Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
A DENGAN
DEMAM TYPOID DI RUANG MULTAZAM
RS PKU MUHAMMADIYAH
SURAKARTA
Disusun Oleh :
TYPOID ABDMINALS
A. Pengertian
Demam typoid dan demam paratypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus.
Sinonim demam typhoid dan paratyphoid adalah typhoid dan paratyphoid fever, typus
dan paratyphus abdominalis (Noer, Syaifoellah, 1997 : 435). Demam typhoid (typhus
abdominalis, typhoid fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh salmonella
berupa perjalanan yang cepat berlangsung kurang lebih 3 minggu disertai dengan
demam toksemia, gejala perut, pembesaran limpa dan erupsi kulit (Soedarta, 1997 :
43). Rampengan dan Laurentz (1997) dan Ngastiyah (1997) mempunyai pendapat
yang sama mengenai pendapat yang sama mengenai penyakit demam typoid yaitu
penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan (pada usus halus)
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dengan
B. Etiologi
typhosa, basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak spora yang
mempunyai 3 macam antigen yaitu: antigen O yang bersifat tidak menyebar disebut
juga Ohne houch atau somatik antigen, antigen H atau houch yang bersifat
menyebar, terdapat pada flagella dan bersifat termolabil. Serta antigen V1 atau
kapsul yang berfungsi melindungi O antigen terhadap fagositosis dan meliputi tubuh
kuman. Soedarto (1996) menambahkan bahwa kuman atau bakteri tersebut yang
C. Manifestasi Klinis
selama > - 21 hari, meskipun pada umumnya adalah 10-12 hari. Minggu pertama
demam mencapai 40°C nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah,
pernafasan semakin cepat, perut kembung, diare dan sembelit silih berganti,
anoreksia, rasa malas, sakit kepala bagian depan, lidah kotor dan gangguan perut.
Pada minggu ke-2 suhu badan tinggi dan menurun pada pagi hari, gangguan
pendengaran, lidah kering, merah mengkilat, nadi makin cepat, tekanan darah
menurun, lempa dapat diraba, perut semakin kembung, dan diare menjadi lebih
minggu ketiga bila keadaan membaik gejala akan berkurang dan temperatur
menurun, jika keadaan memburuk akan terjadi delirium atau stupor, otot
dan kolaps, dari yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan.
Minggu keempat merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu
ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.
D. Patofisiologi
bersama makanan atau minuman, setelah berada dalam usus halus mengadakan
invasi ke jaringan limpofoid usus harus (terutama plaque payeri) dan jaringan
primer) menuju organ retikulo endotelial sistem (RES) terutama hati dam limfa,
di tempat ini kuman difagosit oleh sel-sel fagosit RES dan kuman yang tidak
difagosit berkembang biak pada akhir masa inkubasi 5-9, kuman kembali masuk
Tidak difagosit Difagosit oleh sel-sel makrofag
(RES)
Berkembang biak
Mati
Masuk kembali dalam darah
Limfa Kandung empedu Menyebar ke seluruh tubuh
terutama kelenjar limfoid usus
Invasi dalam usus halus (bakteri sekunder)
Reinfeksi di usus
Diare Konstipasi Nafsu makan menurun Kuman mengeluarkan endotoksin
Kurang volume Resiko perubahan Leukosit
cairan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Melepaskan sintesa dan zat pirogen
Penurunan kesadaran Toksemia berat Pusat termoregulator hipotalamus
Perubahan pesepsi Hipertermi
sensori
Penurunan aktivitas Tirah baring
Penurunan tonus otot
Istirahat total Intoleransi aktivitas
abdomen dan motilitas
usus
Kurang perawatan diri Resiko kurang volume cairan
Konstipasi
Fokus Pengkajian
typhoid yaitu :
2. Sirkulasi
3. Eliminasi
Gejala : anoreksia
5. Higiene
6. Neurosensori
demam typhoid meliputi pemeriksaan leukosit, SGOT dan SGPT, serta widal
slide test.
G. Intervensi Keperawatan
Intervensi :
meningkat
tapi sering.
e. Timbang berat badan setiap hari pada waktu sama, dan dengan skala yang
sama.
f. Pertahankan kebersihan mulut.
penyakit.
penyakit.
Intervensi :
d. Monitor dan mencatat berat badan pada waktu yang sama dan dengan
kompres dingin.
lanjut.
Intervensi :
fisik.
Intervensi :
b. Jelaskan pada pasien dan keluarga aktivitas yang dapat dan tidak dapat
normal.
Menurut Sjaifoellah Noer (1997) pada pasien typoid harus tirah baring,
Kriteria hasil :
pengobatan individu
melakukan aktivitas
Intervensi :
sesuai keperluan
Intervensi :
a. Observasi dan catat lokasi, skala nyeri, karakter nyeri (menetap, hilang
timbul, kolik)
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
1) Nama : Nn. A
2) Umur : 17 tahun
6) Agama : Islam
7) Pendidikan : Pelajar
8) Pekerjaan : -
1) Nama : Tn. B
2) Umur : 47 tahun
6) Agama : Islam
7) Pendidikan : SMA
8) Pekerjaan : Swasta
2. Keluhan utama
4. Riwayat kesehatan
mual muntah, nafsu makan menurun, badan panas dan lemes. Kemudian
gr/12 jam, kalmet 1 gr/8 jam dan kalmetason 4 mg, sekarang pasien
a. Pola oksigenasi
Sebelum sakit : pasien minum 5-6 gelas/hari dengan komposisi air putih
Selama sakit : pasien mendapat cairan dari infus RL 20 tpm dan minum
c. Pola nutrisi
d. Pola eliminasi
kecoklatan
e. Pola keamanan dan kenyamanan
sakit.
Sebelum sakit : pasien mandi 2 kali sehari pagi dan sore, gosok gigi 2
keluarga.
Sebelum sakit : pasien tidur ± 7-8 jam sehari dan kadang tidur siang 1-2
jam.
Selama sakit : pasien tidur 5-6 jam sehari dan kadang tidur siang 1-2
jam
j. Pola sexual
k. Psikologis
l. Spiritual
m. Pengetahuan
5. Pemeriksaan fisik
b. Kesadaran : Composmentis
N : 88 x/menit Rr : 20 x/menit
ketombe.
e. Mata : Conjungtiva anemis, sklera anikterik berfungsi
baik
f. Hidung : Simetris kanan dan kiri, tidak ada sekret, tidak ada
berfungsi baik.
j. Dada
P : Sonor
A : Vesikuler
A : BJ I dan II reguler
P : Tympani
l. Ektremitas
matang
Hematokrit 43 N : 37-43 %
Widal tes +
S. typhy O 1/640
S. typhy H 1/80
b. Program terapi
1) Infus RL 20 tpm
3) Kalmet 1 x 1 gr
7. Data fokus
a. Data subyektif
b. Data obyektif
x/menit
S : skala nyeri 4
6) BB : 45 kg, TB : 155 cm
8) Konjungtiva annemis
8. Analisa Data
beraktifitas
- S : skala nyeri 4
- BB : 45 kg
- Konjungtiva anemis
panas
dibantu keluarga
S : 37,5° C
N : 80 x/menit
Rr : 20 x/menit
No Data Etiologi Problem
- Nampak ADL pasien dibantu
oleh keluarga
- N : 86 x/menit, S : 36,7°C
- Rr : 20 x/menit
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
1. Dx. I
teratasi
Kriteria hasil :
a. Nyeri hilang
Intervensi :
2. Dx. II
Kriteria hasil :
b. BB tidak turun
Intervensi :
3. Dx. III
pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
Intervensi :
D. Implementasi
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 37,5°C
I - Memberikan injeksi IV Obat masuk lewat
pasien
vital N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,8°C
12.30 II - Memberikan makan Pasien mau makan
Tgl Dx. Implementasi Respon Paraf
siang habis ½ porsi
II
habis ½ porsi
08.00 nyaman
I - Mengukur tanda-tanda TD : 120/80 mmHg
vital N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5°C
09.00 I - Memberikan injeksi Obat masuk lewat
RL 20 tpm terpasang
Tgl Dx. Implementasi Respon Paraf
II - Menganjurkan banyak Pasien kooperatif
mandi)
- Menganjurkan pasien
untuk melakukan
vital RR : 20 x/menit
S : 36,5°C
perut
09.00 I - Memberikan injeksi IV Obat masuk lewat
nyaman
10.00 II - Memberikan snack Pasien kooperatif mau
Tgl Dx. Implementasi Respon Paraf
makan snack
10.30 I - Mengevaluasi respon Pasien mengatakan
F. Evaluasi
10.00 perut
O : Skala nyeri 3
P : Intervensi dilanjutkan
datang
analgetik
2. 23 April 2008 S : - Pasien mengatakan makan habis ½
makan
sebagian.
P : Intervensi dilanjutkan
teratasi sebagian
P : Intervensi dipertahankan
dibutuhkan pasien