Sunteți pe pagina 1din 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kontrasepsi efektif adalah metode kontrasepsi IUD, implant dan kontrasepsi


mantap. Program Keluarga Berencana Nasional yang pada pelita V telah
berkembang menjadi Gerakan Keluarga Berencana Nasional telah mencapai hasil-
hasil yang menggembirakan.

Dengan meningkatnya peserta KB dengan metode kontrasepsi efektif terpilih


tersebut, maka dituntut pelayanan yang lebih tinggi kualitasnya serta pengayoman
yang lebih baik. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan serta
pengayoman ini, system rujukan merupakan salah satu hal yang penting, yang
perlu diketahui oleh setiap petugas atau setiap unsur yang ikut serta dalam
gerakan KB Nasional khususnya maupun oleh setiap peserta atau calon peserta
KB pada umumnya.

Semakin rapi sistem rujukan, semakin meningkat pula mampu pelayanan serta
pengayoman, sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta KB dengan
metode kontrasepsi efektif.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka penulis dapat mengambil beberapa rumuswan
masal;ah yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan rujukan

2. Jenis rujukan

3. Sasaran rujukan MKET

4. Pengelolaan rujukan KB

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

Dari rumusan masalah diatas, maka penulis dapat mengambil beberapa tujuan
penuliosan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Ingin mengetahui tujuan rujukan

2. Ingin mengerahui jenis rujukan


3. Ingin mengerahui sasaran rujukan MKET

4. Inginmengerahui pengelolaan rujukan MKET

BAB II

PEMBAHASAN

PELAYANAN KONTRASEPSI DAN SISTEM RUJUKAN

2.1 Definisi

Keluarga Berencana (KB) adalah perencanaan kehamilan sehingga kehamilan itu


terjadi pada waktu seperti yang diinginkan, jarak antara kelahiran diperpanjang
untuk membina kesehatan yang sebaik-baiknya bagi seluruh anggota keluarga,
apabila jumlah anggota keluarga telah mencapai jumlah yang dikehendaki. (WHO
Technical Report Series, 1972 NO. 458 dengan perubahan). Keluarga Berencana
(KB) adalah suatu perencanaan individu atau pasangan suami istri khusus
perempuan untuk :

1. Menunda kesuburan untuk usia < 20 tahun

2. Menghentikan kesuburan untuk usia > 35 tahun

3. Menghindari resiko paling rendah bagi ibu dan anak pada kehamilan dan
kelahiran yaitu antara 20-35 tahun

4. Menjarangkan kehamilan (sebaiknya menjarakkan kehamilan 2- 4tahun).


(Sarwono Prawirodihardjo, 2005)

Program Keluarga Berencana merupakan usaha langsung yang bertujuan


mengurangi tingkat kelahiran melalui penggunaan alat kontrasepsi. Berhasil
tidaknya Program Keluarga Berencana akan menentukan pula berhasil tidaknya
usaha mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia. Pertambahan penduduk yang
cepat, yang tidak seimbang dengan peningkatan produksi, akan mengakibatkan
kegelisahan dan ketegangan-ketegangan sosial dengan segala akibatnya yang
luas.

2.2 Macam-Macam Jenis Alat Kontrasepsi

1. Pil KB

Manfaat pil KB adalah membuat menstruasi menjadi sangat teratur, mengurangi


rasa sakit dan kram saat menstruasi. Pada pil KB ada yang di dalamnya terdapat
kandungan hormon progesteron dan ada juga yang di kombinasikan antara
estrogen dengan progesteron. Alat kontrasepsi untuk wanita ini harus di minum
secara rutin agar tidak mengalami kemungkinan hamil, jika tidak secara teratur
maka akan membuat kemungkinan kehamilan akan tetap terjadi.

2. Suntik KB

Alat kontrasepsi untuk wanita yang berikutnya adalah Suntik KB yang tentu saja
akan di lakukan oleh para wanita yang mengikuti program KB setiap 3 bulan. Hal
ini di lakukan untuk mencegah ovulasi atau pelepasan sel telur. Kelebihan dari
alat kontrasepsi wanita yang satu ini adalah Suntik KB ini merupakan salah satu
alat kontrasepsi yang sangat murah dan banyak di gunakan oleh masyarakat
Indonesia.

3. IUD/spiral

IUD merupakan singkatan dari Intra Uterine Device yang juga biasa di sebut
dengan spiral, hal ini di karenakan bentuk dari alat kontrasepsi IUD/Spiral ini
yang spiral. Cara pemakaian dari IUD/Spiral ini adalah dengan memasukkan alat
kontrasepsi wanita tersebut ke dalam rahim.

Salah satu alat kotrasepsi yang banyak di pakai karena kenyamanannya, akan
tetapi untuk pemasangan alat kontrasepsi wanita ini harus dengan bantuan dokter
dengan alat tertentu. Jadi IUD/Spiral ini akan mencegah sperma bersarang dan
bersatu dengan sel telur di dalam rahim. Untuk ketahanannya yakni selama 2
sampai dengan 5 tahun.

4. Kondom

Alat kontrasepsi pria yakni Kondom ini bisa mencegah kehamilan dengan cara
menutui bagian alat kelamin pria agar sperma yang keluar tidak bersatu dengan
sel telur yang ada di dalam rahim wanita. Bentuk dari kondom ini yakni karet
lateks yang sangat tipis dan terkadang terdapat bintik-bintik yang tentu saja akan
memberi sebuah kesenangan.

Dengan alat kontrasepsi pria yang satu ini tentu saja kehamilan akan terhindarkan
dengan cara yang sangat sederhana. Bahkan penyakit menular saat berhubungan
seperti AIDS dan HIV akan terhindar dengan alat kontrasepsi pria Kondom ini.

5. Vagina Diafragma
Vagina Diafragma adalah sebuah lingkaran cincin yang juga di lapisi karet yang
fleksibel di gunakan untuk menutup rahim dan alat ini bisa di pasang pada liang
vagina sebelum melakukannya.

6. Susuk

Jenis alat kontrasepsi yang berikutnya adalah Norplant yang bisa juga di sebut
sebagai implant. Jenis alat kontrasepsi macam seperti ini memang sebuah alat
kontrasepsi yang di gunakan untuk jangka panjang yakni sekitar 5 tahunan.
Macam alat kontrasepsi yang satu ini biasanya memang di pasang di bawah kulit
persis dan juga banyak orang yang menggunakan Norplant atau susuk ini sebagai
alat kontrasepsinya.

Biasanya didalam Norplant ini terdapat kapsul yang lentur dan kapsul tersebut
seukuran korek api dan mempunyai bahan karet silastik. Dan ada juga kandungan
progestin levonogestrel dalam Norplant ini yang memang biasanya kandungan
tersebut bisa di temukan pada jenis alat kontrasepsi pil KB.

7. Cervical Cap

Jenis alat kontrasepsi untuk yang satu ini mempunyai bentuk yang kecil dan lebih
mirip dengan alat kontrasepsi diafragma.pemakaiannya dengan cara meletakkan
Cervical Cap pada mulut rahim, dengan begitu akan menutup jalan sesuatu yang
masuk dalam lubang rahim. Perlu di ketahui untuk memakai jenis alat kontrasepsi
yang satu ini hanya di gunakan pada saat berhubungan saja.

8. Spermatisida

Macam dan jenis alat kontrasepsi yang berikutnya adalah sebuah alat dengan
nama Spermatisida yang ternyata merupakan sebuah senyawa kimia yang bisa
membuat lumpuh dan membunuh sperma. Beberapa bentuk dari jenis alat
kontrasepsi Spermatisida ini misalkan saja seperti krim, tablet, aerosol, jeli dan
juga busa.

Cara menggunakan Spermatisida ini adalah dengan memasukkan alat


Spermatisida ini ke dalam vagina 5-10 menit seusai berhubungan. Dan fakta yang
lainnya, jangan gunakan jenis alat kontrasepsi Spermatisida ini dengan
menggunakan tangan. Gunakan jenis alat kontrasepsi Spermatisida ini sesuai
dengan aturan yang ada dalam kemasan agar mendapatkan hasil yang lebih
maksimal.

Program Keluarga Berencana di Indonesia

1. Pendidikan dan penerangan kepada masyarakat

2. Pendidikan dan latihan petugas pelaksana program KB

3. Pelaksanaan pelayanan KB yang terdiri dari; nasehat perkawinan, pelayanan


kontrasepsi dan pengobatan kemandulan

4. Penelitian dan penilaian program

5. Pencatatan dan pelaporan

Tujuan dan Sasaran Program Keluarga Berencana

1. Tujuan

Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan keluarga kecil


yang bahagia, sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran, sekaligus dalam rangka menjamin
terkendalinya pertambahan penduduk di Indonesia.

2. Tujuan Khusus

a. Penurunan fertilitas melalui pengaturan kelahiran dengan pemakaian alat


kontrasespi

b. Penurunan angka kematian ibu hamil dan melahirkan

c. Penurunan angka kematian bayi

d. Penanganan masalah kesehatan reproduksi

e. Pemenuhan hak-hak reproduksi

Ruang Lingkup Program KB

a. Kehamilan

b. Bayi
c. Kanak-kanak

d. Remaja

e. PUS

f. Pasca PUS

g. Lansia

Manfaat Keluarga Berencana terhadap Pengendalian Penduduk (Bangsa dan


Negara)

Program Keluarga Berencana merupakan salah satu usaha penanggulangan


kependudukan yang merupakan bagian yang terpadu dalam program
pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta mencipatakan
kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia, agar
dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional.

Manfaat Keluarga Berencana bagi kepentingan nasional

a. Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta


keluarga dan bangsa pada umumnya.

b. Meningkatkan taraf hidup rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran


sehingga pertambahan penduduk sebanding dengan peningkatan produksi.

Pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Indonesia berpijak pada dua


landasan

a. Prinsip kepentingan nasional

b. Prinsip sukarela, demokrasi dan menghormati hak azazi manusia.


Karena berpijak pada prinsip sukarela maka usaha yang dilakukan merangsang
minat masyarakat terhadap pelaksana Keluarga Berencana. Adapun usaha-usaha
yang dilakukan antara lain melalui pendidikan, penyuluhan dan pendekatan
medis. Kegiatan penerangan dan penyuluhan ditujukan pada masyarakat umum
agar setiap anggota masyarakat memiliki pengertian dan rasa tanggung jawab
akan terciptanya keluarga sejahtera dengan menerima Norma Keluarga Kecil yang
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

2.3 Rujukan Akseptor KB Bermasalah

Pada beberapa laporan ilmiah dijeskan bahwa terjadi peningkatan akseptor


Metode Kontrasepsi Efektif Terpadu (MKET), yang berupa metode kontrasepsi
hormonal, IUD dan steril. Dengan meningkatkan jumlah akseptor KB tersebut,
maka pemerintah/pemberi pelayanan KB dituntut untuk meningkatkan pelyanan
yang lebih tinggi kualitasnya dan suatu upaya opengayoman akseptor yang lebih
baik. Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan dan upaya pengayoman
akseptor ini, maka system rujukan merupakan sustu hal yang penting yang perlu
diketahui oleh setiap elemen yang terkait dengan pelayanan KB (petugas,
calon/akseptor, lembaga dan masyarakat.

Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan merupakan suatu sistem pelimpahan


tanggung jawab timbal balik atas kasus masalah yang berhubungan dengan KB di
antara pelayanan KB yang ada, baik secara vertical maupun horizontal.

Tujuan Rujukan

Tujuan sistem rujukan di sini adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian
khusus terutama ditujukan untuk menunjang upaya penurunan angka kejadian
efek samping, komplikasi dan kegagalan penggunaan kontrasepsi.

1. Terwujudnya suatu jaringan pelayanan KB yang terpadu di setiap tingkat,


sehingga masing-masing unit pelayanan KB sesuai dengan tingkat kemampuan,
berdaya guna dan berhasil guna maksimal, sesuai dengan tingkat kemampuannya
masing-masing.

2. Peningkatan dukungan terhadap arah dan pendekatan program KB Nasional


dalam hal perluasan jangkauan/pemerataan pembinaan dengan pelayanan yang
bermutu, dapat ditingkatkan serta perlindungan penuh kepada masyarakat.

3. Meninhkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan pelayananmeyode


kontrasepsi secara terpadu. Perhatian khusus terutama ditujukan untuk menunjang
upaya penurunan angka kejadian efek samping, komplikasi dan kegagalan
penggunaan kontrasepsi.

Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara
timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun secara
horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau dan
rasional. Tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Dengan pengertian tersebut,
maka merujuk berarti meminta pertolongan secara timbal balik kepada fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten untuk penanggunalangan masalah yang sedang
dihadapi.

Untuk itu dalam melaksanakan rujukan harus telah pula diberikan:


1. Konseling tentang kondisi klien yang perlu menyebabkan perlu rujukan.

2. Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan.

3. Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan dituju.

4. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi


klien saat ini dan riwayat sebelumnya serta upaya/tindakan yang telah diberikan.

5. Bila perlu, berikan upaya mempertahankan keadaan umum klien.

6. Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan
harus didampingi perawat/bidan.

7. Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkinkan


segera menerima rujukan klien.

Jenis Rujukan

Rujukan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) dapat dibedakan atas tiga
jenis yaitu sebagai berikut:

1. Pelimpahan Kasus

a. Pelimpahan kasus dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit
pelayanan MKET yang lebih mampu dengan maksud memperoleh pelayanan
yang lebih baik dan sempurna

b. Pelimpahan kasus dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu ke unit
pelayanan yang lebih sederhana dengan maksud memberikan pelayanan
selanjutnya atas kasus tersebut

c. Pelimpahan kasus ke unit pelayanan MKET dengan tingkat kemampuan


sama dengan pertimbangan geografis, ekonomi dan efisiensi kerja.

2. Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan

a. Pelimpahan tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu ke unit
pelayanan MKET yang lebih sederhana dengan maksud memberikan latihan
praktis

b. Pelimpahan tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit
pelayanan MKET yang lebih mampu dengan maksud memberikan latihan praktis

c. Pelimpahan tenaga ke unit pelayanan MKET dengan tingkat kemampuan


sama dengan maksud tukar-menukar pengalaman
3. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic

a. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostik dari unit pelayanan MKET


yang lebih sederhana ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu dengn maksud
menegakkan diagnose yang lebih tepat

b. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic dari unit pelayanan MKET


yang lebih sederhana dengan maksud untuk dicobakan atau sebagai informasi

c. Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic ke unit pelayanan dengan


tingkat kemampuan sama dengan maksud sebagai informasi atau untuk dicobakan

Sasaran Rujukan MKET

1. Sasaran obyektif

a. PUS yang akan memperoleh pelayanan MKET

b. Peserta KB yang akan ganti cara ke MKET

c. Peserta KB MKET untuk mendapatkan pengamatan lanjutan

d. Peserta KB yang mengalami komplikasi atau kegagalan pemakaian MKET

e. Pengetahuan dan keterampilan MKET

f. Bahan-bahan penunjang diagnostic

2. Sasaran subyektif

Petugas-petugas pelayanan MKET disemua tingkat wilayah.

Jaringan rujukan MKET

1. Dokter/bidan praktek swasta, rumah bersalin dengan kewajiban


a. Merujuk kasus-kasus yang tidak mampu di tanggulangi sendiri keunit
pelayanan MKET yang lebih mampu dan terdekat

b. Menerima kembali untuk tidakan lebih lanjut kasus yang dikembalikan oleh
unit pelayanan MKET yang lebih mampu.

c. Mengadakan konsultasi dengan mengusahakan kunjungan ke unit pelayanan


yang lebih mampu meningkatkan pengetahuan pelayanan yang lebih mampu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

d. Mengusahakan kunjungan tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih


mampu untuk pembinaan tugas dan pelayanan MKET

2. Unit pelayanan MKET tingkat kecamatan (puskesmas) yang mempunyai


kewajiban sebagai berikut :

a. Menerima dan menanggulangi kasus rujukan dari unit pelayanan MKET

b. Mengirim kembali kasus yang sudah di tanggulangi untuk dibina l;ebih


lanjut oleh unit pelayanan MKET yang merujuk

c. Merujuk kasus kasus yangtidak mampu ditanggulangi keunit pelayanan


MKET yang lebih mampu dan terdekat

d. Menerima kembali untuk penerimaan tindak lanjut kasus-kasus yang


dikembalikan oleh unit pelayanan MKET yang lebih mampu

e. Mengadakan konsultasi dan mengadakan kunjuungan keunit pelayanan


yang lebih mampu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

f. Mengusahakan adanya kunjungan tenaga dari unit pelayanan MKET yang


lebih mampu untuk pembinaan petugas dan pelayanan masyarakat

g. Mengirim bahan-bahan penunjang diagnostic ke unit pelayanan MKET yang


lebih mampu, jika tidak dapat melakukan pemeriksaan diagnose yang lebih tepat

h. Menerima kembali hasil pemeruiksaan bahan-bahan diagnostic yang


sebelumnya dikirim keunit pelayanan MKET yang lebih mampu

3. Unit pelayanan MKET tingkat kabupaten/kotamadya (RS Kelas D, RS Kelas


C).
a. Menerima dan menaggulangi kasus rujukan dari unit pelayanan MKET di
bawahnya

b. Mengirim kembali kasus yang sedang ditanggulangi untuk dibina lebih


lanjut oleh unit pelayanan MKET yang merujuk

c. Merujuk kasus-kasus yang tidak mampu ditanggulangi keunit pelayanan


MKET yang lebih mampu dan terdekat

d. Kasus kembali untuk pembinaan tindak lanjut kasus-kasus yang


dikembalikan oleh unit pelayanan MKET yang lebih mampu

e. Mengadakan konsultasi dan mengadakan kunjungan keunit pelayanan yang


lebih mampu untuk pembinaan petugas dan pelayanan masyarakat

f. Mengusahakan adanya kunjungan tenaga dari unit pelayanan yang lebih


mampu untuk pembinaan petugas dan pelayanan masyarakat

g. Mengirim bahan-bahan penunjang diagnostic ke unut pelayanan MKET


yang lebih mampu, jika tidak mampu melakukan pemeriksaan sendiri atau jika
hasilnya meragukan untuk menegakan diagnose yang lebih tepat.

h. Menerima kembali hasil pemeriksaan bahan-bahan dagnostic sebelumnya


dikirim keunit pelayanan MKET yang lebih mampu.

4. Unit pelayanan MKET tingkat privinsi (RS Kelas C, RS Kelas B, RS Kelas


B2)

a. Menerima dan menanggulangi kasus rujukan dari unit pelayanan MKET


dibawahnya

b. Mengirim kembali kasus yang sudah ditanggulangi untuk dibina lebih lanjut
oleh unit pelayanan MKET yang merujuk

c. Menerima konsultasi dan latihan petugas pelayanan MKET dari unit


pelayanan MKET dibawahnya

d. Mengusahakan dilaksanakan kunjungan temaga/spesialis keunit pelayanan


MKET yang kurang mampu untuk pembinaan petugas dan pelayanan masyarakat

e. Menerima rujukan bahan-bahan penunjang diagnostic

f. Mengirim hasil pemeriksaan bahan-bahan penunjang diagnostic tersebut


diatas
5. Unit pelayanan MKET tingkat pusat (RS Kelas A)

a. Menerima dan menanggulangi kasus rujukan dari unit pelayanan MKET


dibawahnya

b. Mengirim kembali kasus yang sudah ditanggulangi untuk dibina lebih lanjut
oleh unit pelayanan MKET yang merujuk

c. Menerima konsultasi dan latihan petugas pelayanan MKET dari unit


pelayanan MKET di bawahnya

d. Mengusahakan dilaksanakannya kunjungan tenaga/spesialis keunit


pelayanan MKET yang kurang mampu untuk pembinaan petugas dan pelayanan
masyarakat

e. Menerima rujukan bahan-bahan penunjang diagnostic

f. Mengirimkan hasil pemeruksaan bahan-bahan penunjang diagnostic tersebut


diatas

2.4 Mekanisme (TATA CARA) rujukan

1. Rujukan kasus

a. Unit pelayanan yang merujuk

1) Unit pelayanan MKET yang merujuk kasus ke unit pelayanan yang lebih
mampu

Unit pelayanan yang bisa merujuk kasus ke unit pelayanan yang lebih
mampusetelah melakukan proses pemeriksaan dan dengan hasil sebagai berikut :

a) Berdasarkan pemeriksaan penunjang diagnostic kasus tersebut tidak dapat


diatasi

b) Setel;ah dirawat dan diobati ternyata penderita masih memerlukan


perawatan dan pengobatan di unit pelayanan yang lebih mampu

2) Unit pelayanan merujuk kasus ke unit palayanan yang lebih sederhana

a) Setelah melakukan pemeriksaan dengan atau tanpa pemeriksaan penunjang


diagnistik, terhadap penderita ternyata pemngobatan dan perawatan dapat
dilakukan diunit pelayanan yang lebih sederhana
b) Setelah melakukan pengobatan dan perawatan ternyata penderita masih
melakukan pembinaan selanjutnya yang dapat dilakukan oleh unit palayanan yang
lebih sederhana

3) Unit pelayanan yang merujuk kasus keunit pelayanan dengan


kemampuannya yang sama.

a) Setelah melakukan pemeriksaan dengan atau tanpa pemeriksaan penunjang


diagnostic, ternyata untuk memudahkan penderita pengobatan dan perawatan
dapat dilakukan di unit pelayanan yang lebih dekat

b) Setelah melakukan pengobatan dan perawatan, penderita masih memerlukan


pembinaan lanjutan di unit pelayanan yang lebih dekat

b. Unit layanan yang menerima rujukan

1) Unit pelayanan yang menerima rujukandari unit pelayanan yang lebih


sederhanana

a) Memberikan informasi

b) Memberikan latihan-latihan pada tenaga yang dikirimkan

c) Memberikan kunjungan tenaga-tenaga yang diperlukan oleh unit pelayanan


yang dirujuk

2) Unit pelayanan yang merima rujikan dari unit pelayanan yang lebih mampu

a) Memanfaatkan tenaga-tenaga yang dikirim oleh unit pelayanan yang


merujuk untuk pembinaan petugas masyarakat

b) Memanfaatkan informasi yang dikirim oleh unit pelayanan yang merujuk


untuk pembinaan tugas

3) Unit pelayanan yang menerima rujikan dari unit pelayanan dengan


kemampuan setingkat

Memanfaatkaninformasi tentang pangalaman dari unit pelayanan yang merujuk


untuk pembinaan tugas

Pengeloaan Bantuan Biaya Penanggulangan Komplikasi, Kegagalan Biaya


Rujukan
1. Bantuan biaya

Diberikan kepada peserta KB yang mengalami efek samping komplikasi maupun


kegagalan:

a. Efek samping ,dengan memberikan obat- obat efek samping secara gratis

b. Kasus kegagalan AKDR,implant dan kontrasepsi mantan dengan kelahiran


normal mendapat bantuan biaya yang disesuaikan dengan perturan daerah
setempat dengan ketentun tarif rumah sakit pemerintah kelas 3

c. Yang dimaksud dengan komplikasi/kasus kegagalan yang disertai


komplikasi AKDR,implant dan kontrasepsi mantap misalnya:

1) Infeksi berat yang memerlukan perawatan

2) Perdarahan berat yang memerlukan perawatan

3) Tindakan pemeriksaan rontgen dan laboratorium untuk membantu diagnosis

4) Komplikasi yang memerlukan tindakan operasi

5) Berdasarkan biaya komplikasi disesuaikan dengan peraturan daerah


setempat dengan ketentuan tarif rumah sakit pemerintah kelas3,termasuk biaya
obat-obatan terpakai

d. Kasus komplikasi/kegagalan yang memerlukan rujukan.apabila peserta kb


yang mengalami komplikasi /Kegagalan herus dirujuk dari unit pelayanan yang
lebih rendah ke unit pelayanan kb yang lebih tinggi, bantuan biaya transport
penderita ditanggung sesuai dengan peraturan yang ada. Semua kasusefek
samping,komplikasi serta kegagalan tersebut diatas dapat dilayani disemua tempat
pelayanan tidak dibatasi pada domisili/tempat tinggal peserta kb yang
bersangkutan.

e. Peserta kb yang mengalami kegagalan /komplikasi dan mencari jasa


pelayanan/perawatan swasta yang tidak ditunjuk untuk itu (seperti dokter
swasta,RB/RS swasta) dianggap untuk menanggulangi dengan kemampuaannya
sendiri.bagi mereka dipandang tidak perlu diberikan bantuan biaya atau maksimal
hanya diberikan bantuan minimum,kecuali untuk kasus-kasus gawat darurat
seperti misalnya pemakaian IUD dengan kehamilan diluar kandungan dengan
perdarahan dalam keadaan pre shock.

2. Prosedur
a. Efek sampingan.

Pengadaan obat-obat efek samping dilaksanakan secara terkoordinir ditingkat


propinsi antara BKKBN dengan unit pelaksana sesuai rencana kebutuhan yang
telah disepakati .sedangkan distribusinya dilaksanakan melalui BKKBN
kabupaten /kodya dan alokasinya (penjatahannya) pada masing – masing klinik kb
dibicarakan bersama dengan unit pelaksana kabupaten/kodya yang bersangkutan.

b. Komplikasidan kegagalan .bantuan biaya komplikasi dan kegagalan yang


disebabkan pemakaian alat kontrasepsi diambil di BKKBN kabupaten/Kodya
oleh:

1) Tempat pelayanan (Rumah Sakit/Puskesmas /PKBRS).

2) Dalam keadaan khusus oleh pasien /Suami pasien/orang lain yang diberi
kuasa secara tertulis

3) Pengambilan bantuan biaya penanggulangan kegagalan /komplikasi


pemakaian kontrasepsi dengan menyerahkan kwitansi bukti pembayaran
kegagalan /komplikasi pemakaian alat kontrasepsi disertai dengan surat
keterangan diagnosa dari dokter yang merawat serta surat keterangan dari KKb
tempat pemasangan kontrasepsinya, dan surat pernyataan pasien bahwa sudah
mendapat perawatan dan pengobatan dan sudah /belum membayar.

4) Rumah sakit /Puskesmas /PKBRS dapat mengajukan uang muka ke


BKKBN kab/kodya. Penyaluran uang mula selanjutnya kepada BKKBN Dati II
setempat.

Tata Laksana Rujukan

1. internal antar petugas di satu puskesmas

2. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas

3. Antara masyarakat dan puskesmas

4. Antara satu puskesmas dan puskesmas yang lain

5. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan


kesehatan yang lain

6. internal antara bagian /unit pelayanan didalam satu rumah sakit

7. Antar rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dan rumah
sait,laboratorium atau fasilitas pelayanan yang lain.
Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien-
klien ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,akan tetapi karena kondisi klien
yang mengharuskan pemberian pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu
melalui upaya rujukan. Untuk itu, dalam melaksanakan rujukan harus telah pula
diberikan:

1. Konseling tentang kondisi klien-klien yang menyebabkan perlu dirujuk

2. Konseling tentang kondisi yang diharapkan diperoleh di tempat rujukan

3. Informasi tentang fasilitas pelayanan kesehatan tempat rujukan yang dituju

4. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang dituju mengenai kondisi


klien saat ini, riwayat kesehatan sebelumnya,serta upaya/ tindakan yang telah
diberikan

5. Bila perlu diberikan upaya mempertahankan keadaan umum klien

6. Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan
harus didampingi perawat/bidan

7. Menghubungi fasilitas pelayanan tempat rujukan dituju agar memungkinkan


segera menerima rujukan klien.

Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan,setelah memberikan


upaya pennggulangan dan kondisi klien telah memungkinkan, harus segera
mengembalikan klien ke tempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih
dahulu memberikan :

1. Konseling tentang kondisi klien sebelum dan sesudah diberi upaya


penanggulangan

2. Nasehat yang perlu diperhatikan klien mengenai kelanjutan penggunaan


kontrasepsi
3. Pengantar tertulis kepada fasilitas pelayanan yang merujuk mengenai
kondisi klien berikut upaya penanggulangan yang telah diberikan serta saran –
saran upaya pelayanan lanjutan yang harus dilaksanakan ,terutama tentang
penggunaan kontrasepsi.

Pengelolaan Rujukan KB

a. Tatacara merujuk dan menerima rujukan kasus

1. Unit pelayanan KB yang rusak

Kasus bisa setelah dirujuk setelah melalui proses pemeriksaan antara lain sebagai
berikut :

a) dari hasil pemeriksaan penunjang medis sudah dapat dipastikan tidak dapat
diatasi.

b) Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi


pemeriksaan harus bersama penderitaan yang bersangkutan.

c) Setelah diobati/dirawat ternyata memerlukan pengobatan dan perawatan di


unit pelayanan KB yang lebih mampu.

2. Unit pelayanan KB yang menerima rujukan

a) Dapat mengembalikan penderitaan sesudah dirawat diobati tetapi


memerlukan pengawasan /pembinaan selanjutnya dari unit pelayanan KB yang
merujuk.

b) Sesudah diperiksa dan keperluan pemeriksaan penunjang medis


diselesaikan, pengobatan serta perawatannya dapat dilakukan di unit pelayanan
KB yang merujuk.

c) Unit pelayanan KB yang menerima rujukan harus memberi


laporan/informasi (umpan balik) apabila penderita sembuh dan tidak perlu
pengawasan selanjutnya ataupun meninggal dunia.

d) Unit pelayanan KB

b. Tatacara administrasi merujuk dan menerima rujukan kasus

1. Unit pelayanan KB yang merujuk

a) Membuat surat pengiriman penderita

b) Menyelesaikan hal-hal yang menyangkut administrasi


2. Unit pelayanan KB yang menerima rujukan

a) Membuat tanda terima untuk unit pelayanan KB

b) Membuat hasil pemeriksaan dan pengobatan serta perawatan pada kartu


catatan medik rujukan KB.

c) Mengirim kembali ke unit pelayanan KB yang merujuk bila perlu


pengawasan / pembinaan selanjutnya.

d) Merujuk ke unit pelayanan KB yang lebih mampu bila diperlukan

Tatacara evaluasi dan monitoring

1. Masing-masing unit pelayanan KB yang ada membuat laporan pelaksanaan


rujukan KB ke pengelola tingkat Propinsi.

2. Pengelola tingklat Propinsi melakukan dan mebuat rekapitulasi pelaksanaan


rujukan KB di wilayahnya masing-masing kemudian diumpan balikkan ke unit
pelayanan KB yang bersangkutan dan di laporkan ke pengelola tingkat pusat.

3. Pengelola tingkat pusat melakukan monitoring dan menyusun laporan


pelaksanaan rujukan KB yang akan menjadi bahan untuk menetapkan
kebijaksanaan selanjutnya mengumpan balikkan ke masing-masing Propinsi
bersangkutan.

SISTEM RUJUKAN DI KOMUNITAS

SYSTEM RUJUKAN

Definisi

Sistem rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis, proaktif,

pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan

maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang
membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka bearada

dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar dapat dicapai peningkatan

derajat kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada (Depkes RI, 2006)

Menurut SK Menteri Kesehatan RI No 32 Tahun 1972 sistem rujukan

adalah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan

pelipahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus masalah kesehatan

secara vertikal, dala arti unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih

mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-ubit yang setingkat

kemampuannya.

Dapat dikatakan bahwa sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan

kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab seacara

timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan

masayarakat, baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih kompeten,

terjangkau dan dilakukan secara rasional.

Tujuan

System rujukan bertujuan agar pasien mendapatkan pertoplongan pada fasilitas

pelayanan kesehatan yang lebih mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan,

dengan demikian dapat menurunkan AKI dan AKB.

Jenis
1. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan

rujukan eksternal

a. rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di

dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)

ke puskesmas induk

b. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang

pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat inap) maupun vertikal

(dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah)

2. Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan medik dan

rujukan kesehatan

a. Rujukan medik

· konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan

· Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap

· mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk

meningkatkan suatu pelayanan pengobatan setempat.

b. Rujukan kesehatan

Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masayarakat yang bersifat

preventif dan promotif.

Tujuan sistem rujukan upaya kesehatan

1) Umum

Dihasilakannya upaya pelayanan kesehatan yang didukung mutu pelayanan yang

optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan

berhasil guna
2) Khusus

Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan

rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna

Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif

secara berhasil guna dan berdaya guna

Jenjang tingkat tempat rujukan

RUMAH SAKIT TIPE A

RUMAH SAKIT TIPEC/D

RUMAH SAKIT TIPE INAP

PUSKESMAS/BP/RB/BKIASWASTA

PUSKESMAS PEMBANTU/BIDAN

POSYANDU/ KADER/DUKUN
BAYI
Jalur Rujukan

1. Dari kader, dapat langsung merujuk ke :

a. puskesmas pembantu

b. pondok bersalin/ bidan desa

c. puskesmas/ puskesmas rawat inap

d. rumah sakit pemerintah/ swasta

2. Dari posyandu, dapat langsung merujuk ke :

a. puskesmas pembantu

b. pondok bersalin/ bidan desa


c. puskesmas/ puskesmas rawat inap

d. rumah sakit pemerintah/ swasta

3. Dari puskesmas pembantu

Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta

4. Dari pondok bersalin

Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D. atau rumah sakit swasta

Mekanisme rujukan

1. Menentukan kegawadaruratan penderita

a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih

Ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/

dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat,

oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat

kegawatdaruratan.

b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas

Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus

dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang

boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.

c. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga

Sebaiknya bayi yang akan dirujuk harus sepengathuan ibu atau keluarga bayi yang

bersangkutan dengan cara petugas kesehatan menjelaskan kondisi atau masalah

bayi yang akan dirujuk dengan cara yang baik.


d. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju

1) Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk

2) Meminta petunjuk apa yan perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama

dalam perjalanan ke tempat rujukan

3) Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila

penderita tidak mungkin dikirim.

e. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)

Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan disingkat

“BAKSOKUDA” yang diartikan sebagi berikut :

Ø B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang

kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan

Ø A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit,

infus set, tensimeter dan stetoskop

Ø K (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan

mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu

(klien) ke tempat rujukan.

Ø S (Surat) : Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan

rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu

Ø O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk

Ø K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu

(klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam

waktu cepat.
Ø U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup

untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan

Ø DA (Darah) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah

apabila terjadi perdarahan

f. Pengiriman Penderita

Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/ sarana

transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita

g. Tindak lanjut penderita

Ø Untuk penderita yang telah dikemalikan

Ø Harus kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak

melapor

Pertolongan pertama kegawat daruratan obstetrik


dan neonatus (PPGDON)
Pertolongan pertama kegawat daruratan obstetrik dan neonatus (PPGDON)

A. Kegawatdaruratan obstetrik
Definisi
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama
kematian ibu janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002)
Penyebab utama kematian ibu
a. Perdarahan
Perdarahan jika tidak segera diatasi akan menyebabkan syok.
Tanda-tanda syok diantaranya:
a. Pasien tampak ketakutan, gelisah, bingung, atau kesadaran menurun sampai tidak
sadar
b. Berkeringat
c. Pucat, tampak lebih jelas disekitar mulut, telapak tangan dan pada kojungtiva
d. Bernapas cepat, frekuensi pernapasan 30 x per menit atau lebih
e. Nadi cepat dan lemah, frekuensi nadi umumnya 110 x /menit atau lebih
f. Tekanan darah rendah, sistol 90 mmHg atau lebih rendah
(Saifudin, 2006)
Penanganan awal syok perdarahan
a) Tindakan umum
• Periksa tanda-tanda vital
• Bebaskan jalan napas
• Jangan memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut
• Miringkan kepala pasien dan badannya ke samping
• Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat
• Naikkanlah kaki pasien
b) Pemberian oksigen
Oksigen diberikan dalam kecepatan 6 – 8 liter per menit.
c) Pemberian cairan intravena
Infus RL guyur
d) Rujuk
Persiapkan surat rujukan, kendaraan yang mengantar ke tempat rujukan, keluarga, dan
dampingi selama merujuk.
(Saifudin, 2006)
b. Infeksi Akut dan Sepsis
1. Tanda dan gejala
Infeksi akut ditandai dengan kalor, rubor, dolor, tumor, dan functio lesa. Kalor
artinya panas/demam, rubor artinya merah, dolor artinya nyeri, tumor artinya benjolan
atau pembengkakan, dan functio lesa artinya fungsi terganggu. Dengan kata lain infeksi
akut di organ tubuh ditandai dengan demam, kulit di daerah infeksi berwarna
kemerahan, terasa nyeri dan terdapat pembengkakan di daerah organ itu serta fungsi
organ tersebut terganggu. Selain itu, tidak jarang jaringan yang terkena infeksi
mengeluarkan bau atau cairan yang berbau busuk, misalnya infeksi di organ genetalia
dapat disertai pengeluaran cairan pevaginam berbau busuk. (Saifudin, 2006)
2. Diagnosa
Beberapa hal yang harus dinilai sebagai berikut :
o Tentukan kasus dalam kondisi demam atau tidak
o Tentukan kasus dalam kondisi syok atau tidak
o Cari keterangan tentang faktor predisposisi atau penyakit yang erat hubungannya,
misalnya pembedahan, cedera (trauma), atau sumber infeksi yang dapat menyebabkan
sepsis atau syok sepsis
o Tentukan sumber infeksi berdasarkan criteria kalor, rubor, dolor, tumor, function lesa.
o Pada infeksi genetalia beberapa kondisi berikut dapat terjadi :
1) Secret/cairan berbau busuk keluar dari vagina
2) Pus keluar dari servik
3) Air ketuban hijau kental dapat berbau busuk atau tidak
2) Subinvolusi rahim
3) Tanda-tanda infeksi pelvis : nyeri rahim, nyeri goyang servik, nyeri perut bagian
bawah, nyeri bagian adneksa.
4) (Saifudin, 2006)
3. Penanganan
a. Tindakan umum
Pantaulah tanda-tanda vital
b. Pemberian Oksigen
• Pastikan bahwa jalan napas bebas.
• Oksigen tidak perlu diberikan apabila kondisi penderita stabil dan kecil resiko
mengalami syok septic.
• Apabila kondisi penderita menjadi tidak stabil, oksigeen diberikan dalam kecepatan 6-8
L/menit.
c. Pemberian Cairan Intravena
Banyaknya cairan yang diberikan harus diperhitungkan secara hati-hati, tidak
sebebas seperti syok pada perdarahan,oleh karena tidak terdapat kehilangan jumlah
cairan yang banyak.
d. Pemberian Antibiotik
Antibiotik harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsis,
syok septik, cedera intraabdominal dan perforasi uterus. Apabila tidak terdapat tanda-
tanda infeksi, misalnya pada syok perdarahan, antibiotika tidak perlu diberikan.
Apabila diduga ada proses infeksi atau sedang berlangsung, sangat penting untuk
memberikan antibiotika dini. Macam-macam antibiotika antara lain ampisilin,
sepalosporin, eritromisin, klorampenikol dan lain-lain.

e. Pemeriksaan laboratorium
o Pemeriksaan darah
a) Apabila penderita tampak anemik, diperiksa hemoglobin dan hematokrit, sekaligus
golongan darah dan cross-match
b) Pemeriksaan darah lengkap selain menunjukkan ada atau tidaknya anemia juga
menunjukkan kemungkinan leukositosis atau leucopenia, neutropenia dan biasanya
trombositopenia.
c) Periksa kemungkinan DIC
d) Serum laktat dehidrogenase meningkat pada asidosis metabolic
e) Kultur darah harus dilakukan untuk mengetahui jenis kuman
f) Analisis gas darah arteri menunjukkan kenaikkan PH darah dan tekanan parsial oksigen,
peenurunan tekanan parsial CO2 serta alkalosis respiratorik pada tahap awal
o Pemeriksaan urin
a) Dalam kondisi syok biasanya produksi urin sedikit sekali atau bahkan tidak ada

b) Berat jenis urin meningkat lebih dari 1.020


(Saifudin, 2006)

b. Ruptur uteri
1. Diagnosis
Ruptur uteri mengancam
1) Peningkatan aktivitas kontraksi persalinan
2) Terhentinya persalinan
3) Regangan berlebihan dengan nyeri pada segmen bawah rahim
4) Pergerakan cincin Bandl’s ke atas
5) Tegangan pada ligamentum rotundum
Ruptur uteri yang sebenarnya
1) Kontraksi persalinan menurun atau berhenti mendadak
2) Berhentinya DJJ atau pergerakannya
3) Keadan syok peritoneum
4) Perdarahan eksternal (hanya pada 25 % kasus)
5) Perdarahan internal : anemia, tumor yang tumbuh cepat di samping rahim yang
menunjukkan hematoma karena ruptur inkomplit
( Andrianto, 1986 )
2. Penatalaksanaan
Terapi suportif
Perbaiki syok dan kehilangan darah. Tindakan ini meliputi pemberian oksigen, cairan
intravena, darah pengganti dan antibiotik untuk infeksi.
Laparatomi
Laparatomi segera setelah diagnosis ditegakkan, lakukan persiapan untuk pembedahan.
Pada saat itu volume darah diperbaiki dengan cairan intravena dan darah. ( Melfiawati,
1994)

c. Inversio uteri
1. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan ketika dalam catatan tenaga kesehatan terdapat
penurunan abnormal tinggi fundus atau tidak bisa melakukan palpasi pada fundus
abdominal setelah kelahiran janin atau ketika uterus terlihat di rongga vagina atau
introitus. Inversio biasanya disertai oleh perdarahan dan syok pada ibu. (Walsh, 2001)
2. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang lebih penting adalah pencegahan inversio uteri.
Ketegangan pada pelepasan tali pusat yang tergesa-gesa pada kala III tidak baik
dilakukan dan mungkin berbahaya bagi ibu. Diperlukan penanganan segera pada uterus
yaitu dengan melakukan gerakan tinju atau memasukkan beberapa jari pada tangan
yang dominan atau kompresi bimanual dapat menurunkan perdarahan. Pemberian
cairan IV dapat memperbaiki keadaan umum dan oksitosin atau metilergonovine dapat
mencegah atonia. Jika penanganan segera tidak dilakukan, anastesi dan operasi harus
dilakukan. (Walsh, 2001)
B. Kegawatdaruratan neonatus yaitu:
1. Asfiksia
Diagnosa
1) Observasi DJJ:
Normal = 120-160X per menit
a) Takikardi = 160-180X per menit; membahayakan janin
Di atas 180 X per menit; sangat membahayakan bagi janin
b) Bradikardi = 120 – 100 X per menit; membahayakan janin
Di bawah 100 X per menit; sangat membahayakan janin
c) Ketidakteraturan
• DJJ tidak teratur atau berubah lebih dari 40 X dalam 1 kontaksi membahayakan janin.
• DJJ tidak teratur bersama bradikardi; sangat membahayakan janin
• DJJ harus dipantau setiap 15 menit dalam tahap dilatasi dan setelah kontraksi selama
periode persalinan.
2) Evaluasi cairan amnion
Cairan amnion kehijauan atau mengandung mekonium pada presentasi kepala
sering menjadi petunjuk bahwa janin dalam keadaan bahaya (Andrianto, 1986).
Metode diagnosis:
- Amnioskopi pada permulaan persalinan
- Pecahnya selaput ketuban
(Andrianto, 1986)
Penatalaksanaan :
o Persalinan yang maju; kepala pada atau tepat di atas dasra panggul, os uteri .berdilatasi
sempurna lakukan ekstraksi dengan forceps atau vakum.
o Pada kasus multipara tunggal selama masa pengeluaran: episiotomy adekuat : tekanan
dari atas; persalinan spontan dengan 1-2 kontraksi lahir.
o Persalinan yang tidak maju ; kepala relative tetap tinggi, os uteri tidak membuka
sempurna lakukan SC. (Andrianto, 1986)

b. Prolapsus tali pusat


Diagnosa
Sewaktu-waktu ada suatu faktor yang mempengaruhi prolaps tali pusat,
pemeriksaan vagina harus segera dilakukan mengikuti ruptur membrane untuk
merasakan adanya tali pusat. Ketidaknormalan DJJ, bradikardi bisa mengindikasikan
prolaps tali pusat. Putaran dari tali pusat tampak pada vulva. Hal ini lebih banyak
terjadi pada saat pemeriksaan vagina, bisa terletak pada vagina atau jika bagian
presentasi sangat tinggi, letaknya pada tulang. (Brown, 1996)
Penatalaksanaan
Resiko pada janin yaitu hipoksia dan kematian sbagai hasil kompresi tali pusat.
Resiko tertinggi pada presentasi kepala dan terendah pada presentasi lengkap atau
sebagian kaki. Sepuluh menit adalah waktu maksimum bayi dapat membebaskan diri
dari lilitan tali pusat, tapi jika tekanan dapat dibbaskan dengan cepat adalah
peningkatan yang baik.
Kala I persalinan yaitu melakukan SC dengan segera jika janin masih hidup.
Kala II persalinan, letak adalah factor yang menentukan. Jika letaknya adalah
longitudinal, pesalinan dengan forceps atau vakum ekstraksi mungkin dapat dilakukan.
Jika kemungkinan persalinan pervaginam sulit dilakukan, SC seharusnya dapat
dilakukan. Pada kasus multipara, bidan bisa menganjurkan ibu untuk di episiotomi.
Pada masyarakat, jika janin masih hidup sebaiknya segera dirujuk dengan
ambulan, pada saat itu bidan membebaskan tekanan yang terjadi pada tali pusat. Posisi
lutut-dada adalah tidak nyaman bagi wanita untuk waktu yang cukup lama, yang bagus
yaitu posisi sim yang maksimal. (Brown, 1996)
c. Distosia bahu
Diagnosa
• Terhentinya persalinan setelah lahirnya kepala
• Pada pemeriksaan vagina didapatkan
• Bahu dalam diameter lurus
• Bahu anterior berhenti baik di dalam pelvis di belakang simfisis atau terfiksasi di atas
simfisis.
(Andrianto, 1986)
Pencegahan
Ketika bayi lahir dengan presentasi verteks, bidan harus menunggu sampai bahu
berputar dalam diameter anteoposterior pada panggul sebelum berusaha melahirkan
seluruhnya. (Brown, 1996)
Penatalaksanaan
Dua macam metode yang paling sering dianjurkan adalah rotasi tulang bahu dan
melahirkan lengan belakang. Keduanya dipermudah dengan episiotomi dan anastesi
yang adekuat.

d. Presentasi bokong
Diagnosa
1) Bagian presentasi : ujung pelvis
Dapat dipalpasi :
- Sakrum (bagian lunak, ani, mungkin skrotum)
- Satu atau dua kaki
- Satu atau dua lutut
2) Kepala di dalam fundus
3) Letak DJJ lebih tinggi
(Andrianto, 1986)
Penatalaksanaan :
1) Persalinan harus berjalan secara spontan di dalam vulva sampai munculnya
ujung scapula, hanya menunjang sacrum. Pada kasus manapun, jangan menarik
sacrum dikhawatirkan tangan menjungkit kecuali ekstraksi pada ujung pelvis dalam
indikasi khusus untuk mengakhiri persalinan.
2 Bila ujung scapula nampak di bawah vulva atau kepala telah memasuki PAP segera
selesaikan persalinan dalam lima menit jika tidak janin mati.
(Andrianto, 1986)

e. Letak lintang
Diagnosa
- Uterus oval melintang
- Dapat diraba ke arah samping kanan atau kiri
- Bunyi jantung di daerah umbilicus
- Pada pemeriksaan vagina diraba pelvis minor kosong
(Andrianto, 1986)

Penatalaksanaan
- Jangan mencoba versi secepat mungkin rujuk karena kontraksi yang kuat karena
pecahnya selaput ketuban berpotensi rupture uteri
- Berikan Demerol (meperidin) 0,05-0,1 IV
- Didalam RS lakukan SC.
(Andrianto, 1986)

f. Presentasi muka
Diagnosa
Diagnosa dapat dengan palpasi abdominal, dengan adanya kepala di belakang
yang sejajar dengan punggung. Pada pemeriksaan vagina agak sukar di diagnosa karena
membingungkan dengan presentasi bokong. Pemeriksaan dengan ultrason dapat
digunakan untuk mengetahui presentasi muka dan untuk menghilangkan dugaan
anensepali. (Walsh, 2001 )
Manajemen
Presentasi muka dengan dagu anterior dapat segera ditangani dengan cepat,
tapi karena meningkatnya resiko persalinan abnormal, konsultasi dengan obgin
dibutuhkan ketika presentasi sudah diketahui. Bila dagu terletak posterior, rujukan ke
obgin untuk persalinan sesar harus segera dilakukan. (Walsh, 2001 )

g. Gemeli yang tidak terdeteksi


Diagnosa
Pemeriksaan abdomen mungkin terlihat fundus lebih tinggi dari perkiraan,
teraba dua kepala bayi dan banyak bagian kecil. Konfirmasi banyaknya janin dapat
dilakukan dengan ultrason : kehamilan kembar haarus dicurigai jika bayi yang dilahirkan
memiliki berat yang kurang dari yang diperkirakan pada palpasi abdominal. (Walsh,
2001 )
Manajemen
Di masyarakat, jika bidan menemukan kehamilan kembar, maka wanita itu
dirujuk ke obgin untuk perawatan selanjutnya. Setelah kelahiran bayi pertama segera
rujuk ibu. Jika mungkin, saat membantu di klinik siap atau mampu untuk melahirkan
kedua bayi. Presentasi kepala pada bayi pertama terjadi 75 % dari kasus gemeli.
(Walsh, 2001 )
h. Vasa previa
Diagnosis Banding
Ini meliputi penyebab-penyebab maternal perdarahan trimester ketiga
(plasenta previa, pelepasan plasenta premature, bloody show dan sebagainya).
(Melfiawati, 1994)
Kelalaian pada penilaian perdarahan segar pervaginam, khususnya jika terjadi
pada waktu yang sama dengan ruptur membran. Jika pada penilaian DJJ ada tanda
disproporsi fetal distress untuk mengetahui jumlah kehilangan darah, maka diagnosis ini
harus dipertimbangkan. Untuk menentukan apakah terjadi kehilangan darah pada janin
dan ibu secara nyata, tes alkalidenaturasi mungkin dilakukan tetapi dalam praktek
jarang dilakukan. ( Brown, 1996)
Manajemen
Bidan sebaiknya berkolaborasi dengan dokter dan melanjutkan untuk memantau
DJJ. Jika ini terjadi pada kala II persalinan, wanita dianjurkan untuk mengedan. Jika
terjadi pada kala I persalinan SC dapat dilakukan jika janin masih hidup. Dokter anak
sebaiknya hadir dalam proses persalinan. Darah tali pusat diambil untuk perkiraan HB
pada kelahiran. Bayi akan memerlukan transfusi darah jika ia masih bisa selamat.
(Brown, 1996)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan merupakan suatu sistem pelimpahan


tanggung jawab timbal balik atas kasus masalah yang berhubungan dengan KB di
antara pelayanan KB yang ada, baik secara vertical maupun horizontal.

Tujuan sistem rujukan di sini adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu.

a. Mewujudkan suatu jaringan pelayanan KB yang terpadu di setiap tingkat,


sehingga masing-masing unit pelayanan KB sesuai dengan tingkat kemampuan,
berdaya guna dan berhasil guna maksimal.

b. Pembinaan dukungan terhadap arah dan pendekatan program KB Nasional


dalam hal perluasan jangkauan/pemerataan pembinaan dengan pelayanan yang
bermutu, dapat ditingkatkan serta perlindungan penuh kepada masyarakat.

3.2 Saran

Kami merasa pada makalah ini kami banyak kekurangan, karena kurangnya
referensi dan pengetahuan pada saat pembuatan makalah ini.Kami sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada pembaca agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi.

S-ar putea să vă placă și