Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
Semakin rapi sistem rujukan, semakin meningkat pula mampu pelayanan serta
pengayoman, sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta KB dengan
metode kontrasepsi efektif.
Dari latar belakang diatas maka penulis dapat mengambil beberapa rumuswan
masal;ah yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan rujukan
2. Jenis rujukan
4. Pengelolaan rujukan KB
Dari rumusan masalah diatas, maka penulis dapat mengambil beberapa tujuan
penuliosan masalah yaitu sebagai berikut :
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
3. Menghindari resiko paling rendah bagi ibu dan anak pada kehamilan dan
kelahiran yaitu antara 20-35 tahun
1. Pil KB
2. Suntik KB
Alat kontrasepsi untuk wanita yang berikutnya adalah Suntik KB yang tentu saja
akan di lakukan oleh para wanita yang mengikuti program KB setiap 3 bulan. Hal
ini di lakukan untuk mencegah ovulasi atau pelepasan sel telur. Kelebihan dari
alat kontrasepsi wanita yang satu ini adalah Suntik KB ini merupakan salah satu
alat kontrasepsi yang sangat murah dan banyak di gunakan oleh masyarakat
Indonesia.
3. IUD/spiral
IUD merupakan singkatan dari Intra Uterine Device yang juga biasa di sebut
dengan spiral, hal ini di karenakan bentuk dari alat kontrasepsi IUD/Spiral ini
yang spiral. Cara pemakaian dari IUD/Spiral ini adalah dengan memasukkan alat
kontrasepsi wanita tersebut ke dalam rahim.
Salah satu alat kotrasepsi yang banyak di pakai karena kenyamanannya, akan
tetapi untuk pemasangan alat kontrasepsi wanita ini harus dengan bantuan dokter
dengan alat tertentu. Jadi IUD/Spiral ini akan mencegah sperma bersarang dan
bersatu dengan sel telur di dalam rahim. Untuk ketahanannya yakni selama 2
sampai dengan 5 tahun.
4. Kondom
Alat kontrasepsi pria yakni Kondom ini bisa mencegah kehamilan dengan cara
menutui bagian alat kelamin pria agar sperma yang keluar tidak bersatu dengan
sel telur yang ada di dalam rahim wanita. Bentuk dari kondom ini yakni karet
lateks yang sangat tipis dan terkadang terdapat bintik-bintik yang tentu saja akan
memberi sebuah kesenangan.
Dengan alat kontrasepsi pria yang satu ini tentu saja kehamilan akan terhindarkan
dengan cara yang sangat sederhana. Bahkan penyakit menular saat berhubungan
seperti AIDS dan HIV akan terhindar dengan alat kontrasepsi pria Kondom ini.
5. Vagina Diafragma
Vagina Diafragma adalah sebuah lingkaran cincin yang juga di lapisi karet yang
fleksibel di gunakan untuk menutup rahim dan alat ini bisa di pasang pada liang
vagina sebelum melakukannya.
6. Susuk
Jenis alat kontrasepsi yang berikutnya adalah Norplant yang bisa juga di sebut
sebagai implant. Jenis alat kontrasepsi macam seperti ini memang sebuah alat
kontrasepsi yang di gunakan untuk jangka panjang yakni sekitar 5 tahunan.
Macam alat kontrasepsi yang satu ini biasanya memang di pasang di bawah kulit
persis dan juga banyak orang yang menggunakan Norplant atau susuk ini sebagai
alat kontrasepsinya.
Biasanya didalam Norplant ini terdapat kapsul yang lentur dan kapsul tersebut
seukuran korek api dan mempunyai bahan karet silastik. Dan ada juga kandungan
progestin levonogestrel dalam Norplant ini yang memang biasanya kandungan
tersebut bisa di temukan pada jenis alat kontrasepsi pil KB.
7. Cervical Cap
Jenis alat kontrasepsi untuk yang satu ini mempunyai bentuk yang kecil dan lebih
mirip dengan alat kontrasepsi diafragma.pemakaiannya dengan cara meletakkan
Cervical Cap pada mulut rahim, dengan begitu akan menutup jalan sesuatu yang
masuk dalam lubang rahim. Perlu di ketahui untuk memakai jenis alat kontrasepsi
yang satu ini hanya di gunakan pada saat berhubungan saja.
8. Spermatisida
Macam dan jenis alat kontrasepsi yang berikutnya adalah sebuah alat dengan
nama Spermatisida yang ternyata merupakan sebuah senyawa kimia yang bisa
membuat lumpuh dan membunuh sperma. Beberapa bentuk dari jenis alat
kontrasepsi Spermatisida ini misalkan saja seperti krim, tablet, aerosol, jeli dan
juga busa.
1. Tujuan
2. Tujuan Khusus
a. Kehamilan
b. Bayi
c. Kanak-kanak
d. Remaja
e. PUS
f. Pasca PUS
g. Lansia
Tujuan Rujukan
Tujuan sistem rujukan di sini adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu. Perhatian
khusus terutama ditujukan untuk menunjang upaya penurunan angka kejadian
efek samping, komplikasi dan kegagalan penggunaan kontrasepsi.
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara
timbal balik atas masalah yang timbul, baik secara vertical maupun secara
horizontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau dan
rasional. Tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Dengan pengertian tersebut,
maka merujuk berarti meminta pertolongan secara timbal balik kepada fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten untuk penanggunalangan masalah yang sedang
dihadapi.
6. Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan
harus didampingi perawat/bidan.
Jenis Rujukan
Rujukan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET) dapat dibedakan atas tiga
jenis yaitu sebagai berikut:
1. Pelimpahan Kasus
a. Pelimpahan kasus dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit
pelayanan MKET yang lebih mampu dengan maksud memperoleh pelayanan
yang lebih baik dan sempurna
b. Pelimpahan kasus dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu ke unit
pelayanan yang lebih sederhana dengan maksud memberikan pelayanan
selanjutnya atas kasus tersebut
a. Pelimpahan tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu ke unit
pelayanan MKET yang lebih sederhana dengan maksud memberikan latihan
praktis
b. Pelimpahan tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit
pelayanan MKET yang lebih mampu dengan maksud memberikan latihan praktis
1. Sasaran obyektif
2. Sasaran subyektif
b. Menerima kembali untuk tidakan lebih lanjut kasus yang dikembalikan oleh
unit pelayanan MKET yang lebih mampu.
b. Mengirim kembali kasus yang sudah ditanggulangi untuk dibina lebih lanjut
oleh unit pelayanan MKET yang merujuk
b. Mengirim kembali kasus yang sudah ditanggulangi untuk dibina lebih lanjut
oleh unit pelayanan MKET yang merujuk
1. Rujukan kasus
1) Unit pelayanan MKET yang merujuk kasus ke unit pelayanan yang lebih
mampu
Unit pelayanan yang bisa merujuk kasus ke unit pelayanan yang lebih
mampusetelah melakukan proses pemeriksaan dan dengan hasil sebagai berikut :
a) Memberikan informasi
2) Unit pelayanan yang merima rujikan dari unit pelayanan yang lebih mampu
a. Efek samping ,dengan memberikan obat- obat efek samping secara gratis
2. Prosedur
a. Efek sampingan.
2) Dalam keadaan khusus oleh pasien /Suami pasien/orang lain yang diberi
kuasa secara tertulis
7. Antar rumah sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan lain dan rumah
sait,laboratorium atau fasilitas pelayanan yang lain.
Rujukan bukan berarti melepaskan tanggung jawab dengan menyerahkan klien-
klien ke fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,akan tetapi karena kondisi klien
yang mengharuskan pemberian pelayanan yang lebih kompeten dan bermutu
melalui upaya rujukan. Untuk itu, dalam melaksanakan rujukan harus telah pula
diberikan:
6. Bila perlu, karena kondisi klien, dalam perjalanan menuju tempat rujukan
harus didampingi perawat/bidan
Pengelolaan Rujukan KB
Kasus bisa setelah dirujuk setelah melalui proses pemeriksaan antara lain sebagai
berikut :
a) dari hasil pemeriksaan penunjang medis sudah dapat dipastikan tidak dapat
diatasi.
d) Unit pelayanan KB
SYSTEM RUJUKAN
Definisi
maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang
membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka bearada
dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar dapat dicapai peningkatan
derajat kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada (Depkes RI, 2006)
pelipahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus masalah kesehatan
secara vertikal, dala arti unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih
mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-ubit yang setingkat
kemampuannya.
Dapat dikatakan bahwa sistem rujukan adalah suatu sistem jaringan pelayanan
timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan
masayarakat, baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih kompeten,
Tujuan
Jenis
1. Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan
rujukan eksternal
a. rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
ke puskesmas induk
b. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat inap) maupun vertikal
2. Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan medik dan
rujukan kesehatan
a. Rujukan medik
· mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
b. Rujukan kesehatan
1) Umum
optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan
berhasil guna
2) Khusus
PUSKESMAS/BP/RB/BKIASWASTA
PUSKESMAS PEMBANTU/BIDAN
POSYANDU/ KADER/DUKUN
BAYI
Jalur Rujukan
a. puskesmas pembantu
a. puskesmas pembantu
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D. atau rumah sakit swasta
Mekanisme rujukan
Ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/
dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat,
kegawatdaruratan.
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus
wewenang dan tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang
Sebaiknya bayi yang akan dirujuk harus sepengathuan ibu atau keluarga bayi yang
2) Meminta petunjuk apa yan perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama
Ø B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
Ø K (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan
mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu
Ø S (Surat) : Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu
(klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam
waktu cepat.
Ø U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan
f. Pengiriman Penderita
Ø Harus kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak
melapor
A. Kegawatdaruratan obstetrik
Definisi
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak segera
ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama
kematian ibu janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002)
Penyebab utama kematian ibu
a. Perdarahan
Perdarahan jika tidak segera diatasi akan menyebabkan syok.
Tanda-tanda syok diantaranya:
a. Pasien tampak ketakutan, gelisah, bingung, atau kesadaran menurun sampai tidak
sadar
b. Berkeringat
c. Pucat, tampak lebih jelas disekitar mulut, telapak tangan dan pada kojungtiva
d. Bernapas cepat, frekuensi pernapasan 30 x per menit atau lebih
e. Nadi cepat dan lemah, frekuensi nadi umumnya 110 x /menit atau lebih
f. Tekanan darah rendah, sistol 90 mmHg atau lebih rendah
(Saifudin, 2006)
Penanganan awal syok perdarahan
a) Tindakan umum
• Periksa tanda-tanda vital
• Bebaskan jalan napas
• Jangan memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut
• Miringkan kepala pasien dan badannya ke samping
• Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat
• Naikkanlah kaki pasien
b) Pemberian oksigen
Oksigen diberikan dalam kecepatan 6 – 8 liter per menit.
c) Pemberian cairan intravena
Infus RL guyur
d) Rujuk
Persiapkan surat rujukan, kendaraan yang mengantar ke tempat rujukan, keluarga, dan
dampingi selama merujuk.
(Saifudin, 2006)
b. Infeksi Akut dan Sepsis
1. Tanda dan gejala
Infeksi akut ditandai dengan kalor, rubor, dolor, tumor, dan functio lesa. Kalor
artinya panas/demam, rubor artinya merah, dolor artinya nyeri, tumor artinya benjolan
atau pembengkakan, dan functio lesa artinya fungsi terganggu. Dengan kata lain infeksi
akut di organ tubuh ditandai dengan demam, kulit di daerah infeksi berwarna
kemerahan, terasa nyeri dan terdapat pembengkakan di daerah organ itu serta fungsi
organ tersebut terganggu. Selain itu, tidak jarang jaringan yang terkena infeksi
mengeluarkan bau atau cairan yang berbau busuk, misalnya infeksi di organ genetalia
dapat disertai pengeluaran cairan pevaginam berbau busuk. (Saifudin, 2006)
2. Diagnosa
Beberapa hal yang harus dinilai sebagai berikut :
o Tentukan kasus dalam kondisi demam atau tidak
o Tentukan kasus dalam kondisi syok atau tidak
o Cari keterangan tentang faktor predisposisi atau penyakit yang erat hubungannya,
misalnya pembedahan, cedera (trauma), atau sumber infeksi yang dapat menyebabkan
sepsis atau syok sepsis
o Tentukan sumber infeksi berdasarkan criteria kalor, rubor, dolor, tumor, function lesa.
o Pada infeksi genetalia beberapa kondisi berikut dapat terjadi :
1) Secret/cairan berbau busuk keluar dari vagina
2) Pus keluar dari servik
3) Air ketuban hijau kental dapat berbau busuk atau tidak
2) Subinvolusi rahim
3) Tanda-tanda infeksi pelvis : nyeri rahim, nyeri goyang servik, nyeri perut bagian
bawah, nyeri bagian adneksa.
4) (Saifudin, 2006)
3. Penanganan
a. Tindakan umum
Pantaulah tanda-tanda vital
b. Pemberian Oksigen
• Pastikan bahwa jalan napas bebas.
• Oksigen tidak perlu diberikan apabila kondisi penderita stabil dan kecil resiko
mengalami syok septic.
• Apabila kondisi penderita menjadi tidak stabil, oksigeen diberikan dalam kecepatan 6-8
L/menit.
c. Pemberian Cairan Intravena
Banyaknya cairan yang diberikan harus diperhitungkan secara hati-hati, tidak
sebebas seperti syok pada perdarahan,oleh karena tidak terdapat kehilangan jumlah
cairan yang banyak.
d. Pemberian Antibiotik
Antibiotik harus diberikan apabila terdapat infeksi, misalnya pada kasus sepsis,
syok septik, cedera intraabdominal dan perforasi uterus. Apabila tidak terdapat tanda-
tanda infeksi, misalnya pada syok perdarahan, antibiotika tidak perlu diberikan.
Apabila diduga ada proses infeksi atau sedang berlangsung, sangat penting untuk
memberikan antibiotika dini. Macam-macam antibiotika antara lain ampisilin,
sepalosporin, eritromisin, klorampenikol dan lain-lain.
e. Pemeriksaan laboratorium
o Pemeriksaan darah
a) Apabila penderita tampak anemik, diperiksa hemoglobin dan hematokrit, sekaligus
golongan darah dan cross-match
b) Pemeriksaan darah lengkap selain menunjukkan ada atau tidaknya anemia juga
menunjukkan kemungkinan leukositosis atau leucopenia, neutropenia dan biasanya
trombositopenia.
c) Periksa kemungkinan DIC
d) Serum laktat dehidrogenase meningkat pada asidosis metabolic
e) Kultur darah harus dilakukan untuk mengetahui jenis kuman
f) Analisis gas darah arteri menunjukkan kenaikkan PH darah dan tekanan parsial oksigen,
peenurunan tekanan parsial CO2 serta alkalosis respiratorik pada tahap awal
o Pemeriksaan urin
a) Dalam kondisi syok biasanya produksi urin sedikit sekali atau bahkan tidak ada
b. Ruptur uteri
1. Diagnosis
Ruptur uteri mengancam
1) Peningkatan aktivitas kontraksi persalinan
2) Terhentinya persalinan
3) Regangan berlebihan dengan nyeri pada segmen bawah rahim
4) Pergerakan cincin Bandl’s ke atas
5) Tegangan pada ligamentum rotundum
Ruptur uteri yang sebenarnya
1) Kontraksi persalinan menurun atau berhenti mendadak
2) Berhentinya DJJ atau pergerakannya
3) Keadan syok peritoneum
4) Perdarahan eksternal (hanya pada 25 % kasus)
5) Perdarahan internal : anemia, tumor yang tumbuh cepat di samping rahim yang
menunjukkan hematoma karena ruptur inkomplit
( Andrianto, 1986 )
2. Penatalaksanaan
Terapi suportif
Perbaiki syok dan kehilangan darah. Tindakan ini meliputi pemberian oksigen, cairan
intravena, darah pengganti dan antibiotik untuk infeksi.
Laparatomi
Laparatomi segera setelah diagnosis ditegakkan, lakukan persiapan untuk pembedahan.
Pada saat itu volume darah diperbaiki dengan cairan intravena dan darah. ( Melfiawati,
1994)
c. Inversio uteri
1. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan ketika dalam catatan tenaga kesehatan terdapat
penurunan abnormal tinggi fundus atau tidak bisa melakukan palpasi pada fundus
abdominal setelah kelahiran janin atau ketika uterus terlihat di rongga vagina atau
introitus. Inversio biasanya disertai oleh perdarahan dan syok pada ibu. (Walsh, 2001)
2. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang lebih penting adalah pencegahan inversio uteri.
Ketegangan pada pelepasan tali pusat yang tergesa-gesa pada kala III tidak baik
dilakukan dan mungkin berbahaya bagi ibu. Diperlukan penanganan segera pada uterus
yaitu dengan melakukan gerakan tinju atau memasukkan beberapa jari pada tangan
yang dominan atau kompresi bimanual dapat menurunkan perdarahan. Pemberian
cairan IV dapat memperbaiki keadaan umum dan oksitosin atau metilergonovine dapat
mencegah atonia. Jika penanganan segera tidak dilakukan, anastesi dan operasi harus
dilakukan. (Walsh, 2001)
B. Kegawatdaruratan neonatus yaitu:
1. Asfiksia
Diagnosa
1) Observasi DJJ:
Normal = 120-160X per menit
a) Takikardi = 160-180X per menit; membahayakan janin
Di atas 180 X per menit; sangat membahayakan bagi janin
b) Bradikardi = 120 – 100 X per menit; membahayakan janin
Di bawah 100 X per menit; sangat membahayakan janin
c) Ketidakteraturan
• DJJ tidak teratur atau berubah lebih dari 40 X dalam 1 kontaksi membahayakan janin.
• DJJ tidak teratur bersama bradikardi; sangat membahayakan janin
• DJJ harus dipantau setiap 15 menit dalam tahap dilatasi dan setelah kontraksi selama
periode persalinan.
2) Evaluasi cairan amnion
Cairan amnion kehijauan atau mengandung mekonium pada presentasi kepala
sering menjadi petunjuk bahwa janin dalam keadaan bahaya (Andrianto, 1986).
Metode diagnosis:
- Amnioskopi pada permulaan persalinan
- Pecahnya selaput ketuban
(Andrianto, 1986)
Penatalaksanaan :
o Persalinan yang maju; kepala pada atau tepat di atas dasra panggul, os uteri .berdilatasi
sempurna lakukan ekstraksi dengan forceps atau vakum.
o Pada kasus multipara tunggal selama masa pengeluaran: episiotomy adekuat : tekanan
dari atas; persalinan spontan dengan 1-2 kontraksi lahir.
o Persalinan yang tidak maju ; kepala relative tetap tinggi, os uteri tidak membuka
sempurna lakukan SC. (Andrianto, 1986)
d. Presentasi bokong
Diagnosa
1) Bagian presentasi : ujung pelvis
Dapat dipalpasi :
- Sakrum (bagian lunak, ani, mungkin skrotum)
- Satu atau dua kaki
- Satu atau dua lutut
2) Kepala di dalam fundus
3) Letak DJJ lebih tinggi
(Andrianto, 1986)
Penatalaksanaan :
1) Persalinan harus berjalan secara spontan di dalam vulva sampai munculnya
ujung scapula, hanya menunjang sacrum. Pada kasus manapun, jangan menarik
sacrum dikhawatirkan tangan menjungkit kecuali ekstraksi pada ujung pelvis dalam
indikasi khusus untuk mengakhiri persalinan.
2 Bila ujung scapula nampak di bawah vulva atau kepala telah memasuki PAP segera
selesaikan persalinan dalam lima menit jika tidak janin mati.
(Andrianto, 1986)
e. Letak lintang
Diagnosa
- Uterus oval melintang
- Dapat diraba ke arah samping kanan atau kiri
- Bunyi jantung di daerah umbilicus
- Pada pemeriksaan vagina diraba pelvis minor kosong
(Andrianto, 1986)
Penatalaksanaan
- Jangan mencoba versi secepat mungkin rujuk karena kontraksi yang kuat karena
pecahnya selaput ketuban berpotensi rupture uteri
- Berikan Demerol (meperidin) 0,05-0,1 IV
- Didalam RS lakukan SC.
(Andrianto, 1986)
f. Presentasi muka
Diagnosa
Diagnosa dapat dengan palpasi abdominal, dengan adanya kepala di belakang
yang sejajar dengan punggung. Pada pemeriksaan vagina agak sukar di diagnosa karena
membingungkan dengan presentasi bokong. Pemeriksaan dengan ultrason dapat
digunakan untuk mengetahui presentasi muka dan untuk menghilangkan dugaan
anensepali. (Walsh, 2001 )
Manajemen
Presentasi muka dengan dagu anterior dapat segera ditangani dengan cepat,
tapi karena meningkatnya resiko persalinan abnormal, konsultasi dengan obgin
dibutuhkan ketika presentasi sudah diketahui. Bila dagu terletak posterior, rujukan ke
obgin untuk persalinan sesar harus segera dilakukan. (Walsh, 2001 )
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tujuan sistem rujukan di sini adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan
efisiensi pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu.
3.2 Saran
Kami merasa pada makalah ini kami banyak kekurangan, karena kurangnya
referensi dan pengetahuan pada saat pembuatan makalah ini.Kami sebagai penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada pembaca agar kami dapat
membuat makalah yang lebih baik lagi.