Sunteți pe pagina 1din 27

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PERSALINAN NORMAL
1. DEFINISI
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah &
Hidayat, 2008).
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
janin (Prawirohardjo, 2006).
2. SEBAB-SEBAB PERSALINAN
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
a. Teori penurunan hormone
Satu sampai dua minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot
polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila progesterone turun.
b. Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

d. Teori iritasi mekanik


Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.

3. PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh hormon
laktogen dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mamae. Otot-otot uterus
berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada antara
nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan
setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera
post partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat
pada endometrium ialah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm
itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.

4. PATHWAY
PARTUS

Perubahan
Kurang pengetahuan Perdarahan pada Perinium Sistem cerna
eliminasi
tentang keadaannya luka jalan
Turgor lahir
kulit me
dan bayinya yang berlebihan Distensi
Mukosa bibir kering Tonus otot
abdomen
Episiotomy me
Konjungtiva anemis Nyeri saat
Pasien mengeluh tidak bias tidur
Pasien mengeluh eliminasi
Perubahan
Nadi me , TD me Laserasi
Pasien mengeluh tidak puas tidur
nyeri pola
Frekuensi
Pasien terlihat gelisah eliminasi
Ada lingkarRelaksasi &POLAmata
hitamterlihat
Pasien
PERUBAHAN d kelopak BAB &
Output me RESIKO BAB &
ANSIETAS
Pasien merasa takut kontraksi
bagian periodik
bawah
meringis
TIDUR BAK
NYERI me
AKUT
uterus
INFEKSI BAK
KEKURANG
Aktivitas terbatas AN VOLUME
Pasien mengeluh lemah CAIRAN

Pasien terlihat lelah

INTOLERANSI
AKTIVITAS

Trauma
Peningkatan
kandung kemih
Reflek berkemih

Distensi kandung kemih

5. TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN


Masuknya mikroorganisme
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau
sekunder
dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada
primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-
RESIKO INFEKSI
sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-
kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik menjadi lembek, mulai mendatar
dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show) (Haffieva, 2011).
Tanda-Tanda In Partu :
a. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada
bagian servik.
c. Kadang-kadang ketuban pecah
d. Pada pemeriksaan daam, servik mendatar.
6. FAKTOR PERSALINAN
a. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal. Passage terdiri dari:
1) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
a). Os. Coxae
- Os illium
- Os. Ischium
- Os. Pubis
b). Os. Sacrum = promotorium
c). Os. Coccygis
2) Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
Pintu Panggul
a) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium,
linea inominata dan pinggir atas symphisis.
b) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut
midlet.
c) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut
outlet.
d) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan
outlet.
Bidang-bidang:
a) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium.
b) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis.
c) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan
dan kiri.
d) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccyges

b. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga
primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi
otot-otot rahim. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari:
1) His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan baik
dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga
menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta
mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan
serviks.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum.
Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat:
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir : terjadi di luar kehendak
5) Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling).
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
Perubahan-perubahan akibat his:
1) Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi.
Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka
(dilatasi).
2) Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga
ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
3) Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang,
maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat
(bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.
Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang harus
diperhatikan dari his:
1) Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau
persepuluh menit.
2) Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan
frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin
meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa
aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan – jalan
sewaktu persalinan masih dini.
3) Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan
detik, misalnya selama 40 detik.
4) Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5) Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his
datang tiap 2 sampe 3 menit.
6) Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.

His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme
usus, kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His
palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup
bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien
sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam
kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.
Kelainan kontraksi Otot Rahim
a) Inertia Uteri
1) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal
yang terbagi menjadi: Inertia uteri primer: apabila sejak semula
kekuatannya sudah lemah.
2) Inertia uteri sekunder: His pernah cukup kuat tapi kemudian
melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada
pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban
telah pecah. His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap
ibu maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk
penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
b) Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat
kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi :
1) Persalinan Presipitatus
2) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat
mungkin fatal
3) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
- Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam
persalinan.
- Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan
inversion uteri.
- Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai
kematian janin dalam Rahim.
c) Inkoordinasi otot Rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat
menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat
meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam
rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah:
1) Faktor usia penderita elative tua
2) Pimpinan persalinan
3) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
4) Rasa takut dan cemas
c. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan
passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena
bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan
besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.
Kelainan – kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger
adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan
kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.

d. Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga
bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang
belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi:
1) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
2) Pengalaman bayi sebelumnya
3) Kebiasaan adat
4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:
1) Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
2) Persalinan sebagai ancaman pada self-image
3) Medikasi persalinan
4) Nyeri persalinan dan kelahiran

e. Penolong
Peran dari penolong persalinan adalah untuk mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.

7. KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
a) Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung 2
jam, cepat menjadi 9 cm.
b) Fase aktik
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan
berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina
menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap
2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke
pelvis.

b. Kala II (pengeluaran janin)


His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala
janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena
tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus
membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan
diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5
jam.

Mekanisme persalinan:
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95
% dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan
palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal
persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus,
presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan
dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan
anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-
ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam
panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu
bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis
dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan
mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang
terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura
sagitalis dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran
terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah:
1) Penurunan kepala.
2) Fleksi.
3) Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
4) Ekstensi.
5) Ekspulsi.
6) Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan, akan tetapi untuk
lebih jelasnya akan dibicarakan gerakan itu satu persatu.
1) Penurunan Kepala.
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada
multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya
kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul
(PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat
di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya.
Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke
belakang mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan
asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu:
- Asinklitismus posterior: Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os
parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
- Asinklitismus anterior: Bila sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal,
tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik
dengan panggul yang berukuran normal sekalipun.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II
persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari
segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada
bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen
bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini
menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga
disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan atau
adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak.
- Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara
simpisis dan promontorium.
- Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah
dari os parietal depan.
- Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan
lebih rendah dari os parietal belakang
3) Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan.
Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan
ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil
lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya
tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan
adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan
diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya
kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
2) Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan
ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang
terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan
memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting untuk
menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha
untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya
bidang tengah dan pintu bawah panggul.
3) Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil
berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal
ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi
untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu
mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan
tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi
pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada
pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu
bayi dengan gerakan ekstensi.
4) Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu
kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul
bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya,
sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami
putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial)
menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah
panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran
hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak.
5) Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan
menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua
bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan
sumbu jalan lahir.
Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang adekuat, dan janin
dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya
posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan
persalinan tidak begitu bertambah panjang. Tetapi pada kira-kira 5-10 %
kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh
kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi
mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali,
khususnya kalau janin besar.

c. Kala III (pengeluaran plasenta)


Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba
keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit,
seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh
proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

d. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan
menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus.
Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- USG
- Pemeriksaan Hb
9. PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a. Kaji kondisi fisik klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c. Menganjurkan klien istirahat
d. Mengobservasi perdarahan
e. Memeriksa tanda vital
f. Memeriksa kadar Hb
g. Berikan cairan pengganti intravena RL
h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih
premature.
PERSIAPAN PERSALINAN
a. Ibu
1) Gurita, 3 buah
2) Baju tidur, 3 buah
3) Underware secukupnya
4) Handuk, sabun, shampoo, sikat gigi dan pasta gigi
5) Pembalut khusus, 1 bungkus
6) Under pad (dapat dibeli di apotik), 3 lembar
b. Bayi
1) Popok dan gurita bayi, 1-2 buah.
2) Baju bayi, 1-2 buah
3) Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born, 1-2 buah.
4) Selimut,topi dan kaos kaki bayi
5) Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
c. Penolong
1) Memakai APD, terdiri dari : Sarung Tangan steril, Masker, Alas kaki,
celemek.
2) Menyiapkan tempat persalinan, perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan
berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau
penerangan yang cukup. Tempat tidur dengan kasur yang dilapisi kain
penutup yang bersih, kain tebal, dan pelapis anti bocor. Ruangan harus
hangat (tetapi jangan pamas), harus rersedia meja atau permukaan yang
bersih dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan.
3) Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi.
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih, hangat (minimal 25oC,
pencahayaan cukup dan bebas dari tiupan angin.
4) Alat
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup):
a) 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b) Gunting tali pusat
c) Benang tali pusat
d) Kateter nelaton
e) Gunting episiotomy
f) Alat pemecah selaput ketuban
g) 2 psang sarung tangan dtt
h) Kasa atau kain kecil
i) Gulungan kapas basah
j) Tabung suntik 3 ml dengan jarum i.m sekali pakai
k) Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l) 4 kain bersih
m)3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
5) Bahan
a) Partograf
b) Termometer
c) Pita pengukur
d) Feteskop/ dopler
e) Jam tangan detik
f) Stetoskop
g) Tensi meter
h) Sarung tangan bersih
6) Obat-Obatan
1.Ibu
a) 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml.
b) 20 ml Lidokain 1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa
Epinefrin.
c) 3 botol RL
d) 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
2. Bayi
a) salep mata tetrasiklin
b) Vit K 1 mg

10. ASUHAN KEPERAWATAN


d. Kala I (Fase Laten)
1) Pengakajian
a) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas.
b) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan.
c) Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau
terdiri dari flek lendir.

2) Diagnosa Keperawatan
a) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.
b) Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang mengingat
informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.
c) Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang
dan kontaminasi fekal.
d) Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.
e) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d
ketidakadekuatan system pendukung.
3) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d krisisSetelah dilakukan asuhan a. Orientasikan klien pada
situasi kebutuhankeperawatan selama 3 x 24 lingkungan, staf dan
tidak terpenuhi. jam diharapkan ansietas prosedur.
pasien berkurang dengan b. Berikan informasi tentang
kriteria hasil: perubahan psikologis dan
a. TTV normal fisiologis pada persalinan.
b. Pasien dapat c. Kaji tingkat dan penyebab
mengungkapkan ansietas.
perasaan cemasnya. d. Pantau tekanan darah dan

c. Lingkungan sekitar nadi sesuai indikasi.

pasien tenang dan e. Anjurkan klien

kondusif mengungkapkan
perasaannya.
f. Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien.
2. Kurang pengetahuanSetelah dilakukan asuhan a. Kaji persiapan,tingkat
tentang kemajuankeperawatan selama 3 x 24 pengetahuan dan harapan
persalinan b/d kurangjam pengetahuan pasien klien.
mengingat informasitentang persalinan b. Beri informasi dan
yang diberikan,meningkat dengan criteria kemajuan persalinan
kesalahan interpretasihasil: normal.
informasi. Pasien dapat men- c. Demonstrasikan teknik
demonstrasikan teknik pernapasan atau relaksasi
pernafasan dan posisi yang dengan tepat untuk setiap
tepat untuk fase persalinan. fase persalinan.
3. Risiko tinggi terhadapSetelah dilakukan asuhan a. Kaji latar belakang
infeksi maternal b/dkeperawatan selama 3 x 24 budaya klien.
pemeriksaan vaginajam diharapkan infeksi b. Kaji sekresi vagina,
berulang danmaternal dapat terkontrol pantau tanda-tanda vital.
kontaminasi fekal. dengan criteria hasil: c. Tekankan pentingnya
a. TTV dbn mencuci tangan yang
b. Tidak terdapat tanda- baik.
tanda infeksi. d. Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina.
e. Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi.
4. Risiko tinggi terhadapSetelah dilakukan asuhan a. Pantau masukan dan
kekurangan cairan b/dkeperawatan selama 3 x 24 haluaran.
masukan danjam, diharapkan cairan b. Pantau suhu setiap 4 jam
peningkatan seimbang dengan kriterian atau lebih sering bila
kehilangan cairanhasil: suhu tinggi, pantau tanda-
melalui pernafasan a. TTV dbn tanda vital. DJJ sesuai
mulut. b. Input dan output cairan indikasi.
seimbang. c. Kaji produksi mucus dan
c. Turgor kulit baik. turgor kulit.
d. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral.
e. Pantau kadar hematokrit.
5. Risiko tinggi terhadapSetelah dilakukan asuhan a. Tentukan pemahaman dan
koping individu tidakkeperawatan selama 3 x 24 harapan terhadap proses
efektif b/djam diharapkan koping persalinan.
ketidakadekuatan pasien efektif dengan criteria b. Anjurkan
system pendukung. hasil: mengungkapkan
a. Pasien dapat perasaan.
mengungkapkan c. Beri anjuran kuat thd
perasaannya mekanisme koping
positif.
d. Bantu relaksasi

b. Kala I (Fase Aktif)


1) Pengkajian
a) Aktivitas istirahat
Klien tampak kelelahan.
b) Integritas ego
Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang
kemampuan mengendalikan pernafasan.
c) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik.
d) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
e) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada
primipara).

2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi.
b) Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik
kandung kemih.
c) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
d) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan
mobilitas gastrik.
e) Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen
dan aliran darah.
3) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akutSetelah dilakukan a. Kaji derajat
berhubungan asuhan keperawatan ketidaknyamanan secara
dengan tekanan selama 3 x 24 jam, verbal dan nonverbal.
mekanik dari bagiandiharapkan nyeri b. Pantau dilatasi servik
presentasi. terkontrol dengan c. Pantau tanda vital dan DJJ.
criteria hasil: d. Bantu penggunaan teknik
a. TTV dbn pernapasan dan relaksasi.
b. Pasien dapat e. Bantu tindakan
mendemonstrasika kenyamanan seperti:
n kontrol nyeri f. Gosok punggung, kaki
g. Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam.
h. Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
i. Dukung keputusan klien
menggunakan obat-
obatan/tidak.
j. Berikan lingkungan yang
tenang
2. Perubahan eliminasiSetelah dilakukan a. Palpasi di atas simpisis
urin b/d perubahanasuhan keperawatan pubis.
masukan danselama 3 x 24 jam, b. Monitor masukan dan
kompresi mekanikdiharapkan eliminasi haluaran.
kandung kemih. urine pasien normal c. Anjurkan upaya berkemih
dengan kriteria hasil: sedikitnya 1-2 jam.
a. Cairan seimbang. d. Posisikan klien tegak dan
b. Berkemih teratur cucurkan air hangat di atas
perineum.
e. Ukur suhu dan nadi, kaji
adanya peningkatan.
f. Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa.
3. Risiko tinggi terhadapSetelah dilakukan a. Tentukan pemahaman dan
koping individu tidakasuhan keperawatan harapan terhadap proses
efektif b/d krisisselama 3 x 24 jam, persalinan.
situasi. diharapkan koping b. Anjurkan mengungkapkan
pasien efektif dengan perasaan.
criteria hasil: c. Beri anjuran kuat terhadap
a. Pasien dapat mekanisme koping positif
mengungkapkan dan bantu relaksasi
perannya.
4. Risiko tinggi terhadapSetelah dilakukan a. Pantau aktivitas uterus
cedera maternal b/dasuhan keperawatan secara manual.
efek obat-obatanselama 3 x 24 b. Lakukan tirah baring saat
pertambahan jam,diharapkan cidera persalinan menjadi intensif.
mobilitas gastrik. terkontrol dengan c. Hindari meninggikan klien
kriteria hasil: tanpa perhatian.
a. TTV dbn d. Tempatkan klien pada
b. Aktivitas uterus posisi tegak, miring ke kiri.
baik. e. Berikan perawatan perineal
c. Posisi pasien selama 4 jam.
nyaman f. Pantau suhu dan nadi.
g. Kolaborasi pemberian
antibiotik (IV).
5. Risiko tinggi terhadapSetelah asuhan a. Kaji adanya kondisi yang
kerusakan gas janinkeperawatan selama 3 x menurunkan situasi uteri
b/d perubahan suplay24 jam, diharapkan plasenta.
oksigen dan aliranjanin dalam kondisi b. Pantau DJJ dengan segera
darah baik dengan criteria bila pecah ketuban.
hasil: c. Instuksikan untuk tirah
a. DJJ dbn baring bila presentasi tidak
b. Presentasi kepala masuk pelvis.
(+) d. Pantau turunnya janin pada
c. Kontraksi uterus jalan lahir.
teratur e. Kaji perubahan DJJ selama
kontraksi.

c. Kala II
1) Pengkajian
a) Aktivitas/ istirahat
- Melaporkan kelelahan.
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri/ teknik
relaksasi.
- Lingkaran hitam di bawah mata.
b) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
c) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
d) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
e) Nyeri / ketidaknyamanan
- Dapat merintih / menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
f) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
g) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm).
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi
b) Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena
c) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi
hipertonik.

3) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d tekananSetelah dilakukan asuhana. Identifikasi derajat
mekanis pada bagiankeperawatan selama 3 x ketidaknyamanan.
presentasi 24 jam, diharapkan nyerib. Berikan tanda/ tindakan
terkontrol dengan kriteria kenyamanan seperti
hasil: perawatan kulit, mulut,
a. TTV dbn perineal dan alat-alat tahun
b. Pasien dapat yang kering.
mendemostrasikan c. Bantu pasien memilih
nafas dalam dan posisi yang nyaman untuk
teknik mengejan. mengedan.
d. Pantau tanda vital ibu dan
DJJ.
e. Kolaborasi pemasangan
kateter dan anastesi.
2. Perubahan curahSetelah dilakukan asuhana. Pantau tekanan darah dan
jantung b/d fluktasikeperawatan selama 3 x nadi tiap 5 – 15 menit.
aliran balik vena 24 jam, diharapkanb. Anjurkan pasien untuk
kondisi cardiovaskuler inhalasi dan ekhalasi
pasien membaik dengan selama upaya mengedan.
kriteria hasil: c. Anjurkan klien/ pasangan
a. TD dan nadi dbn memilih posisi persalinan
b. Suplay O2 tersedia yang mengoptimalkan
sirkulasi.

3. Risiko tinggi terhadapSetelah asuhana. Bantu klien dan pasangan


kerusakan integritaskeperawatan selama 3 x pada posisi tepat.
kulit b/d pada interaksi24 jam, diharapkanb. Bantu klien sesuai
hipertonik integritas kulit terkontrol kebutuhan.
dengan kriteria hasil: c. Kolaborasi epiostomi
a. Luka perineum garis tengah atau medic
tertutup (epiostomi). lateral.
d. Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung
kemih dan kateterisasi.
d. Kala III
1) Pengkajian
a) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
b) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal dengan cepat.
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi.
- Nadi melambat
c) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml.
d) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
e) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan oral,
muntah.
b) Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan.
c) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan.
3) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi terhadapSetelah dilakukan asuhan a. Instruksikan klien untuk
kekurangan volumekeperawatan selama 3 x 24 mendorong pada
cairan b/d kurangjam, diharapkan cairan kontraksi.
masukan oral,seimbang denngan kriteria b. Kaji tanda vital setelah
muntah. hasil: pemberian oksitosin.
a. TTV dbn c. Palpasi uterus.
b. Darah yang keluar ± d. Kaji tanda dan gejala
200 – 300 cc. shock.
e. Massase uterus dengan
perlahan setelah
pengeluaran plasenta.
f. Kolaborasi pemberian
cairan parentral.
2. Nyeri akut b/d traumaSetelah dilakukan asuhan a. Bantu penggunaan teknik
jaringan setelahkeperawatan selama 3 x 24 pernapasan.
melahirkan jam, diharapkan nyeri b. Berikan kompres es pada
terkontrol dengan kriteria perineum setelah
hasil: melahirkan.
a. Pasien dapat control c. Ganti pakaian dan liner
nyeri basah
d. Berikan selimut
penghangat.
e. Kolaborasi perbaikan
episiotomy
3. Risiko tinggi terhadapSetelah dilakukan asuhan a. Palpasi fundus uteri dan
cedera maternal b/dkeperawatan selama 3 x 24 massase dengan
posisi selamajam, diharapkan cidera perlahan.
persalinan terkontrol dengan kriteria b. Kaji irama pernafasan.
hasil: c. Bersihkan vulva dan
a. Plasenta keluar utuh. perineum dengan air dan
b. TTV dbn larutan antiseptik.
d. Kaji perilaku klien dan
perubahan system saraf
pusat.
e. Dapatkan sampel darah
tali pusat, kirim ke
laboratorium untuk
menentukan golongan
darah bayi.
f. Kolaborasi pemberian
cairan parenteral.

e. Kala IV
1) Pengkajian
a) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
b) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih
rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada
respon pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama
persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
c) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
d) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
e) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
f) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi
spinal.
g) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
h) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh.
i) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada
abdomen, paha dan payudara.
2) Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut b/d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik dan
psikologis, ansietas.
b) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan
miometri.
c) Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/peningkatan anggota
leluarga.

3) Intervensi
DIAGNOSA
NO NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d efekSetelah dilakukan asuhan a. Kaji sifat dan derajat
hormone, trauma,keperawatan selama 3 x ketidaknyamanan.
edema jaringan,24 jam, diharapkan nyeri b. Beri informasi yang tepat
kelelahan fisik danterkontrol dengan kriteria tentang perawatan selama
psikologis, ansietas. hasil: periode pascapartum.
a. Pasien dapat control c. Lakukan tindakan
nyeri. kenyamanan.
d. Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi.
e. Beri analgesic sesuai
kemampuan.
2. Resiko tinggiSetelah dilakukan asuhan a. Tempatkan klien pada
kekurangan volumekeperawatan selama 3 x posisi rekumben.
cairan b/d24 jam, diharapkan cairan b. Kaji hal yang
kelelahan/ketegangan simbang dengan kriteria memperberat kejadian
miometri hasil: intrapartal.
a. TD dbn c. Kaji masukan dan
b. Jumlah dan warna haluaran.
lokhea dbn d. Perhatikan jenis
persalinan dan anastesi,
kehilangan daripada
persalinan.
e. Kaji tekanan darah dan
nadi setiap 15 menit.
f. Dengan perlahan massase
fundus bila lunak.
g. Kaji jumlah, warna dan
sifat aliran lokhea.
h. Kolaborasi pemberian
cairan parentral.
3. Perubahan ikatanSetelah dilakukan asuhan a. Anjurkan klien untuk
proses keluarga b/dkeperawatan selama 3 x menggendong, menyentuh
transisi/ peningkatan24 jam, diharapkan proses bayi.
anggota keluarga. keluarga baik dengan b. Observasi dan catat
kriteria hasil: interaksi bayi.
a. Ada kedekatan ibu c. Anjurkan dan bantu
dengan bayi. pemberian ASI,
tergantung pada pilihan
klien.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes (2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID
Gary dkk. (2006). Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United
States of America: Mosby.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of
America: Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Setiono, Wiwing. (2014). Laporan pendahuluan persalinan normal. Dimuat dalam
http://lpkeperawatan.blogspot.com/2013/11/laporan-pendahuluan-
persalinan-normal.html#.U_h8ZMWSw0o (Diakses tanggal 24 Agustus
2014).
Wiknjosostro. (2002). Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta: Yayasan Bima pustaka
Sarwana Prawirohardjo.

S-ar putea să vă placă și