Sunteți pe pagina 1din 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,

Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 973 - 982


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR MERKURI


(Hg) PADA TANAH PEMUKIMAN WARGA
DI SEKITAR LOKASI PENAMBANGAN EMAS TRADISIONAL
(STUDI KASUS DI DESA JENDI, KECAMATAN SELOGIRI, KABUPATEN
WONOGIRI, PROVINSI JAWA TENGAH)

Hananing Chinthia Rhani


1.
Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
2.
Staf Pengajar Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Universitas Diponegoro

ABSTRACT

Mining operations are carried out by most people, which is often regarded as the
cause of environmental degradation and pollution. The method which is used to
process mining is a method of amalgamation. A bad treatment of mine can cause
mercury pollution in the environment. The aim of this study is to determine the
factors associated with high levels of mercury (Hg) in the soil around the gold
mining settlement in the Jendi Village, Selogiri District, Wonogiri. This study uses
observational research with cross sectional design, the residential soil samples
around traditional gold mining Jendi Village. Samples are taken as many as 30
soil samples which are taken by purposive sampling method. Analysis of data is
using Pearson and Point Bisserial.
Based on the levels of mercury in the soil settlement around the traditional gold
mining in Jendi Village on 2012 by the number of samples tested by 30 soil
samples, as much as 100% of the samples had levels of mercury that exceed the
threshold suggested by Bayer, is equal to 1 ppm. The results on the average
variable distance from the sampling point have a significance value (p) of 0.013,
the old variable operational have a significance value (p) of 0.001, while the
variable type of processing tailings have a significance value (p) of 0.848

Keyword : Mercury, Mercury on soil, Amalgamation

PENDAHULUAN andalan untuk mendapatkan devisa


Salah satu sumber daya alam yang dalam rangka kelangsungan
kita miliki adalah mineral emas dan pembangunan negara.
perak, yang termasuk dalam Dampak dari kegiatan pertambangan
golongan sumber daya yang tidak dapat bersifat positif bagi daerah
dapat diperbaharui. Sektor pengusaha pertambangan. Namun
pertambangan merupakan salah satu kegiatan pertambangan juga dapat
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 973 - 982
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

bersifat negatif terhadap ekosistem pencucian, merkuri terbawa dalam


daerah setempat. Munculnya dampak limbah / tailing.
positif maupun negatif dari usaha Pencemaran merkuri banyak sekali
pertambangan, terjadi pada tahap ditemukan pada penambang emas
eksplorasi, eksploitasi termasuk tradisional. Penambangan emas
pemrosesan serta penjualan hasil tanpa ijin (PETI) ditemukan di
tambang serta pasca tambang. berbagai tempat di Indonesia. Salah
Usaha pertambangan yang dilakukan satunya terdapat di Desa Jendi,
oleh sebagian masyarakat sering Kecamatan Selogiri, Kabupaten
dianggap sebagai penyebab Wonogiri. Di daerah Selogiri terdapat
kerusakan dan pencemaran aktivitas penambangan emas yang
lingkungan. Sebagai contoh dilakukan di sekitar kalipuru, Gunung
penambangan emas skala kecil atau Tumbu. Metode pengolahan yang
tambang emas rakyat. Pengolahan digunakan di Desa Jendi sama
bijih dilakukan dengan proses dengan kebanyakan metode
amalgamasi dimana merkuri (Hg) pengolahan emas tradisional yang
digunakan sebagai media pengikat digunakan, yaitu dengan
emas. menggunakan metode amalgamasi.
Pada proses amalgamasi emas yang Aktivitas penambangan emas rakyat
dilakukan oleh penduduk secara di Desa Jendi Kecamatan Selogiri
tradisional, merkuri dapat terlepas ke Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa
lingkungan pada tahap pencucian Tengah telah berlangsung sejak
dan penggarangan. Pada proses tahun 1993 sampai sekarang.
pencucian, limbah yang umumnya Pembuangan tailing langsung ke atas
masih mengandung merkuri dibuang tanah tanpa perlakuan menyebabkan
langsung ke badan air atau ke atas tanah tercemar merkuri sehingga
tanah. Hal ini disebabkan merkuri kemungkinan terjadi akumulasi
tersebut tercampur/ terpecah menjadi merkuri pada tanaman pangan yang
butiran-butiran halus yang sifatnya berada di sekitarnya. Selain itu dapat
sukar dipisahkan pada proses pula menyebabkan infiltrasi Hg ke air
penggilingan yang dilakukan tanah yang digunakan oleh penduduk
bersamaan dengan proses sebagai sumber air bersih. Data dari
amalgamasi, sehingga dalam proses Dinas Kesehatan Propinsi Jawa
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 973 - 982
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tengah tahun 2010 menunjukkan sebanyak 30 sampel. Teknik


adanya kandungan merkuri yang pengambilan sampel pada penelitian
tinggi di sebagian sumur gali milik ini menggunakan metode Purposive
penduduk, yaitu berkisar antara 0,01 Sampling. Variabel dalam penelitian
– 0,08 mg/L. ini adalah rata-rata jarak titik
Berdasarkan hasil penelitian Balai pengambilan sampel dari gelundung,
Laboratorium Kesehatan (BLK) lama operasional gelundung, dan
Yogyakarta terhadap air di dua jenis pengolahan tailing. Dalam
Dusun Nglenggong dan Dusun Jendi, penelitian ini juga mencari kadar Hg
Kecamatan Selogiri , Kabupaten, pada tanah serta nilai permeabilitas
Wonogiri diketahui bahwa air tersebut tanah yang didapatkan dari uji
berbahaya dan tak layak pakai laboratorium. Pengumpulan data
karena airnya mengandung unsur yang didapat dengan pengujian
Mangan (mn) dan Merkuri (Hg). Hal laboratorium, , wawancara, observasi
ini mengharuskan sejumlah sumur di langsung, serta data dari Dinas
dua dusun tersebut ditutup. terkait. Data yang didapatkan
kemudian dianalisis dengan analisis
METODE PENELITIAN univariat dan bivariat. Analisis
Jenis penelitian yang digunakan univariat dilakukan untuk
adalah penelitian observasional menggambarkan tiap variabel dari
analitik dengan menggunakan hasil penelitian dengan menghasilkan
pendekatan cross sectional. Populasi distribusi frekuensi dan persentase
pada penelitian ini adalah tanah dari masing-masing variabel. Analisis
warga yang berada di sekitar lokasi bivariat dengan uji statistik Pearson
penambangan emas tradisional Desa dan Point Bisserial.
Jendi dengan jumlah sampel
.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jarak Titik Pengambilan Sampel dengan
Gelundung di Sekitar Penambangan Emas Tradisional Desa Jendi
No. Rata-rata Jarak Titik Frekuensi %
Pengambilan Sampel
dengan Gelundung (meter)
1 0–5 1 3,3
2 5 – 10 14 46,7
3 10 – 15 9 30,0
4 15 – 20 4 13,3
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 973 - 982
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

5 20 – 25 1 3,3
6 25 – 30 1 3,3
Total 30 100,0
Rata - rata 11,73
meter
Terendah 4,6 meter
Tertinggi 30.3 meter

Tabel 2. Kadar Hg Tanah menurut Rata-Rata Jarak Titik Pengambilan Sampel


dari Gelundung di Area Penambangan Emas Tradisional Jendi
Kadar Hg pada
tanah
Rata-Rata Jarak Titik Perason Correlation -0,449
Pengambilan Sampel Sig (2-tailed) 0,013
dari Gelundung N 30

Hasil uji statistik Pearson diperoleh mutu yang mengatur tentang kadar
nilai p value sebesar 0,013. Hal ini merkuri maksimal yang boleh
berarti Ho ditolak, Ha diterima (p < terkandung di dalam tanah,
0,05). Sehingga dapat dinyatakan menyebabkan perhatian kepada
ada hubungan antara rata-rata jarak kualitas tanah yang semakin
titik pengambilan sampel dari memburuk.
gelundung dengan kadar Hg pada Jika lingkungan tanah tercemar, hal
tanah pemukiman warga di sekitar ini dapat mempengaruhi kondisi
penambangan emas tradisional di lingkungan sekitarnya. Tanah
Desa Jendi. Semakin jauh tanah dari daratan yang tercemar merkuri
gelundung, semakin kecil kadar dapat mempengaruhi kondisi udara,
merkuri pada tanah. tanaman, dan air di sekitarnya.
Tanah yang berada di sekitar Partikel merkuri yang berada di
penambangan emas berpotensi tanah akan menguap karena terkena
mengalami pencemaran merkuri uap panas dari matahari. Partikel
akibat kurangnya penanganan yang merkuri akan bertebangan di udara.
baik terhadap tailing yang dihasilkan. Ketika musim hujan partikel tersebut
Semakin dekat titik pengambilan akan terbawa oleh air hujan yang
sampel dengan gelundung, semakin membasahi tanah sehingga timbul
banyak pula kandungan merkuri pencemaran tanah yang lebih luas.
yang tercecer di tanah sekitar Pada umumnya kandungan merkuri
gelundung. Belum adanya nilai baku secara alamiah sangat rendah di
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 973 - 982
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

dalam tanah, kecuali tanah tersebut tercemar merkuri. Namun masih ada
merupakan daerah pertambangan warga yang memanfaatkan air
atau tanah tersebut sudah tercemar sumur untuk keperluan mandi dan
merkuri.. memasak. Pada Tahun 2005 tim
Air sumur di Desa Jendi tidak survei dari Universitas Sebelas
dianjurkan sebagai air minum. Oleh Maret (UNS) Surakarta melakukan
Kepala Desa Jendi, warga pengambilan dan pemeriksaan salah
disarankan membangun jaringan air satu air sumur yang berada di
PDAM. Berdasarkan hasil interview, sekitar lokasi pengolahan bijih emas
warga di sekitar Desa Jendi dan hasilnya dinyatakan positif
mengetahui bahwa sebagian sumur tercemar merkuri.
yang ada di Desa Jendi sudah

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Lama Opersional Gelundung di Sekitar


Penambangan Emas Tradisional Desa Jendi
No. Lama Operasional Frekuensi %
Gelundung ( tahun)
1 0–5 16 53,3
2 5 – 10 9 30,0
3 10 – 15 4 13,3
4 15 – 20 1 3,3
Total 30 100,0
Rata – rata 6,5 tahun
Terendah 2 tahun
Tertinggi 18 tahun

Tabel 4. Kadar Hg Tanah menurut Lama Operasional Gelundung di Area


Penambangan Emas Tradisional Jendi
Kadar Hg pada tanah
Lama Operasional Perason Correlation 0,642
Gelundung Sig (2-tailed) 0,001
N 30

Berdasarkan uji Person, didapatkan antara lama operasional gelundung


nilai koefisien korelasi sebesar 0,642 dengan kadar merkuri pada tanah
dan nilai signifikansi (p) sebesar pemukiman disekitar gelundung yang
0,001. Hal ini berarti Ho ditolak, Ha beroperasi.
diterima (p < 0,05). Hal tersebut Gelundung merupakan salah satu
dapat didefinisikan ada hubungan faktor penghasil tailing. Karena
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 973 - 982
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

gelundung merupakan alat untuk penambang, umumnya merkuri yang


pengolahan bijih emas dan pada dimasukkan ke dalam gelundung
proses pengolahan ini menggunakan berkurang sampai 10-20% pada saat
merkuri untuk mengikat emas yang akhir proses, hal ini disebabkan
ada. Berdasarkan pengamatan di karena pada tahap pencucian terbawa
lapangan, banyak proses pada tailing. Material yang tercecer
pengolahan bijih emas dengan pada proses penggilingan ditampung
menggunakan gelundung ini dalam bak penampung, selanjutnya
dilakukan di daerah pemukiman material tersebut diolah kembali
disamping rumah atau dibelakang sampai diperkirakan tidak
rumah. Hal ini tentu saja menjadi mengandung emas. Setelah material
perhatian, khususnya dalam melihat dianggap sudah tidak mengandung
kemungkinan terjadinya kontaminasi emas, tetapi masih mengandung
merkuri di lingkungan tempat tinggal. merkuri, oleh para penambang
Semakin lama gelundung tersebut dibuang langsung ke parit atau
digunakan untuk proses pengolahan saluran air yang berm uara pada
emas, dikhawatirkan semakin sungai terdekat. Tidak hanya dibuang
banyak pula tanah yang tercemar langsung ke saluran air, namun ada
tailing hasil pengolahan gelundung. juga yang membuangnya ke tanah
Berdasarkan hasil pengamatan dan sekitar gelundung untuk dijadikan
wawancara dengan para
tanah pekarangan rumah atau penyaringan atau pemerasan di
dikemas dalam karung plastik dekat gelundung. Proses pencucian
kemudian ditumpuk untuk dijual. dilakukan dengan kain parasut
Biasanya para penambang juga sehingga merkuri terperas jatuh ke
melakukan tahap pencucian yakni tanah dan tidak ditampung.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penanganan Tailing di Sekitar Penambangan


Emas Tradisional Desa Jendi
No. Penanganan Tailing Frekuensi %
Dibuang dan dicampur ke
1 6 20,0
tanah pekarangan
2 Dibuang langsung ke parit 12 40,0
3 Disimpan di karung 5 16,7
4 Dibuang ke saluran tailing 7 23,3
Total 30 100,0
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 973 - 982
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 6. Kadar Hg Tanah menurut Jenis Pengolahan Tailing di Area


Penambangan Emas Tradisional Jendi
Kadar Hg pada tanah
Jenis Pengolahan Pearson Correlation 0,037
Tailing Sig (2-tailed) 0,848
N 30

Pada variabel jenis pengolahan proses penggilingan biji emas. Selain


tailing, dengan menggunakan uji itu material tailing masih
Point Biserial karena memiliki data mengandung emas, perak dan logam
nominal dan berdistribusi normal, lainnya dalam jumlah tinggi,
hasil analisa uji hubungan menunjukkan recovery pengolahan
menyatakan tidak ada hubungan yang tidak optimal dan tidak
antara jenis pengolahan tailing dilakukan penanganan tailing secara
dengan kadar Hg pada tanah baik.
pemukiman warga di sekitar Merkuri yang dibuang ke lingkungan
penambangan emas tradisional di baik melalui proses geologis maupun
Desa Jendi. Karena memiliki nilai antropogenik akan masuk ke dalam
koefisien korelasi sebesar 0,037 dan media cair dan udara diikuti dengan
nilai signifikansi (p) sebesar 0,848. proses sedimentasi melalui air hujan
Hal ini berarti Ho diterima, Ha ditolak ataupun lepasnya merkuri tanah dan
(p > 0,05). sedimen. Tailing yang berasal dari
Semakin besar kode nomor jenis proses amalgamasi bijih emas
penanganan tailing, semakin kecil memungkinkan limbah merkuri
kemungkinan tailing tercecer di tersebar di sekitar wilayah
tanah. Namun berdasarkan uji Point penambangan dan dapat membentuk
Biserial, tidak ada hubungan antara pencemaran lingkungan oleh merkuri
jenin pengolahan tailing dengan organik atau anorganik. Apabila
kadar merkuri pada tanah. Hal ini kondisi lingkungan terlanjur
disebabkan belum maksimalnya terkontaminasi merkuri, maka perlu
pengolahan tailing yang digunakan. dilakukan upaya penyehatan kembali
Kenaikan konsentrasi merkuri dalam lingkungan sekitarnya. Kolam
tailing yang tinggi berhubungan erat pengendap tailing harus dibuat
dengan pemakaian merkuri dalam secara baik dan apabila telah penuh
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 973 - 982
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

maka tailing yang ada harus diangkat air yang keluar pada sampel tanah
dan disimpan di tempat tertentu agar yang digunakan
dapat mengurangi resiko Dalam penelitian ini, sampel tanah
pencemaran yang digunakan adalah tanah yang
pekarangan warga yang berada di
Pengaruh Permeabilitas Tanah
sekitar penambangan emas
terhadap Kandungan Merkuri pada
tradisional Desa Jendi. Dalam
Tanah
pengambilan sampel, dibutuhkan
Tanah memiliki sifat permeabel tabung besi kira-kira sepanjang 40
dimana air mengalir melalui ruang- cm yang akan dibenamkan pada
ruang pori yang ada diantara butiran- tanah. Setelah dibenamkan kira-kira
butiran tanah. Permeabilitas pada kedalaman 30 cm, tabung besi
menunujukkan kemampuan tanah tersebut diangkat. Tanah yg ada di
untuk meloloskan air struktur dan dalam tabung besi tersebut yang
tekstur serta unsur organil lainnya akan dijadikan sampel dan diuji di
juga ikut ambil bagian dalam laboratorium mekanika tanah. Nilai
menaikkan laju inflasi dan permeabilitas dinyatakan dalam
menurunkan laju air. Tekstur tanah satuan cm/dt. Untuk menentukan nilai
merupakan salah satu sifat fisik permeabilitas (k) di laboratorium, alat
tanah, begitu juga dengan yang digunakan berupa permeater.
permeabilitas. Permeabilitas dapat Pengukuran nilai permeabilitas
mempengaruhi kesuburan tanah. dilakukan untuk mengetahui
Permeabilitas berbeda dengan kemungkinan adanya infiltrasi
drainase yang lebih mengacu pada merkuri pada tanah. Berdasarkan
proses aliran air saja, permeabilitas hasil uji laboratorium, didapatkan
dapat mencakup bagaimana air, rata-rata nilai permeabilitas sebesar
bahan organik, bahan mineral, udara 10-4 hingga 10-6 cm/dt. Hal tersebut
dan partikel-partikel lainnya yang dapagt diartikan tanah di sekitar
terbawa bersama air yang akan Desa Jendi termasuk jenis tanah
diserap masuk ke dalam tanah. lanau lempung dimana tanah jenis ini
Pengukuran permeabilitas tanah memiliki nilai permeabilitas yang
dilakukan dengan mengukur volume kecil. Daya serap air tergolong sedikit
karena memiliki kerapatan pori yang
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 973 - 982
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

tinggi. Pada tanah lempung, sistem banyak sejauh 5 -10 meter ( 46,7
porinya akan sangat dipengaruhi oleh %), sedangkan untuk penanganan
ketidakseragamannya karena tailing paling banyak dilakukan
terdapatnya dua sistem pori. dengan membuang tailing
Disamping itu lempung merupakan langsung ke parit yaitu sebesar
tanah yang mempunyai sistem yang 40%. Pengambilan sampel tanah
mudah berubah dan porositasnya paling banyak berada di Desa
dapat berubah secara drastis saat Jendi RT 2 yaitu sebanyak 60%
kering atatu terganggu. dari seluruh sampel.

UCAPAN TERIMAKASIH
KESIMPULAN
Terimakasih seluruh warga Desa
1. Hasil pemeriksaan laboratorium
Jendi yang telah bekerja sama dan
kadar merkuri pada tanah
memberikan banyak informasi
pemukiman warga di sekitar
kepada penulis dan kantor
penambangan emas tradisional
Kabupaten Wonogiri yang telah
Desa Jendi menunjukan 100 %
memberikan ijin untuk melaksanakan
sampel mengandung merkuri
penelitian dan banyak membantu
dengan rata – rata 30,871 mg/kg
jalannya proses penelitian. Dan
(> 1 mg/kg diatas nilai ambang
terimakasih pula pada rekan – rekan
batas yang dikemukakan oleh
mahasiswa Fakultas Kesehatan
Bayer).
Masyarakat, yang telah banyak
2. Hasil pemeriksaan uji laboratorium
membantu selama proses penelitian
permeabilitas tanah menunjukkan
berjalan.
nilai permeabilitas tanah di sekitar
penambangan emas tradisional
DAFTAR PUSTAKA
Desa Jendi berkisar antara 10-4
hingga 10-6 dan berjenis tanah Riyanto, Sugeng . Analisis Faktor -
lanau lempung Faktor Yang Berhubungan Dengan
Keracunan Merkuri Pada Penambang
3. Sebagian besar lama operasional Emas Tradisional di Desa Jendi
gelundung yang digunakan Kecamatan Selogiri Kabupaten
Wonogiri. Semarang : Magister
selama 0-5 tahun (53,3%), rata – Kesehatan Lingkungan Universitas
rata jarak pengambilan sampel Diponegoro, 2010

tanah dengan gelundung paling Badan Pengendalian Dampak


Lingkungan (Bapedal). Peraturan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 973 - 982
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Pemerintah Nomor : 41 Tahun 1999


tentang Pengendalian Pencemaran
Udara, Jakarta, 1999.

Indrasti, Suprihatin dan Nastiti Siswi.


Penyisihan Logam Berat dari Limbah
Cair Laboratorium dengan Metode
Presipitasi dan Adsorpsi. Makara
Sains. Vol.14, No.1. 2007 : 44-50

Tim Konservasi Selogiri. Pendataan


Penyebaran Unsur Merkuri pada
Wilayah Pertambangan Selogiri,
Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa
Tengah. Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral Badan
Geologi. Bandung. 2006.

Pasaribu,Arman. Analisis Dampak


Pertambangan Emas Terhadap
Sosial Ekonomi Masyarakat di
Kecamatan Batang Toru, Kabupaten
Tapanuli Selatan. 2 Maret 2011

Setiabudi, Bambang Tjahjono.


Penyebaran Merkuri Akibat Usaha
Pertambangan Di Daerah Sangon,
Kabupaten Kulo Progo, D.I.
Yogyakarta. Center For Geological
Resources. 2005

Thomas Triadi Putranto. Pencemaran


Logam Berat Merkuri (Hg) pada Air
Tanah. TEKNIK- Vol. 32 no. 1 tahun
2011, ISSN 0852-1697.

Lestarisa, Tilianty. Faktor-Faktor


yang Berhubungan dengan
Keracunan Merkuri (Hg) Pada
Penambang Emas Tanpa Ijin ( PETI)
di Kecamatan Kurun, Kabupaten
Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Universitas Diponegoro, 2010
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 973 - 982
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

S-ar putea să vă placă și