Sunteți pe pagina 1din 18

TREND ISSUE NEONATAL

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan
oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta,
Issue adalah sesuatu yang sedang dibicarakan oleh banyak orang namun belum jelas fakta
atau kebenarannya. Pengertian “issue” menjurus pada adanya masalah dalam suatu organisasi
yang membutuhkan penanganan. Cara menangani issue tersebut yang pada akhirnya
memunculkan teori dan proses.
Berikut adalah trend dan issue neonatal:
1. Lotus Birth
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali pusat
yang tidak diklem dan lahir secara utuh, yang menghasilkan pengkleman internal alami dalam
10-20 menit pasca persalinan. Tali pusat kemudian kering dan akhirnya lepas dari umbilicus.
Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah lahir. Lotus birth, atau nonseverance
umbilical, adalah praktek meninggalkan tali pusar terpasang dengan baik ke bayi dan plasenta ,
tanpa pemegang atau memutuskan, dan memungkinkan tali pusat mempunyai waktu untuk
melepaskan diri dari bayi secara alami. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan
pentingnya penyatuan atau penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu dan bayi, dan
menyatakan dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal:, Geneva, Swiss,
1997) "Penundaan Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara fisiologis dalam
perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan intervensi yang masih
memerlukan pembuktian lebih lanjut “.
Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di klinik dan
rumah bersalin, sehingga proses bonding attachment antara ibu dan bayi dapat dilakukan, hal ini
tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir. Sementara penolong persalinan segera
melakukan penilaian Apgar dan hal lain yang diperlukan oleh bayi seperti suction atau rangsang
taktil, sedangkan prosedur yang lebih lanjut ditunda terlebih dahulu sampai satu jam setelah
melahirkan. Tali pusat bayi dipegang dengan tangan ibu, atau dipegang oleh ayah atau asisten
penolong persalinan selama penjahitan ibu. Karena adanya praktek budaya yang berbeda maka
proses pengawetan plasenta dilakukan dalam berbagai cara yang berbeda. Beberapa orang lebih
memilih untuk menyimpan plasenta sehingga dapat menguburkannya dengan anak di akhir
kehidupan anak tersebut. Sedangkan yang lainnya membiarkan plasenta sampai mengerut dan
mengering secara alami dan kemudian dikuburkan. Salah satu contohnya adalah Orang-orang
Igbo di Nigeria, mereka menguburkan plasenta setelah lahir dan sering menanam pohon diatas
kuburan plasenta tersebut.
Pada Lotus Birth, kelebihan cairan yang dikeluarkan plasenta disimpan dalam mangkuk
atau waskom terbuka atau dibungkus kain, lalu didekatkan dengan bayi. Kain yang digunakan
untuk menutupi plasenta atau wadah yang digunakan harus memungkinkan terjadinya
pertukaran udara, sehingga plasenta mendapatkan udara dan mulai mengering serta tidak berbau
busuk. Garam laut sering digunakan untuk mempercepat proses pengeringan plasenta. Kadang-
kadang minyak esensial, seperti lavender, atau bubuk tumbuh-tumbuhan seperti goldenseal,
neem, bersama dengan lavender juga digunakan untuk tambahan antibacterial. Apabila tindakan
pengeringan plasenta tidak diterapkan dengan baik plasenta akan memiliki bau yang berbeda,
bau tersebut dapat diatasi dengan penanaman plasenta secara langsung atau didinginkan setelah
minggu pertama pasca persalinan.
Berikut ini adalah beberapa alasan ibu untuk memilih Lotus Birth :
a. Tidak ada keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong
tali pusat.
b. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan
penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
c. Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta.
d. 100% menjamin bahwa bayi mendapatkan volume darah optimal dan spesifik yang
diperlukan bagi bayi.
e. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai masa
pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.
f. Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu bayi. Sebagian besar
pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga plasenta telah lepas.
g. Alasan rohani atau emosional.
h. Tradisi budaya yang harus dilakukan.
i. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat.
j. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup antara
plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
k. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya luka
membutuhkan waktu untuk penyembuhan, sedangkan jika tidak ada luka, waktu
penyembuhan akan minimal)
Hanya karena tali pusat telah berhenti berdenyut tidak berarti tali pusat menjadi tidak berguna
lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi. Setelah mencapai volume darah optimal
pada bayi, sisa dari jaringan akan menutup secara aktif. Penutupan semua jaringan TIDAK
terjadi ketika tali pusat tampak berhenti berdenyut. Tali pusat dapat terus berdenyut sekitar 2
hingga 3 jam.
Manfaat dilakukannya Lotus Birth diantaranya :
a. Tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan terjadinya perpanjangan
aliran darah ibu ke janin.
b. Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-benar
dapat mulai bernafas sendiri.
c. Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
d. Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu
yang lebih lama untuk bounding attachment.
e. Dr Sarah Buckley mengatakan: "bayi akan menerima tambahan 50-100ml darah yang
dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfuse ini mengandung zat besi, sel darah
merah, keeping darah dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi sampai
tahun pertama."
Hilangnya 30 ml darah ke bayi baru lahir adalah setara dengan hilangnya 600 ml darah untuk
orang dewasa. Asuhan persalinan umum dengan pemotongan tali pusat sebelum berhenti
berdenyut memungkinkan bayi baru lahir kehilangan 60 ml darah, yang setara dengan 1200 ml
darah orang dewasa.
Waktu penyembuhan pusar apabila dilakukan pemotongan tali pusat dengan tidak dapat terlihat
dalam table sebagai berikut :

No. Waktu Tali Pusat Terpotong Waktu Penyembuhan segera


1 Segera 9 hari atau 216 jam
2 Ketika berhenti berdenyut 7 Hari
3 Nanti 2-3 hari
2. Cord Blood (Bank Darah Tali Pusat)
Darah tali pusat (umbilical cord blood ) bisa digunakan untuk terapi, karena mengandung
stem cell (sel induk) yang mampu memproduksi sel-sel darah baru seperti sel darah merah, sel
darah putih, dan keping darah. Stem cell juga mampu memperbaiki sistem kekebalan tubuh
sampai menggantikan jaringan yang rusak. Stem cell merupakan sel yang belum terspesialisasi,
namun mempunyai kemampuan berkembang biak tanpa batas menjadi sel jenis lain.
Kemampuan tersebut, memungkinkan stem cell memperbaiki kerusakan tubuh dengan
menyediakan sel-sel baru untuk memperbaiki kelainan tersebut. Sebenarnya, stem cell bisa
dibagi menjadi dua jenis yaitu stem cell embrionik (embryonic stem cell) dan stem cell dewasa
( haemopoietic stem cell). Darah tali pusat termasuk stem cell dewasa. Selain dari darah tali
pusat, stem cell dewasa bisa didapat dari sumsum tulang dan darah tepi. Hanya saja,
pengambilan stem cell dari darah tali pusat lebih disukai, karena berisiko lebih kecil dan tidak
menyakiti penderita. Selain itu, stem cell dari darah tali pusat mempunyai kemampuan proliferasi
(pertumbuhan dan pertambahan sel) yang tinggi. Tingkat kecocokan pencangkokan stem cell
darah tali pusat juga lebih baik dibandingkan dengan stem cell yang berasal dari sumsum tulang.
Pengambilan stem cell embrionik dilakukan dengan mengambil stem cell yang berasal
dari embrio (jabang bayi) yang sudah meninggal dunia, kebanyakan dari hasil aborsi. Cara ini
sudah tidak dilakukan lagi, karena banyak menimbulkan kontroversial karena alasan etika.
Pencangkokan darah tali pusat pertama kali dilakukan pada anak penderita anemia fanconi di
Paris 1988. Kelainan itu berupa penyakit keturunan yang menyerang sumsum tulang belakang,
sehingga menyebabkan penurunan produksi semua jenis sel darah. Dengan pencangkokan stem
cell ke tulang belakang, produksi sel-sel darah dapat normal kembali. Keberhasilan
pencangkokan itu memberi peluang baru dalam pemanfaatan darah tali pusat yang sebelumnya
tidak diketahui. Sebelum bank darah tali pusat ini hadir di Indonesia, kebanyakan masyarakat
Indonesia menyimpan darah tali pusatnya di Singapura dan Malaysia. Di tahun 2006, sudah ada
sekitar 100 orang Indonesia yang menyimpan tali pusatnya di Cordlife Singapura. Dengan
adanya bank penyimpanan tali pusat di dalam negeri, masyarakat Indonesia tidak perlu lagi
mengirimkannya ke luar negeri. Biaya yang dikeluarkan pun menjadi lebih murah.
Bank penyimpanan darah tali pusat pertama di Indonesia diresmikan oleh Menteri
Kesehatan RI periode 2004-2009, Siti Fadilah Supari pada tanggal 14 Oktober 2006. Bank ini
beroperasi di Indonesia atas kerja sama PT. Kalbe Farma dan PT. CordLife, perusahaan
Singapura yang bergerak di penyimpanan darah tali pusat. Bank ini berdiri karena permintaan
masyarakat Indonesia untuk menyimpan darah tali pusat bayinya semakin banyak. Menurut
National Marrow Donor Program (NMDP) USA, sampai saat ini stem cell yang terkandung di
darah tali pusat, sudah bisa mengobati 72 penyakit seperti kanker, kerusakan pada sumsum
tulang belakang, kelainan pada darah, dan penyakit yang berhubungan dengan metabolisme
tubuh. Selain itu, metode ini sedang diteliti kemampuannya untuk mengobati penyakit jantung,
cedera pada tulang belakang, stroke, lever, dan diabetes. Selain itu darah tali pusat digunakan
untuk mengobati berbagai kelainan darah seperti thalasemia, kelainan metabolisme turunan,
defisiensi kekebalan tubuh, jantung, dan saraf. Selain itu, yang memanfaatkan stem cell tersebut
tidak hanya pemiliknya, tetapi juga bisa digunakan oleh saudara kandung dan orang tua, asalkan
mempunyai kecocokan dalam struktur gen dan golongan darah tingkat kecocokan darah tali
pusat akan berbeda untuk setiap anggota keluarga. Darah tali pusat seorang bayi, memiliki
tingkat kecocokan 50%-75% jika digunakan oleh saudara kandungnya. Sementara tingkat
kecocokannya hanya 25%-50% jika digunakan oleh orang tuanya. Metode pengobatan ini
dilakukan dengan mentransplantasikan stem cell ke organ yang rusak. Sesuai sifatnya, stem cell
akan berkembang menjadi sel baru sehingga bisa memperbaiki jaringan yang sudah rusak
tersebut. Banyaknya stem cell yang ditransplantasi, disesuaikan dengan berat badan penderita.
Setiap kilogram berat badan dibutuhkan sekitar 15 juta - 20 juta stem cell. Kelebihan terapi
dengan stem cell adalah mengurangi risiko penolakan oleh tubuh dan menurunkan risiko
penularan waktu terjadi pencangkokan.

3. Dampak Bedong Bayi


Tradisi membedong tidak hanya ada di masyarakat Indonesia atau Asia, tapi juga di
seluruh dunia termasuk Amerika Selatan, Eropa, Timur Tengah dan Rusia. Hanya saja tradisi ini
sempat meluntur di Eropa di abad ke-20 karena dianggap tidak alami. Namun 10 tahun
belakangan ini tradisi tersebut kembali popular di Belanda karena dianggap dapat mengurangi
tangis dan mengatasi kurang tidur pada bayi. Pernahkah Anda melihat anak berjalan pincang,
kaki terlihat lebih pendek pada satu sisi ? jika melihat hal itu kemungkinan penyebabnya adalah
terjadinya dislokasi (lepas sendi) panggul atau gangguan pertumbuhan sendi panggul
developmental dysplasia of the hip (DDH), yang merupakan varian lebih ringan dari dislokasi
sendi panggul. Kelainan ini dapat terjadi karena komponen sendi panggul yang terdiri dari kepala
tulang paha (femur) dan bagian dari tulang panggul, yaitu mangkuk asetabulum tidak berada
pada posisi normal sehingga pertumbuhan keduanya terganggu.
Sejatinya pertumbuhan kedua komponen ini saling mempengaruhi, bahkan boleh dibilang
keduanya tumbuh bersama-sama seperti kue yang mengembang di dalam oven mengikuti
cetakannya, apabila posisinya berubah maka pertumbuhan masing-masing menjadi independent
tidak saling mempengaruhi sehingga bentuk kepala tulang paha dan asetabulum menjadi
abnormal (dysplasia) dan tidak cocok satu sama lain (dyskongruen) kepala tulang paha yang
seharusnya bulat menjadi oval dan rata, sedangkan mangkuk asetabulum yang seharusnya
memiliki kecekungan yang dalam menjadi dangkal atau bahkan mendatar. Akhirnya menjadi
gangguan sendi, panjang kaki berbeda antara yang normal antara sisi yang dyplasia dan berujung
pada cara jalan yang tidak normal. Angka kejadian DDH bervariasi tergantung pada lokasi
dimuka bumi ini. Menarik untuk melihat bahwa insiden DDH ditemukan jauh lebih tinggi pada
daerah dingin yang dekat dengan kutub, insiden juga jauh lebih tinggi pada bayi-bayi yang
dilahirkan pada musim dingin. Hal ini diyakini berhubungan dengan kebiasaan mengguanakan
pakaian hangat berlapis-lapis dan relatif ketat pada bayi tersebut. Walaupun di Indonesia berada
di daerah tropis yang hangat, tetapi tetap ada kebiasaan menggunakan pakaian yang hangat dan
relatif ketat yang disebut bedong. Yang lebih disebabkan kebiasaan dan kepercayaan. Alasannya
klasik agar tubuh anak dapat tumbuh lurus dan membuatnya nyaman.
Mengapa tidak boleh di bedong ?
Posisi aman agar kepala femur tidak keluar dari mangkuk asetabulum adalah paha dibuka
lebar. Sebenarnya bayi akan mengambil posisi sendiri apabila ia tidak dibedong secara ketat,
sedangkan bila anak dibedong maka sendi panggul menjadi lurus dan paha merapat. Hal itu
membuat kepala tulang paha mudah keluar dari mangkuk asetabulum maka atas sebab itulah
pembedongan ketat pada bayi sudah ditinggalkan karena terbukti dapat menimbulkan masalah
pada sendi panggul. Pada sebagian besar negara maju bahkan sudah dilakukan program skrining
nasional untuk deteksi dini DDH. DDH juga diistilahkan sebagai Developmental displasia of the
Hip. Dahulu lebih populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang
dalam bahasa Indonesia adalah Dislokasi Panggul Kongenital. Jadi, DDH merupakan kelainan
kongenital dimana terjadi dislokasi pada panggul karena acetabulum dan capur femur tidak
berada pada tempat seharusnya. Kelainan tersebut dapat dikonfirmasikan pada pemeriksaan yang
lebih spesifik oleh dokter dan pemeriksaan USG atau foto rongent tergantung pada usia sang
anak. Pada anak yang berusia lebih tua hanya terlihat tungkai yang lebih pendek dan cara
berjalan yang tidak normal.
Penatalaksanaan dan Pengobatan DDH
Penatalaksanaan DDH tergantung pada usia dan derajat dysplasia yang terjadi. Semakin
muda usianya, semakin mudah terapinya. Semakin kecil kemungkinan dilakukan tindakan
operatif, dan hasilnya jauh lebih optimal. Karena masalah pada DDH adalah mekanis, maka
terapinya tidak dapat dilakukan hanya dengan pemerian obat-obatan, harus dilakukan manipulasi
secara mekanis. Pada usia sebelum merangkak, penatalaksanaanya adalah dengan memakai falic
harness. Apabila bayi sudah mampu merangkak maka terapi terapi dengan falic harness menjadi
tidak efektif. Terapinya adalah dengan melakukan reposisi tertutup (mengembalikan posisi
kepala tulang femur kedalam mangkuk asetabulum dalam bius umum tanpa melakukan sayatan).
Selanjutnya dipasangkan gip untuk mempertahankan posisinya untuk mengetahui apakah sendi
panggul sudah aman atau belum dilakukan evaluasi dengan arthrogram (foto rongent dengan
kontras). Apabila dari arthrogram diketahui reposisi tertutup gagal maka dilakukan reposisi
terbuka (reposisi dengan sayatan atau operasi) untuk menggemblikan posisi sendi panggul,
selnjutnya di pertahankan atau imobilotas gips dalam kurung waktu tertentu. Jika derajat
dsyplasianya tinggi, terjadi perubahan siknifikan. Pada bentuk kepala tulang femur atau
mangkuk asetabulum sehingga perlu dilakukan tindakan rekontruksi tulang. Tujuannya agar
kepala tulang femur dapat masuk kembali ke mangkuk asetabulum, sehingga posisinya stabil dan
kisaran gerak sendi menjadi optimal.

4. Metode Kangguru
Metode kanguru adalah suatu teknologi tepat guna untuk perawatan bayi baru lahir,
khususnya bayi premature atau berat lahirnya lebih kecil 2500 gram (BBLR) dengan cara
melekatkan kulit bayi ke kulit ibu skin to skin contact. (Sekartini, 2011) Metode kangguru
mampu memenuhi kebutuhan bayi dengan BBLR yaitu dengan menyediakan situasi dan kondisi
yang sesuai dengan rahim ibu, sehingga memberi peluang untuk dapat beradaptasi secara baik
dengan dunia luar.Metode Kangguru atau perawat bayi lekat ditemukan sejak tahun 1983, sangat
bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir dengan berat badan rendah baik selama perawatan di
klinik ataupun di rumah. Sehingga diperoleh suhu optimal bayi (Maulana, 2009).
Kriteria Bayi Untuk Metode Kangguru
a. Bayi dengan berat badan ≤ 2500 gram.
b. Tidak ada kelainan atas penyakit yang menyertai.
c. Refleks dan koordinasi isap dan menelan yang baik.
d. Perkembangan selama perawatan metode kangguru baik.
e. Kesiapan dan keikutsertaan orangtua, sngat mendukung dalam keberhasilan kelangkaan
fasilitas sumber daya rumah sakit untuk merawat bayi premature
Persiapan Ibu
a. Membersihkan daerah dada dan perut ibu dengan cara mandi dengan sabun 2-3 kali
sehari.
b. Membersihkan kuku dan tangan.
c. Baju yang dipakai harus bersih dan hangat sebelum dipakai.
d. Selama pelaksanaan metode kanguru ibu tidak memakai BH.
e. Memakai kain baju yang dapat direnggakan.
Persiapan Bayi
a. Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan hangat .
b. Bayi perlu memakai tutup kepala serta popok selama penggunaan metode ini.
c. Pada saat ibu duduk atau tidur posisi bayi tetap tegak mendekap ibu.
Waktu Pelaksanaan
a. Segera setelah lahir.
b. Sangat awal, setelah 10-15 menit
c. Awal, setelah umur 24 jam
d. Menegah, setelah 7 hari perawatan
e. Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2. Setelah keluar dari perawatan Metode
kangguru

Keuntungan
Keuntungan dari Metode Kanguru
1. Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik.menjaga agar suhu
tubuh bayi stabil dengan menggunakan tubuh ibu sebagai termoregulator suhu bayi. Bayi
kecil yang kedinginan lebih cepat mencapai suhu 36,5c terutama dalam waktu 1jam
pertama
2. Mengurangi stress pada ibu dan bayi karena bayi tenang dan nyaman berada di dekapan
ibunya. Sedangkan bagi ibu,PMK meningkatkan ikatan ibu dan bayi sehingga ibu tenang
dan makin percaya diri untuk melakukan perawatan bagi bayinya
3. Bayi mudah mendapatkan ASI karena selalu berada bersama ibunya sehingga
memperkuat system imun bayi.
4. Menstabilkan suhu tubuh, denyut jantung dan pernafasan bayi.
5. Meningkatkan hubungan emosi ibu dan anak.
6. Mengurangi lama menangis pada bayi.
7. Meningkatkan perkembangan psikomotor bayi sebagai reaksi rangsangan sensorik dari
ibu ke bayi.
8. Bermanfaat untuk ibu dan bayi, dimana suhu ibu merupakan sumber panas yang efisien
dan murah
9. Membuat bayi merasa aman dan nyaman
10. Menurunkan resiko selama perawatan di rumah sakit
11. Meningkatkan produksi Asi
12. Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi
Kerugian Metode Kangguru
Kerugian metode kangguru adalah apabila bayi keseringan digendong bisa membuat bayi
menjadi malas bergerak, malas menggerakkan kaki dan pinggulnya untuk berjalan. Hal ini tentu
akan menghambat pergerakan motorik anak. Selain itu akibat lebih jauhnya pada pola
perkembangan berikutnya adalah kepercayaan diri anak bisa hilang atau anak jadi tidak percaya
diri.
Agar anak tetap merasa aman dan nyaman meski tanpa kebiasaan digendong, sebaiknya orangtua
tidak melepaskan anaknya sama sekali. Menggendong tetap bias dilakukan pada saat-saat
tertentu seperti sedang rewel, menangis, mimpi buruk atau sakit. Ini penting untuk membangun
rasa amannya. Menggendong dihentikan bila usia bayi sudah di atas 8 bulan sudah dapat berdiri
dan belajar berjalan dan berat badannya sudah mencapai 8 kg lebih. Secara psikologis, kebiasaan
digendong, terutama setelah bayi berumur di atas 8 bulan akan mendorongnya menjadi anak
yang manja.
Cara Melakukan Metode Kanguru
a. Beri bayi pakaian, tutup bagian kepala bayi, popok dan kaos kaki bayi yang telah
dihangatkan terlebih dahulu.
b. Letakkan bayi di dada ibu dengan posisi tegak langsung ke kulit ibu dan pastikan kepala
bayi sudah teriksasi pada dada ibu. Posisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk,
kepala dan dada bayi terletak di dada ibu dengan kepala agak sedikit ekste
c. Dapat pula memakai baju dengan ukuran lebih besar dari badan ibu, dan bayi diletakkan
diantara payudara ibu, kemudian ibu memakai selendang yang dililitkan di perut ibu agar
bayi tidak terjatuh.
d. Bila baju ibu tidak dapat menyokong bayi, dapat digunakan handuk atau kain lebar yang
elastis atau kantong yang dibuat sedemikian untuk menjaga tubuh bayi.
e. Ibu dapat beraktivitas dengan bebas, dapat bebas bergerak walau berdiri, duduk, jalan,
makan dan mengobrol. Pada waktu tidur posisi ibu setengah duduk atas dengan jalan
meletakkan beberapa bantal dibelakang punggung ibu.
f. Bila ibu perlu istirahat, dapat digantikan oleh ayah atau orang lain.
g. Dalam pelaksanaan perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, pisisi bayi, pemantauan bayi,
cara pemberian ASI dann kebersihan ibu dan bayi.
Batas Penerapan Metode Kanguru
Batas penerapan metode kanguru adalah bila usia bayi sudah di atas 8 bulan atau sudah dapat
berdiri dan belajar berjalan dan petugas kesehatan harus terlebih dahulu memeriksa retina agar
kebutaan dapat dicegah begitu juga telinga, tulang dan vaksinasi. Lalu tunggu hingga bayi
beratnya mencapai 8 kg lebih.
Komponen Metode Kanguru
Metode kanguru dibagi atas beberapa komponen antara lain
a. Posisi metode Kanguru
Posisi metode kanguru yaitu : Posisi bayi yang diletakan diantara dada ibu dengan posisi
tegak langsung ke kulit ibu, apakah kepala sudah terfiksasi pada dada ibu dan posisikan
bayi dalam keadan pada siku dan tungkai, kepala dan dada bayi terletak di dada ibu
dengan kepala ektensi. Posisi ini dilakukan secara terus menerus selama 24 jam atau
beberapa sejam sehari (Sudarti, 2010).
b. Nutrisi bayi pada metode Kanguru
Ibu harus diyakinkan bahwa makanan yang baik bagi bayinya adalah ASI pada awalnya
mungkin bayi mengisap tidak sekuat bayi yang normal. Bila ibu tidak dapat menyusui,
berilah ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Posisi KMC ideal untuk menyusui bayi (Sudarti, 2010).
c. Posisi Ibu Saat Tidur Dan Istirahat Pada Metode Kanguru
Pada metode ini dianjurkann tidur bersama bayinya dilakukan dengan keadaan setengah
duduk dimana bayi dalam posisi kanguru, kepala ibu lebih tinggi sekitar 25 derajat dari
posisi horijontal. Hal ini biasa dilakukan dengan menopang beberapa bantal dikepala ibu
kurang nyaman ibu dapat istirahat dengan posisi menyamping setengah berbaring.
Manfaat PMK dalam menurunkan angka kematian neonatal (AKN)
Terdapat tiga penelitian dengan metodologi pengujian terkontrol secara acak yang
membandingkan PMK dengan perawatan konvensional (menggunakan inkubator). Data
Cochrane menunjukkan bahwa jumlah kematian bayi yang dilakukan PMK lebih sedikit
dibandingkan bayi yang dirawat dalam inkubator. Penelitian di Addis Abeba memperlihatkan
jumlah bayi yang meninggal pada kelompok PMK sebesar 22,5 % sedangkan pada kelompok
non PMK sebesar 38% (p<0,05). Dari kepustakaan di atas jelaslah terlihat bahwa PMK
bermanfaat dalam mencegah kematian neonatal. Hal ini dapat dijelaskan lebih lanjut dalam
beberapa manfaat PMK lain di bawah ini. Manfaat PMK dalam menstabilkan suhu, pernafasan
dan denyut jantung bayi Berbagai penelitian menunjukkan bahwa PMK dapat menstabilkan
suhu, laju pernapasan, dan laju denyut jantung bayi lebih cepat dari bayi yang dirawat dalam
inkubator. Bayi pada PMK merasa nyaman dan hangat dalam dekapan ibu sehingga tanda vital
dapat lebih cepat stabil. Penelitian oleh Yanuarso di RSCM memperlihatkan bahwa dengan
menggunakan metode kanguru, BBLR akan lebih cepat mencapai kestabilan suhu tubuh
dibanding BBLR tanpa PMK (120 menit vs. 180 menit)
Manfaat PMK dalam mengurangi infeksi
Berbagai penelitian juga telah memperlihatkan manfaat PMK dalam mengurangi kejadian
infeksi pada BBLR selama perawatan. Pada PMK, bayi terpapar oleh kuman komensal yang ada
pada tubuh ibunya sehingga ia memiliki kekebalan tubuh untuk kuman tersebut. Rao dalam
penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah BBLR yang mengalami sepsis sebesar 3,9% pada
kelompok PMK dan 14,8% pada kelompok kontrol (p=0,008). Sedangkan Agudelo dalam
tulisannya menyebutkan manfaat PMK dalam menurunkan infeksi nosokomial pada usia koreksi
41 minggu (RR 0,49, 95% CI 0,25 – 0,93). Manfaat lainnya dengan berkurangnya infeksi pada
bayi adalah bayi dapat dipulangkan lebih cepat sehingga masa perawatan lebih singkat, dan biaya
yang dikeluarkan lebih sedikit.
Manfaat PMK dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi
Manfaat PMK lainnya adalah meningkatkan berat badan, panjang badan dan lingkar
kepala bayi. Penelitian menunjukkan bahwa kenaikkan berat badan, panjang badan dan lingkar
kepala BBLR yang menjalani PMK lebih tinggi secara bermakna dibandingkan BBLR yang
mendapat perawatan dengan metode konvensional. Subedi memperlihatkan bahwa kenaikan
berat badan BBLR dapat mencapai 30 g/hari, sedangkan Gupta menunjukkan kenaikan berat
badan yang mirip yaitu 29 g/hari. Feldman dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa BBLR
yang dilakukan PMK memiliki nilai perkembangan yang lebih baik secara bermakna
dibandingkan BBLR dengan metode konvensional.
Manfaat PMK dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI
Pada berbagai penelitian terlihat bahwa PMK sangat erat kaitannya dengan pemberian
ASI. Pada PMK, ASI dapat selalu tersedia dan sangat mudah diperoleh. Hal ini dapat dijelaskan
karena bayi dengan PMK, terlebih pada PMK kontinu, selalu berada di dekat payudara ibu,
menempel dan terjadi kontak kulit ke kulit, sehingga bayi dapat menyusu setiap kali ia inginkan.
Selain itu, ibu dapat dengan mudah merasakan tanda-tanda bahwa bayinya mulai lapar seperti
adanya gerakan-gerakan pada mulut bayi, munculnya hisapan-hisapan kecil serta adanya gerakan
bayi untuk mencari puting susu ibunya. Ibu dapat menilai kesiapan menyusu bayinya dengan
memasukkan jari bersih ke dalam mulut bayi dan menilai isapan mulut bayi. Berikan ASI saat
bayi sudah terjaga dari tidurnya. Bila telah terbiasa melakukan PMK, ibu dapat dengan mudah
memberikan ASI tanpa harus mengeluarkan bayi dari baju kangurunya.
Bayi yang mendapat PMK memperoleh ASI lebih lama dibandingkan bayi yang
mendapat perawatan dengan metode konvensional. Perawatan metode kanguru juga
meningkatkan ikatan (bonding) ibu dan bayi serta ayah dan bayi secara bermakna. Posisi bayi
yang mendapat PMK memudahkan ibu untuk memberikan ASI secara langsung kepada bayinya.
Selain itu, rangsangan dari sang bayi dapat meningkatkan produksi ASI ibu, sehingga ibu akan
lebih sering memberikan air susunya sesuai dengan kebutuhan bayi. Pada PMK, pemberian ASI
dapat dilakukan dengan menyusui bayi langsung ke payudara ibu, atau dapat pula dengan
memberikan ASI perah menggunakan cangkir (cup feeding) dan dengan selang (orogastric tube).
Pemberian ASI pada bayi yang dilakukan PMK umumnya akan diteruskan di rumah saat
dipulangkan, dan lama pemberian ASI lebih panjang. PMK juga meningkatkan volume ASI yang
dihasilkan oleh ibu.
Persiapan pemberian ASI pada PMK
Bila bayi prematur atau BBLR pada awalnya tidak memungkinkan untuk mendapat
minum melalui mulut (asupan per oral), maka berikan melalui infus terlebih dahulu. Bayi dapat
dirawat dalam inkubator. Segera setelah bayi menunjukkan tanda kesiapan menyusu yang
ditandai dengan menggerakkan lidah dan mulut serta keinginan menghisap (menghisap jari atau
kulit ibu), maka bantulah ibu untuk menyusui bayinya, pada saat ini dapat dimulai PMK
intermiten. Ibu dibantu untuk duduk dengan nyaman di kursi dengan bayi dalam posisi kontak
kulit ke kulit (Gambar 1). Akan menolong bila ibu memerah sedikit ASI sebelum memulai
menyusui untuk melunakkan daerah puting susu dan memudahkan bayi untuk menempel.
Walaupun bayi PMK umumnya BBLR atau prematur dimana bayi belum dapat menghisap
dengan baik danlama, tetaplah menganjurkan ibu untuk mencoba menyusui terlebih dulu, bila
tidak berhasil dapat menggunakan metode minum yang lain.
Bayi dengan usia kehamilan antara 30 – 32 minggu, pemberian minum biasanya masih
memerlukan penggunaan pipa orogastrik (Gambar 2). Ibu dapat memberikan ASI perah secara
teratur melalui pipa orogastrik. Ibu dapat melatih bayi menghisap dengan membiarkan jari
tangan ibu yang bersih berada dalam mulut bayi, saat bayi diberi ASI melalui pipa orogastrik.
Selain itu, dapat dicoba pemberian melalui gelas kecil (cup feeding) satu atau dua kali sehari
terlebih dulu. Pemberian ASI perah melalui pipa orogastrik dapat dilakukan dalam posisi
kanguru. Pemberian ASI perah dengan menggunakan gelas kecil dilakukan dengan
mengeluarkan bayi dari posisi kanguru, membungkus bayi agar terjaga kehangatannya. Setelah
pemberian ASI perah selesai dilakukan, bayi dapat diletakkan kembali dalam posisi kanguru.
Bila memungkinkan, dapat dicoba pemberian ASI yang diperah dari payudara ibu secara
langsung ke dalam mulut bayi, cara ini juga dapat dilakukan pada bayi dalam posisi kanguru.
Posisikan bayi dalam posisi kanguru, dekatkan mulut bayi keputing susu ibu, tunggu sampai bayi
siap dan membuka mulut dan matanya. Keluarkan beberapa tetes ASI, biarkan bayi mencium dan
menjilat puting susu dan membuka mulutnya, tunggu sampai ia menelan ASI. Kegiatan ini dapat
diulangi kembali.
Bila bayi kecil sudah mulai menghisap dengan efektif, mungkin sesekali ia akan berhenti
saat menyusu dengan jeda yang agak lama. Hal ini dapat terjadi karena bayi kecil mudah lelah,
menghisap agak lemah pada awalnya, dan memerlukan waktu istirahat yang agak lama setelah
menghisap. Ibu dianjurkan untuk tidak menarik bayi dari puting susunya terlalu cepat. Biarkan
bayi menempel di dada ibu, dan biarkan ia menghisap kembali bila sudah siap. Umumnya bayi
kecil perlu menyusu lebih sering, setiap 2 hingga 3 jam. Pada awalnya, mungkin bayi tidak
bangun untuk minum sehingga harus dibangunkan terlebih dahulu agar ia mau minum. Bayi
prematur dengan usia kehamilan 34 hingga 36 minggu atau lebih, umumnya sudah dapat
menyusu langsung ke ibu. Namun sebaiknya, periksa terlebih dahulu refleks hisap bayi, bila
perlu, sesekali selingi pemberian ASI perah menggunakan gelas kecil. Pastikan bayi menghisap
dalam posisi dan pelekatan yang benar sehingga proses menyusu dapat berlangsung dengan
lancar. Untuk memantau kecukupan asupan ASI, timbang bayi sekali sehari hingga berat badan
bayi mulai meningkat, kemudian lanjutkan menimbang 2 kali seminggu, dan selanjutnya
timbang bayi sekali seminggu sampai usia bayi mencapai cukup bulan.

ANALISA JURNAL METODE KANGGURU


1. Jurnal Penelitian tentang Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Perubahan Berat
Badan Bayi Lahir di ruang inap perinatology RSUD Dr.Achmad Mochtar Bukittinggi tahun
2014. Peneliti : Silvia, Yelmi Reni Putri, Elharisda Gusnila dari Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Fort De Kock
Analisis Jurnal menggunakan picot
Populasi : Bayi BBLR sebanyak 10 orang di Ruang Perinatologi RSUD Dr.AchmadPasien
Diabetes Mellitus tipe II denga Mochtar
Intervensi : Perawatan dengan Metode Kangguru
Comparation : Perawatan bayi BBLR tanpa Metode Kangguru
Outcome : Hasil yang didapatkan dari penelitian yaitu Penelitian ini menggunakan desain
Quasi Eksperimental dengan rancangan one group pretest posttest design, dan
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel 10
orang. Hasil penelitian di dapatkan rata-rata berat badan bayi sebelum perawatan
metode kanguru adalah 1738,60 gram, sedangkan setelah dilakukan perawatan metode
kanguru berat badan bayi meningkat menjadi 1766,90 gram, dengan peningkatan berat
badan sebanyak 28,30 gram dimana p value = 0.00 (α< 0.05 ). Dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh perawatan metode kanguru terhadap perubahan berat badan
bayi BBLR di ruang inap perinatologi RSUD dr.Achmad Mochtar Bukittinggi tahun
2014.
Time : Perawatan metode kangguru dilakukan rutin selama 2 minggu.

2. Judul penelitian Pengaruh Perawatan Metode Kangguru Terhadap Fungsi Fisiologis Bayi
Prematur dan Kepercayaan Diri Ibu Dalam Merawat Bayi. Peneliti Andi Fatmawati
Syamsu dari Politeknik Kesehatan Palu.
Analisa Jurnal :
Populasi : bayi prematur yang mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram dengan
temperatur minimal 36 °C sebanyak 14 responden di ruang peristi RSUD Undata
dan Anutapura Palu.
Intervensi : Perawatan Bayi berat badan kurang dari 2500 gram, temperature minimal
36°C dengan metode kangguru
Comparation : Perawatan bayi BBLR tanpa Metode Kangguru
Outcome : Analisis bivariat dilakukan dengan uji Wilcoxom untuk melihat pengaruh
perawatan metode kanguru (PMK) terhadap respon fisiologi (suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung, saturasi oksigen) bayi prematur dan kepercayaan diri
ibu dalam merawat bayi sebelum dan sesudah PMK.
a. Hasil penelitian ini menunjukkan, terdapat perbedaan yang bermakna
terhadap suhu tubuh bayi prematur sebelum dan sesudah dilakukan PMK,
baik pada hari I, II, dan III. Bayi diobservasi setiap 4 jam sesudah
dilakukan PMK. Hasil penelitian menunjukkan semua suhu tubuh bayi
yang dilakukan PMK mengalami kenaikan bermakna dibandingkan bayi
yang tidak dilakukan PMK (p<0,001, α = 0,05).
b. Frekuensi denyut jantung sebelum dan sesudah PMK pada hari I
(pertama), hari II (kedua) dan hari III (ketiga). menunjukkan, terdapat
perbedaan yang bermakna terhadap frekuensi jantung bayi prematur
sebelum dan sesudah dilakukan PMK, baik pada hari I, II, dan III. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada 53 responden,
dengan one-group, pretest dan posttest. PMK dilakukan selama 1,5 jam,
dan didapatkan frekuensi denyut jantung bayi prematur sebelum dan
sesudah dilakukan PMK mengalami perbedaan, atau kenaikan secara
bermakna.
c. Saturasi oksigen sebelum dan sesudah PMK pada hari I (pertama), hari II
(kedua) dan hari III (ketiga). menunjukkan, terdapat perbedaan yang
bermakna terhadap saturasi oksigen bayi prematur sebelum dan sesudah
dilakukan PMK, baik pada hari I, II, dan III.
d. Rata-rata kepercayaan di ibu dalam merawat bayi sebelum dan sesudah
dilakukan PMK di RSUD Undata dan RSUD Anutapura Palu
menunjukkan perbedaan yang bermakna (P =0,000, α = 0,05). Ibu yang
melakukan PMK secara bermakna dapat merasakan kepuasan tersendiri
karena telah melakukan sesuatu yang positif buat bayinya yang lahir
prematur dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan PMK.
Time : Penelitian dilakukan selama 3 hari
Implikasi kepada keperawatan :
PMK bisa dijadikan sebagai tindakan yang rutin dilakukan kepada bayi prematur
bila kondisi bayi memungkinkan untuk dilakukan PMK. Sebaiknya ruang peristi
memiliki ruangan khusus untuk melakukan PMK, dan mempunyai rumah
singgah bagi ibu-ibu yang memiliki bayi yang masih dirawat diruang peristi,
agar ibu-ibu lebih mudah untuk mengunjungi bayinya yang dirawat. Bagi ibu
yang memiliki bayi prematur dapat tetap melakukan PMK walaupun bayi sudah
dirawat dirumah. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian bagi
perawat tentang manfaat PMK, sehingga pada akhirnya dapat diimplementasikan
dalam pemberian asuhan keperawatan pada bayi. Perlu adanya penelitian lebih
lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar, prosedur penelitian dengan waktu
observasi fungsi fisiologinya lebih ketat pada saat sebelum, selama dan sesudah
PMK.

DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Graham dkk. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta : Widya
Medika.
Azari, 2008 http://www.Angka Kematian Neonatal Bayi .
Asrinah, 2010. Asuhan kebidanan masa kehamilan, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Efar. 2008. http://www.Kangguru Mother Care 2008-201.
Maulana,Mirna. 2009. Seluk Beluk Merawat Bayi Dan Balita, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Muslihatun, Wafi Nur, 2010 .Asuhan Neonatus bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan Bidan). Jakarta:
Salemba Medika
Nanny, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika E.
Rasjad, Chairuddin Prof, MD, Ph.D. 2006. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif
Watampone
Salter, Robert Bruce. 1970. Textbook of Disorder and Injuries of the Muskuloskeletal System.
Maryland : Lippincott Williams & Wilkins
Yasmin, Asih. 2002. Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: EGC
http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/perawatan-metode-kanguru-pmk-meningkatkan-
pemberian-asi.html. Diakses pada tanggal 04 Oktober 2014 jam 16:27 WIB
http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/perawatan-metode-kanguru-pmk-meningkatkan-
pemberian-asi.html. Diakses pada tanggal 01 Oktober 2014 jam 14.40 WIB

S-ar putea să vă placă și