin yang mengalami defisiensi karena
salah satu fungsi ginjal adalah untuk aktivasi dari vitamin D. Selain itu,
meningkatnya level PTH (Pituitary Hormon) akan menyebabkan
vitamin D menurun. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal kronis
(GFR 20-60 mL/min) yang disertai dengan meningkatnya level PTH
harus dilakukan pengecekan vitamin D dalam bentuk 25-Hidroksi
kolekalsiferol atau 25-OH vitamin D. Pasien dengan kadar 25-OH
vitamin D <75>
c. Kalsium
Kalsium adalah mineral yang sangat penting untuk pembentukan
tulang yang kuat. Namun makanan yang mengandung kadar kalium
yang baik biasanya juga mengandung kadar fosfat yang tinggi. Untuk
itu cara terbaik untuk mencegah hilangnya kalsium adalah dengan
membatasi asupan makanan yang mengandung fosfat yang tinggi.
Untuk menjaga keseimbangan kadar kalsium dan fosfat biasanya
penderita diminta mengkonsumsi obat pengikat fosfat (phosphate
binder) dan bijaksana dalam mengkonsumsi makanan.
Pemasukan kalsium sebanyak 1000 mg/hari diperlukan untuk
mencegah atau menunda kemajuan dari osteodistrofi ginjal atau
demineralisasi tulang, akibat dari asidosis kronis dan gangguan
metabolisme vitamin D. Karena pemasukan susu biasanya dibatasi
hanya 1 mangkuk sehari untuk mengurangi pemasukan protein dan
fosfat, maka diperlukan suplemen tambahan kalsium. Suplemen
kalsium tidak boleh diberikan bila kadar fosfat serum tidak terkontrol,
karena bahaya terjadinya presipitasi kalsium dalam ginjal
d. Fosfat
Seperti juga ureum, ginjal yang rusak tidak lagi mampu untuk
membuang fosfat dari darah yang menyebabkan tingginya kadar fosfat
dalam darah. Kadar fosfat yang tinggi dapat menyebabkan tubuh
kehilangan kalsium dari tulang. Efeknya adalah tulang menjadi sangat
lemah dan mudah patah. Untuk mengontrol kadar fosfat dalam darah,
penderita seyogyanya mengkonsumsi makanan yang mengandung
kadar fosfat yang rendah. Fosfat terdapat di sebagian besar makanan
namun pada beberapa jenis makanan berikut ini terkandung kadar fosfat
yang tinggi yaitu :
- Produk susu seperti susu, keju, pudding, yogurt,dan ice cream
- Kacang kacangan, selai kacang
- Minuman seperti bir, cola maupun jenis soft drink lainnya
Progresivitas dari insufisiensi ginjal tampak lebih lambat dengan diet
yang mengandung fosfat kurang dari 600 mg/hari. Dengan mengurangi
jenis makanan yang disebutkan diatas cukup untuk membatasi protein
yang masuk, dan memungkinkan tercapainya kadar pemasukan yang
diinginkan
e. Kalium
Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi tubuh kita
terutama untuk membantu otot dan jantung bekerja dengan baik.Kalium
dengan kadar yang cukup tinggi banyak ditemukan pada sebagian besar
makanan seperti :
- Beberapa buah dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang
- Susu dan Yoghurt
Makanan yang banyak mengandung protein yang tinggi seperti
daging sapi, daging babi,dan ikan.Terlalu banyak kalium atau terlalu
sedikit akan berbahaya bagi tubuh. Tiap penderita gagal ginjal
mempunyai kebutuhan kalium yang berbeda – beda, ada yang
membutuhkan banyak kalium, sementara ada juga yang harus
membatasi kalium. Semua itu tergantung dari tingkat kerusakan ginjal
dari penderita.
Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:
 Diet Protein Rendah I : 30 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat
badan 50 kg
 Diet Protein Rendah II : 35 g protein. Diberikan pada pasien dengan berat
badan 60 kg
 Diet Protein Rendah III : 40 g protein. Diberikan pada pasien dengan
berat badan 65 kg
Karena kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat tergantung
pada keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang
diberikan dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada standar. Mutu
protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam amino essensial murni.

Bahan Makanan yang di anjurkan:


1. Sumber karbohidrat: nasi, roti putih, mie, makaroni, spageti, lontong,
bihun, jagung dll
2. Sumber protein: telur, ayam, daging, ikan susu, cumi, udang, kepiting,
lobstrer dan sesuai dengan anjuran yang telah di berikan
3. Buah-buahan: nanas, pepaya, jambu biji, sawo, strawberry, apel,
anggur, jeruk manis dalam jumlah sesuai dengan anjuran yang telah di
berikan
4. Sayur-sayuran: ketimun, terong, tauge, kacang panjang, kol, slada,
wortel dll dalam jumlah sesuai anjuran
Bahan Makanan yang dibatasi:
1. Bahan makan berkalium bila hiperkalemia (kadar kalium yang
tinggi/meningkat): alpokat, pisang, belimbing, nangka, durian, daun
sngkong, bayam, daun pepaya, jantung pisang, kelapa, kacang tanah,
ubi, singkong, serta air minum dan kuah sayur yang berlebihan

5) Akibat yang Dapat Ditimbulkan jika Asupan Cairan dan Nutrisi


Berlebihan
Asupan cairan yang berlebih pada pasien gagal ginjal dengan
hemodialisa dapat menyebabkab adanya penumpukan cairan di dalam
tubuh. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien adalah edema paru.
Jika terjadi edema penumpukan cairan pada paru akan menyebabkan
kesulitan bernafas sehingga dapat memperparah kondisi tubuhnya.

6) Cara Menghitung Kebutuhan Cairan pada Pasien CKD


a) Tampung urine yang dikeluarkan selama satu hari
b) Catat jumlah urine tampung selama 1 hari
c) Kebutuhan cairan dapat dihitung dengan jumlah urine tampung
ditambah 500 ml.

7) Tips Mengendalikan Air Minum


a) Masukan air ke dalam botol sesuai kebutuhan sehari, setiap kali
akan minum ambil dari botol tersebut.
b) Lakukan perencanaan dan pembagian cairan yang akan
dikonsumsi. Misalnya cairan dibatasi 1000 ml per hari, cairan dapat
dibagi kedalam 6 kali minum dengan pembagian : minum saat
sarapan sekital 150 ml, snack pagi 100 ml, makan malam 150 ml,
snack makan 100 ml, sisanya sekitar 150 ml didapat dari makanan
lain.
8) Tips Mengatasi Rasa Haus
a) Cobalah mengunyah permen karet atau mengemut permen Xylitol
untuk merangsang keluarnya air ludah
b) Makan 1 slice jeruk manis
c) Mengemut air dingin atau es batu
d) Berkumur-kumur, mandi
e) Mengurangi garam, dan gunakan bumbu-bumbu aromatic sebagai
pemberi citarasa (jahe, lengkuas, serai, daun salam, dll).
f) Kurangi makan makanan dengan citarasa pedas.

D. Metoda
Diskusi dan Ceramah

E. Media
1. Laptop
2. Infokus
3. Leaflet

F. Waktu dan Tempat


1. Hari/Tanggal : Jum’at, 15 Februari 2019
2. Waktu : 10.00 - 10.30 Wib
3. Tempat : Ruangan Hemodialisa RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru

G. Pengorganisasian
1. Leader : Rinanda Aulia, S.Kep
2. Moderator : Sukma Rahmayanti, S.Kep
3. Persentator : Rinanda Aulia, S.Kep
4. Fasilitator : Sukma Rahmayanti, S.kep
Ferdian Hidayat, S.Kep
5. Observer : Ferdian Hidayat, S.kep
H. Setting Tempat

Keterangan :
: Moderator

: Persentator

: Fasilitator

: Observer

: CI Klinik dan CI Akademik

: Media

: Peserta
I. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience
1. 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam.
1. Mengucapkan salam. 2. Memperhatikan.
2. Perkenalkan diri.
3. Menjelaskan tujuan
penyuluhan.
4. Menyebutkan materi yang
akan diberikan.
2. 10 menit Proses : 1. Memperhatikan
1. Menjelaskan pengertian penjelasan.
penyakit gagal ginjal 2. Bertanya dan
2. Menjelaskan tentang mendengarkan
kepatuhan untuk membatasi jawaban.
jumlah cairan pada pasien
hemodialisa
3 10 menit Evaluasi : 1. Menjelaskan pengertian
1. Meminta audience penyakit gagal ginjal
menjelaskan pengertian gagal 2. Menjelaskan berapa
ginjal jumlah cairan yang
2. Meminta audience harus dikonsumsi pada
menjelaskan berapa jumlah pasien hemodialisa
cairan yang harus dikonsumsi 3. Menjelaskan cara
pada pasien hemodialisa mengontrol rasa haus
3. Meminta audience pada pasien
menjelaskan cara mengontrol hemodialisa
rasa haus pada pasien
hemodialisa
4 5 menit Terminasi : 1. Memperhatikan.
1. Menanyakan perasaan 2. Menjawab pertanyaan.
audience setelah penyuluhan. 3. Membalas salam.
2. Mengucapkan terima kasih
atas perhatian yang
diberikan.
3. Mengucapkan salam
penutup.

J. Uraian Tugas
1. Leader: Memimpin penyuluhan
2. Moderator
a. Menjelaskan tujuan penyuluhan
b. Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
c. Mengevaluasi pengetahuan, perasaan dan reinforcement setelah
penyuluhan terhadap audienc
3. Persentator
a. Mempresentasikan materi penyuluhan
4. Fasilitator
a. Menyiapkan alat-alat penyuluhan
b. Memberi motivasi kepada audienceuntuk mendengarkan apa yang
sedang dijelaskan
c. Memberi kesempatan pada audience untuk bertanya
5. Observer
a. Mencatat dan mengamati respon audience secara verbal dan non
verbal
b. Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan perilaku
c. Mencatat dan mengamati audience aktif dari penyuluhan

K. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, bersih dan dilakukan ditempat terbuka
dan memungkinkan audience untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat di atas tempat tidur untuk pasien dan kursi untuk
keluarga pasien
c. Audience sepakat untuk menigkuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Moderator, Persentator, Fasilitator, Observer berperan
sebagaimana mestinya
2. Evaluasi Proses
a. Moderator dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga
akhir
b. Moderator mampu memimpin acara
c. Fasilitator mampu memotivasi audience dalam kegiatan penyuluhan.
d. Fasilitator membantu moderator melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah
e. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
f. Audience mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
3. Evaluasi Hasil
a. Audience dapat meningkatkan pengetahuannya
b. Audience akan mengungkapkan perasaan senang
c. Audience terlihat lebih rileks
d. Audience akan kooperatif terhadap kepatuhan dalam pembatasan
jumlah cairan yang masuk
DAFTAR PUSTAKA

Anees, Muhammad; Farooq Hameed; Asim Mumtaz; Muhammad Ibrahim; Nasiir


Saeed Khan. (2011). Dialysis Related Factors Affecting Quality of Life in
Patient on Hemodialysis. Iranian Journal of Kidney Deseases.
http://www.ijkd.org.index/php/ijkd/vie w/355/246. Diakses tanggal 20
November 2014.
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8
Vol. 3. Jakarta: EGC.
Cecilia. 2011. Hubungan Tingkat Stress Dengan Kualitas Hidup Pasien Chronic
Kidney Disease Yang Menjalani Hemodialisa Di RSUP dr. M. Djamil
Padang. Skripsi. Tidak dipublikasikan.
Denhaerynck, Kris,. Manhaeve, Dominique., Bobbels, Fabienne., Garzoni,
Daniela., Nolte, Christa., Geest, De, Sabina. (2007). Prevalence and
Consequence of Nonadherence to Hemodialysis Regimen. [on-line]
American Journal of Critical Care; 16,3; ProQues p.222.
http://m.ajcc.aacnjournals.org/cgi/reprin tframed/16/3/222/.

S-ar putea să vă placă și