Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini membahas
hubungan antara pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan.
Selama proses pengerjaan makalah ini, penulis terhambat akan data yang
sulit didapat karena data yang tersedia dalam bentuk excell dari BPS terbatas
hingga tahun 2016 saja. Sehingga perlu mencari ulang data dari hasil-hasil
publikasi BPS dan mencocokkan dengan data yang sudah didapatkan sebelumnya
dan membutuhkan waktu lama.
Harapan saya, semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi para
pembaca dan dapat menjadi landasan analisis kritis pembaca untuk melihat
keadaan ekonomi makro Kalimantan Barat dan menganalisis kebijakan apa yang
dapat dilakukan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi di dunia ketiga utamanya memperhatikan bukan
hanya pertumbuhan ekonomi namun juga kesejahteraan masyarakat. Terdapat
banyak variabel yang penting dalam menilai sukses tidaknya pembangunan dalam
suatu negara. Diantaranya ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan.
1
2
Tabel 1. 1.
Jumlah Penduduk Miskin per Provinsi di Indonesia tahun 2011 – 2015 (Ribu
Jiwa)
1. 2. Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. 3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
BAB II
ISI
2.1 Kemiskinan
Bank Dunia (1990) dalam laporannya di hadapan anggota PBB bertitel
"Poverty and Human Development' mengatakan bahwa: "The case for human
developemnt is not only or even primarily an economic one. Less hunger, fewer
child death, and better change of primary education are almost universally
accepted as important ends in themselves" (pembangunan manusia tidak hanya
diutamakan pada aspek ekonomi, tapi yang lebih penting ialah mengutamakan
aspek pendidikan secara universal bagi kepentingan diri orang miskin guna
meningkatkan kehidupan sosial ekonominya).
Booth dan Me Cawley (Dalam Moeljarto T., 1993) menyatakan bahwa "di
banyak negara memang terjadi kenaikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang
diukur dari pendapatan perkapitanya, tetapi itu hanya dapat dinikmati oleh
sebagian kecil masyarakatnya, sedangkan sebagian besar masyarakat miskin
kurang memperoleh manfaat apa-apa, bahkan sangat dirugikan".
bertitel "Poverty and Human Development' mengatakan bahwa: "The case for
human developemnt is not only or even primarily an economic one. Less hunger,
fewer child death, and better change of primary education are almost universally
accepted as important ends in themselves" (pembangunan manusia tidak hanya
diutamakan pada aspek ekonomi, tapi yang lebih penting ialah mengutamakan
aspek pendidikan secara universal bagi kepentingan diri orang miskin guna
meningkatkan kehidupan sosial ekonominya).
Booth dan Me Cawley (Dalam Moeljarto T., 1993) menyatakan bahwa "di
banyak negara memang terjadi kenaikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang
diukur dari pendapatan perkapitanya, tetapi itu hanya dapat dinikmati oleh
sebagian kecil masyarakatnya, sedangkan sebagian besar masyarakat miskin
kurang memperoleh manfaat apa-apa, bahkan sangat dirugikan".
2. 3 Gini ratio
Koefisien Gini (Gini ratio) adalah ukuran ketidakmerataan atau
ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol
(pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna). Koefisien
Gini dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang terletak antara garis
diagonal dan kurva Lorenz dibagi dengan luas separuh bidang di mana kurva
Lorenz itu berada. Perhatikan gambar berikut:
11
Semakin jauh jarak garis kurva Lorenz dari garis diagonal, semakin tinggi
tingkat ketidakmerataannya. Sebaliknya semakin dekat jarak kurva Lorenz dari
garis diagonal, semakin tinggi tingkat pemerataan distribusi pendapatannya. Pada
gambar di atas, besarnya ketimpangan digambarkan sebagai daerah yang diarsir.
2. 4 Pembahasan
Gini Ratio
Gambar 2. 4a
Growth PDRB
Gambar 2.4b
Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat 2012-2016 (persen)
6 6.05
5.91 6.05
5.22
5
4.86
4
3 KALBAR
0
2012 2013 2014 2015 2016
KEMISKINAN
Tabel 2.4c
Jumlah, Persentase, P1, P2, dan Garis Kemiskinan Kalimantan Barat
2012-2016
persentase penduduk miskin untuk daerah perdesaan mengalami penurunan dari 9,28
persen pada Maret 2017 menjadi 9,09 persen pada September 2017 (turun 0,19 poin).
Daerah perkotaan mengalami kenaikan dari 4,88 persen pada Maret 2017 menjadi
5,25 persen pada September 2017 atau mengalami kenaikan 0,37 poin.
9
8.07
8 7.96 7.87
7.97 8.03
7
6 6.05 6.05
5.91
5 5.22 Persentase Penduduk Miskin
4.86
4 Growth
3 Gini Ratio
1
0.36 0.37 0.37 0.31
0.331
0
2012 2013 2014 2015 2016
Grafik 2.6b
Jumlah Penduduk Miskin Kalimantan Barat 2012-September 2017
400,000
390,000
380,000
370,000
Jlh Penduduk Miskin
360,000
350,000
340,000
330,000
2012 2013 2014 2015 2016 Sep-17
Kalimantan Barat juga menurun dari 8,07 persen menjadi 8,03 persen. Sedangkan
pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin cenderung mengikuti paradigma
petumbuhan ekonomi klasik yang katanya pertumbuhan mampu mengatasi
kemiskinan. Namun, secara garis besar tidak dapat dikatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi berdampak pada turunnya angka kemiskinan Kalimantan Barat. Hal ini
berarti pemerintah Kalimantan Barat tidak bisa hanya mengandalkan pertumbuhan
ekonomi atau peningkatan produksi untuk mengurangi angka kemiskinan. Namun,
juga melakukan kebijakan lain yang efeknya bisa langsung dirasakan masyarakat.
Kurva 2.6a
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
Gini Ratio
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5 6 7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab 2, maka kita dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut:
3. 2 Saran
Pemerintah sebagai pemangku kebijakan, si empunya wewenang haruslah
memperhatikan secara detail apa sebenarnya yang dibutuhkan Kalimantan Barat
untuk maju sebagai wilayah yang pertumbuhan ekonominya paling tinggi di
banding wilayah Kalimantan yang lain, namun, justru penduduk miskinnya lebih
22
DAFTAR PUSTAKA
Website :
Bps.go.id