Sunteți pe pagina 1din 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.

A DENGAN
DEMAM TYPOID DI RUANG MULTAZAM
RS PKU MUHAMMADIYAH
SURAKARTA

Disusun Oleh :

1. Andi Wijayanto (2005.867)


2. Anis Arina Ana (2005.868)
3. Anita Yuliana Hakiki (2005.869)
4. Aseng Apria Wardhana (2005.871)
5. Denny Yulianna (2005.872)
6. Dewi Marsanti (2005.873)
7. Dewi Nur Chasanah (2005.874)

AKADEMI KEPERAWATAN PKU MUHAMMADIYAH


SURAKARTA
2008
LAPORAN PENDAHULUAN

TYPOID ABDMINALS

A. Pengertian

Demam typoid dan demam paratypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus.

Sinonim demam typhoid dan paratyphoid adalah typhoid dan paratyphoid fever, typus

dan paratyphus abdominalis (Noer, Syaifoellah, 1997 : 435). Demam typhoid (typhus

abdominalis, typhoid fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh salmonella

typhi atau salmonella paratyphii A, B atau C yang mempunyai tanda-tanda khas

berupa perjalanan yang cepat berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai dengan

demam toksemia, gejala perut, pembesaran limpa dan erupsi kulit (Soedarta, 1997 :

43). Rampengan dan Laurentz (1997) dan Ngastiyah (1997) mempunyai pendapat

yang sama mengenai pendapat yang sama mengenai penyakit demam typoid yaitu

penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan (pada usus halus)

dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dengan

atau tanpa gangguan kesadaran.

B. Etiologi

Menurut Ngastiyah (1997) penyebab typhus abdominalis adalah salmonella

typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak spora yang

sekurang-kurangnya memiliki 3 macam antigen yaitu antigen O (somatik, terdiri zat

kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen V1.


Rampengan dan Laurentz (1997) menambahkan bahwa salmonella typhosa

mempunyai 3 macam antigen yaitu: antigen O yang bersifat tidak menyebar disebut

juga Ohne houch atau somatik antigen, antigen H atau houch yang bersifat

menyebar, terdapat pada flagella dan bersifat termolabil. Serta antigen V1 atau

kapsul yang berfungsi melindungi O antigen terhadap fagositosis dan meliputi tubuh

kuman. Soedarto (1996) menambahkan bahwa kuman atau bakteri tersebut yang

memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan.

C. Manifestasi Klinis

Menurut Soedarto (1995) masa inkubasi demam typhoid dapat terjadi

selama > - 21 hari, meskipun pada umumnya adalah 10-12 hari. Minggu pertama

demam mencapai 40°C nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah,

pernafasan semakin cepat, perut kembung, diare dan sembelit silih berganti,

anoreksia, rasa malas, sakit kepala bagian depan, lidah kotor dan gangguan perut.

Pada minggu ke-2 suhu badan tinggi dan menurun pada pagi hari, gangguan

pendengaran, lidah kering, merah mengkilat, nadi makin cepat, tekanan darah

menurun, lempa dapat diraba, perut semakin kembung, dan diare menjadi lebih

sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadinya perdarahan. Pada

minggu ketiga bila keadaan membaik gejala akan berkurang dan temperatur

menurun, jika keadaan memburuk akan terjadi delirium atau stupor, otot

bergerak-gerak terus, inkontinensia urin, keringat dingin, gelisah, sukar bernapas

dan kolaps, dari yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan.
Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu

ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.

D. Patofisiologi

Menurut Rampengan dan Laurentz (1997) kuman salmonella masuk

bersama makanan atau minuman, setelah berada dalam usus halus mengadakan

invasi ke jaringan limpofoid usus harus (terutama plaque payeri) dan jaringan

limfoid mesentrika kuman lewat pembuluh limfe masuk ke darah (bakterimia

primer) menuju organ retikulo endotelial sistem (RES) terutama hati dam limfa,

di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak

difagosit berkembang biak pada akhir masa inkubasi 5-9, kuman kembali masuk

ke darah menyebar ke seluruh tubuh (bakterimia sekunder) dan sebagian kuman

tersebut dikeluarkan kembali dari kandung empedu ke rongga usus dan

menyebabkan reinfeksi di usus.


E. Pathway dan Masalah Keperawatan
Salmonella (makan dan air) Salmonella ke usus halus
 
Mulut Jaringan limfoid
 
Salmonella Lambung Plaque peyeri dan
dimusnahkan asam mesentrika
lambung 
 Aliran darah
Hepatomegali dan 
splenomegali Sirkulasi portal (bakteremia primer)
 
Nyeri akut Hati dan limpa

 
Tidak difagosit Difagosit oleh sel-sel makrofag
 (RES)
Berkembang biak 
 Mati
Masuk kembali dalam darah

  
Limfa Kandung empedu Menyebar ke seluruh tubuh
 terutama kelenjar limfoid usus
Invasi dalam usus halus (bakteri sekunder)

Reinfeksi di usus
  
Diare Konstipasi Nafsu makan menurun Kuman mengeluarkan endotoksin
  
Kurang volume Resiko perubahan Leukosit
cairan nutrisi kurang dari 
kebutuhan tubuh Melepaskan sintesa dan zat pirogen

Penurunan kesadaran Toksemia berat Pusat termoregulator hipotalamus
 
Perubahan pesepsi Hipertermi
sensori 
Penurunan aktivitas Tirah baring

 
Penurunan tonus otot
Istirahat total Intoleransi aktivitas
abdomen dan motilitas
usus 
Kurang perawatan diri Resiko kurang volume cairan

Konstipasi
Fokus Pengkajian

Soedarto (1997) berpendapat bahwa data dasar pengkajian pasien demam

typhoid yaitu :

1. Aktivitas atau istirahat

Gejala : kelemahan, ketidakmampuan atau kurang untuk aktif atau

melakukan latihan teratur

Tanda : bdrest total

2. Sirkulasi

Gejala : ansietas, gelisah, delirium, stupor

Tanda : nadi antara 80-100/menit, denyut lemah, tekanan darah turun.

3. Eliminasi

Gejala : perut terasa kembung.

Tanda : diare, konstipasi, inkontinensia urin

4. Makanan atau cairan

Gejala : anoreksia

5. Higiene

Gejala : lidah kotor, berkerak, berwarna merah di ujung dan di tepinya

6. Neurosensori

Gejala : sakit kepala bagian depan

Tanda : gangguan pendengaran

7. Nyeri atau kenyamanan

Gejala : tenggorokana terasa kering dan meradang

Tanda : nyeri otot


8. Keamanan

Tanda : peningkatan suhu mencapai 40°C, pernafasan semakin cepat.

Menurut Sjaifoellah Noer, (1997) pemeriksaan laboratorium pada paien

demam typhoid meliputi pemeriksaan leukosit, SGOT dan SGPT, serta widal

slide test.

G. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Suriadi dan Rita

Yuliani (2001) adalah sebagai berikut :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak

nafsu makan, mual dan kembung.

Tujuan : Menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Intervensi :

a. Nilai status nutrisi.

b. Ijinkan pasien untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi,

rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan

meningkat

c. Berikan makanan yang disertai denga suplemen nutrisi untuk

meningkatkan kualitas intake nutrisi.

d. Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil

tapi sering.

e. Timbang berat badan setiap hari pada waktu sama, dan dengan skala yang

sama.
f. Pertahankan kebersihan mulut.

g. Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan

penyakit.

h. Kolaborasi untuk pemberian makanan yang adekuat untuk penyembuhan

penyakit.

i. Kolaborasi untuk pemberian makanan melalui parenteral jika pemberian

makanan melalui oral tidak memenuhi kebutuhan gizi.

2. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake cairan

dan peningkatan suhu tubuh.

Tujuan : Menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.

Intervensi :

a. Observasi tanda-tanda vital (suhu tubuh) paling sedikit setiap 4 jam.

b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan : turgor tidak

elastis, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun, membran mukosa

kering, bibir pecah-pecah.

c. Observasi dan mencatat intake dan output dan mempertahankan intake

dan output yang adekuat.

d. Monitor dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan dengan

skala yang sama.

e. Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam.

f. Kurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (IWL) dengan memberikan

kompres dingin.

g. Berikan antibiotik sesuai program.


3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kesadaran.

Tujuan : Tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan kesadaran lebih

lanjut.

Intervensi :

a. Kaji status neurologis

b. Istirahatkan pasien hingga suhu dan tanda-tanda vital stabil

c. Hidnari aktivitas yang berlebihan

d. Pantau tanda-tanda vital

4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan istirahat total.

Tujuan : Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi

fisik.

Intervensi :

a. Kaji aktivitas yang dapat dilakukan pasien.

b. Jelaskan pada pasien dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak dapat

dilakukan sampai demam berangsur-angsur turun

c. Bantu memenui kebutuhan dasar pasien

d. Libatkan keluaga dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien.

5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

Tujuan : Pasien akan menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas

normal.

a. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang hipertermi.

b. Observasi suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan

c. Beri minum yang cukup


d. Berikkan kompres air biasa

e. Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat

f. Beri obat anti pireksia

g. Beri cairan parenteral (IV yang adekuat)

Menurut Sjaifoellah Noer (1997) pada pasien typoid harus tirah baring,

sehingga akan muncul diagnosa keperawatan menurut Doenges (2000)

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, penurunan

kekuatan atau ketahanan, mengalami keterbatsan aktivitas.

Tujuan : Hipertermi tidak terjadi dan suhu pasien normal.

Kriteria hasil :

a. Menyatakan pemahanan situasi atau faktor resiko dan program

pengobatan individu

b. Menunjukkan teknik atau perilaku yang memampukan kembali

melakukan aktivitas

c. Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas

Intervensi :

a. Tingkatkan tirah baring, berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung

sesuai keperluan

b. Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik

c. Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi

d. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi

e. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif

visualisasi, bimbingan imajinasi


7. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi usus.

Data : wajah menahan nyeri, perilaku hati-hati, respon otonomik (perubahan

tekanan darah, nadi)

Kriteria hasil : Nyeri hilang atau terkontrol

Intervensi :

a. Observasi dan catat lokasi, skala nyeri, karakter nyeri (menetap, hilang

timbul, kolik)

b. Tingkatkan tirah baring, biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman

c. Dorong menggunakan teknik relaksasi

d. Berikan lingkungan yang tenang


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. A DENGAN DEMAM TYPOID DI

RUANG MULTAZAM RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

A. Pengkajian

Tanggal pengkajian : 20 April 2008

Jam pengkajian : 08.00 Wib

Tanggal masuk : 16 April 2008

No. Registrasi : 151394

1. Identitas

a. Identitas pasien

1) Nama : Nn. A

2) Umur : 17 tahun

3) Jenis kelamin : Perempuan

4) Alamat : Gebang 3/25, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta

5) Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia

6) Agama : Islam

7) Pendidikan : Pelajar

8) Pekerjaan : -

b. Identitas penanggung jawab

1) Nama : Tn. B

2) Umur : 47 tahun

3) Jenis kelamin : Laki-laki

4) Alamat : Gebang 3/25, Kadipiro, Banjarsari, Surakarta


5) Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia

6) Agama : Islam

7) Pendidikan : SMA

8) Pekerjaan : Swasta

9) Hubungan dg pasien : Ayah kandung pasien

2. Keluhan utama

Pasien mengatakan lemes, nyeri pada perut kanan bawah.

4. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

± 4 hari sebelumnya pasien merasakan nyeri perut kanan bawah,

mual muntah, nafsu makan menurun, badan panas dan lemes. Kemudian

oleh keluarga pasien membawanya ke RS PKU Muhammadiyah

Surakarta pada tanggal 16 April 2008 jam 13.00. Sekarang pasien

mendapat terapi infus RL 20 tpm pada tangan kanan, injeksi kalfoxim 1

gr/12 jam, kalmet 1 gr/8 jam dan kalmetason 4 mg, sekarang pasien

dirawat di bangsal Multazam.

b. Riwayat kesehatan dahulu

Pasien mengatakan baru pertama kali dirawat di RS, pasien tidak

mempunyai riwayat alergi obat, dan pasien tidak memiliki riwayat

hipertensi, asma, jantung, DM dan paru-paru.

c. Riwayat keperawatan keluarga

Di dalam keluarga pasien tidak ada yang mempunyai penyakit

yang sama dengan pasien.


4. Pola fungsional (bio, psiko, sosio, spiritual)

a. Pola oksigenasi

Pasien tidak mengalami sesak nafas, RR 20 x/menit, irama nafas

teratur dan tidak mengalami gangguan dalam pernafasan.

b. Pola cairan dan elektrolit

Sebelum sakit : pasien minum 5-6 gelas/hari dengan komposisi air putih

dan kadang susu.

Selama sakit : pasien mendapat cairan dari infus RL 20 tpm dan minum

3 gelas sehari terdiri dari air putih dan susu

c. Pola nutrisi

Sebelum sakit : pasien makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi,

sayur, dan lauk, BB : 45 kg.

Selama sakit : pasien makan habis ½ porsi dengan dari sediaan RS

dengan komposisi bubur dan sayur dan susu

d. Pola eliminasi

Sebelum sakit : pasien BAK 5-6 x sehari, warna kekuning-kuningan,

BAB 1 x sehari warna kecoklatan

Selama sakit : pasien mengakan BAK dengan menggunakan pispot

dengan produksi ± 1000 cc/hari dengan warna kuning

jernih, BAB 1 x sehari dengan konsistensi lembek warna

kecoklatan
e. Pola keamanan dan kenyamanan

Sebelum sakit : pasien mengatakan nyaman karena tidak merasakan

sakit.

Selama sakit : pasien mengatakan tidak nyaman karena merasa

badannya panas dan merasa mual saat makan.

f. Pola personal hygiene

Sebelum sakit : pasien mandi 2 kali sehari pagi dan sore, gosok gigi 2

kali dan keramas 3 kali dalam seminggu.

Selama sakit : pasien mandi dengan disibin 2 x sehari dibantu oleh

keluarga.

g. Pola istirahat tidur

Sebelum sakit : pasien tidur ± 7-8 jam sehari dan kadang tidur siang 1-2

jam.

Selama sakit : pasien tidur 5-6 jam sehari dan kadang tidur siang 1-2

jam

h. Pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit : pasien mengatakan aktivitas secara mandiri.

Selama sakit : pasien dalam aktifitas di bantu keluarga karena tubuh

pasien merasa lemas dan panas.

i. Pola persepsi dan konsep diri

1) Body image : pasien mengatkan bahwa dirinya menerima

keadaannya saat ini.

2) Self ideal : pasien mengatakan ingin cepat sembuh.


3) Self esteem : pasien mengatakan dirinya tidak minder dengan

keadaannya saat ini.

4) Identitiy : pasien menyadari bahwa dirinya adalah seorang

perempuan dan masih sekolah.

j. Pola sexual

Pasien berjenis kelamin perempuan.

k. Psikologis

Hubungan pasien dengan keluarga baik tidak ada masalah serta

hubungan dengan masyarakat baik di buktikan dengan adanya tetangga

menjengunknya saat sakit.

l. Spiritual

Pasien beragam islam dan rajin menjalankan ibadah sholat 5 waktu

tapi saat sakit pasien hanya bisa berdoa.

m. Pengetahuan

Keluarga pasien mengetahui tentang penyakti yang di derita pasien.

5. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum : Sedang

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg S : 37,5°C

N : 88 x/menit Rr : 20 x/menit

d. Kepala : Mesochepal, rambut hitam sebahu, tidak ada

ketombe.
e. Mata : Conjungtiva anemis, sklera anikterik berfungsi

baik

f. Hidung : Simetris kanan dan kiri, tidak ada sekret, tidak ada

polip, tidak terpasang O2.

g. Telinga : Simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen,

berfungsi baik.

h. Mulut : Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, gigi

bersih, lidah kotor, gigi masih lengkap.

i. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

j. Dada

Paru : I : Pengembangan simetris

P : Fremitus, raba kanan sama dengan kiri

P : Sonor

A : Vesikuler

Jantung : I : Ictus cordis tidak tampak

P : Ictus cordis kuat angkat

P : Batas jantung tidak melebar

A : BJ I dan II reguler

k. Abdomen : I : Dada sejajar dengan perut

A : Peristaltik usus 12 x/menit

P : Tidak ada nyeri tekan

P : Tympani
l. Ektremitas

Atas : Terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kanan,

tidak ada sianosis, tidak ada oedem

Bawah : Tidak ada oedem, tidak ada gangguan pergerakan.

m. Genitalia urinaria : Bersih, terpasang DC.

n. Kulit : Teraba hangat, turgor kulit lembab, warna sawo

matang

6.. Pemeriksaan penunjang

a. Hasil laboratorium tanggal 22 April 2008

Hematokrit 43 N : 37-43 %

Trombosit 161.000 N : 150.000-400.000 /mm3

Hemoglobin 10,6 N : 11,5-16,5 g/dl

Widal tes +

S. typhy O 1/640

S. typhy H 1/80

S. paratiphy A-H 1/80

b. Program terapi

1) Infus RL 20 tpm

2) Kalfoxim 1 gr/12 jam

3) Kalmet 1 x 1 gr

4) Kalmetazon 4 mg / 8 jam (2 cc)

7. Data fokus

a. Data subyektif

1) Pasien mengatakan lemas

2) Pasien mengatakan mual muntah saat makan


3) Pasien mengatakan badannya panas

4) Pasien mengaakan aktifitas dibantu oleh keluarga

5) Pasien mengatakan nyeri pada perut kanan bawah

6) Pasien mengatakan makan habis ½ porsi yang disediakan di RS.

b. Data obyektif

1) TTV : TD : 110/80 mmHg; S : 37,5°C; RR : 20 x/menit; N : 80

x/menit

2) Terpasang infus RL pada tangan kanan pasien

3) Nampak ADL pasien dibantu oleh keluarga

4) Nampak wajah pasien menahan nyeri pada perut

P : nyeri datang saat beraktifitas

Q : nyeri sepeti ditusuk-tusuk

R : nyeri pada perut kanan bawah

S : skala nyeri 4

T : nyeri datang hilang timbul

5) Pasien BAK dengan pispot

6) BB : 45 kg, TB : 155 cm

7) Hemoglobin : 10,6 g/dl

8) Konjungtiva annemis

8. Analisa Data

No Data Etiologi Problem


1. DS : - Pasien mengatakan nyeri pada Nyeri akut Proses

perut kana bawah perjalanan

DO: - Nampak wajah pasien penyakit


No Data Etiologi Problem
menahan nyeri

- P : nyeri datang saat

beraktifitas

- Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk

- R : nyeri perut kanan bawah

- S : skala nyeri 4

- T : nyeri datang hilang timbul


2.. DS : - Pasien mengatakan mual Resiko Intake yang

muntah saat makan perubahan nutrisi tidak adekuat

- Pasien mengatakan makan habis kurang dari

½ porsi yang disediakan dari RS kebutuhan tubuh

DO: - Pasien tampak lemah

- BB : 45 kg

- Konjungtiva anemis

- Hemoglobin 10,6 g/dl


3. DS : - Pasien mengatakan lemas Gangguan Kelemahan

- Pasien mengatakan badannya pemenuhan ADL fisik

panas

- Pasien mengatakan ADL

dibantu keluarga

DO: - TTV : TD : 110/80 mmHg,

S : 37,5° C

N : 80 x/menit

Rr : 20 x/menit
No Data Etiologi Problem
- Nampak ADL pasien dibantu

oleh keluarga

- Terpasang infus RL pada

tangan kanan pasien

- Pasien BAK dengan pispot


3. DS : - Pasien mengatakan nafsu Intake yang tidak Resiko

makan turun, mual dan adekuat perubahan

muntah 2 x sehari nutrisi

DO: - Pasien tampak lemah kurang dari

- Keadaan umum sedang kebutuhan

- TD : 130/90 mmHG tubuh

- N : 86 x/menit, S : 36,7°C

- Rr : 20 x/menit

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses perjalanan penyakit.

2. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang tidak adekuat.

3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.

C. Intervensi

1. Dx. I

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 3 x 24 jam nyeri

teratasi

Kriteria hasil :
a. Nyeri hilang

b. Pasien nampak rileks

Intervensi :

a. Kaji skala nyeri

b. Ajarkan tehnik relaksasi dengan menarik nafas dalam.

c. Berikan lingkungan yang nyaman.

d. Berikan posisi yang nyaman

e. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik

2. Dx. II

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam resiko

perubahan nutrisi tidak terjadi.

Kriteria hasil :

a. Nutrisi pasien terpenuhi

b. BB tidak turun

c. Pasien nampak rileks

Intervensi :

a. Kaji pola makan pasien

b. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering

c. Sajikan makanan selagi hangat

d. Kolaborasi dengan ahli gizi

3. Dx. III

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam ADL

pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :

a. ADL pasien terpenuhi

b. Pasien nampak senang

Intervensi :

a. Kaji tingkat ketergantungan pasien

b. Dekatkan barang-barang yang diperlukan pasien

c. Bantu ADL pasien secara bertahap

d. Beri motivasi dalam ADL secara mandiri

D. Implementasi

Tgl Dx. Implementasi Respon Paraf


20-4-08 I - Mengkji skala nyeri Skala nyeri 5

08.00 II - Mengukur TTV TD : 110/80 mmHg

N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 37,5°C
I - Memberikan injeksi IV Obat masuk lewat

Kalmetason 4 gr (2 cc) selang infus


II - Mengkaji pola makan Pasien kooperatif

pasien

II - Memberikan snack Pasien mau makan


12.00 I - Mengukur tanda-tanda TD : 110/90 mmHg

vital N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36,8°C
12.30 II - Memberikan makan Pasien mau makan
Tgl Dx. Implementasi Respon Paraf
siang habis ½ porsi

II

I - Memberikan obat oral Pasien mau

- Mengajarkan teknik melakukannya

relaksasi nafas dalam saat

I nyeri Pasien kooperatif

- Memberi posisi yang

16.00 III nyaman Pasien disibin keluarga

- Memberikan air sibin


16.30 II - Memberikan makan sore Pasien mau makan

habis ½ porsi

- Menganjurkan untuk Pasien kooperatif

makan sedikit tapi sering


18.00 I - Memberikan injeksi Obat masuk lewat

kalfoxim 1 gr selang infus


21-04-08 I - Merapikan tempat tidur Pasien merasa

08.00 nyaman
I - Mengukur tanda-tanda TD : 120/80 mmHg

vital N : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36,5°C
09.00 I - Memberikan injeksi Obat masuk lewat

kalmetason 4 gr (2 cc) selang infus

10.00 I - Mengganti cairan infus Infus RL 20 tpm

RL 20 tpm terpasang
Tgl Dx. Implementasi Respon Paraf
II - Menganjurkan banyak Pasien kooperatif

minum dan makan

12.30 II - Memberikan makan Pasien mau makan

13.00 III siang Pasien sudah mulai

- Mengkaji tingkat melakukan aktivitas

ketergantungan pasien mandiri (ke kamar

mandi)

13.15 III Pasien kooperatif

- Menganjurkan pasien

untuk melakukan

22-04-08 I aktivitras secara bertahap TD : 120/70 mmHg

- Mengukur tanda-tanda N : 82 x/menit

vital RR : 20 x/menit

S : 36,5°C

I Paien tampak tenang

- Memberikan posisi yang

I nyaman Nyeri sudah

- Mengkaji nyeri pada berkurang

perut
09.00 I - Memberikan injeksi IV Obat masuk lewat

kameltason 4 gr (2 cc) selang infus


09.30 I - Memberikan posisi yang Pasien kooperatif

nyaman
10.00 II - Memberikan snack Pasien kooperatif mau
Tgl Dx. Implementasi Respon Paraf
makan snack
10.30 I - Mengevaluasi respon Pasien mengatakan

pasien terhadap nyeri nyeri berkurang

12.30 II - Memberikan makan Pasien mau makan

siang habis ½ porsi

F. Evaluasi

No. Tgl/jam Evaluasi Ttd


1. 23 April 2008 S : Pasien mengatakan masih nyeri pada

10.00 perut

O : Skala nyeri 3

A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

- Kaji skala nyeri

- Berikan teknik relaksasi dengan

menarik nafas dalam jika nyeri

datang

- Kolaborasi tentang pemberian

analgetik
2. 23 April 2008 S : - Pasien mengatakan makan habis ½

10.00 porsi yang disediakan di RS.

- Pasien mengatakan masih mual saat

makan

O : Badan pasien tampak lemah


No. Tgl/jam Evaluasi Ttd
A : Masalah resiko perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh teratasi

sebagian.

P : Intervensi dilanjutkan

- Kaji pole makan pasien

- Sajikan makanan selagi hangat

- Kolaborasi dengan ahli gizi


3. 23 April 2008 S : Pasien mengatakan ADL masih

10.00 dibantu keluarga

O : Nampak ADL dibantu keluarga

A : Masalah gangguan pemenuhan ADL

teratasi sebagian

P : Intervensi dipertahankan

- Bantu ADL pasien secara bertahap

- Dekatkan barang-barang yang

dibutuhkan pasien

S-ar putea să vă placă și