Sunteți pe pagina 1din 11

Hemisfer Serebri dan Proses Bahasa serta Bicara

Kelompok C3
Joceline Valencia (102013072)
Asrianti Saddi Pairunan (102013280)
Virdan Reynaldi Limbong (102014005)
Devina Hendriyana Gunawan (102014039)
Yohanna Inge (102014100)
Timoty Crissuter Sadat (102014124)
Icha Cloudia Crishtin (102014158)
Nur Ayuni Syahira Bt Rosli (102014238)

FakultasKedokteranUniversitas Kristen KridaWacana

Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

1
Abstrak

Otak merupakan pusat sistem saraf pada manusia. Otak dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: otak
depan, otak tengah, dan otak belakang. Serebrum merupakan bagian otak terbesar dibagi dalam
dua hemisfer yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan.Sereberum dibagi menjadi beberapa daerah
atau lobus yang letaknya sesuai dengan tulang yang berada di atasnya, yaitu lobus frontalis,
lobus parietalis, lobus temporalis, dan lobus oksipitalis.Daerah primer korteks yang khusus untuk
bahasa adalah daerah Broca dan daerah Wernicke.Daerah Wernicke memiliki kemampuan untuk
pemahaman bahasa, lalu daerah Broca mengendalikan kemampuan berbicara.Stroke adalah
suatu kejadian rusaknya sebagian dari otak. Gejala dari stroke adalah hemiplegia, afasia dan
tidak mampu untuk melihat pada salah satu sisi pandang. Afasia merupakan gangguan fungsi
bicara seseorang akibat kelainan otak.

Kata kunci: Otak, sereberum, bahasa, bicara, stroke, afasia

Abstract

The brain is the central nervous system in humans. The brain is divided into 3 parts, namely: the
forebrain, midbrain, and hindbrain. The cerebrum is the largest part of the brain and it’s
divided into two hemispheres, they are the left hemisphere and the right hemisphere. Sereberum
divided into several areas or lobes are located in accordance with bones that are in it, namely
the frontal lobe, parietal lobe, temporal lobe, and occipital lobe. Primary areas of the cortex are
specialized for language are Broca's area and Wernicke's area. Wernicke's area has the ability
to understanding the language, and Broca's area is controlling speech. Stroke is an occurrence
in part of the brain damage. Symptoms of stroke are hemiplegia, aphasia and was not able to see
on one side of view. Aphasia is a disorder of the function of a person's speech due to brain
abnormalities.

Keywords: brain, cerebri, language, speaking, stroke, afasia

Pendahuluan

Setiap makhluk hidup di dunia ini diciptakan Tuhan secara berbeda-beda, namun Tuhan
memberikan 1 hal yang sama pada setiap makhluk hidup yaitu otak. Tuhan memberikan otak
pada setiap makhluk hidup, seperti pada manusia maupun pada hewan. Otak merupakan organ
yang paling mengagumkan dari seluruh organ. Kita dapat mengetahui bahwa seluruh angan-
angan, keinginan dan nafsu, perencanaan dan ingatan merupakan hasil akhir dari aktivitas otak.
Otak manusia berisi hampir 98% jaringan saraf tubuh atau sekitar 10 miliar neuron yang menjadi

2
kompleks secara kesatuan fungsional. Kisaran berat otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai volume
sekitar 1200 cc. Ada pertimbangan variasi akan besarnya ukuran otak, yaitu otak laki-laki lebih
besar 10% dari perempuan dan tidak ada korelasi yang berarti antara besar otak dengan tingkat
intelejensi. Seseorang dengan ukuran otak kecil (750 cc) dan ukuran otak besar (2100 cc) secara
fungsional adalah sama.1

Otak lebih kompleks dari batang otak. Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat
badan orang dewasa. Otak menerima 15% dari curah jantung, memerlukan sekitar 20%
pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya.Otak merupakan
jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal
dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan
oksigen dan glukosa melalui aliran darah adalah konstan. Metabolisme otak merupakan proses
tetap dan kontinu, tanpa ada masa istirahat. Apabila aliran darah terhenti selama 10 detik saja,
maka kesadaran dapat hilang, dan penghentian dalam beberapa menit saja, dapat menimbulkan
kerusakan permanen.1

Secara Mikroskopis

Jaringan saraf secara mikroskopis terdiri atas dua jenis sel yaitu sel saraf dan sel
penyokong, sel saraf selalu mempunyai tonjolan sitoplasma yang panjang dan bercabang-cabang.
Tonjolan sitolasma ini secara morfologis terbagi dua yaitu bagian dendrite dan akson. Bagian
dendrite merupakan tonjolan sitolasma yang bercabang-cabang dan membawa impuls ke arah
badan sel. Bagian axon merupakan tonjolan sitolpasma yang membawa impuls menjauhi badan
sel, terdapat sebuah yang panjang dan sebelum berakhir bercabang-cabang sebagai batang pohon
yang disebut denagn telodendron. Badan sel saraf disebut juga dengan perikarion, bagian ini
bentuknya bermacam-macam dan mempunyai inti.Katergori sel saraf berdasarkan jumlah
tonjolan yaitu sel saraf unipolar, bipolar, pseudo unipolar dan multipolar. Sel saraf unipolar
hanya mempunyai satu tonjolan, sel saraf bipolar mempunyai satu dendrit dan satu axon, sel
saraf pseudo unipolar mempunyai tonjolan yang secara bercabang menjadi dua sehingga mirip
huruf T, sel saraf multipolar mempunyai satu axon dan banyak dendrit.2

Secara mikroskopis inti sel saraf biasanya terletak sentral, berbentuk bulat besar, berisi
kromatin yang halus dan tersebar, nucleus besar sehingga menyerupai intinya. Bagian sitoplasma

3
dalam perikarion mengandung organela seperti jenis sel lain. Bercak-bercak basofil pada yang
khas pada sel saraf sebenarnya merupakan rER yang penuh dengan ribosom.Secara sub-
mikroskopis, sitoplasma banyak mengandung rER yang tampak sebagai sustansi NISSL,
mitokondria meluas ke dalam tonjolan-tonjolan sel kompleks golgi, dan sitoskeleton membentuk
neurofibril. Sel penyokong pada umumnya berasal dari ectoderm. Pada sistem saraf pusat, sel
penyokong disebut dengan neuroglia yang terdiri dari sel ependim, astrosit, oligodendria, dan
microglia. Pada sistem saraf perifer, tersusun atas sel Schwann sel kapsel dalam ganglion.3

Secara mikroskopis, dendrite bercabang yang percabangannya tergantung jenis sel saraf.
Pada permukaan percabangan terdapat benjolan-benjolan untuk bersinapsis yang disebut dengan
gemula atu spina.Secara sub-mikroskopis, pada pangkal dendrite terdapat mitokondria dan
reticulum endoplasma. Pada sitoskeleton terdapat neurofibril dan mirotubuli yang meluas sampai
ujung dendrit.Axon merupakan tonjolan sitoplasma yang hanya terdapat sebuah dan disebut juga
dengan serabut saraf. Ujung axon bercabang-cabang sebagai cabang pohon dan terdapat cabang
kolateral pada beberapa tempat. Pada axon terdapat beberapa organela yaitunya mitokondria,
neurofibril, dan mikrotubuli. Myelin membentuk selubung diluar axolema dengan pola
berpenggal-penggal, karena adanya nodus ranvier. Selubung myelin ini tersusun atas campuran
fosfolipid, kolesterol, dan serebrosid. Ketebalan selubung pada berbagai axon tidak sama. Di luar
selubung myelin terdapat selubung neurolemma. Pada sistem saraf pusat disebut dengan sel
oligodendroglia dan pada sistem saraf perifer disebut dengan sel schwan.2

Otak

Otak terletak di dalam rongga cranium tengkorak. Pada perkembangannya otak dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu: otak depan, otak tengah, dan otak belakang. otak depan merupakan
bagian terbesar dan disebut cerebrum,yang dibagi dalam dua hemisfer, yaitu hemisfer kiri dan
hemisfer kanan, oleh fissura longitudinalis cerebri. Pemisahan komplet di bagian depan dan
belakang, tetapi di bagian tengah hemisfer dihubungkan oleh serabut pita lebar, yang disebut
corpus calosum. Lapisan luar cerebrum disebut korteks cerebri (substantia grisea) dan tersusun
atas badan abu-abu (substansi alba), yang berlipat-lipat yang disebut relung (gyri), yang
dipisahkan oleh fissure yang disebut sulci. Ini memungkinkan permukaan otak menjadi semakin
luas.1

4
Fisura-fisura dan sulcus-sulcus ini membagi otak dalam beberapa daerah atau lobus yang
letaknya sesuai dengan tulang yang berada di atasnya, seperti lobus frontalis, lobus temporalis,
lobus parietalis, dan lobus occipitalis.Sulcus lateralis, atau fissure sylvii memisahkan lobus
temporalis dan lobus frontalis pada sebelah anteriordan lobus parietalis pada sebelah posterior.
Sulcus centralis memisahkan lobus frontalis dari lobus parietalis. Sulcus parietooccipitalis
memisahkan lobus parietalis dengan lobus occipitalis.4

Lobus frontalis

Lobus frontalis adalah area dari korteks serebrum yang terletak di depan sulkus sentralis
(suatu fisura atau alur) dan di dasar sulkus lateralis. Bagian ini mengandung daerah-daerah
motoric dan pramotorik. Daerah broca terletak di lobus frontalis dan mengendalikan ekspresi
bicara. Banyak area asosiasi di lobus frontalis menerima informasi dari seluruh otak dan
menggabungkan informasi-informasi tersebut menjadi pikiran, rencana, dan perilaku. Lobus
frontalis bertanggung jawab untuk perilaku bertujuan, menentukan keputusan moral, dan
pemikiran yang kompleks. Lobus frontalis memodifikasi dorongan-dorongan emosional yang
dihasilkan oleh sistem limbik dan refleks-refleks vegetative dari batang otak. Badan-badan sel di
daerah motoric primer lobus frontalis mengirim tonjolan-tonjolan akson ke medulla spinalis,
yang sebagian besar berjalan dalam jalur yang disebut sistem piramidalis.Pada sistem
piramidalis, neuron-neuron motoric menyebrang ke sisi kanan medulla spinalis dan
mengendalikan gerakkan motoric berjalan dalam jalur ekstrapiramidalis. Serabut saraf ini
mengendalikan gerakkan motoric halus dan berjalan di luar piramid ke medulla spinalis.5

Lobus Parietalis

Lobus parietalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulkus sentralis, di dasar
fisura lateralis, dan meluas ke belakang menuju fisura parieto-oksipitalis. Lobus ini merupakan
daerah sensorik primer otak untuk sensasi rasa, somatosensorik korteks dan bicara. Sel-sel lobus
parietalis bekerja sebagai area asosiasi sekunder untuk menginterprestasikan rangsangan-
rangsangan yang datang. Lobus parietalis menyampaikan informasi sensorik ke banyak daerah
lain di otak, termasuk daerah asosiasi motoric dan visual di sebelahnya.4

5
Lobus Oksipitalis

Lobus oksipitalis adalah lobus posterior korteks serebrum. Lobus ini terletak di sebelah
posterior dari lobur parietalis dan di dasar fisura parieto-oksipitalis yang memisahkannya dari
serebellum. Lobus ini adalah pusat asosiasi visual utama. Lobus ini menerima informasi yang
berasal dari retina mata.5

Lobus Temporalis

Lobus temporalis mencangkup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari
fisura lateralis dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis. Lobus temporalis adalah area
asosiasi primer untuk informasi auditorik dan mencankup area Wernicke tempat interprestasi
bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam interprestasi bau dan penyimpanan ingatan.6

Serebrum

Substansia grisea (gray matter) dapat ditemukan pada korteks serebri dan nucleus serebri.
Subatansia alba (white matter) terdapat pada korteks neural dan sekitar nukelus. Di sini terletak
pusat-pusat saraf yang mengatur semua kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur proses
penalaran, ingatan, dan intelejensia.Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dibagi
oleh suatu lekuk atau celah yang disebut fisura longitudinalis mayor.4

Hemisfer adalah dua sisi simetris yang membagi otak besar. Hemisfer ini biasanya
disebut juga belahan otak. Hemisfer ini terdiri dari bagian kiri dan kanan. Hemisfer kiri memiliki
cara kerja yang bersifat lebih analisis dan rasional sedangkan hemisfer kanan memiliki gaya
kognitif yang lebih bersifat holistik dan intuitif.5

Orang memiliki dua hemisfer yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan. hemisfer kanan
adalah khusus untuk kemampuan spasial dan pengenalan pola. Sedangkan hemisfer kiri adalah
khusus untuk berbicara, menulis, dan berpikir. Sejumlah elektode dan pemindaian otak
digunakan untuk mengukur aktifitas hemisfer kiri dan kanan yang berlangsung ketika seseorang
memiliki pekerjaan yang berbeda. Hasil menunjukkan bahwa semua orang yang tidak kidal dan
sebagian besar orang kidal memproses bahasa di hemisfer kiri. Selain itu hemisfer kiri lebih aktif
bila seseorang memiliki tugas yang bersifat simbolik, logis dan berangkai, seperti memecahkan
persoalan hitungan dan memahami materi yang bersifat teknis. Sedangkan Hemisfer kanan

6
memiliki kemampuan lebih dalam memecahkan persoalan-persoalan yang menuntut kemampuan
visual-spasial, contohnya yaitu kemampuan menggunakan peta, mengenali dan membaca
ekspresi wajah serta meniru pola pakaian. Hemisfer kanan aktif ketika seseorang melakukan
aktifitas yang berkaitan dengan kreatifitas dan kesenian atau musik. Hemisfer kanan memiliki
kendali untuk mengenali bunyi-bunyi nonverbal seperti lolongan binatang. Hemisfer kanan juga
memiliki fungsi untuk mengenali kata secara tepat dan cepat sehingga individu dapat berbahasa
dengan baik. Selain itu Hemisfer kanan juga memproses emosi yang membuat kita sedih, senang,
ataupun takut.6

Bagian luar hemisfer serebri terdiri atas substansia grisea yang disebut sebagai korteks
serebri, terletak di atas substansia alba yang merupakan bagian dalam (inti) hemisfer dan disebut
pusat medulla. Kedua hemisfer saling dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut
korpus kalosum, yang diperkirakan terdiri dari 300 juta akson neuron yang menggabungkan
kedua hemisfer. Korpus kalosum adalah “information superhighway” tubuh. Kedua hemisfer
berkomunikasi dan saling bekerja sama mealui pertukaran informasi konstan melalui koneksi
saraf ini.Di dalam substansia alba terdapat kumpulan massa substansia grisea yang disebut
ganglia basalis. Pusat aktivitas sensorik dan motoric pada masing-masing hemisfer dirangkap
dua, dan sebagian besar berkaitan dengan bagian tubuh yang berlawanan. Hemisfer serebri kanan
mengatur bagian tubuh bagian sebelah kiri dan hemisfer serebri kiri mengatur bagian tubuh
kanan. Konsep fungsional ini disebut pengendalian kontralateral.4

Peran Daerah Broca dan Daerah Wernicke

Bahasa adalah bentuk kompleks komunikasi di mana kata yang ditulis atau diucapkan
menyimbolkan benda dan menyampaikan gagasan. Bahasa melibatkan integrasi dua kemampuan
berbeda-yaitu, ekspresi (kemampuan berbicara) dan pemahaman yang masing-masing berkaitan
dengan bagian tertentu korteks. Daerah primer korteks yang khusus untuk bahasa adalah daerah
broca dan daerah Wernicke. Daerah Broca, yang mengendalikan kemampuan berbicara, terletak
di lobus frontalis kiri berdekatan dengan daerah motorik korteks yang mengontrol otot-otot untuk
artikulasi. Daerah Wernicke, yang terletak di korteks kiri di pertemuan anatara lobus parietalis,
temporalis, dan oksipitalis berkaitan dengan pemahaman bahasa. Bagian ini berperan penting
dalam pemahaman bahasa lisan dan tulisan. Selain itu, daerah Wernicke bertanggung jawab
dalam memformulasikan pola koheren bicara yang disalurkan melalui berkas-berkas serat ke

7
daerah Broca, yang pada gilirannya mengontrol artikulasi bicara. Daerah Wernicke menerima
input dari korteks pengelihatan di lobus oksipitalis, suatu jalur yang terpenting untuk memahami
tulisan dan menjelaskan benda yang dilihat, serta dari korteks auditoris di lobus oksipitalis, suatu
jalur yang terpenting untuk memahami tulisan dan menjelaskan benda yang dilihat, serta dari
korteks auditoris di lobus temporalis, suatu jalur yang esensial untuk memahami bahasa lisan.
Daerah Wernicke juga mendapat input dari korteks somatosensorik, suatu jalur yang terpenting
dalam kemampuan membaca Braille. Jalur-jalur interkoneksi antara daerah-daerah korteks ini
berperan dalam berbagai aspek bicara:

1. Otak mula-mula menyalurkan informasi pengelihatan dari korteks pengelihatan ke suatu


daerah spesifik (girus angularis) korteks asosiasi parietal-temporal-oksipital, suatu bagian
yang berkaitan dengan integrasi input-input sensorik seperti pengelihatan, pendengaran,
dan sentuhan
2. Dari korteks asosiasi ini, informasi dipindahkan ke daerah Wernicke, tempat pemilihan
dan rangkaian kata yang akan diucapkan dirumuskan
3. Perintah bahasa ini kemudian disalurkan dari daerah Wernicke ke daerah Broca, yang
pada gilirannya menerjemahkan pesan menjadi pola suara terprogram
4. Program suara ini disampaikan dari daerah Broca ke daerah-daerah di korteks motoric
primer untuk mengaktifkan otot-otot wajah dan lidah yang sesuai yang akan
menghasilkan kata-kata yang diinginkan.6

Proses Bahasa dan Bicara

Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi
dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem
neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan
beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di
otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi
dari mulut serta rongga hidung.7

Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris
meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar,

8
dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan
artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.7

Pada hemisfer dominan otak atau sistem susunan saraf pusat terdapat pusat-pusat yang
mengatur mekanisme berbahasa yakni dua pusat bahasa reseptif area 41 dan 42 (area wernick),
merupakan pusat persepsi auditori-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala
sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi
visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan
dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Pusat-pusat tersebut
berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.6

Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui
lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini rangsangan
diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam.Di telinga
bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea.Saat gelombang
suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VIII ke area pendengaran primer di
otak diteruskan ke area Wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam
bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara.
Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran
udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-
langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana
organ pendengaran sangat penting.3

Proses Reseptif
Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada batang otak akan
menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas dan rangsang mana yang akan diterima
otak. Rangsang tersebut ditangkap oleh talamus dan selanjutnya diteruskan ke area korteks
auditori pada girus Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima oleh girus ini berasal
dari sisi telinga yang berlawanan.
Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi bermakna yang masuk. Selanjutnya
masukan linguistik yang sudah dikode, dikirim ke lobus temporal kiri untuk diproses. Sementara
masukan paralinguistik berupa intonasi, tekanan, irama dan kecepatan masuk ke lobus temporal
kanan. Analisa linguistik dilakukan pada area Wernicke di lobus temporal kiri. Girus angular dan

9
supramarginal membantu proses integrasi informasi visual, auditori dan raba serta perwakilan
linguistik. Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi berupa
penerimaan unit suara melalui telinga, dilanjutkan dengan dekode gramatika. Proses berakhir
pada dekode semantik dengan pemahaman konsep atau ide yang disampaikan lewat pengkodean
tersebut.7
\
Proses Ekspresif
Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan yang
masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke area Broca
untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal kemudian melewati korteks
motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini merupakan
proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses enkode dimulai dengan enkode
semantik yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan berakhir pada enkode fonologi.
Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak/pusat pembicara.
Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu pemindahan atau
penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut pembicara dan
telinga pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai proses komunikasi. Dalam
proses perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan bahasa reseptif dan ekspresif harus
berkembang dengan baik.7
Jenis Gangguan Bahasa
Klasifikasi gangguan bahasa atau afasia dapat dibagi kepada empat, non-fluent, fluent
aphasia, conduction aphasia dan anomic aphasia.Non-fluent aphasia terjadi daerah Broca dapat
menghalangi seseorang untuk menghasilkan sebuah ujaran dan menghalang seseorang untuk
dapat memahami bahasa. Manakala fluent aphasia terjadi di daerah Wernicke dapat
menyebabkan seseorang kehilangan pemahaman kemampuan berbahasa.Seseorang itu dapat
berbicara dengan sangat jelas, tetapi kata-kata yang dibuat tidak masuk akal atau tidak punya
arti. Conduction aphasia pula terjadi apabila penderita tidak mampu merangkai kata tetapi bicara
relative baik dan mempunyai auditoris yang baik kerana terjadinya lesi di fasikulus arkuata yang
menghubungkan daerah Wernicke dan Broca.Yang terakhirnya adalah anomic aphasia kerana
lesi di gyrus angularis. Penderita dapat berbicara dan memahami informasi auditoris tetapi punya
kesulitan memahami bahsa tertulis.8

10
Kesimpulan

Otak terletak di dalam rongga cranium tengkorak. Pada perkembangannya otak dibagi menjadi 3
bagian, yaitu: otak depan, otak tengah, dan otak belakang. otak depan merupakan bagian terbesar
dan disebut cerebrum,yang dibagi dalam dua hemisfer, yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan,
oleh fissura longitudinalis cerebri. Fisura-fisura dan sulcus-sulcus ini membagi otak dalam
beberapa daerah atau lobus yang letaknya sesuai dengan tulang yang berada di atasnya, seperti
lobus frontalis, lobus temporalis, lobus parietalis, dan lobus occipitalis.Daerah Broca yang
terletak di lobus frontalis mengendalikan ekspresi bicara.Daerah primer korteks yang khusus
untuk bahasa adalah daerah Broca dan daerah Wernicke.Daerah Broca mengendalikan
kemampuan berbicara, sedangkan daerah Wernicke berkaitan dengan pemahaman bahasa.

Daftar Pustaka

1. Muttaqin A. Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta:


Salemba Medika, 2006.h.3,4,5,6
2. Fawcett DW. Buku ajar Histologi ed 12. Jakarta: EGC;2002.h. 281-9
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2004.h.166-8
4. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia, 2009.h.337
5. Gilson J. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta: EGC; 2006.h. 95-7
6. Sherwood, Lauralee. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Jakarta: EGC;2011.h.153-9
7. Roger Watson. Anatomi dan fisiologi untuk perawat ed 10. Jakarta: EGC;2002.h.271-3.
8. Lauralee S. Human physiology from cells to system. 7th ed. Canada: Brooks/Cole
Cengage Learning; 2010.

11

S-ar putea să vă placă și